• Tidak ada hasil yang ditemukan

Plagiarism Checker X Originality Report

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Plagiarism Checker X Originality Report"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 18%

Date: Thursday, November 14, 2019

Statistics: 583 words Plagiarized / 3169 Total words

Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement. --- Uji Efek Sitotoksik Terhadap Sel HeLa Ekstrak Etanol Kulit Pohon Faloak(Stercullia urceolata, Smith) Asal Kupang-Nusa Tenggara Timur 1Maria I.M.Indrawati, 2 Priska Ernestina Tenda Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Kupang INTISARI Latar Belakang: Pengobatan kanker yang sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat dewasa ini seperti pembedahan, radiasi maupun kemoterapi mempunyai beberapa resiko efek samping seperti kerontokan rambut dan kematian sel normal.

Rendahnya selektivitas agen-agen antikanker mendorong masyarakat untuk lebih memilih suatu agen pencegah kanker yang berasal dari alam karena selain dapat mengobati kanker juga efek samping yang ditimbulkanrelatif kecil. Tanaman faloak adalah tanaman khas Kupang-Nusa Tenggara Timur yang oleh masyarakat setempat menggunakan kulit pohonnya untuk menyembuhkan beberapa penyakit salah satunya penyakit kanker.

Data ilmiah tentang manfaatnya sebagai antikanker belum ada sehingga perlu dibuktikan secara ilmiah guna pengembangan kulit pohon faloak sebagai agen antikanker. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol kulit pohon faloak ( stercullia urceolata, Smith) asal Kupang-Nusa Tenggara Timur terhadap sel HeLa.

Metode: Uji efek sitotoksik dilakukan dengan cara menginkubasikan sel HeLa dalam senyawa uji pada berbagai seri konsentrasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Produk formazan hasil reaksi MTT dengan sel HeLa diukur absorbansinya menggunakan ELISA Reader pada panjang gelombang 550 nm. Hasil: Ekstrak etanol kulit pohon faloak (Sterculia urceolata, Smith) asal Kupang-Nusa Tenggara Timur mempunyai efek sitotoksik terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar 22,235 µg/mL Kesimpulan: Kulit

(2)

pohon faloak (Sterculia urceolata, Smith) asal Kupang-Nusa Tenggara Timur potensial untuk dikembangkan sebagai agen antikanker.

Kata Kunci: Ekstrak etanol, sitotoksik, kulit pohon faloak, sel HeLa PENDAHULUAN Salah satu sumber daya alam yang tidak kalah pentingnya bagi kehidupan manusia adalah tumbuhan. Tumbuhan sering digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan primer maupun kebutuhansekunder. Penggunaan tumbuhan sebagai obat sebagian besar masih berdasarkan pengalaman yangdiwariskan generasi terdahulu.

Bagian tumbuhan yang sering digunakan adalah daun, akar, biji, kulit pohon. Harga obat yang beredar di pasaran saat ini semakin hari semakin meningkat. Oleh karena itu

pengobatan menggunakan tanaman obat merupakan alternatif pilihan masyarakat terutama untuk mengobati penyakit-penyakit yang membutukan jangka waktu pengobatan yang lama seperti diabetes, hipertensi, rematik, hiperkolesterol, tumor, kanker. Pengobatan tradisional atau pengobatan herbal saat ini semakin berkembang. Pengobatan tradisional ternyata cukup efektif dan efisien menyembuhkan penyakit karena : biayanya relatif murah, mudah didapatkan karena tersedianya di lingkungan sekitar dan relatif kecil efek sampingnya. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman obat merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai tinggi, sehingga sudah seyogyanya aset negara yang tinggi tersebut harus dikelola dengan baik dan perlu dikembangkan agar lebih dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia (Sutjipto, 2004).

Tumbuhan dapat memproduksi senyawa kimia secara teratur dan seimbang baiksebagai metabolit primer maupun metabolit sekunder. Sebagian besar senyawa aktif yang

ditemukan dalam metabolit sekunder adalah alkaloid, saponin, steroid, terpenoid, flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu golonga senyawa fenol alam terbesar. Senyawa metabolik sekunder dalam tumbuhan biasanya terdapat merata diseluruh bagian tumbuhan tetapi dalam kandungan yang berbeda-beda (Markham cit Nurani, 2004). Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah didentifikasi, namun ada 3 kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin,flavonol dan flavon. Flavonoid sering merupakan senyawa pereduksi yang baik. Flavonoid menghambat banyak reaksi oksidasi di dalam tubuh.

Flavonoid merupakan komponen fenolik yang terdapat dalam tumbuhan, yang bertindak sebagai penampung yang baik terhadap radikal hidroksil dan superoksida dengan melindungi lipidmembran terhadap reaksi oksidasi yang merusak (Winarsih,

(3)

2007). Fungsi flavonoid dalam tumbuhan adalah untuk pengaturan fotosintesis, menolak serangan hama, pengaturan kerja anti mikroba dan anti virus (Markham cit Nurani, 2004).

Flavonoid banyak digunakan sebagai zat antioksidan yang dapatmelindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Jika ditinjau dari segi fitokimia, golongan senyawa kimia yang berkaitan dengan antikanker adalah golongan alkaloida, terpenoid, poifenol, flavonoid (Mills et al, 2000). Hasil penelitian banyak yang membuktikan bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam suatu tanman berpotensi sebagai antikanker (Ren, et al. 2003). Tanaman faloak (Steculia urceolata, Smith) merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang banyak tumbuh di daratan pulau Timor dan tumbuh secara liar. Tanaman ini tumbuh dengan baik di daerah dengan topografi alam kondisi tanah batu karang seperti di Kupang-Nusa Tenggara Timur. Tanaman ini merupakan tanaman khas Kupang dan beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur dan oleh masyarakat NTT diberi nama faloak. Pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tanaman faloak sebagai obat tradisional merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman secara turun menurun dari generasi pendahulu. Masyarakat Kota Kupang dan sekitarnya secara empiris telah menggunakan tanaman faloak untuk mengatasi beberapa penyakit seperti hepatitis, kanker, lever atau gangguan hati, tekanan darah rendah, anemia, pemulihan setelah melahirkan, sebagai peluruh haid dan meningkatkan stamina.

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah kulit pohon yang diperoleh dengancara dikupas dari batang pohon yang masih hidup lalu direbus hingga berwarna merah bata. Penelitian tentang tanaman faloak belum banyak dipublikasikan. Penelitian yang telah dilakukan yaitu tentang identifikasi kandungan aktif kulit pohon faloak (Steculia

urceolata, Smith).

Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etil asetat dan metanol kulit pohon faloak yang diidentifikasi dengan metode kromatografi lapis tipis positif mengandung flavonoid (Amsikan, 2011). Selanjutnya (Cici, 2003) melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang valoa terhadap beberapa bakteri dan hasilnya menunjukkan hasil postif sebagai antibakteri. Penelitian tentang efek sitotoksik terhadap tanaman faloak belum pernah dilakukan.

Uji sitotoksik merupakan uji in vitro yang umumnya menggunakan kultur sel kanker. Uji sitotoksik dilakukan terhadap suatu senyawa obat untuk mengetahui potensi sitotoksik (membunuh sel) yang selanjutnya dapat dikembangkan sebagai agen antikanker

(4)

(Schunach et al, 1990). Upaya-upaya pengobatan kanker yang sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat seperti dengan pembedahan, radiasi maupun kemoterapi.

Namun efek samping dari cara pengobatan ini relatif tinggi seperti kerontokan rambut, sel normal yang ikut mati, di samping itu pula rendahnya selektivitas obat-obat

antikanker yang digunakan saat ini. Penemuan suatu agen pencegah kanker yang berasal dari alam semakin diminati oleh masyarakat, karena selain dapat mengobati kanker efek samping yang ditimbulkanrelatif kecil. Untuk itu diperlukan suatu usaha dalam rangka menggali potensi tanaman obat sebagai alternatif pengobatan kanker. Faloak telah digunakan secara empiris untuk mengobati kanker namun belum ada data ilmiahnya sehingga perlu diteliti potensi faloak sebagai antikanker. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalaheksperimen dengan rancangan percobaan lengkap. Ekstraksi kulit pohon faloak (Sterculia urceolata, Smith) dikerjakan di Laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang dan uji sitotoksik dilakukan di

LaboratoriumPenelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol faloak (Sterculia urceolata, Smith) dengan berbagai konsentrasi dan variabel terikat adalah aktivitas sitotoksik ekstrak kulit pohon tanaman faloak. Ekstrak etanol kulit pohon faloak adalah hasil maserasi serbuk kulit pohon faloak dengan menggunakan pelarut etanol70%. Efek sitotoksik merupakan kemampuan ekstrak etanol kulit pohonfaloak dalam membunuh sel HeLa secara in vitro yang dinyatakan dengan IC50.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kulit pohon pohon faloak, Etanol 70%, Amonia, medium kultur sel RPMI 1640 (Sigma-Aldrich) 10%, FBS (Fetal Bovine Serum)10%, Penisillin-streptomisin (Penstrep) 2% (Gibco-Invitrogen), Fungison 0,5% (Gibco-Invitrogen), PBS (Phosphat Buffer Saline) (Gibco BRL), HEPES (N-[2-hydroxyethyl] piperazine N'-[2-ethanesulfonic acid]) (Sigma-Aldrich St.

Louis Mo-USA), Penstrep (Penisilin-streptomisin) (Gibco-Invitrogen), Fungison (Gibco-Invitrogen), trypsin 0,25% (Gibco), MTT

(3-(4,5-dimethylthiazol-2-il)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (Sigma-Aldrich St. Louis, MO, USA), SDS (Sodium Dodecil Sulfat) 10%, HCl 0,01 N (Merk) Alat yang digunakan dalampenelitian ini antara lain: erlenmeyer,gelas kimia, gelas ukur (pyrex), timbangan analitik (Mettler Toledo), tabung konikal steril, Magnetik stirer (Ishtar Hitzsrer), kamera digital, Flask (Nunc), Mikropipet (Gilson), hemocytometer,blue tip, yellow tip, White tip, inkubator C02, Laminar Air Flow (ESCO), Mikroskop inverted (Olympus), cawan kultur 96 sumur (Nunc), Elisa reader (Bio-Rar Model 680XR), lampu spiritus, pipet pasteur,

(5)

eppendof (Axygen), pH Meter (TOA), Autoclaf ( OSK-6508-Ogawa-Seiki), Sentrifugasi (Sorvaall Biofuge Primo-R), vortex (Maxi Mix II), Tabung conical (Nunc), Tangki Nitrogen cair (Thermolyne).

Kulit pohon faloak yang digunakandalam penelitian diambil dari daerah Tenau-Kabupaten Kupang, dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran dan cemaran yang melekat. Kulit pohon faloak selanjutnya dirajang dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan setelah kering dibuat serbuk dengan cara digerus terlebih dahulu kemudian diayak dengan ayakan nomor 100. Hasil ayakan digunakan untuk proses ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi.

Ekstrak etanol kulit pohonfaloak selanjutnya dilakukan identifikasi kimia untuk mengetahui kandungan kimia ekstrak. Identifikasi falovonoid dilakukan dengan

mengambil 1 mL larutan sampel diuapkan hingga kering, dilarutkan dalam 1 mL etanol (95%) P, ditambah 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 tetes asam klorida pekat P. Diamati jika terjadi warna merah oranye sampai merah ungu, menunjukan adanya flavonoid (Anonim,1979).

Sebelum dilakukan uji sitotoksik terlebih dahulu dilakukan preparasi suspensi sel uji. Sel uji yang digunakan dalam penelitian iniadalah sel HeLa (cell line) yang berasal dari koleksi Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM Yogyakarta. Sel HeLa dalam ampul dikeluarkan dari tempat penyimpanan di dalam tangki Nitrogen cair, kemudian tabung tersebut dibenamkan ke dalam tangas air pada suhu 370C beberapa menit sampai isi dalam tabung mencair.

Diambil cairan yang ada di dalam tabung sel, dipindahkan kedalam tabung konikal steril dan ditambahkan 5 mL medium RPMI 1640 lalu disentrifuse selama 5 manit dengan kecepatan 150 rpm. Larutan supernatant dibuang dan ke dalam peletnya ditambahkan medium RPMI yang ke dalamnya telah ditambahkan FBS (Fetal Bovine Serum) 20 %, Penstrep 2 % dan Fungison 0,5 % sampai volume 5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam culture flask dan diinkubasi dalam incubator CO2 5% pada suhu 370C selama 4 hari. Setiap 2 hari media kultur sel diganti. Sel uji yang diinkubasi diamati perkembangannya setiap hari untuk melihatada tidaknya perubahan warna pada medium kultur. Kultur sel diperiksa setiap hari di bawah mikroskop inverted untuk melihat kepadatan selnya. Setiap 2 hari medium diganti dengan medium yang baru. Setelah jumlah sel uji konfluen (Jumlahnya memadai), medium diganti dengan medium baru dan sel dilepaskan dengan cara menambahkan 1mL tripsin, dibiarkan beberapa menit sambil diamati dengan

(6)

Sel dipindah ke dalam tabung konikal dan ditambah medium RPMI yang mengandung 10% FBS, 2% Penstrep dan 0,5% Fungison hingga volume 5-10 mL dan disentrifuge 1500 rpm selama 5 menit. Sel dicuci menggunakan medium yang sama dan dihitung jumlah selnyamenggunakan hemocytometer. Suspensi sel ditambah sejumlahmedium hingga konsentrasi sel yang dibutuhkan dan siap digunakan untuk penelitian.

Uji Sitotoksik sampel terhadap sel HeLa dilakukan dengan cara sel HeLa yang telah konfluen dan dihitung jumlahnya didistribusikan ke dalam sumuran pada 96-well

microplate dengan jumlah 2x104/100µl/sumuran. Kemudian ke dalam suspensi sel HeLa ditambahkan ekstrak faloak dengan seri konsentrasi 6,25 µg/mL, 12,5, 25, 37,5, 50, 62,5 dan 75µg/mL dan 100µg/mL.

Masing-masing konsentrasi diambil 100µL dan dibuat triplo kemudian diikubasi dalam inkubator CO25% selama 24 jam dan diamati perkembangan sel menggunakan

mikroskop inverted. Media sel diganti dengan media yang baru. Ekstrak faloak dengan seri konsentrasi yang sama seperti sebelumnya dimasukkan ke dalam sumuran (triplo) sebanyak 100µL kemudian diikubasi dalam inkubator CO2 5% selama 24 jam.

Media sel diganti yang baru kemudian ditambahkan 10 µL larutan MTT 0,5% dalam PBS steril ke tiap sumuran dan diinkubasi dalam inkubator CO2 selama 4 jam. Enzim yang dimiliki oleh sel hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk warna ungu. Reaksi ini dihentikan dengan penambahan 100µL/sumuran reagen stopper SDS 10% 4 jam setelah penambahan MTT, kemudian diinkubasi pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya selama 1 malam lalu dibaca absorbansinya dengan Elisa reader pada panjang

gelombang 550 nm.

Hasil pengukuran absorbansi pada Elisa Reader terhadap masing-masing sumuran dihitung persen kematian sel menggunakan rumus : Potensi aktivitas sitotoksisitas direpresentasikan sebagai harga IC50 adalah konsentrasi yang menyebabkan kematian 50% populasi sel. Semakin kecil harga IC50 maka potensi sitotoksiknya semakin besar. Perhitungan harga IC50 berdasarkan hubungan regresi linier antara

logaritmakonsentrasi dengan nilai probit dari prosentasi kematian sel.

Penetapan harga IC50 dilakukan dengan analisis probit. HASIL Hasil identifikasi kandungan kimia ekstraketanol kulit pohon faloak(Sterculia urceolata, Smith) seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak Perkolat Kulit Pohon Faloak Golongan Senyawa Reaksi Warna Hasil Pengujian Pustaka Keterangan Flavonoid Ekstrak diuapkan + 1 mL etanol (95%) P + 0,1 g serbuk magnesium P + 10 tetes HCl pekat Merah oranye Warna merah oranye sampai merah ungu (Anonim,1995).

(7)

+ Uji sitotoksik dilakukan untuk mengetahui potensi sitotoksik ekstrak etanol kulit pohon faloak (Sterculia urceilata, Smith) terhadap sel HeLa dengan parameter IC50. Sel yang dibutuhkan dalam pengujian sitotoksik adalah sel HeLa dengan kepadatan sel 2 x 104/100µL/sumuran. PEMBAHASAN Uji sitotoksisitas adalah pengembangan metode untuk memprediksi keberadaan obat sitotoksik baru termasuk diantaranya dari bahan alamyang berpotensi sebagai antikanker.

Obat kanker berkaitan erat dengan senyawa yang mempunyai sifat sitotoksik yaitu suatu senyawa yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan sel yang sedang berkembang.Uji sitotoksik adalah uji in vitro dengan menggunakan kultur sel yang digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antineoplasmatik dari suatu senyawa. Penggunaan uji sitotoksik pada suatu sel merupakan salah satu cara penetapan in vitro untuk mendapatkan obat-obat sitotoksik.

Sistem ini merupakan uji kualitatif dengan cara menetapkan kematian sel. Akhir-akhir ini uji sitotoksik digunakan secara luas menggantikan uji toksisitas secara in vivo yang menggunakan hewan coba. Metode in vitro memberikan beberapa keuntungan, antara lain dapat digunakan sebagai langkah awal dalam pengembangan suatu obat,

merupakan metode yang cepat, hanya memerlukan sedikit senyawa yang digunakan dalam pengujian, secara drastis dapat mengurangi penggunaan hewan laboratorium dan untuk beberapa tujuan penggunaan kultur sel primer dari bermacam-macam organ target (hati, paru-paru, ginjal, kulit, SSP) dapat memberikan informasi tentang potensi efeknya pada sel target manusia secara langsung (Doyle dan Griffiths, 2000).

Faloak secara empiris digunakan oleh masyarakat Kupang-Nusa Tenggara Timur untuk mengobati beberapa penyakit salah satunya kanker. Kulit pohon faloak yangdigunakan dalam penelitian ini diambil dari di daerah Tenau Kecamatan Alak Kota Kupang-Nusa Tenggara Timur. Pencarian bukti ilmiah untuk mengetahui potensi antikanker tanaman faloak dalam penelitian ini diawali dengan uji kualitatif ekstrak faloak dengan tujuan untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang berkhasiat sebagai antikanker.

Hasil uji kualitatif menunjukkan ekstrak etanol kulit pohon faloak positif mengandung flavonoid dan uji bebas etanol ekstrak menunjukkan ekstrak tidak mengandung etanol yang digunakanpada saat penarikan kandungan aktif (Anonim,1979). Ekstrak etanol kulit pohon faloak selanjutnya digunakan untuk uji sitotoksik terhadap sel HeLa dengan parameter kematian sel dinyatakan sebagai IC50.

Sel uji yang digunakan dalam uji sitotoksik adalah kultur sel HeLa. Kultur sel ini memiliki sifat semi melekat dan digunakan sebagai model sel kanker dan untuk mempelajari

(8)

sinyal transduksi seluler. Pertimbangan pemilihan sel uji ini karena sel HeLa ini cukup aman dan merupakan sel manusia yang umum digunakan untuk kepentingan kultur sel. Bentuk morfologi sel HeLa hidup terlihat berbentuk bulat, bening, cemerlang, tidak keruh pada bagian inti dan sel menempel pada dasar sumuran berbentuk lonjong, sedangkan sel HeLa yang mati terlihat mengapung pada media, keruh dan mempunyai bintik hitam di bagian tengah (Goodwin, 2000). Sel HeLa dapat tumbuh dengan agresif dalam media kultur. Media yang digunakanadalah media RPMI 1640-serum.

Serum yang digunakan adalah Fetal Bovine Serum (FBS) yang mengandung nutrisi untuk pertumbuhan sel yaitu asam amino, vitamin, garam-garam anorganik, dan glukosa. Untuk memacu pertumbuhan sel HeLa juga ditambahkan serum yang mengandung hormon-hormon. Untuk pertumbuhan sel HeLa juga dibutuhkan albumin yang berfungsi sebagai protein transport, lipid diperlukan untuk pertumbuhan sel, dan mineral

berfungsi sebagai kofaktor enzim (Freshney, 1986).

Bahan lain yang ditambahkan adalah Penstrep (Penicillin-streptomicin) dan Fungison yang berfungsi untuk mencegah bakteri atau jamur yang dapat mengganggu

pertumbuhan sel HeLa. Sel yang dibutuhkan dalam pengujian sitotoksik adalah sel HeLa dengan kepadatan sel 2 x 104/100 µL/sumuran seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi sel HeLa dengan kepadatan 2 x 104/ 100µL Kultur sel HeLa yang terpapar oleh ekstrak faloak mengalami perubahan pertumbuhan tergantung pada kemampuan sitotoksisitas ekstrak faloak. Uji ini menggunakan kontrol negatif media kultur dan kontrol positif doxorubisin dengan konsentrasi yang sama dengan ekstrak faloak. Kepadatan sel pada kontrol negatif lebih tinggi dibandingkan pada sel yang terpapar ekstrak faloak seperti pada Gambar 3. A B Gambar 2. Morfologi sel HeLa Kontrol (A) setelah Penambahan Ekstrak Faloak 50 µg/mL (B) Untuk membedakan sel HeLa yang hidup dan yang mati ditambahkan larutan MTT. MTT adalah garam tetrazolium 2-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromide.

Prinsip reaksi larutan MTT dengan sel HeLa adalah MTT setelah masuk ke dalam sel selanjutnya diubah menjadi formazan oleh mitokondria di dalam sitoplasma. Reaksi ini sangat dipengaruhi oleh keutuhan mitokondria. Produk formazan berkumpul di dalam sel dan tidak dapat keluar melewati membran sel namun jika sel dilisiskan, maka formazan akan bebas dan segera dapat dideteksi menggunakan ELISA Reader pada panjang gelombang 550 nm (Childs, 2002; Mosmann, 1983). A B Gambar 3 .

Sel HeLa setelah penambahan larutan MTT 0,5 % (A), sel HeLa setelah penambahan ekstrak faloak 50 µg/mL (B) Penambahan larutan HCl pada latutan stopper SDS

(9)

berfungsi membuat formazan menjadi larut dan berguna untuk mengubah warna merah fenol pada media RPMI 1640 menjadi kuning, sehingga merah fenol tidak mengganggu pembacaan serapan formazan. Hasil dari pembacaan ELISA Reader selanjutnya dihitung persen kematian sel HeLa.

Sitotoksisitas ekstrak faloak diketahui berdasarkan kematian sel HeLa yang selanjutnya dihitung dengan analisis probit untuk mengetahui nilai IC50nya. Hasil perhitungan persen kematian sel pada penelitian ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ektrak faloak maka semakin tinggi persen kamatian sel HeLa seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Hubungan Konsentrasi Ekstrak Faloak dengan Persentase Kematian Sel HeLa Dari

persentase kematian sel HeLa yang dianalisis dengan Probit diperoleh nilai IC50 untuk doxorubicin adalah 17,485 µg/mL dan ekstrak etanol faloak sebesar 22,235 µg/mL. Hasil ini menunjukkan ektrak etanol faloak mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel HeLa. Penelitian tentang pembuktian potensi senyawa flavonoid yang terdapat pada

tumbuhan sebagai antikanker telah banyak dilakukan (Ren et al. 2003; Meiyanto et al, 2012). Ekstak etanol faloak telah diidentifikasi kandungan kimianya dengan

menggunakan metode Kromatrografi Lapis Tipis (KLT) dan menunjukkan salah satu kandungan aktif ekstrak adalah flavonoid (Amsikan, 2011).

Kemampuan menghambat pertumbuhan sel HeLa oleh ekstrak etanol faloak sebesar 22,235 µg/mL menunjukkan kemampuan sitotoksik yang layak untuk dipertimbangkan untuk penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme sitotoksiknya terhadap sel HeLa maupun model sel kanker lainnya. Suatu zat uji dikatakan mempunyai sitotoksik apabila nilai IC50 dibawah 30 µg/mL (Meyer cit Wahyudi, 2009).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak kulit pohon faloak memiliki efek sitotoksik dan dapat dikembangkan selanjutnya sebagai agen antikanker. KESIMPULAN Ekstrak etanol kulit pohon faloak (Sterculia urceolata, Smith) mempunyai efek sitotoksik terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar 22,235 µg/mL. SARAN Perlu dilakukan

penelitian selanjutnya tentang mekanisme sitotoksik terhadap sel HeLa dan uji toksisitas ekstrak faloak dalam rangka pengembangan kulit pohon faloak sebagai agen

antikanker. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Amsikan, E.,

2011, Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Kulit pohon Faloak, Skripsi, Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang. Cici, B., Mulyati., 2003, Uji Aktivitas Hambatan Mikrobiologik Ekstrak Etanol Tanaman faloak (Sterculia urceolata, Smith) terhadap Pertumbuhan Beberapa Bakteri, skripsi, Universitas Nusa Cendana, Kupang. Childs, A.C., Phaneuf, S.L.,

(10)

Philips,T., and Leeuwen B.,

2002, Doxorubicin Treatment In Vivo Causes Cytochrome C Release and Cardiomyocyte Apoptosis, as well as Increased Mitochondrid Efficiency Supperoxide Dismutase Activity, Cancer Reseach . Doyle and Griffiths, 2000, Cell and Tissue Culture for Medical Research, John Willey & Sons, Ltd, New York Freshney I.R., 2005, Culture of Animal Cells: A Manual of Basic Technique 5 th, Ed, 115-128, 199-216, 366, John Wiley and Sons Inc., New York. Goodwin, E.C., DiMaio, D.,

2000, Repression of human papillomavirus oncogenes in Hela cervical carcinoma cells causes the orderly reactivation of dormant tumor suppressor pathways, Biochemistry, Vol.97, no.23 Meiyanto, E., Hermawan, A., Aminayati, 2012, Natural Products for cancer Targeted Therapy : Citrus Flavonoid as potent Chemopreventive Agents, Asia Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol.

13 Mosmann, T, 1983, Rapid Colorimetric Assay for Cellular Growth and Survival

Application to Proliferation and Cytotoxicity Assay, J. Immunological Methods Ren, W., Wang, H., Zhang L., 2003, Flavonoid : Promosing anticancer Agents, Medical Research Review; 23 (14) 519-534. INTERNET SOURCES: --- <1% - https://jualbibitpohon.id/category/tanaman-hias/ <1% - https://greenliferepublic.blogspot.com/ <1% - http://jurnal.akfarsam.ac.id/index.php/jim_akfarsam/article/download/201/131/ <1% - http://repository.unpas.ac.id/12401/5/14.%20BAB%20II.pdf <1% - http://repository.unpas.ac.id/12476/5/bab%202.pdf <1% - https://khasiatbuahbuah.blogspot.com/2012/ <1% - https://mukzizatislam.blogspot.com/2012/09/ramuan-herbal-sang-nabi.html <1% - http://repository.unpas.ac.id/11376/4/BAB%20I.pdf <1% - https://yayasanfatim.blogspot.com/2011/07/pemanfaatan-hasil-wakaf-produktif.html <1% - http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3796/1/inayati%20buhari.pdf <1% - https://www.dosenpendidikan.co.id/antioksidan-adalah/ <1% - https://khatarinameldawati93.blogspot.com/2013/10/ <1% - http://eprints.ums.ac.id/1541/1/K100050099.pdf <1% - https://id.123dok.com/document/q2kx0keq-penetapan-kadar-fenolik-total-dan-flavonoi d-total-ekstrak-beras-hitam-oryza-sativa-l-dari-kalimantan-selatan.html <1% - http://eprints.ums.ac.id/30360/2/BAB_1.pdf

(11)

<1% - https://budi-daya-pohon.blogspot.com/2012/07/seputar-pohon-cendana.html <1% - http://islv.student.umm.ac.id/2016/10/10/my-blog/ <1% - https://id.123dok.com/document/zx5ej9oq-jurnal-penelitian-publish-elvivo-biosain.html <1% - https://ngurahjayaantara.blogspot.com/2013/12/farmakologi-obat-kemoterapi-anti-kan ker.html <1% - http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/kedelai-kemopreventif.pdf <1% - http://sdm.ugm.ac.id/web/wp-content/uploads/2019/08/Pengumuman-Rekrutmen-Paru h-Waktu_LPPT.pdf <1% - https://www.scribd.com/document/373252777/UJI-AKTIVITAS-ANTIBAKTERI-EKSTRAK-E TANOL-KULIT-POHON-FALOAK-pdf <1% - https://www.scribd.com/document/317198467/Prosiding-Seminar-Nasional-2014-Farma si-UHO 1% - https://skeletalmusclejournal.biomedcentral.com/track/pdf/10.1186/s13395-019-0208-z <1% - https://journal.ugm.ac.id/TradMedJ/article/download/30882/20799 <1% - http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/index.php/widyariset/article/download/449/371 <1% - http://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/index.php/3/article/view/573/449 <1% - https://id.scribd.com/doc/314760906/JURNAL-FARMASI-VOL-XI-NO-1-FEBRUARI-2015-pdf <1% - http://jifi.farmasi.univpancasila.ac.id/index.php/jifi/article/download/528/375/ <1% - https://pt.scribd.com/document/62710661/Infra-Red-Spektrofometer-Hal-89-100 <1% - https://docobook.com/daun-jambu-biji.html <1% - https://dewiratnasulistina.blogspot.com/2013/ <1% - https://docplayer.info/155543976-Aspek-biologi-pemrosesan-dan-aplikasi-klinis-sel-pu nca-mesenkimal.html <1% - https://jurnal.ugm.ac.id/ijl/article/download/40965/22818 <1% - https://id.123dok.com/document/8yd42eey-uji-daya-antiinflamasi-dan-antikanker-seny awa-piperidin-secara-in-vitro-dan-in-silico.html <1% - https://pt.scribd.com/document/207553348/BIMFI-Edisi-1 <1% - http://eprints.ums.ac.id/20528/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf <1% -

(12)

http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/en/wp-content/uploads/Ika-Rahmawati-et-al-JAMS-2016.p df <1% - http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/download/210/206/ <1% - http://eprints.ums.ac.id/70866/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf <1% - https://zebith.blogspot.com/2009/ <1% - https://www.academia.edu/38826972/MODUL_PRAKTIKUM_KIMIA_ORGANIK <1% - https://text-id.123dok.com/document/ky6168gq-fractination-of-anticancer-protein-fro m-a-marine-fungus-xylaria-psidii-kt30-and-their-cytotoxicity-against-hela-cell-line.html 2% - http://eprints.ums.ac.id/18782/4/BAB_I.pdf 1% - http://eprints.ums.ac.id/2246/1/K100040054.pdf <1% - https://ifandra.blogspot.com/2009/ <1% - https://www.uc.ac.id/library/category/kesehatan-2/page/5/ <1% - https://www.academia.edu/24892015/Makalah_kimia_medisinal_tentang_antikanker_dari _senyawa_kurkumin <1% - http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes/article/download/143/140/ <1% - http://repository.unib.ac.id/11697/1/Uji%20Efek%20Sitotoksik.pdf 1% - https://www.academia.edu/8001701/Uji_Sitotoksisitas_Fraksi_Butanol_Anonna_squamos a_Terhadap_Sel_HeLa <1% - https://www.academia.edu/8001652/Uji_Sititosisitas_Fraksi_Butanol_Anona_squamosa_te rhadap_sel_HeLA 1% - https://www.academia.edu/11400885/Biologi_Sel <1% - https://docobook.com/antikanker-ekstrak-etanolik-tanaman-widuri-olehb1414b2b9d33f c6b1d0a775659a50bba32599.html <1% - http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-phba37b24bb6full.pdf 1% - https://id.scribd.com/doc/132443499/36-69-1-SM <1% - https://idatrisnawati23.blogspot.com/p/blog-page_6235.html <1% - http://repository.uin-malang.ac.id/2481/1/2481.pdf <1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Pinang <1% - https://id.scribd.com/doc/180161774/Prosiding-Seminar-Nasional-Eight-Star-Performan ce-Pharmacist-2 <1% - http://eprints.ums.ac.id/48557/9/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf <1% - https://www.ebay.com/p/217113833 1% - https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC523272/ <1% -

(13)

https://www.researchgate.net/publication/263630669_Prokinetic_Activity_of_Ethanolic_E xtracts_from_Dried_Citrus_unshiu_Peels_in_Mice

Referensi

Dokumen terkait

Dari data butir soal nomor 1, dihasilkan grafik ICC pada analisis karakteristik instrumen penilaian Higher Order Thinking untuk pelajaran matematika dengan

Strategi dan pendekatan yang dapat diterapkan di Kawasan Wisata Danau Ranau Lumbok Seminung dengan pendekatan Community Based Tourism (CBT) diantaranya, melibatkan

Sehingga, oli peredam Shock Absorber dengan menggunakan oli CPO dengan nilai viskositas sebesar 1.28 Poise dapat dikatakan bisa digunakan sebagai oli peredam dari Shock

Dewan Kehortmatan IAI Jakarta layak mendapat apresiasi akan diumumkan pada Malam Penghargaan IAI Jakarta 2018 pada bulan Maret 2018  Karya dalam kategori Anugerah harus sudah

Penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Sholihah (2011) dimana hasil penelitiannya menunjukkan perubahan yang signifikan (adanya penuruna

Dari data hasil pengukuran krom tersebut, dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi krom dengan jarak untuk setiap interval 3 jam yang dapat dilihat pada gambar B.l sampai

Al-Raghib Al-Isfahani menjelaskan bahwa hikmah adalah perolehan kebenaran dengan perantara ilmu dan akal, yang berasal dari Allah atau manusia. Jika berasal dari

memperkuat prinsip kekuasaan kehakiman yang merdeka berarti suatu Kekuasaan yang berdiri sendiri dan tidak dalam intervensi dari kekuasaan lainya dalam menjalankan