• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Komunikasi Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Di Kelurahan Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan Komunikasi Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Di Kelurahan Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI KELURAHAN TATAARAN 1 KECAMATAN TONDANO SELATAN

Oleh:

BRIAN ABRAHAM ROGI

e-mail: briandnerazzurri@yahoo.com Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan komunikasi keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja di Kelurahan Tataaran I Kecamatan Tondano Selatan, dengan fokus penelitian: 1) Motif remaja dalam melakukan aksi kenakalan remaja; 2) Pola asuh yang diterapkan orangtua terhadap anak (remaja); 3) Hambatan yang ditemui orangtua dan anak (remaja) dalam proses komunikasi keluarga.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan perspektif fenomenologis (Alfred Schutz), serta menggunakan teori interaksi simbolik (George H. Mead). Yang menjadi subjek penelitian ini adalah remaja (14-16 tahun) dan orangtua dari para remaja tersebut yang tinggal di sekitaran lokasi peneltian (Kelurahan Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa), sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah pola komunikasi keluarga yang ada di Kelurahan Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa fenomena kenakalan remaja di Kelurahan Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan, terjadi karena intensitas komunikasi keluarga yang kurang, dan daya kontrol serta bimbingan orang tua terhadap perilaku anak remaja sangat terbatas. Pola asuh yang demokratis (bebas namun bertanggung jawab) adalah pola yang efektif dalam meminimalisir dan mencegah terjadinya kenakalan remaja.

Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan ini di mana pun dan kapan pun termasuk dalam lingkungan keluarga. Pembentukan komunikasi intensif, dinamis dan harmonis dalam keluarga tentu menjadi dambaan setiap keluaraga. Peranan keluarga terutama orangtua, menjadi amat penting bagi pembentukan karakter anak, terlebih lagi bila anak tersebut mulai memasuki masa remaja.

Pada masa remaja, seseorang akan mengalami berbagai perubahan mengenai dirinya, baik perkembangan fisik maupun psikologis. Remaja pada umumnya sangat rentan terhadap pengaruh dari lingkungannya. Karena di masa inilah remaja banyak mengalami berbagai problema mengenai jiwa psikologisnya, yang tanpa disadari remaja tersebut akan

u vP o u] ‰Œ}• • ‰ v Œ] v ] vš]š • ]Œ]X , o ]v] • Œ]vP l o] ]• µš vP v ^lŒ]•]•

] vš]š • ]Œ]_• Z]vPP remaja rentan terjerumus ke dalam berbagai bentuk penyimpangan sosial atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja. .

< v l o v Œ u i u Œµ‰ l v • µ Z ^o]vPl Œ v Z]š u_ Ç vP š l ‰ Œv Z ‰µšµ•X

Sambung-menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun semakin rumit. Faktor pemicunya, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.

Kota Tondano merupakan ibu kota dari kabupaten Minahasa, yang meliputi 4 kecamatan: Tondano Selatan, Tondano Utara, Tondano Barat, dan Tondano Timur. Tondano dikenal dengan kota yang sejuk dan berbagai objek wisata, salah satunya adalah Danau Tondano yang merupakan primadona pariwisata di kota tersebut. Di sisi lain juga,

( v}u v •}•] o Œµ‰ l v l o v Œ u i U ^šµu µZ •µ µŒ_• Œ šµŒµv-temurun di kota

(2)

Seperti yang pernah dilansir oleh media massa lokal (www.hariankomentar.com dan www.swaramanadonews.com), aksi tawuran sesama pelajar SMA dan tawuran antar pelajar SMP marak terjadi di berbagai titik lokasi di kota Tondano dalam kurun waktu 1 dekade ini. Masalah ini tentu sangat meresahkan banyak pihak dan oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik dan tertantang untuk melakukan sebuah penelitian di Kota Tondano. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan observasi, maka peneliti memutuskan Kelurahan Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan sebagai titik lokasi yang tepat untuk penelitian ini.

Di Kelurahan Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan, fenomena kenakalan remaja kerap terjadi. Beberapa bentuk kenakalan remaja di kelurahan ini antara lain, pesta minuman keras, rokok, membolos sekolah, balapan motor (liar), pencurian, perjudian dan tawuran. Berdasarkan keterangan dari warga di sekitar lokasi penelitian, masalah ini telah

• i l Œ] Œ ‰ P v Œ •] • oµuvÇ v Zl v š Œµ• ^ Œšµu µZ •µ µŒ_ Œ]

generasi ke generasi.

Berbicara tentang kenalakan remaja tentu erat kaitannya dengan faktor keluarga, yaitu menyangkut pola didik dan intensitas komunikasi (orangtua - anak) di dalam keluarga. Banyak orangtua menerapkan konsep atau metode cara mendidik remaja yang barometernya hanya berambisi agar anak tersebut harus sesuai dengan apa yang orangtua inginkan dan harapkan. Bukan konsep bagaimana anak tersebut bisa mengerti, memahami apa yang menjadi tanggung jawab seorang anak remaja pada usianya, agar bisa menjadi anak yang memiliki rasa percaya diri dan tanggung jawab pada dirinya.

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja itu sendiri. Kurangnya dukungan, perhatian, penerapan disiplin yang salah atau tidak efektif seperti penerapan disiplin yang terlalu mengekang atau otoriter maupun terlalu bebas atau permisif, terlebih lagi kurangnya kasih sayang, adalah merupakan faktor-faktor yang bisa menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.

Pada masa sekarang masalah ketidaksiapan orangtua dalam membina anak-anak sering dianggap sebagai pemicu terjadinya masalah-masalah sosial dan kenakalan pada diri anak, karena orangtua dinilai kurang mampu memberi perhatian khusus kepada anak. Interaksi dan komunikasi dalam keluarga (orangtua - anak) kurang tercipta secara dinamis. Bagi keluarga yang mampu mengadakan komunikasi yang baik kepada anak tentu akan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak, sebaliknya bagi orangtua yang super sibuk dan masa bodoh terhadap perkembangan anak tentu jarang terjadi proses interaksi atau komunikasi dalam keluarga. Dampaknya, anak yang dibesarkan dalam lingkungan orangtua yang tidak komunikatif kemungkinan besar akan mencari bentuk perhatian ke lingkungan lain, seperti di lingkungan sekolah atau lingkungan teman sepermainan.

Perselisihan dan stres yang dialami keluarga erat pula hubungannya dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja sudah menjadi masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Tidak hanya di kota-kota besar, masalah ini juga sudah menjadi u • o Z Ç vP^lo •]l_ ] l}š d}v v}Xd všµ • uµ ‰]Z l~š l š Œl µ o]•u Œ • Œ • Z dan berharap agar masalah di daerah ini dapat segera ditanggulangi, oleh karena itu penulis mengadakan sebuah penelitian dengan maksud dan tujuan agar masalah ini dapat tertanggulangi.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini ialah: Bagaimana peran komunikasi keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja di Kelurahan Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan?

(3)

Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Pengertian komunikasi secara umum dilihat dari dua segi, yaitu secara etimonologis dan secara terminologis. Secara etimonologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata commnunis. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata mengenai maka suatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.

Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup (scope)-nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acapkali mengklasifikasikan aspek-aspek komunikasi kedalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda konteksnya.

Komunikasi Keluarga

Menurut Sedwig (1985), komunikasi keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh intonasi suara tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. Keluarga merupakan jaringan orang-orang yang berbagi kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lama yang terikat oleh perkawinan, darah, atau komitmen dan berbagi pengharapan-pengharapan masa

‰ v u vP v ] Zµ µvP v Ç vP Œl ]š v_ ~' oÀ]v v Œ}uu oU íõõíUZouX ï•.

Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (dalam Prasetyo, 2000), salah satunya adalah komunikasi orangtua dengan anak. Komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orangtua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orangtua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal dimana antara orangtua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan interpersonal antara orangtua dan anak muncul melalui transformasi nilai-nilai. Transformasi nilai dilakukan dalam bentuk sosialisasi. Pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak orangtua adalah membentuk kepribadian anak-anaknya dengan menanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orangtua. Hal yang dilakukan orangtua pada anak di masa awal pertumbuhannya sangat mempengaruhi berbagai aspek psikologis anak-anak.

Remaja dan Kenakalan Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih. 2004 : 45).

Menurut Hurlock: Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Pada akhir masa remaja, jiwanya sudah tidak mudah terpengaruh serta sudah mampu memilih dan menyeleksi. Remaja juga mulai belajar bertanggung jawab pada dirinya, keluarga, dan lingkungan.

Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Menurut Kartini Kartono (2003 : 6-7 ) kenakalan remaja merupakan gejala sakit

(4)

secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.

Teori Interaksi Simbolik

Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead (1863-íõïí•X D u u µ š ‰ u]l]Œ v }Œ]•]v o Ç ]šµ ^dZ dZ }Œ š] o W Œ•‰ š]À _Ç vP u Œµ‰ l v ]l o l o^d }Œ]/vš Œ l•]^]u }o]l_X/vš Œ l•] •]u }o]l karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Prespektif interaksi simbolik, perilaku manusia harus di pahami dari sudut pandang subyek. Dimana teoritis interaksi simbolik ini memandang bahwa kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol, (D.Mulyana, 2001: 70).

Pandangan Teori interaksi simbolik terhadap masalah penelitian ini, adalah penyimpangan datang dari individu yang mempelajari perilaku meyimpang dari orang lain. Dalam hal ini, individu tersebut dapat mempelajari langsung dari penyimpang lainnya atau membenarkan perilakunya berdasarkan tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh }Œ vP o ]vX^µšZ Œo v u vP uµl l v u vP v ] š }Œ] Z ](( Œ vš] o ••} ] š]}v[U ] u v Sutherland menyatakan bahwa seorang pelaku criminal mempelajari tindakan tersebut dan perilaku menyimpang dari pihak lain, bukan berasal dari dirinya sendiri.

Perspektif Fenomenologis.

Dalam menunjang teori yang digunakan, peneliti juga melengkapi landasan teori ini dengan menggunakan pendekatan perspektif fenomenologis (Alfred Schutz). Menurut Alfred Schutz (The Phenomenology of the social world : 1972), tugas utama analisis fenomenoloP]• o Z u Œ l}v•šŒµl•] µv] l Z] µ‰ v u vµ•] ^• v ŒvÇ _ o u bentuk yang mereka sendiri alami.

Inti pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implicit. Schutz meletakkan hakekat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Seperti yang ditegaskan Deddy Mulyana dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, penelitian ini untuk mencari respon subyektif individual.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Remaja di Kelurahan Tataaran 1 melakukan aksi kenakalan remaja dilatar belakangi oleh berbagai motif. Jika dikaitkan dengan landasan teori yang digunakan, dalam hal ini

(5)

teori komunikasi antar pribadi dan pendekatan perspektif fenomenologis dari Schutz adalah adanya motif yang berorientasi pada masa lalu yaitu faktor pengaruh teman, mencari perhatian (orangtua), terdorong oleh rasa penasaran / ingin coba-coba, ingin diterima di lingkungan pergaulan, dan ingin memperoleh predikat gaul/jantan di mata teman-teman pergaulan ; kemudian motif yang berorientasi pada masa kini yaitu, untuk mencari kesenangan, sekedar mencari popularitas, dan mencari citra (nakal) yang melekat ; serta motif yang berorientasi pada masa depan adalah ingin sosok dan namanya terus dikenang di masa mendatang sebagai yang digeluti dan diperbuat di masa lalu dan masa kini.

Dari hasil penelitian diperoleh beberapa jenis pola asuh yang diterapkan oleh orangtua kepada anak remaja di Kelurahan Tataaran 1 / Kecamatan Tondano Selatan, yaitu pola asuh permissiif, otoriter, demokratif dan penelantar. Pola asuh orangtua terhadap anak remaja juga turut memicu peluang terjadinya kenakalan remaja. Sifat dan perilaku anak sangat dipengaruhi dengan pola asuh kedua orangtuanya. Terlalu memanjakan atau memandang sebelah mata keberadaan mereka, bisa berakibat buruk terhadap kepribadian mereka kelak. Oleh sebab itu anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif ataupun lingkungan yang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif seperti terjadi kenakalan remaja, dan sikap positif orangtua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter dengan maksud agar anak mematuhi dan menghormati orangtua, justru akan membuat anak ingin melakukan perilaku menyimpang di luar rumah. Anak beranggapan kalau dirinya bebas dan tidak ada yang mengaturnya di luar rumah.

Pada kenyataannya di lapangan, terdapat beberapa hambatan yang ditemui orangtua dan anak reamaja dalam aktivitas komunikasi keluarga. Hambatan-hambatan tersebut antara lain, kesibukan orangtua, ego orangtua, anak sering keluar rumah, dampak kemajuan teknologi internet, game dan hambatan yang bersifat situasional seperti tayangan televisi.

Meskipun para orangtua informan menyadari keadaan anak mereka saat ini, mereka tetap memiliki sebuah harapan agar melalui komunikasi keluarga yang lebih efektif dan intensif ini dapat menanggulangi fenomena kenakalan remaja yang telah terlanjur terjadi dan sekaligus mencegah agar tidak lagi terjadi di masa mendatang. Membangun pola komunikasi keluarga yang baik, intensif dan membangun kedekatan secara emosional antara orangtua dan anak remaja dapat meminimalisir terjadinya fenomena kenakalan remaja.

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa fenomena kenakalan remaja di Kelurahan Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan terjadi karena intensitas komunikasi keluarga yang kurang, kemudian daya kontrol dan bimbingan orangtua terhadap perilaku anak remaja (menyangkut, pendidikan agarma dan nilai-nilai moralitas) sangat terbatas.

Hasil penelitian menunjukan:

1.1. Bahwa terdapat beberapa motif yang melatar belakangi remaja di kelurahan Tataaran 1 melakukan aksi kenakalan remaja, yaitu:

(6)

- Rasa Ingin Tahu. - Lingkungan.

- Ingin disebut gaul dan gentle. - Mencari perhatian orangtua. - Kesenangan

- Mencari Popularitas. - Pencitraan.

- Ingin dikenang.

1.2. Pola asuh/didikan yang diterapkan orangtua kepada anak (remaja) di lokasi penelitian, yaitu:

- Pola asuh Permissif (lunak dan manja). - Pola asuh Otoriter (keras dan dispilin).

- Pola asuh Demokratis (bebas tapi bertanggung jawab). - Penelantar (bebas dan acuh).

Pola Asuh di atas merupakan gambaran dari kehidupan informan remaja dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pola didik yang ada di lokasi penelitian masih kurang efektif dalam menanggulangi dan mencegah terjadinya kenakalan remaja.

Komunikasi keluarga yang tercipta antara orangtua dan anak adalah komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) dengan menggunakan pesan verbal yang mengandung perhatian, kasih sayang, empati dan dukungan, dengan intensitas berkomunikasi yang menitikberatkan pada kualitas percakapan atau seberapa dalamnya pesan yang disampaikan ketika berkomunikasi, dengan durasi percakapan yang berbeda-beda. Hal ini cukup berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak serta berdampak pada kemungkinan terjadinya bentuk kenakalan remaja.

Pola didik yang efektif dalam meminimalisir dan mencegah terjadinya kenakalan remaja adalah pola bebas bertanggung jawab (demokratis), namun tetap memperhatikan kontrol serta kualitas dari komunikasi yang terjalin antara orangtua, sehingga anak bisa menangkal hal-hal yang dapat memicu terjadinya kenakalan remaja.

1.3. Hambatan yang ditemui orangtua dan anak remaja dalam proses komunikasi keluarga: - Kesibukan orangtua menyebabkan waktu orangtua untuk anak menjadi terbatas

akibat kesibukan orangtua.

- Anak sering keluar rumah menyebabkan interaksi yang terjalin antara orangtua dan anak remaja menjadi sangat kurang.

- Dampak Teknologi / Internet / Game membuat pengguna jasa layanan ini kecanduan sehingga berdampak pada aktivitas komunikasi keluarga.

- Ego orangtua yaitu orangtua yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman mereka (biasanya dalam bentuk arisan), tetangga sekitar, dan urusan pribadi lainnya.

- Tayangan TV turut menjadi penghambat dalam aktivitas komunikasi keluarga, karena tidak dapat dipungkiri bahwa tayangan sinetron kerap menghipnotis kaum wanita khususnya para ibu rumah tangga.

2. Saran

Guna melengkapi hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran atau rekomendasi, yaitu:

(7)

2.1. Orangtua yang memiliki anak (usia) remaja sebaiknya lebih meningkatkan daya kontrol terhadap perkembangan anak terlebih khusus dalam hal pergaulan anak, serta lebih memperhatikan lagi aktivitas dan intensitas komunikasi keluarga yang terjalin di dalam keluarga, karena kedua faktor itu sangat penting dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja.

2.2. Sesibuk-sibuknya orangtua di dalam aktivitas dan tuntutan pekerjaan, ada baiknya agar lebih memerhatikan dan tidak melalaikan tugas utama orangtua kepada anak yaitu mendidik, mengarahkan dan membina anak, karena dengan menjalankan fungsi utama orangtua tersebut tentu akan meminimalisir terjadinya aksi kenakalan remaja. 2.3. Kajian penelitian tentang komunikasi keluarga ada baiknya lebih ditingkatkan dengan menemukan pola komunikasi keluaraga yang paling tepat agar bisa menjadi acuan orangtua dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja.

Daftar Pustaka

A. Karen, Littlejohn, Foss Stefen. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Alfred, Schutz. 1972. The Phenomenology of The Social world. London: Heinemann

Educational Book.

Anwar, Arifin. 1992. Strategi komunikasi. Bandung: Armico.

Arifin, 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Astrid, Susanto. 1977. Teori Komunikasi dan Praktek Jilid I. Bandung: Bina Cipta.

Budyatna, Muhammad. dan Ganiem, Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

D. Mulyana. 2003. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Deddy, Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi, Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Deddy, Mulyana. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Book.

i u[ vU<}u Œ] ZU v^ š}Œ]X îìíìXMetodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Effendy, Onong Uchjana. 2003. Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti.

Engkus, Kuswarno. 2009. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi : Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran.

George, H. Mead. 1934. Mind, Self, and Society : From a standpoint of a social behaviorist. Ed Charled. W Morris. Chicago: University of Chicago Press.

H. Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi - Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kartini, Kartono. 2010. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Masyhuri, M. Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian t pendekatan praktis dan aplikatif. Bandung: Reflika Aditama.

(8)

Onong, Uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Paul, Suparno. dkk. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. Yogyakarta: Karnisius. S. Willis. 1994. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa.

Soekanto. S, 1988. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta. Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumber lain:

httpxondis. blogspot.com. Mc Millan & Schumacher. 2003. Pengertian penelitian kualitatif.. 05/10/2014.

http://www.academia.edu/3319840/Fenomenologi_Alfred_Schutz_Studi_tentang_Konstr uksi_Makna_dan_Realitas_dalam_Ilmu_Sosial, diakses 03mar/2014, 10.00pm.

http://carapedia.com/pengertian_definisi_komunikasi_menurut_para_ahli_info487.html 24/2/2014 /

http:// praktiko (dalam prasetyo : 2000) pedidikan.blogspot.com/2013/10/bab-iv-peran-tri-pusat-pendidikan-dalam.html 25/10/2013 / diakses 19nop2013, 02.45am

http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html/menurut/ Paul Moedikdo SH. 25nop/2013, 05.00am.

http://rosit.wordpress.com/2011/03/12/universal-of-verbal-and-nonverbal-messages/24feb/2014, 04.00am.

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:leHpOn_QCcAJ:swaramanadon ews.com, 05/12/2013 / 22feb2014, 01.00am.

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:OM6odzYYxC0J:www.harianko mentar.com/arsip/arsip_2006/mei_15/induk01.html 20feb2014, 03.00am.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif pada pada ibu menyusui di

Dengan menggunakan metode analisis isi pada tweet yang dikeluarkan oleh ke-empat akun politikus di atas selama periode September – November 2013, diharapkan dapat

BELANJA MODAL GEDUNG DAN BANGUNAN ( PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT JALAN LANTAI 2 DAN GEDUNG IBS LANTAI 3 ) HASIL KOREKSI ARITMATIK. Lampiran 1 : Berita Acara

KANTOR LAYANAN PENGADAAN BARANG /

This implies subanayticity of small sub- Riemannian balls for a wide class of real-analytic sub-Riemannian structures: for any structure without abnormal minimizers and for

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana motivasi dan factor- faktor yang menpengaruhi motivasi masyarakat di Kelurahan Tamangapa dalam

berpengaruh terhadap hasil belajar membaca al-Quran siswa. Dukungan dari pihak yayasan pun sangat baik dengan menyediakan waktu pembelajaran al-Quran yaitu 4-5

Lorises Luminescence Lungfish Lycophytes Lyme disease Lymphatic system Lyrebirds M Macaques Mach number Machine tools Machine vision Machines, simple Mackerel Magic square