• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keandalan Gardu Induk Teluk Lembu PT. PLN Pekanbaru dengan Metode Section Technique Menggunakan Software ETAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Keandalan Gardu Induk Teluk Lembu PT. PLN Pekanbaru dengan Metode Section Technique Menggunakan Software ETAP"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 1

Analisis Keandalan Gardu Induk Teluk Lembu PT. PLN Pekanbaru Dengan Metode Section Technique Menggunakan Software ETAP

Athur Marune C, Nurhalim

Program Studi Teknik Elektro S1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau

Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau

Email: athur_mchristian@yahoo.com ABSTRACT

Analysis of the level reliability in this study using section technique methods compared with ETAP software. Objectives to be presented in this study provide information about reliability of the Teluk Lembu substation PT. PLN Pekanbaru. By dividing the distribution networks based methods of calculating level of reliability section technique, which impacts the perceived failure of the same componet if the occurrence of the disoders that cause system outages. Step by step execution of this study include collecting data, performing calculations failure parameter, calculating the reliability index SAIDI (System Average Interruption Duration Index) and SAIFI (System Average Interruption Frequency Index). The calculate result obtained by using section technique method SAIFI = 1,745 time/hour, SAIDI = 5,34 hour/year, and CAIDI = 3,06 hour/year. With exiting standard in Indonesia as SPLN 68-2 : 1986 has values SAIFI (System Average Frequency Duration Index) is 3,2 time/hour and SAIDI (System Average Interruption Duration Index) is 21 hour/year, the index reliabilty of the distribution Feeder Surian still in the category reliable.

Keywords: Section Technique, reliability, distribution system

1. PENDAHULUAN

Di dalam penggunaan daya listrik, mutlak diperlukan sistem distribusi. Sistem distribusi yang berguna menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen. Sistem distribusi merupakan sub-sistem tersendiri yang terdiri dari : Gardu Induk Distribusi, Saluran Tegangan Menengah yang merupakan saluran udara atau kabel tanah, Gardu Distribusi (GD) tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-panel distribusi tegangan rendah (380V/220V) yang menghasilkan tegangan kerja/tegangan jala-jala untuk industri dan

konsumen perumahan. Sedangkan secara umum keandalan sistem tenaga listrik dapat didefenisikan sebagai suatu kemampuan sistem untuk memberikan suatu pasokan tenaga listrik yang cukup dengan kualitas yang memuaskan. Keandalan peralatan-peralatan listrik pada sistem distribusi menentukan kontinuitas tenaga listrik sehingga berpengaruh terhadap produsen (dalam hal ini perusahaan penyedia tenaga listrik) maupun konsumen. Agar kontinuitas penyaluran tenaga listrik dapat memadai, maka diperlukan cara penilaian terhadap mutu dan keandalan pelayanan, agar dapat memberikan pegangan yang

(2)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 2 terarah dalam menentukan tingkat

keandalan dari sistem distribusinya.

Dalam tugas akhir ini, analisa yang akan dilakukan adalah analisa keandalan sistem distribusi di wilayah Pekanbaru, Riau. Indeks-indeks yang digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan suatu sistem distribusi adalah SAIFI (System Average Interruption Frequency Index), SAIDI (System Average Interruption Duration Index), dan CAIDI (Costumer Average Interruption Duration Index)

Dengan demikian perlu dilakukan studi tentang perhitungan tingkat keandalan di Gardu Induk Teluk Lembu untuk mengetahui apakah Gardu Induk tersebut sudah memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap konsumen. Ada beberapa teknik analitik yang digunakan untuk melakukan evaluasi sistem keandalan jaringan distribusi 20 kV, salah satunya adalah metode Section Technique, yaitu metode yang melakukan evaluasi keandalan dengan cara memecah sistem dalam bagian-bagian yang lebih kecil atau section terlebih dahulu, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan dapat diminimalkan, serta waktu yang dibutuhkan lebih singkat. Agar tingkat keandalan yang didapatkan akurat maka hasil perhitungan dari metode Section

Technique akan dibandingkan dengan

rumus running software ETAP (Electrical

Transient Analisys Program), yaitu

software yang dapat melakukan analisa

studi tentang keandalan (reliability).

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Sistem Jaringan Distribusi

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan dari pembangkit hingga ke beban. Sistem distribusi yang paling umum digunakan pada distribusi tenaga listrik dengan sistem radial. Sistem distribusi radial merupakan sistem yang banyak digunakan dalam menyuplai energi listrik dibeberapa industri. Dikarenakan dalam sistem ini paling sederhana dan lebih

ekonomis dibandingkan dengan sistem distribusi yang lainnya. Pada sistem ini terdapat beberapa feeder yang menyuplai ke titik beban.

Dalam feeder-feeder tersebut terdapat trafo-trafo dimana akan mendistribusikan energi listrik tersebut ke titik beban langsung. Kelebihan dari sistem distribusi radial ini adalah tidak rumit dan harga yang dibutuhkan untuk instalasi pada sistem ini tidak terlalu memakan biaya. Namun dibalik itu terdapat kekurangan dari sistem ini, yaitu tingkat keandalan dari sitem ini merupakan yang paling jelek dibandingkan dengan sistem distribusi yang lainnya.

Penyebab dari tingkat keandalan yang rendah pada sistem ini adalah hanya terdapat satu jalur utama pada tiap feeder

yang menyuplai energi listrik ke tiap titik beban. Oleh karena itu apabila terdapat gangguan pada feeder utama, maka imbas yang dirasakan ke semua titik beban yang terhubung pada feeder tersebut. Oleh karena itu tiap industri yang memakai sistem distribusi ini memerlukan beberapa cara untuk mengatasi tiap kegagalan yang dialami oleh sistem tersebut.

Terdapat beberapa metode dalam perhitungan tingkat keandalan dari sebuah sistem distribusi, yaitu metode Section

Technique, Metode RIA (Reliability Index

Assessment), metode FMEA (Failure Mode

and Effect Analysis), Monte Carlo

Simulation, Markov Modeling, dan lain

sebagainya. Penelitian saat ini akan menggunakan metode Section Technique.

.

2.2 Metode Reliability

2.2.1 Metode RIA (Reliability Index Assessment)

Metode RIA adalah sebuah metode pendekatan yang digunakan untuk memprediksi gangguan pada sistem distribusi berdasarkan topologi sistem dan data-data mengenai keandalan komponen.

(3)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 3 Secara fungsional RIA mendata

kegagalan yang terjadi pada peralatan secara komprehensif, lalu mengidentifikasi kegagalan tersebut, dan menganalisis mode kegagalan tersebut. Filosofi dari metode RIA adalah suatu sistem mode yang melibatkan analisis bottom-up dimana suatu analisis mode kegagalan spesifik dari sub sistem, dilihat pengaruhnya terhadap keseluruhan sistem sehingga dapat dihasilkan indeks-indeks keandalan yang memiliki konstribusi terhadap indeks keandalan seluruh sistem.

2.2.2 Metode Section Technique

Pada perhitungan keandalan saat ini menggunakan metode Section Technique, dimana metode ini melakukan analisa perhitungan secara structural dalam sebuah sistem distribusi. Saat ini dilakukannya pengevaluasian keandalan sistem tersebut dianalisa seberapa besar kegagalan pada suatu komponen mempengaruhi tingkat kegagalan suatu sistem saat itu.

Dengan menganalisa tiap-tiap peralatan yang berkonstribusi pada suatu sistem distribusi tersebut dilakukan pendekatan sehingga dapat titik fokus seberapa pengaruhnya dengan nilai tingkat keandalan suatu sistem distribusi itu sendiri. Dengan metode ini dilakukan pengamatan secara bottom-up dan diperbandingkan dengan kegagalan dalam suatu waktu.

Perhitungan tingkat kegagalan peralatan distribusi dengan pembagian yang akan dilakukan maka akan didapat kegagalan masing-masing peralatan yang dianalisis dari semua titik beban (Load

point). Pendekatan ini dilakukan secara

bottom-up dengan membagi sistem dalam bentuk bagian-bagian dan dengan itu dapat meminimalkan kesalahan yang dilakukan dan juga membutuhkan waktu yang lebih singkat.

2.3. Keandalan Sistem Distribusi

Menurut Rukmi Hartati (2007),

Keandalan sistem distribusi adalah suatu ukuran ketersediaan/tingkat pelayanan penyediaan tenaga listrik dari sistem ke pemakai. Ukuran keandalan dapat dinyatakan seberapa sering sistem mengalami pemadaman, berapa lama pemadaman terjadi dan berapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi dari pemadaman yang terjadi

(restoration). Sistem yang mempunyai

keandalan tinggi akan mampu memberikan tenaga listrik setiap saat dibutuhkan, sedangkan sistem yang mempunyai keandalan rendah bila tingkat ketersediaan tenaganya rendah yaitu sering padam.

Tingkat keandalan dalam pelayanan dapat dibedakan menjadi 5 (lima) hal antara lain (SPLN 52-3, 1983: 5) :

Tingkat 1 : Dimungkinkan padam berjam-jam, yaitu waktu yang diperlukan untuk mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena adanya gangguan.

Tingkat 2 : Padam beberapa jam, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengirim petugas ke lapangan, melokalisir gangguan dan melakukan manipulasi untuk menghidupkan sementara dari arah atau saluran yang lain.

Tingkat 3 : Padam beberapa menit, manipulasi oleh petugas yang stand by di gardu atau dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan manipulasi jarak jauh.

Tingkat 4 : Padam beberapa detik, pengamanan dan manipulasi secara otomatis.

Tingkat 5 : Tanpa padam, dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan otomatis.

Sistem distribusi dikatakan memliki keandalan tinggi jika berada pada tingkat 4 dan tingkat 5, dan memiliki keandalan menengah jika berada pada tingkat 3, serta memiliki keandalan rendah jika berada pada tingkat 1 dan tingkat 2.

(4)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 4

2.4 Faktor-Faktor Nilai Keandalan 2.4.1 Mean Time To Failure

Mean Time To Failure (MTTF) adalah waktu rata-rata kegagalan yang terjadi selama beroperasinya suatu sistem, dapat dirumuskan :

(1) Dimana : T= waktu operasi (up time)

n= jumlah kegagalan

2.4.2 Mean Time To Repair

Mean Time To Repair adalah waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan perbaikan terhadap terjadinya kegagalan suatu sistem yang dapat dirumuskan :

(2) Dimana : L= waktu perbaikan (down time)

n= jumlah perbaikan

2.4.3 Laju Kegagalan

Laju kegagalan () adalah harga rata-rata dari jumlah kegagalan per satuan waktu pada suatu selang waktu pengamatan (T). Laju kegagalan ini dihitung dengan satuan kegagalan per tahun. Untuk selang waktu pengamatan diperoleh :

 =

T d

(3)

 = Laju kegagalan konstan (kegagalan per tahun)

d = banyaknya kegagalan yang terjadi selama selang waktu

T = jumlah selang waktu pengamatan (tahun)

2.5 Indeks Kegagalan dari Sisi

Pelanggan

2.5.1 Frekuensi Gangguan (failure rate)

a) Frekuensi gangguan (failure rate) untuk setiap load point LP, merupakan penjumlahan laju kegagalan semua peralatan yang berpengaruh terhadap load

point, dengan persamaan

s =

K i

i

 (4)

Dimana : i = laju kegagalan ke-i K = semua peralatan yang berpengaruh terhadap load point

b) Lama/durasi gangguan tahunan rata-rata untuk load point ULP dengan persamaan :

U s=

K i Ui=

K i i  x ri (5) Dimana : ri= waktu perbaikan (repairing time atau switching time)

2.5.2 SAIFI (System Average Interruption

Frequency Index)

SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) adalah jumlah rata-rata kegagalan yang terjadi per pelanggan yang dilayani per satuan waktu (umumnya tahun). Persamaan untuk SAIFI dapat dilihat pada persamaan berikut :

(6)

Dimana : i

=

angka kegagalan rata-rata/frekuensi padam

Ni = jumlah konsumen yang terganggu pada beban i

2.5.3 SAIDI (System Average Interruption

Duration Index)

SAIDI (System Average Interruption Duration Index) adalah nilai rata-rata dari lamanya kegagalan untuk setiap pelanggan selama satu tahun. Persamaan SAIDI dapat dilihat pada persamaan berikut :

(7)

Dimana : Ui= durasi gangguan

Ni= jumlah konsumen yang dilayani pada beban i

(5)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 5

N= jumlah konsumen yang dilayani

2.5.4 CAIDI (Costumer Average

Interruption Index)

CAIDI (Costumer Average Interruption Duration Index) adalah indeks durasi gangguan konsumen rata-rata tiap tahun, menginformasikan tentang waktu rata-rata untuk penormalan kembali gangguan tiap-tiap pelanggan dalam satu tahun. (8) 3. Metode Penelitian 3.1 Langkah-Langkah Penelitian MULAI Pengambilan Data : 1. Data Online Diagram 2. Data Panjang Saluran 3. Data Jumlah Beban

Data Lengkap

Membuat pemodelan dari tiap feeder

Menentukan Keandalan Komponen

Menghitung Tingkat Keandalan Feeder dan Keandalan Gardu Induk

Bandingkan Dengan SPLN

Selesai YA

TIDAK

Analisa dan Rekomendasi

Gambar 1 Flowchart Penelitian

3.2 Pemodelan Sistem Distribusi

Gardu Induk Teluk Lembu Pekanbaru

Pada Gardu Induk Teluk Lembu Pekanbaru terdapat 3 buah Trafo Daya

dengan total 11 feeder yaitu feeder Surian,

feeder Cemara, feeder Akasia, feeder

Kuras, feeder Ketapang, feeder Bakau,

feeder Rengas, feeder Ubar, feeder Sengon,

feeder Ramin, dan feeder Kulim. Masing –

masing feeder tersebut melayani pelanggan di daerah Pekanbaru dan sekitarnya. Tujuan mengevaluasi ini adalah untuk menghitung tingkat keandalan jaringan distribusi agar dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh PLN. Dengan metode yang dipakai oleh penulis pada penelitian saat ini, Section Technique, maka data one line

diagram sangat dibutuhkan hingga

mendetail tiap – tiap feeder yang menyuplai pada Gardu Induk Teluk Lembu.

3.2.1 Feeder Surian G CB L1 L2 Trafo Daya L3 TD1 L4 L5 TD2 L6 TD3 L7 TD4 L8 TD5 TD6 L9 L10 L11 TD7 L12 TD8 L13 TD9 L14 TD10 L15 TD11 L16 TD12 L17 TD13 L18 TD15 L19 TD16 L20 TD17 L21 TD18 L22 TD19 L23 TD20 L24 TD21 L25 TD22 L26 TD23 L27 TD24 L28 TD25 L29 TD26 L30 TD27 L31 TD28 L32 TD29 L33 TD30

Gambar 2 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Surian

Feeder Surian disuplai dari gardu induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder surian memiliki

30 load point berupa trafo distribusi dengan

(6)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 6 menjadi 33 line dengan total panjang 8.65

km. 3.2.2 Feeder Cemara G CB L1 L2 TD1 L3 TD2 TD3 L4 L5 TD4 L6 TD5 L7 TD6 L8 TD7 L9 TD8 L10 TD9 L11 TD10 TD11 L12 TD12 L13 TD13 L14 TD14 L15 TD15 L16 TD16 L17 L18 TD17 TD18 L19 TD19 L20 L21 TD20 TD21 L22 L23 TD22 TD23 L24 TD24 L25 TD25 L26 TD26 L27 TD27 L28 TD28 L29 L30 TD29 L31 TD30 L32 TD31 TD32 L33 L34 CB L35 TD33 CB L36 L37 TD34 TD35 L38 TD36 L39 TD37 L40 TD38 L41 TD39 L42 TD40 L43 TD41 L44 TD42 L45 TD43 L46 TD44 L47 TD45 L48 TD46 L49 TD47 TD48 L51 L50 TD49 L52 TD50 L53 TD51 L54 TD52 L55 TD53 L56 TD54 L57 TD56 L59 TD57 L60 CB L61 TD55 L58

Gambar 3 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Cemara

Feeder Cemara disuplai dari gardu induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder Cemara memiliki

57 load point berupa trafo distribusi dengan

total pelanggan 3101. Feeder ini dibagi menjadi 61 line dengan total panjang 62.27 km.

3.2.3 Feeder Akasia

Feeder Akasia disuplai dari gardu induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder Akasia memiliki

47 load point berupa trafo distribusi dengan

total pelanggan 5915. Feeder ini dibagi

menjadi 48 line dengan total panjang 16.875 km. G CB L1 Trafo Daya L2 TD1 TD2 L3 TD3 L4 L5 TD4 TD5 L6 TD6 L7 TD7 L8 TD8 L9 TD9 L10 TD10 TD11 L11 L12 TD12 L13 TD13 L14 TD14 L15 TD15 L16 TD16 L17 TD17 L18 TD18 L19 TD19 L20 TD20 L21 TD21 L22 TD22 L23 TD23 L24 TD24 L25 TD25 L26 TD26 L27 TD27 L28 TD28 L29 TD29 L30 TD30 L31 TD31 L32 TD32 L33 TD33 L34 TD34 L36 TD35 L35 TD36 TD37 L37 TD38 L38 TD39 L39 TD40 L40 TD41 L41 TD42 L42 TD43 L43 TD44 L44 TD45 L45 TD46 L46 TD47 L47 L48

Gambar 4 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Akasia 3.2.4 Feeder Kuras G CB L1 Trafo Daya L2 TD1 L3 TD2 L4 TD3 TD4 L5 TD5 L6 L7 TD6 L8 L9 TD7 TD8 L10 L11 TD9 L12 TD10 L13 TD11 TD12 L14 TD13 L15 TD14 L16 TD15 L17 TD16 L18 TD18 L19 TD19 L20 TD20 L21 TD21 L22 TD22 L23 TD17 L24 L25 TD23 L26 TD24 L27 L28 TD26 TD25 L29 L30 TD27 L31 TD28 L32 TD29 L33 TD30 L34 TD31 L35 TD32 L36 TD33 L37 TD34 L38 TD35 L39 TD36 L40 TD37 L41 TD38 L42 L43 TD39 L44 TD40 L45 TD41 L46 TD42 L47 TD43 L48 TD44 L49 TD45 L50 TD46 L51 L52 TD47 TD48 L53 TD49 L54 TD50 L55 TD51 L56 TD52 L57 TD53 L58 TD54 L59 TD55 L60 TD56 L61 TD57 L62 TD58 L63 TD59 L64 L65 L66 TD60 TD61 TD62 TD63 TD64 L67 L68 L69 L70

Gambar 5 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Kuras

(7)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 7 Feeder Kuras disuplai dari gardu

induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder Kuras memiliki

64 load point berupa trafo distribusi dengan

total pelanggan 2740. Feeder ini dibagi menjadi 70 line dengan total panjang 20.6 km. 3.2.5 Feeder Ketapang G CB L1 TD1 L2 L3 TD2 TD4 L4 TD3 L5 TD5 L6 TD6 L7 TD7 L8 TD8 L9 TD9 L10 TD10 L11 TD11 L12 TD12 L13 TD13 L14 L15 TD14 TD15 L16 TD16 L17 TD17 L18 TD18 L19 TD19 L20 TD20 L21 TD21 L22 TD22 L23 TD23 L24 TD24 L25 TD25 L26 TD26 L27 TD27 L28 TD28 L29 TD29 L30 TD30 L31

Gambar 6 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Ketapang

Feeder Ketapang disuplai dari gardu induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder Ketapang memiliki 30 load point berupa trafo distribusi dengan total pelanggan 106. Feeder ini dibagi menjadi 31 line dengan total panjang 13.65 km.

3.2.6 Feeder Bakau

Feeder Bakau disuplai dari gardu induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder Bakau memiliki

16 load point berupa trafo distribusi dengan

total pelanggan 2617. Feeder ini dibagi menjadi 17 line dengan total panjang 4.62 km. G CB L1 Trafo Daya L2 TD1 TD3 L5 TD4 L6 L4 TD5 L8 TD7 TD8 L9 TD9 L10 L11 TD10 TD11 L12 TD12 L13 TD6 L7 TD13 L14 TD14 L15 TD15 L16 TD16 L17 TD2 L3

Gambar 7 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Bakau

3.2.7 Feeder Rengas

Feeder Rengas disuplai dari gardu induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder Rengas memiliki

42 load point berupa trafo distribusi dengan

total pelanggan 1142. Feeder ini dibagi menjadi 44 line dengan total panjang 19.2 km. G CB Trafo Daya L1 L2 TD1 TD2 L3 TD3 L4 TD4 L5 TD5 L6 TD6 L7 TD7 L8 L9 L10 TD8 L11 TD9 TD10 L12 TD11 L13 TD12 L14 TD13 L15 TD14 L16 TD15 L17 TD16 L18 TD17 L19 TD18 L20 TD19 L21 TD20 L22 TD21 L23 TD22 L24 TD23 L25 TD24 L26 TD25 L27 TD26 L28 TD27 L29 TD28 L30 L31 TD29 TD30 L32 TD31 L33 TD32 L34 TD33 L35 TD34 L36 TD35 L37 TD36 L38 L39 TD37 L40 TD38 TD39 L41 TD40 L42 TD41 L43 TD42 L44

Gambar 8 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Rengas

(8)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 8 3.2.8 Feeder Ubar G CB L1 Trafo Daya TD1 L2 TD2 L3 TD3 L4 TD4 L5 TD5 L6 TD6 L7 TD7 L8 TD8 L9 TD9 L10 TD10 L11 TD11 L12 TD12 L13 TD13 L14 TD14 L15 TD15 L16 TD16 L17 TD17 L18 TD18 L19 TD19 L20 TD20 L21 TD21 L22 TD22 L23 TD23 L24 TD24 L25

Gambar 9 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Ubar

Feeder Ubar disuplai dari gardu induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder Ubar memiliki

24 load point berupa trafo distribusi dengan

total pelanggan 3270. Feeder ini dibagi menjadi 25 line dengan total panjang 12.985 km. 3.2.9 Feeder Sengon G CB L1 Trafo Daya L2 L3 TD1 TD2 L4 TD3 L5 L6 TD4 TD5 L7 TD6 L8 TD7 L9 TD8 L10 TD9 L11 TD10 L12 TD11 L13 TD12 L14 TD13 L15 TD14 L16 TD15 L17 TD16 L18 TD17 L19 TD18 L20 TD19 L21 TD20 L22 TD21 L23 TD22 L24 TD23 L25 TD24 L26 TD25 L27 TD26 L28 TD27 L29 TD28 L30

Gambar 10 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Sengon

3.2.10 Feeder Ramin G CB L1 Trafo Daya L2 TD1 TD2 L3 TD3 L4 TD4 L5 TD5 L6 TD6 L7 TD7 L8 TD8 L9 TD9 L10 TD10 L11 TD11 L12 TD12 L13 TD13 L14 TD14 L15 TD15 L16 TD16 L17 TD17 TD18 L18 L19 TD19 L20 TD20 L21 TD21 L22 TD22 L23 TD23 L24 TD24 L25 L26 TD25 TD26 L27 L28 TD27 TD28 L29 TD29 L30 TD30 L31 TD31 L32 TD32 L33 TD33 TD34 L34 L35 TD35 L36

Gambar 11 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Ramin

Feeder Ramin disuplai dari gardu induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder Ramin memiliki

35 load point berupa trafo distribusi dengan

total pelanggan 4295. Feeder ini dibagi menjadi 36 line dengan total panjang 14.25 km.

3.2.11 Feeder Kulim

Feeder Kulim disuplai dari gardu induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan daya 60 MVA. Feeder ini memiliki variasi beban di load point berupa beban industri dan rumah tangga. Feeder Kulim memiliki

30 load point berupa trafo distribusi dengan

total pelanggan 7339. Feeder ini dibagi menjadi 33 line dengan total panjang 41.25 km.

(9)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 9 G CB L1 Trafo Daya L2 TD1 L3 TD2 L4 TD3 TD4 L5 TD5 L6 TD6 L7 L8 TD7 L9 TD8 L10 TD9 L11 TD10 L12 TD11 L13 TD12 L14 TD13 TD14 L15 TD15 L16 L17 TD16 TD17 L18 TD18 L19 L20 TD19 TD20 L21 TD21 L22 L23 TD22 L24 TD23 TD24 L25 TD25 L26 TD26 L27 L28 TD27 TD28 L29 L30 TD29 TD30 L31 L32 TD31 TD32 L33 L34 TD33 TD34 L35 TD35 L36 TD37 L37 L38 TD36 L39 TD38 L40 TD39 L41 TD40 TD41 L42 TD42 L43 TD43 L44 TD44 L45 TD45 L46 L47 TD46 TD47 L48 TD48 L49 TD49 L50 TD50 L51 TD51 L52 TD52 L53 TD53 L54 TD54 L55 TD55 L56 L57 TD56 TD57 L58 TD58 L59 L60 L61 TD59 TD60 L62 TD61 L63 TD62 L64 TD63 L65 TD64 L66 TD65 L67 TD66 L68 TD67 L69 TD68 L70 TD69 L71 TD70 L72 TD71 L73 TD72 L74 TD73 L75 TD74 L76 TD75 L77 TD76 L78 TD77 L79 TD78 L80 TD79 L81 TD80 L82 TD81 L83 TD82 L84 L85 TD83 L86 TD84 L87 TD85

Gambar 12 Pemodelan sistem distribusi pada Feeder Kulim

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Panjang saluran dan jumlah

pelanggan load point

Tabel 1 Jumlah load point feeder Surian section I

No Load Point Jumlah Pelanggan

1 TD1 123 2 TD2 123 3 TD3 123 4 TD4 123 5 TD5 123 6 TD6 123 7 TD7 123 8 TD8 123 9 TD9 123 10 TD10 123 11 TD11 123 12 TD12 123 13 TD13 123 14 TD15 123

Tabel 2 Jumlah load point feeder Surian section II

No Load Point Jumlah Pelanggan

1 TD16 123 2 TD17 123 3 TD18 123 4 TD19 123 5 TD20 123 6 TD21 123 7 TD22 123 8 TD23 123 9 TD24 123 10 TD25 1 11 TD26 1 12 TD27 38 13 TD28 38 14 TD29 77 15 TD30 77

Dapat dilihat dari tabel bahwa beban dari feeder ini bervariasi, itu dapat dilihat dari jumlah pelanggan yang berbeda. Pelanggan di feeder ini terdiri dari pelanggan industri dan pelanggan rumah tangga. Pelanggan di load point paling sedikit yaitu dengan jumlah 1 pelanggan dan pelanggan paling banyak dengan jumlah 123 pelanggan.

Tabel 3 Data panjang saluran feeder Surian

Saluran Panjang (km) Saluran Panjang (km) L1 0,1 L18 0,1 L2 0,85 L19 0,15 L3 0,2 L20 0,15 L4 1,2 L21 0,1 L5 1,2 L22 0,2 L6 0,1 L23 0,1 L7 0,25 L24 0,1 L8 0,15 L25 0,05 L9 0,15 L26 0,15 L10 0,45 L27 0,15 L11 0,3 L28 0,25 L12 0,05 L29 0,45 L13 0,05 L30 0,05 L14 0,1 L31 0,25 L15 0,15 L32 0,4 L16 0,2 L33 0,1 L17 0,4

(10)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 10 Tabel 4 Data indeks kegagalan saluran

udara

Saluran Udara

Sustained failure rate

(λ/km/yr)

0.2

r (repaire time) (jam) 3

rs (switching time) (jam)

0.15

Tabel 5 Data indeks kegagalan peralatan

Komponen λ (failure rate) r (repaire time) (jam) rs (Switchi ng time) (jam) Trafo Distribusi 0.005/u nit/tahu n 10 0.15 Circuit Breaker 0.004/u nit/tahu n 10 0.15 Sectionalizer 0.003/u nit/tahu n 10 0.15

Sumber : SPLN No. 59 : 1985, “Keandalan Pada Sistem Distribusi 20 kV dan 6 kV”, Perusahaan Listrik Negara, Jakarta, 1985.

Tabel 6 Indeks keandalan load point

section I

Load Point Indeks Keandalan Load Point

λ (fault/year) U (hour/year) TD1 1,242 3,81 TD2 1,242 3,81 TD3 1,242 3,81 TD4 1,242 3,81 TD5 1,242 3,81 TD6 1,242 3,81 TD7 1,242 3,81 TD8 1,242 3,81 TD9 1,242 3,81 TD10 1,242 3,81 TD11 1,242 3,81 TD12 1,242 3,81 TD13 1,242 3,81 TD15 1,242 3,81

Tabel 7 Perhitungan λ dan U load point I

Peral atan Failu re rate peral atan (unit/ yr atau fault/ yr/k m) Panj ang salur an udar a (km) Λ (fault/y ear) Rep air tim e (ho ur) U (hour /year ) CB 0,004 - 0,004 10 0,04 T1 0,005 - 0,005 10 0,05 S 0,003 - 0,003 10 0,03 L1 0,2 0,1 0,02 3 0,06 L2 0,2 0,85 0,17 3 0,51 L3 0,2 0,2 0,04 3 0,12 L4 0,2 1,2 0,24 3 0,72 L5 0,2 1,2 0,24 3 0,72 L6 0,2 0,1 0,02 3 0,06 L7 0,2 0,25 0,05 3 0,15 L8 0,2 0,15 0,03 3 0,09 L9 0,2 0,15 0,03 3 0,09 L10 0,2 0,45 0,09 3 0,27 L11 0,2 0,3 0,06 3 0,18 L12 0,2 0,05 0,01 3 0,03 L13 0,2 0,05 0,01 3 0,03 L14 0,2 0,1 0,02 3 0,06 L15 0,2 0,15 0,03 3 0,09 L16 0,2 0,2 0,04 3 0,12 L17 0,2 0,4 0,08 3 0,24 L18 0,2 0,1 0,02 3 0,06 L19 0,2 0,15 0,03 3 0,09 TOT AL 1,242 TO TA L 3,81

Tabel 8 Indeks keandalan section I

Load Point Indeks Keandalan Load Point

SAIFI SAIDI TD1 0,0828 0,254 TD2 0,0828 0,254 TD3 0,0828 0,254 TD4 0,0828 0,254 TD5 0,0828 0,254 TD6 0,0828 0,254 TD7 0,0828 0,254 TD8 0,0828 0,254 TD9 0,0828 0,254 TD10 0,0828 0,254 TD11 0,0828 0,254 TD12 0,0828 0,254 TD13 0,0828 0,254 TD15 0,0828 0,254 TOTAL 1,242 3,81

(11)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 11 Berdasarkan tabel di atas, dapat

diperoleh SAIFI dan SAIDI pada section I dengan nilai 1,242 kali/tahun untuk SAIFI dan 3,81 jam/tahun untuk SAIDI.

SAIFI untuk TD1 diperoleh dari mengalikan jumlah konsumen pada load point tersebut dengan λ TD1 kemudian membaginya dengan total konsumen pada section I. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: SAIFI =λ = = 0,0828 kali/tahun pada TD1

Sedangkan SAIDI untuk TD1 diperoleh dari mengalikan jumlah konsumen pada load point tersebut dengan U TD1 kemudian membaginya dengan total konsumen pada section I. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

SAIDI = = = 0.254 jam/tahun pada TD1 Section II

Tabel 9 Indeks Keandalan load point

section II

Load Point Indeks Keandalan Load Point

λ (fault/year) U (hour/year) TD16 0,503 1,53 TD17 0,503 1,53 TD18 0,503 1,53 TD19 0,503 1,53 TD20 0,503 1,53 TD21 0,503 1,53 TD22 0,503 1,53 TD23 0,503 1,53 TD24 0,503 1,53 TD25 0,503 1,53 TD26 0,503 1,53 TD27 0,503 1,53 TD28 0,503 1,53 TD29 0,503 1,53 TD30 0,503 1,53

Tabel 10 Perhitungan λ dan U load point II

Peral atan Failu re rate peral atan (unit/ yr atau fault/ yr/k m) Panj ang salur an udar a (km) Λ (fault /year ) Repa ir time (hour ) U (hour /year ) S 0,003 - 0,003 10 0,03 L20 0,2 0,15 0,03 3 0,09 L21 0,2 0,1 0,03 3 0,09 L22 0,2 0,2 0,04 3 0,12 L23 0,2 0,1 0,02 3 0,06 L24 0,2 0,1 0,02 3 0,06 L25 0,2 0,05 0,01 3 0,03 L26 0,2 0,15 0,03 3 0,09 L27 0,2 0,15 0,03 3 0,09 L28 0,2 0,25 0,05 3 0,15 L29 0,2 0,45 0,09 3 0,27 L30 0,2 0,05 0,01 3 0,03 L31 0,2 0,25 0,05 3 0,15 L32 0,2 0,4 0,08 3 0,24 L33 0,2 0,1 0,02 3 0,06 TOT AL 0,503 TOT AL 1,53

Tabel 11 Indeks keandalan section II

Load Point Indeks Keandalan Load Point

SAIFI SAIDI TD16 0,04620 0,14054 TD17 0,04620 0,14054 TD18 0,04620 0,14054 TD19 0,04620 0,14054 TD20 0,04620 0,14054 TD21 0,04620 0,14054 TD22 0,04620 0,14054 TD23 0,04620 0,14054 TD24 0,04620 0,14054 TD25 0,00037 0,00114 TD26 0,00037 0,00114 TD27 0,01427 0,04342 TD28 0,01427 0,04342 TD29 0,02892 0,08798 TD30 0,02892 0,08798 TOTAL 0,503 1,53

Berdasarkan tabel di atas dapat, dapat diperoleh SAIFI dan SAIDI pada section II dengan nilai 0,68288 kali/tahun untuk

(12)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 12 SAIFI dan 2,06988 jam/tahun untuk

SAIDI.

SAIFI untuk TD16 diperoleh dari mengalikan jumlah konsumen pada load point tersebut dengan λ TD16 kemudian membaginya dengan total konsumen pada section II. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: SAIFI = λ = = 0,04620 kali/tahun pada TD16

SAIDI untuk TD16 diperoleh dari mengalikan jumlah konsumen pada load point tersebut dengan U TD16 kemudian membaginya dengan total konsumen pada section II. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: SAIDI = = = 0,14054 jam/tahun pada TD16

Setelah mengetahui nilai indeks keandalan tiap section dapat diperoleh nilai indeks keandalan sistem jaringan pada feeder surian dengan menjumlahkan indeks keandalan tiap section. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12 Indeks keandalan Feeder Surian

Section Indeks Keandalan Sistem

SAIFI SAIDI

I 1,242 3,81 II 0,503 1,53

Total 1,745 5,34

Nilai SAIFI dan SAIDI diperoleh dengan menjumlahkan besarnya indeks keandalan tiap section. Untuk Feeder Surian diperoleh nilai SAIFI sebesar 1,745 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 5,34 jam/tahun. Besar nilai CAIDI diperoleh dengan membagi nilai SAIDI dengan nilai SAIFI sehingga didapat nilai sebesar 3,06 jam/tahun.

Setelah dilakukan perhitungan dan analisis tingkat keandalan sistem jaringan distribusi pada Gardu Induk Teluk Lembu

Pekanbaru untuk setiap feeder

menggunakan metode Section Technique, maka didapatkan hasil SAIFI, SAIDI, dan CAIDI seperti terlihat pada Tabel 4.13 di bawah ini:

Tabel 13 Nilai SAIFI, SAIDI, dan CAIDI masing-masing feeder menggunaka metode

Section Technique

Feeder SAIFI SAIDI CAIDI

SURIAN 1,8 5,3 2,9 CEMARA 12,7 38,1 3 AKASIA 3,4 10,3 3,02 KURAS 4,1 13,5 3,29 KETAPANG 2,6 8,4 3,23 BAKAU 0,8 2,7 3 RENGAS 3,9 11,8 3,02 UBAR 2,6 7,9 3,03 SENGON 1,8 5,6 3,1 RAMIN 2,9 8,7 3 KULIM 8,3 24,9 3

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai SAIFI tertinggi adalah pada feeder

Cemara yaitu sebesar 12,7 kali/tahun dan yang terendah pada feeder Bakau yaitu sebesar 0,9 kali/tahun. Sedangkan untuk nilai SAIDI yang tertinggi adalah pada

feeder Cemara yaitu sebesar 38,1 jam/tahun

dan yang terendah terdapat pada feeder

Bakau dengan nilai SAIDI sebesar 2,7 jam/tahun.

Tabel 14 Indeks keandalan masing-masing feeder berdasarkan hasil running software

ETAP

Feeder SAIFI SAIDI CAIDI

SURIAN 3,4 5,2 1,52 CEMARA 17,6 26,01 1,47 AKASIA 8,1 9,3 1,14 KURAS 8,7 11,29 1,29 KETAPANG 6,1 7,98 1,3 BAKAU 0,96 2,7 2,81 RENGAS 3,3 9,3 2,81 UBAR 3,5 9,2 2,62 SENGON 2,2 5,6 2,54 RAMIN 3,7 7,6 2,05 KULIM 16,8 23,9 1,42

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai SAIFI tertinggi adalah pada feeder

(13)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 13 Cemara sebesar 17,6 kali/tahun dan

terendah pada feeder Bakau sebesar 0,96 kali/tahun. Sedangkan untuk nilai SAIDI yang tertinggi adalah pada feeder Cemara dengan nilai sebesar 26,01 jam/tahun dan terendah pada feeder Bakau dengan nilai sebesar 2,7 jam/tahun.

Berikut adalah hasil perbandingan nilai SAIFI dan SAIDI yang ditunjukkan dalam bentuk grafis :

Gambar 13 Perbandingan perhitungan nilai SAIFI berdasarkan metode Section

Technique dengan software ETAP

Gambar 14 Perbandingan perhitungan nilai SAIDI berdasarkan metode Section

Technique dengan software ETAP

Bab 5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa keandalan jaringan distribusi pada Gardu Induk Teluk Lembu Pekanbaru dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk evaluasi tingkat keandalan sistem jaringan distribusi pada Gardu Induk Teluk Lembu Pekanbaru dengan menggunakan metode Section Technique diperoleh hasil SAIFI dan SAIDI sebagai berikut :

a. Pada feeder Surian diperoleh nilai SAIFI sebesar 1,745 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 5,34 jam/tahun. b. Pada feeder Cemara

diperoleh nilai SAIFI sebesar 12,663 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 38,192 jam/tahun.

c. Pada feeder Akasia diperoleh nilai SAIFI sebesar 3,39 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 10,275 jam/tahun.

d. Pada feeder Kuras diperoleh nilai SAIFI sebesar 4,153 1,8 12,7 3,4 4,1 2,6 0,8 3,9 2,6 1,8 2,9 8,3 3,4 17,6 8,1 8,7 6,1 0,9 3,3 3,5 2,2 3,7 16,8 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Section Technique ETAP 0 5 10 15 20 25 30 35 40 5,3 38,1 10,3 13,5 8,4 2,7 11,8 7,9 5,6 8,7 24,9 5,2 26,01 9,3 11,3 7,9 2,7 9,3 9,2 5,6 7,6 23,9 Section Technique ETAP

(14)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 14 kali/tahun dan nilai SAIDI

sebesar 13,5 jam/tahun. e. Pada feeder Ketapang

diperoleh nilai SAIFI sebesar 2,554 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 8,43 jam/tahun.

f. Pada feeder Bakau diperoleh nilai SAIFI sebesar 0,8642 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 2,6976 jam/tahun. g. Pada feeder Rengas

diperoleh nilai SAIFI sebesar 3,867 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 11,79 jam/tahun.

h. Pada feeder Ubar diperoleh nilai SAIFI sebesar 2,612 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 7,941 jam/tahun. i. Pada feeder Sengon

diperoleh nilai SAIFI sebesar 1,807 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 5,568 jam/tahun.

j. Pada feeder Ramin diperoleh nilai SAIFI sebesar 2,865 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 8,7 jam/tahun.

k. Pada feeder Kulim diperoleh nilai SAIFI sebesar 8,265 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 24,9 jam/tahun. 2. Dari hasil data diatas nilai SAIFI

tertinggi adalah pada feeder Cemara yaitu sebesar 12,663 kali/tahun dan nilai SAIFI terendah pada feeder

Bakau yaitu sebesar 0,8642 kali/tahun. Sedangkan nilai SAIDI tertinggi adalah pada feeder

Cemara yaitu sebesar 38,192 jam/tahun dan nilai SAIDI terendah pada feeder Bakau yaitu sebesar 2,6976 jam/tahun.

3. Mengganti sistem jaringan radial ke sistem jaringan spindel yang memungkinkan dapat dilaksanakan manuver antar feeder.

4. Pemasangan sistem proteksi yang handal dapat meminimalisasi peluang gangguan suatu peralatan sehingga gangguan sistem secara keseluruhan dapat dihindari.

5. Melakukan pemeliharaan seperti halnya dengan pemotongan pohon disekitaran jaringan untuk menghindari gangguan sentuhan pohon.

Daftar Pustaka

Daman. 2015. Klasifikasi Jaringan

Distribusi [Online] Available at :

https://daman48.files.wordpress.com/

2010/11/materi-2-klasifikasi-jaringan.pdf. [accessed 19/11/2015, Jam 11 AM]

Pulungan,AliBasrah. 2012 . Keandalan Jaringan Tegangan Menengah 20 KV Di Wilayah Area Pelayanan Jaringan (APJ) Padang PT. PLN (PERSERO)

Cabang Padang. Jurnal Nasional

Teknik Elektro N0.1 Vol: 2. Padang, Indonesia.

Putra Perdana, Wiwied. 2009. Evaluasi Keandalan Sistem Tenaga Listrik Pada Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial Gardu Induk Blimbing.

Jurnal EECCIS Vol. III, No. 1.

SPLN No. 59 : 1985. Keandalan Pada Sistem Distribusi 20 KV dan 6 KV.

Perusahaan Umum Listrik Negara. Jakarta.

SPLN No. 68-2 : 1986. Tingkat Jaminan Sistem Tenaga Listrik Bagian Dua :

Sistem Distribusi. Perusahaan Umum

Listrik Negara. Jakarta.

Teguh Prabowo, Aditya.2013. Analisis Keandalan Sistem Distribusi 20KV Pada Penyulang Pekalongan 8 dan

11. Jurusan Teknik

Elektro,Universitas Diponegoro. Semarang, Indonesia.

Tri Antoro, Eko. 2010. Studi Keandalan

Kontinuitas Penyaluran Tenaga

(15)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 15

Pada Penyulang Tajur Baru.

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan. Bogor, Indonesia.

Wicaksono, Henki Projo. 2012. Analisis Keandalan Sistem Distribusi Di PT.

PLN (PERSERO) APJ Kudus

Menggunakan Software ETAP

(ELECTRICAL TRANSIENT

ANALYSIS PROGRAM) Dan Metode

Section Technique. Proceeding

Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS. Surabaya, Indonesia.

Gambar

Gambar 1 Flowchart Penelitian  3.2  Pemodelan  Sistem  Distribusi  Gardu Induk Teluk Lembu Pekanbaru
Gambar 3 Pemodelan sistem distribusi pada  Feeder Cemara
Gambar 7 Pemodelan sistem distribusi pada  Feeder Bakau
Gambar 10 Pemodelan sistem distribusi  pada Feeder Sengon
+6

Referensi

Dokumen terkait

“ Sistem informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai kumpulan (integrasi) dari sub sistem/komponen baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan dan

Begitu juga dalam penelitian ini bahwa Pengetahuan Akuntansi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Lulusan, yang dilihat dari aspek performance

Tabel 4.50 Hasil rata-rata tiap aspek motivasi belajar siswa dalam pembelajaran menulis teks prosedur kompleks pada tindakan prasiklus, siklus I, siklus II dan

Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa fasa yang terkandung didalam Ti-6Al-4V-1Nb sesudah pengujian korosi dengan metoda polarisasi adalah fasa α-Ti, fasa β-Ti,

Berdasarkan nilai Reflection Loss yang diperoleh maka daya serap terhadap gelombang mikro dapat diketahui dengan menunjukkan hubungan frekuensi terhadap nilai Reflection

Menurut al-Mawardi, secara garis besar ada 10 (sepuluh) tugas dan kewajiban kepala negara terpilih, yaitu; (1) memelihara agama; (2) melaksanakan hukum di antara rakyatnya dan

satu prinsip penting goodgovernance. Masyarakat tidak hanya dijadikan sebagai objek belaka dari suatu keputusan atau kebijakan, tetapi juga merupakan pelaku signifikan

Kajian yang telah penulis lakukan ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, sehingga diperlukan kajian-kajian lain yang dapat melengkapi kekurangan-kekurangan