• Tidak ada hasil yang ditemukan

USIPP 2016, Keliling Kota Lintas Negara Sambil Diskusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USIPP 2016, Keliling Kota Lintas Negara Sambil Diskusi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

USIPP 2016, Keliling Kota

Lintas Negara Sambil Diskusi

UNAIR NEWS – Tahun ini, UNAIR kembali menjadi peserta program

USIPP (US-Indonesia Partnership Program) 2016. Program kerjasama antar universitas di Amerika dan Indonesia ini merupakan ajang tahunan yang diikuti oleh lima universitas, yaitu dari Indonesia ada Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, dan Universitas Gajah Mada, sedangkan dari Amerika yaitu Lehigh University dan Towson University. Pada tahun ini, tema yang diangkat dari USIPP adalah “Democratic Society and

Religious Prularisme”.

Program yang diadakan mulai tanggal 29 Mei hingga 30 Juni tersebut, diikuti oleh 12 mahasiswa yang terdiri dari 6 mahasiswa Indonesia dan 6 mahasiswa dari kedua universitas di Amerika. Salah satu mahasiswa peserta USIPP dari UNAIR adalah Amalia Mastur, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional angkatan 2013.

Amel, sapaan akrab Amalia Mastur, menceritakan pengalaman-pengalamannya ketika mengikuti program USIPP tahun ini. Ketika berada di Amerika, Amel dan kawan-kawan diajak untuk keliling Baltimore, lalu di Washington DC mereka disambut di Kedutaan Besar Indonesia. Perjalanan dilanjutkan ke New York, lalu menuju ke Nine Eleven Museum, hingga ke Pensylvania.

“Kesannya menarik, karena kita bisa tau kenapa orang Indonesia dibilang ramah banget, karena memang kita itu ramah banget. Waktu kita ke Amerika, jarang kita temui orang senyum, jarang orang menawarkan bantuan,” kenang Amel. “Kalau di Indonesia kita berdiskusi masalah agama, tapi kalau di Amerika yang dibahas adalah rasial,” imbuhnya.

Sedangkan di Indonesia terutama di Surabaya, selain mendapatkan city tour, mahasiswa peserta USIPP diajak untuk

(2)

berdiskusi bersama dengan para dosen UNAIR. Antara lain diskusi mengenai keberagaman budaya Indonesia dan Interfaith

Dialogue, Senin (27/7).

“Yang di UNAIR itu, mereka kita ajak keliling ke Tugu Pahlawan, terus ke House of Sampoerna, lalu ke Ampel, dan juga kita diterima langsung oleh Konjen (Konsulat Jenderal, red) Amerika yang bertempat di Jalan Untung Suropati. Sebenarnya itu adalah city tour, tapi itu kan juga memperlihatkan prularisme di kita seperti apa,” terang Dewi Sartika, selaku Koordinator International Partnership UNAIR. “Kita juga adakan diskusi, yang masih berkaitan dengan tema USIPP 2016,” imbuhnya.

Dewi mengatakan, pada Selasa (28/6), peserta USIPP diajak untuk berkunjung ke Gunung Bromo. Ia menjelaskan, selain bersenang-senang dan melihat sunrise, tujuan mereka ke salah satu tempat pariwisata Indonesia tersebut juga dalam rangka diskusi dengan para tetua kawasan Tengger,

“Kan disitu Umat Hindu lebih mayoritas daripada Muslim, jadi kita ingin lihat prularisme dari perspektif mereka,” terangnya.

Dewi berharap, program tahunan tersebut dapat meningkatkan hubungan dan kerjasama universitas antar Amerika dan Indonesia, khususnya UNAIR, sebagai salah satu peserta.

“Karena melalui program ini kami mendapatkan partner baru, dan itu bagus untuk pengembangan secara akademik dan untuk mahasiswanya. Jadi mahasiswa bisa exchange kesana. Kedua, kami juga ingin menunjukkan mahasiswa yang luas understanding-nya antar bangsa. Misalnya, Indonesia dengan Amerika, jadi mahasiswa akan lebih openminded akan suatu hal,” pungkasnya. Penulis : Dilan Salsabila

(3)

Dosen dan Mahasiswa Harus

Optimis Bisa Buat Publikasi

Internasional

UNAIR NEWS – Mimpi kampus untuk menjadi 500 terbaik dunia

harus ditopang oleh semua civitas akademika. Tak terkecuali, para dosen dan mahasiswa. Untuk bisa berbicara di ranah internasional, dosen dan mahasiswa mesti sanggup membuat publikasi ilmiah. Terlebih, beberapa tahun lalu, Dikti menyebarkan edaran tentang kewajiban mahasiswa program doktoral memiliki publikasi internasional.

Prof Dr Ahmad Syahrani Apt MS mengutarakan, baik dosen maupun mahasiswa harus menyikapi ini sebagai tantangan. Bukan memposisikannya laksana beban. Sebab, memproduksi publikasi internasional bukan sebuah kemustahilan.

Guru Besar Fakultas Farmasi ini menceritakan, dia pernah akan menempuh pendidikan S3 di Jerman dan Perancis. Namun, tidak kesampaian karena beberapa alasan. Saat itu, dia melakukan komunikasi dengan sejumlah kolega sesama dosen dan staf kependidikan.

“Saya memiliki satu pertanyaan utama: memangnya, apa bedanya kuliah di dalam negeri dan kuliah di luar negeri?” kata lelaki asal Kalimantan Selatan itu. Salah satu rekan menjawab, perbedaan yang dimaksud bisa terkait kepemilikan publikasi internasional.

“ D a r i s a n a , s a y a b e r t e k a d u n t u k m e m b u a t p u b l i k a s i internasional. Saya ingin membuktikan, meskipun akhirnya kuliah S3 di dalam negeri (UNAIR, Red), saya tetap mampu berkarya,” ujar pria yang sudah memiliki 31 publikasi

(4)

internasional ini (delapan di antaranya sebagai author). Saat lulus S3 di tahun 1997, Syahrani telah memproduksi empat publikasi internasional.

Wakil Rektor I UNAIR periode 2010-2015 ini menuturkan, dosen dan mahasiswa wajib optimis bahwa dirinya sanggup membuat publikasi internasional. Modalnya, ketekunan dan keseriusan. Sebab, untuk bisa berkontribusi di jurnal bertaraf dunia, dibutuhkan penelitian dan pemikiran yang orisinal.

Tidak boleh asal tulis. Karena sudah pasti seleksinya ketat. Kapabilitas bahasa Inggris pun harus di level sangat baik. “Mewarnai dunia akademik di tingkat internasional itu hal yang lumrah dan sangat mungkin dilakukan civitas UNAIR. Saya sudah membuktikannya sendiri,” ungkap lelaki yang pernah menjadi dekan Fakultas Farmasi ini. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

Peraih Nobel Bidang Ekonomi

Akan Berikan Kuliah Umum di

UNAIR

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga akan menjadi salah satu

kampus jujugan The 6th

ASEAN Event Series “Bridges Dialogue For A Culture Of Peace”. Acara yang akan diselenggarakan 20 Februari 2017 tersebut akan mendatangkan pembicara utama yang merupakan peraih nobel bidang ekonomi kelas dunia, Prof. Robert. F. Engle III.

Guna membahas kesiapan acara, International Peace Foundation (IPF) mengunjungi UNAIR pada Kamis (16/6). Kunjungan dilakukan

(5)

oleh Uwe Morawetz selaku Ketua IPF didampingi Daniel Bednarik selaku direktur program. Kunjungan rombongan IPF tersebut disambut oleh Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak, beserta jajarannya bertempat di Ruang Rektor, Kantor Manajemen UNAIR.

Dalam sambutannya, Prof Nasih secara singkat memperkenalkan UNAIR pada kedua delegasi IPF. Acara dilanjutkan dengan pembahasan persiapan acara oleh Uwe yang disusul dengan diskusi dari kedua belah pihak mengenai beberapa kesepakatan dalam pelaksanaan “Bridges” nantinya.

Selain membahas teknis dan kesiapan acara, Uwe dan Daniel juga mengunjungi beberapa lokasi di UNAIR, yakni gedung Airlangga Convention Center (ACC) dan Aula Garuda Mukti yang bertempat diKampus C UNAIR.

Wakil Rektor III periode 2010-2015 yang saat ini juga menjabat sebagai Sekretaris Badan Pengembangan Otonomi UNAIR, Prof. Soetjipto, dr., MS, Ph.D, mengatakan, “Bridges” merupakan acara yang digagas IPF untuk mendukung perdamaian serta proyek-proyek ilmiah dari universitas dan institusi yang berhubungan dengan penelitian pencegahan konflik dan strategi solusi konflik. Di samping itu, “Bridges” ditujukan untuk mempromosikan kegiatan perdamaian, pemahaman, dan pertukaran sosial antara masyarakat, budaya, dan tradisi.

Acara rutin seperti ini sudah pernah dilakukan oleh IPF sejak 2003 lalu. Negara-negara yang pernah menyelenggarakan diantaranya Thailand, Filipina, Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Singapura. Tahun 2017 nanti acara diselenggarakan di Indonesia, salah satunya bertempat di UNAIR. Nantinya, acara akan diselenggarakan dalam bentuk kuliah umum dan talkshow interaktif.

Prof. Engle merupakan salah satu ekonom kelas dunia yang menerima nobel dibidang ekonomi pada 2003 silam. Bersama temannya Clive Granger, dia membuat metode analisis rangkaian

(6)

waktu ekonomi volatilitas yang bervariasi dengan waktu. Saat ini, Prof. Engle mengajar di Stern School of Bussiness, New York University.

Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak, beserta jajarannya berfoto bersama selepas menerima kunjungan dari International Peace Foundation (IPF)

Di UNAIR nanti, Prof. Engle akan memberikan kuliah umum berjudul The Prospect for Global Financial Stability” di gedung ACC. Kuliah umum dibarengi talkshow akan mendatangkan Gubernur Bank Indonesia dan Chairul Tanjung yang merupakan pengusaha sukses Indonesia. Selain pengusaha sukses, Chairul Tanjung juga merupakan guru besar UNAIR bidang Ilmu Kewirausahaan.

Menurut Prof. Nasih, pemilihan tema ekonomi yang akan disampaikan oleh peraih nobel bidang ekonomi tersebut merupakan momen yang tepat dan relevan dengan permasalahan ekonomi Indonesia saat ini. Ia berharap, acara tersebut selain dapat menjadi gaung internasional bagi UNAIR, sekaligus dapat menjadi sarana diskusi mengenai stabilitas ekonomi, khususnya

(7)

di wilayah Jawa Timur.

“Acara berskala internasional ini memerlukan kehati-hatian karena akan membuat UNAIR menjadi sorotan untuk mendapat kepercayaan dan pengakuan dunia. Sehingga persiapan dilakukan secara matang agar tidak membahayakan nama baik UNAIR kedepannya,” ujar Prof. Nasih. (*)

Penulis : Okky Putri

Editor : Binti Q. Masruroh

Mahasiswa HI UNAIR Ramaikan

Konferensi

Internasional

ASEAN dan Globalisasi

UNAIR NEWS – Bagi sebagian mahasiswa, mengikuti sebuah

Konferensi Internasional merupakan kesempatan berharga. Apalagi ketika berada di negeri orang dan berada dalam satu panel bersama para presenter lain yang mayoritas sudah memiliki gelar seperti seorang master dan doktor. Hal inilah yang dirasakan sembilan mahasiwa Hubungan Internasional (HI), Universitas Airlangga, ketika mengikuti International

Conference on Advancement of Development Administration

(ICADA) di National Institute of Development Administration (NIDA) Bangkok, Thailand.

“Panel diskusi dan presentasi disini (Konferensi-red) tidak jauh beda dengan yang kita pelajari di kampus, pembahasannya juga tidak jauh berbeda, jadi kurang lebih kita bisa mengikuti,” tutur Eric Wicaksono, mahasiswa semester delapan HI UNAIR.

(8)

Ada ulasan menarik bagi mahasiswa HI, ketika Kobsak Pootrakool, Ph.D., Vice Minister for Office of the Prime

Minister memaparkan keynote-speech mengenai perkembangan

terkini Thailand dan integrasi kawasan di era globalisasi bersama negara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam. Pembahasan ini menjadi informasi yang unik bagi mahasiswa HI, khususnya mengenai studi Asia Tenggara. Panel diskusi tersebut juga membahas mengenai ASEAN and Globalization: New Paradigm,

Interdependency, Democracy, and Accountability.

“Pembahasan mengenai materi diskusi ini sangat menarik, nyambung dengan paper yang kami buat untuk dipresentasikan,” ujar Reza Felayati, mahasiswa semester enam HI UNAIR.

Konferensi yang diadakan mulai tanggal 26 hingga 28 Mei tersebut dilanjutkan dengan presentasi paper baik individu maupun kelompok. Sembilan mahasiswa tersebut memaparkan enam

paper dengan kajian yang berbeda. Antara lain; Human Rights Violation towards Indonesian Migrant Workers in Malaysia; Community Based Tourism as Strategic Way to Enhance Economic Growth in Banyuwangi, Indonesia; ASEAN-EU Regional Comparison; Cultural, Ideological and Diversity Issues; Indonesia’s Role in Fostering Maritime Interconnectivity in Southeast Asia; Role of Small and Medium Enterprises in Indonesia for ASEAN Economic Community: Empowering Economy and Solve the Poverty;

dan Digital Divide in ASEAN: Analyzing Regional Integration

(9)

Mahasiswa HI UNAIR ketika mengikuti Konferensi Internasional di Bangkok, Thailand (Foto: Istimewa)

“Ini konferensi internasional pertama yang saya ikuti, saya sempat grogi diawal ketika presentasi paper, tapi selanjutnya sudah bisa menyesuaikan,” ungkap Noviawati Lesmana, mahasiswa semester dua HI UNAIR.

Konferensi ini dihadiri oleh banyak presenter dari berbagai negara, tercatat ada tiga belas negara hadir. Dari Indonesia terdapat tiga belas presenter, yang mana sembilan diantaranya adalah mahasiswa UNAIR. Menurut Ahmad Safril, dosen HI UNAIR, keikutsertaan mahasiswa dalam Konferensi Internasional ini merupakan suatu hal yang membanggakan.

“Saya bangga dengan adik-adik mahasiswa di sini, mereka telah berusaha untuk bisa memaparkan paper buatan mereka,” pungkasnya. (*)

Penulis: Ahalla Tsauro Editor : Dilan Salsabila

(10)

Mahasiswa FEB Raih Award di

Malaysia

UNAIR NEWS – Civitas akademika Universitas Airlangga (UNAIR)

tidak pernah miskin prestasi. Misalnya, dalam event ICAEW

(The Institute of Chartered Accountants in England and Wales) Regional Business Challenge di Kuala Lumpur, Malaysia, 24 Mei

lalu. Sejumlah enam mahasiswa berlaga dalam kompetisi business

case, didampingi salah satu dosen bernama Aria Auliandri MSc.

Mereka adalah Tantyo Permadi Utomo, Mochammad Rasyid Poedjijanto, Adelia Yulma Budiarto, Avi Diesta Wardhani, Adelia Widiyanti, dan Qintara Sarah Delany.

Delegasi dari program studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) itu sukses membawa pulang award (penghargaan) melalui Adelia Yulma. Mahasiswi angkatan 2013 itu meraih predikat The Best Presenter. Capaian tersebut tidak lepas dari bimbingan dan arahan seluruh dosen akuntansi. Khususnya, Ade Palupi PhD, ketua program studi tersebut, yang selama ini memberi dukungan penuh bagi para mahasiswa untuk berprestasi. Lomba kali ini merupakan lingkup regional Asia. Selain dari Indonesia, terdapat peserta dari Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Total, ada tiga puluh tim. Kompetisi ini diadakan untuk mengasah bakat dan bibit unggul terbaik di bidang akuntansi. Juri dalam kompetisi ini berasal dari kantor akuntan terbaik di dunia. Antara lain, EY, Deloitte, KPMG, dan PwC. Teknis lombanya, peserta ditantang untuk memberi solusi bisnis terhadap suatu kasus rumit yang disampaikan panitia. Rangkaian acara delegasi UNAIR pada hari H adalah menyaksikan pameran yang diisi oleh beraneka kantor akuntan dunia. Setelahnya, barulah kompetisi dimulai (panitia membagikan soal

(11)

berupa case study yang langsung dikerjakan oleh tim). Lantas, peserta mempresentasikan jawaban atau solusi hasil buah pikiran mereka. Beberapa saat kemudian, diumumkan pemenangnya. “Kegiatan seperti ini membuka wawasan global mahasiswa. Semoga raihan ini membuat mereka lebih bersemangat berkarya dan memberi inspirasi bagi yang lain,” kata Aria Auliandri, dosen yang mendampingi delegasi UNAIR dalam acara internasional tersebut. Yang tak kalah penting, mereka juga berkesempatan melakukan interaksi dengan pakar Akuntansi kelas dunia. (*) Penulis: Rio F. Rachman

UNAIR dan Curtin University

Diskusikan

Kerjasama

Internasional

UNAIR NEWS – Rombongan dari Universitas Curtin yang dipimpin Deputy Vice Chancellor International Seth Kunin, berkunjung ke

Universitas Airlangga (UNAIR), Senin (23/5). Kedatangan perwakilan universitas multikultural terbesar se-Australia Barat itu untuk membahas mengenai kerjasama internasional dengan UNAIR.

Tim Universitas Curtin diterima oleh Wakil Rektor III UNAIR Prof. Amin Alamsjah, didampingi Wakil Dekan III dari beberapa fakultas di UNAIR yang terkaitan dengan bidang pembahasan diskusi. Sedangkan dari Universitas Curtin selain Seth Kunin juga terdapat Celia Cornwal, Dean International Faculty of

H e a l t h S c i e n c e s , s e r t a G r a n t O ’ n e i l l s e b a g a i D e a n International from Curtin Business Sciences.

(12)

Dalam diskusi yang diadakan di Gedung Manajemen UNAIR ini juga dihadiri perwakilan dari Australian Technology Network (ATN) Indonesia, Josephine Ratna. Diskusinya dibagi dalam dua pokok bidang, yaitu bidang kesehatan serta bidang bisnis dan ekonomi.

“Semuanya terkait dengan kegiatan universitas untuk menjadi

world class university (WCU), sehingga yang bisa kita genjot

adalah melalui kerjasama internasional,” ujar Dian Ekowati, Ph.D., Kepala International Office and Partnership (IOP) UNAIR.

Dalam pembahasannya, diskusi kerjasama tersebut memiliki tiga fokus sebagai topik utama, yaitu; Joint Research, Academic

Collaboration, dan Exchange. “Kerjasama untuk hari ini

fokusnya ada tiga, jadi kita ngomongin joint collaboration terkait dengan riset, lalu juga ada academik collaboration terutama dalam konteks pengembangan dual program, lalu yang ketiga kita berbicara mengenai exchange, baik exchange

profesor maupun student, baik short course maupun jangka

panjang. Tapi intinya adalah untuk publikasi internasional,” tambah Dian.

Atas terlaksananya diskusi UNAIR dengan Universitas Curtin, Prof. Amin berharap agar kedua universitas dapat melanjutkan beberapa program yang tercakup dalam empat pilar UNAIR, yaitu;

Academic Excellence, Research Excellence, Community Excellence

dan University Holding. Hal ini guna mendukung untuk menaikkan peringkat UNAIR masuk kedalam 500 besar dunia.

“Saya berharap kedepan kita bisa terus mengembangkan dan melanjutkan beberapa program kita seperti double degree, joint

research, dan beberapa seminar internasional,” pungkas Wakil

Rektor III UNAIR. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Bambang BES

(13)

Malaysian Night, Ajang Saling

Sambang Ala Mahasiswa Negeri

Jiran di Indonesia

UNAIR NEWS – Berada di tanah rantau, jauh dari keluarga dan

kampung halaman demi sebuah ilmu, itulah yang dirasakan oleh beberapa mahasiswa yang berasal dari luar kota atau bahkan luar negeri. Namun bagi mereka ada kenikmatan tersendiri, pasalnya hidup di tanah orang akan menemukan banyak saudara yang ternyata masih sekampung halaman. Tidak hanya itu, bertemu dengan teman rantau dari daerah asal yang sama biasanya akan memberikan dorongan untuk melakukan banyak kegiatan, mulai membentuk komunitas, mengadakan acara sosial, hingga mengadakan sebuah acara rutin pertemuan. Demikian halnya yang dirasakan oleh mahasiswa UNAIR yang berasal dari Malaysia. Keberadaannya di Indonesia untuk menuntut ilmu, mendorong mereka untuk mengadakan sebuah agenda hanya sekedar untuk bertemu atau melepas rindu dengan kawan sekampung halaman, Malaysian Night. Kegiatan yang diketuai oleh Ahmad Naqib Bin Baharom digelar untuk mengumpulkan mahasiswa asal Malaysia yang berada di Indonesia.

“Acara ini mulanya memang bertujuan untuk mengumpulkan anak-anak Malaysia, terutama di Surabaya, namun karena dirasa perlu kami juga mengundang yang dari Yogjakarta, Malang, Bogor, dan Jakarta,” jelas mahasiswa kelas internasional Fakultas Kedokteran UNAIR angkatan 2014 tersebut.

Selain sebagai ajang bersilaturahmi, acara yang digelar di garden palace pada pekan lalu tersebut juga dihadiri beberapa pejabat negara asal negeri jiran tersebut. Selain memberikan beberapa sambutan dan arahan, pejabat yang diundang diharapkan

(14)

bisa menjadi peghubung kerjasama antara kampus di Malaysia dan Indonesia, khususnya UNAIR.

“Kami juga ingin mengenalkan bahwa ada mahasiswa Malaysia yang belajar di UNAIR, dan beberapa kampus di Indonesia, dengan ini semoga ke depan bisa menjalin program dengan kampus yang ada di Malaysia,” imbuhnya.

Acara yang rencananya akan digelar dua tahun sekali tersebut juga memadukan beberapa tampilan budaya, baik dari Malaysia ataupun Indonesia, beberapa mahasiswa Indonesia yang studi di UNAIR sengaja dihadirkan untuk menampilkan beragam seni budaya dan begitu sebaliknya.

“Acara yang juga mengundang mahasiswa Indonesia ini harapannya agar hubungan kami semakin erat,” tegasnya.

Dalam acara tersebut ada sekitar 150 mahasiswa asal Malaysia yang tengah studi S1 di Indonesia, baik tengah exchange, program amerta ataupun kelas internasional. (*)

Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila

FKG Raih Kemenangan di Ajang

Internasional 3rd DREAM

UNAIR NEWS – Dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

(FKG) kembali menorehkan prestasi internasional. Tepatnya, di ajang The 3rd Dental Research Exhibition And Meeting (3rd

DREAM). Acara yang mengusung tema Facing Globalization

Challenging In Dentistry ini diselenggarakan oleh FKG

(15)

Yogyakarta.

Predikat 1st winner of best poster kategori student award dimenangkan oleh tim yang dipimpin Alexander Patera Nugraha.

Judul karyanya, Drug Utilization Study Of Antifungal In

Hiv/Aids Patient With Oral Candidiasis At Upipi Rsud Dr Soetomo 2014. Kemenangan yang diraih dengan menyisihkan 20

pesaing ini membuktikan kepiawaian mahasiswa FKG dalam menciptakan karya ilmiah.

Untuk kategori dentist award, tim FKG UNAIR di bawah pimpinan Desiana Radithia berhasil meraih 1st winner of best poster. Poster dengan judul Prevalence and Correlations of Oral

Candidiasis and Angular Cheilitis in HIV Positive Transgender in Surabaya Transgender Community ini berhasil menyisihkan 50

peserta lain.

Tentu saja, keberhasilan mahasiswa tidak lepas dari bimbingan para dosen. Sinergitas antar civitas akademika merupakan kunci utama. Yang jelas, prestasi luar biasa tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi fakultas yang berlokasi di Kampus A tersebut. “Bravo FKG. Semoga prestasi terbaik selalu berhasil dicetak di masa yang akan datang”, ungkap Darmawan Setijanto, dekan FKG UNAIR. (*)

Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman

Unggul di Bidang Kedokteran,

(16)

Kerjasama Sivitas UNAIR

UNAIR NEWS – Pimpinan Universitas Airlangga menerima kunjungan

delegasi Daerah Otonom Suku Hui Ningxia, Tiongkok, pada Rabu (11/5). Rektor bersama Wakil Rektor UNAIR melangsungkan pertemuan dengan Ma Tingli selaku Wakil Gubernur Ningxia, Yu Hong selaku Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Surabaya, dan jajaran pejabat pemerintah Ningxia lainnya.

Acara kunjungan yang berlangsung di Ruang Sidang Pleno, Kantor Manajemen UNAIR ini bertujuan untuk membahas kerjasama Universitas Ningxia dan Universitas Kedokteran Ningxia dengan UNAIR. Agenda kerjasama yang dimaksud adalah pengembangan penelitian di bidang kedokteran dan ekonomi kedua negara. Dalam sambutannya, Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak., CMA, berharap bahwa rencana kerjasama penelitian itu akan membantu UNAIR dalam mewujudkan mimpi menjadi perguruan tinggi kelas dunia. “Saya berharap kerjasama ini tetap terjalin dengan baik, untuk mendiskusikan pola-pola kerjasama internasional yang baik,” sambut Rektor.

Ma Tingli menyampaikan bahwa UNAIR (ketika masih Nederland Indische Artsen School) yang telah berdiri sejak tahun 1913, memiliki banyak keunggulan di bidang penelitian. “Saya bangga bisa datang di UNAIR yang punya sejarah 100 tahun lebih, dan memiliki keunggulan di bidang penelitian. Jadi, Ningxia bisa belajar dari Airlangga,” ujar Ma Tingli melalui penerjemah bahasanya, Qin Weifen.

Ma Tingli menjelaskan bahwa Ningxia adalah daerah yang ditinggali oleh Suku Hui yang mayoritas beragama Islam. Tak sedikit dari mereka yang berkuliah di Universitas Kedokteran Ningxia karena unggul di bidang pengobatan tradisional ala Tiongkok, Arab, dan Timur Tengah. Menurut Ma Tingli, latar belakang tersebut akan sangat cocok dengan iklim pendidikan di Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah muslim.

(17)

“Bidang kedokteran Suku Hui ini sudah berumur 600 tahun lebih, tetapi universitas yang ada di Ningxia terlambat 40 tahun dari UNAIR,” tutur Ma Tingli. Sehingga pihaknya berharap bahwa Ningxia bisa bekerjasama di bidang medis.

Rencananya, Ma Tingli merencanakan akan mengirimkan perwakilan dari Universitas Ningxia dan Universitas Kedokteran Ningxia untuk membahas lebih lanjut mengenai kerjasama dengan UNAIR. “Pertemuan ini bersifat umum, untuk detailnya saya akan kirimkan rombongan khusus perwakilan dari Universitas Ningxia dan Universitas Kedokteran Ningxia,” pungkasnya. (*)

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.

Menuju Pentas Dunia, UNAIR

Kuatkan

Kerjasama

Internasional

UNAIR NEWS – Program studi dan departemen merupakan salah satu

elemen utama yang menggerakkan perguruan tinggi menuju pentas dunia. Berkaitan dengan hal tersebut, punggawa International Office and Partnership (IOP) Universitas Airlangga mengadakan lokakarya mengenai internasionalisasi di Aula Kahuripan 300, Kantor Manajemen UNAIR.

Lokakarya bertema ‘Pengaktifan dan Penguatan Kerjasama di Lingkungan Universitas Airlangga’ itu dilaksanakan pada Rabu (27/4) dan dihadiri oleh para pimpinan tingkat universitas dan departemen. Sebanyak tujuh pembicara dihadirkan dalam lokakarya tersebut.

(18)

Dari UNAIR, kelima pembicara tersebut antara lain Sekretaris IOP UNAIR Margaretha Rehulina, M.Psi, Ketua Lembaga Penelitian dan Inovasi Prof. Hery Purnobasuki M.Si., Ph.D., Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan Badri Munir Soekotjo, Ph.D., D i r e k t u r P e n d i d i k a n P r o f . D r . D r a . N i N y o m a n T r i Puspaningsih, M.Si., dan perwakilan tim double degree Psikologi UNAIR Endah Mastuti, S.Psi., M.Si.

Lokakarya tersebut juga menghadirkan pembicara dari Universitas Gadjah Mada yang diwakili oleh Wakil Dekan dan pengajar Fakultas Geografi UGM Prof. Aries Marfai, dan Dr. Danang Hadmoko.

Wakil Rektor IV UNAIR Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D, mengharapkan adanya kontribusi aktif dari setiap fakultas dan departemen dalam proses implementasi kerjasama yang sudah dibuat. Junaidi juga berpesan bahwa setiap program studi dan departemen harus tetap mengembangkan keilmuan dan organisasi sesuai dengan kemajuan zaman.

Sebagai Sekretaris IOP UNAIR, Margaretha memaparkan peran IOP dalam pelaksanaan kerjasama di lingkungan UNAIR. Beberapa poin yang dijelaskan oleh Margaretha antara lain pedoman kerjasama, alur persetujuan nota kesepahaman dan kesepakatan, serta penandatanganan kedua belah pihak.

“Selain memperbanyak MoU (memorandum of understanding), sekarang UNAIR juga ingin memperbanyak MoA (memorandum of

agreement). Saya berharap pihak-pihak yang sepaham dan sepakat

agar lebih jelas dan detail dalam merancang aktivitas agar waktu pelaksanaan sesuai dengan persetujuan,” tutur Margaretha.

Senada dengan Margaretha, Prof. Hery mengatakan bahwa dua terminasi yang bisa dicapai UNAIR adalah masuk dalam jajaran peringkat 500 besar perguruan tinggi kelas dunia, dan internasionalisasi universitas. Untuk mendukung langkah menuju terminasi itu diantaranya adalah melakukan kerjasama dengan

(19)

instansi perguruan tinggi dan non-perguruan tinggi seperti pemerintah.

Ketua LPI UNAIR itu juga menegaskan tiga hal yang menjadi perhatian utama yaitu internasionalisasi pendidik dan tenaga kependidikan, internasionalisasi kurikulum dan proses pembelajaran, serta internasionalisasi mahasiswa. (*)

Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi tegakan Meranti Tembaga (Shorea leprosula) yang ditanam pada areal bekas terbakar berat pada umur 13 tahun..

Penelitian ini menemukan hubungan fungsi pen- catatan buku KIA dengan pengetahuan KIA, tetapi de- ngan hasil terbalik, ibu yang mempunyai catatan buku KIA tidak lengkap justru

Tahun 2003 menjadi awal titik balik dari perkembangan BMT Ki Ageng Pandanaran, dibawah pengurus baru ini BMT dapat berkembang dengan baik, karena pengurus dan anggota koperasi

Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana anggota konsultan pajak dapat melakukan tugasnya dengan mengikuti peraturan yang berlaku dan

Sehubungan dengan rencana penunjukan akuntan publik untuk memeriksa laporan keuangan dari PT PETA tahun buku 2012, bersama ini kami sampaikan Proposal Audit untuk

Fokus intervensi keperawatan pada atresia ani adalah sebagai berikut :.. 1) Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi eksretorik) berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan

Dari berbagai paparan di atas, jelas bahwa sumber daya manusia merupakan aset yang penting bagi organisasi atau lembaga pendidikan sehingga dibutuhkan pengelolaan

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan kegiatan yang dikembangkan secara khusus dalam penyediaan informasi mengenai HIV/AIDS, Napza, risiko penularan HIV (berbagi