• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Budaya Baca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Budaya Baca"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui

Budaya Baca

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Budaya Baca

Oleh : Subagyo

Perpustakaan Institut Pertanian Bogor

2005

Abstrak :

Kemiskinan tidak hanya dari aspek ekonomi saja, akan tetapi dapat juga dari aspek pemilikan akan informasi. Dalam kontek pemberdayaan masyarakat ini dibatasi pada aspek ekonomi yaitu pemberdayaan masyarakat miskin kota dan desa, dengan tujuan memberikan wawasan pengetahuan atau menumbuhkan  budaya baca. Perpustakaan keliling diharapkan dapat menambah program kerjanya terhadap masyarakat miskin kota atau desa. Program kerja pemberdayaan masyarakat dapat tersendiri atau bersinergi atau bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat (NGO). Tentunya buku-buku praktis sangat

diperlukan bagi masyarakat miskin kota atau desa. Sponsor juga diharapkan dalam kelancaran kegiatan pemberdayaan masyarakat ini, sehingga tujuan kesejahteraan bangsa dapat tercapai melalui budaya baca.

Keywords : Pemberdayaan masyarakat, kemiskinan, perpustakaan keliling, NGO, budaya baca

(2)

Sebuah perpustakaan sering dikatakan sebagai jantung dari setiap institusi, bahkan konon dengan melihat perpustakaannya kita sudah dapat menduga kualitas

peradaban yang telah ada di suatu negara. Tujuan dan fungsi suatu perpustakaan adalah mengumpulkan, menata, melestarikan, dan menyediakan bahan pustaka dalam berbagai bentuk untuk dimanfaatkan dalam bermacam-macam  keperluan, misalnya belajar, penelitian, rekreasi dan sebagainya. Bahan pustaka ini tidak hanya berupa buku, naskah, tetapi rekaman suara, pita atau cakaram visual, piringan dan lain-lain. Pokonya semua bahan yang mempunyai kemampuan memuat atau merekam pengetahuan dan pikiran manusia. Beragam media tadi sesuai perbedaan waktu, peradaban, dan bentuk yang merupakan ungkapan kehidupan dan ciri intelektual serta budaya pada suatu masa dan di tempat tertentu.

Pasca terjadinya krisis moneter mengakibatkan jumlah orang-orang semakin bertambah di Indonesia. Untunglah sekarang ini pertumbuhan ekonomi mulai merangkak naik, sehingga kegiatan ekonomi sudah nampak berjalan lagi secara normal seperti saat sebelum terjadinya krisis moneter. Akan tetapi bangsa ini memang banyak sekali mendapat cobaan,  yakni setelah krisis moneter, muncul badai tsunami Aceh, yang disusul dengan gempa bumi yang menimpa beberapa daerah, serta berbagai kerusuhan di daerah juga muncul seperti di Poso atau Mamasa, dan peledakan bom di Maluku dan lain-lain. Semua ini menambah beban pemerintah untuk menggerakkan roda ekonomi sedikit mengalami hambatan.

Memang sebenarnya kemiskinan tidak hanya dapat dipandang dari sudut ekonomi saja, akan tetapi masyarakat dapat juga mengalami kemiskinan bentuk lain, yaitu miskin akan informasi, baik dari segi hukum, sosial,  ataupun yang lainnya. Dalam konteks kemiskinan masyarakat yang menjadi pokok pembicaraan disini

mengutamakan pada sudut pandang ekonomi atau masyarakat yang tidak

mempunyai keberuntungan mendapatkan ”kue” pembangunan dari pemerintah. Kemisikinan dapat terjadi di perkotaan maupun pedesaan, yang lebih dikenal dengan nama masyarakat miskin kota (urban poor) dan masyarakat miskin desa ( rural poor).

Oleh karena kondisi masyarakat miskin tersebut, maka pemerintah telah memusatkan perhatian kepada mereka guna meningkatkan kondisi ekonomi, dengan berbagai proyek yang telah dilakukan. Dalam berbagai bidang

sesungguhnya pustakawanpun dapat berperan untuk membangkitkan kembali kesejahteraan masyarakat, akan tetapi apa yang telah diperbuat oleh kalangan pustakawan belum nampak pada masyarakat. Malahan sejumlah kalangan tertentu telah menunjukkan perhatian pada anak-anak orang miskin, seperti adanya taman

(3)

bacaan anak yang dirintis oleh selebriti Yessy Gusman dan kawan-kawan.

Tujuan pemberdayaan masyarakat miskin dengan metoda seperti di atas adalah memberikan wawasan mengenai pengetahuan dan manfaatnya melalui berbagai bacaan yang dapat disediakan oleh lembaga perpustakaan serta menumbuhkan minat baca bagi masyarakat miskin. Dengan demikian masyarakat miskin tersebut tidak mudah dikendalikan atau diprovokasi oleh fihak lain untuk tujuan yang negatif atau  dapat menumbuhkan tingkah laku masyarakat terhadap pengelolaan

lingkungan hidup dengan baik.

II. PERPUSTAKAAN KELILING

Perpustakaan keliling merupakan sebuah kegiatan yang selama ini telah gencar diprakarsai oleh Perpustakaan Nasional atau Perpustakaan Daerah untuk

mencerdaskan kehidupan masyarakat yang tidak bisa menjangkau lokasi

perpustakaan tersebut. Artinya perpustakaan tersebut berusaha mendekatkan diri dengan masyarakat yang membutuhkan informasi melalui koleksi yang dimilikinya. Program ini telah dilakukan cukup lumayan lama dan dampak yang dihasilkan cukup memberikan arti bagi masyarakat dalam menunjang kehidupan.  Setelah melihat kondisi beberapa mobil perpustakaan keliling di daerah, maka dirasa perlu adanya perawatan kendaraan atau penambahan jumlah armada yang baru. Hal ini dimaksudkan agar lebih banyak warga masyarakat dapat terjangkau program ini.

Perpustakaan Nasional dengan program perpustakaan keliling perlu menambah wilayah jangkauan atau melakukan penambahan spesialisasi model pelayanan baru terhadap masyarakat miskin sesuai dengan wilayah kerja, dan kondisi masyarakat miskin kota atau desa. Hal ini merupakan suatu kegiatan yang sekarang menjadi trend, terutama telah menjadi program pemerintah dalam pemberdayaan

masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Secara jelas bahwa

perpustakaan dapat mengambil bagian dalam pemberdayaan ini, melalui teknik menumbuhkan minat baca masyarakat yang dampaknya bisa menimbulkan budaya baca bagi masyarakat miskin kota atau desa. Fokus perhatian diusahakan terhadap kelompok ibu rumah tangga, karena kelompok anak-anak telah banyak dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau kalangan tertentu. Kebiasaan membaca harus dimulai dari lingkungan keluarga. Jangan pernah mengharapkan anak-anak suka membaca kalau lingkungan keluarga atau orang tua tidak suka membaca. Orang tua diharapkan dapat memiliki atau meminjam buku-buku  kecil atau buku saku yang disediakan oleh perpustakaan sehingga dapat dibawa

(4)

kemana-mana, dan mudah dibaca pada waktu senggang serta akan lebih disukai mengenai buku-buku praktis. Setelah kebiasaan banyak membaca buku praktis, kemungkinan selanjutnya diharapkan dapat meningkat dengan membaca

buku-buku jenis lain, seperti buku pengetahuan terutama berkaitan keluarga dan lingkungannya.

Untuk memasuki wilayah masyarakat miskin kota atau desa, dapat melalui media dimana  masyarakat biasa mempergunakan seperti forum arisan, pengajian, kumpulan PKK dan lain-lain. Setelah mendapatkan forum berkomunikasi dengan masyarakat miskin tersebut, maka program perpustakaan dapat dijalankan secara perlahan tapi pasti dengan berbagai teknik yang perlu dilakukan, sehingga dapat menumbuhkan minat baca. Sebagai contoh peminjaman koleksi dengan sistem ”Bulk-loan” yaitu sistem peminjaman dalam jumlah banyak sekaligus secara kolektif, untuk dimanfaatkan / dibaca oleh sekelompok pembaca tertentu

(sekumpulan ibu-ibu arisan, pengajian dll.). Dengan demikian, suatu keberhasilan menumbuhkan minat baca bagi masyarakat miskin akan sangat berarti atau bernilai pada lembaga perpustakaan. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa perpustakaan telah mampu mencerdaskan bangsa, walaupun kondisi ekonomi dalam keterbatasan.  Tentunya program tersebut mempunyai dampak terhadap lembaga untuk mempertimbangkan lebih lanjut seperti penambahan tenaga atau mengoptimalkan tenaga yang sudah ada, serta resiko lain yaitu penambahan anggaran belanja dan lain-lain.

III. KERJASAMA NGO

NGO singkatan dari Non-Government Organization merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan orang dalam masyarakat dengan suatu tujuan tertentu atas dana sendiri atau dana bantuan dari lembaga pemerintah atau luar negeri. Sementara orang mengenalnya juga dengan istilah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Kelompok NGO ini sering muncul pada layar televisi yang mendorong masyarakat miskin untuk demo atau memperjuangkan hak-hak kaum miskin kota atau desa. Tentu saja diharapkan bahwa NGO tersebut tidak lupa juga memberi pembelajaran pada kaum miskin kota atau desa melalui budaya

membaca.

Di Indonesia telah muncul banyak LSM (NGO) yang bergerak dalam kaitan

pembelajaran masyarakat melalui perpustakaan, seperti yang telah didirikan oleh para selebriti dalam bentuk Taman Bacaan Anak (TBA) bagi keluarga miskin.

(5)

Memang anak merupakan tunas bangsa yang bakal mengganti generasi yang telah senior atau tua. Akan tetapi seperti telah dikemukakan Yessy Gusman bahwa

budaya baca sebaiknya dilakukan melalui keluarga. Dengan demikian orang tua berkewajiban untuk membiasakan diri membaca, agar anak dapat mencontoh dari orang tua. Kalau anak disuruh membaca atau belajar, sedangkan orang tua tidak melakukan hal serupa,  kemungkinan mempunyai dampak yang tidak baik yaitu  anak akan  mengikuti jejak kemalasan orang tua tersebut.  Mengenai hal ini, tentu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, apakah benar pernyataan ini? Untuk itu perlu dilakukan suatu langkah pembelajaran terhadap ibu rumah tangga agar tidak

ketinggalan dengan anaknya terutama wawasan yang dimiliki. Pembelajaran terhadap ibu rumah tangga ini dilakukan kepada ibu rumah tangga yang miskin akan informasi. Pendekatan terhadap ibu miskin informasi kemungkinan akan sulit mencari atau mengelompokkan dalam suatu fakta di lapangan, maka pendekatan pembelajaran yang mudah dilaksanakan adalah pembelajaran keluarga miskin kota atau desa.

Suatu fakta bahwa adakalanya kaum ibu sulit menyediakan waktu untuk membaca atau menciptakan budaya membaca, karena salah satu faktor yaitu faktor ekonomi, dimana waktu banyak digunakan oleh mereka untuk mengejar kebutuhan dasar hidup keluarga. Biasanya pada hari libur ibu rumah tangga memanfaatkan waktu untuk mencari rejeki, sementara orang lain yang berkecukupan menikamati

masa-masa libur. Skenario waktu dapat diatur dengan melihat kondisi atau situasi ibu rumah tangga, misalnya setiap satu minggu sekali dan waktunya tergantung dari kesibukan rata-rata yang dimiliki.

Peran Perpustakaan Nasional adalah menunjang kegiatan yang telah dilakukan oleh LSM (NGO) yang sudah berjalan atau mendorong terbentuk LSM baru untuk

kegiatan budaya membaca. Kerjasama Perpustakaan Nasional dengan NGO ini sangat diharapkan sekali untuk mencerdaskan kaum miskin kota dan desa. Adapun bentuk kerjasama bermacam-macam tergantung kepada NGO yang menjadi mitra kerjanya. Bentuk kerjasama itu misalnya penyiapan koleksi, sumberdaya manusia, keterampilan pengetahuan perpustakaan dan sebagainya.

IV. PENYIAPAN KOLEKSI

Perpustakaan Nasional yang memiliki banyak dan beragam koleksi buku perlu menata atau menyiapkan koleksinya sesuai kebutuhan masyarakat miskin kota atau desa yang menjadi sasaran programnya. Koleksi pustaka bagi ibu rumah

(6)

tangga masyarakat miskin kota atau desa biasanya merupakan koleksi buku praktis yang cocok dengan lingkungan tempat tinggal atau buku-buku praktis yang dapat diterapkan dalam keluarga atau lingkungan masyarakat. Sebagai contoh buku-buku tanaman obat, kebersihan lingkungan atau kesehatan, cara mendidik anak dsb. Jangan diberikan koleksi mengenai resep buku memasak, hal ini akan menimbulkan tekanan batin ibu rumah tangga. Tekanan batin keluarga ini karena kondisi

ekonomi sudah miskin dimana tidak mampu membeli barang-barang seperti dalam resep masakan, kecuali resep masakan yang bertujuan untuk memelihara

kesehatan dengan bahan-bahan murah atau mudah terjangkau menurut kemampuan ekonominya.

Buku-buku praktis memang harus disediakan khusus bagi kaum miskin kota atau desa untuk menunjang kegiatan bersama dengan NGO atau Perpustakaan Nasional menjalankan program tersendiri terhadap masyarakat miskin kota atau desa.

Penyiapan koleksi sebaiknya dilakukan pemisahan, khususnya koleksi bagi ibu rumah tangga dan anak-anak. Koleksi buku untuk anak-anak dapat menyokong kepada NGO yang telah berjalan, sedangkan koleksi bagi kaum ibu masyarakat miskin ini belum nampak dikelola.

V. SPONSOR

Perpustakaan Nasional dapat mencarikan sponsor atau menjadi sponsor dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin kota dan desa. Sponsor tersebut bisa melalui lembaga pemerintah atau sponsor dari luar negeri yang banyak

berkecimpung dalam kegiatan pembelajaran masyarakat. Pemerintah sendiri telah banyak mengambil bagian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, salah satunya memberdayakan masyarakat miskin ini melalui bantuan-bantuan dana atau

program.  Sesungguhnya banyak NGO (LSM) yang sudah mempunyai jaringan kerjasama dengan sponsor-sponsor dari luar negeri. Potensi ini perlu dimanfaatkan lebih lanjut dalam penetapan program kegiatan dari Perpustakaan Nasional.

VI. KESIMPULAN

Perpustakaan Nasional diharapkan untuk memadukan progam yang selama ini telah dilakukan melalui Perpustakaan Keliling dengan program yang dikerjakan oleh

(7)

desa, baik kepada anak-anak atau ibu rumah tangga. Lain dari pada itu

Perpustakaan Nasional dapat membuat program tersendiri terlepas atau bersinergi dengan program yang telah dilakukan oleh NGO.

Anggaran operasional bisa dialokasikan dari dana yang tersedia di perpustakaan atau mencari sumber lain. Sponsor dapat juga dicari guna membantu

operasionalisasi kegiatan tersebut. Tentunya baik dana sendiri dan atau dana dari sponsor, alokasi utama adalah penyiapan koleksi untuk menunjang kegiatan

tersebut. Pembelajaran bagi masyarakat miskin kota atau desa sangat menunggu uluran tangan dari lembaga perpustakaan atau NGO guna meningkatan taraf hidupnya atau kesejahteraannya melalui budaya baca. Pada akhirnya peran serta perpustakaan dalam pemberdayaan masyarakat sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan bangsa khususnya bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Atherton, Pauline. 1986. Sistem dan Pelayanan Informasi. Edisi bahasa Indonesia oleh Bambang Hartono. Jakarta : Arga Kencana Abadi.

Balit, Silva. 2004. Communication on Isolated and Marginal Groups : New and Old Concepts. Paper for The 9th World Summit Meeting on Communication

Development, September 6-9, 2004. Roma : FAO

Gusman, Yessy. 2004. Taman bacaan anak. Jurnal Pustakawan Indonesia. Vol. 4(1)

Subagyo. 2004. Pustakawan sebagai Komunikator Pembangunan Bagi Masyarakat Marginal dan Desa Miskin. Jurnal Pustakawan Indonesia. Vol. 4(1)

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi pada masa nimfa betina pada varitas IR 26 dan masa nimfa pada jantan pada vareitas IR-72 masih menunjukkan masa nimfa yang lebih panjang dibanding kontrol (Tabel 5),

Analisis yang dilakukan terhadap hasil pengukuran berat badan selama masa penelitian yang dilakukan secara Kruskal-Wallis diperoleh hasil bahwa pada minggu ke-1 tidak terdapat

Untuk limbah dari bahan baku dan produk dalam berbagai tahap dan produksi (biasanya padat atau cair) biaya produksi dihitung sebagai satu persentase

Untuk latihan ini dipakai jalur slip, pada permukaan jalan khusus, yang terbuat dari Jalan Aspal biasa dengan dilapisi cat khusus/skitpen dan dibasahi menggunakan air

Aneuploid adalah perubahan jumlah kromosom di dalam satu set kromosom. Peristiwa ini menyebabkan jumlah kromosom suatu individu lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan

Berdasarkan hasil pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pendekatan Big Book dapat membantu anak usia 4-5 tahun dalam meningkatkan

Pada saat penelitian siklus 1, dengan menggunakan lembar observasi IPKG1 dan IPKG2, pengamatan dilakukan oleh Jaelani, S.Pd.SD. sebagai observer yang dilakukan

ABSTRAK: Permasalahan dalam skripsi ini adalah: 1). Apakah ada hubungan kecepatan terhadap hasil menggiring bola dalam permainan sepakbola pada team sepakbola SMA Karya