• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI PENERIMAAN TEKNOLOGI MOBILE PHONE DENGAN KOHESI BERTETANGGA PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DIMENSI PENERIMAAN TEKNOLOGI MOBILE PHONE DENGAN KOHESI BERTETANGGA PADA MAHASISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI

PENERIMAAN TEKNOLOGI MOBILE

PHONE DENGAN KOHESI BERTETANGGA

PADA MAHASISWA

Melisa

Jurusan Psikologi Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara

Jl. Kemanggisan Ilir III No.45 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480. Telp. (62-21) 532 7630

melisaroringpanday@yahoo.co.id Juneman, S.Psi., M.Si.

(2)

ABSTRACT

Numerous studies show that the development of mobile phone technology are developing rapidly reducing the individual face to face interaction with the environment, and this leads to reduced viscosity neighboring life. The research design was non-experimental. The study was conducted on 375 students from various universities in Jakarta with an average age of 20.86 years, with incidental sampling technique. The results showed that there was no relationship between the dimensions of mobile phone technology acceptance with neighboring cohesion, however, after further analysis per dimension, found that neighborly cohesion can be predicted by perceptions of fun to mobile phone technology. Perception fun it can be predicted by Perceived Ease of Use, Content Perceived Quality, Perceived Usefulness Discussion, implications and suggestions described further at the end of the thesis.

Keywords: mobile phone technology acceptance dimension, neighbourhood cohesion.

ABSTRAK

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perkembangan teknologi mobile phone yang berkembang dengan pesat mengurangi interaksi tatap muka individu dengan lingkungannya, dan hal ini menyebabkan berkurangnya kerekatan kehidupan bertetangga. Desain penelitian ini adalah non-eksperimental. Penelitian dilakukan terhadap 375 mahasiswa dari berbagai Universitas di Jakarta dengan rata-rata usia 20.86 tahun, dengan teknik incidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dimensi penerimaan teknologi mobile phone dengan kohesi bertetangga, Namun demikian, setelah dilakukan analisis lanjut per dimensi, ditemukan bahwa kohesi bertetangga dapat diprediksikan oleh persepsi menyenangkan terhadap teknologi mobile phone. Persepsi menyenangkan itu dapat diprediksikan oleh Perceived Ease of Use, Perceived Content Quality, Perceived Usefulness Diskusi , implikasi dan saran diuraikan lebih lanjut pada bagian akhir skripsi.

(3)

PENDAHULUAN

Bertetangga merupakan bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak semata-mata makhluk individu, tapi juga merupakan makhluk sosial. Faktanya, seseorang memang tidak bisa hidup sendirian. Mereka satu sama lain harus selalu bermitra dalam mencapai kebaikan bersama. Dunia yang semakin modern semakin meninggalkan kebiasaan hidup bertetangga. Kehidupan bertetangga sebenarnya masih bisa ditemui di banyak pedesaan, contohnya, LampungPost.com (2012) memberitakan bahwa kegiatan gotong royong maupun kegiatan siskamling (sistem keamanan lingkungan) dan kegiatan lainnya dapat mempererat hubungan atau interaksi dengan tetangga atau lingkungan dekat rumah. Sebagai makhluk sosial, setiap orang tidak akan pernah hidup dengan dirinya sendiri, tanpa bergantung pada orang lain yang ada di sekitarnya. Seseorang akan selalu butuh dengan yang lain, tidak hanya untuk saling bantu dan tolong menolong, tapi juga untuk membangun komunitas sosial yang saling mendukung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pada kehidupan jaman sekarang kehidupan bertetangga tidak sama dengan kehidupan bertetangga pada jaman dahulu, terlihat pada fenomena-fenomena yang ada di masyarakat tentang kerenggangan hubungan bertetangga dalam kehidupan sehari - hari.

Kohesivitas merupakan sebuah kelekatan antar anggota kelompok atau komunitas. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas sebagai sebuah ketertarikan personal (Lott & Lott, 1965). Kohesi sosial yang melemah dapat dilihat diantara lain, karena kian mengecilnya ruang untuk saling menyapa, saling berbagi, dan membuka diri dengan sesama. Ruang-ruang itu mengecil oleh persaingan dan pola kerja, prosedur resmi, hedonisme, sikap ortodoks, serta kian canggihnya alat telekomunikasi yang membuat manusia merasa jauh meski dekat dan tidak adanya sense of belonging antar sesama membuat seseorang merasa dirinya tidak di terima dan tidak diakui sebagai bagian dari suatu komunitas (Kompas.com ,2012).

Menurut Perry (2001) menyatakan kohesi sosial juga bisa disebut social bonding, bahwa social bonding merupakan hubungan antara seseorang dengan orang yang lain dan melalui social bonding terbentuklah attachment (ikatan kasih sayang). Pada kehidupan bertetangga saat ini terlihat berkurangnya kelekatan sosial seperti contoh kasus pembunuhan yang terjadi di Jawa Timur. Antarajatim.com (2012) memberitakan karyawan bank ditemukan tewas dibunuh, korban dipendam di lahan halaman belakang rumah korban, korban ditemukan setelah beberapa hari korban menghilang. Menurut sejumlah tetangga korban tidak begitu akrab dengan korban. Pada kasus ini korban yang jarang sekali berkomunikasi dengan para tetangga dari kerenggangan tetangga tersebut korban baru diketahui bahwa korban meninggal karena terciumnya bau tidak sedap dilahan perkarangan korban. Contoh yang dapat dilihat dari kurangnya kelekatan dengan tetangga terjadi pada kasus sebagai berikut. Pada 19 Oktober 2010 terjadi perkelahian antara tetangga yang berujung pidana. Kasus ini terjadi karena hal yang sederhana, karena seorang mahasiswi yang sedang menjaga warung ibunya disangka oleh tetangganya memandang ke arahnya secara terus menerus. Tetangga ini memukuli mahasiswi tersebut dan terjadi perkelahian antara ibu korban dan tetangganya, dan kasus ini dibawa sampai ke polsek karena tetangga lainnya tidak dapat berhasil melerainya (PBH PERADI, 2010)

Lampung Post (2012) memberitakan gotong royong merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dari jaman dahulu kala hingga saat ini. Rasa kebersamaan ini muncul, karena adanya sikap sosial tanpa pamrih dari masing-masing individu untuk meringankan beban yang sedang dipikul. Hanya di Indonesia, kita bisa menemukan sikap gotong royong ini karena di negara lain tidak ada sikap ini dikarenakan saling acuh tak acuh terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan gotong royong di Jakarta terlihat semaking berkurang seperti pemberitaan yang ada di Portal Resmi Provinsi DKI.Jakarta yang menyatakan berkurangnya budaya gotong royong dalam membersihkan rumah.

Pappa (1999) menyatakan, kehidupan bertetangga berubah mengikuti kemajuan teknologi. Setiap individu sudah memiliki kepentingan dan urusannya masing-masing. Kebutuhan interaksi terhadap tetanggapun semakin berkurang. Canggihnya mobile phone menciptakan kemudahan interaksi antar pribadi langsung atau face to face semakin berkurang. Canggihnya teknologi mobile phone menciptakan kemudahan berkomunikasi dengan siapa saja melalui telepon genggam atau ponsel. Hal ini juga yang membuat interaksi antar pribadi (face-to-face, body-to-body interaction) semakin berkurang.

(4)

Menurut artikel yang ditulis oleh MetroTv.com (2012), dalam sebuah penelitian yang dikutip dari Ninemsn, ditemukan kesimpulan bahwa telepon seluler yang pada awalnya diperuntukan sebagai alat berkomunikasi, lambat laun berkembang fungsinya sebagai alat hiburan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan seseorang egois dan anti sosial saat menggunakannya. Pada penelitian ini menyatakan penggunaan mobile phone terbesar adalah usia produktif yaitu berusia 18-24 tahun. Dimana pada usia ini kebutuhan akan keingintahuan yang besar dan penyerapan akan informasi-informasi. Berdasarkan Kompas (2012), telepon seluler memang membuat kita terhubung dengan teman dan komunitas yang lebih luas. Tetapi, keasyikan kita terhadap ponsel ternyata mengurangi rasa keingintahuan sosial. Bahkan, para pengguna ponsel diketahui lebih egois. Sikap mementingkan diri sendiri yang dimiliki para pengguna ponsel itu, antara lain, disebabkan karena berkurangnya rasa keterhubungan dengan sekitarnya.

Melihat fenomena-fenomena dan teori – teori yang ada diatas penggunaan mobile phone banyak digunakan oleh usia 18-24 tahun yaitu mahasiswa, peneliti tertarik mengambil subjek mahasiswa dikarenakan pengguna mobile phone yang terbanyak adalah mahasiswa, yang nantinya akan menjadi orangtua bagi anak-anaknya dan kepedulian tentang kelekatan bertetangga dan menyebarkan budaya pada anak-anaknya.

Rumusan Masalah

Maka pada rumusan masalah ini peneliti ingin melihat, “Apakah terdapat hubungan antara dimensi penerimaan teknologi mobile dengan kohesi bertetangga?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dimensi penerimaan teknologi mobile phone dengan kohesi bertetangga.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian dan Tehnik Sampling Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah (1) Mahasiswa dengan rentang usia 18 – 24 tahun dan berstatus mahasiswa Jakarta. (2) Jumlah subjek yang diharapkan, pada penelitian ini berjumlah 375 mahasiswa Jakarta, (3) Tinggal dirumah dan mempunyai tetangga, (4) menggunakan mobile phone dalam melakukan aktifitas sehari-harinya.

Setting lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada mahasiswa di Jakarta. Setting penelitian dilakukan pada mahasiswa mahasiswa yang menempuh jenjang pendidikan Universitas di Jakarta. penelitian ini subjek berasal dari berbagai Universitas di Jakarta, bertempat tinggal bersama orang tua, dan menggunakan mobile phone (tidak termasuk Ipad). Berikut daftar kampus yang peneliti gunakan untuk pengambilan sampel yaitu Universitas Al Azhar Indonesia, Universitas Borobudur, Universitas Budi Luhur, Universitas Bunda Mulia, Universitas Bung Karno, Universitas Gunadarma, Universitas Esa Unggul, Universitas Jayabaya, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, Universitas Kristen Indonesia, Universitas Kristen Krida Wacana, Universitas Mercu Buana, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Nasional, Universitas Pancasila, Universitas Paramadina, Universitas Pelita Harapan, UPN Veteran Jakarta, Universitas Persada Indonesia, Universitas Prof Dr Moestopo, Universitas Tarumanagara, Universitas Trisakti.

(5)

Tehnik sampling

Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling (Neuman, 2003). Dalam Incidental sampling faktor kesengajaan tidak menjadi pokok, faktor kebetulan justru yang paling menonjol (mencari-cari sampai secara “kebetulan” mendapatkan sampel yang dikehendaki) (Amirin, 2011). Untuk meningkatan representativitas sampel, peneliti mengambil sampel dari berbagai kotamadya di Jakarta.

Desain penelitian

Desain penelitian ini adalah desain korelasional, non-eksperimental. Data variabel penelitian diperoleh tidak melalui manipulasi eksperimental, melainkan melalui instrumen berupa skala yang menggali data pengalaman yang sudah terjadi, dan peneliti tidak melakukan randomisasi maupun kontrol variabel. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi, yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam situasi alamiah, dan melihat kemampuan prediksi satu atau lebih variabel (variabel prediktor) terhadap variabel lainnya (variabel kriteria/dependent).

Alat ukur penelitian

Alat ukur dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu alat instrumen kohesi bertetangga dan instrumen penerimaan teknologi mobile. Untuk alat ukur kohesi bertetangga, peneliti memilih untuk mengadaptasi alat ukur yang telah ada sebelumnya yaitu Neighborhood Cohesion Instrument / NCI dari Buckner (1988) dan untuk alat ukur penerimaan teknologi mobile, peneliti mengembangkan dari Venkastesh, Thong, dan Xu (2012), Cheong dan Park (2005), serta Bhattacherjee dan Premkumar (2004), yakni Penerimaan Teknologi

Pada skala psikologi The Neighborhood Cohesion Instrument (NCI), total item yang di uji coba adalah sebanyak 22 buah item dari 3 dimensi yang diukur. Setelah uji coba terhadap 140 orang responden dilakukan, hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa terdapat 19 butir yang valid dan reliabel, dengan indeks Cronbach’s Alpha 0.915 dengan korelasi butir-total 0.333 sampai dengan 0.759. dan Pada skala psikologi Dimensi Penerimaan Teknologi Mobile Phone, total item yang di uji coba adalah sebanyak 36 butir yang terdiri atas 12 dimensi. Setelah uji coba terhadap 140 orang responden dilakukan, hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa terdapat 33 butir yang valid dan reliabel, dengan indeks Cronbach’s Alpha 0.935 dengan korelasi butir-total 0.392 sampai dengan 0.721

Pengukuran variabel penelitian

Pengukuran variabel penelitian ini terdiri atas tiga bagian. bagian mengenai kehidupan bertetangga, bagian mengenai teknologi mobile phone, dan bagian data responden. Di bagian data responden, peneliti ingin mengetahui jenis kelamin, usia, fakultas, pekerjaan orang tua, pengeluaran perbulan, tempat tinggal, dan unit kegiatan mahasiswa yang responden ikuti. Sementara dalam bagian pernyataan, responden diminta untuk memilih item yang menggambarkan dirinya dengan skala 6 Likert, yaitu Sangat Tidak Setuju sampai dengan Sangat Setuju

Prosedur

Persiapan penelitian

Persiapan penelitian dimulai denganmulai mencari jurnal, fenomena-fenomena dan bertemu dosen pembimbing untuk membicarakan topik penelitian. Setelah memutuskan untuk meneliti mengenai Penerimaan Teknologi Mobile Phone dan Kohesi Bertetangga pada mahasiswa Jakarta, peneliti kembali

(6)

mencari literatur untuk mendalami topik tersebut. Berdasarkan referensi dari jurnal, berita-berita dan buku, peneliti menentukan fokus masalah, yaitu mengenai Hubungan antara Dimensi Penerimaan Teknologi Mobile phone dengan Kohesi Bertetangga Mahasiswa Jakarta.

Pelaksanaan penelitian

Penyebaran kuesioner ini dilakukan tahap uji coba alat ukur, dengan jumlah sample 140 mahasiswa. Tahap uji coba alat ukur dilakukan selama 1 Maret 2012 sampai dengan 7 Mei 2012 dengan menyebarkan kuesioner dalam bentuk hard copy. Uji coba alat ukur dilakukan terhadap 140 mahasiswa/i di kawasan Jakarta. Setelah uji coba dan mendapat nilai internal konsistensi dan skor korelasi item-total mencukupi, maka pengambilan data lapangan dilakukan selama periode 15 Mei 2012 hingga 20 Juni 2012 dengan menyebarkan 375 kuesioner dalam bentuk hard copy kepada responden.

Tehnik pengolahan data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan nilai skor total dari 2 buah skala psikologi yang digunakan. Skor total NCI dikorelasikan dan dihitung pengaruhnya dengan dimensi penerimaan teknologi mobile phone. Sebelum dilakukan uji hipotesis, yaitu uji normalitas data dan bebas dari asumsi klasik yang meliputi multikolineritas, otokorelasi ( Sugiyono, 2007). Metode uji klasik yang digunakan adalah melihat dari autokorelasi dan heteroskedastisitas diolah dengan bantuan peranti lunak SPSS 19.0. Kemudian untuk melakukan uji hipotesis peneliti menggunakan rumus analisis regresi. Jenis analisis regresi yang digunakan adalah hierarki regresi linear berganda yang dihitung dengan bantuan SPSS versi 19,0.

HASIL DAN BAHASAN

Uji Asumsi Multikolinearitas

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .319a .102 .072 11.946

Sumber: Pengolahan Data SPSS 19.0

a. Predictors: (Constant), Content, Social Influence, Attitude, Facilitation, Usefulness, Habit, Playfulness, Disconformation, Price, Intention, Ease of Use, Satisfaction.

b. Dependent Variable: Tetangga

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5868.554 12 489.046 3.427 .000a

Residual 51662.636 362 142.714

Total 57531.189 374

(7)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .319a .102 .072 11.946

a. Predictors: (Constant), Content, Social Influence, Attitude, Facilitation, Usefulness, Habit, Playfulness, Disconformation, Price, Intention, Effort, Satisfaction.

b. Dependent Variable: TETANGGA

Nampak dari Tabel bahwa Dimensi Penerimaan Teknologi Mobile Phone mampu memprediksikan Kohesi Bertetangga sebesar 10.2% (R2 = 0.102, F = 3.427, p < 0.01). Khususnya, terdapat korelasi negatif antara Dimensi Playfulness dengan Kohesi Bertetangga (Beta = -0.336, p < 0.01). Artinya, semakin tinggi Persepsi seseorang mengenai Playfulness Teknologi Mobile, maka semakin rendah Kohesi Bertetanggganya.

Analisis lebih lanjut dengan menjadikan Dimensi Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness), Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use / Effort Expectancy), dan Persepsi Kualitas Isi (Perceived Content Quality) sebagai prediktor, dan Dimensi Persepsi Menyenangkan (Perceived Playfulness) sebagai variabel tergantung, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis regresi sebagaimana nampak dalam Tabel.

Regresi Linear sederhana, Variabel tergantung dimensi penerimaan mobile phone

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -1.811 .899 -2.014 .045 USEFULNESS .238 .052 .234 4.590 .000 EASE OF USE .170 .081 .115 2.095 .037 CONTENT .414 .079 .277 5.232 .000

Nampak dari Tabel bahwa Dimensi Penerimaan Teknologi Mobile Phone mampu memprediksikan Kohesi Bertetangga sebesar 10.2% (R2 = 0.102, F = 3.427, p < 0.01). Khususnya, terdapat korelasi negatif antara Dimensi Playfulness dengan Kohesi Bertetangga (Beta = -0.336, p < 0.01). Artinya, semakin tinggi Persepsi seseorang mengenai Playfulness Teknologi Mobile, maka semakin rendah Kohesi Bertetanggganya.

Berdasarkan penelitian, hasil yang telah didapatkan terdapat korelasi negatif (-) antara perceived playfulness dengan kohesi bertetangga dapat di lihat dari hasil SPSS 19.0. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa dengan menjadikan Dimensi Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness), Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use / Effort Expectancy), dan Persepsi Kualitas Isi (Perceived Content Quality) sebagai prediktor, dan Dimensi Persepsi Menyenangkan (Perceived Playfulness) sebagai variabel tergantung, menunjukkan adanya hubungan prediktif yang signifikan.

(8)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah

1. Semakin dipersepsikan menyenangkan (Perceived Playfulness) dalam penggunaan mobile phone, semakin rendah kohesi bertetangga.

2. Semakin (Perceived easy of use) dipersepsikan mudah dalam penggunaan mobile phone, semakin berkualitas konten (content quality) pada mobile phone, dan semakin mobile phone di persepsikan berguna (Perceived usefulness), semakin tinggi rasa senang (Perceived playfulness) dalam penggunaan mobile phone maka semakin rendah kelekatan bertetangga. 3. Semakin mobile phone dipersepsikan berguna (Perceived usefulness), mudah digunakan

(Perceived easy of use), dan isinya berkualitas (content quality), tidak serta merta langsung menurunkan kerekatan bertetangga. Kelekatan bertetangga akan menurun apabila ketiga hal tersebut (Perceived usefulness, Perceived easy of use, content quality) diikuti oleh persepsi menyenangkan (Perceived playfulness) tentang mobile phone.

Saran

Untuk mahasiswa, dalam penggunaan mobile phone dapat digunakan secara lebih bijaksana serta perlu dibangunnya keterampilan sosial agar orang tidak larut dalam flow dan mampu melakukan semacam negosiasi terhadap interaksi dengan mobile phone-nya sendiri sehingga tidak mengganggu kerekatan sosial dengan tetangga. Pada mahasiswa pentingnya menjaga kerekatan bertetangga karena suatu hari nanti mereka yang akan menjadi orangtua bagi anak-anaknya, sehingga mereka dapat memberikan contoh yang baik dan mengajarkan pentingnya kohesi bertetangga kepada anak-anaknya kelak.

Untuk ketua RT (rukun tetangga), beberapa kebudayaan yang dahulunya masyarakat anuti, sedikit demi sedikit semakin memudar, seperti kegiatan gotong royong itu semua tergantikan oleh mobile phone yang sekarang ini, perlu adanya kegiatan – kegiatan yang dapat membuat kelekatan bertetangga mengimbangi penggunaan mobile phone.

Untuk penelitian selanjutnya ini dapat dilakukan pada mahasiswa yang berada di perumahan, karena banyak fenomena-fenomena kerenggangan yang terjadi di perumahan.

REFERENSI

Aarts, H., & Dijksterhuis, A. (2000). Habits as knowledge structures: Automaticity in goal-directed behavior, Journal of Personality and Social Psychology, 78(1), pp. 53-63.

Ade Saptomo. (2012). Hilangnya Semangat Gotong Royong. (11-06-2012). http://www.lampungpost.com/index.php/opini/37842-hilangnya-seman gat-gotong-royong.html Ajzen, I. (2001). Nature And operation of attitudes. Annual review of Psychology, 52, 27- 58. Amirin, Tatang M.( 2011), Populasi dan Sampel Penelitian 4: Ukuran sampel rumus Slovin.

Andreas.(2012). Telepon Selular Memicu Sikap Anti Sosial. (03-05-2012). http://www.oktomagazine.com/oktolifestyle/psychology/1374/telepon.selular.memicu.sikap.anti.sosi al

Asmaul Chusna. (2012). Karyawan Bank Ditemukan Tewas Dibunuh. (28-05-2012). http://www.antarajatim.com/lihat/berita/83130/karyawan-bank-ditemukan-tewas-dibunuh

(9)

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R, A., & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Bhattacherjee, A., & Premkumar, G. (2004). Understanding changes in belief and attitude toward information technology usage: A theorical model and longitudinal test, MIS Quarterly, 28(2), 229-254.

Buckner, J. C. (1988). The development of an instrument to measure neighborhood cohesion, American Journal of Community Psychology, 16 (6), 771-791.

Brown, S. A., & Venkatesh, V. (2005). Model of adoption of technology in the household: A baseline model test and extension incorporating household life cycle, MIS Quarterly 29(4), pp. 399-426. Budyatna. (2005) Komunikasi dalam pembangunan, Warta Ilmiah populer komunikasi dalam

pembangunan, 8(1).

Cigupit. (2012). Konflik Hak Milik. (19-05-2012). http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/17/konflik-hak-milik/

Cheong, J. H., & Park, M. C. (2005). Mobile internet acceptance in Korea, Internet Research, 15(2), 125-140.

Davis, F. D., & Venkatesh, V. (2004). Toward preprototype user acceptance testing of new information systems: Implications for software project management, IEEE Transactions on Engineering Management,51(1), pp. 31-46.

Doll, W. J., & Torkzadeh, G. (1988). The measurement of end-user computing satisfaction. MIS Quarterly, 259-274.

Forunati, L., & Taipale, S. (2012). Organization of the social sphere and typology of the residential setting: How the adoption of the mobile phone affects sociability in rural and urban locations. Technology in Society, 34, 33–43.

Gergen, K. J. (2008). Mobile communication and the transformation of democratic process. Handbook Of Mobile Communication Studies. Cambridge, MA: The MIT Press.

Goleman, D., (1999). Emotional Intelligence. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hassan. (1999) Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya: Tantangan Dalam Laju Teknologi. Orasi Ilmiah Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh November ke-39. Surabaya.

Herek dan Glunt.(1995). Communality as a dimension of service relationship. Journal of consumer psychology.

Hildawati. (2010). Dampak penggunaan ponsel terhadap pola komunikasi masyarakat jawa barat. Jurnal komunikasi .

Hsu, C-L., & Lu, H-P. (2003). Why do people play on-line games? An extended TAM with social influences and flow experience. Information & Management, 41, 853–868.

Indotelko. (2011). Industri Telko Menggarap Pasar Muda. (28-05-2012). http://www.indotelko.com/2011/11/industri-telko-menggarap-pasar-muda/

Jenson,J. (1998). Mapping social cohesion: The state of Canadian research. Ottawa: Canadian Policy Research Networks.

KabarBisnis.com. (2012). Wow, kicauan Twitter Jakarta tertinggi di dunia. http://www.kabarbisnis.com/read/2832130

Kim, H., Chan, H., & Gupta, S. (2007). Value-based adoption of mobile internet: An empirical investigation. Decision Support Systems,43 (1), 111-126.

Kim, J. W., & Schweitzer, J. (1996). The causes of and perceptions toward social capital in a neighborhood community context. Paper presented at the Association for Research on Nonprofit Organizations and Voluntary Action, New York.

Kompas. (2011). Konflik Dengan Tetangga, Jangan Sampai Deh!. (28-05-2012) http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/07/06/konflik-dengan-tetangga-jangan-sampai-deh/ Lederer,A., Maupin,D., Sena,M. & Zhuang,Y. (2000). The technology acceptance model and the world

wide web. Decision Support Systems, 29 (3), 275-282.

Limayem, M., & Hirt, S. G. (2003). Force of habit and information systems usage: Theory and initial validation, Journal of the AIS,4 (1), pp. 65-97.

Lusia Kus Anna. (2012). Pengguna Ponsel dan Media Sosial Lebih Egois?. (03-04-2012). http://health.kompas.com/read/2012/02/29/15053189/Pengguna.Ponsel.dan.Media.Sosial.Lebih.Egois Lott, A., & Lott, B. (1965). Group cohesiveness as interpersonal attraction: A review of relationship with

antecedent and consequent variables. Psychological Bulletin, 64: 259-309.

Maharani.D.A., (2009). Peran Komunitas di Bidang TIK Terhadap Peningatan Eliteracy Masyarakat di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah : Laporan Penelitian Mandiri dari program Pusat Penelitian dan Pengembangan Literasi Kominfo, Badan Litbang SDM.

(10)

Masyuri wahid. (2009). Cekcok dengan Tetangga, Pria Teggak Racun Ikan. (01-03-2012). http://www.indosiar.com/patroli/cekcok-dengan-tetangga-pria-tenggak-racun-ikan_61511.html Mc Millan, D. W., & Chavis, D.M. (1986). Sense of community: A definition and theory. Journal of

Community Psychology,14, 6-23.

Melone, N. P. (1990). A theoretical assessment of the user-satisfaction construct in information systems research. Management Science, 36 (1), 76-91.

Metro Tv. (2012). Telepon Seluler Picu Sikap Anti Sosial, Kok Bisa?. (20-04-2012). http://metrotvnews.com/read/news/2012/02/26/83122/Telepon-Seluler-Picu-Sikap-Anti-Sosial- Morse, S. J. (2008). Who Has Durkheim's Number? Cell phones and social interaction. PsycCRITIQUES.

November 19, 2008, Vol. 53, Release 47, Article 5

Muhhamad Khamdi. (2012). Tetangga Tidak Tahu Pak RT Ditembak. (13-04-2012).http://www.koran-o.com/2012/utama-2/tetangga-tidak-tahu-pak-rt-ditembak-18644

Muniz & Thomas C.O. Guinn (2001), Brand community. The Journal of Consumer Research,27, (4) (Mar.,2001), pp. 412-432. Maret 25, 2012. http://www.jstor.org/stable/254335

Nadia Felicia. (2011). Tidak Berbudaya Bisa Berbahaya. (24-03-2012). http://female.kompas.com/read/2011/02/18/16325529/Tidak.Berbudaya.Bisa.Berbahaya

Ogertschnig, M., & Van, H. (2004). A short-form measure of attitude towards using a mobile information service. 17th Bled eCommerce Conference eGlobal Bled, Slovenia, June 21 - 23, 2004.

Pahnila,S., & Watsya, J. (2012). Assesing the factors that have an impact on stickiness in online game communities. The16th pasific asia conference on information systems. Hochiminh City, Vietnam. 11-15 July 2012. http://pacis2012.org/files/papers/pacis2012_T14_Pahnila_183.pdf

Pappa, D., (1999), New tedencies; Life in internal fields. Paroron, 6(15), Novartis, Athens.

Perry, B. D. (2001) Bonding attachment in maltreated children : Consequences of emotional neglect in childhood. Booklet

Plant, S. (2000). On The Mobile: The effect of mobile telephones on social and individual life. Motorola. Rima News.com. (2012). Konflik Lahan, Kakek 70 Tahun Tewas Ditebas Tetangganya.(05-04-2012).

http://www.rimanews.com/read/20120401/58839/konflik-lahan-kakek-70-tahun-tewas-ditebas-tetangganya

Rogers, E.M. 1986. Communication Technology. The Three Press. New York.

PBH Peradi. (2010). Konflik Antar Tetangga Berujung Pidana. (01-03-2012). http://pbhperadi.wordpress.com/2010/10/19/konflik-antar-tetangga-berujung-pidana/

Schiffman, L.G., & Kanuk, L.L. 2004. Consumer Behavior, New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A. 1985. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabeta.

Supratiwi, F. (2012). Pengguna Facebook di Indonesia tertinggi ketiga dunia. (30-07-2012). http://www.antaranews.com/berita/317451/pengguna-facebook-di-indonesia-tertinggi-ketiga-dunia Tan, F. B., & Chou, J. P. C. (2008). The Relationship Between Mobile Service Quality, Perceived

Technology Compatibility, and Users’ Perceived Playfulness in the Context of Mobile Information and Entertainment Services. International Journal of Human–Computer Interaction, 24(7), 649–671. Teng, C-I., & Huang, H-C. (2012). More than flow: Revisiting the theory of four channels of flow.

International Journal of Computer Games Technology. Volume 2012 (2012), Article ID 724917, 9 pages. doi:10.1155/2012/724917. http://www.hindawi.com/journals/ijcgt/2012/724917/

Teo, T. (2011). Technology Acceptance in Education. Sense Pubishers, The Netherlands.

Tony Hartawan. (2012). Tetangga Tidak Tahu Penyebab Kematian Soraya. (24-03-2012). http://www.tempo.co/read/news/2012/01/20/083378622/Tetangga-Tidak-Tahu-Penyebab-Kematian-Soraya

Usman, H. & Akbar, R. P. S. (2000). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Venkastesh, V., Thong, J. Y., & Xu, X. (2012). Consumer acceptance and use of information technology: Extending the unifield theory of acceptance and use of technology. MIS Quarterly, 36(1), 157-178. Zulkefly, S.N. & Baharudin, R. (2009). Mobile phone use amongst student in a university in Malaysia

RIWAYAT PENULIS

Melisa lahir di Jakarta pada 2 Agustus tahun 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Pencarian Halte BRT Transmusi Palembang dapat menunjukan sebaran halte trans musi yang ada dikota palembang sesuai dengan kebutuhan yang ditunjukkan pada

Data mengenai pemahaman guru IPA SMP Negeri 3 Madiun tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diperoleh dari angket dan wawancara.. Perencanaan

Ketika suatu perusahaan harus bersaing, dengan perusahaan lain untuk mendapatkan pesanan dari pembeli, perusahaan harus mempunyai strategi yang diterapkan dalam

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lutfiyati, Ikawati, dan Wiedyaningsih (2014) yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan fungsi paru pada pasien

Strategi pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan sesuai dengan perhitungan Buying Power Index (BPI) maupun pengukuran performance index pasar yaitu potensi

Dari pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa budaya akan selalu berkaitan dengan cara hidup sekelompok masyarakat, termasuk cara anggota masyarakat budaya itu

Dibutuhkan dana yang besar untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam menanggulangi penyakit yang sedang berkembang sehingga keputusan pengembangan produk

Hal ini diperkuat oleh teori dari Sofyandi (2011) yang mengatakan definisi manajemen SDM adalah strategi untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti