• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Administrasi Daerah Penelitian. a. Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Administrasi Daerah Penelitian. a. Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskripsi

1. Deskripsi Administrasi Daerah Penelitian

Kabupaten Madiun terletak di Propinsi Jawa Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro.

b. Sebelah Timur : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi c. Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo

d. Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk

Kabupaten Madiun yang beribukota di Madiun memiliki luas keseluruhan 1.010,86 Km2 yang terbagi dalam 206 Kelurahan/Desa dan 15 Kecamatan, yaitu Kecamatan Kebonsari, Kecamatan Geger, Kecamatan Dolopo, Kecamatan Dagangan, Kecamatan Wungu, Kecamatan Kare, Kecamatan Gemarang, Kecamatan Saradan, Kecamatan Pilangkenceng, Kecamatan Mejayan, Kecamatan Wonoasri, Kecamatan Balerejo, Kecamatan Madiun, Kecamatan Sawahan, dan Kecamatan Jiwan. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Kare (190.85), sedangkan kecamatan dengan wilayah terkecil adalah Kecamatan Sawahan.

(2)

2. Topografi

Secara geografis Secara geografis Kabupaten Madiun terletak di sekitar 7o12 -7o48 30 Lintang Selatan dan 111o25 45 - 111o51 Bujur Timur. Profil Kabupaten Madiun mengenai letak geografis dapat dilihat gambar peta dibawah ini :

Gambar 4.1 Profil Peta Wilayah Kabupaten Madiun

Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, dan kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Kota-kota kecamatan yang cukup signifikan adalah Caruban, Saradan, Dolopo, Dagangan dan Balerejo.

Bagian utara wilayah Madiun berupa perbukitan, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian tengah merupakan dataran tinggi

(3)

dan bergelombang. Sedang bagian tenggara berupa pegunungan, bagian dari kompleks Gunung Wilis-Gunung Liman.

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di tingkat propinsi pula, perekonomian di Kabupaten Madiun menunjukkan stabilitas yang signifikan. Indikator perekonomian daerah Kabupaten Madiun dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor perekonomian, yang meliputi 9 (sembilan) sektor/lapangan usaha, dengan komposisi pertumbuhan yang dituangkan dalam nominal dari tahun ke tahun. Indikator dari sektor pertanian dalam jumlah satuan rupiah merupakan sektor yang paling dominan serta mengalami peningkatan, akan tetapi apabila dikaji terhadap harga berlaku dan harga konstan sektor ini mengalami stagnasi, hal ini perlu disikapi dengan mengupayakan peningkatan pada sektor-sektor dominan.

Pendapatan Domestik Regional Bruto Daerah (PDRB) Harga Konstant tahun 2010-2012 menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun, dimana tahun 2010 nilai PDRB itu sebesar Rp. 2.759.669,-, meningkat menjadi sebesar Rp. 2.899.886,- pada tahun 2011 dan meningkat menjadi Rp. 3.071.608,- pada tahun 2012. Secara rinci PDRB berdasarkan harga konstan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.1 berkut ini.

(4)

Tabel 4.1 PDRB Kabupaten Madiun atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

No 2010 2011 2012

Nilai % Nilai % Nilai %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.044.314 15.466 90.781 25.243 92.611 858.852 84.378 87.935 460.089 37,84 0,56 3,29 0,91 3,36 31,12 3,06 3,19 16,67 1.085.374 15.630 95.270 27.416 95.639 916.910 92.504 91.400 479.745 37,43 0,54 3,29 0,95 3,3 31,62 3,19 3,15 16,54 1.127.801 15.421 98.991 28.616 99.625 992.622 101.312 96.010 511.211 36,72 0,5 3,22 0,93 3,24 32,32 3,3 3,13 16,64 2.759.669 100% 2.899.886 100 3.071.608 100 Keterangan : Sektor 1) Pertanian; 2) Pertambangan dan Penggalian; 3)

Industri Pengolahan; 4) Listrik, Gas dan Air Bersih; 5) Konstruksi; 6) Perdagangan, Restoran dan Hotel; 7) Pengangkutan dan Komunikasi; 8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan 9) Jasa-Jasa

Sumber : BPS Kabupaten Madiun 2012 (diolah)

4. Kependudukan

Data kependudukan mempunyai arti yang sangat penting dalam pembangunan pada umumnya dan bidang kesehatan pada khususnya, hampir semua kegiatan pembangunan kesehatan obyek sasarannya adalah masyarakat atau penduduk. Menurut proyeksi BPS Kabupaten Madiun, jumlah penduduk Kabupaten Madiun tahun 2012 yaitu sebanyak 664.569 jiwa, yang terdiri dari 327.908 jiwa penduduk laki-laki dan 336.661 jiwa penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 97,40. Kepadatan penduduk di Kabupaten Madiun rata-rata sebesar 657 jiwa/km2 dengan kepadatan terendah adalah kecamatan Kare sebesar 155 jiwa/km2dan tertinggi adalah Kecamatan Jiwan sebesar 1.671 jiwa/km2. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Madiun adalah

(5)

sebanyak 197.435 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah tertinggi adalah Kecamatan Saradan dan terendah adalah Kecamatan Kare (Sumber: BPS Kabupaten Madiun, 2012).

Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur lansia masih

tahun yaitu sebesar 65.967 jiwa dengan rincian laki-laki sebesar 28.091 dan perempuan sebesar 37.876 jiwa.:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kebupaten Madiun dari 2010-2012

No Tahun Laki-Laki % Perempuan % Jumlah

1 2010 384.695 49,93 385.745 50,07 770.440 2 2011 384.996 49,92 386.208 50,08 771.204 3 2012 385.906 49,94 386.898 50,06 772.804 Rata-Rata 385.199 49,93 386.284 50,07 771.482 Sumber : BPS Kabupaten Madiun, 2012

Berdasarkan data dalam tabel 4.2 di atas nampak bahwa jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 770.440 jiwa, meningkat menjadi 771.204 jiwa ada tahun 2011, dan meningkat lagi sejumlah 772.804 jiwa pada tahun 2012 atau tepatnya pertumbuhan penduduk rata-rata 0,15 %/tahun..

5. Deskripsi Data Puskesmas Kabupaten Madiun

Puskesmas-Puskesmas di Kabupaten Madiun adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja masing-masing. Keberadaan Puskesmas di tengah masyarakat sangatlah penting karena Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yang

(6)

diberikan oleh Pemerintah Daerah. Pelayanan kesehatan yang baik yang mampu diberikan oleh penyelenggara pemerintahan secara tidak langsung akan meringankan beban pemerintah.

Puskesmas di Kabupaten Madiun secara keseluruhan berjumlah 26 yang tersebar di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Madiun. Berikut data Puskesmas di Kabupaten Madiun.

Tabel 4.3 Jumlah Puskesmas di Kabupaten Madiun

No Puskesmas Kode Puskesmas Jenis Puskesmas

1 Gantrung P3519010102 Rawat Inap

2 Kebonsari P3519010201 Non Rawat Inap

3 Geger P3519020201 Non Rawat Inap

4 Kaibon P3519020202 Non Rawat Inap

5 Mlilir P3519030201 Non Rawat Inap

6 Bangunsari P3519030202 Non Rawat Inap

7 Dagangan P3519040201 Non Rawat Inap

8 Jetis P3519040202 Non Rawat Inap

9 Wungu P3519050201 Non Rawat Inap

10 Mojopurno P3519050202 Non Rawat Inap

11 Kare P3519060101 Rawat Inap

12 Gemarang P3519070101 Rawat Inap

13 Saradan P3519080101 Rawat Inap

14 Sumbersari P3519080102 Rawat Inap

15 Pilangkenceng P3519090101 Rawat Inap

16 Krebet P3519090102 Rawat Inap

17 Klecorejo P3519100102 Rawat Inap

18 Mejayan P3519100201 Non Rawat Inap

19 Wonoasri P3519110201 Non Rawat Inap

20 Balerejo P3519120101 Rawat Inap

21 Simo P3519120202 Non Rawat Inap

22 Madiun P3519130201 Non Rawat Inap

23 Dimong P3519130202 Non Rawat Inap

24 Sawahan P3519140201 Non Rawat Inap

25 Klangenserut P3519150201 Non Rawat Inap

26 Jiwan P3519150202 Non Rawat Inap

(7)

Berdasarkan data dalam tabel 4.3 di atas nampak bahwa jumlah Puskesmas di Kabupaten Madiun sebanyak 26 Puskesmas yang terbagi menjadi 17 jenis Puskesmas non rawat inap dan 9 jenis puskesmas rawat inap.

6. Deskripsi Data Responden Penelitian

a. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Identitas responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Keterangan

Jumlah Persentase

Laki-laki 189 47,3%

Perempuan 211 52,7%

Jumlah 400 100%

Sumber : Data yang diolah, 2013

Tabel 4.4 terlihat bahwa responden pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang memiliki jenis kelamin laki-laki berjumlah 189 responden (47,3%) dan perempuan berjumlah 211 responden (52,7%). Hasil data identitas responden berdasarkan jenis kelamin ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun paling banyak memiliki jenis kelamin perempuan.

(8)

b. Identitas Responden Berdasarkan Umur

Identitas responden berdasarkan umur disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Umur

Umur Keterangan

Jumlah Persentase

Kurang dari 17 tahun 110 27,5%

Lebih dari atau sama dengan 17 tahun 290 72,5%

Jumlah 100 100%

Sumber : Data yang diolah, 2013

Tabel 4.5 terlihat bahwa responden pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang memiliki usia kurang dari 17 tahun berjumlah 110 responden (27,5%) dan lebih dari atau sama dengan 17 tahun berjumlah 290 responden (72,5%). Hasil data identitas responden berdasarkan umur ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun paling banyak memiliki usia lebih dari atau sama dengan 17 tahun.

c. Identitas Responden Berdasarkan Kelengkapan Fasilitas

Identitas responden berdasarkan kelengkapan fasilitas disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Penilaian Kelengkapan Fasilitas Kelengkapan Fasilitas Keterangan

Jumlah Persentase Fasilitas tidak lengkap 43 10,8%

Fasilitas lengkap 357 89,3%

Jumlah 400 100%

Sumber : Data yang diolah, 2013

Tabel 4.6 terlihat bahwa responden pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang menilai fasilitas Puskesmas di Kabupaten Madiun tidak lengkap

(9)

berjumlah 43 responden (10,8%) dan menilai fasilitas Puskesmas di Kabupaten Madiun lengkap berjumlah 357 responden (89,3%). Hasil data identitas responden berdasarkan kelengkapan fasilitas ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang paling banyak menilai fasilitas yang dimiliki Puskesmas di Kabupaten Madiun lengkap.

d. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan

Identitas responden berdasarkan pendidikan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Keterangan Jumlah Persentase SD 181 45,3% SMP 65 16,3% SMA 77 19,3% S1 24 6% S2 3 0,8% Ortu SD 13 3,3% Ortu SMP 2 0,5% Ortu SMA 27 6,8% Ortu S1 8 2% Jumlah 400 100%

Sumber : Data yang diolah, 2013

Tabel 4.7 terlihat bahwa identitas responden berdasarkan pendidikan ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SD berjumlah 181 responden (45,3%) dan sebagian kecil memiliki tingkat pendidikan S2 berjumlah 3 responden (0,8%).

(10)

e. Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan

Identitas responden berdasarkan pendapatan per bulan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan Pendapatan (Rp) Keterangan Jumlah Persentase 15.0000 - 584.999 151 37,8% 585.000 - 1.019.999 128 32,0% 1.020.000 - 1.454.999 14 3,5% 1.455.000 - 1.889.999 47 11,8% 1.890.000 - 2.324.999 32 8,0% 2.325.000 - 2.759.999 5 1,3% 2.760.000 - 3.194.999 16 4,0% 3.195.000 - 3.629.999 2 0,5% 3.630.000 - 4.064.999 4 1,0% 4.065.000 - 4.500.000 1 0,3 Jumlah 400 100%

Sumber : Data yang diolah, 2013

Tabel 4.8 terlihat bahwa identitas responden berdasarkan pendapatan per bulan ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun sebagian besar memiliki pendapatan sebesar Rp. 585.000-1.019.999,- yaitu berjumlah 128 orang (32%) dan sebagian kecil memiliki pendapatan Rp.4.065.000 - 4.500.000,- yaitu berjumlah 1 orang (0,3%).

f. Identitas Responden Berdasarkan Biaya Kunjungan

Identitas responden berdasarkan biaya kunjungan disajikan pada tabel berikut:

(11)

Tabel 4.9 Identitas Responden Berdasarkan Biaya Kunjungan BiayaKunjungan (Rp) Keterangan Jumlah Persentase 0 -1999 245 61,3% 2000-3999 75 18,8% 4000-5999 12 3,0% 10000-11999 43 10,8% 0000 25 6,3% Jumlah 400 100%

Sumber : Data yang diolah, 2013

Tabel 4.9 terlihat bahwa identitas responden berdasarkan biaya kunjungan ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun sebagian besar yang mengeluarkan biaya kunjungan sebesar Rp.0 - 1.999,-yaitu berjumlah 245 orang (61,3%) dan sebagian kecil biaya kunjungan Rp. 4.000-5.999,- atau berjumlah 12 orang (3,0%).

g. Identitas Responden Berdasarkan Jarak

Identitas responden berdasarkan jarak tempuh ke Puskesmas disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Identitas Responden Berdasarkan Jarak Jarak (Km) Keterangan Jumlah Persentase 0-34 270 67,5% 3,5-6,9 79 19,8% 7-10,4 25 6,3% 14-17,4 18 4,5% 17,5-20,9 5 1,3% 31,5-35 3 0,8% Jumlah 400 100%

(12)

Tabel 4.10 terlihat bahwa identitas responden berdasarkan biaya kunjungan ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun sebagian besar yang memiliki jarak tempuh dari rumah ke Puskesmas 0-34 Km yaitu berjumlah 270 responden (67,5%) dan sebagian kecil yang memiliki jarak tempuh dari rumah ke Puskesmas 31,5-35 km berjumlah 3 responden (0,8%).

h. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Penyakit

Identitas responden berdasarkan jenis penyakit disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Penyakit Jenis Penyakit Keterangan

Jumlah Persentase

Berat 216 54,0%

Ringan 184 46,0%

Jumlah 400 100%

Sumber : Data yang diolah, 2013

Tabel 4.11 terlihat bahwa responden pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang memiliki jenis penyakit berat berjumlah 216 responden (54%) dan yang memiliki jenis penyakit ringan berjumlah 184 responden (46%). Hasil data identitas responden berdasarkan jenis penyakit ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang paling banyak yang memiliki jenis penyakit berat.

(13)

i. Identitas Responden Berdasarkan Waktu Pemeriksaan

Identitas responden berdasarkan waktu pemeriksaan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Identitas Responden Berdasarkan Waktu Pemeriksaan Waktu Pemeriksaan Keterangan

Jumlah Persentase

> 30 menit 40 10,0%

360 90,0%

Jumlah 400 100%

Sumber : Data yang diolah, 2013

Tabel 4.12 terlihat bahwa responden pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang mengalami waktu pemeriksaan lebih dari 30 menit berjumlah 40 responden (10%) dan mengalami waktu pemeriksaan kurang dari atau sama dengan 30 menit berjumlah 360 responden (90%). Hasil data identitas responden berdasarkan waktu pemeriksaan ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang paling banyak yang mengalami waktu pemeriksaan kurang dari atau sama dengan 30 menit.

j. Identitas Responden Berdasarkan Pemeriksaan Dokter

Identitas responden berdasarkan pemeriksaan dokter disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Identitas Responden Berdasarkan Pemeriksaan Dokter Pemeriksaan Dokter Keterangan

Jumlah Persentase Dilakukan bukan dokter 128 32,0%

Dilakukan dokter 272 68,0%

Jumlah 400 100%

(14)

Tabel 4.13 terlihat bahwa responden pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang mengalami pemeriksaan bukan oleh dokter berjumlah 128 responden (32%) dan mengalami pemeriksaan oleh dokter berjumlah 272 responden (68%). Hasil data identitas responden berdasarkan pemeriksaan dokter ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang paling banyak yang mengalami pemeriksaan oleh dokter.

k. Identitas Responden Berdasarkan Permintaan Jasa Pelayanan

Identitas responden berdasarkan Permintaan Jasa Pelayanan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Identitas Responden Berdasarkan Permintaan Jasa Pelayanan Permintaan Jasa Pelayanan Keterangan

Jumlah Persentase

Pemeriksaan 128 32,0%

Perawatan 272 68,0%

Jumlah 400 100%

Sumber : Data yang diolah, 2013

Tabel 4.14 terlihat bahwa responden pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang meminta jasa pelayanan pemeriksaan berjumlah 128 responden (32%) dan meminta jasa pelayanan perawatan berjumlah 272 responden (68%). Hasil data identitas responden berdasarkan permintaan jasa pelayanan ini menunjukkan bahwa pasien Puskesmas di Kabupaten Madiun yang paling banyak yang meminta jasa pelayanan perawatan.

(15)

B. Analisis Uji Hipotesis

1. Analisis Regresi Logistik Biner

Analisis regresi digunakan dalam penelitian ini untuk menguji mengenai pengaruh variabel independen yang meliputi pendapatan, biaya kunjungan, jarak, pendidikan, jenis penyakit, waktu pelayanan, umur, jenis kelamin, kelengkapan fasilitas dan pemeriksaan dokter pada permintaan masyarakat terhadap variabel dependennya yaitu pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat. Pada penelitian ini, alat analisis yang digunakan adalah persamaan regresi model regresi logistik biner. Model analisis regresi logistik biner merupakan alternatif uji jika asumsi multivariate normal distribution pada variabel bebasnya tidak bisa terpenuhi ketika akan dilakukan analisis diskriminan, tidak terpenuhinya asumsi ini dikarenakan variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metric) dan kategorial (non metric).

Persamaan regresi dari model logistik biner dapat ditulis sebagai berikut : Y = f (Pdt, BK, J, Pend, JP, WP, U, JK, KF, PD)

Bentuk Linear

Y= 0 1Pdt 2BK 3J 4Pend d1JP 5WP d2U d3JK d4KF d5PD Keterangan :

Y = Permintaan Jasa Pelayanan

0 = Konstanta/intersep

3

1 = Koefisien regresi/parameter masing-masing variabel bebas

(16)

BK = Biaya Kunjungan J = Jarak Pend = Pendidikan JP = Jenis Penyakit WP = Waktu Pelayanan U = Umur JK = Jenis Kelamin KF = Kelengkapan Fasilitas PD = Pemeriksaan Dokter Variable Dummy : JP : 1 = ringan 0 = berat

U : 1 = dewasa lebih atau sama dengan 17 tahun 0 = anak-anak kurang dari 17 tahun

JK : 1 = Laki-laki 0 = Perempuan WP : 0 = > 30 menit KF : 1 = Lengkap 0 = Tidak Lengkap PD : 1 = Baik 0 = Tidak Baik

(17)

Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Y= 0 1Pdt 2BK 3J 4Pend d1JP 5WP d2U d3JK d4KF d5PD Y = 3,386 0,185 Pdt - 0.444 BK + 0,159 J + 0,167 Pend + 4,335 JP

2,687WP + 19,401 U 0,717 JK + 1,247 KF 2,536 PD Hasil analisis di atas di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Jika jumlah pendapatan pasien bertambah 1 satuan (Rp. 100,-) maka kecenderungan pasien untuk meminta jasa pelayanan pemeriksaan menjadi 0,185 kali lebih rendah atau lebih memilih perawatan.

b. Jika jumlah biaya kunjungan pasien bertambah 1 satuan (Rp. 100,-) maka kecenderungan pasien untuk meminta jasa pelayanan perawatan berkurang menjadi 0.444 kali.

c. Jika jarak tempuh rumah pasien ke Puskesmas bertambah 1 satuan (1 km) maka kecenderungan pasien untuk meminta jasa pelayanan perawatan menjadi meningkat 0,159 kali.

d. Jika tingkat pendidikan semakin tinggi maka kecenderungan pasien untuk meminta jasa pelayanan perawatan meningkat menjadi 0,167 kali.

e. Pasien yang memiliki jenis penyakit berat akan memiliki kecenderungan untuk meminta jasa pelayanan perawatan sebesar 4,335 kali (lebih tinggi) dibanding pasien yang memiliki jenis penyakit ringan.

f. Pasien yang mengalami waktu pelayanan lebih kurang dari atau sama dengan 30 menit akan memiliki kecenderungan untuk meminta jasa

(18)

pelayanan perawatan sebesar 2,687 kali (lebih rendah) dibanding pasien yang mengalami waktu pelayanan lebih dari 30 menit.

g. Pasien yang memiliki umur dewasa lebih dari 17 tahun akan memiliki kecenderungan untuk meminta jasa pelayanan perawatan sebesar 19,401 kali (lebih tinggi) dibanding pasien yang memiliki umur anak-anak kurang dari 17 tahun.

h. Pasien yang memiliki jenis kelamin laki-laki akan memiliki kecenderungan untuk meminta jasa pelayanan perawatan sebesar 0,717 kali (lebih rendah) dibanding pasien yang memiliki jenis kelamin perempuan.

i. Pasien yang memiliki pendapat kelengkapan fasilitas Puskesmas lengkap akan memiliki kecenderungan untuk meminta jasa pelayanan perawatan sebesar 1,247 kali (lebih tinggi) dibanding pasien yang memiliki pendapat kelengkapan fasilitas Puskesmas tidak lengkap.

j. Pasien yang mengalami pelayanan bukan dokter akan memiliki kecenderungan untuk meminta jasa pelayanan perawatan sebesar 2,536 kali (lebih rendah) dibanding pasien yang mengalami pelayanan oleh dokter.

Setelah mengetahui hasil dari regresi di atas maka tahap berikutnya dilakukan pengujian dengan beberapa tahap. Adapun tahap-tahap dalam pengujian adalah sebagai berikut :

(19)

2. Uji Kelayakan Analisis

Regresi logistik adalah regresi di mana variabel terikatnya adalah dummy, yaitu 1 dan 0. Dengan demikian, residualnya yang merupakan selisih antara nilai prediksi dengan nilai sebenarnya tidak perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji kelayakan analisis ang dipergunakan dalam regresi logistic biner adalah sebagai berikut.

c. Uji Identifikasi Data yang Hilang

Sebelum dilakukan uji regresi logistik biner, dilakukan uji identifikasi data hilang. Berikut hasil yang di dapatkan dari uji identifikasi data hilang. Tabel 4.15 Hasil Uji Identifikasi Data Hilang

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 91 100.0 Missing Cases 0 .0 Total 91 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 91 100.0

Sumber : Hasil olah data SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui dapat dilihat tidak ada data yang hilang (missing cases) sehingga uji regresi logistik biner layak untuk dilanjutkan.

d. Uji Model Fit atau uji kelayakan analisis

Hasil uji model fit untuk prasarat analisis regresi logistik biner dengan bantuan komputer program SPSS 17 for Windows, diperoleh hasil seperti pada tabel berikut.

(20)

Tabel 4.16 Uji Model Fit

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.

1 53.304 8 .000

Sumber : Hasil olah data SPSS

Nilai signifikansi sebesar 0,000 > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara model dengan nilai observasinya (H0 diterima), sehingga model mampu memprediksi nilai observasi tersebut, atau dengan kata lain, model dapat diterima karena mampu memprediksikan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. 3. Uji Hipotesis

a. Uji Signifikansi Secara Parsial

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependen. Uji signifikansi yang dilakukan pada masing-masing variabel independent adalah sebagai berikut.

Hipotesis : H0: variabel independent secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha: variabel independent secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

Hasil uji signifikansi pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel berikut.

(21)

Tabel 4.17 Uji Signifikansi Secara Parsial Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a PDT -.185 .168 1.206 1 .272 .831 BK -.444 .107 17.158 1 .000 .642 J .159 .204 .602 1 .438 1.172 Pend .167 .265 .399 1 .028 1.182 JP(1) 4.335 .843 26.423 1 .000 76.337 WP(1) -2.687 .717 14.039 1 .000 .068 U(1) 19.401 2989.171 .000 1 .995 2.664E8 JK(1) -.717 .480 2.226 1 .136 .488 KF(1) 1.247 .713 3.060 1 .080 3.480 PD(1) -2.536 .542 21.878 1 .000 .079 Constant 3.389 .832 16.613 1 .000 29.646

a. Variable(s) entered on step 1: PDT, BK, J, Pend, JP, WP, U, JK, KF, PD. Sumber : Hasil olah data SPSS

a. Pendapatan

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,272, sehingga diperoleh 0,272 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak atau secara individu tidak terdapat pengaruh signifikan antara pendapatan terhadap permintaan jasa pelayanan.

b. Biaya Kunjungan

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sehingga diperoleh 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau secara individu terdapat pengaruh signifikan antara biaya kunjungan terhadap permintaan jasa pelayanan.

(22)

c. Jarak

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,438, sehingga diperoleh 0,438 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak atau secara individu tidak terdapat pengaruh signifikan antara jarak tempuh dari rumah pasien ke Puskesmas terhadap permintaan jasa pelayanan.

d. Pendidikan

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,028, sehingga diperoleh 0,028 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau secara individu terdapat pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan pasien terhadap permintaan jasa pelayanan.

e. Jenis Penyakit

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sehingga diperoleh 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau secara individu terdapat pengaruh signifikan antara jenis penyakit pasien terhadap permintaan jasa pelayanan.

f. Waktu Pelayanan

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sehingga diperoleh 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau secara individu terdapat pengaruh signifikan antara waktu pelayanan dengan permintaan jasa pelayanan.

(23)

g. Umur

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,995, sehingga diperoleh 0,995 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak atau secara individu tidak terdapat pengaruh signifikan antara umur dengan permintaan jasa pelayanan.

h. Jenis Kelamin

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,136, sehingga diperoleh 0,136 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak atau secara individu tidak terdapat pengaruh signifikan antara jenis kelamin dengan permintaan jasa pelayanan.

i. Kelangkapan Fasilitas

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sehingga diperoleh 0,080 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak atau secara individu tidak terdapat pengaruh signifikan antara kelengkapn fasilitas dengan permintaan jasa pelayanan.

j. Pelayanan Dokter

Pada tingkat signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sehingga diperoleh 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau secara individu terdapat pengaruh signifikan antara pelayanan dokter dengan permintaan jasa pelayanan.

b. Uji Signifikansi Secara Serempak (Omnimbus Tes)

Uji signifikansi secara serempak ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independent secara bersama-sama berpengaruh

(24)

terhadap variabel dependen. Uji signifikansi secara serempak dalam uji regresi logistic biner dikenal dengan hasil Omnimbus Tes.

Hipotesis :

H0 : variabel independent secara secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Hasil uji signifikansi pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen secara serempak dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.18 Uji Signifikansi Secara Serempak

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1 Step 224.790 10 .000

Block 224.790 10 .000

Model 224.790 10 .000

Sumber : Hasil olah data SPSS

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai signifikansi model sebesar 0,000. Karena nilai lebih kecil dari 5% maka H0 ditolak pada tingkat 5% sehingga disimpulkan bahwa variabel bebas (pendapatan, , biaya kunjungan, jarak, pendidikan, jenis penyakit, waktu pelayanan, umur, jenis kelamin, kelengkapan fasilitas dan pemeriksaan dokter) secara bersama-sama (serempak) berpengaruh terhadap variabel dependen (permintaan jasa pelayanan). Sehingga Ha yang berbunyi variabel

(25)

independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen diterima kebenarannya.

c. Uji Pengukuran Pengaruh Bersama

Uji Pengukuran Pengaruh Bersama (Cox & Snell R Square test) merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R Square pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Oleh karena itu, Nagelkerke R Square yang merupakan modifikasi dari Cox & Snell di mana nilainya bervariasi dari 0-1, akan lebih mudah untuk diinterpretasikan sebagaimana interpretasi atas R Square pada multiple regression atau Pseudo R-Square dalam multinominal logistic regression. Hasil Uji Cox & Snell R Square dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.19 Uji Pengukuran Pengaruh Bersama Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 139.919a .430 .719

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Sumber : Hasil olah data SPSS

Nagelkerke R Square pada tabel di atas menunjukkan nilai sebesar 0,719 atau 71,9%. Hal ini berarti, variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel-variabel independen sebesar 71,9%. Artinya, seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara serentak pada kisaran 71,9%, sedangkan 28,1% lainnya

(26)

dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

d. Trend Kunjungan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun

Berikut adalah data kunjungan masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun. Tabel 4.20 Kunjungan Masyarakat di PUSKESMAS Kabupaten Madiun

Tahun 2008 s/d 2012

No Tahun Jumlah Kunjungan

(Y) X XY X 2 1 2008 630.749 -2 -12.61.498 4 2 2009 714.120 -1 -714.120 1 3 2010 654.560 0 0 0 4 2011 543.151 1 543.151 1 5 2012 612.162 2 1.224.324 4 Jumlah 3.154.742 -208.143 10

Sumber : data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilakukan perhitungan trend kunjungan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun pada tahun-tahun berikutnya. Rumus persamaan garis trend linear: y = a + bx

a = / n = 3.154.742/ 5 = 630.948,4 b= / = -208.143/ 10 = -220.814,3

Persamaan regresi yang diperoleh, y = 630.948,4 -220.814,3 x

Berdasarkan hasil perhitungan dengan tahun 2010 sebagai dasar perhitungan trend dapat dilihat bahwa akan terjadi penurunan rata-rata

(27)

jumlah kunjungan masyarakat sebesar 220.814,3 orang atau dibulatkan menjadi 220.814 orang pertahun.

1) Trend tahun 2013 yaitu, y = 630.948,4 - 220.814,3 (2013-2010) = 5.649.395,5

2) Trend tahun 2014 yaitu, y = 630.948,4 - 220.814,3 (2014-2010) = 5.429.211,2

3) Trend tahun 2015 yaitu, y = 630.948,4 - 220.814,3 (2015-2010) = 5.209.026,9

4) Trend tahun 2016 yaitu, y = 630.948,4 - 220.814,3 (2016-2010) = 4.988.842,6

5) Trend tahun 2017 yaitu, y = 630.948,4 - 220.814,3 (2017-2010) = 4.768.658,3

Perhitungan trend kunjungan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun pada tahun-tahun berikutnya, dapat digambarkan pada sebuah gafik berikut ini:

(28)

Gambar 4.2 Grafik Trend Kunjungan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun Lima Tahun Mendatang

Berdasarkan pehitungan dan gambar grafik di atas dapat dilihat perkiraan kunjungan dari tahun 2013-2017 selalu mengalami penurunan, dan diperkirakan jumlah kunjungan ke Puskesmas Kabupaten Madiun tahun 2017 mendatang sekitar 4.760.650 kunjungan. Penurunan Kunjungan masyarakat dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 adalah sebesar 4.148.448 kunjungan.

C. Pembahasan

1. Pengaruh biaya kunjungan terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun.

Biaya kunjungan berpengaruh signifikan terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun. Biaya kunjungan yang tinggi yang dibebankan kepada pasien akan memberikan gambaran di pikiran

5.649.395,5 5.429.211,2 5.209.026,9 4.988.842,6 4.768.658,3 4.200.000,0 4.400.000,0 4.600.000,0 4.800.000,0 5.000.000,0 5.200.000,0 5.400.000,0 5.600.000,0 5.800.000,0 2013 2014 2015 2016 2017 Tahun

(29)

pasien tentang biaya perawatan yang tinggi pula maka mereka akan berpikir lebih untuk meminta jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun untuk perawatan. Kebijakan kongkrit yang dapat dilakukan dalam meningkatkan permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun adalah meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana yang sesuai dengan peningkatan biaya yang dibebankan kepada pasien.

2. Pengaruh pendidikan terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun.

Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun, artinya apabila tingkat pendidikan pasien semakin meningkat maka akan mempengaruhi permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan meningkatkan pengetahuan dan kes adaran mereka akan kebutuhan jasa pelayanan kesehatan yang semestinya mereka tempuh sesuai dengan penyakit yang mereka derita. Kebijakan kongkrit yang dapat dilakukan dalam meningkatkan permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun sebaiknya setiap Puskesmas dapat memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat dengan memberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien.

3. Pengaruh jenis penyakit terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun.

Jenis penyakit berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun, artinya apabila pasien

(30)

memiliki penyakit semakin berat, misalnya amandel, asam urat, kolesterol, diabet, hipertensi, gagal ginjal, sakit jiwa, muntaber, demam berdarah, typus, sesak napas dan asma maka kebutuhan perawatan sangat diperlukan dan begitu pula sebaliknya. Kebijakan kongkrit yang dapat dilakukan dalam meningkatkan permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun sebaiknya setiap Puskesmas dapat memberikan pelayanan secara maksimal tidak saja pada penyakit berat, tetapi juga dapat menyelesaikan dengan cepat dan tepat penyakit ringan seperti ispa, myalgia, batuk, anemia, gigi, KB, gatal, panas, pusing, pilek dan mata.

4. Pengaruh waktu pelayanan terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun.

Waktu pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun, artinya apabila waktu pelayanan semakin lama maka mempengaruhi permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun. Waktu pelayanan awal akan memberikan gambaran di pikiran pasien bahwa proses selanjutnya akan juga lama sehingga mereka akan memilih jasa pelayanan kesehatan yang lebih cepat dalam hal ini adalah jasa pemeriksaan. Kebijakan kongkrit yang dapat dilakukan dalam meningkatkan permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun sebaiknya setiap Puskesmas dapat memberikan pelayanan secara maksimal dengan waktu mulai mengambil tiket sampai selesai mengambil obat dilakukan cepat dan tuntas.

(31)

5. Pengaruh pemeriksaan dokter terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun.

Pemeriksaan dokter berpengaruh signifikan terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun. Penanganan pasien oleh dokter akan mempengaruhi permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun. Kebijakan kongkrit yang dapat dilakukan dalam meningkatkan permintaan jasa pelayanan kesehatan Puskesmas Kabupaten Madiun sebaiknya setiap Puskesmas mempunyai dokter yang siap untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

6. Trend kunjungan di rumah sakit Terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun

Berdasarkan pehitungan analisis trend dapat dilihat perkiraan kunjungan dari tahun 2013-2017 selalu mengalami penurunan, dan diperkirakan jumlah kunjungan ke Puskesmas Kabupaten Madiun tahun 2017 mendatang sekitar 4.760.650 kunjungan. Jumlah kunjungan dari tahun 2012 sampai tahun 2017 mendatang terjadi penurunan sebanyak 4.148.448 kunjungan.

Hasil analisis ini didasarkan atas jumlah kunjungan dari tahun 2008 sampai tahun 2012 yang mengalami penurunan sehingga jika tidak ada perbaikan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun maka akan mengalami penurunan sampai sebanyak 4.836 pada lima tahun kedepan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)

(32)

di Kabupaten Madiun dalam hal ini antara lain: biaya kunjungan, waktu pelayanan, kelengkapan fasilitas dan pemeriksaan dokter pada permintaan masyarakat terhadap pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Penurunan kunjungan ke PUSKESMAS pada lima tahun mendatang juga disebabkan banyaknya klinik swasta yang bermunculan menjelang diberlakukannya SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004. Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT. Askes Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Pemberlakuan BPJS dengan sistem rujukan berjenjang, dimulai dari fasilitas kesehatan primer yaitu : Puskesmas, klinik atau sarana pelayanan kesehatan milik swasta yang bekerjasama dengan BPJS. Puskesmas harus memberikan pelayanan yang prima agar kunjungan puskesmas tidak menurun, karena masyarakat berhak memilih sarana kesehatan bekerja sama dengan BPJS yang memberikan pelayanan kesehatan lebih baik.

Gambar

Gambar 4.1 Profil Peta Wilayah Kabupaten Madiun
Tabel 4.1 PDRB Kabupaten Madiun atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kebupaten Madiun dari 2010-2012
Tabel 4.3 Jumlah Puskesmas di Kabupaten Madiun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Harapannya dengan melalukan eksperimen pembuatan foot scrub yang berasal dari bahan baku alami yaitu kulit buah naga merah dan air rebusan daun pepaya dapat menjadi pedoman

Asumsi yang digunakan menyatakan bahwa pola permintaan ayam pedaging untuk wilayah Kabupaten Kuantan Singingi sama dengan pola permintaan Propinsi Riau, se-

Hasil dari penelitian ini untuk layout awal yaitu jarak perpindahan material dihitung menggunakan rectilinier yaitu dengan hasil 107,5 m dengan omh sebesar rp

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan menggunakan software Embassy terhadap pengguna layanan Indihome yang menggunakan jaringan GPON, didapatkan nilai

[r]

Perubahan yang terjadi saat ini berupa perubahan pada elemen visual, spasial, dan elemen struktural pada bangunan asli sebagai bentuk adaptasi penambahan fungsi

Teguran sudah sering diberikan oleh masyarat dari berbagai macam kalangan bahkan kepala desa pun sebagai pimpinan tidak diam saja, Ia sudah memperingati kepada para pelaku agar

Dan apabila yang terjadi adalah yang sebaliknya yaitu ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses