• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN GAME SURVIVAL HORROR CAN YOU SURVIVE? DENGAN MENGGUNAKAN VR ANDROID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBUATAN GAME SURVIVAL HORROR CAN YOU SURVIVE? DENGAN MENGGUNAKAN VR ANDROID"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN GAME SURVIVAL HORROR “CAN YOU

SURVIVE?” DENGAN MENGGUNAKAN VR ANDROID

Harry Sugianto

1)

, Jeanny Pragantha

2)

, Darius Andana Haris

3)

1),2),3)

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Tarumanagara, Jakarta 11440 Indonesia

email : 1)[email protected], 2) [email protected] , 3) [email protected]

ABSTRAK

Game "Can You Survive?" adalah game dengan genre Survival Horordengan animasi 3D yang menggunakan fitur virtual reality. Game ini dirancang dengan menggunakan Game Engine Unity3D dengan C# sebagai bahasa pemrograman dan ekstensi plugin GoogleVR SDKuntuk fitur virtual realitynya. Player diharuskan menemukan jalan keluar dari maze tersebut dengan memanfaatkan petunjuk yang diberikan.

Kata Kunci

Virtual Reality, Can You Survive?, Game 3D, Survival Horor, Unity3D

1. Pendahuluan

Game "Can You Survive?"yang dirancang termasuk dalam genre horror survival yang menggunakan fitur virtual reality dengan efek kejut sebagai elemen utama yang memberikan ketegangan dalam bermain game ini. Player ditugaskan untuk mencari jalan keluar dari maze dengan bantuan berupa petunjuk yang berbentuk tulisan di tembok yang ada di dalam maze. Player diharuskan untuk bergerak cepat sebelum lampu senter padam dan membuat tulisan tersebut susah untuk terlihat.

Contoh game yang sudah pernah dibuat dan memiliki tema yang sama dengan game "Can You Survive?"adalahgame House of Maze. House of Maze merupakan sebuah gamesurvival horror dengan fitur virtual reality yang dirancang oleh mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara tahun 2015 yaitu Ferry Ruben Yudistira (NPM:535110040). Tarumanagara tahun 2015 yaitu Ferry Ruben Yudistira (NPM:535110040). Gameplay dari game ini adalah player seolah – olah berada di sebuah rumah seram dan menakutkan dan tugas player tersebut adalah mencari beberapa petunjuk dan jalan untuk dapat keluar dari rumah tersebut. Terdapat beberapa musuh yang dapat menganggu

player dibeberapa titik tertentu.[1] Tampilan Gambar Game House of Maze dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 House of Maze

Sumber : Ferry Ruben Yudistira, Jeanny Pragantha, Darius Andana Haris. 2015.“Pembuatan game 3D survival horror “House of Maze” dengan fitur virtual reality”, Jurnal Ilmu Komputer & Sistem InformasiVol. 3 No. 2 (Jakarta : Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara)

2. Dasar Teori

Dalam melakukan perancangan suatu game tentu diperlukan dasar-dasar teori yang digunakan dalam membuat game tersebut agar game menjadi bagus dan sesuai dengan yang diinginkan. Beberapa dasar teori yang mendukung pembuatan dari game ini yang akan dijelaskan antara lain pengertian Virtual Reality, GoogleVR SDK, dan Survival Horror.

2.1 Genre game

Genre atau ragam permainan video digunakan untuk menggolongkan permainan video berdasarkan interaksi bidang permainannya, bukan hanya perbedaan visual maupun naratif[2]. Genre yang berhubungan dengan game yang akan dirancang adalah game dengan genre survivalhorror.

(2)

2.2Virtual Reality

Virtual reality (VR) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan lingkungan tiga dimensi yang dihasilkan komputer, yang dapat dieksplorasi dan berinteraksi dengan seseorang. Virtual reality berarti mengalami hal-hal melalui komputer yang tidak benar-benar ada. Pengguna fitur virtual reality menjadi bagian dari dunia virtual tersebut atau masuk dalam lingkungan tersebut dan dapat memanipulasi objek atau melakukan serangkaian tindakan.Ide dari penggunaan virtual reality adalah dengan memblokir sensorik masukan dari luar dan menggunakan isyarat visual dan pendengaran untuk membuat dunia maya yang tampak lebih nyata. Tidak seperti PC user interface, VR menempatkan penggunanya langsung ke dalam pengalaman. Tidak seperti melihat di depan layar kaca, pengguna akan merasa seperti hidup dan dapat berinteraksi dengan dunia tiga dimensi dengan mensimulasikan sebanyak mungkin indera untuk digunakan, seperti penglihatan, pendengaran dan sentuhan.[3]

2.3 GoogleVR SDK

GoogleVR SDK merupakan plugin yang dapat digunakan pada game engine Unity3d yang memungkinkan pengembang untuk membuat aplikasi virtual reality di perangkat Android maupun IOS. GoogleVR SDK for unity menyediakan banyak fitur seperti melacak pergerakan kepala user, mendeteksi interaksi pengguna dengan sistem (melalui trigger atau controller), konfigurasi stereo secara otomatis untuk penampilan khusus VR, mengkoreksi distorsi pada lensa VR, kesejajaran penanda untuk membantu pusat layar di bawah lensa ketika memasukkan ponsel ke cardboard dan mengkoreksi fitur gyro drift secara otomatis. [4]

2.4 Survival Horror

Survival Horor merupakan sebuah subgenrevideogame yang terinspirasi dari cerita fiksi horor yang berfokus pada kelangsungan hidup dari karakter yang dikendalikan. Permainan dengan genre ini mencoba untuk menakut-nakuti player dengan grafis horor atau suasana yang menakutkan.Meskipun pertempuran dapat menjadi bagian dari permainan, kontrol dari player dibuat agar player tidak dapat mengendalikan karakter sepenuhnya seperti amunisi, health, speed dan vision yang terbatas, atau melalui berbagai hambatan player dalam melakukan interaksi dengan mekanika gamenya.[3] Dalam membuat game dengan genre survival horror terdapat beberapa petunjuk yang dapat membantu agar dapat manghasilkan game survival horror yang cemerlang, petunjuk – petunjuk tersebut yaitu: [5]

1. Memilih objek avatar yang efektif : pemilihan makhluk – makhluk yang tepat sesuai dengan suasana dalam game.

2. Hindari sebanyak mungkin klise : banyak ide-ide permainan besar telah hancur oleh pilihan yang buruk, dan terlalu sering menggunakan klise.

3. Menghindari penggunaan soundtrackyang tidak diperlukan. Terkadang dengan menghapus soundtrack akan menambahkan rasa takut ketika kejadian – kejadian tertentu dalam game.

4. Memasukkan kejutan – kejutan ringan pada game 5. Memberikan suara – suara gemuruh untuk membuat

suasana dalam game menjadi lebih menegangkan seperti suara detak jantung, atau bahkan beberapa bergemuruh acak seperti suara angin atau suara pepohonan yang akan mengejutkan player.

6. Membatasi jangkauan penglihatankarakter utama sekitar lima langkah dari tempat karakter utama berdiri.

7. Menciptakan suasana yang efektifakan menakuti player seperti kemunculan suatu mahkluk secara tiba–tiba dan suara di latar belakang seperti berbisik, tertawa atau menangis.

Dalam membuat game dengan genre horror tentu memerlukan efek kejut yang dapat membuat suatu game menjadi lebih menegangkan. Berikut adalah tipe – tipe dari efek kejut: [6]

1. Fake Shock

Fake Shock merupakan efek kejut yang tidak datang dari ancaman langsugn terhadap karakter dan juga tidak mengandung unsur mengerikan bagi pemirsa. Contoh : sebuah kucing yang meloncat keluar dari kegelapan.

2. Return-of-the-dead shock

Return-of-the-dead shock merupakan sebuah efek kejut yang menggambarkan sosok seseorang atau monster yang sudah meninggal tergeletak di tanah tiba – tiba bangun dan hidup kembali.

3. 3-D Shock

3-D Shock merupakan sebuah efek kejut yang meniru salah satu elemen yang paling khas dari film 3D scene di mana ada sesuatu yang melompat, terbang atau datang ke arah kamera.

4. Horror shock

Horror shock adalah efek kejut yang didasarkan pada suatu penyigapan atau tindak kekerasan yang secara tiba – tiba. Contoh : ketika seseorang masuk ke dalam ruangan gelap tiba – tiba terdapat monster yang menyergap orang tesebut.

5. Behind-the-back Shock

Behind-the-back Shock adalah efek kejut yang ditampilkan dari arah belakang karakter yang berada pada situasi yang menegangkan

(3)

6. Unexpected-identity Shock

Unexpected-identity Shock merupakan sebuah efek yang mengejutkan karena identitas karakter yang tiba – tiba dan ternyata tidak diduga sebelumnya seperti sebuah patung yang ternyata merupakan sebuah monster.

3. Alur Aplikasi

Game "Can You Survive?" termasuk dalam genrehorror survival dengan efek kejut sebagai elemen utama yang memberikan ketegangan dalam bermain game ini. Player berperan sebagai karakter utama yang terjebak dalam maze dan ditugaskan untuk mencari jalan keluar dari maze tersebut sebelum lampu senter padam. Terdapat beberapa petunjuk yang diletakkan di dalam maze yang dapat menuntun para player untuk menemukan jalan keluar.Player dapat berjalan secara otomatis dengan menekan tombol pemicu yang ada pada cardboard.Letak pemicu pada cardboard dapat dilihat pada Gambar 1. Game ini memiliki 3 jenis maze berbeda yang dapat dimainkan. Tampilan map tiap maze dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4.

Gambar 2 letak pemicu pada cardboard

Gambar 3 Map mazedungeon

Pada mazedungeon terdapat 2 pintu keluar, namun hanya 1 yang dapat mengeluarkan karakter player dari dalam maze tersebut. Kedua pintu keluar tersebut memiliki warna yang berbeda yaitu gold dan silver. Diberikan petunjuk yang akan mengarahkan player kepada pintu keluar yang sebenarnya, maka player diharapkan dapat dengan cermat mencari jawaban tersebut dari petunjuk yang telah diberikan.

Gambar 4Map mazeforest

Pada maze forest memberikan konsep yang sedikit berbeda dari kedua maze sebelumnya, forest maze hanya memiliki 1 pintu keluar, sehingga secara otomatis pintu tersebut merupakan pintu keluar yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena map dari maze ini lebih besar dari kedua map sebelumnya sehingga player dapat fokus dalam mencari pintu keluar tersebut.

Gambar 5 Map maze garden

(4)

Sama seperti dungeonmaze, gardenmaze memiliki 2 pintu keluar dan player harus memilih pintu yang merupakan pintu keluar yang sebenarnya. Kedua pintu keluar tersebut memiliki warna yang berbeda yaitu merah dan hijau yaitu :

1. Modul MainMenu.

Mainmenu pada Game "Can You Survive?" tidak memiliki tombol untuk memulai permainan. pengabungan dari main menu, how to play, select maze menjadi satu dalam sebuah gameplay tutorial, sehingga player langsung merasakan suasana bermain dan mendapatkan tutorial dengan konsep “praktik langsung sambil bermain” tanpa memilih tombol – tombol terlebih dahulu.Tampilan modul main menu game dapat dilihat pada Gambar 5 sampai Gambar 8.

Gambar 6Tampilan Main menu dilihat dari arah depan

Gambar 7 Tampilan Main menu dilihat dari arah kanan

Gambar 8Tampilan Main menu dilihat dari arah kiri

Gambar 9 Tampilan Main menu dilihat dari arah belakang 2. Modul Gameplay

Pada awal permainan player diberikan sebuah senter sebagai alat bantuan agar player dapat melihat petunjuk lebih jelas. Terdapat objek berupa palu, baterai dan pintu yang dapat berinteraksi dengan player. untuk berinteraksi dengan palu, player diharuskan mengarahkan dot merah pada layar ke palu tersebut lalu menekan pemicu yang ada pada cardboard. Tampilan interaksi dengan palu dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 10 Tampilan interaksi dengan palu

Untuk berinteraksi dengan baterai yaitu mengambil baterai, arahkan cahaya senter ke baterai. Jika baterai sudah terambil maka baterai akan menghilang dari permukaan dan terdengar sound effect seperti senter telah terisi dan bar indikator lampu senter di bagian atas layar akan bertambah. Tampilan interaksi dengan baterai dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 11 Tampilan interaksi dengan baterai

(5)

Untuk berinteraksi dengan pintu yaitu Untuk menghancurkan pintu, syarat utama yaitu karakter player sudah mendapatkan palu di tangan, lalu arahkan palu tersebut ke depan pintu, maka pintu secara otomatis akan hancur. Tampilan interaksi dengan pintu dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 12 Tampilan interaksi dengan pintu

Selain berinteraksi dengan objek, player juga dapat berinterkasi dengan trigger pada bagian – bagian tertentu di dalam maze. Trigger akan muncul jika player masuk kedalam collider yang sudah diletakan dan jumpscare dari trigger akan ditampilkan untuk mengejutkan dan menkagetkan player. Tampilan peletakan triggerjumpscare dari salah satu maze yaitu maze dungeon dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 13 Tampilan peletakan triggerjumpscare pada maze dungeon Dalam game ini jika player berhasil menemukan jalan keluar yang tepat maka player langsung berpindah ke bagiam main menu dan jika player gagal menemukan jalan keluar yang tepat atau salah memasuki exit teleport maka player akan menggulang game pada maze tersebut dari awal.

4. Hasil Pengujian

Setelah selesai pada tahap pembuatan Game"Can You Survive?", diperlukan tahap pengujian. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk menguji alur dan hasil game yang telah dibuat. Pengujian dengan menggunakan tiga metode pengujian yaitu blackbox testing, alpha testing dan beta testing.

4.1 Blackbox Testing

Pengujian blackbox testing pada Game"Can You Survive?" dilakukan untuk memeriksa modul – modul yang ada pada game ini. Berikut adalah modul – modul yang diujikan :

1. Pengujian Modul Main Menu

Pada modul main menuplayer dapat mengambil baterai dan palu yang digunakan untuk menghancurkan pintu yang akan menghubungkan ketempat pemilihan jenis labirin yang akan dimainkan oleh player. Hasil pengujian pada modul ini sudah sesuai dengan rancangan dan sudah mengembalikan hasil yang sesuai.

2. Pengujian Modul Gameplay

Pengujian modul gameplay dibagi menjadi beberapa aspek pengujian yaitu:

a. Pengujian kontrol player.

Dalam permainan, player dapat berjalan atau berhenti dengan menekan tombol yang ada pada cardboard dan dalam menentukan arah jalan tersebut player dapat menggerakan kepala dan badan secara 360˚. Pengujian kontrol pada player berfungsi dengan baik.

b. Pengujian tampilan bar indikator lampu senter. Selama bermain, player memiliki sebuah senter sebagai alat penerangan, intensitas lampu pada senter akan berkurang secara terus menerus hingga akhirnya lampu tersebut padam. sebagai bantuan agar player dapat mengetahui berapa waktu yang tersisa sebelum lampu senter tersebut padam maka diberikan indikator lampu senter yang ditampilkan di posisi bagian atas sisi tengah. c. Pengujian interaksi objek.

Pengujian juga dilakukan untuk setiap objek yang dapat diinteraksikan oleh player di dalam permainan. Objek yang dapat diinteraksikan pada game ini memiliki tag interactive.

d. Pengujian interaksi dengan trigger.

Trigger pada game ini berfungsi untuk mengaktifkan atau menghilangkan objek tertentu sesuai dengan yang sudah diatur di dalam script. Pengujian trigger dilakukan supaya hasil dibuat oleh trigger tersebut dapat berjalan dengan sesuai yang diharapkan.

(6)

e. Pengujian perpindahan scene.

Ketika player sudah berhasil menemukan portal untuk keluar dari dalam labirin tersebut, player harus berjalan masuk kedalam area portal tersebut untuk mengetahui apakah player berhasil keluar dari labirin tersebut atau terperangkap di dalamnya.

4.2 Alpha Testing

Alpha testing dilakukan oleh orang yang dapat berperan sebagai perwakilan dari calon pengguna yang akan memainkan game ini. Alpha testing pada Game"Can You Survive?" dilakukan oleh dosen pembimbing sebagai pihak yang memahami konsep dan tujuan dari game ini, pengujian dilakukan di Universitas Tarumanagara, Fakultas Teknologi Informasi. Hasil dari pengujian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1

4.3 Beta Testing

Beta testing adalah pengujian yang dilakukan kepada sekelompok orang setelah alpha testing selesai diujikan. Pengujian ini dilakukan dengan memberikan percobaan kepada 30 responden untuk memainkan Game"Can You Survive?" lalu memberikan kuisioner yang berisi 8 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang game horror dengan fitur virtual reality, penilaian konten game, ketertarikan bermain dan saran yang dapat diberikan terhadap Game"Can You Survive?". 30 responden ini terdiri dari 25 laki – laki dan 5 perempuan dengan jenjang usia 16 – 28 tahun.

Tabel 1 Hasil Alpha Testing

no Penguji Komentar Solusi

1 Darius Andana Haris, MTI Bermain di maze forest agak lag Menggunakan asset dengan tipe low poly untuk mengurangi lag Tambahkan suara bisikan dan sebagainya saat waktu baterai sudah mau habis menambahkan Sound effect dan mengulang permainan jika baterai padam terlalu lama 2 Ir. Jeanny Pragantha, M.Eng. Jumpscare ditambahkan Menambahkan Jumpscare Tulisan hint pada tembok kurang jelas Menganti font pada tulisan hint

Tabel 2 Hasil Beta Testing

No Pertanyaan Jawaban Jumlah Persentase

1 Apakah anda pernah memainkan game bertema horror dengan menggunakan fitur virtual reality pada Android? Ya 13 43.33% Tidak 17 56.67% 2

Jenis maze apa yang anda mainkan Dungeon Maze 11 36.67% Garden Maze 12 40% Forest Maze 7 23.33% 3 Berapa lama anda bermain pada maze tersebut 0 - 3 menit 8 26.67% 3 - 6 menit 16 53.33% 6 - 10 menit 6 20.00% 4 Apakah anda berhasil menyelesaikan maze tersebut? Ya 5 16.67% Tidak 25 83.33% 5 Apakah anda ingin mencoba bermain jenis maze lainnya? Ya 23 76.67% Tidak 7 23.33% 6 Apakah game ini sulit untuk dimainkan Ya 12 40% Tidak 18 60% 7 Apakah game ini memberikan pengalaman yang menegangkan? Ya 29 96.67% Tidak 1 3.33% \ Tabel 2 (lanjutan)

Pertanyaan

Jawaban

Berikan penilaian menggenai tingkat keseraman pada suasana yang terdapat di dalam game!

Total Nilai : 246 Rata – rata :8.2

Berikan penilaian menggenai tingkat keseraman pada jumpscare

yang terdapat di dalam game!

Total Nilai : 238 Rata – rata :7.9

(7)

Pertanyaan

Jawaban

Berikan penilaian menggenai tingkat keseraman pada monster dan

hantu yang menjadi objek pada jumpscare di dalam game!

Total Nilai : 234 Rata – rata :7.8

4.4 Pembahasan Hasil Pengujian

Setelah selesai dilakukan pengujian beta testing, maka perlu dilakukan pembahasan untuk menganalisi hasil pengujian yang telah dilakukan.Berdasarkan jawaban dari kuisioner yang telah didistribusikan kepada 30 responden, terkumpul hasil sebagai berikut :

1. 13 responden (43.33%) menyatakan pernah bermain memainkan game bertema horror dengan menggunakan fitur virtual reality pada Android sedangkan sisanya menyatakan belum pernah.

2. Sebanyak 11 responden (36.67%) memilih maze jenis dungeon dan 12 responden (40%) lainnya memilih maze jenis garden sementara sisanya memilih forest garden.

3. Terdapat 8 responden (26.67%) yang memainkan maze tersebut dalam jangka waktu 0 – 3 menit, 16 responden (53.33%) bermain dengan jangka

4. waktu 3 – 6 menit dan sisanya bermain dengan jangka waktu 6 – 10 menit.

5. Sebanyak 27 responden (90%) tidak berhasil menyelesaikan maze yang dimainkan, beberapa alasannya karena terlalu takut untuk meneruskan game hingga akhir, kehabisan waktu, tidak menemukan palu dan merasa pusing dan sisanya berhasil menyelesaikan maze yang dimainkan.

6. 23 responden (76.67%) menyatakan ingin mencoba bermain jenis maze lainnya dengan alasannya adalah menantang, suasana sangat asik, seru, menegangkan dan ingin mencoba jenis maze yang lain sementara 7 responden (23.33%) tidak ingin mencobanya karena teralu seram dan merasa pusing.

7. 12 responden (40%) menyatakan game ini sulit untuk dimainkan dengan alasannya adalah seram sehingga tidak dapat fokus dalam bermain, hint yang diberikan sedikit, susah mencari palu dan kurang bisa menghafal hint yang diberikan dan sisanya menyatakan game ini tidak sulit untuk dimainkan

8. 29 responden (96.67%) menyatakan game ini memberikan pengalaman yang menegangkan dan 1 responden (3.33%) menyatakan game ini tidak memberikan pengalaman yang menegangkan.

9. Berbagai saran yang berikan oleh responden antara lain perbanyak jumpscare, maze diperbesar dan terdapat enemy yang mengejar, memberikan objek

yang lebih seram agar lebih mengejutkan, resolusi game lebih ditingkatkan, karakter dapat melakukan sprint, dan hint menggunakan bahasa Indonesia. Terdapat juga responden yang memberikan saran agar mengurangi tingkat keseraman pada game dan tidak memberikan efek kaget.

10. Rata – rata penilaian menggenai tingkat keseraman pada suasana yang terdapat di dalam game adalah 8,2 dari skala 1 (tidak seram) – 9 (sangat seram), sehingga dapat disimpulkan bahwa suasana yang diberikan sudah membuat player merasakan kesan horror. 11. Rata – rata penilaian menggenai tingkat keseraman

pada jumpscare yang terdapat di dalam game adalah 7,9 dari skala 1 (tidak seram) – 9 (sangat seram), sehingga dapat disimpulkan bahwa jumpscare pada game sudah memberikan kesan kaget dan takut 12. Rata – rata penilaian menggenai tingkat keseraman

pada monster dan hantu yang menjadi objek pada jumpscare di dalam game adalah 7,8 dari skala 1 (tidak seram) – 9 (sangat seram), sehingga dapat disimpulkan bahwa pemilihan objek telah tepat untuk menjadi bagian dari jumpscare yang memberikan kesan kaget dan takut.

13. Sebanyak 17 responden (56.67%) menyatakan bagian dalam game yang membuat mereka merasa takut saat memainkan game ini terdapat pada bagian suasana yang diberikan di dalam game, suasana hening dilengkapi dengan porperti – properti yang disusun dengan baik sehingga menghasilkan lingkungan yang memberikan suasana menyeramkan saat bermain game ini. Sebanyak 13 responden ( 43.33%) menyatakan bagian dalam game yang membuat mereka merasa takut saat memainkan game ini terdapat pada jumpscare yang ditampilkan di dalam game, yaitu pada saat muncul suara - suara menyeramkan dan bisikan – bisikan, pada saat zombie dan hantu melintas dihadapan player dan sosok hantu yang tiba – tiba muncul di depan layar smartphone. Berdasarkan dari hasil beta testing, dapat disimpulkan bahwa Game "Can You Survive?" berhasil menjadi game dengan genre horror surivor dengan memberikan sensasi seram dan berhasil memberikan efek kejut yang membuat player takut untuk memainkan game ini.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada Game "Can You Survive?", terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik. Kesimpulan-kesimpulan tersebut antara lain :

1. Game"Can You Survive?" berhasil menjadi game dengan genre horror surivor yang memberikan

(8)

permainan yang menakutkan dan mengejutkan dengan hasil sebanyak 29 responden (96.67%) menyatakan bahwa game ini memberikan pengalaman yang menegangkan.

2. Untuk menemukan jalan keluar dalam maze pada Game"Can You Survive?"cukup sulit. Sebanyak 25 responden (83,33%) tidak berhasil menemukan jalan keluar karena beberapa alasan yaitu terlalu takut untuk meneruskan game hingga akhir, kehabisan waktu, tidak menemukan palu dan pusing karena telalu lama terjebak di dalam maze.

3. Gameplay yang terdapat pada pada Game"Can You Survive?" cukup mudah jika player membaca setiap petunjuk dan dapat memahami petunjuk – petunjuk yang diberikan serta mampu menahan rasa takut saat bermain.

4. Game"Can You Survive?"dapat memberikan pengalaman yang menegangkan karena berhasil menciptakan suasana seram, jumpscare yang memberikan kesan kaget dan takut serta pemilihan objek jumpscare yang tepat dengan menghasilkan penilaian rata – rata menggenai tingkat keseraman yaitu 8 dari skala 1 (tidak seram) – 9 (sangat seram) yang didapat dari tiga aspek tersebut.

5. Game"Can You Survive?" berhasil memberikan hiburan dengan aspek horror yang ditawarkan karena sebanyak 23 responden (76.67%) ingin mencoba untuk bermain pada jenis maze lainnya karena menantang, seru dan menegangkan.

6. Untuk dapat memainkan Game"Can You Survive?"dengan baik, tidak semua smartphone dapat melakukannya, diperlukan sebuah smartphone dengan spesifikasi minimum agar Game"Can You Survive?"dapat berjalan dengan baik pada smartphone tersebut. spesifikasi minimum tersebut yaitu player harus memiliki smartphone dengan sistem operasi Android dengan versi minimal 4.1 (Jelly Bean), ukuran layar 4.5” sampai 6”, ram sebesar 1 GB, Cpu bertenaga Quad-core, memiliki ruang kosong pada memori sebesar 200 MB, memiliki chipset minimal Qualcomm Snapdragon 435 ke atas atau chipset jenis lain yang setara dan smartphone tersebut harus terdapat fitur gyroscope.

Selain kesimpulan yang diambil dari data dan komentar yang muncul saat pengujian, terdapat saran – saran yang yang diperoleh dari responden maupun developer sendiri yang dapat digunakan untuk mengembangkan game ini. Berikut adalah saran – saran yang disampaikan :

1. Karakter player dapat melakukan sprint.

2. Terdapat jumpscare yang dapat mengejar karakter player.

3. Mengembangkan pergerakan objek saat jumpscare ditampilkan agar jumpscare tidak bersifat monoton.

REFERENSI

[1] Ferry Ruben Yudistira, Jeanny Pragantha, Darius Andana Haris. 2015. “Pembuatan game 3D survival horror “House of Maze” dengan fitur virtual reality”, Jurnal Ilmu Komputer & Sistem InformasiVol. 3 No. 2 (Jakarta : Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara)

[2] Apperley, Thomas H. "Genre and Game Studies: Toward a Critical Approach to Video Game Genres". University of Melbourne. 9 Februari 2017.

[3] Livescience, What Is Virtual Reality?,

http://www.livescience.com/54116-virtual-reality.html, 25 Februari 2017.

[4] Google developers, Google VR SDK for Unity, https://developers.google.com/vr/unity/, 23 Februari 2017.

[5] Leigh Alexander, Does Survival Horror Really Still Exist?, http://kotaku.com/5056008/does-survival-horror-really-still-exist, 21 Februari 2017.

[6] WikiHow, How to Create a Brilliant Horror Survival, http://www.wikihow.com/Create-a-Brilliant-Horror-Survival, 27 maret 2017.

[7] Hanic Julian, Cinematic Emotion in Horror Films and Thrillers: The Aesthetic Paradox of Pleassurable Fear, New York : Routledge, 2010, h.130

Harry Sugianto, mahasiswa tingkat akhir Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara, Jakarta

Ir. Jeanny Pragantha, M.Eng, memperoleh gelar Ir. dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1986. Kemudian memperoleh gelar M.Eng. dari Asian Institute of Technology, Bangkok pada tahun 1989. Saat ini sebagai dosen Program Studi Teknik Informatika dan Pudek I Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Darius Andana Haris, MTI, memperoleh gelar S.Kom dari Universitas Tarumanagara pada tahun 2009, melanjutkan S2 di Universitas Bina Nusantara dan memperoleh gelar MTI pada tahun 2011. Saat ini aktif sebagai Dosen program studi Teknik Informatika,Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai keynesian income multiplier sebesar 1,00 artinya adanya kegiatan wisata di TWM memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar, ratio.. income

Berangkat dari penjelasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh manajemen aset yang terdiri dariinventarisasi aset, legal audit aset,

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti kepada Ahmad Hassan, karena ketokohannya bisa membawa Persis yang merupakan organisasi yang relatif kecil secara

5IF QFSGPSNBODF PG UIF MFDUVSFST JT JNQPSUBOU GBDUPS JO PSEFS UP FOTVSF UIF RVBMJUZ NBOBHFNFOUPGBDPMMFHF5IFMFDUVSFSTQFSGPSNBODFBU1,,TUVEZQSPHSBN',*16OTZJBI JT USVMZ QMBZ SPMF

Pada implementasi Sistem Pengelolaan Aset Desa (SIPADES), terdapat inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Wukirsari berupa dapat melakukan proses input dan mengolah

8egangan tersebut arus tidak b&le lebi besar dari tegangan luas "enam"ang bersi.. 8egangan tersebut arus tidak b&le lebi besar

profil kinerja pompa setelah dilakukan optimasi pembersihan, kinerja pompa mendekati saat kondisi kinerja pompa dalam keadaan bersih tanpa adanya resistansi fouling....

Dengan alasan tersebut, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD