• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN KELUARGA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

1 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

NASKAH AKADEMIK

DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN KELUARGA

(Family Medicine Specialists – WONCA Asia-Pacific Association of Family Doctors - WONCA World Association of Family Doctors)

Diajukan kepada:

Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI)

Oleh:

Konsorsium Kedokteran Keluarga Indonesia (KKKI)

Kolegium Dokter Indonesia (KDI)

(2)

2 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Kata Pengantar

(3)

3 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Ucapan Terima Kasih

Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada:

Seluruh Dokter Layanan Primer yang berada di garis depan pelayanan kesehatan primer di kota-kota besar, di daerah terpencil, di perbatasan Republik Indonesia yang tetap setia melayanani masyarakat Indonesia dalam keadaan sehat maupun sakit dan mendampingi mereka di setiap saat memerlukan konsultasi kesehatan dan terus berupaya menekan indeks MDGs di Indonesia melalui pelayanan kesehatan primer yang paripurna.

Terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ketua Mejelis Kolegium Kedokteran Indonesia: ProfessorProf. Erol 2. Ketua Kolegium Dokter Indonesia: Prof. Irawan Yusuf

3. Kolegium-Kolegium Spesialis di Indonesia

4. Ketua dan Sekretaris Eksekutif HPEQ DIKTI – Kemnedikbud Jakarta 2012-2014: dr. Illah Sillah Ilah Sailah dan Dr Asitawati dr. Arsitawati

5. IDI Pusat: dr. Abraham

6. Pakar Kedokteran Keluarga dari WONCA Asia Pasifik, AAFP-Amerika , WONCA Eropa dan WONCA Dunia: Prof. Zorayda Leopando, Prof. Mark Alan Graber, Prof. Job Metsemakers dan Prof. Michael Kidd

7. LSM SHEEP Indonesia: Bp. Andreas Subiyakto dan Timothius Aprianto 8. Ketua PDKI Pusat Jakarta: dr. Sugito Wonodirekso

9. Seluruh Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Kedokteran di Indonesia

10. Seluruh pemangku kepentingan layanan kesehatan primer bagi seluruh masyarakat Indonesia secara merata

(4)

4 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

11. Konsorsium Kedokteran Keluarga Indonesia: Prof. Adi Heru Sutomo, Dr. Armyn Nurdin, Dr. Gatot Lawrence, Dr. Oryzati Hilma Agrimon, dr. Dhanasari Vidiawati, dr. Isti Ilmiati Fujiati, dr. Nita Arisanti, dr. Putu Surasa, Dr. Jack Roebiyoso, dr. Fitriana Murriya Ekawati, dr. Wahyudi Istiono, Prof. Anies, Dr. Mora Claramita

Yang telah membantu memberikan umpan balik yang membangun dan ikut menyusun Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia.

“Ilmu Amaliyah – Amal yang Ilmiah”

Pengembangan ilmu tanpa diimplementasikan pada masyarakat luas tidak akan bermanfaat, sementara memberi amal pada orang banyak akan kurang bermanfaat kalau tanpa ilmu. Kiranya moto tersebut menggambarkan semangat kami dalam mengembangkan Kedokteran Keluarga demi manfaat Layanan Kesehatan primer bagi seluruh Masyarakat Indonesia.

(5)

5 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Bab 1

Latar Belakang

1.1 Sejarah Pengembangan Dokter Keluarga di Indonesia

Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu ribuan kepulauan, infrastruktur kesehatan dan non-kesehatan yang masih terbatas, dan distribusi dokter praktek umum dan spesialis yang tidak merata, serta kualitas dokter praktek umum yang tidak memuaskan, maka diperlukan dokter keluarga professional, sebagai dokter pelayanan kesehatan primer (primary health care provider) yang handal dan profesional.

Secara ringkas gagasan mengenai Dokter Keluarga di Indonesia mulai muncul sesudah hadirnya para tenaga pengajar dari Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) (→ FK UI selalu menyebut departemennya

Kedokteran Komunitas) Jakarta ke International Conference of Family Medicine di Philipina

tahun 1970-an, sehingga setelah pulang ke Indonesia dibentuklah “Perkumpulan Peminat Dokter Keluarga Indonesia”. Sejak peristiwa tersebut diatas, maka upaya-upaya kearah pengembangan Dokter Keluarga di Indonesia terus dilakukan hingga akhirnya dibentuklah :

a. Kalau tidak salah KSDK (Kelompok Studi Dokter Keluarga Indonesia) dulu terbentuk baru pada tahun 1981, kemudian berubah menjadi KDKI di Bali pada tahun 1990

b. Tahun 1997 diakui oleh pemerintah dengan Peraturan Menteri no. 916: “ ...pelayanan dokter umum diarahkan menjadi dokter keluarga.”

(6)

6 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

c. Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI) yang kemudian berubah menjadi Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) di tahun 1980 an. → kalau tidak salah KDKI berubah menjadi PDKI di Yogya pada Konas 2000

d. Tahun 2002 – Menkes Achmad Sujudi: “Pendidikan dokter diarahkan ke pendidikan dokter keluarga.”

e. Konsorsium Dokter Keluarga Indonesia yang didukung Health Professional Education Quality Project (HPEQ-2012-2014) terus berusaha merealisasikan gagasan-gagasan pengembangan Ilmu Kedokteran Keluarga di Indonesia

Secara spesifik perjalanan kedokteran keluarga diawali dengan kujungan sejumlah pemerhati kesehatan Indonesia ke Filipina pada tahun 1978 (apakah rombongan ini sama dengan

rombongan staf pengajar FK UI yang ditulis pada paragraph di atas?) pada saat terbentuknya

Philipine Board of Family Medicine; setahun kemudian Kelompok Studi Dokter Keluarga

Indonesia menerbitkan Bunga Rampai Dokter Keluarga Indonesia. Pada tahun 1979 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memasukkan materi kedokteran keluarga dalam pendidikan S1 mahasiswa kedokteran. Pada tahun 1983 berdirilah Kolegium Dokter Keluarga Indonesia yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia.

Mungkin kita perlu membedakan perkembangan PDKI sebagai organisasi profesi dan perkembangan ilmu kedokteran keluarga dalam dunia pendidikan (agar lebih terstruktur dan tidak redundant maupun overlapping).

Tahun 2001, terdapat kesepakatan dari 38 fakultas kedokteran di Indonesia untuk masukkan komponen kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan kesarjanaan (kalau tidak salah

ini bukan kesepakatan tapi Peraturan Menteri lihat di atas); sehingga pada tahun 2004 pada

(7)

7 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

lulusan dokter Indonesia diharapkan adalah dokter pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga (→ ini yang kesepakatan berbagai stakeholders termasuk AIPKI pada saat penyusunan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, dan ini tertuang dalam pembukaan

SKDI dan ada dalam area kompetensi utama – 3 SKDI). Pada tahun 2006 berdiri Kolegium

Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKK) yang kemudian bergabung dengan Kolegium Dokter Indonesia menjadi Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI), yang sekarang ini hanya dikenal sebagai Kolegium Dokter Indonesia.

Kenyataan di masyarakat, lulusan dokter yang berbasis kurikulum dengan pendekatan kedokteran keluarga tidak memberikan hasil yang maksimal, sehingga pada tahun 2008, Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) berinisiatif untuk melakukan pelatihan (→ pelatihan ini berfungsi untuk mengakomodir UUPK tahun 2004 bukan karena lulusan tidak

memberikan hasil yang maksimal) dan validasi kompetensi kedokteran keluarga melalui

pengisian borang, sebagian lagi mengikuti pelatihan melalui modul. Kegiatan tersebut berlangsung hingga tahun 2011, dan berhenti karena dianggap mekanisme pelatihan tersebut yang menghasilkan sebutan “Dokter Keluarga” tidak mengikuti jalur yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia.

➔ program ini disebut “program konversi” dan ini memang direncanakan hanya sampai tahun 2011/ 2012 saja untuk mengakomodir Sertifikat Kompetensi sesuai amanat UUPK 2004, menunggu mekanisme Sertifikasi yang akan disusun selama 5 tahun tsb. ➔ Sebelum 2007 PDKI juga sudah melaksanakan program pelatihan Dokter Keluarga Modul ABCD yang dilakukan secara purna waktu. Namun belum ada kurikulum yang terstruktur untuk keseluruhan modul, sehingga yang selalu dilakukan adalah Pelatihan Modul A dan B, belakangan dengan adanya inovasi pembelajaran berbasis masalah (PBL) pada tahun 2006 mulai dikembangkan Modul terintegrasi A,B,C,D. Namun tetap belum memenuhi seluruh kurikulum.

(8)

8 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

➔ PDKI Pusat kemudian berusaha menyempurnakan seluruh kurikulum yang ada yang dituangkan dalam Program Konversi, menggunakan inovasi pembelajaran mengikuti adult learning dan menggabungkan metode pelatihan dan portofolio, sehingga tidak semua kurikulum diberikan dalam bentuk pelatihan. Peserta dapat belajar mandiri dengan berpedoman pada Borang Konversi dan PDKI Cabang yang memvalidasi, serta pengesahan akreditasi dari IDI setempat.

➔ Sayangnya, ketidakfahaman dan berbagai masalah conflict of interest di dalam maupun di luar tubuh PDKI membuat program ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Memperhatikan ketidakjelasan masalah pendidikan kedokteran keluarga tersebut, maka Kolegium Dokter Indonesia berupaya membuat pelatihan dan atau pendidikan kedokteran keluarga di Indonesia lebih terstruktur dan sesuai peraturan dan perundangan pendidikan yang ada di Indonesia. Upaya ini ditindaklanjuti pada tanggal 16 April dengan pertemuan konsultatif di Hotel Bidakara-Jakarta, dengan Pembina dan ketua PB PDKI yang dihadiri juga oleh Prof. Job Metsemakers, PhD dari Maastrich University-Belanda, sebagai pengamat. Dilanjutkan dengan mengundang pemerhati kedokteran keluarga Indonesia dari berbagai fakultas kedokteran di Indonesia pada tanggal 14-15 Juli 2012 di Hotel Swissbell inn-Makassar. Rekomendasi yang dihasilkan dari pertemuan tersebut adalah pembentukan Konsorsium Dokter Keluarga Indonesia (Diproklamirkan pada pertemuan HPEQ-PHC ke-2 di Jakarta), yang dilanjutkan dengan projek Health Professional Education Quality Primary

Health Care (HPEQ-PHC). → mungkin perlu dielaborasi definisi, fungsi dan tujuan

(9)

9 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

1.2 Permasalahan Layanan Kesehatan Primer dan Pendidikan Layanan Primer di Indonesia

Landasan munculnya gagasan tentang perlunya “Spesialis Kedokteran Keluarga“ disebabkan adanya berbagai macam faktor, diantaranya adalah :

1. Permasalahan memburuknya pelayanan kesehatan di Indonesia:

1.1 Akses ke layanan kesehatan primer yang kurang merata bagi seluruh rakyat Indonesia (Alma Ata – WHO, 1978)

1.2 Banyaknya rujukan untuk kasus-kasus layanan primer yang sebenarnya tidak perlu dirujuk ke layanan sekunder/ tersier sehingga rumah sakit menjadi Puskesmas Raksasa (Green et al. 2004, Depkes, 2009) – Figur 1

1.3 Kemampuan tenaga medis di area pre-service layanan primer yang kurang berpusat pada pasien – sebagai salah satu prinsip kedokteran keluarga (Claramita et al. 2011)

(10)

10 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Figur 1. Lebih dari 85% masalah kesehatan dapat ditangani di layanan primer

2. Permasalahan penurunan kualitas tenaga medis di tingkat layanan primer:

2.1 Kekurangan informasi ilmiah dan publikasi ilmiah di bidang layanan primer

2.2 Kekurangan pendidikan dokter tingkat lanjut – formal - di area layanan primer di Indonesia (Figur 2a)

2.3 Belum adanya unit/ bagian/ departemen “Layanan Primer” atau “Kedokteran Keluarga” yang dikembangkan secara formal di setiap fakultas kedokteran di Indonesia → dalam pendidikan kedokteran dasar, mahasiswa dididik untuk

menjadi dokter layanan primer dengan pelayanan yang menyeluruh dan terintegrasi, tetapi pendidiknya adalah para dokter spesialis yang lebih hospital oriented dengan pelayanan yang cenderung terkotak-kotak. Untuk itulah dibutuhkan Departemen yang mendidik mahasiswa kedokteran untuk dapat memberikan pelayanan yang menyeluruh dan melatihkannya pada tahap profesi, di berbagai Negara departemen ini dikenal dengan departemen Kedokteran Keluarga.

2.4 Uji Kompetensi Dokter menggunakan cara Computer Based Test dan OSCE. Keduanya menilai Kognitif dan Demonstrasi Keterampilan Klinik = Kompetensi = Kemampuan Layanan Primer Dasar → relevansinya dengan penurunan kualitas DPU?

2.5 UKDI BELUM MENJAMIN bahwa kompetensi mampu dilakukan secara rutin, dengan variasi kasus yang luas dan penanganan secara mandiri (MAHIR) (Figur

(11)

11 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

kebijakan yang sudah ada, apalagi PDKI mendukung program ini (Ketua dr. Sugito). Kita dapat memasukkannya dengan paraphrasing dari segitiga Miller.

Figur 2a. Puzzle yang hilang dari pendidikan lanjutan formal dokter layanan primer dibanding pendidikan lanjutan formal dokter spesialis di rumah sakit

Figur 2b. Dokter Umum Lulusan Uji Kompetensi Dokter Indonesia

• Level DOES pada Piramida Miller belum ada untuk area Pelayanan Kesehatan Primer (untuk > 80% kasus) → OK

• Level DOES pada Piramida Miller sudah ada untuk Spesialis Rumah Sakit (untuk < 20 % kasus)

(12)

12 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

3. Permasalahan – permasalahan kependudukan yang semakin kompleks yang berakibat pada status kesehatan di Indonesia : (Figur 3)

3.1 Angka kelahiran yang tinggi dan tendensi untuk menjadi tidak terkontrol → hati-hati karena AKI turun, mungkin dengan paraphrasing yang berbeda memakai evidence dan progress penurunan dibandingkan Negara lain (kalo gak salah pernah dipresentasikan Prof. Adi Heru)

3.2 Jumlah pengangguran yang tinggi dan tendensi untuk meningkat

3.3 Agenda Indeks MDGs yang belum terselesaikan misalnya penyakit infeksi TB/ HIV dan malaria

3.4 Penyakit infeksi baru misalnya DBD, HIV AIDS, Avian Flu, dsb.

3.5 Penyakit kronik degenerasi seperti DM dan Hipertensi yang memiliki tendensi untuk tindak terkontrol

3.6 Angka kematian Ibu akibat persalinan yang seharusnya dapat dicegah seandainya Dokter Layanan Primer mendapat tugas untuk melakukan ANC yg baik dan dlengkapi dengan sarana penunjang diagnosis dini seperti USG. → redundant dengan 3.1

3.7 Angka kematian anak yang tetap tinggi pun antara lain disebabkan terbengkalainya pelayanan kesehatan tingkat primer. Tidak mungkin menurunkan angka kematian neonatal dan balita jika hanya menggantungkan kepada layanan canggih RS. Yang paling efektif dan efisien tentunya memberdayakan DLP untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil sehingga dapat menurunkan insidens BBLR. → sebaiknya runtut dari MDGs: AKI, AKABA kemudian ke penyakit degenerative.

(13)

13 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Figur 3. Target Millennium Development Goals untuk Indonesia 2012

4. Permasalahan pembiayaan kesehatan yang belum merata:

4.1 Service-cost di tingkat pelayanan primer yang masih dirasakan mahal oleh masyarakat, sehingga belum seluruh masyarakat terjamin pelayanan kesehatannya 4.2 Service-cost di tingkat pelayanan primer yang belum menjangkau 5 level

pencegahan (Promosi, Deteksi Dini, Prevensi terhadap Komplikasi dan Rehabilitasi) dan masih menitikberatkan pada ketika sesudah sakit / kurasi saja, sehingga biaya kesehatan terhitung mahal karena selalu mengobati pada saat sudah sakit.

1.3. Dukungan HPEQ-Project DIKTI – Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terhadap Pelayanan Kesehatan Primer dan Pendidikan Lanjutan Dokter Keluarga

Adapun hasil dari lima kali pertemuan nasional dengan dukungan fasilitas dari HPEQ-Project DIKTI – Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sbb:

(14)

14 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia Pertemuan 1 HPEQ-PHC Santika Yogyakarta 1 September 2012:

Membahas tentang dasar-dasar Pelayanan dan Pendidikan Kesehatan Primer yaitu: Kebutuhan Masyarakat

• Bahwa > 80 % masalah kesehatan dapat ditanggulangi di Pelayanan Kesehatan Primer

• Hanya < 20 % kasus perlu dilayani di Rumah Sakit

• Maka Kebutuhan AHLI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER adalah NYATA

Tabel 1. Perbandingan Status Kesehatan Negara-Negara ASEAN

Sumber: Chongsuvivatwong et al 2011. Health and health-care`systems in South East Asia: Diversity and transitions.

The Lancet,377, 429-37

Pertemuan 2 HPEQ-PHC Century Jakarta 22 September 2012:

Deklarasi Nasional Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer dengan Dokter Keluarga sebagai Koordinator Pelayanan Kesehatan di Indonesia – Ditandatangani oleh Ketua dan Wakil Konsorsium Kedokteran Keluarga Indonesia:

1. Pelayanan Kesehatan Primer (PHC) sebagai pelayanan kesehatan dasar yang memperhatikan kondisi sosial, politik, ekonomi dan hak asasi manusia dalam kebijakan Sistem Kesehatan Nasional yang terintegrasi dengan Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional yang pelaksanaannya dijamin oleh pemerintah dalam aspek-aspek sebagai berikut:

ASEAN Countries Life Expectancy, Both-sexes (years) Infant Mortality Rate Maternal Mortality Rate Brunei 76 6 37 Singapore 81 2 16 Malaysia 72 5 42 Thailand 70 9 47 Philippines 71 21 84 Indonesia 68 30 229 Vietnam 72 11 64 Laos 61 49 339 Cambodia 61 50 266 Myanmar 56 42 219

(15)

15 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

1. Komprehensif dan berkelanjutan: Mencakup lima tingkat pencegahan (promosi kesehatan, perlindungan yang spesifik, deteksi dini dan pengobatan awal yang tepat, rehabilitasi dan pembatasan kecacatan)

2. Biaya yang efektif dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

3. Memiliki sasaran MDGs (Millenium Development Goals) Indonesia dan SDGs (Sustainable Development Goals)

4. Bersifat perseorangan, fokus pada keluarga serta berorientasi pada kesehatan komunitas

5. Organisasi penyelenggara layanan kesehatan bersifat fungsional, menerapkan pengelolaan yang efektif dan mengarah kepada pelayanan kesehatan primer yang berkualitas

6. Dokter Keluarga sebagai koordinator pelayanan kesehatan (care coordinator) bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain baik di tingkat pelayanan primer, sekunder maupun tersier.

7. Tersedinya sistem remunerasi yang profesional dan memadai untuk seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang melayani di tingkat primer, sekunder maupun tersier, sehingga dokter dan tenaga kesehatan siap menolong kapanpun dibutuhkan

2. Pelayanan Kesehatan Primer (PHC) sebagai Disiplin Ilmu dan Profesi Kedokteran dan Kesehatan:

Mengacu pada pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa tujuan Negara adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang sejalan dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang menyatakan bahwa Program Magister, Program Doktor, dan Program Profesi serta Program Spesialis merupakan pendidikan keahlian lanjutan bertingkat dan diperuntukkan bagi lulusan untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya yang diperlukan dalam dunia kerja, maka:

1. Institusi pendidikan kedokteran dan tenaga kesehatan di Indonesia segera mengembangkan Kedokteran Keluarga di Indonesia sebagai sebuah disiplin ilmu dari cabang Ilmu Kedokteran; dengan konsekuensi sebagai berikut:

(16)

16 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

1. Terbentuknya Departemen Kedokteran Keluarga di Fakultas-Fakultas Kedokteran dan Staf Medik Fungsional (SMF) Kedokteran Keluarga di rumah sakit – rumah sakit di Indonesia dan menyiapkan staf dosen untuk menjadi ahli pelayanan primer; dididik di Indonesia atau di negara lain 2. Kedokteran Keluarga sebagai Pendekatan Ilmiah: Penanaman

prinsip-prinsip kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan dasar kedokteran dan tenaga kesehatan (pendidikan kedokteran dan tenaga kesehatan yang berpusat pada pasien: holistik, komprehensif, berkelanjutan, berfokus kepada keluarga dan berbasis pada komunitas), berlandaskan bukti ilmiah kedokteran

3. Terbentuknya program pascasarjana Kedokteran Keluarga: magister, doktoral. Diploma pascasarjana dan spesialis di Fakultas-Fakultas Kedokteran di Indonesia

4. Terlaksananya penelitian-penelitian kedokteran keluarga dan kesehatan primer sebagai Basis Ilmiah Pelayanan Kesehatan Primer secara berkesinambungan

2. Sistem pendidikan kedokteran dan tenaga kesehatan nasional menjaga kualitas pendidikan dan pelatihan dokter dan tenaga kesehatan di bidang pelayanan kesehatan primer melalui alokasi anggaran untuk rekrutmen, pelatihan, evaluasi hasil belajar mahasiswa dan program pendidikan berkelanjutan (INPUT-PROSES-OUTPUT) untuk profesi medis dan nonmedis, baik dalam pendidikan medis dasar maupun pelatihan pascasarjana berbasis pelayanan:

1. Berkolaborasi antar profesi kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan primer, sekunder maupun tersier yang perorientasi pada keselamatan pasien

2. Reformasi organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas agar mampu mempersiapkan diri menjalankan pendidikan dokter keluarga berbasis pelayanan yang profesional dan terintegrasi secara konseptual, sistematis, dan terukur dengan upaya kesehatan publik sebagai penyempurnaan penerapan program internship sesuai dengan PERMENKES Nomor 299/MENKES/PER/II/2010

(17)

17 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Pertemuan 3 dan 4 HPEQ-PHC Sheraton Mustika Yogyakarta 19 Oktober 2012:

• Membahas mengenai persiapan jenjang akademik dan jenjang profesi bagi Dokter Layanan Primer:

Figur 4a dan 4b: Jalur Akademik dan Profesi bagi Dokter Layanan Primer di Indonesia dan Penguatan Koass dan Internship

➔ Sebaiknya tidak memakai istilah MD, GP atau FP, dan Koass

• Membahas mengenai Panduan Pelayanan Dokter Keluarga yang ideal

• Membahas mengenai Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Kurikulum Pendidikan Dokter S1

• Membahas mengenai Kurikulum Pendidikan Lanjutan Kedokteran Keluarga jenjang Diploma Paska Sarjana

• Membahas mengenai Kurikulum Pendidikan Lanjutan Kedokteran Keluarga jenjang Master Kedokteran Keluarga (Jalur Akademik)

• Membahas mengenai Kurikulum Pendidikan Lanjutan Kedokteran Keluarga jenjang Spesialis Kedokteran Keluarga (Jalur Profesi)

(18)

18 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

• Membahas mengenai penguatan Internship – bahwa sesuai dengan salah konsep SPICES dari Ronald Harden, 1984 bahwa sebaiknya bagi mahasiswa kedokteran diberikan peminatan (electives) akan melanjutkan ke ranah pelayanan primer sebagai GP/ FP atau ke layanan sekunder sebagai Spesialis Rumah Sakit. Dengan demikian sejak Koass dan Internship, mahasiswa kedokteran sudah diarahkan untuk memilih salah satu dari jenjang peminatan yang ada (Layanan Primer atau berbagai macam Layanan Sekunder). Figur 5 menggambarkan rencana jangka panjang akan penguatan internship dan pendidikan lanjutan formal kedokteran keluarga.

Figur 5. Rencana Penguatan Internship dan Pendidikan Formal Lanjutan bagi Dokter Layanan Primer

Pertemuan 5 HPEQ-PHC Arya Duta Makassar 19 November 2012:

• “Persiapkan Pengembangan Disiplin Ilmu Kedokteran Keluarga”: o Pembukaan S2 Ilmu Kedokteran Keluarga

(19)

19 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

o Pembukaan Bagian atau Prodi Kedokteran Keluarga di tiap FK di Indonesia o Dimulainya Program Spesialis Dokter Keluarga (secara bertahap: 1 tahun→ 2

tahun→ 3 tahun) • “Persiapkan Dokter Keluarga”:

o S1 Pengkayaan Pendekatan Kedokteran Keluarga dengan Community Based Education

o Internship pengkayaan pendekatan kedokteran keluarga o Spesialis Dokter Keluarga (Sp 1)

o Spesialis Dokter Keluarga di Daerah terpencil - dengan modul belajar jarak jauh (Sp 2)

• Cara menghasilkan Dokter Keluarga setaraf kualifikasi Internasional:

1. Program spesialisasi 1 tahun (40 minggu) – Dokter Umum pengalaman praktik > 10 tahun – menjawab tantangan SJSN 2014 dengan 80.000 DU yang ada di Indonesia saat ini:

▪ Peningkatan knowledge: pengetahuan

▪ Menjawab kasus di Textbook of Family Medicine

▪ 6 principles of family medicine (Kuliah/ Critical Appraisal) ▪ Application (Skills + Professionalism):

▪ Pengalaman praktik selama 10 tahun (Bukti: SIP & STR) dihargai dengan: Presentasi kasus setiap minggu (total 40 kasus)

Feedback dari Pakar DK dari LN dan Pakar Spesialisasi lain dari Indonesia

(20)

20 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

2. Program spesialisasi 2 tahun (80 minggu) – Dokter Umum pengalaman praktik 5-10 tahun – menjawab tantangan SJSN 2014 dengan 80.000 DU yang ada di Indonesia saat ini:

• Peningkatan knowledge:

• Menjawab kasus di Textbook of Family Medicine

• 6 principles of family medicine (Kuliah/ Critical Appraisal) • Application (Skills + Professionalism):

• Pengalaman praktik selama 5-10 tahun (Bukti: SIP & STR) dihargai dengan: Presentasi kasus setiap minggu (total 80 kasus)

• Feedback dari Pakar DK dari LN dan Pakar Spesialisasi lain dari Indonesia

3. Program spesialisasi 3 tahun (120 minggu) – Dokter Umum Lulusan dari FK dengan pengalaman praktik 0-5 tahun: (Lihat Kurikulum Spesialis Kedokteran Keluarga terlampir)

1.4 Rekomendasi WHO dan WONCA Family Doctors Internasional untuk meningkatkan kualitas Dokter Layanan Primer di Indonesia:

Untuk menuju the Cost Effective Doctors, perlu dilakukan langkah-langkah sbb:

• WHO 2003 Srilanka: Dokter Umum di Indonesia sebaiknya ditingkatkan dari BASIC menjadi ADVANCE primary care doctors

• WHO 2012 Margareth Chan (Direktur WHO): ADVANCE primary care doctors terbukti:

(21)

21 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan (Termasuk menurunkan target MDGs)

2. Meningkatkan Kepuasan Pasien

3. Menurunkan Biaya Kesehatan (COST-EFFECTIVE DOCTORS)

1.5 Kebutuhan Pemerintah RI tentang Dokter Keluarga

Dalam RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005- 2009 (Depkes-RI, 2006) disebutkan bahwa untuk program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang bertujuan untuk :

1. meningkatkan akses

2. meningkatkan keterjangkauan

3. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan perorangan

yang sasarannya adalah :

1. cakupan rawat inap sebesar 1,5 %

2. jumlah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan gawat darurat sebesar 90% 3. jumlah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan Obstetri dan Neonatal

(22)

22 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia 4. jumlah rumah sakit yang terakreditasi sebanyak 75%

5. terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi GAKIN di kelas III rumah sakit sebesar 100%

Terkait dengan Renstra Depkes RI tersebut diatas, maka kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program tersebut diatas meliputi :

a. pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III rumah sakit

b. pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit di daerah tertinggal secara selektif

c. perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit

d. pengadaan obat dan perbekalan rumah sakit

e. peningkatan pelayanan kesehatan rujukan

f. Pengembangan Pelayanan Kedokteran Keluarga :

Selanjutnya dalam Lokakarya Pelayanan Kedokteran Keluarga yang diselenggarakan oleh Depkes RI di Surabaya tahun 2011 (Depkes-RI, 2011) disebutkan bahwa terhitung sejak tahun 2013 akan diperlukan 11.500 Dokter Keluarga, yang mana pada saat itu PT ASKES dan PT JAMSOSTEK sudah memiliki 4.000 Dokter Keluarga.

(23)

23 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Bab 2

Spesialis Kedokteran Keluarga

Prof Sir Dennis Pereira Gray (GP-Bristol UK):

“GP is the easiest profession to do badly – but the most difficult one to do well”

Panacea dan Higiea adalah kedua putra Aesculapius. Mereka berbeda sifat. Salah satunya mempunyai sifat serupa dengan Dokter Layanan Primer:

(24)

24 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia 2.1 Definisi Dokter Keluarga

Difinisi tentang GP/dokter keluarga menurut WONCA Eropa (2002) adalah sebagai berikut :

“GP ADALAH DISIPLIN AKADEMIK DAN ILMIAH, DAN ADALAH SEORANG SPESIALIS KLINIK DENGAN MUATAN PENDIDIKANNYA, PENELITIANNYA, EVIDENCE BASE DAN KEGIATAN KLINIK YANG DILAKUKANNYA YANG BERORIENTASI KEPADA PELAYANAN PRIMER”

Difinisi tentang GP/dokter keluarga menurut American Board of Family Practice (2009) adalah sebagai berikut :

• Family medicine (FM), formerly Family Practice (FP), is a medical specialty devoted to comprehensive health care for people of all ages

• Specialist is named a family physician, family doctor, or formerly family practitioner. • It is a division of primary health care that provides continuing and comprehensive health care for the individual and family across all ages, genders, diseases, and parts of the body

Tabel 2: Lima level intervensi Dokter Keluarga terhadap Keluarga

Level Physician Prospective Physician behavior

1. Minimal emphasis on family

Communicating with families for medical &legal reason

Meet families, discuss only biomedical issues

2. Medical information & advice

Family useful in diagnosis & treatment, general openness

Facilitate diagnosis & treatment, identify family dysfunction, refer

3. Feelings & support

Mutual impact of patient, family, physician. Important to diagnosis & treatment

Emphatically discuss stresses & emotional reactions to illness & treatment

4. Assessment & Intervention

Family development to diagnosis & treatment

Help families alter roles & interactions to effectively illness & treatment

5. Family therapy Family dynamics & patient sustain one another

Meet regularly with families to change underlying dynamics

(25)

25 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia Tabel 3: Perkembangan Spesialis Dokter Keluarga di ASEAN

ASEAN Countries

FM Education Examples of FM Department Health Insurance

Brunei RCGP Accredited Postgraduate FM Exams

Universal health care (single payer) Singapore FM Modular Course, FM Grad

Diploma

Dept of Community, Occup. & FM , NUS

Universal health care (two-tier) Malaysia FM Specialisation: 4-year

Master of FM & Voc Train.

Dept of FM, Universiti Kebangsaan Malaysia

Thailand Specialty in Family Medicine Philippines FM Specialisation: 3-year

Residency Training, 1974

Dept of Family & Community Med, UPM

Indonesia ???????????

Vietnam FM Specialisation: 2-year Residency Training, 2001

FM Center , Hanoi Medical Univ Laos

Cambodia

Myanmar FM Diploma (1 year)

Ilmu Kedokteran Keluarga berada dalam ranah ILMU KEDOKTERAN, yaitu sesuai dengan namanya yang adalah:

“Ilmu yang memperlajari Ilmu-Ilmu Kedokteran dengan mempertimbangkan pusat pelayanan kesehatan pada pasien, keluarga dan lingkungannya.”

(Sesuai prinsip dari Higiea yang telah diterangkan di atas).

Basic ==➔Health ==➔Medical Sciences========➔Family Medicine Sciences Sciences Dental Sciences Occupational Medicine

Pharmaceutical Sciences Medical Surgery Public Health Sciences Medical Forensic

Medical Pathology Internal Medicine Hyperbaric Medicine

(26)

26 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia Tahap Penguasaan Ilmu Kedokteran Keluarga

Sebenarnya Ilmu Kedokteran Keluarga itu amat luas, sehingga kurikulum S-1 Fakultas Kedokteran tidak akan mampu memuatnya.Tahap-tahap penguasaan atau pemaparan Ilmu Kedokteran Keluarga itu meliputi :

Penguasaan Keilmuan Penguasaan Keahlian

a. S-1 (diperkenalkan) a. Spesialis (Ahli/ Profesi)

b. S-2 (Memperkaya ilmu) b. Spesialis Konsultan

c. S-3 (Memperkaya ilmu)

S-2 (Master) dan S-3 (DOKTOR) Ilmu Kedokteran Keluarga diselenggarakan untuk memperkaya khasanah keilmuan di bidang Ilmu Kedokteran Keluarga.

Capaian Ilmu Kedokteran Keluarga saat ini :

a. Short Course : telah dilakukan oleh:

1. PDKI memakai Paket A, Paket B, Paket C dan Paket D

2. Tim Pengembangan Dokter Keluarga FKUGM memakai Blok 1, Blok 2, Blok 3, Blok 4 dengan sertifikat “ POST GRADUATE FAMILY MEDICINE SERTIFICATE”

(27)

27 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia b. S-1 (Under Graduate) :

Paparan ke dalam kuliah S-1 (Under Graduate) telah dilakukan di hampir seluruh Fakultas Kedokteran di Indonesia, jadi sifatnya hanya sekedar memperkenalkan apa itu Dokter Keluarga dan adanya Ilmu Kedokteran Keluarga.

c. S-2 atau Master/ Magister :

telah diselenggarakan di :

1. Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta

2. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makasar

3. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

d. S-3 atau DOKTOR :

Telah dilaksanakan di berbagai program Studi S-3 di berbagai Fakultas Kedokteran di Indonesia, namun hal itu bercampur dengan ilmu-ilmu lainnya

e. Spesialisasi :

Akan diselenggarakan di :

1. Fakultas Kedokteran Universitas Hassanuddin, Makasar

2. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ,Yogyakarta

3. Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta

(28)

28 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Terkait dengan rencana pengembangan dokter keluarga tersebut diatas, berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak, misalkan :

1. Short Course Family Medicine

a. di Melbourne University, Australia : dr.Fitria Muriyya dari FKUGM

b. di Maastricht University, Belanda : Tim berbagai spesialis dari UGM 2011

2. S-2 Family Medicine:

• dr.Dhanasari dari FK UI (University of Philiphinnes)

• dr. Isti Ilmiati Fujiati dari FK USU (University of Philiphinnes)

• dr. Indah Suci Widyahening dari FK UI (University of Philiphinnes)

• dr. Erna Mulati dari Departemen Kesehatan Indonesia (University of Philippines)

• dr. Balgis dari FK UNS (University of Philiphinnes)

• dr. Nita Arisanti dari FK UNPAD (University of Philiphinnes) • dr, Oryzati Hilman dari FK UMY (University of Philiphinnes) 3. S-3 Family Medicine:

• dr.Dhanasari dari FK UI (University of Philiphinnes)

• dr. Isti Ilmiati Fujiati dari FK USU (University of Philiphinnes) • dr, Oryzati Hilman dari FK UMY (University of Flinders

(29)

29 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia 2.2 Prinsip-Prinsip Kedokteran Keluarga

(30)

30 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia 6 Prinsip Dasar Kedokteran Keluarga – Patient-centered care:

1. Manajemen Pelayanan Primer

Dalam prinsip ini, Ilmu Kedokteran Keluarga menekankan pentingnya tanggungjawab pada manajemen kontak pertama dengan pasien, Dokter dengan pendekatan Kedokteran Keluarga ini diharapkan untuk menguasai kondisi kesehatan pasien dan keluarganya secara keseluruhan, memberikan pelayanan dan menjadi pendamping kepada pasien dengan pihak lain yang terkoordinasi sesuai sistem kesehatan.

2. Pelayanan yang Berorientasi Pasien

Pada prinsip ini Ilmu Kedokteran Keluarga harus dapat mengembangkan pendekatan yang berorientasi pasien, dapat memberikan prioritas dalam hubungan dua arah dokter pasien, serta pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.

3. Penanganan Komprehensif

Ilmu Kedokteran Keluarga memberikan pemahaman tentang penanganan yang komprehensif baik yang bersifat akut maupun kronis, pada aspek prevensi, promosi, kurasi dan rehabilitasi. Pada prinsip ini, peserta diharapkan memahami fungsi yang berbeda pada berbagai sistem pelayanan kesehatan lain sekaligus dapat mengaplikasikan kemampuan bekerja dalam tim.

4. Pelayanan Holistik

Pelayanan primer sebagai ranah Kedokteran Keluarga adalah pelayanan yang holistik, dengan penanganan dengan pendekatan bio-psiko-sosio-kultural-agama dalam dimensi kultural internal dan eksistensial. Pendekatan ini didasarkan bahwa pasien sebagai

(31)

31 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

seorang individu tidak hanya terdiri dari satu sisi fisik saja, tetapi juga sisi rohaniah, dalam kehidupannya sebagai individu dan anggota masyarakat.

(32)

32 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

5. Pelayanan Berbasis Komunitas

Pada prinsip ini, Kedokteran Keluarga memberikan pemhaman tentang rekonsiliasikan kebutuhan individu dan masyarakat secara seimbang dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, sekaligus memberikan pemenuhan terhadap permintaan kebutuhan masyarakat yang diampunya. Dokter juga harus dapat memahami struktur masyarakat dan mampu bekerjasama dengan berbagai pihak dalam masyarakat.

6. Pelayanan dengan Pendekatan Pemecahan Masalah secara Spesifik

Kedokteran Keluarga memberikan pemahaman tentang penanganan pasien secara khusus, pendekatan permasalahan kesehatan dan pemecahannya juga dilakukan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Pendekatan ini juga berlaku pada saat proses diagnosis dan terapi kepada pasien, termasuk pemilihan alat bantu yang efektif dan ditunjang oleh

evidence based medicine.

Family

Medicine

Basic

Principles

(33)

33 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia Figur 6: Prinsip Dasar Kedokteran Keluarga

(34)

34 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Figur 7: Individu sebagai entri poin Kedokteran Keluarga (UKP→ UKM)

Figur 8: Peran dan Fungsi Dokter Keluarga sebagai Dokter Layanan Primer Paripurna

(35)

35 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Bab 3

Kurikulum Spesialis Kedokteran Keluarga

Bagian 1. Definisi dan Pelaksanaan Kurikulum

Definisi Spesialis Kedokteran Keluarga

The European definition of the Discipline and Specialty of General Practice/Family Medicine (WONCA Europe 2002) menyebutkan bahwa:

“General Practice is an academic and scientific discipline, and a clinical specialty with its own educational content, research and evidence base and clinical activity, orientated to primary care.”

Kemudian, dari Konsorsium Kedokteran Keluarga menyebutkan bahwa definisi spesialis Kedokteran Keluarga adalah:

“Dokter Umum / dokter keluarga adalah dokter spesialis yang terlatih dalam prinsip-prinsip disiplin kedokteran keluarga. Mereka adalah dokter yang bertanggung jawab untuk penyediaan komprehensif dan berkelanjutan perawatan untuk setiap orang dalam mencari perawatan medis terlepas dari usia, jenis kelamin dan penyakit. Mereka memperhatikan individu dalam konteks keluarga, komunitas, dan budaya mereka, serta selalu menghormati otonomi pasien mereka. Dokter juga akan memiliki tanggung jawab profesional untuk mereka masyarakat. Dalam negosiasi rencana manajemen dengan pasien mereka mereka mengintegrasikan fisik, psikologis, sosial, budaya dan eksistensial faktor, memanfaatkan pengetahuan dan percaya ditimbulkan oleh kontak berulang. Dokter Umum / dokter keluarga melaksanakan peran profesional mereka dengan mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit dan memberikan obat, perawatan, atau paliatif. Hal ini dilakukan baik secara langsung atau melalui jasa orang lain sesuai dengan

(36)

36 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

kesehatan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia dalam masyarakat yang mereka layani, membantu pasien dimana diperlukan dalam mengakses layanan ini. Mereka harus mengambil tanggung jawab untuk mengembangkan dan memelihara keterampilan mereka, personal keseimbangan dan nilai-nilai sebagai dasar untuk perawatan yang efektif dan aman”

Dengan demikian, kedokteran keluarga adalah “bidang ilmu” dan kedokteran keluarga memerlukan suatu formulasi untuk mengembangkan keilmuan dan kombinasi dengan praktek sehari hari.

Tujuan Kurikulum

Tujuan dari kurikulum ini harus jelas menjelaskan secara baik mengenai dokter keluarga dan kualitasnya pada dokter, dirinya, pasien dan keluarganya serta masalah pada umumnya. The WONCA 2002 mendefinisikan bahwa praktek umum terus untuk menentukan inti kompetensi yang penting untuk dokter keluarga, terlepas dari sistem kesehatan negaranya. Kompleks karakteristik kompetensi ini meliputi :

A. Kompetensi Inti

1. Perawatan utama manajemen pelayanan primer : Termasuk kemampuan:

• Pengelolaan kontak utama dengan pasien yang mempunyai bermacam kondisi kesehatan

• Untuk mengkoordinasikan perawatan dengan para profesional lain dalam perawatan primer dan dengan lainnya spesialis

• Untuk menguasai penyediaan pelayanan yang efektif dan pelayanan kesehatan yang tepat guna

• Untuk bertindak sebagai advokat bagi pasien 2. Pelayanan Kesehatan berbasis Pasien

Termasuk kemampuan:

• Untuk mengadopsi pelayanan berpusat pasien dan berbagai permasalahannya

• Untuk menggunakan konsultasi dokter praktik umum untuk membawa hubungan dokter-pasien yang efektif

(37)

37 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

• Dapat berkomunikasi untuk menetapkan prioritas dan bertindak dalam kemitraan dokter - pasien

• Untuk memberikan perawatan jangka panjang yang sesuai kebutuhan pasien 3. Keterampilan Memecahkan masalah dengan spesific

Termasuk kemampuan:

• Untuk berhubungan spesifik proses pengambilan keputusan medis sesuai dengan prevalensi dan kejadian penyakit di masyarakat

• Selektif dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan rencana pengelolaan masalah yang tepat bekerjasama dengan pasien.

• Menerapkan prinsip-prinsip kerja yang sesuai (misalnya tambahan penyelidikan, menggunakan waktu sebagai alat) untuk mentoleransi ketidakpastian

• Untuk kepentingan intervensi segera bila diperlukan • Penggunaan intervensi medis yang tepat guna dan efisien 4. Pendekatan komprehensif

Termasuk kemampuan:

• Untuk mengelola keluhan pasien secara simultan baik akut dan kronis

• Untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dengan menerapkan prinsip promosi kesehatan dan strategi pencegahan penyakit dengan tepat

• Untuk mengelola dan mengkoordinasikan berbagai tindak pelayanan kesehatan: promosi kesehatan, pencegahan, penyembuhan, perawatan, rehabilitasi dan paliatif 5. Komunitas Orientasi

Termasuk kemampuan:

• Untuk menjembatani kebutuhan kesehatan pasien individu dan kebutuhan kesehatan dari masyarakat di mana mereka tinggal, menyeimbangkanya dengan ketersediaan sumber daya

6. Holistik pemodelan Termasuk kemampuan:

• Untuk menggunakan prinsip bio-psiko-sosial model, dengan mempertimbangkan budaya dan dimensi eksistensial pasien.

(38)

38 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia Organisasi Konten Kurikulum

Program Spesialis Family Medicine ini merupakan sebuah perjalanan pendidikan dimana pengetahuan dokter residen family medicine mempunyai keuntungan baru, belajar keterampilan baru, dan memunculkan sikap baru yang berhubungan dengan karirnya. Kurikulum menyediakan peta untuk para peserta dan pelatih untuk mengikuti, menu untuk mengambil poin pembelajaran yang penting, dan juga daftar periksa untuk memastikan bahwa lama pendidikan yang diperlukan adalah selama tiga tahun. Dalam model kurikulum terpadu, pendidik mengambil tanggung jawab menghubungkan mata pelajaran bersama-sama. Integrasi bisa horisontal, seperti ketika itu adalah paralel subyek missal pasien dengan penyakit jantung dan pernapasan. Integrasi vertical terjadi antara subjek pada fase yang berbeda, seperti integrasi antara pediatri, pencegahan penyakit dan skrining, hokum minimal imunisasi, bioetika dan praktik manajemen. Integrasi idealnya harus baik vertikal maupun horizontal, dalam sistem dan berbasis pembelajaran berdasarkan masalah. Kurikulum ini mencoba untuk mendorong pendekatan spiral untuk belajar: yaitu mulai dengan praktek teori dan simulasi, melanjutkan teori yang lebih canggih dan terbatas aplikasi untuk berlatih, dan berakhir dengan aplikasi. Berikut ini adalah perkiraan alokasi waktu pendidikan :

• 3 bulan pada praktek Kedokteran Keluarga penuh waktu

• 3 bulan waktu Rumah Sakit dengan 4 Besar besar penuh waktu • 2 bulan Kedokteran Keluarga & Rumah Sakit Kecil paruh waktu • 2 bulan Kedokteran Keluarga & Rumah Sakit Kecil paruh waktu • 2 bulan Kedokteran Keluarga & Rumah Sakit Kecil paruh waktu • 3 bulan waktu Rumah Sakit Khusus 4 besar Mayor penuh

• 3 bulan Kedokteran Keluarga penuh waktu

• 3 bulan waktu Rumah Sakit Khusus 4 besar penuh waktu

• 2 bulan Kedokteran Keluarga & Rumah Sakit Khusus Kecil baik paruh waktu • 2 bulan Kedokteran Keluarga & Rumah Sakit Khusus Kecil baik paruh waktu • 2 bulan Kedokteran Keluarga & Rumah Sakit Khusus Kecil baik paruh waktu • 3 bulan waktu Rumah Sakit Khusus Mayor penuh

(39)

39 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia

Waktu waktu tersebut, secara akademis, tentu saja telah dibagi menjadi tiga tahap, masing-masing berlangsung satu tahun. :

• Tahap 1: Aklimatisasi untuk Kedokteran Keluarga, Prinsip Teoritis dan Keselamatan Pasien

• Tahap 2: Aplikasi Praktis dan Pemantapan

• Tahap 3: Pemecahan masalah dan Praktek Paripurna

Selain itu, berbagai 'Modul Klinis' (misalnya kardiovaskular, geriatri) harus menyebar ke seluruh tiga tahapan program. Untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal bagi setiap peserta pelatihan, Modul klinis harus sesuai dengan setting tempat pembelajaran sehingga pendidikan dapat berjalan efektif. Adapun jenis modul klinis antara lain:

• Terapan Genetika

• Pediatri dan Remaja Kesehatan • Kesehatan Pria

• Kesehatan Wanita • Geriatric Kesehatan • Kardiovaskular Masalah • Masalah Pernapasan • Pencernaan Tract Masalah • Neurologis Masalah

• Endokrin dan metabolik Masalah • Pra, Musculoskeletal &

Pengobatan Trauma

• Ginjal dan Urologi Masalah • Penyakit Infeksi

• Hematologi dan Imunologi • Darurat

• Kesehatan Seksual

• Mental Masalah Kesehatan dan Ketergantungan

• THT dan Masalah wajah

• Eye Masalah • Masalah Kulit

(40)

40 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

Strategi Pendidikan

Dalam Program Pelatihan Spesialis, peserta pelatihan mengikuti pelatihan pada tempat praktek dokter dan mendapatkan bimbingan dari dokter yang telah mempunyai sertifikat pelatih. Strategi pembelajaran menggunakan SPICES.

Adapun syarat untuk menjadi trainer dan tempat pendidikan adalah sebagai hal berikut:

Pelatih Tempat Praktik

Mempunyai komitmen dalam mengajar dan mengikuti perkembangan metodologi pendidikan melalui pelatihan / kursus

Mempunyai kualitas yang bagus, peralatan dan fasilitas IT dan metode pembelajaran lain Mempunyai persiapan dan sertifikasi menjadi

seorang trainer diakui oleh Kolegium Kedokteran Keluarga

Mempunyai Fasilitas Rekam Medis yang berkualitas

Mempunyai standar pendidikan kompetensi klinis dan telah mengajar dalam waktu minimal 5 tahun

Mempunyai jumlah pasien tertentu dan beban kerja yang cukup sebagai pelatih

Mempunyai gelar akademis yang setara dengan standar pengajar oleh kolegium Kedokteran Keluarga

Mempunyai tim yang berkualitas

Kemampuan berkomunikasi baik Manajemen praktek berkualitas

Berpartisipasi aktif dalam program CME yang diakui oleh asosiasi kedokteran keluarga

Mempunyai fasilitas pemeriksaan penunjang lengkap

Berjaminan mutu Dapat digunakan sebagai wahana penelitian

(41)

41 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

Bagian 2 . Kurikulum Inti Spesialis Kedokteran

Keluarga

Konsultasi

Konsultasi ini adalah jantung dari praktek umum. Komunikasi adalah pusat pengaturan di mana perawatan primer diberikan, dan di mana hasil kurikulum diimplementasikan dan kesuksesan pelayanan dapat tercapai. Mendasari hasil di bawah ini adalah komitmen pelayan untuk 'berpusat pada pasien'. Untuk tujuan kurikulum, dokter berpusat pada pasien dapat dikatakan memiliki atribut sebagai berikut:

1. Pemahaman tentang konteks yang lebih luas dari konsultasi. Sebuah persepsi pasien sebagai pribadi: keyakinan bahwa pasien yang sakitbukanlah sebuah mesin, dan bahwa "kesehatan" dan "penyakit" terdiri lebih dari kehadiran atau tidak adanya tanda-tanda dan gejala. skills.4-8 Namun, harapan dan preferensi pasien bervariasi, seperti gaya bahasa yang digunakan dalam berkonsultasi juga sangat bervariasi.

2. Sebuah komitmen untuk etika, sikap reflektif yang memungkinkan dokter untuk memahami dan memantau / nya prakteknya, dan mengembangkannya untuk kepentingan pasien.

Patient Safety

Primum – non nocere merupakan salah satu prinsip dasar dalam pengobatan. Keselamatan pasien adalah pusat masalah bagi semua petugas kesehatan, termasuk dokter dan keluarga, di mana pun mereka bekerja. Dokter Keluarga yang praktek secara simultan akan menerapkan prinsip keselamatan pasien.

Praktek Berbasis Bukti

Kedokteran berbasis bukti merupakan cerminan ke'telitian, eksplisitasi dan kebijaksanaan penggunaan bukti terbaik saat ini dalam membuat keputusan tentang perawatan

individu pasien. Praktek umum adalah disiplin ilmu dan pasien alami berharap untuk mendapatkan Pengobatan terbaik, sehingga dokter keluarga harus mendasarkan pengambilan keputusan pada bukti terbaik yang tersedia. Perawatan kesehatan

(42)

42 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

berbasis bukti ilmiah berarti menggunakan ketelitian untuk menilai bukti dari berbagai sumber terbaik untuk menguntungkan pasien atau pemberian perawatan kesehatan. Seorang GP juga perlu mengembangkan pengetahuan tentang di mana dan bagaimana untuk mencari 'bukti terbaik', dan keterampilan untuk menilai bukti ini kritis dan memutuskan apakah itu berlaku untuk konteks klinis tertentu.

Manajemen Penyakit Kronis

Pola penyakitdominan sekarang ini adalah penyakit kronis, penyakit ini merupakan kondisi jangka panjang yang sering dihadapi dan dikelola dalam praktek umum, antara lain: diabetes mellitus, arthritis, kanker, sakit punggung, asma, paru-paru kronis lainnya, hipertensi, penyakit jantung, hiperlipidemia, stroke, demensia, depresi dan kecemasan. Meskipun rincian dari manajemen bervariasi sesuai dengan penyakit tertentu (dan muncul dalam modul klinis dari kurikulum ini), ada unsur-unsur yang umum bahwa fitur dalam pengelolaan semua penyakit kronis. Selain kerusakan fisik yang disebabkan langsung oleh penyakit kronis, pasien sering menderita efek psikologis. Ketika seorang pasien mengatakan bahwa mempunyai sebuah penyakit kronis maka dia mempunyai sesuatu yang tidak dapat disembuhkan, pasien juga akan melewati periode 'berkabung' di mana ia / dia mendukakan hilangnya 'diri yang sehat', dan kemudian secara bertahap menyesuaikan dengan konsekuensi dari penyakit. Menghadapi hal ini, maka GP harus mencoba untuk memanfaatkan bantuan anggota keluarga dan teman-teman

dari pasien.

Pencegahan Penyakit dan Penyaringan (Skrining)

Dokter keluarga, bersama-sama dengan anggota lain dari tim kesehatan primer, memainkan peran penting dalam mempromosikan kesehatan dan mencegah penyakit bagi orang-orang dari segala usia dengan berbagai macam latar belakangnya. Mereka menyediakan link antara agenda kesehatan masyarakat dan perawatan individu pasien. Pasien mengunjungi dokter mereka sekitar tiga kali per tahun, rata-rata, sebagian besar untuk mengatasi masalah minor. Oleh karena itu, dokter memiliki kesempatan yang sangat baik setiap tahun untuk membahas kiat hidup sehat dengan pasien mereka, untuk melakukan check-up dan untuk mendeteksi tanda-tanda awal penyakit. Dokter keluarga harus mengambil pendekatan pro-aktif dalam kesehatan oportunistik pendidikan dan berbasis bukti skrining. Mereka berada dalam posisi yang ideal untuk

(43)

43 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

melakukan hal ini karena pasien percaya mereka, mereka tahu pasien yang medis dan social dan mereka juga tahu keluarga pasien mereka dan setiap genetik yang relevan dengan lingkungan dan faktor risiko.

Manajemen Informasi dan Teknologi

Praktek umum melibatkan penanganan sejumlah besar informasi seperti rekam medis, resep, surat rujukan, daftar nama, keuangan dan laporan. Hal ini didasarkan atas catatan kertas tradisional dan sistem pengarsipan yang besar akan memakan waktu, kadang-kadang tidak terbaca, dan sulit untuk mengatur, mengakses dan memperbarui. Dengan demikian, tidak mengejutkan bila praktek umum semakin bergantung pada penyimpanan data elektronik. Untuk alasan ini, setiap GP yang modern harus akrab dengan komputasi sampai dengan software rekam medis tertentu. Misal : program SPSS.

Teamwork, Kepemimpinan dan Rujukan

Kebanyakan dokter melakukan prakteknya secara “solo” namun, kini telah banyak juga dokter yang melakukan praktek dokter keluarga secara berkelompok. Praktek berkelompok akan memudahkan pembagian kerja, kerjasama dan update informasi yang lebih baik. Dokter

dapat langsung digunakan oleh praktek sendiri (perawat praktek misalnya, kesehatan perawatan asisten, sekretaris, manajer praktek) atau dapat bekerja di area yang sama (misalnya komunitas perawat, bidan, apoteker, ahli gizi, radiografer, podologist, fisioterapis, ahli terapi okupasi, ahli patologi bicara dan bahasa, klinik psikolog). Dokter keluarga juga perlu untuk secara tepat memahami peran dari berbagai anggota tim perawatan primer sehingga dapat merujuk pasien dengan petugas kesehatan yang dapat memberikan perawatan yang terbaik.

Manajemen Praktek

Sebagai seorang dokter keluarga yang berpraktek dalam seting pelayanan kesehatan primer, dokter keluarga perlu mengembangkan manajerial dasar, antara lain keterampilan untuk mengatasi kebutuhan berikut:

• akuisisi transportasi pribadi dan pemeliharaan • menggunakan / sewa / akuisisi aset

(44)

44 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

• furnishing dan non-peralatan medis

• pembelian peralatan medis dan pemeliharaan • akuisisi peralatan IT (hardware dan software) dan • pemeliharaan

• penebaran habis medis

• penebaran alat tulis (termasuk formulir resmi dan resep) • berkomunikasi dengan publik (, ponsel, situs leaflet,) • wajar fee-for-service struktur

• manajemen waktu: klinik dan janji kali, waktu untuk rumah • Kunjungan

• kecil uang tunai, pengumpulan uang dan penerbitan kwitansi • rekening dan pembayaran tagihan dan pajak

• isu-isu kesehatan dan keselamatan

• keamanan (tempat, mobil, uang tunai, personal) • Pasien kerahasiaan dan perlindungan data

• penanganan keluhan pasien dan audit peristiwa penting • perumusan strategi

• manajemen proyek • organisasi Audit

• ± asuransi (tempat, kesehatan, malpraktik)

• ± kerja staf pendukung dan manajemen sumber daya manusia • ± Locums

• ± khusus klinik

Di Inggris, terutama di praktek kelompok, sebagian besar fungsi di atas dilaksanakan oleh administrator praktik / manager, sehingga memungkinkan dokter untuk fokus pada klinik tempat bekerja. Keterampilan ini bisa juga disertai dengan sistem cadangan untuk menggantikan dokter yang berhalangan praktek.

(45)

45 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

Nutrisi

Nutrisi pasti mempengaruhi kesehatan dan, sebaliknya, penyakit yang sering mempengaruhi gizi (Misalnya muntah, masalah menelan, malabsorpsi usus). Dokter keluarga harus dapat memahami bahwa makanan adalah kebutuhan dasar manusia, dan memiliki biologis, psikologis dan fungsi sosial. Kebutuhan nutrisi bervariasi menurut usia seseorang, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik dan keadaan kesehatan. Pola diet juga dapat dibentuk oleh factor sosial-budaya seperti kebiasaan keluarga, tekanan teman sebaya, keyakinan kesehatan, keyakinan agama, media komunikasi dan status ekonomi. Dokter harus mampu memberikan bukti-berbasis nasihat tentang nutrisi, bagaimana mencukupkan kebutuhan gizi pada pasien dengan kebutuhan khusus seperti kehamilan, diet vegetarian ketat, intoleransi makanan (misalnya defisiensi G6PD, intoleransi laktosa) , alergi, gagal ginjal, alcohol, dan orang tua. Pendekatan interdisipliner berguna dalam pengelolaan kebanyakan pasien yang perlu membuat perubahan pola makan. Oleh karena itu dalam hubungannya dengan nutrisi, dokter dapat bekerja sama dengan ahli gizi, perawat, dan keluarga.

Kesehatan Kerja

Dokter keluarga harus mempunyai pemahaman yang cukup terhadap bidang kesehatan keluarga karena kapitasi masyarakat yang dimiliki tentunya juga bekerja, yang memilliki sisi fisik, sosial dan psikologis individu. Sebaliknya, pekerjaan juga mempunyai efek pada kesehatan individu, misal: kecemasan, cedera regangan berulang, asma, dan gangguan pendengaran.

Transcultural Kedokteran

Masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia adalah masyarakat yang multi etnis, mempunyai budaya, dan sikap tertentu terhadap satu isu permasalahan kesehatan yang ada di sekitarnya. Melihat hal ini, maka Terapan pengetahuan budaya muncul sebagai tujuan dan media utama dari klinis dan kesehatan masyarakat dalam praktek dokter keluarga. Pemahaman terhadap budaya dalam praktek dokter ini adalah satu peluang untuk memunculkan harmonisasi hubungan dokter – pasien. Adapun beberapa poin keterlibatan pemahaman transkultural kedokteran antara lain:

• konsep penyakit dan perilaku penyakit • penilaian, wawancara, kemunculan gejala

(46)

46 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

• bidang medis, misalnya, manajemen nyeri, transfusi, • reproduksi isu, donor organ

• sering stigma kondisi seperti AIDS, PMS, kanker, dan • gangguan kejiwaan

• pendapat yang diadakan tentang perawatan yang disediakan oleh non-medis profesional seperti

• pekerja sosial, terapis fisik, dan ahli gizi.

Pengobatan Alternatif

Pengobatan alternative adalah bagian dari pengobatan holistic. Kemper menyebutkan bahwa model pelayanan model pelayanan holistic terdiri dari beberapa aspek yakni : biokimia menggunakan obat obatan maupun herbal, intervensi nutrisi, terapi lingkungan dan keterlibatan keseluruhan aspek diri pasien, keterlibatan aspek ini tidak hanya dari segi aspek spiritual, tapi juga bagaimana mengelola pola hidup pasien, meditasi dan konseling. Di Indonesia sendiri, masyarakat tidak hanya terpapar dengan obat obatan dan perhatian dokter, namun banyak juga diantara masyarakat tersebut yang menggunakan pengobatan herbal dan terapi lain seperti Reiki, dan pijat (massage). Diantara terapi tersebut ada yang sudah mempunyai evidence dan banyak juga yang masih berupa testimoni. Dokter keluarga dalah dokter utama yang terpapar dengan pasien dan segaka segi hidupnya, dokter keluarga diharapkan mampu menjembatani kebutuhan medis pasien dan usaha lain yang diyakininya.

Perawatan Paliatif

World Health Organisation mendefinisan perawatan paliatif sebagai :

“an approach that improves the quality of life of patients and their families facing the problems associated with life-threatening illness, through the prevention and relief of suffering by means of early identification and impeccable assessment and treatment of pain and other problems, physical, psychosocial and spiritual.”

Pemaparan tersebut didasari adanya kebutuhan akan pasien tertentu pada saat menghadapi hal hal tertentu: ketika pengobatan tidak terjangkau, pengobatan yang ada belum efektif, dsb. Adapun menurut definisi Curriculum of Family Medicine Training di Malta menyebutkan bahwa perawatan paliatif meliputi :

• pemberikan bantuan dari rasa sakit dan gejala tidak nyaman yang lainnya;

(47)

47 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

• menegaskan hidup dan akhir kehidupan sebagai proses normal; • bermaksud baik untuk mempercepat atau menunda kematian;

• mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dari perawatan pasien; • menawarkan sistem dukungan untuk membantu pasien hidup seaktif

mungkin sampai akhir hayat nya

• menawarkan sistem dukungan untuk membantu keluarga menanggulangi selama penyakit pasien dan dalam fase berdukacita

• menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga mereka, termasuk konseling dukacita, jika diindikasikan dapat: meningkatkan kualitas hidup, dan mempengaruhi jalannya penyakit pasien di awal perjalanan penyakit, dalam hubungannya terapi seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk pemahaman dan pengelolaan penyakit yang lebih baik

(48)

48 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

Bagian 3 . Kurikulum Klinis Spesialis Kedokteran

Keluarga

Genetika Terapan

Sebuah penelitian di tahun 2004 menyebutkan bahwa minimal 1/10 dari pasien yang dihadapi dokter keluarga mempunyai penyakit yang berhubungan dengan genetika dalam dirinya. Penyakit ini antara lain : thalasemia, kanker payudara, down syndrome, asma, dan hipertensi. Pembelajaran mengenai genetika ini juga semakin dibutuhkan seiring dengan kemajuan teknologi dalam pemeriksaan kesehatan. Pada materi genetika ini dokter diharapkan dapat menjadi konselor dan memberikan pemeriksaan terkait pola penyakit genetika tersebut. Secara lebih detail, mendeteksian permasalahan genetika ini didasarkan pada hal berikut :

• sebagai usaha untuk menilai perkembangan penyakit dalam individu, missal : pemeriksaan payudara sendiri untuk mendeteksi ca payudara

• mendeteksi individu carier

• mencegah terjadinya transmisi progeny pada individu yang beresiko.

Kesehatan Pediatri dan Remaja

Pendidikan tambahan dalam bisang pediatri dan remaja dilakukan karena dokter keluarga mengelola pasien tidak berdasarkan pada umumnya, sehingga dokter keluarga diharapkan dapat menyelesaikan masalah pokok pada dua kelompok usia tersebut. Adapun tujuan pembelajaran di akhir pendidikan dokter keluarga diharapkan mampu:

1. mengatur kontak perawatan primer dengan anak-anak dan keluarga mereka - dan, dengan remaja, sendiri.

2. menjelaskan pentingnya merawat anak-anak dan remaja secara baik, dan dengan menghormati keyakinan mereka, pilihan, martabat dan hak-hak mereka.

3. Menunjukkan ketrampilan konsultasi yang baik kepada anak dan remaja dan keluarganya.

4. Menghargai pentingnya sosial (termasuk pendidikan), psikologis dan dampak penyakit pada anak dan / keluarganya.

5. Menghargai kontribusi penting dari ibu, ayah, dan kakek-nenek (terutama nenek) dalam pengasuhan dari anak dan remaja.

(49)

49 Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga – Kolegium Dokter Indonesia – Konsorsium Kedokteran Keluarga 2012

6. Mempu mengenali bahwa stres pada anak-anak sering muncul dengan gejala psikosomatik seperti sakit perut dan sakit kepala.

7. Memahami bahwa masalah kesehatan pada anak dapat disebabkan oleh dinamika keluarga disfungsional.

8. Mampu melakukan pemeriksaan umum lengkap bayi, neonatus atau anak yang lebih tua

9. Mampu menjelaskan tonggak perkembangan masa kecil yang normal dan fisiologis tahap pubertas.

10. Menunjukkan pengetahuan tentang prevalensi relatif dan kejadian anak penyakit di masyarakat setempat untuk membantu diagnosis.

11. Mampu mengenali kelompok pasien berisiko tinggi masalah kesehatan, missal (Kelas sosial rendah, cacat mental atau fisik, pencari suaka)

12. Menerapkan kriteria berbasis bukti suara untuk menilai keparahan masa penyakit, untuk memutuskan kapan harus merujuk pasien ke perawatan sekunder dan apakah rujukan bersifat darurat, mendesak atau rutin.

13. Menunjukkan pendekatan berbasis bukti terhadap penyelidikan dan

14. manajemen masa kanak-kanak dan penyakit remaja. Menghargai bahwa sebagian

15. kondisi anak yang membatasi diri dan meningkatkan alami dengan sederhana 16. langkah-langkah gejala.

17. Timbang risiko terhadap manfaat ketika merawat anak-anak. Jadilah akrab dengan

18. obat yang umum digunakan untuk mengobati anak-anak, jelaskan sesuai dengan usia mode

19. pemberian obat (misalnya Haler bayi) dan menunjukkan bagaimana untuk menyesuaikan dosis dengan berat badan.

20. Menegosiasikan rencana manajemen yang realistis dan komprehensif dalam kemitraan

21. dengan orang tua anak-anak yang sakit, terutama dengan penyakit kronis. 22. Libatkan anak-anak dan remaja dalam pengambilan keputusan dan

memberdayakan mereka untuk mengelola sendiri kondisi mereka sepraktis mungkin.

23. Mengakui bahwa otonomi anak meningkat seiring dengan usia dan pengembangan mental

Gambar

Figur  2a.    Puzzle  yang  hilang  dari  pendidikan  lanjutan  formal  dokter  layanan  primer  dibanding  pendidikan lanjutan formal dokter spesialis di rumah sakit
Tabel 1.  Perbandingan Status Kesehatan Negara-Negara ASEAN
Figur 5. Rencana Penguatan Internship dan Pendidikan Formal Lanjutan bagi Dokter Layanan Primer
Figur 5: Komprehensif-Care oleh Dokter Keluarga
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil pengujian pada perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2010-2017 memperlihatkan bahwa laba bersih merupakan salah satu faktor yang

identifikasi melalui suara echolokai juga dapat membedakan jenis kelamin dari jenis yang sama pada empat jenis yang diamati yaitu R..

Adapun tujuan yang dari perancangan ulang enting-enting gepuk Salatiga ini adalah to add value atau menambah nilai-nilai tertentu yaitu nilai praktis dan nilai estetik

Hal ini mengungkapkan bahwa nilai E1/E2 kurang mampu menjadi acuan untuk menentukan penutupan lamun pada penelitian ini yang memiliki penutupan lamun yang sedikit (kurang

Tuladhanipun pamigunaning konfiks {ka-/-an} ing basa Jawi Kina ing ukara mahyun ta sang Bhī ṣ ma wihikana ri kawidagdhan ira sowang-sowang „Bisma badhe mangretosi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian berbagai jenis pupuk kandang (PK: berasal dari kotoran ayam, kambing, sapi, dan kelinci) dan fungi mikoriza

Pikolih tetilik puniki, inggih ipun (1) kaiwangan Ejaan Bahasa Bali Yang Disempurnakan sane wenten ring sajeroning sasutaran awig-awig subak Kacangbubuan, desa adat

Jumlah kejadian rupture perineum pada ibu bersalin normal di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta 2015 dalam penelitian ini sebanyak 95 orang sebagian besar terjadi pada rupture