• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG PENGEMBANGAN TANAMAN GANITRI (Elaecocarpus sp.) DI DESA DONOSARI, KECAMATAN SRUWENG, KABUPATEN KEBUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELUANG PENGEMBANGAN TANAMAN GANITRI (Elaecocarpus sp.) DI DESA DONOSARI, KECAMATAN SRUWENG, KABUPATEN KEBUMEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 PELUANG PENGEMBANGAN TANAMAN GANITRI (Elaecocarpus sp.) DI DESA DONOSARI, KECAMATAN SRUWENG, KABUPATEN KEBUMEN

(The Development Prospect of Ganitri (Elaecocarpus sp.) plant Donosari Village, Sruweng Sub District, Kebumen Regency)

Oleh/by:

Kurniawati Purwaka Putri dan Nurmawati Siregar (Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor)

ABSTRAC

Ganitri (Elaecocarpus sp.) is one of plant that grows naturally in Asia tropical rain forest. Fruit, bark and its leaves are useful as sources of medicine’s materials. Ganitri fruit in Donosari Village is a source of income for local people because the local trade has already established. However, the development of ganitri was obstructed by seeds criteria on the market. Therefore, it’s required to develop seed technology and silvicultural techniques to optimize the development of ganitri on that Village.

Keywords : Elaecocarpus sp., export comodity, medicine, non timber forest product.

ABSTRAK

Ganitri (Elaecocarpus sp.) adalah salah satu jenis tanaman yang tumbuh secara alami di hutan tropika Asia. Buah, kulit dan daunnya bermanfaat sebagai sumber bahan baku obat. Buah ganitri di Desa Donosari merupakan sumber penghasilan bagi masyarakatnya karena tata niaga lokalnya sudah ada. Namun, pengembangan ganitri terkendala oleh kriteria biji yang memenuhi syarat di pasaran. Oleh karena itu diperlukan pengembangan teknologi perbenihan dan tehnik silvikultur untuk mengoptimalkan pengembangan ganitri di desa tersebut.

Kata kunci : Elaecocarpus sp., hasil hutan bukan kayu, obat, komoditi ekspor.

I. PENDAHULUAN

Ditjen POM (1991) melaporkan bahwa tercatat sedikitnya 180 jenis tumbuhan dari hutan hujan tropika berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang berasal dari kawasan hutan. Pemanfaatan tanaman hutan sebagai bahan obat-obatan sudah sejak lama dilakukan masyarakat Indonesia secara turun temurun. Salah satu jenis tanaman berkhasiat obat adalah ganitri (Elaeocarpus sp.) dari famili Elaeocarpaceae.

(2)

2

Tanaman ganitri tumbuh tersebar di hutan hujan tropis Asia mulai dari Madagaskar, Cina Bagian Selatan, Nepal, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, Australia hingga Kepulauan Pasifik (Heyne, 1987). Di Indonesia tanaman ganitri ditemukan di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara. Tanaman ganitri umumnya tumbuh di kawasan hutan alam pada ketinggian kurang dari 1.200 m dpl terutama pada ketinggian 500 – 1.000 m dpl (Heyne, 1987). Setyawati (2010) melaporkan bahwa tegakan alam ganitri ditemukan di kawasan hutan alam Gunung Sigogor dan Gunung Picis di Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur pada ketinggian 350 m di atas permukaan laut. Tinggi pohon ganitri di kawasan Taman Wisata Alam Suranadi Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat berkisar 15 – 60 m dengan kisaran diameter batang 15 – 110 cm. Di kawasan seluas 52 Ha tersebut terdapat ± 150 – 200 pohon yang diperkirakan berumur lebih dari 25 tahun. Selain di kawasan TWA Suranadi, tegakan alam ganitri juga terdapat di kawasan hutan lindung yang berada di Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana Propinsi Bali. Tinggi pohon ganitri yang terdapat di kawasan ini berkisar 12 – 22 m dengan diameter batang pohon berkisar 35 – 95 cm.

II. MANFAAT GANITRI

Pohon ganitri menghasilkan daun, buah dan kulit batang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan untuk berbagai macam penyakit. Buah ganitri bermanfaat untuk mengatur aktivitas otak yang mengarah pada kesehatan tubuh, menenangkan otak dan menghasilkan pikiran positif, stress, serta berbagai penyakit mental, epilepsi, mengontrol tekanan darah, asma, meredam hipertens, radang sendi dan penyakit hati. Jenis tanaman ini juga mampu melindungi paru-paru karena mengandung glikosida (anti bakteri), alkaloid dan flavonoid (http://www.biotifor.or.id.htm). Pohon ganitri sangat berguna sebagai penyerap polutan yang berperan menurunkan tingkat pencemaran (http://www.trubus-online.co.id).

Selain digunakan dalam dunia kesehatan, kegunaan biji ganitri lainnya adalah dalam bidang keagamaan. Biji ganitri ukuran kecil digunakan oleh umat Hindu dalam upacara-upacara keagamaan. Biji-biji tersebut diuntai sebagai tasbih yang sangat dipercaya oleh umat Hindu sebagai alat meditasi dan berdoa untuk Hyang Widi (Kosasih et al., 2010).

Kelebihan tanaman ganitri lainnya adalah harga jual biji ganitrinya yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Biji ganitri kering merupakan komoditi ekspor dengan harga jual tinggi di pasar internasional. Hal ini telah

(3)

3 dirasakan oleh hampir sebagian besar masyarakat di Kabupaten Kebumen dan Cilacap. Saat ini biji ganitri yang ada di pasaran dunia hampir 70 % nya dipasok dari Indonesia (Kosasih et al., 2010).

III. POTENSI TANAMAN GANITRI DI DESA DONOSARI

Daerah dengan potensi tegakan ganitri yang besar saat ini diantaranya adalah Kabupaten Kebumen. Hampir semua kecamatan di Kabupaten Kebumen telah mengembangkan ganitri (jenitri) sebagai tanaman pokok pada lahan-lahan milik rakyat. Desa Donosari yang termasuk wilayah Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen termasuk salah satu desa dengan potensi tanaman ganitri yang besar.

Tanaman ganitri di Desa Donosari telah menjadi tanaman utama terhitung sejak tahun 1995 sejalan dengan adanya program pengembangan hutan rakyat pada saat itu. Dewasa ini sangat mudah menemukan pohon ganitri di Desa Donosari, karena hampir tidak ada lahan yang tidak ditanamai pohon ganitri mulai dari pekarangan rumah, sepanjang jalan desa (Gambar 1) hingga yang utamanya di kebun-kebun milik masyarakat (Gambar 2), sedangkan tanaman tahunan lainnya hanya ditanam disekeliling tanaman ganitri tersebut. Saat ini hampir 90 % masyarakat Desa Donosari menanam ganitri di areal pekarangannya. Rata-rata masyarakat mempunyai ± 10 pohon ganitri yang buahnya telah dipasarkan keluar Kebumen bahkan ke India.

Pada awalnya pola tanaman ganitri adalah pola tanam campuran dengan tanaman tahunan lainnya seperti jati, mahoni, sengon, cengkeh dan kelapa dengan jarak tanaman yang tidak teratur. Kisaran pertumbuhan tinggi dan diameter batang tanaman ganitri tahun tanam 1995 tersebut kini mencapai 11 – 21 m untuk tinggi pohon dan 16 – 40,5 cm untuk diameter batangnya. Setelah mengetahui harga jual biji ganitri yang cukup tinggi, maka pola tanam ganitri berubah menjadi pola tanam monokultur dengan jarak tanam yang teratur seperti 2 X 3 m atau 3 X 3 m (Gambar 2).

(4)

4 Gambar (Figure) 1. Pohon ganitri di jalan

desa (Ganitri trees in the village street).

Gambar (Figure) 2. Pohon ganitri umur 10 tahun di kebun (Ganitri tree planted in the field).

IV. NILAI EKONOMI BUAH GANITRI

Tingginya animo masyarakat terhadap jenis tanaman ganitri disebabkan harga jual buah ganitri kering yang sangat tinggi dan bahkan dapat dikatakan cukup fantastik. Sehingga menjadi sumber pendapatan sampingan namun menjadi andalan penghasilan bagi para petani. Tingginya harga jual menyebabkan banyak petani yang mengganti tanaman kelapa dengan ganitri, walaupun sesungguhnya buah kelapa juga memiliki nilai jual. Alasannya karena harga satu butir kelapa berkisar Rp. 1.200 – Rp. 1.500 sedangkan satu batang kelapa hanya menghasilkan 2 - 10 butir per bulan. Sehingga terlihat bahwa pendapatan dari penjualan kelapa jauh lebih kecil dibandingkan hasil penjualan ganitri yang pada panen perdana saja minimal petani mampu mengantongi Rp. 50.000/pohon bahkan bisa mencapai Rp. 500.000/pohon apabila buahnya berukuran kecil-kecil.

Harga jual biji ganitri kering bervariasi sesuai dengan warna dan ukuran diameter. Warna biji ganitri menentukan harga jual, yangmana warna coklat kemerahan memiliki harga jual yang tinggi. Dalam dunia perdagangan, biji ganitri dikelompokkan kedalam 11 nomor berdasarkan ukuran diameternya. Biji ganitri berukuran diameter 5,5 mm merupakan ukuran terkecil dengan harga jual tertinggi dan termasuk kelompok nomor 1. Biji ganitri nomor 2 berukuran diameter 6 mm demikian selanjutnya setiap kenaikan ukuran biji ganitri sebesar

(5)

5 0,5 mm nomor akan meningkat dengan harga jualnya yang semakin menurun. Nomor 1 sampai nomor 10 dijual dalam satuan per-biji, sedangkan nomor 11 (grondong) dijual dalam satuan kilogram.

Harga jual biji ganitri juga sangat berfluktuasi setiap saat yang tidak dapat diprediksi dengan tepat. Sebagai gambaran perubahan harga jual biji ganitri tersebut dapat dilihat perbedaan harga jual biji ganitri kering pada tahun 2008 (Kosasih et al., 2010) dan awal bulan Juni 2011 yang ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Harga jual biji ganitri kering berdasarkan ukuran diameter biji Ukuran (mm) Nomor Harga/butir (Rp) Tahun 2008 Juni 2011 5,5 1 165 45 6,0 2 145 35 6,5 3 125 25 7,0 4 100 20 7,5 5 75 18 8,0 6 40 15 8,5 7 30 12 9,0 8 25 10 9,5 9 16 8 10,0 10 15 6 ≥ 10,5 11 halus 10.000/kg 6000/kg ≥ 10,5 11 kasar 7.000/kg 4500/kg

Selain ukuran dan warna, harga biji ganitri juga dipengaruhi oleh jumlah atau bentuk alur pada permukaan biji (Mukhli). Semakin banyak jumlah mukhli maka semakin tinggi harganya. Sebagai gambaran biji ganitri dengan 3 mukhi dihargai sebesar Rp. 18.000/biji. Bahkan biji ganitri dempet dapat mencapai harga yang sangat tinggi yaitu Rp. 150.000/biji (http://www.trubus-online.co.id.).

Tata niaga lokal untuk biji ganitri di Desa Donosari sudah ada. Petani dapat dengan mudah menjual kepada pengepul dan selanjutnya pengepul akan menjual pada pengepul yang lebih besar yang berada di Kota Kebumen. Selain itu petani dapat menjual hasil panennya, berapa pun jumlahnya dan selalu dibayar tunai. Kemudahan menjual biji ganitri kering

(6)

6 tersebutlah yang menjadi salah satu alasan tingginya minat masyarakat dalam penanaman pohon ganitri.

V. BUDIDAYA GANITRI

A. Pembungaan dan Pembuahan

Pohon ganitri asal okulasi mulai berbunga sekitar umur 13 bulan, walaupun belum seluruh bunga akan menjadi buah karena masih banyak yang rontok. Dari umur 13 bulan hingga 2 tahun biasanya pohon berbunga sebanyak 3 kali. Proses dari bunga menjadi buah yang siap dipetik memakan waktu kurang lebih tiga bulan. Setelah berumur 2 tahun buah yang dihasilkan sudah normal, kalaupun ada yang rontok itu karena pengaruh hujan yang terus menerus. Dalam 1 tahun musim panen sebanyak 2 kali meski demikian ada panen susulan. Sedangkan musim panen dari pohon ganitri lokal hanya 1 kali dalam setahun. Musim berbunga mulai pada bulan November – Desember dan buah masak pada bulan Maret – April.

B. Teknik Perbanyakan Generatif

Pada awalnya bahan perbanyakan tanaman ganitri berasal dari anakan alam (cabutan). Namun setelah berhasilnya para penyuluh dari Kabupaten Cilacap mengembangkan teknologi perbanyakan vegetatif okulasi, maka mulailah penggunaan bibit hasil okulasi sebagai bahan perbanyakannya. Hal ini disebabkan waktu panen yang lebih cepat karena pada tahun ke-2 pohon ganitri asal okulasi (biasa disebut “ganitri super”) sedangkan tanaman yang berasal dari cabutan (biasa disebut dengan “ganitri lokal”) mulai berproduksi pada umur 6 – 7 tahun. (Gambar 3). Tinggi pohon ganitri super relatif lebih pendek sehingga memudahkan ketika pemanenan. Selain itu jumlah buah dengan ukuran diameter kecil yang dihasilkannya relatif lebih banyak.

(7)

7 Gambar (Figure) 3. Pohon ganitri asal

okulasi umur 13 bulan (Ganitri tree from okulasi propagation at 2 years old).

Kulit buah ganitri masak berwarna biru tua sampai ungu (Gambar 4). Kecuali selapis tipis daging buah, buahnya hampir seluruhnya terdiri dari biji yang keras. Biji ganitri berbentuk bola dengan warna kulit biji coklat dan berukir. Setiap biji memiliki lekukan atau mukhlis. Ukuran biji ganitri yang dihasilkan dari satu pohon bervariasi mulai diameter 5,5 mm sampai lebih dari 10 mm. Khan et al. (2005) melaporkan bahwa berat buah ganitri asal India berkisar 2,5 – 5,9 gram, dan berat buah tanpa eksocarp/daging buah (biji) berkisar antara 1,5 – 3,6 gram.

Gambar (Figure) 4. Buah ganitri (The ganitri fruits).

Gambar (Figure) 5. Saringan biji ganitri

(8)

8 Buah ganitri hasil pengunduhan selanjutnya direbus selama 2 jam hingga kulit luar lunak dan mudah membersihkannya. Biji ganitri kemudian dijemur selama 18 jam. Untuk menyeleksi biji ganitri ke dalam masing-masing kelas dan menghitung jumlah biji setiap kelasnya digunakan saringan khusus yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Daya kecambah benih ganitri sangat rendah, hal ini disebabkan kondisi kulit biji yang sangat keras, sehingga diduga benih ganitri memiliki masa dormansi. Kondisi inilah yang menjadi kendala/keterbatasan dalam perbanyakan ganitri secara generatif. Khan et al. (2005) melaporkan bahwa benih ganitri memiliki dormansi yang panjang. Berbagai upaya pematahan dormansi telah banyak dicoba misalnya dengan meretakkan dan lalu merendam benih dalam air panas yang dibiarkan dingin selama 24 jam. Namun hal tersebut juga belum mampu mengatasi permasalahan proses perkecambahan benih ganitri. Kosasih et al., (2010) menyebutkan bahwa untuk mempercepat perkecambahan ganitri dapat dilakukan dengan cara memendam biji/benih ganitri dalam tanah dan dipanaskan dengan api di atasnya.

C. Teknik Silvikultur

Ganitri cenderung dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Faktor pemupukan sangat penting untuk meningkatkan produksi buah ganitri. Perbedaan pertumbuhan dan produksi buah sangat jelas terlihat pada tanaman ganitri yang ditanam di pekarangan rumah dengan yang jauh dari rumah petani. Hal ini disebabkan tanaman yang berada dekat rumah umumnya lebih intensif dilakukan pemeliharaan dan pemupukan dibandingkan tanaman yang jauh dari rumah. Pemeliharaan tanaman lainnya adalah penyemprotan terhadap hama yang biasa ditemui yaitu berupa ulat cokelat yang makan dan bersarang di dalam batang muda. Serangan hama ulat tersebut dapat mengakibatkan tanaman kering dan akhirnya mati (http://www.trubus-online.co.id)..

Petani ganitri melakukan pengeratan pada bagian batang pohon yang bertujuan agar lebih banyak jumlah produksi buah dengan ukuran diameter kecil serta lebih tahan rontok. Pengeratan biasanya mulai dilakukan pada pohon umur 2 tahun untuk pohon ganitri super (bibit dari okulasi). Pengeratan dilakukan secara terus menerus teutama menjelang proses pembuahan. Sehingga banyak ditemukan pohon ganitri yang membengkak pada bagian batangnya akibat peneresan tersebut. Tentunya hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas batang kayunya.

(9)

9 Peneresan sesungguhnya salah satu tindakan silvikultur untuk meningkatkan jumlah produksi buah bukan memperkecil ukuran diameter buah. Ross dan Pharis (1985) menyatakan bahwa faktor perlakuan silvikultur seperti pemangkasan atau pengurangan pucuk tajuk tanaman, peneresan, pemupukan maupun pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara yang dapat mempengaruhi produksi buah/benih. Selain itu kemampuan suatu pohon untuk memproduksi buah/benih merupakan hasil interaksi antara faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) suatu pohon. Faktor internal pohon yang mempengaruhi produksi buah antara lain umur pohon, kesehatan pohon dan faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah tingkat kesuburan tanah, kebutuhan cahaya, kerapatan tegakan, hama dan penyakit. Khan et al. (2005) menjelaskan bahwa produksi buah ganitri akan meningkat dengan adanya gangguan/stress seperti pengurangan cahaya matahari atau nutrisi, namun akan diikuti oleh penurunan berat buah dan biji. Hal inilah yang sesungguhnya perlu dipahami oleh masyarakat terutama petani ganitri terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi buah. Selain itu penting diketahui informasi genetik dari setiap pohon. Karena diduga faktor yang mempengaruhi besar kecilnya produksi buah berdiameter kecil berkaitan erat dengan faktor genetik.

VI. PELUANG DAN KENDALA DALAM PENGEMBANGAN GANITRI

A. Peluang

Setiap tahunnya tidak kurang dari 350 ton biji ganitri asal Indonesia diekspor khususnya ke India dan Australia (Kosasih et al., 2010) dengan nilai transaksi diestimasi mencapai Rp500-miliar (http://www.trubus-online.co.id). Kelangkaan dan tingginya kebutuhan pasar dunia terhadap biji ganitri Indonesia merupakan suatu potensi besar bagi dunia perdagangan.

B. Kendala

Namun, pengembangan ganitri terkendala oleh kriteria biji yang memenuhi syarat di pasaran seperti ukuran diameter biji yang kecil dengan warna merah kecoklatan. Para petani umumnya percaya bahwa akan lebih banyak keuntungan yang diperoleh dengan menanam ganitri dari okulasi (ganitri super) karena mampu memproduksi buah berdiameter kecil dalam jumlah yang lebih banyak. Tetapi sesungguhnya apabila diamati terlihat kecenderungan perbedaan kondisi fisik seperti warna dan kekasaran permukaan biji ganitri dari okulasi (pohon ganitri super) dengan biji ganitri yang diproduksi pohon ganitri lokal. Kondisi fisik buah dari pohon ganitri super antara lain warna buah yang tidak terlalu merah kecoklatan

(10)

10 serta berat buah yang relatif rendah. Hal inilah yang diduga menjadi faktor jatuhnya harga biji ganitri di pasaran saat ini, selain tentunya berlaku hukum ekonomi yaitu jumlah barang yang melimpah menyebabkan turunnya harga barang tersebut.

VI. PENUTUP

Ganitri (Elaecocarpus sp.) merupakan salah satu jenis tanaman yang bernilai ekonomis tinggi. Salah satu faktor pendukung dalam pengembangan tanaman ganitri adalah perlunya teknologi penanganan benih dan teknik silvikultur yang tepat agar pemanfaatan oleh masyarakat lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1991. Laporan Tahunan Ditjen POM. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional 1991/1992. Jakarta.

Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Volume 1. Yayasan Sarana Wana Jaya. http://www.biotifor.or.id.htm. Diakses pada tanggal 7 Desember 2009.

http://www.trubus-online.co.id. Diakses pada tanggal 7 Desember 2009.

Khan, M.L. P. Bhuyan dan R.S. Tripathi. 2005. Effects of Forest Disturbance on Fruit set, seed Dispersal and Predation of Rudraksh (Elaeocarpus ganitrus Roxb) in Northeast India. Jurnal Current Science Vol 88 (1) : 133 – 142.

Kosasih, A. S., T. Rostiwati dan E. Rachman. 2010. Budidaya Ganitri (Elaeocarpus sphaericus) perlu Inovasi Teknologi. Majalah Kehutanan Indonesia Volume V. Hal 35 – 38.

Prosea. 2001. Plant Resources of South-East Asia 12: Medicinal and Poisonous Plants 12 (1,2,3). Editor : J.L.C.H. Van Valkenburg and N. Bunyapraphastsara. Backhuys Publisers. Leiden.

Setyawati, T. 2010. Pemanfaatan Pohon Berkhasiat Obat di cagar Alam. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol VII (2) : 177 – 192.

Ross, S.D. and R.P. Pharis. 1985. Flower induction in crop trees: different mechanisms and techniques with special reference to conifers. In Cannell, M.G.R., Jackson, J.E. eds. Attributes of trees as crop plants. Institute of Terrestrial Ecology, Monks Wood Experimental Station, Abbots Ripton, Huntington, UK.

Gambar

Tabel 1.  Harga jual biji ganitri kering  berdasarkan ukuran diameter biji  Ukuran  (mm)  Nomor  Harga/butir (Rp)   Tahun 2008  Juni 2011  5,5  1  165  45  6,0  2  145  35  6,5  3  125  25  7,0  4  100  20  7,5  5  75  18  8,0  6  40  15  8,5  7  30  12  9
Gambar  (Figure) 5.   Saringan biji  ganitri

Referensi

Dokumen terkait

Hipertensi atau hypertension ( high blood pressure/ tekanan darah tinggi ) berasal dari kata latin.. “ hyper” yang berarti super atau luar biasa, dan

Terlepas dari akad yang dilakukan dalam jual beli hasil panen tanaman hortikultura di atas, masih terdapat proses selanjutnya yaitu penentuan harga tanaman hortikultura

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa unsur-unsur seni tari yang terdapat di dalam Kesenian Angklung Lengger Badut mengandung makna pesan yang

Hasil klasifikasi berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan komoditi tanaman bahan makanan

Dari beberapa tanaman yang biasa digunakan oleh penyehat tradisional di Desa Lamalera ada yang telah dibuktikan secara ilmiah dan lulus uji diantaranya tanaman

Dalam tahap ini orang yang menyewakan menghubungi pihak penyewa untuk menawarkan tanaman pohon kelapa yang akan di sewakan, sekaligus mejelaskan sifat tanaman

Nama Robhusta digunakan guna tujuan komersial, sedangkan Canephora adalah nama ahli tanam-tanaman (botanikal). Kopi jenis ini berasal dari Afrika, dari pantai barat

Dengan melihat keadaan orang tua peserta didik yang tidak semuanya tergolong mampu atau kaya dan dengan melihat jenis-jenis infaq, infaq panen di MI Ma’arif Purwodeso masuk