• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ORDO DECAPODA

Kelompok Macrura :

Bangsa udang & lobster

(lanjutan)

(2)

Bangsa

Bangsa

Udang

Udang

Penaeid

Penaeid

Pada stadium post larva, anakan udang hidup merayap atau melekat pada benda2 di dasar perairan

Banyak ditemukan di muara sungai dan perairan berhutan bakau Salinitas bervariasi 4 - 35 ‰

Untuk mencapai tingkat juwana (juvenil) :

- Metapenaeus monoceros melewati 12 tingkatan (14-16 kali ganti kulit) - Penaeus merguiensis melewati 14 tingkatan (18-22 kali ganti kulit)

• Udang muda akan kembali ke laut untuk tumbuh menjadi besar dan

dewasa dan akhirnya memijah

Dari menetas – stadium post larva sekitar ± sebulan Dari post larva – juwana sekitar 3-4 bulan

Dari juwana – dewasa perlu waktu 8 bulan

Makanan udang pada stadium larva alga renik (microalgae) : Diatomae dan berbagai jenis zooplankton

Udang bersifat omnivor : hewan dan tumbuhan kecil serta detritus

Kelompok Macrura (lanjutan)

(3)
(4)

Udang

Udang

Penaeid

Penaeid

(

(

lanjutan

lanjutan

)

)

Hutan mangrove berperan dalam daur hidup udang, karena perairan

mangrove merupakan tempat asuhan (nursery ground), mencari makan (feeding ground) dan tempat berlindung (shading ground) daerah kegiatan penangkapan udang di laut mempunyai banyak persamaan

dengan daerah sebaran hutan mangrove.

Penangkapan pada beberapa lokasi telah berjalan dengan sangat intensif hingga telah melebihi produksi lestari (sustainable yield), misal di pantai Utara Jawa, pesisir Kalimantan , Sumatra dan Papua.

(5)

SIFAT DAN KELAKUAN UDANG SECARA UMUM

* Bersifat nokturnal : aktif mencari makan pada waktu malam hari

• Siang hari non aktif, membenamkan diri dalam lumpur dan menempel

pada suatu benda yang terbenam dalam air

• Dalam keadaan normal/ lingkungan yang baik udang jarang tampak aktif

bergerak pada siang hari, kecuali ada sesuatu yang tidak beres : - makanan kurang

- kadar garam meningkat - suhu meningkat

- oksigen menurun

- senyawa2 beracun : asam sulfida (H2S), CO2, amoniak (NH3) dll.

* Sifat kanibalisme : sifat suka memangsa jenisnya sendiri, timbul pada udang yang sehat dan sasarannya udang yang sedang ganti kulit (molting)

- dalam keadaan kurang makan, sifat kanibalisme tampak lebih nyata Sifat ini muncul pada waktu masih burayak yaitu mulai tingkat mysis

* Untuk menghindari kanibalisme, udang yang sedang molting akan mencari tempat untuk bersembunyi

(6)

Pergantian kulit (molting)

• Udang mempunyai kerangka luar yang keras (tidak elastis), untuk tumbuh

menjadi besar perlu membuang kulit lama dan menggantinya dengan kulit baru yang disebut ganti kulit (ecdysis)/ molting

• Udang muda > sering ganti kulit dibanding yang sudah dewasa

• Menjelang ganti kulit, garam-garam anorganik dari kulit lama diserap • Kulit baru yang masih lunak terbentuk di bawah kulit lama

• Otot-otot anggota tubuh melemas, sehingga memungkinkan terlepas nya

anggota2 tsb dari kulit lama

• Pada waktu kulit baru masih lunak, pertumbuhan luar biasa terjadi

menyerap sejumlah besar air

* Dalam proses pembentukan kulit dan kerangka luarnya (eksoskeleton), peran unsur kapur atau kalsium (Ca) sangat penting

* Antara metabolisme unsur Ca, pertumbuhan, pergantian kulit, dan tekanan osmose terdapat hubungan yang sangat erat tersedia nya unsur Ca di dalam lingkungan merupakan syarat utama

* Udang yang sedang ganti kulit sangat lemah menjadi sasaran hewan pemangsa (predator) dan sasaran kanibalisme

(7)

Daya Tahan dan Makanan

Pada waktu berupa benih sangat tahan thd perubahan kadar garam, bersifat

euryhaline dapat dipelihara pada tambak dg salinitas yang bervariasi Udang juga tahan terhadap perubahan suhu (eurythermal) 22 - 31 °C

Secara alami pemilihan terhadap jenis makanan sangat bervarisi tergantung pada tingkatan umur udang

- Pada waktu burayak, makanan utama plankton (fito & zooplankton) - Pada tingkat nauplius blm perlu makan karena masih ada cadangan

makanan di dalam kantong kuning telur

- Pada zoea mulai mencari makanan, krn persediaan makanan sdh habis, berupa fitoplankton : Diatomae (Skeletonema, Navicula, Amphora, dll) dan Dinoflagellatae (Tetraselmis, dll)

- Pada mysis, mulai makan zooplankton : Protozoa, Rotifera (Brachionus), anak tirip (Balanus), anak kutu air (Copepoda), dll.

- Pada tingkat post larva dan uadang muda (juvenil) selain diatas juga makan Diatomae, Cyanophyceae di dasar perairan, anak tiram, teritip, udang2an (Crustacea), cacing Annelida dan detritus (sisa hewan & tbhn membusuk) - Udang dewasa makan Moluska (kerang, tiram, siput), cacing Annelida

(8)

BIOLOGI UDANG GALAH :

Kelompok udang Palaemonid yang hidup di air tawar

Berbeda dengan udang dari famili Penaeidae, seperti udang windu dan udang putih yang hidup di air payau

Dipelihara dan dibesarkan dalam kolam dan sungai

Jenis yang dibudidayakan Macrobrachium rosenbergii (de Man)

Termasuk filum Arthropoda, kelas Crustacea, ordo Decapoda, famili Palaemonidae, dan genus Macrobrachium

Dalam siklus hidupnya menempati 2 habitat

- pada saat dewasa kelamin dan menetas menjadi plankton sampai larva stadium 11, udang galah hidup di air payau

- setelah juvenil sampai stadium dewasa lebih senang di air tawar

- setelah dewasa dan matang kelamin kembali ke air payau, karena telur hasil perkawinan setelah menetas hanya hidup di lingkungan air payau Udang galah dewasa yang hidup di alam dapat memijahkan telurnya

dalam air tawar yang berjarak puluhan kilometer dari laut, dan selanjutnya larva akan terbawa arus sungai menuju ke muara yang langsung

berhubungan dengan laut. Di muara sungai yang kondisi airnya payau, larva udang melakukan metamorfosis sampai menjadi juvenil

Bangsa

(9)

TUBUH CRUSTACEA :

(10)
(11)
(12)
(13)

Karakteristik Udang Galah

- Badan udang galah terbagi 3 bagian : kepada dan dada (cephalothoraks), badan (abdomen), dan ekor (uropoda)

- Tubuh beruas-ruas dan terbungkus kerangka luar (eksoskeleton) terbuat dari bahan chitin

- Pada bagian kepala-dada terdapat pelindung yang disebut karapas dan pada kepala bagian depan atas terdapat kerucut kepala (rostrum) yang

mennyerupai gergaji

- Bagian kepala terdiri dari 6 ruas, sepasang mata majemuk yang bertangkai terletak pada ruas pertama dan bisa digerakkan. Sungut pertama terdiri dari 3 ruas yang terletak pada ruas kedua bagian kepala dan ujungnya bercabang - Pada ruas ketiga badan terdapat sungut kedua yang berupa cemeti panjang.

Pada ruas ke 4, 5 dan 6 bagian badan terdapat rahang yang disebut

mandibula, alat pembantu rahang atas (maxilla 1), dan alat pembantu rahang

bawah (maxilla 2) merupakan anggota badan, sebagai alat untuk makan - Bagian dada terdiri 8 ruas, dimulai ruas ke 7, 8 dan 9 secara berturutan

terdapat alat pembantu rahang berjumlah 3 pasang disebut maxilliped, berfungsi sebagai alat deteksi dan memegang makanan.

- 5 ruas berikut ruas 10, 11, 12, 13, dan 14 terdapat kaki jalan (pereiopoda) Kaki jalan 1 dan 2, pada ujung ruas ke 7 disebut dactilus, menyerupai capit yang disebut chela. Capit ini berfungsi mengambil makanan yang besar

(14)
(15)

* Kepala berbentuk kerucut, rostrum melebar pada bagian ujungnya, bentuknya memanjang dan melengkung ke atas.

* Pada bagian atas terdapat gigi seperti gergaji berjumlah 12 buah dan bagian bawah 11 buah, atau patokan yang dihafal 12 ± 2 atas dan 11 ± 2 bawah

Perbedaan udang galah

dan udang galah

a. Udang galah

- pasangan kaki jalan kedua tumbuh sangat besar, kuat, bercapit besar dan panjang

- bagian perut lebih ramping - kepala berukuran lebih besar

- tubuh langsing dan keadaan ruang di bagian bawah perut sempit - alamat kelamin terletak pada pangkal kaki jalan yang kelima

b. Udang galah

- pasangan kaki jalan yang kedua tumbuh kecil, capit yang kedua lebih pendek dan mungil

- bagian perut nampak gemuk dan melebar

- kepala udang galahlebih kecil dari udang galah

- tubuh terlihat gemuk dan ruang bagian bawah perut membesar sesuai dengan kegunaannya untuk mengerami telur

(16)
(17)
(18)

* Setelah telur hasil perkawinan udang dewasa dierami di bawah perut induk, selanjutnya ditetaskan di muara sungai berair payau

* Dalam air payau telur menetas berbentuk plankton yang melayang-layang dalam air, bergerombol, berenang mendekati lingkungan yang terkena

pancaran sinar matahari

• Pada usia 2 hari plankton mengalami pergantian kulit menjadi larva stadium 1 Pada fase ini karapas masih lunak, mata belum bertangkai, rostrum

longitudinal dan telson bentuknya segitiga dengan 7 buah duri berambut, dan larva memiliki warna putih transparan

* Pada usia 3 hari mulai menjadi larva stadium 2. Pada fase ini larva sudah memiliki tangkai mata, pada telson yang berbentuk segi tiga memiliki 8 buah duri berambut dan pasangan terluar tanpa rambut, dan mulai terlihat adanya persendian dari uropoda

• Pada usia 5 hari menjadi larva stadium 3. Pada fase ini sudah dapat

diketahui pada karapas dengan rostrumsebuah gigi dorsal, telson dengan 8 pasang duri berambut yang sepasang di bagian tengah dan sepasang di bagian pinggir tak berambut, pereipoda sudah dalam kondisi lengkap

(19)
(20)

* Pada usia 9 hari berubah lagi menjadi larva stadium 4. Telson membentuk

empat persegi panjang dalam keadaan menyempit dengan 5 pasang duri

dorsal dan 2 pasang dari lateral, uropoda bercabang dua, exopoda dengan 10 duri berambut dan endopoda dengan 7 duri rambut, pereiopoda kelima sudah makin berkembang.

* Pada usia 12 hari menjadi larva stadium 5. Telson yang berbentuk empat

persegi panjang lebih menyempit ke bagian belakang, duri posterior 4 pasang, duri lateral kecil tak berambut dan sepasang duri tengah tanpa rambut,

uropoda berambut, endopoda dan exopoda hampir sama panjangnya dengan telson

• Pada usia 18 hari menjadi larva stadium 6. Telson lebih sempit dan

memanjang, uropoda lebih berkembang, endopoda dengan 16 duri berambut, chromatophora belum merata, tebal pada bagian kepala dan pada bagian

telson berwarna jingga pucat,pleopoda mulai bercabang dua dan berkembang lebih lanjut

• Pada usia 22 hari menjadi larva stadium 7. Telson lebih memanjang dan

menyempit, chromatophora meluas dengan warna biru gelap pada pereipoda 2 dan sisi ventral abdomen serta bagian pinggir dengan warna merah atau biru kekuningan, pleopoda mulai bercabang dua dan berkembang lebih lanjut

(21)

* Pada usia 25 hari menjadi larva stadium 8. Telson lebih menyempit, duri pada ujung telson hilang, pleopoda lebih berkembang dan pada cabang luar mulai berambut jarang

* Pada usia 29 hari menjadi larva stadium 9. Telson makin sempit di bagian posterior, terdapat 3 pasang duri lateral pendek, 4 pasang duri posterior dan sepasang duri tengah berambut, pigmentasi agak merata dengan warna

kuning kecoklatan

* Pada usia 34 hari menjadi larva stadium 10. Pada rostrum sudah memiliki 3-4 buah gigi dorsal, telson lebih memanjang dan menyempit, duri lateral hilang, pada pereipoda pasangan pertama dan kedua mulai berjepit, pleopoda

dengan endopoda dan exopoda berambut lebat dan tebal

* Pada usia 37 hari menjadi larva stadium 11. Fase ini merupakan batas akhir dari larva sejak menetas. Rostrum sudah memiliki gigi dorsal 9 buah, telson sempit dan memanjang, uropoda lebih berkembang dan lebih panjang dari telson

* Mulai usia 40 hari metamorfose berakhir dan larva menjadi juvenil atau udang muda yang panjangnya 8 mm, panjang karapas ± 2,5 mm, rostrum berbentuk lanset dan memiliki 11 gigi atas dan 5 gigi bawah, terdapat rambut diantara gigi, telson 2 pasang duri pada ujung posterior dengan pasangan berambut * Secara morfologi juvenil sudah mirip udang dewasa, berjalan di dasar sungai

mencari makanan hewan renik, dan menjauhi air payau menuju ke habitat air tawar. Setelah dewasa dan matang kelamin, usia 5-6 bulan kembali lagi ke air payau untuk menetaskan telurnya

(22)

Jenis Udang Air Tawar

1. Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) 2. Udang lar (Macrobrachium lar)

3. Udang palemon merah (Palaemon styliferus)

4. Udang muara (Macrobrachium equidens) 5. Udang ragang (Macrobrachium equidens)

6. Udang palemon bening (Palaemon concinnus)

(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait

PENCEGAHAN PENYAKIT & PENYEHATAN LINGKUNGAN DKK KOTA MJK JUMLAH ( KOTA) KOTA MOJOKERTO TAHUN 2010 NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH RUMAH/BANGUNAN YANG ADA RUMAH/BANGUNAN

Tujuan pokok penelitian ini ialah menemukan alur proses dan hasil pengambilan kebijakan pendidikan nasional Indonesia di era reformasi dalam upaya

Hasil penelitian ini lebih cocok menggunakan metode backprogation karena menghasilkan MSE tinggi gelombang sebesar 0,089607, MSE pasang surut air laut sebesar 0,075699 dan

Orang tua kita adalah orang yang pertama mengajarkan kita dalam pembagian dunia secara simbolis. Orientasi gender pada orang tua kita telah tertanam sehingga membuat

Berdasarkan pendekatan analisis deskriptif terhadap karakteristik pengangguran, selama periode penelitian, pengangguran di Indonesia cenderung terus meningkat atau dengan kata

Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dalam pembelajaran bermain peran antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan media video pementasan drama dan siswa yang tidak mendapat

Dengan demikian, dilihat dari aspek politik hukum pidana, hal itu merupakan kelemahan pembentuk undang-undang dalam mengantisipasi kemungkinan partai politik

Bahwa Pengesahan Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian, Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak tahun buku yang