Oleh :
Yuzarian Faulizar Pohan
3608100010
Pengelolaan Sampah Perumahan di Kawasan Pedesaan
Berdasarkan Karakteristik Tipe Perumahan dan
Karakteristik Timbulan Sampah di Kabupaten Gresik
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2012
Perkembangan kawasan pedesaan Gresik sebagai akibat dari perluasan kegiatan Kota
Surabaya di tandai dengan pertumbuhsn penduduk dan permukiman
Tidak terlayaninya pegelolaan sampah di kawasan pedesaan di karenakan keterbatasan
sarana prasarana, sarana dan prasaran dan keterbatasan dana
Pengelolaan di kawasan pedesaan yang cenderung menggunakan pola individual dalam
mengelola sampahnya yang tidak beraturan sehingga dapat berdampak negatif
Maka di perlukan arahan dalam pengelolaan sampah perumahan kawasan pedesaan di
Kabupaten Gresik untuk mengatasi permasalahan sampah
1Menganalisa tipe-tipe kawasan berdasarkan karakteristik timbulan sampah dan tipe perumahan di kawasan pedesaan perbatasan Gresik-Surabaya.
2Mengindentifikasi cara masyarakat dalam mengelola sampah di masing-masing tipe kawasan. 3Menganalisa pengelolaan sampah perumahan pedesaan di masing-masing tipe kawasan.
4Menyusun arahan pengelolaan sampah perumahan di kawasan pedesaan di perbatasan Gresik-Surabaya untuk megatasi permasalahan sampah yang ada.
Arahan pengelolaan sampah perumahan di kawasan pedesaan di Kabupaten Gresik
Latar Belakang
Tujuan Sasaran
PENDAHULUAN
Peningkatan
Potensi Bencana
Polusi Udara
Penurunan
Kualitas Air Tanah
Klasifikasi Tipe Permukiman
Pola Permukiman dan Lingkungan Hidup
Pasal 5 Peraturan Mentri Nomer 11 Tahun 2008 (Jumlah Penduduk; Jumlah Rumah; Tingkat kepadatan Penduduk dan Tingkat Kepadatan Rumah)
Menurut Doxiadis (1974) beberapa faktor yang mempengaruhi pola lingkungan hidup perumahan adalah alam, manusia, masyarakat, ruang kehidupan dan jaringan. Berbeda dengan itu, Amelia (2007) memaparkan bahwa pola lingkungan hidup perumahan dipengaruhi oleh geografis alam, buatan manusia dan faktor lokasi.
KAJIAN PUSTAKA
Jenis Perumahan
Karakteristik Timbulan Sampah Perumahan
Jenis-Jenis Sampah Kastaman, dkk (2007) dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :• Sampah Basah
• Sampah Kering • Sampah Lembut Menurut Slamet (2000) : • Jumlah Penduduk • Keadaan Sosial • Kemajuan Teknologi Faktor yang Mempengaruhi Timbulan Sampah
Sedangkan menurut Kodoatie (2003) : • Sampah Organik
• Sampah Anorganik Menurut Tchobanoglous (1993) :
• Pengurangan sumber dan pendaur ulangan sampah • Perilaku masyarakat dan peraturan /perundangan • Faktor fisik dan geografis
Pengelolaan dan Jenis Pengelolaan Sampah
Jenis pengelolaan sampah (menurut BALITBANGDA Kab. Gresik, 2004) : • Pola Komunal
• Pola Individual
Elemen Pengelolaan Sampah Perumahan
Elemen Pengelolaan Sampah
(Kastaman, 2007) aspek pengelolaan sampah meliputi: • Aspek teknis operasional • Aspek kelembagaan
• Aspek hukum dan peraturan • Aspek pembiayaan
• Aspek peran serta masyarakat
Objek sampah Teknik Operasional Kelembagaan Peran Serta Masyrakat Pembiayaan Hukum dan Peraturan
Teknik operasional pengelolaan sampah menurut BALITBANGDA Kab. Gresik (2004) terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir harus bersifat terpadu.
1. Pewadahan Sampah
2. Pengumpulan/Pemindahan Sampah 3. Pengangkutan Sampah
4. Pengelolaan Sampah 5. Pembungan Akhir
NO Aspek Teori Indikator Variabel Sub Variabel
1. Jenis Perumahan
Tipe-Tipe Perumahan
Fisik Perumahan Pedesaan
Tingkat Kepadatan Terbangun Tingkat Kepadatan Perumahan Jumlah Rumah
-Guna Lahan Perumahan Luasan Penggunaan Lahan Perumahan Pola Lingkungan Hidup Perumahan Pedesaan Kependudukan Desa Jumlah Penduduk -Tingkat Kepadatan Penduduk -Jumlah Penduduk Menurut Mata
Pencaharian
Jumlah Penduduk yang Bermata Pencaharian di Bidang Pertanian Jenis Perumahan Pedesaan Permukiman Organik Luas Perkampungan
Permukiman Terencana Luas Kompleks Perumahan Jenis-Jenis Sampah Jenis Sampah Perumahan
Pedesaan
Jumlah Sampah Organik -Jumlah Sampah Anorganik
-2. Cara Masyarakat dalam Mengelola Sampah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulan Sampah dan Pengelolaan Sampah Perumahan
Sosial Masyarakat dalam Mengelola Sampah
Prilaku Masarakat dalam Mengelola Sampah
Prilaku Masyarakat dalam Mengurangi Sampah Persepsi Masyarakat tentang
Sampah
Tradisi Masyarakat Mengelola Sampah
Budaya Masyarakat dalam Membuang Sampah Jenis Pengelolaan
sampah
Pengelolahan Sampah Perumahan Pedesaan
Jenis Pengelolaan Sampah Perumahan Pedesaan Pola Individual Pola Komunal 3 Pengelolaan Sampah Elemen Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah Perumahan Pedesaan
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perumahan Pedesaan
Pewadahan Sampah Pengolahan Sampah
Pengumpulan/ Pemindahan Sampah Pengangkutan Sampah
Pembuangan Akhir
Pendekatan Penelitian Jenis Penelitian Penlitian Deskriptif
METODOLOGI PENELITIAN
- Pendekatan Rasionalisme - Pendekatan Empiri Sensual
NO Indikator Variabel Sub Variabel Alat Analisa Hasil Analisa
Variabel Sasaran 1 : Menganalisis tipe-tipe kawasan berdasarkan karakteristik timbulan sampah dan tipe perumahan di kawasan pedesaan di Kabupaten Gresik.
1. Fisik Pedesaan Tingkat Kepadatan Perumahan - Analisis Cluster Pembagian wilayah penelitian
menjadi beberapa tipe kawasan berdasarkan tipe perumahan dan karakteristik sampah
Jumlah Rumah
-Kependudukan Jumlah Penduduk
-Tingkat Kepadatan Penduduk
-Sosial Masyarakat Pedesaan
Jumlah Penduduk yang Bermata Pencaharian di Bidang Pertanian
-Jenis Perumahan
Pedesaan
Permukiman Organik Luas Perkampungan
Permukiman Terencana Luas Kompleks Perumahan
Jenis Sampah
Perumahan Pedesaan
Jumlah Sampah Organik
-Jumlah Sampah Anorganik
-Variabel Sasaran 2 : Indentifikasi cara pengelolaan sampah di masing-masing tipe kawasan permukiman.
2 Sosial Masyarakat dalam Mengelola Sampah
Prilaku Masarakat dalam Mengelola Sampah
Prilaku Masyarakat dalam Mengurangi Sampah
Analisis Deskriptif Mengetahui cara pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dimasing-masing tipe kawasan
Persepsi Masyarakat tentang Sampah Tradisi Mengelola Sampah Budaya Membuang Sampah Jenis Pengelolaan
Sampah Perumahan Pedesaan
Penggunaan Pola Pengelolaan Sampah Perumahan Pedesaan
Pola Individual Pola Komunal
Variabel Sasaran 3 : Menganalisa Pengelolaan Sampah Perumahan Pedesaan di Masing-masing tipe kawasan
3. Hasil Analisa Sasaran satu Tipe Kawasan Analisis Deskriptif
dengan Metode
Teoritical Judgement
Pengelolaan sampah kawasan pedesaan di Perbatasan Gresik-Surabaya
Hasil Identifikasi Sasaran dua Cara Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Masing-masing tipe kawasan
Variabel Sasaran 4 : Menyusun arahan pengelolaan sampah perumahan di kawasan pedesaan di Kabupaten Gresik untuk megatasi permasalahan sampah yang
ada. 4. Pengelolaan Sampah
Perumahan Pedesaan
Elemen Pengelolaan Sampah
Perumahan Pedesaan
Pewadahan Sampah Analisis Triangulasi
Analisa Stakeholder
Arahan pengelolaan sampah perumahan dimasing-masing tipe kawasan berdasarkan pembagaian cluster dan cara pengelolaan sampah oleh masyarakatnya
Pengumpulan/ Pemindahan Sampah Pengangkutan Sampah
Pengelolaan Sampah Pembungan Akhir
Kecamatan Cerme terdiri dari 25 kelurahan. Secara administratif berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Duduksampeyan dan Kebomas
Sebelah Timur : Kecamatan Kebomas dan Kota Surabaya
Sebelah Barat : Kecamatan Benjeng Sebelah Selatan : Kecamatan Menganti
Kecamatan Menganti terdiri dari 22 kelurahan. Secara administratif berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Cerme Sebelah Timur : Kota Surabaya
Sebelah Barat : Kecamatan Kedamean dan Kecamatan Cerme
Sebelah Selatan : Kecamatan Driyorejo dan Kecamatan Kedamean
GAMBARAN WILAYAH STUDI
Tahun Pertumbuhan Jumlah penduduk
2001 52.564 2002 53.778 2003 54.034 2004 54.552 2005 92.882 2006 93.207 2007 103.765 2008 106.067 2009 107.148 2010 111.659
Tahun Pertumbuhan Jumlah penduduk
2001 58.283 2002 28.814 2003 60.096 2004 60.500 2005 63.015 2006 63.979 2007 65.429 2008 68.411 2009 70.126 2010 71.655 Desa Kecamatan Menganti Luas Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Pranti 2,64 2.878 848 Bringkang 3,43 4.550 1.311 Mojotengah 2,39 3.562 989 Menganti 4,24 8.271 2.247 Hulaan 4,03 7.490 2.010 Sidowungu 3,18 6.912 1.854 Setro 5,23 5.671 1.592 Laban 3,14 7.455 2.060 Pengalangan 5,01 5.577 1.629 Randupandangan 3,18 4.191 1.100 Drancangan 2,3 2.956 748 Palemwatu 2,05 4.419 1.179 Sidojangkung 2 6.735 1.836 Domas 2,88 5.236 1.375 Gadingwatu 3,18 4.911 1.354 Beton 3,09 3.219 938 Putatlor 2,18 3.327 890 Boteng 2,37 5.264 1.475 Boboh 2,68 3.334 959 Gempolkurung 3,55 6.251 1.715 Kepatihan 3,71 6.837 1.807 Hendrosari 1,62 2.484 677 Desa Kecamatan Cerme Luas Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Dadapkuning 1,55 1.740 383 Ngembung 1,77 2.244 468 Sukoanyar 2,97 3.568 760 Morowudi 2,52 3.636 876 Guranganyar 2,08 2.324 467 Dampaan 0,96 1.359 270 Dooro 0,83 974 186 Lengkong 0,64 1.029 203 Kandangan 5,02 4.077 968 Dungus 3,37 2.829 570 Ngabetan 2,84 2.667 701 Betiting 1,48 3.560 1.428 Iker-iker Geger 2,09 2.108 481 Cerme Kidul 2,96 5.740 1.356 Pandu 2,41 1.967 433 Jono 2,34 1.702 430 Tambak Beras 5,23 1.924 420 Cerme Lor 1,96 3.782 578 Cagakagung 0,99 1.879 418 Semampir 3,34 2.520 558 Kambingan 3,46 2.369 504 Wedami 3,76 3.952 778 Gedangkulut 4,74 5.025 1.062 Pedeg 5,39 2.432 570 Banjarsari 7,02 6.258 1.576
KECAMATAN MENGANTI
KECAMATAN CERME
JUMLAH PEBDUDUK MENURUT
MATA PENCAHARIAN
Proporsi Guna Lahan
Penggunaan tanah faktual di wilayah penelitian adalah perumahan, tanah belum terbangun (tanah kering, sawah, tambak), perdagangan dan jasa, industri pergudangan, ruang terbuka hijau dan makam, serta fasilitas umum.
GAMBARAN WILAYAH STUDI
Kondisi Permukiman Kecamatan Menganti
Perkembangan lahan permukiman cenderung mengikuti jalan utama dan mendekati pusat-pusat fasilitas umum yang terletak di pusat-pusat kecamatan mendekati fasilitas perkoataan. Namun, dilihat dari pola perkembangan perumahan yang ada sekarang, maka pola perkembangan perumahan tidak lagi berpola linier mengikuti jalan tetapi mulai menyebar dan membentuk
pusat-pusat tertentu. Jenis perumahan di wilayah penelitian berupa
perumahan permanen, campuran permeanen dan semi permanen.
Wilayah/
Kecamatan Karakteristik
Menganti
Perumahan transisi, dimana terdapat 2 karakter perumahan yang muncul di kawasan tersebut yaitu permukiman formal dan no formal yang terdapat di sepanjang arteri. Dominasi penggunaan lahannya adalah perumahan dan pertanian
Karakteristik permukiman yang ada di Kecamatan Cerme berkembang secara mengelompok dan juga secara linear
mengikuti jaringan jalan yang ada. Kondisi bangunan di
Kecamatan Cerme pada umumnya telah didominasi oleh
bangunan permanen. Wilayah/
Kecamatan Karakteristik
Cerme
Permukiman transisi dimana terdapat 2 karakter permukiman yang muncul di kawasan tersebut yaitu permukiman non formal yang terdapat di bagian dalam kawasan serta permukiman formal yang terdapat di sepanjang jalan arteri. Dominasi pengunaan lahannya adalah perdagangan dan perikanan atau tambak.
GAMBARAN WILAYAH STUDI
0 500 1000 1500 2000 Dadapkuning Ngembung Sukoanyar Morowudi Guranganyar Dampaan Dooro Lengkong Kandangan Dungus Ngabetan Betiting Iker-iker Geger Cerme Kidul Pandu Jono Tambak Beras Cerme Lor Cagakagung Semampir Kambingan Wedami Gedangkulut Pedeg BanjarsariKepadatan Rumah di Kecamatan Cerme dan Menganti
0 500 1000 1500 2000 2500 Pranti Bringkang Mojotengah Menganti Hulaan Sidowungu Setro Laban Pengalangan Randupandangan Drancangan Palemwatu Sidojangkung Domas Gadingwatu Beton Putatlor Boteng Boboh Gempolkurung Kepatihan Hendrosari
Kecamatan Cerme kondisi eksisting pengelolaan sampah juga belum cukup memadai hal ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat tergolong rendah pada sektor ini, hal ini karena di beberapa titik masih terdapat timbunan sampah pada tempat-tempat terbuka yang bukan diperuntukkan sebagai TPS. Ada pula yang memanfaatkan saluran drainase sebagai sarana untuk membuang sampah sehingga akan membuat saluran ini tersendat-sendat.
Wilayah Kecamatan Menganti Saat ini untuk saat ini belum mempunyai sistem pengelolaan dan pembuangan sampah, sebagian besar sampah yang dihasilkan dari rumah tangga masih dibuang pada sembarang tempat. Pembuangan dilakukan pada lahan-lahan kosong yang kemudian ditimbun atau dibakar. Selain itu, sampah juga dibuang oleh warge ke saluran air dimana saluran pematusan di wilayah perencanaan antara lain adalah saluran primer yaitu Kali Lamong; saluran sekunder yang saat ini sebagian besar masih menyatu dengan saluran irigasi dan saluran tersier berupa saluran tepi jalan dan got-got kecil di kawasan permukiman.
Sosial Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Sampah
Organik
63%
Sampah
Anorgnaik
37%
Sampah
Organik
57%
Sampah
Anorgnaik
43%
KECAMATAN MENGANTI
KECAMATAN CERME
TIMBULAN SAMPAH
SASARAN 1
(Menganalisa tipe-tipe kawasan berdasarkan karakteristik timbulan sampah dan tipe
perumahan di kawasan pedesaan kabupaten Gresik)
Menggunakan analisis Cluster untuk mengelompokkan obyek berdasarkan karakteristik timbulan sampah dan tipe perumahan di kawasan pedesaan kabupaten Gresik
Variabel Karakteristik
Cluster 1
Karakteristik
Cluster 2
Tingkat Kepadatan
Perumahan Tinggi Rendah Jumlah Rumah Tinggi Rendah
Jumlah Penduduk Tinggi Rendah
Tingkat Kepadatan
Penduduk Tinggi Rendah Jumlah Penduduk yang
Bermata Pencaharian di Bidang Pertanian
Tinggi Rendah
Permukiman Organik Tinggi Rendah
Permukiman Terencana Tinggi Rendah
Jumlah Sampah Organik Tinggi Rendah
Jumlah Sampah
Anorganik Tinggi Rendah
Cluster 1 (memiliki karakteristik dari
masing-masing variabel ‘tinggi’ dalam arti desa yang ada di Cluster 1 memiliki memiliki karakteristik tingkat kepadatan rumah, jumlah rumah, jumlah penduduk, tingkat kepadatan penduduk jumlah penduduk yang bermata pencaharian dibidang pertanian, luas perumahan organik, luas perumahan terencana, jumlah sampah, dan jumlah sampah anorganik dalam kategori ‘tinggi’)
Cluster 2 (memiliki karakteristik
dari masing-masing variabel ‘rendah’ dengan dalam arti desa yang ada di Cluster 1 memiliki memiliki karakteristik tingkat kepadatan rumah, jumlah rumah, jumlah penduduk, tingkat kepadatan penduduk jumlah penduduk yang bermata pencaharian dibidang pertanian, luas perumahan organik, luas perumahan terencana, jumlah sampah, dan jumlah sampah anorganik dalam kategori ‘rendah’.
Cluster Nama Desa
Cluster 2 Cagakagung Cerme Lor Dadapkuning Dampaan Dooro Dungus Gedangkulut Guranganyar Iker-iker Geger Jono Kambingan Kandangan Lengkong Morowudi Ngabetan Ngembung Pandu Pedeg Semampir Sukoanyar Tambak Beras Wedami Beton Boboh Drancangan Hendrosari Mojotengah Pranti Putatlor Randupand
Cluster Nama Desa
Cluster 1 Banjarsari Betiting Cerme Kidul Boteng Bringkang Domas Gadingwatu Gempolkurung Hulaan Kepatihan Laban Menganti Palemwatu Pengalangan Setro Sidojangkung Sidowungu
SASARAN 2
(
Mengindentifikasi cara masyarakat dalam mengelola sampah di masing-masing tipe
kawasan)
Melalui hasil pengajuan kuisoner kemudian dijabarkan menggunakan analisa deskripsi
Variabel Cluster 1 Cluster 2
Prilaku Masyarakat dalam Mengurangi Sampah
• Cenderung melakukan pengelolaan sampah tidak dengan cara mengubur sampah
• Sebagian besar memiliki tempat pewadahan sendiri
• tidak dilakukan dengan cara mengubur sampah • sebagian besar membakar dan membuang kelahan
kosong/saluran air.
• hanya sebagian kecil masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah
Persepsi Masyarakat Tentang Sampah
• Sampah dipandang sebagai barang yang sudah tidak dapat digunakan dan harus dibuang.
• Sampah merupakan sumber penyakit, pencemaran lingkungan dan penyebab banjir apabila tidak dikelola dengan baik.
• pengelolaan dan pendaur ulangan sampah merupakan hal yang penting.
• Sampah dipandang sebagai barang yang sudah tidak dapat digunakan dan harus dibuang.
• Sampah merupakan sumber penyakit, pencemaran lingkungan dan penyebab banjir apabila tidak dikelola dengan baik. • pengelolaan tidak terlau dibutuhkan hal ini karena lahan yang
tersedia masih cukup luas sehingga masyrakat dapat melakukan pengelolaan sampah dengan cara membakar dan mengubur sampah. namun,sebagian masyarakan setuju dengan adanya pendaur ulangan sampah.
Tradisi Mengelola Sampah
• mengelola sampah karena beberapa kompleks perumahan sudah menerapkan pengelolaan sampah dengan cara pewadahan masing-masing dengan tempat sampah per rumah tangga yang diangkut oleh petugas kebersihan yang disewa oleh pihak pengembang. • pada perkampungan hanya menggunakan pewadahan
yang ada di masing-masing rumah kemudian di bakar.
• membakar sampah karena masih luasnya lahan tidak terbangun yang ada di Cluster 2
• tidak adanya pewadahan pada masing-masing rumah • tidak adanya tempat pembuangan sampah sementara yang
dapat dijangkau. Sehingga pengelolaan sampah di Cluster 2 cenderung mengelola sampahnya dengan cara individual. Namun, ada sebagian kecil masyrakatnya yang sudah melakukan pengelolaan sampah.
Budaya Membuang Sampah
• Budaya mengelola sampah, karena memiliki wadah di setiap rumah
• sebagian kecil melakukan pewadahan kemudian sampah tersebut dibakar.
• Budaya membakar dan membuang sampah dilahan
kosong/saluran air karena tidak adanya sistem pewadahan sampah di setiap rumah, sehingga sampah di kumpulkan kemudian di bakar,
• sebagian kecil masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah
CLUSTER 1
Dari penjelasan tentang variabel dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan sampah di Cluster 1 sebagian besar
masyarakat
mengelola
sampahnya
dengan
menggunakan
pengelolaan
yang
disediakan
oleh
pengembang perumahan ataupun kebijakan dari warga
sekitar itu sendiri. Namun, masih sebagian masyarakat
ada
pula
yang
belum
mendapatkan
fasilitas
pengangkutan sampah. sebagian masyarakat juga
menganggap sampah merupakan barang yang masih
bisa digunkanan. Kemudian untuk pengelohan dan
pengumpulan sampah masih belum ada walaupun
sebagian
kecil
pengembang
perrumahan
sudah
menyediakannya.
Dengan
dapat
disimpulkan
kecenderungan pola yang digunakan oleh masyarakat di
Cluster 1 adalah “Pola Komunal”
CLUSTER 2
Dari penjelasan tentang variabel cara masyarakat dalam
mengelola
sampah
dapat
disimpulkan
bahwa
pengelolaan sampah di Cluster 2 sebagian besar
masyarakat mengelola sampahnya dengan membakar
dan membuang sampah dilahan kosong/saluran air
sebagian kecil masyarakat masih mengubur sampahnya.
Cluster 2 yang didominasi oleh perkampungan masih
belum mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah.
Sebagian masyarakat juga berpendapat bahwa sampah
merupakan barang yang tidak dapa digunakan kembali.
Pengangkutan sampah masih belum dilakukan oleh
masyarakat, dan belum ada pemisahan dan pengolahan
sampah.
Dengan
begitu
dapat
disimpulkan
kecenderunganpola yang digunakan oleh masyarakat di
Cluster 2 adalah “Pola Individual”
SASARAN 3
(
Menganalisa Pengelolaan Sampah Perumahan Pedesaan di Masing-Masing Tipe Kawasan)
Penentuan pengelolaan sampah perumahan berdasarkan tipe perumahan dan karakteristik sampah dilakukan berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian pada sasaran-sasaran sebelumnya menggunakan analisis deskriptif dengan metode teoritical judgement. Literatur yang digunakan adalah :
1. Integreted Solid Waste Management-Engineering Priciples and Management Issues, Tchobanoglous Dkk, 1993. McGraw-Hill, Inc. United States
2. Panduan Masyarakat Untuk Kesehatan Lingkungan 396-417, Jeff Conant Dkk, 2009. Ketika Tidak Ada Dokter. California.
Variabel Cluster 1 Cluster 2
Pewadahan Sampah
• Pewadahan sampah secara individual maupun komunal • Disetiap tempat sampah diharapkan menggunakan dua
tempat sampah untuk kemudahan dalam memilah sampah menurut jenis sampah
• Keberadaan pemulung dapat membantu dalam pemilahan sampah
• Dilakukan menggunakan lubang pembuangan sampah yang dilakukan secara individual maupun komunal.
• Karena memiliki lahan yang cukup luas sehingga masih
memungkinkan untuk melakukan penguburan dan pembakaran sampah.
• penguburan dan pembakaran sampah harus dilakukan
sesuaidengan peraturan yang berlaku sehingga tidak merugikan. • Lubang yang dibuat memiliki dua lubang sehingga masyarakat
dapat memilah sampah dan memisahkannya menjadi sampah organik dan anorganik.
Pengolahan Sampah
• Dilakukan dengan pembuatan kompos yang dilakukan dengan metode takakura karena adanya keterbatasan lahan.
• Barang yang masih bisa digunakan dapat dijual kembali atau didaur ulang untuk mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi.
• Dilakukan dengan pengomposan yang dilakukan secara alami dengan mengubur sampah organik dipekarangan rumah karena pada umumnya perumahan di Cluster 2 masih memiliki
pekarangan yang cukup luas
• Kemudian sampah yang masih bisa digunakan dapat digunakan kembali atau didaur ulang untuk kemudian dijual kembali. Pengumpulan
/Pemindahan Sampah
Menggunakan kendaraan mesin atau non mesin yang dilakukan oleh petugas bayaran atau yang disediakan oleh pengembang perumahan. Pengumpulan/ pemindahan sampah dilakukan menuju TPS terdekat.
Pengangkutan Sampah
Proses pengangkutan sampah dilakukan dari sumber sampah menuju TPS. Oleh karena dibutuhkan fasilitas TPS yang dapat dijangkau dan untuk pengembang perumahan diwajibkan membangun TPS dimasing-masing perumahan sedangkan perumahan yang tidak ada pengembang dapat disediakan TPS oleh pemerintah setempat.
Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir sampah dilakukan di TPS setempat dengan penentuan lokasi TPS dan teknis pengolahan di TPS dilakukan dengan merujuk kepada peraturan yang berlaku di Kabupaten Gresik. Penyediaan TPS yang dibarengi dengan kegiatan daur ulang dan pembakaran di TPS. Daur ulang dilakukan bagi sampah yang dapat di daur ulang dan sampah yang tidak dapat di daur ulang dapat dibakar.
Aspek
Aspek Penunjang Pengelolaan Sampah
Aspek
kelembagaan
Penguatan kelembagaan dilakukan oleh pemerintah daerah melalui pemerintah desa/kecamatan.
Penguatan dapat dilakukan dengan memperbaiki kewajiban pegawai dalam pengelolaan sampah dan/atau
membentuk komunitas berupa LSM yang terdiri dari masyarakat.
Aspek
Pembiayaan
Pembiayaan didapatkan dengan menerapkan tarif retribusi kepada masyarakat yang menerima pengelolaan
sampah. namun, dalam penarikannya dapat diterapkan dengan menggunakan metode subsidi silang
dengan menarik lebih besar pada masyarakat yang bermukim di kompleks perumahan untuk menutupi
pengeluaran yang dilaksanakan di perumahan organik
Aspek Peran
Serta
Masyarakat
Peran masyarakat lebih dititk beratkan untuk mengurangi timbulan sampah dan melakukan pengolahan
pada sumbernya sehingga dapat mereduksi volume sampah yang masuk ke TPS dan TPA. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan melalukan binaan dalam pengolahan sampah yang salah satunya dilakukan dengan
pelatihan dan sosialisasi dalam mengelola sampah.
Aspek Hukum/
Perundang-undangan
Perundang-undangan dibutuhkan sebagai regulasi dalam pengelolaan sampah terkait dengan maslaha
teknis maupun isntentif dan disinsentif yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah. masyarakat dan
lembaga dapat menjadi pemantau dalam penerapan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Pewadahan sampah perumahan secara umum dapat dilakukan dengan bantuan masyarakat dimana masyarakat
diharapkan dapat memilah sampah yang dihasilkan disumber sampah. Pewadahan sampah pertanian dapat
dilakukan dengan cara membiarkan sampah yang mudah terurai dan sampah yang sulit terurai dapat
dikumpulkan menjadi satu di tempat yang sudah disediakan.
Pengolahan sampah dapat dilakukan di sumber sampah atau di TPS terdekat, pengolahan dapat dilakukan
dengan cara daur ulang dan membuat kompos. Sedangkan sampah yang tidak dapat diolah dapat dibakar .
Kemudian untuk sampah pertanian dapat diolah dengan menjadikannya humus dan membakarnya.
SASARAN 4
(Menyusun Arahan Pengelolaan Sampah Perumahan di Kawasan Pedesaan di Kabupaten
Gresik)
Menggunakan analisa triangulasi untuk dapat memperkuat hasil temuan dalam penelitian ini
Hasil Analisa
Instrumen Perundang-undangan
Pendapat Stakeholder
Peraturan yang digunakan adalah UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang didukung oleh Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Tumah Tangga, dan Perda Kabupaten Gresik Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah. dan Stakeholder yang digunakan adalah masyarakat, pemerintah dan akademisi.
Pewadahan Sampah
Arahan Pengelolaan Sampah Perumahan Kawasan Pedesaan di Perbatasan Gresik-Surabaya yang dihasilkan
1. Pewadahan sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah tergantung dari jenis sampah yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Sampah pertanian dapat dibiarkan di ladang untuk sampah yang mudah terurai
3. Sampah yang sukar terurai dikumpulkan ditempat yang sudah disediakan untuk sampah yang sukar terurai. Cluster 2
1. Membuat lubang pembuangan sampah untuk sampah basah dan tempat sampah non permanen untuk sampah kering yang dilakukan dihalaman rumah atau lahan kosong secara individual maupun komunal.
Cluster 1
1. Menyediakan tempat sampah non permanen yang dilakukan secara komunal.
2. Untuk kompleks perumahan, pihak pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah.
Pengumpulan/ Pemindahan
Sampah
Arahan Pengelolaan Samph Perumahan Kawasan Pedesaan di Kabupaten Gresik yang dihasilkan
Cluster 1 dan 2
1. Pengumpulan dapat dilakukan di TPS setempat atau stasiun peralihan.
2. Di TPS juga dapat dilakukan pengolahan sampah berupa daur ulang maupun pengomposan.
Pengolahan Sampah
Cluster 2
1. Pengomposan dengan metode lubang anaerob yang dilakukan secara individual dihalaman rumah atau dilahan kosong dilingkungan sekitar secara komunal
2. Masyarakat melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu
3. Sampah yang dapat didaur ulang dilakukan daur ulang di TPS setempat
Arahan Pengelolaan Sampah Perumahan Kawasan Pedesaan di Kabupaten Gresik yang dihasilkan
1. Pengolahan sampah dimulai disumber sampah dengan memanfaatkan peran serta masyarakat 2. masyarakat diharapkan dapat memilah sampah di sumber sampah
3. Sampah pertanian dapat diolah dengan menyebarkannya di ladang pertanian dan membiarkannya menjadi humus 4. Sampah yang sukra terurai dapat diolah dengan mengumpulkan sampah di satu tempat yang disediakan untuk
kemudian dibakar. Cluster 1
1. Pengomposan dapat dilakukan dengan metode takakura secara komunal
2. Masyarakat melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu
3. Sampah yang dapat didaur ulang dilakukan daur ulang di TPS setempat
Pengangkutan Sampah
Arahan Pengelolaan Sampah Perumahan Kawasan Pedesaan di Kabupaten Gresik yang dihasilkan
Cluster 1 dan 2
1. Pengangkutan sampah dilakukan dengan mengangkut dari sumber sampah menuju TPS.
2. Pangangkutan dilakukan oleh masyarakat secara individual atau oleh petugas yang di sewa oleh pemerintah dan/atau masyarakat sekitar.
3. Frekuensi pengangkutan sampah di cluster 1 dapat di angkut setiap 3-4 kali disetiap minggu 4. Frekuensi pengangkutan sampah di cluster 2 dapat diangkut 1-2 kali disetiap minggu.
Pemrosesan Akhir Sampah
Arahan Pengelolaan Sampah Perumahan Kawasan Pedesaan di Kabupaten Gresik yang dihasilkan
Cluster 1 dan 2
1. Pengurangan sampah pada sumber sampah harus digalakkan.
2. Pengomposan dilakukan di sumber sampah maupun di TPS/TPST/TPS 3R.
3. Pengurangan sampah dapat dilakukan dengan sedini mungkin sehingga sampah tidak sampai di TPA.
SASARAN 4
(
Menyusun Arahan Pengelolaan Sampah Perumahan di Kawasan Pedesaan di Kabupaten
No Aspek Arahan Penguat Pengelolaan Sampah Perumahan di Kawasan Pedesaan di Perbatasan Gresik Surabaya 1. Instrumen Hukum/ Perundang-undangan
a) Menentukan strategi dan kebijakan dalam pengelolaan sampah yang memuat arahan pengurangan dan penanganan sampah
b) Menyusun rencana induk dan studi kelayakan dalam pengelolaan sampah. c) Penggalakan penerapan insentif dan disinsentif
2. Kelembagaan
a) Kelembagaan pengelolaan sampah adalah lembaga baik formal maupun tidak formal yang bernaung dalam pengelolaan sampah.
b) Lembaga pengelolaan sampah terdiri dari masyarakat, swasta (jika diperlukan), dan masyarakat. c) Pengikutsertaaan tokoh masyarakat dalam kelembagaan.
d) Peran kelembagaan sendiri selain sebagai pelaksana juga dapat sebagai pemantau dan pemberi evaluasi dari proses teknis ataupun non teknis dalam pengelolaan sampah yang berjalan.
e) Lembaga masyarakat juga dapat berperan aktif menjadi mediator dalam memberikan sosialisasi dan pelatihan untuk mengelola sampah kepada masyarakat.
3. Pembiayaan
a) Pembiayaan digunakan dalam pelaksaan operasional pengelolaan sampah dan pengadaan fasilitas pengelolaan sampah b) Pengadaan pemiayaan dilakukan dengan menarik retribusi
c) Penggunaan sistem silang dalam penarikan retribusi antara penduduk perkampungan dan masyarakat kompleks perumahan dibedakan dari segi jumlah retribusi yang ditarik.
4. Peran Serta Masyarakat
a) Peran serta masyarakat dapat berupa ikut serta dalam pemilahan dan pengolahan sampah ataupun pembayaran retribusi yang dikenakan bagi masyarakat yang mendapatkan pengelolaan.
b) Peran masyarakat dapat dimulai dari pemilahan sampah di sumber sampah, atau ikut mengelola sampah baik di sumber sampah ataupun secara komunal di TPS.
c) Pengelolaan sampah dikawasan pedesaan dititik beratkan pada pengelolaan mandiri disumber sampah oleh masyarakat itu sendiri.
d) Diperlukan sosialisai dan pelatihan dalam mengelola sampah yang baik dan benar. e) Mengajak tokoh masyarakat dalam mengajak warga untuk berartisipasi.