1 PENGARUH PELAKSANAAN DIKLAT DAN PENGALAMAN MENGAJAR
TERHADAP KEMAMPUAN MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PADA DIKLAT GURU MATA PELAJARAN IPS
MADRASAH TSANAWIYAH TINGKAT DASAR 2014
Oleh :
Drs. Rudi Hariyono, M.Pd Widyaiswara Madya BDK Surabaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : a) mengetahui apakah pelaksanaan diklat berpengaruh terhadap kemampuan peserta dalam membuat RPP; b) untuk mengetahui apakah pengalaman mengajar berpengaruh terhadap kemampuan peserta dalam membuat; c) untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan diklat dan pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat RPP. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis analisis regresi. Data diambil dari peserta diklat Guru Mata Pelajaran IPS MTs tahun 2014 dengna sampel sebanyak 21 orang. Dari pengolahan dan analisis data disimpulkan pelaksanaan diklat berpengaruh terhadap kemampuan peserta dalam membuat RPP, pengalaman mengajar peserta berpengaruh terhadap kemmapuan membuat RPP. Pelaksanaan diklat dan pengalaman mengajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap kemmapuan mmebuat RPP. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar peserta diklat berkolaborasi dengan peserta lain dengan spesialisasi yang sama sehingga memperkaya kemampuan yang dimilikinya, soal yang diberikan kepada peserta diklat haruslah soal yang divalidasi fasilitator pengampu diklat terkait dan fasilitator hendaknya benar-benar menerapkan pola pembelajaran andragogi dan memaksimalkan standar kompetensi yang diharapkan.
Kata Kunci : pendidikan dan pelatihan (diklat) pengalaman mengajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Dasar Negara RI mengisyaratkan bahwa pendidikan nasional merupakan suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab. Suatu tingkat pencapaian yang sangat ideal dan tentunya membutuhkan usaha yang tidak mudah untuk meraihnya.
2 Sebagai sebuah sistem, ada banyak faktor didalamnya yang berperan diantaranya adalah guru. Guru sering dianggap sebagai ujung tombak dan penanggung jawab keberhasilan pelaksanaan pendidikan di suatu tingkat satuan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 mengatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan tugas utama yang sedemikian banyak dan komplek tentunya diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang memadai agar tugas yang dibebankan tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Kemerosotan pendidikan kita sudah terasakan selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya.Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994.Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru.(Sumargi, 1996) Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya. Misalnya guru Georafi dapat mengajar Sejarah atau Ekonomi.Ataupun guru IPS dapat mengajar PPKn. Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan.Banyak diantaranya yang tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas (Dahrin, 2000).
Di sisi lain, sering dijumpai adanya guru yang kurang mampu menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik. Kekurangmampuan tersebut
3 disebabkan karena ketidaktahuan mereka terhadap prosedur kerja yang seharusnya mereka lakukan.Disamping itu, kemudahan mengakses bagi para guru untuk secepatnya mengetahui perubahan kebijakan oleh pengambil keputusan tidak terfasilitasi, apalagi bagi mereka yang mengajar di tempat terpencil.Sehingga, mereka sering terlambat untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi.Di sinilah, balai diklat khususnya Balai Diklat Keagamaan Surabaya sebagai kepanjangan tangan dari Kementerian Agama memiliki fungsi yang strategis dalam memberdayakan para guru tersebut melalui serangkaian kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan.
Sebuah kegiatan, apabila telah selesai dilaksanakan kiranya perlu untuk dilakukan suatu proses evaluasi dalam rangka menentukan seberapa besar tingkat keberhasilannya, tidak terkecuali proses pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Surabaya. Evaluasi yang dimaksud tidak hanya mencakup output akan tetapi juga outcomenya. Hal tersebut sejalan kebijakan ketujuh tentang kebijakan dalam pemantauan dan pemberdayaan alumni disebutkan bahwa perlu adanya evaluasi pasca diklat.Hal ini bisa dimaknai bahwa para alumni diklat perlu dipantau apakah mereka telah melakukan perubahan minimal terhadap dirinya sendiri setelah mereka kembali ke lingkungan kerja masing-masing.
Dari hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang “PENGARUH PELAKSANAAN DIKLAT DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MEMBUAT RPP PADA DIKLAT GURU MATA PELAJARAN IPS MADRASAH TSANAWIYAH TINGKAT DASAR TAHUN 2014”
2. Identifikasi Masalah
Pelaksanaan diklat sangat mempunyai arti yang penting bagi peningkatan kualitaskerja guru dalam meningkatkan profesionalnya dalan mengajar. Salah satu dalam pelaksanaan tugas guru yang sangat penting adalah membuat perencanaan.
4 Agar pembuatan perencanaan pembelajaran bisa dilakukan dengan baik dan maksimal ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Seberapa baik guru IPS mengikuti diklat
2. Seberapa baik guru IPS dalam membuat perencanaan pembelajaran.
3. Apakah ada pengaruh diklat terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
4. Apakah ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
5. Apakah ada pengaruh diklatdan pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
3. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
1.Apakah ada pengaruh diklat terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
2. Apakah ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
3. Apakah ada pengaruh diklatdan pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1.Untuk mengetahui pengaruh diklat terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui seberapa baik pengaruh pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui pengaruh diklatdan pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran.
5. Manfaat Penelitian
1. Memperoleh gambaran tentang ada tidaknya pengaruh diklat guru IPS terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran di madrasah Tsanawiyah.
5 2. Mendapatkan gambaran tentang diklat –diklat yang akan datang
B. LANDASAN TEORI
1. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Menurut Omar Hamalik (2005 : 10), konsep sistem pelatihan secara operasional adalah:
Proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu tertentu yang bertujuan meningkatkan kemajuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas, produktivitas dalam suatu organisasi.
Sehingga dengan demikian pelatihan terdapat unsur-unsur proses disengaja dalam rangka pemberian bantuan sasaran (peserta) –pelatih yang profesional- satuan – satuan waktu tertentu – bertujuan meningkatkan kemampuan tenaga kerja – terkait dengan pekerjaan tertentu.
Menurut Kenneth R. Robinson dalam Atmodiwiro (1993: 2), dinyatakan:
Training Therefore are seeking by an instuctional or experiential means to developt a person behavior pattern in the areas of knowledge, skill, or attitude in order to achieve a desire, standa.
Selanjutnya dikutip pula pendapat dari Robert L. Craig yang menyatakan, training sebagai:
What is more important is the man ability to past on order the knowledge ang skill gained in mastering circustomcess .... when the massage was received by another successfully, we said that learning took place and knowledge or skill was tranfered. (Atmodiwirio, 1993: 2)
Menurut James E. Gardner menyatakan pula bahwa Diklat lebih menekankan kepada belajar:
Training can be defined broadly is the techniques and arrngements aimed at fostering ang expendieting learning. The focus is on learning. (Atmodiwirio, 1993: 3)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1974, tentang Pokok-Pokok kepegawaian junto Undang-Undang republik Indonesia Nomor 43 Tahun
6 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pasal 31 berbunyi: untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesr-besarnya diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jaabatan pegawai negeri sipil yang bertujuan meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan, dan ketrampilan.
Menurut Keputusan Menteri Agama RI Nomor 1 Tahun 2003, disebutkan dalam pasal 1 ayat 1,” Pendidikan dan Pelatihan yang disebut Diklat adalah penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kompetensi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Agama yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 40 jam pelajaran, dengan durasi tiap jam 45 menit.”
Dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 345 Tahun 2004, dinyatakan bahwa tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan (pasal 2), tenaga administrasi dan tenaga tehnis keagamaan sesuai dengan wilayah kerja masing-masing Balai Diklat Keagamaan, menunjukkan bahwa peserta diklat terdiri khusus pegawai negeri di lingkungan Departemen Agama. Artinya tidak termasuk pegawai bukan pegawai negeri meskipun dalam tugasnya mendukung pelaksanaan tugas organisasi
2. Kompetensi
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence, yang berarti kemampuan, keahlian, wewenang dan kekuasaan.Hornby (1982:172) mengartikan sebagai person having ability, power, authority, skill, knowledge to do what is needed. Bertolak dari pengertian ini maka kompetensi dapat diberi makna, orang yang memiliki kemampuan, kekuasaan, kewenangan, ketrampilan, dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas tertentu. (Ahmad Ghozali & Fuaduddin, 2004:67).
Kompetensi menurut Steven M. Bornstein dan Antony F. Smith dalam The Leader of The Future (2000:286) adalah keahlian dalam hard skill-ketrampilan khusus, seperti ketrampilan teknis, fungsional, content expertise skill, serta soft skill, seperti keterampilan interpersonal, komunikasi, tim dan organisasi.
Menurut E. Mulyasa (2004:37) yang dimaksud kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
7 berfikir dan bertindak.Selanjutnya beliau bahwa setiap mendiskripsikan kompetensi-kompetensi secara jelas. Kompetensi tersebut meliputi :
Kemampuan untuk belajar mengetahui (learning to know); kemampuan untuk belajar melakukan (learning to do); kemampuan belajar untuk hidup bersama (learning to live together); kemampuan untuk menjadi diri sendiri (learning to be); kemampuan untuk belajar seumur hidup (life long learning). (Mulyasa, 2005: 44)
Menurut Derek Lockwood (1994:96) manajemen program pelatihan yang efektif bila dari aspek peserta (clien) mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang baru diperoleh secara langsung pada pekerjaan segera setelah program pelatihan selesai.
Sedang menurut Keputusan Mendiknas RI Nomor 045/U/2002/ dalam Pendidikan Berbasis Kompetensi, yang dimaksud kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang sebagai syarat kemampuannya untuk mengerjakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Menurut Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 541/XIII/10/6/2001, tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan tingkat IV, pada lampiran Bab I huruf C mengenai kompetensi dinyatakan, bahwa kompetensi jabatan PNS adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri SIpil berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
Pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui berbagai macam usaha yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Salah satu upaya nyata yang dilaksanakan pemerintah adalah melalui perbaikan kualitas pendidik dalam hal ini adalah guru. Untuk menjamin kepastian hukum profesi guru, maka pemerintah telah mensahkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka seorang guru harus memiliki kompetensi tertentu. Sebagaimana diungkapkan dalam pasal 7 UU Guru dan Dosen bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Dua diantara prinsip tersebut adalah guru harus memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
8 pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas dan yang kedua dan harus digaris bawahi adalah guru harus memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
Selanjutnya, kompetensi yang dimaksud di atas adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada kompetensi pedagogik dengan alasan sejalan dengan alur pemikiran dalam penulisan proposal penelitian ini.
Kompetensi pedagogik yang dimaksud di atas merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: a. Pemahaman wawasan landasan kependidikan
b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Pengembangan kurikulum / silabus d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diologis f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g. Evaluasi hasil belajar
h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (PP tentang Guru ; 2007).
Mengingat begitu luasnya kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, peneliti hanya memfokuskan pada lima unsur sesuai dengan format IPKGI yaitu perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan dan pengorganisasian materi (bahan) ajar, pemilihan sumber belajar / media pembelajaran, skenario / kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
3. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (PP no 19 tahun 2005).
9 a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
10 a. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
b. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok. c. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.
3. Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan.
a. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/madrasah dan lingkungannya.
b. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah tersebut.
c. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPS dan IPA terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait, sedang di MA sesuai dengan mata pelajarannya.
d. Sekolah/Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
11 Dinas Pendidikan/Kementerian yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing
4. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Komponen RPP terdiri dari Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar,Metode pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian Hasil Belajar.
Langkah-Langkah Penyusunan RPP
1. Waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan 2. Menentukan SK, KD, Mengisi kolom identitas
3. Menentukan alokasi dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun
4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan
5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran
6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan
9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll.
5. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
12 b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
e. Keterkaitan dan keterpaduan
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan
C. METODE PENELITIAN
Dilihat dari bidangnya, penelitian ini termasuk penelitian institusional karena bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan kelembagaan. Jika dilihat dari analisa datanya termasuk penelitian kuantitatif karena analisis datanya menggunakan uji statistik (Regresi sederhana).
1. Populasi dan Sampel a. Populasi Penelitian
Populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung, ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, sedangkan sampel yaitu bagian yang diambil dari populasi ( sudjana 1996:6).
Penelitian ini menggunakan teknik random sampling, jadi setiap anggota populasi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampling ( Hadi ; 1997:75). Tentang besarnya sampel penelitian, bila subyeknya kurang dari 100 diambil semua, dan jika subyeknya besar diambil 10% - 15%, 20% - 25 % atau lebih (Arikunto 1989 : 07).
Menurut data statistik yang ada pada Balai Diklat tenaga Teknis Keagamaan Surabaya, jumlah alumni diklat guru-guru IPS se Jawa Timur tahun 2014 berjumlah 30 orang, yaitu 30 orang alumni Diklat guru.
b. Sampel penelitian
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah guru-guru alumni Diklat IPS Madrasah Tsanawiyah se jawa Timur tahun 2014. Sedangkan sampel
13 penelitian diambil secara acak / random berjumlah 21 Guru alumni Diklat IPS Madrasah Tsanawiyah se Jawa Timur 2014.
2. Instrumen Penelitian
a. Diklat IPS MTs (variabel X)
Untuk mengukur variabel X digunakan instrumen Diklat IPS MTs. b. Kinerja guru dalam membuat silabus dan RPP (variabel Y)
Untuk mengukur variabel Y digunakan instrumen kinerja guru. 3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data dari lembar instrumen yang ada digunakan alat-alat pengumpul data sebagai berikut:
a. Angket dan Wawancara
Peneliti telah memberikan angket kepada subyek penelitian baik secara langsung maupun lewat surat pos. Pada saat peneliti ke tempat tugas guru peneliti memberikan Tanya-jawab untuk menggali informasi sesuai dengan tujuan penelitian
b. Dokumentasi :
Untuk mengukur kualitas Silabus dan RPP yang dibuat oleh guru maka peneliti mengumpulkan Silabus dan RPP para guru tersebut.
4. Kerangka Konseptual dan Hipotesis c. Kerangka Konseptual
Sebagai sebuah sistem, ada banyak faktor yang berperan dalam peningkatan kompetensi guru dalam membuat silabus dan RPP. Diantaranya keikutsertaan guru terhadap diklat. Disamping keikutsertaan juga keaktipan guru dalam mengikuti diklat, profesionalisme widyaiswara juga turut serta dalam mempengaruhi hasil-hail kediklatan. Faktor penyelenggaraan diklat juga sangat berpengaruh dalam hasil-hasil kediklatan. Ternyata penyelenggaraan diklat silabus RPP sangat baik
Guru sering dianggap sebagai ujung tombak dan penanggung jawab keberhasilan pelaksanaan pendidikan di suatu tingkat satuan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
14 Dosen pasal 1 mengatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan tugas utama yang sedemikian banyak dan komplek tentunya diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang memadai agar tugas yang dibebankan tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
d. Hipotesis
1) Apakah ada pengaruh diklat terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
2) Apakah ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
3) Apakah ada pengaruh diklatdan pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
15 5.Teknik Analisis Data
No Rumusan masalah Hipotesis Uji
hipotesi s 1 Seberapa tinggi
keikutsertaan guru IPS MTs terhadap diklat guru IPS MTs?
Keikutsertaan guru IPS MTs terhadap diklat guru IPS tinggi
Deskripi satu variabel
2 Seberapa tinggi kualitas silabus dan RPP yang dibuat oleh guru IPS MTs?
Kualitas silabus dan RPP yang dibuat oleh guru IPS MTs baik
Deskripi satu variabel
3 Bagaimanakah pengaruh diklat guru IPSMTsterhadap kinerja guru dalam membuat silabus dan RPP?
Diklat guru
IPSMTsterhadap terhadap kinerja guru dalam membuat silabus dan RPP?
Analisis regresi sederhan a
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari olahan hasil angket dan wawancara kepada responden dapat ditunjukkan data sebagai berikut
1. Apakah ada pengaruh diklat terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
Dari angket yang dikirim oleh responden (guruIPS MTs) dapat dibuat sebaran sebagai berikut:
16 Tabel 4.1
Pengaruh Diklat Terhadap KemampuanMembuat Perencanaan Pembelajaran
NO. PERNYATAAN SKOR
4 3 2 1 ∑
1 Selama mengikuti diklat, Bapak/Ibu masuk sebelum Widyaiswara/Dosen memasuki ruang kelas.
10 8 1 2 21
2 Selama mengikuti diklat, Bapak/Ibu kadang-kadang terlambat mengikuti sesi/pelajaran.
4 8 5 4 21
3 Selama mengikuti diklat, Bapak/Ibu memahami dengan baik setiap materi yang disampaikan.
12 6 2 1 21
4 Selama mengikuti diklat, Bapak/Ibu aktif bertanya atau sekedar memberi respon.
6 5 5 5 21
5 Bapak/Ibu tertarik atau menaruh minat pada isi materi diklat.
9 7 3 2 21
6 Materi yang disampaikan adalah materi yang baru bagi Bapak/Ibu dan aktual saat ini dihadapi oleh Bapak/Ibu
7 8 4 2 21
7 Bapak/Ibu lebih tertarik pada penampilan widyaiswara/dosen daripada pada materi yang disampaikan
6 5 5 5 21
8 Pada saat mengikuti pelajaran Bapak/Ibu mudah terganggu oleh suara-suara lain, seperti teman yang lagi ngobrol.
10 6 4 1 21
9 Bapak/Ibu tertarik pada cara atau metode penyampaian yang ditempuh widyaiswara
7 7 3 4 21
10 Selama mengikuti diklat Bapak/Ibu pernah merasa bosan atau jenuh.
4 8 2 7 21
11 Bila Bapak/Ibu tidak/kurang mengerti apa yang dijelaskan dosen/widyaiswara Bapak/Ibu bertanya
17 atau berbisik-bisik kepada teman sebangku
12 Bapak/Ibu lebih mengerti isi materi setelah mendapat penjelasan dari widyaiswara.
10 7 3 1 21
13 Bapak/Ibu lebih mudah mengerti isi meteri setelah diberi contoh-contoh oleh dosen/widyaiswara
8 6 4 3 21
14 Bapak/Ibu lebih mudah memahami isi materi setelah diperagakan oleh widyaiswara.
9 5 6 1 21
15
Bapak/Ibu mengaitkan apa yang diperoleh di tempat OL (observasi lapangan) dengan kondisi di
madrasah Bapak/Ibu
8 3 9 1 21
16 Bapak/Ibu membuat program tahunan/progran semester
6 8 5 2 21
17 Bapak/Ibu memiliki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
8 8 4 1 21
18 Bapak/Ibu ketika mengikuti diklat menikmati kerja kelompok
7 8 4 2 21
19 Bapak/Ibu ketika diklat tampil mempresentasikan hasil kerja
6 8 4 3 21
20 Bapak/Ibu menikmati kerja individual daripada kerja kelompok
3 4 10 4 21
21 Bapak/Ibu menikmati peragaan dari widyaiswara/dosen
8 6 4 3 21
22 Bapak/Ibu mengerjakan tugas mandiri dengan baik pada malam hari setelah siangnya mendapat materi
4 6 5 6 21
23 Menurut Bapak/Ibu materi diklat berkaitan erat dengan tugas Bapak/Ibu sehari-hari
8 6 4 3 21
JUMLAH 163 150 102 68 483
18 Keikutsertaan guru diklat : (163 x 4) + (150 x 3) + (102 x 2) + (68 x 1) = 1374 Oleh karena jumlah responden 21 orang dan banyaknya indicator angket 23 maka jika jika semua responden memberi skor 4 pada setiap pertanyaan maka akan diperoleh hasil keikutsertaan guru dalam diklat sebagai berikut:
21 x 23 x 4 = 1932. Jadi tingkat keikutsertan guru dalam diklat IPS MTsadalah 1374/1932 x 4 = 0,71 x 4 = 2,84 ( mendekati baik ). Ini berarti guru aktif dalam mengikuti kegiatan dalam kediklatan, materi yang disajikan oleh widyaiswara dirasa penting, guru telah mengamalkan materi diklat IPS 2014 sekembali di madrasah dan guru telah mengadakan pengembangan - pengembangan materi diklat IPS MTs sekembali di madrasah. Tingkat keikutsertaan guru yang mendekati baik (belum baik) ini disebabkan antara lain: a) sebagian status peserta diklat (responden) masih pegawai swasta. Hal ini menyebabkan motivasi untuk menjadi guru yang profesional masih kurang. Ini terlihat pada indikator nomor 10 dan 11 dimana responden masih memberikan respon bosan dan kurang mengerti dengan materi yang diberikan oleh widyaiswara, b) Sebagian peserta sudah pernah mengikuti diklat yang sama.
2. Adakah pengaruh pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
Dari angket yang dikirim oleh responden (guru IPS MTs) dapat dibuat sebaran sebagai berikut:
19 Tabel 4.2
Sebaran Data Pengaruh Pengalaman Mengajar Guru dalam Membuat Silabus dan RPP NO PERNYATAAN SKOR 4 3 2 1 ∑ 1 Keilmiahan silabus 8 6 4 3 21 2 Kerelevansian silabus 7 7 3 4 21 3 Sistimatika silabus 8 6 4 3 21 4 Konsistensi silbus 9 8 3 1 21
5 Silabus sudah memadai 7 8 3 3 21
6 Silabus sudah aktual dan kontektual 7 7 3 4 21
7 Fleksibilitas silabus 6 8 4 3 21
8 Silabus sudah menyeluruh 7 6 4 4 21
9 Perumusan tujuan pembelajaran 6 6 8 1 21 10 Pengembangan dan pengorganisasian materi
pembelajaran
7 6 4 4 21
11 Perencanaan skenario pembelajaran 9 8 2 2 21 12 Perancanan pengelolaan kelas 10 8 3 0 21 13 Perencnaan prosedur, jenis, dan penyiapan
alat penilaian
9 8 2 2 21
14 Tampilan dokumen RPP 8 7 2 4 21
JUMLAH 108 99 49 38 294
Penjelasan data sebagai berikut:
Kinerja guru dalam membuat silabus dan RPP : (108 x 4) + (99 x 3) + (49x 2) + (38 x 1) = 865
Oleh karena jumlah responden 21 orang dan banyaknya indicator angket 14 maka jika jika semua responden memberi skor 4 pada setiap pertanyaan maka akan diperoleh hasil keikutsertaan guru dalam diklat sebagai berikut:
20 21 x 14 x 4 = 1176. Jadi tingkat kinerja guru dalam membuat silabus dan RPP adalah 865/1176 x 4 = 0,73 x 4 = 2,92 (baik ). Ini berarti Ini berarti silabus dan RPP yang dibuat oleh guru sudah relevan dengan prinsip-prinsip pembuatan silabus dan RPP sesuai dengan PermendiknasRI Nomor 41 Tahun 2007. Walaupun demikian masih ada beberapa kendala di lapangan yang dialami peserta pelatihan terutama dalam merumuskan tujuan pembelajaran, seperti terlihat pada tabel Tabel 4.2 indikator nomor 9 terdata:
(6 x 4 + 6 x 3 + 8 x 2 x 1/21= 59/21 = 2,8, katagori mendekati baik). Hal ini disebabkan antara lain : a) sebagian peserta masih sulit mnentukan materi-materi essensial yang terdapat pada setiap kompetensi dasar, b) sebagian peserta berlatarbelakang pendidikan bukan IPS. Mereka ada yang berlatar belakang pendidikan PPKn bahkan ada yang pendidikan Agama.
3. Apakah ada pengaruh diklatdan pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran?
Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan di atas digunakan uji Regresi dengan langkah –langkah sebagai berikut:
a. Pengujian Hipotesis
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara keikutsertaan diklat guru IPS terhadap kinerja guru dalam membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Ho :Tidak ada pengaruh yang signifikan antara antara keikutsertaan diklat guru IPS terhadap kinerja guru dalam membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b. Uji Regresi
1. Menampilkan kelompok data diklat guru (variabel x) dan kinerja guru dalam membuat silabus dan rpp (variabel y)
21 Tabel 4.3
Kelompok Data Diklat Guru (variabel X) dan Kinerja Guru dalam Membuat Silabus dan RPP (variabel Y)
NO X Y X2 Y2 XY 1 72 45 5184 2025 3240 2 73 47 5329 2209 3431 3 63 38 3969 1444 2394 4 62 40 3844 1600 2480 5 62 39 3844 1521 2418 6 63 40 3969 1600 2520 7 61 30 3721 900 1830 8 62 35 3844 1225 2170 9 71 45 5041 2025 3195 10 61 36 3721 1296 2196 11 65 38 4225 1444 2470 12 65 37 4225 1369 2405 13 70 46 4900 2116 3220 14 64 40 4096 1600 2560 15 70 50 4900 2500 3500 16 62 39 3844 1521 2418 17 60 40 3600 1600 2400 18 65 41 4225 1681 2665 19 70 50 4900 2500 3500 20 70 47 4900 2209 3290 21 63 41 3969 1681 2583 Jumlah 1374 864 90250 36066 56885 Rata- 65,429 41,143
22 1. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK regresi a)).
547 , 35 21 496 , 746 21 ) 864 ( ) ( ) ( 2 2 NY a reg JK
2. Menghitung jumlah kuadrat regresi b/a (JKreg b I a)
Xn Y a b reg b XY JK ( / ) . . 7374 0,82 ) 865 ).( 1374 ( ) 56885 ( 21 . . . 2 2 X X N Y X Y X N b maka:
Xn Y a b reg b XY JK ( / ) . .
21
) 864 ).( 1374 ( 56885 82 , 0
357,72
82 , 0 33 , 293 3. Menghitung jumlah kuadrat residu (JKres) ) ( Re ) / ( Re 2 a g a b g res Y JK JK JK
33 , 293 35547 36066 67 , 225 4. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKreg (a))
547 . 35 ) ( Re ) ( Reg a JK g a RJK
5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKreg (a))
33 , 393 ) / ( Re ) ( Reg a JK g b a RJK
6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres)
87 , 11 2 21 67 , 225 2 Re Re Jkn s s RJK
7. Menghitung nilai uji F: 71 , 24 87 , 11 33 , 293 Re ) / ( Re s a b g RJK RJk F
8. Menentukan nilai titik dan daerah kritis. Nilai tabel F pada ά = 5 % adalah F(95%) (1) (19) = 4,38
9. Kesimpulan: karena nilai uji F > nilai tabel F, maka H0 ditolak. Artinya regresi tersebut diatas berarti.
23 10. Berarti pula ada pengaruh signifikan antara keikutsertaan diklat guru
IPS MTsterhadap kinerja guru dalam membuat silabus dan RPP
Ringkasan dalam table Anova adalah Sumber Varians dk JK KT F Total 21 36066 - - Koefisien (a) 1 35,547 35,547 24,71 Regresi b/a) 1 293,33 293,33 Sisa 19 225,67 11,87
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan
1. Ada pengaruh pelakasanaan diklat terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran
2. Ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran
3. Ada pengaruh diklat dan pengalaman mengajar terhadap kemampuan membuat perencanaan pembelajaran
b. Saran -Saran
1. sistem pemanggilan peserta diklat perlu diperbaikai supaya peserta yang ikut diklat: berlatarbelakang pendidikan yang sama atau serumpun, pegawai negeri semua atau swasta semua
4.metode penyampaian materi widyaiswara perlu dibuat yang bervariasi supaya peserta 5. diklat lebih termotivasi untuk mengikuti kediklatan dengan baik
c. Rekomendasi
1. Untuk menumbuhkan kompetensina peserta perlu berkolaborasi dengan sesame peserta diklat sesuai dengan spesialisasi yang dimiliki.
24 2. Soal untuk pelaksanaan evaluasi terhadap peserta diklat haruslah soal
yang soal divalidasi oleh fasilitator pengampu diklat terkait
3. Fasilitator hendaknya benar-benar menerapkan pola pembelajaran andragogi dan memaksimalkan standar kompetensi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Black A.J dan Champion J.D (2001), Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Refika, Bandung
DPR RI, 2005, Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta
Fattah, N, (2003) Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung. Hamalik, O. (2003) Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta
Mason D, Lind A, & Marchal G (1988) Satistics An Intoduction, Harcourt Brace Jovanovich, New York Amerika
Peratuaran PemerntahRI no 19 th 2005 .Standart Nasional Pendidikan, Jakarta Permendiknas RI no 22 th 2006 . Standart Isi, Jakarta
Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007. Standar Proses, Jakarta Pidarta , M, (2000) Landasan Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta. Subana, dkk. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia. Sudjana, N., 1992, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.
Syah M, (2001) Psikologi Belajar, Logos Wacana Ilmu, Jakarta.