• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN/LANDASAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN/LANDASAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN/LANDASAN PUSTAKA

2.1. Teori Signal

Teori Signal menjelaskan tentang bagaimana para investor memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan sebagai manajer perusahaan ini disebut informasi asimetris. Namum dalam kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari investor luar. Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini memiliki dampak penting pada struktur modal yang optimal (Brigham, 2005). Signaling theory juga menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan infomasi laporan keuangan pada pihak internal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi tersebut adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak investor karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dibanding pihak luar atau investor dan kreditor (Simanungkalit, 2009).

Teori Signal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan signal kepada pengguna laporan keuangan. Signal tersebut berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun pihak yang berkepentingan. Signal yang diberikan dapat juga dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen

(2)

14 untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. (Brigham, 2005)

Menurut teori signal kegiatan perusahaan memberikan informasi kepada investor tentang prospek return masa depan yang substansial. Informasi sebagai signal yang diumumkan pihak manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus dimasa depan (Susilowati, 2006). Marwata (2001) menyatakan bahwa return yang meningkat akan diprediksi dan memberikan signal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang dan analisa yang mengungkap signal tersebut digunakan untuk memprediksi peningkatan earning jangka panjang.

Teori signal ini membahas bagaimana seharusnya signal -signal keberhasilan atau kegagalan managemen (agent) disampaikan kepada pemilik modal (principle). Penyampaian laporan keuangan dapat dianggap sebagai signal, yang berarti bahwa apakah agen telah berbuat sesuai dengan kontrak atau belum. Teori signal juga memprediksikan bahwa pengumuman efek pada harga saham dan kenaikan deviden adalah positif (Marwata, 2001)

Perusahaan yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia wajib mempublikasikan informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan. Informasi yang dipublikasikan oleh emiten akan memberikan sinyal bagi investor, baik sinyal positif maupun sinyal negatif sesuai dengan kandungan informasi yang diterima (Jogiyanto, 2000: 392). Pengumuman

(3)

15 peningkatan Earning Per share, Return On Investment, Dividend Per share merupakan sinyal yang positif bagi investor karena menunjukkan

kondisi likuiditas perusahaan yang baik dan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan investor berupa dividen. Namun, apabila perusahaan mengumumkan tingkat Earning Pershare, Return On Investment, Dividend Pershare yang menurun, maka informasi ini diterima sebagai sinyal

negatif yang menunjukkan penurunan kinerja perusahaan. Sinyal positif maupun negatif yang diterima oleh investor akan mepengaruhi tingkat penawaran dan permintaan saham. Sinyal positif yang diterima oleh investor menyebabkan permintaan atas saham tersebut menjadi tinggi sehingga harga saham meningkat, namun jika investor menerima sinyal negatif atas suatu informasi yang diumumkan oleh emiten maka permintaan saham akan menurun sehingga harga saham juga menurun.

2.2. Teori Modigliani dan Miller

Sebuah perusahaan menerapkan kebijaksanaan yang berbeda dalam menentukan struktur modalnya dengan tujuan meningkatkan laba. Struktur modal perusahaan haruslah dapat memaksimumkan laba bagi kepentingan modal sendiri atau ekuitas yang tercermin dari ROE. Penggabungan berbagai sekuritas yang berbeda pada perusahaan dikenal dengan struktur modal. Pilihan kombinasi pada struktur modal pada dasarnya merupakan masalah pemasaran. Perusahaan dapat mengeluarkan kombinasi tak terhitung dari berbagai sekuritas, tetapi perusahaan tetap mencari

(4)

16 kombinasi yang dapat memaksimalkan nilai pasar perusahaan secara keseluruhan.

Menurut Brealey dan Myers (1998) dalam Hutami (2012) terdapat dua pendekatan dalam kaitannya dengan struktur modal yang dinamakan proporsi I dan proporsi II. Pendekatan teori struktur modal yang digunakan dalam kaitannya dengan penetapan struktur modal yang mempertimbangkan tingkat keuntungan dan risiko adalah teori dari Modigliani dan Miller. Teori tersebut dikenal dengan proporsi II. Seperti yang diungkapkan Brealey dan Myers, Modigliani dan Miller mempublikasikan teorinya yang dikenal dengan proporsi II, dimana dikatakan bahwa laba yang diharapkan oleh pemegang saham akan meningkat dengan adanya penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan. Kemudian Modigliani dan Miller melakukan revisi teori sebelumnya dengan memasukkan faktor pajak perusahaan, yang menyebutkan bahwa bunga yang dibayarkan perusahaan sebagai akibat dari penggunaan hutang dapat digunakan untuk mengurangi laba yang dikenakan pajak penghasilan atau disebut dengan tax-deductable.

2.3. Analisis Fundamental

Secara umum terdapat dua pendekatan yang sering digunakan oleh investor untuk menganalisis dan menilai saham di pasar modal, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Bodie, et al, 2005). Analisis fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi

(5)

17 perusahaan untuk memperhitungkan nilai perusahaan. Analisa fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan underpriced bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga

wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar saham lebih besar dari nilai

intrinsiknya.

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa untuk memperkirakan harga saham dapat digunakan analisis fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut (Murtanto dan Harkivent, 2000). Kinerja keuangan perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan diukur dengan alat ukur dalam bentuk rasio yang diantaranya berupa rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas.

(6)

18 2.4. Pasar Modal

Investasi merupakan kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dan satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan meningkatkan nilai investasi. Seseorang melakukan investasi antara lain ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak.

Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Informasi mempunyai makna apabila investor tersebut melakukan transaksi di pasar modal. Investor dalam melakukan investasi akan melakukan perkiraan tentang beberapa tingkat penghasilan yang diharapkan dari investasinya untuk periode tertentu di masa yang akan datang (Tandelilin, 2001). Ketidakpastian akan tingkat penghasilan merupakan inti dari investasi, yaitu bahwa pemodal harus selalu mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan risiko investasi.

2.5. Harga Saham

Menurut Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Harga saham dapat dikatakan

(7)

19 sebagai indikator nilai perusahaan, yang dalam pandangan investor akan mencerminkan tingkat keberhasilan dari pengelolaan perusahaan atau kinerja perusahaan.

Menurut Sunariyah (2006: 21) apabila perusahaan diperkirakan memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, maka nilai saham akan menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang memiliki prospek, maka harga saham akan menjadi rendah. Perubahan harga saham di pasar modal dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Adanya persepsi yang berbeda dari para investor sesuai dengan informasi yang dimiliki, di mana persepsi tersebut dicerminkan melalui rate of return yang diharapkan. Apabila sebagian besar investor

mempunyai persepsi bahwa rate of return dari suatu saham tertentu tidak lagi memadai, maka mereka akan cenderung mengambil keputusan untuk menjualnya dan ini akan berakibat pada terjadinya penurunan harga saham.

2. Tingkat pengembalian bebas resiko, yang merupakan tingkat pengembalian dari suatu alat atau instrumen investasi yang tidak mengandung resiko. Instrumen tersebut dapat berupa deposito dan tabungan.

3. Isu-isu dan peristiwa politik yang terjadi di negara yang bersangkutan. Hal ini akan mengakibatkan para investor cenderung menjual sahamnya guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak

(8)

20 diharapkan, baik terhadap perusahaan maupun terhadap investasi yang dilakukannya.

4. Rencana emisi efek oleh suatu perusahaan besar yang diperkirakan akan dapat mengakibatkan merosotnya harga saham-saham lain. 5. Kebijakan dividen perusahaan, yang oleh para investor dipersepsikan

sebagai suatu isyarat mengenai kondisi dan prospek perusahaan, terutama mengenai tingkat kemampuan labanya.

6. Tingkat aliran kas (cash flow) perusahaan, terutama berkaitan dengan tingkat likuiditas perusahaan.

7. Tingkat laba yang dapat dicapai perusahaan, di mana hal ini berkaitan dengan besarnya tingkat keuntungan atau pengembalian yang akan dapat diperoleh investor atas investasi yang dilakukannya.

Menurut Tandelilin (2011) dalam penilaian saham dikenal tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham.

Menurut Tandelilin (2011) pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Apabila Nilai Investasi > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai under valued (harganya terlalu rendah), oleh karena itu saham layak untuk dibeli dan ditanam apabila saham tersebut telah dimiliki. 2. Apabila Nilai Investasi < harga pasar sat ini, maka saham dinilai

overvalued (harganya terlalu mahal) oleh karena itu layak dijual. 3. Apabila Nilai Investasi = harga pasar saat ini maka saham tersebut

(9)

21 4. Menurut Dyah Ratih (2012), Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan. Saham sebagai sekuritas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Berbeda dengan obligasi, saham tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo dan tidak memberikan pendapatan tetap. Dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:

a. Deviden

Deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan deviden.

Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya kepada pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian deviden saham tersebut.

(10)

22 b. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Sebagai instrument investasi, saham memiliki resiko, antara lain:

1) Capital Loss

Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.

2) Resiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proposional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan resiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.

Menurut Widoatmojo (2011) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

(11)

23 Harga yang tercantum dalam sertifikat yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting bagi saham karena deviden biasanya ditetapkan berdasarkan harga nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini menetapkan pada waktu harga saham tersebut dicatat di Bursa Efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

c. Harga Pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di Bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder kecil kemungkinan terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.

Adapun Jenis Saham dapat dibagi menjadi: a. Saham Biasa (Common Stock)

Pemegang saham biasa akan mendapatkan deviden pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan

(12)

24 keuntungan. Apabila perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak akan mendapat deviden dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya, yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian selama kerugian tersebut belum dapat ditutup, maka selama ini perusahaan tidak diperbolehkan membayar deviden. Fungsi dari saham biasa : 1) Sebagai alat untuk membelanjai perusahaan dan terutama sebagai

alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen.

2) Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba. Sebagai alat untuk mengadakan fusi atau kombinasi dari perusahaan-perusahaan.

3) Sebagai alat menguasai perusahaan. b. Saham Preferen (Preferred Stock)

Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu di atas pemegang saham biasa, yaitu dalam hal:

1. Pembagian deviden dari saham preferen diambil lebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa. Deviden saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai nominalnya.

2. Pembagian kekayaan, apabila perusahaan dilikuidasi, maka dalam pembagian kekayaan saham preferen didahulukan dari pada saham biasa. Tetapi didalam RUPS pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara.

(13)

25 c. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Preferred Stock).

Saham preferen kumulatif hampir sama dengan saham preferen, perbedaannya terletak pada adanya hak kumulatif. Besarnya deviden saham preferen kumulatif dinyatakan dalam presentasi tertentu dari nilai nominalnya.

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Faktor-faktor yang memperngaruhi harga saham dalam penelitian ini adalah adalah Earning Pershare, Return On Investment, Dividend Per share. Penjelasannya adalah sebagai berikut: (Samsul, 2006)

2.6.1. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu komponen

yang diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang

diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan. (Gede Priana Dwipratama. 2009)

(14)

26 Earning per share merupakan perbandingan antara laba

bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Widiatmojo, 1996 dalam Martono, 2009). Kenaikan earning per share berarti perusahaan sedang dalam tahap pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami peningkatan dalam penjualan dan laba, atau dengan kata lain semakin besar earning per share menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar saham.

Maksimalisasi laba (profit maximization) sering dipandang sebagai tujuan yang tepat bagi sebuah perusahaan. Namun, hal ini sebenarnya memiliki kelemahan karena dengan hanya menerbitkan saham dan menggunakan hasilnya untuk berinvestasi dalam sekuritas yang tidak berisiko laba dapat meningkat. Hal tersebut bagi kebanyakan perusahaan mengakibatkan jatuhnya laba per saham (EPS), sehingga ukuran yang lebih tepat adalah memaksimalkan earning per share (Horne dan Wachowicz, 2005 dalam Martono, 2009).

Earning per share adalah termasuk salah satu rasio pasar

(Ang, 1997) rasio pasar pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran investasi. Rasio ini merupakan pengukuran yang paling lengkap mengenai prestasi perusahaan dan berkaitan

(15)

27 langsung dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan kekayaan para pemegang saham (Ang, 1997).

Earning per share adalah salah satu rasio pasar yang

merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaan dalam perusahaan. Munawir (2001) dalam Martono (2009) menyebutkan bahwa earning per share (laba per lembar saham) biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor. Earning per share adalah salah satu indikator pendapatan sehingga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergerakan harga saham (Taufik, 2002 dalam Martono, 2009). Semakin tinggi laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan maka semakin besar earning per share perusahaan (Subiyantoro dan Andreani, 2001 dalam Martono, 2009). Dalam jangka pendek, rencana pembelian kembali saham mungkin dapat menutupi kondisi perusahaan yang sebenarnya. Namun hal itu akan mengurangi kepercayaan pemodal terhadap perusahaan, meskipun bagi pemodal pendapatannya sendiri dari saham tersebut meningkat. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menurun dan harga saham juga mengalami penurunan (Ang, 1997).

Penggunaan rasio earning per share dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi return saham adalah menurut pendekatan dari (Sasongko dan Nila, 2006).

(16)

28 Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang mampu membuktikan bahwa earning per share mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham.

Pengertian Earning Per Share (EPS) menurut Eduardus Tandelilin (2001:241) adalah :

“Suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Komponen penting utama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal earning per share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan laba bersih

yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan”. Sementara menurut Lukman Syamsudin (2004:66) bahwa: “Pada umumnya pemegang saham dan calon investor sangat tertarik pada earning per share karena menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.”

Earning Per Share (EPS) selalu menjadi perhatian dalam

laporan keuangan, investor tertarik pada Earning Per Share (EPS) karena menunjukkan keuntungan untuk tiap lembar saham. Jika Earning Per Share (EPS) naik, investor akan berinvestasi pada

perusahaan tersebut sehingga harga saham naik. Dan menunjukkan besarnya bagian keuntungan yang akan diterima pemegang saham. Pernyataan ini didukung oleh Iskandar Z. Alwi (2003:77) bahwa:

(17)

29 “Pendapatan per saham (Earning per Share/EPS) perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham”.

Earning per share (EPS) menunjukkan besarnya jumlah

uang yang akan didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar diperiode tersebut. EPS atau laba per saham (LPS) menurut PSAK adalah dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu periode. EPS hanya ditujukan untuk perhitungan saham biasa (common stock).

Semakin besar laba bersih suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula nilai EPS. Jika EPS suatu perusahaan meningkat, maka semakin besar bagian laba bersih yang dapat disalurkan sebagai cash dividend kepada pemegang saham biasa. Menurut Weygandt (1996) dan Elliot (1993:250) dalam artikel definisi Earning Per Share (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/earnings-per-share-eps-definisi.html) menyatakan bahwa:

“….Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil

(18)

30 pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki

earning per share rendah”.

Formula perhitungan EPS menurut Gitman (2006:68) adalah : EPS = g Outstandin Stock Common of Shares of Number ers Stockhold Common for Available Earnings

Earnings available for common stockholders dihitung

dengan cara mengurangi Net Income dengan dividend preferred stock pada periode tersebut atau dengan akumulasi preferred stock

pada periode tersebut. Formula penghitungan EPS di atas tersebut dengan asumsi tidak terdapat instrumen konversi, seperti stock option, stock warrant, stock rights, convertible bonds, dan

convertible securities lainnya yang ditukarkan kedalam bentuk

common stock yang dapat menyebabkan terjadinya diluted EPS.

Nilai EPS ini akan digunakan oleh shareholders untuk menilai harga saham tersebut dipasaran. EPS umumnya menunjukkan prospek stokeholders dan manajemen perusahaan. EPS menjadi perhatian utama investasi publik dan dipertimbangkan sebagai salah satu indikator penting dalam menilai kesuksesan suatu perusahaan.

(19)

31 Dividend Per Share (DPS) merupakan total semua dividen

tunai yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar (Intan, 2009). Informasi mengenai dividen per share sangat diperlukan untuk mengetahui berapa besar keuntungan setiap lembar saham yang akan diterima oleh para pemegang saham. Jika dividen per share yang diterima naik maka akan mempengaruhi

harga saham di pasar modal. Karena dengan naiknya dividen per share kemungkinan besar akan menarik investor untuk membeli

saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya saham yang dibeli maka harga saham suatu perusahaan akan naik di pasar modal (Maryati, 2012:4)

Menurut Darmaji (2011: 127) dividen adalah pembagian sisa laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Besarnya jumlah dividen yang diperoleh oleh investor untuk per lembar saham yang dimiliki dapat dilihat dalam rasio Dividend Per Share (DPS). Devidend per share (DPS) menurut Warren et al

(2011) menyatakan bahwa sumber pembiayaan deviden kas kepada pemegang saham berasal dari laba ditahan yang ditentukan dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar.

Kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kemakmuran bagi perusahaan dan pemegang saham akan mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Salah satu kebijakan di

(20)

32 perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah mengenai kebijakan dividen. Menurut Brigham dan Houston (2006:76) kandungan informasi atau persinyalan yang terdapat di dalam pengumuman dividen akan memberikan sinyal bagi investor mengenai perubahan harga saham. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh E.F. Fama dalam Einde Evana (2008: 101) menyimpulkan bahwa rata-rata harga saham meningkat setelah pembagian dividen. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kebijakan perusahaan dalam membagikan dividen dapat meningkatkan harga sahamnya. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat berupa dividen saham atau dividen tunai. Dividen tunai merupakan salah satu dividen yang dibagikan oleh perusahaan.

2.6.3. Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) digunakan untuk mengukur

efiktivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan (Sartono 2008 : 123). Return on Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas

yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang

(21)

33 digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Dwipratama, 2009).

Menurut Bambang Riyanto (2001: 336) Return on Investment adalah net earning power ratio. Return on Investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Selain itu, Return on Investment didefinisikan oleh Lukman Syamsuddin (1992:63) adalah sebagai berikut ROI merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di perusahaan. Peningkatan laba ini mempunyai efek yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara positif oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat meningkat dan dapat menaikan harga saham perusahaan. Modigliani–Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya (Brigham dan Houston, 2006: 70).

Return on investment atau pengembalian investasi, bahwa

di beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan return on

total asset (ROA). ROA ini melihat sejauh mana investasi yang

telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Investasi tersebut sebenarnya sama

(22)

34 dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan (Fahmi, 2012, h.98) 2.7. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun Sampel dan periode peneliti

Variabel dan metode

analisa Hasil 1. Stela (2009) Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2002 s/d 2006. Variable indepeden PER, DER, ROA dan PBV

Variabel dependen “ Harga saham

Alat analisis : regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PER, DER, PBV berpengaruh terhadap harga saham sedangkan ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham. 2. Henny Septiana Amalia (2010). Perusahaan Farmasi di BEI Periode penelitian 2005-2007 Variabel independen EPS, ROI dan DER Variabel dependen “ Harga saham

Alat analisis : regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS dan ROI berpengaruh terhadap harga saham sedangkan DER tidak berpengaruh terhadap harga saham 3. Astrid Amanda dkk (2012) Studi pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2011 Variable independen : Ratio, Return on Equity, Earning Per Share, Price Earning Ratio,

Variabel dependen Harga saham

Alat analisis : regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan DER, ROE, EPS, dan PER memiliki pengaruh signifikan sebesar 64,6% terhadap harga saham, sedangkan sisanya 35,4% dipengaruhi variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian. Secara parsial, variabel DER, ROE, dan EPS signifikan pengaruhnya terhadap harga saham. DER berpengaruh negatif

(23)

35 terhadap harga saham dengan nilai koefisien beta sebesar -55,3%. ROE berpengaruh positif terhadap harga saham dengan nilai koefisien beta sebesar 86,2%. EPS berpengaruh positif terhadap harga saham dengan nilai koefisien beta sebesar 43,4%. 4 Resciyana Putri Hutami (2012) 31 perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di BEI 2006-2010 1. Var. independen : DPS, ROE, dan NPM 2. Var. Dependen : harga saham Regresi linier berganda Variabel DPS ,ROE, NPMsecara parsial dan simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham

5. Mehrani dan Syafitri (2012) PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 2006-2011 Variabel independen : ROI, EPS, PER Variabel dependen Harga saham

Alat analisis : regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROI,

EPS, dan PER

berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Rasio keuangan yang berpengaruh secara parsial terhadap harga saham adalah rasio EPS dan PER sedangkan ROI tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. 6 Amelia Dwi Wulandari (2012) Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2010 s/d Januari 2011. Variabel independen : Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS)

Variabel dependen Harga saham

Alat analisis : regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS dan DPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan sisanya dipengaruhi faktor lain diluar yang diteliti. Secara parsial EPS berpengaruh secara tidak signifikan dan DPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga

(24)

36 saham. Dari hasil tersebut maka investor dapat memperhatikan EPS dan DPS sebagai pertimbangan untuk menentukan keputusan investasi. 7 Denies Priatinah Prabandaru dan Adhe Kusuma (2013) 31 perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI 2008-2010 1) Var. independen : EPS , DPS dan ROI 2) Var. Dependen : harga saham 3) Regresi linier berganda

Variabel EPS, DPS dan ROI secara simultan berpengaruh terhadap harga saham, Sedangkan EPS dan DPS secara parsial berpengaruh terhadap harga saham

8 Yoga Pratama Putra(2014)

21 Perusahaan Properti dan Real Estate terdaftar di BEI 2011-2012 1. Var. independen : ROI, ROE, NPM dan EPS 2. Var. Dependen : harga saham 3. Regresi linier berganda

Variabel ROI ,ROE, EPS dan NPM secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham

2.8. Pengembangan Hipotesis

2.8.1. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham

Menurut Zaki Baridwan (2007) yang di maksud dengan Earning per share (EPS) atau laba per saham adalah jumlah pendapatan yang di peroleh dalam satu periode untuk setiap lembar saham yang beredar. Laba per lembar saham dapat memberikan informasi bagi investor untuk mengetahui perkembangan dari perusahaan, dalam penelitian yang dilakukan Robin Wiguna dan Anastasia Sri mendari (2008;130) investor dalam mengambil keputusan banyak memperhatikan pertumbuhan Earning per

(25)

37 Sharemenurut Eduardus Tandellin (2001;241) informasi EPS suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.

Pemegang saham dan calon investor pada umumnya akan tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena EPS merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio perbandingan antara laba bersih

sebelum pajak dengan harga per lembar saham. EPS menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diberikan kepada investor dari setiap lembar saham yang dimilikinya. Secara sederhana EPS menggambarkan jumlah uang yang diperoleh untuk setiap lembar saham.

Berdasarkan tingkat keberhasilan perusahaan tersebut, para investor akan memperhatikan pengaruhnya di masa yang akan datang dengan melihat prospek perusahaan yang baik. Pertumbuhan laba per lembar saham perusahaan akan sangat dipertimbangkan oleh para investor dalam membuat keputusan untuk berinvestasi. Apabila harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan di masa yang akan datang, maka peningkatan laba akan meningkatkan harga saham dan total kapitalisasi pasar.

(26)

38 Penelitian terdahulu yang dilakukan Yerrika (2009) dalam Priatinah (2012) variabel EPS memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

H1 = Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham

2.8.2. Pengaruh Dividend Per Share terhadap harga saham

Dividen per share (DPS) adalah dividen per lembar saham, Dividen per lembar saham merupakan keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham oleh perusahaan sebanding atau sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki dan dapat berupa dividen tunai atau dividen saham, tetapi yang lebih sering dibagikan adalah dividen tunai, sebagai hal yang kurang beresiko dari pada potensi keuntungan modal. Dalam hal ini perusahaan perlu melakukan pertimbangan dalam pembagian dividen pada rapat umum pemegang saham tentang komposisi jumlah dividen yang akan dibagikan dengan jumlah laba ditahan. Menurut Brigham dan Houtson (2006:76) dalam hipotesis kandungan informasi (information signaling content), dividen yang diberikan dapat menimbulkan efek terhadap harga saham perusahaan karena dalam pengumuman pembagian dividen mengandung informasi yang penting bagi infestor sebagai sinyal dari perusahaan mengenai prospek perusahaan di masa depan. Selain itu menurut Suad Husnan (2001:315) faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya,

(27)

39 kebijakan dividen dan sebagainya, pendapat tersebut dapat diartikan bahwa kebijakan dividen suatu perusahaan yaitu pembagian dividen suatu perusahaan yaitu pembagian dividen kepada pemegang saham merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham.

Pengumuman peningkatan Dividend Per Share merupakan signal yang positif bagi investor karena menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan yang baik dan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan investor berupa dividen. Namun, apabila perusahaan mengumumkan tingkat Dividend Per Share yang menurun, maka informasi ini diterima sebagai signal negatif yang menunjukkan penurunan kinerja perusahaan. Signal positif maupun negatif yang diterima oleh investor akan mempengaruhi tingkat penawaran dan permintaan saham. Signal positif yang diterima oleh investor menyebabkan permintaan atas saham tersebut menjadi tinggi sehingga harga saham meningkat, namun jika investor menerima signal negatif atas suatu informasi yang diumumkan oleh emiten maka permintaan saham akan menurun sehingga harga saham juga menurun.

Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Cerpen Naibaho (2010) yang hasilnya Dividend per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi Dividend per Share akan semakin tinggi pula

(28)

40 harga saham dan sebaliknya jika Dividend per Share yang dibagikan kepada pemegang saham semakin rendah maka harga saham juga semakin rendah.

H2= Devidend Per Share berpengaruh terhadap harga saham

2.8.3. Pengaruh Return On Investment terhadap harga saham

Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi, rasio profitabilitas antara lain adalah margin laba atas penjualan, kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat pengembalian total aktiva/investasi (Return on Investment/ROI) dan tingkat pengembalian atas ekitas (ROE). Menurut Franklin Plewa, Jr dan George T, Frieddlob sekilas 85 persen dari semua perusahaan menghitung ROI dari berbagai segmen bisnis sebagai bagian dari proses penilaian kinerja para manajer meyakini ROI karena ROI memperhatikan baik-baik besaran investasi maupun kegiatan yang menghasilkan labanya, kemampuan manajer dalam mengelola aset dalam pengaruh oleh usaha investasi yang akan menghasilkan laba bagi perusahaan mempunyai peran penting terhadap kinerja perusahaan untuk meningkatkan keuntungan, sehingga rasio ROI dapat dijadikan indikator dalam menilai kinerja perusahaan yang tercermin pada harga saham, investor turut berkepentingan

(29)

41 terhadap tingkat ROI dalam berinvestasi karena dengan melihat rasio ROI maka akan terlihat kinerja perusahaan baik dan akan menghasilkan laba bersih yang tinggi atas penggunaan total aset perusahaan secara optimal maka dapat mempengaruhi nilai dari perusahaan.

Return On Investment diperoleh dengan cara

membandingkan antara Net Income After Tax (NIAT) yang diartikan sebagai pendapatan bersih sesudah pajak dengan average total asset. ROI menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. Meningkatkan ROI berarti disisi lain juga meningkatkan pendapatan bersih perusahaan yang berarti nilai penjualan juga akan meningkat. Perusahaan yang nilai penjualannya meningkat, akan mendorong terjadinya peningkatan laba yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam kondisi baik. Kondisi seperti ini akan mudah untuk menarik investor, karena para investor lebih suka berinvestasi pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada para pemegang saham perusahaan.

ROI yang semakin meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan

(30)

42 memperoleh keuntungan dari dividen yang diterima. Dengan semakin meningkatnya dividen yang diterima oleh para pemegang saham akan menjadi daya tarik tersendiri untuk tetap menanamkan sahamnya dan para calon investor untuk menanamkan sahamnya ke dalam perusahaan tersebut. Hal ini akan mendorong peningkatan harga saham yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham yang akan diterima para investor.

Penelitian terdahulu oleh Priatinah dan Kusuma (2012) yang menyatakan bahwa ROI berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

H3 = Return On Investment berpengaruh terhadap harga saham

2.8.4. Pengaruh EPS, DPS, dan ROI terhadap Harga Saham

Berbagai macam alternatif kegiatan untuk melakukan investasi di Indonesia mempunyai banyak pilihan bagi seorang investor yang mempunyai kelebihan dana dalam menyalurkan dananya. Salah satu tempat investasi yang dapat digunakan oleh investor untuk melakukan investasinya selain di bank atau investasi yang berwujud seperti emas maupun tanah yaitu investasi di pasar modal. Bagi investor, pasar modal merupakan tempat untuk menyalurkan dananya dalam bentuk berupa saham. Investasi saham mempunyai daya tarik bagi investor karena dengan investasi berupa saham investor mempunyai harapan untuk memperoleh keuntungan berupa capital gain ataupun dividen saham yang tinggi. Pasar

(31)

43 modal dapat digunakan oleh investor untuk memperoleh tingkat penghasilan yang tinggi dan juga memiliki risiko yang tinggi terhadap investasi tersebut. Sedangkan bagi perusahaan yang go public, pasar modal merupakan tempat untuk memperoleh tambahan dana untuk kegiatan operasional perusahaan agar kelangsungan hidup perusahaan dapat bertahan dan agar dapat mampu bersaing dengan perusahaan lain.

2.9. Kerangka Pemikiran

Dari gambaran landasan teori dan penelitian terdahulu diperoleh suatu kesimpulan bahwa laporan keuangan memberikan gambaran kinerja perusahaan, jika laporan tersebut merefleksikan prospek perusahaan kuat dan baik, maka nilai saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut akan mendapat pengaruh dan harganya akan meningkat, akan sebaliknya jika laporan tersebut merefleksikan kondisi perusahaan yang lemah dan tidak baik, maka nilai saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut akan terpengaruh dan harganya akan menurun.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut:

(32)

44 Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Earning Per Share (EPS)

X1 Harga Saham (Y) Ratio On Investment (ROI ) X3

Dividend Per Share (DPS) X2

X2

H2

H1

Referensi

Dokumen terkait

Pada kelas eksperimen XI IPA 1 meningkatnya ketekunan sikap terhadap belajar disebabkan karena model pembelajaran Demonstrasi Interaktif berbantuan media alat

dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba pada Industri Pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia ”. 1.2

Metode pushover adalah suatu analisis statik nonlinier dimana pengaruh gempa rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada

Sejalan dengan fenomena di atas, yang terjadi BPKP dalam melaksanakan tugasnya mengalami tekanan akibat adanya anggaran waktu yang telah ditetapkan untuk

(2) Pengelolaan dana program jaminan sosial tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara dilakukan semata-mata untuk kepentingan peserta dengan mempertimbangkan perimbangan yang

Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban dan penghapusan

Sebagian besar masyarakat kampung adat Cireundeu menganut aliran kepercayaan Madrais atau yang dikenal dengan aliran Sunda Wiwitan, namun dalam penelitian ini,

Sedangkan untuk hasil uji f diperoleh nilai F hitung 26,247 &gt; F tabel 3,08 dengan tingkat signifikan 0,000 &lt; 0,05, yang berarti bahwa variabel gaya kepemimpinan dan