51 BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas dengan Korelation Item Total a. Uji Validitas Motivasi
Tabel 4.1 Validitas dengan Korelasi Item Total Kuesioner Motivasi
No. ITEM Corrected Item-Total Correlation Sebagai rhitung
rtabel Keputusan 1 No.1 0,702 0,602 Valid 2 No.2 0,860 0,602 Valid 3 No.3 0,720 0,602 Valid 4 No.4 0,704 0,602 Valid 5 No.5 0,760 0,602 Valid 6 No.6 0,704 0,602 Valid 7 No.7 0,755 0,602 Valid 8 No.8 0,842 0,602 Valid 9 No.9 0,718 0,602 Valid 10 No.10 0,808 0,602 Valid 11 No.11 0,734 0,602 Valid 12 No.12 0,781 0,602 Valid 13 No.13 0,758 0,602 Valid 14 No.14 0,622 0,602 Valid 15 No.15 0,796 0,602 Valid 16 No.16 0,817 0,602 Valid 17 No.17 0,704 0,602 Valid 18 No.18 0,800 0,602 Valid 19 No.19 0,704 0,602 Valid 20 No.20 0,748 0,602 Valid
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui dari 20 pertanyaan didapatkan semua item memiliki r > 0,602 sehingga dapat dikatakan semua item tes motivasi valid.
b. Uji Validitas Peran Pembimbing Akademik
Tabel 4.2 Uji Validitas dengan Korelasi Item Total Kuesioner Peran Pembimbing Akademik No. ITEM Corrected Item-Total Correlation Sebagai rhitung rtabel Keputusan 1 No.1 0,667 0,602 Valid 2 No.2 0,676 0,602 Valid 3 No.3 0,840 0,602 Valid 4 No.4 0,680 0,602 Valid 5 No.5 0,668 0,602 Valid 6 No.6 0,800 0,602 Valid 7 No.7 0,867 0,602 Valid 8 No.8 0,657 0,602 Valid 9 No.9 0,667 0,602 Valid 10 No.10 0,745 0,602 Valid 11 No.11 0,777 0,602 Valid 12 No.12 0,885 0,602 Valid 13 No.13 0,672 0,602 Valid 14 No.14 0,867 0,602 Valid 15 No.15 0,668 0,602 Valid 16 No.16 0,840 0,602 Valid 17 No.17 0,680 0,602 Valid 18 No.18 0,800 0,602 Valid 19 No.19 0,942 0,602 Valid 20 No.20 0,652 0,602 Valid
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui dari 20 pertanyaan didapatkan semua item memiliki rhitung> 0,602 sehingga dapat dikatakan semua item tes peran
c. Uji Validitas Kuesioner Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
Tabel 4.3 Uji Validitas dengan Korelasi Item Total Kuesioner Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
No. ITEM Corrected Item-Total Correlation Sebagai rhitung rtabel Keputusan 1 No.1 0,817 0,602 Valid 2 No.2 0,820 0,602 Valid 3 No.3 0,742 0,602 Valid 4 No.4 0,880 0,602 Valid 5 No.5 0,729 0,602 Valid 6 No.6 0,742 0,602 Valid 7 No.7 0,885 0,602 Valid 8 No.8 0,851 0,602 Valid 9 No.9 0,729 0,602 Valid 10 No.10 0,885 0,602 Valid 11 No.11 0,880 0,602 Valid 12 No.12 0,823 0,602 Valid 13 No.13 0,668 0,602 Valid 14 No.14 0,828 0,602 Valid 15 No.15 0,742 0,602 Valid 16 No.16 0,853 0,602 Valid 17 No.17 0,820 0,602 Valid 18 No.18 0,760 0,602 Valid 19 No.19 0,817 0,602 Valid 20 No.20 0,705 0,602 Valid
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui dari 20 pertanyaan didapatkan semua item memiliki rhitung> 0,602 sehingga dapat dikatakan semua item tes peran
2. Uji Reliabilitas dengan Alpha Cronbach b. Kuesioner Motivasi
Tabel 4.4 Reliabilitas dengan Alpha Cronbach Kuesioner Motivasi di Akademi Kebidanan Dharma Husada Kediri
N Item Alpha Cronbach
20 0,965
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui nilai Alpha Cronbach's sebesar 0,965 > 0,600 maka dikatakan bahwa kuesioner motivasi reliable.
d. Kuesioner Peran Pembimbing Akademik
Tabel 4.5 Reliabilitas dengan Alpha Cronbach Kuesioner Peran Pembimbing Akademik di Akademi Kebidanan Dharma Husada Kediri
N Item Alpha Cronbach
20 0,965
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui nilai Alpha Cronbach's sebesar 0,965 > 0,600 maka dikatakan bahwa kuesioner peran pembimbing akademik reliable.
e. Kuesioner Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Kuesioner Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik di Akademi Kebidanan Dharma Husada Kediri Tahun 2014
N Item Alpha Cronbach
20 0,971
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui nilai Alpha Cronbach's sebesar 0,971 > 0,600 maka dikatakan bahwa kuesioner kecemasan menghadapi praktek klinik reliable.
B. Deskripsi Data
Data hasil penelitian dengan besar sampel 100 mahasiswa kebidanan sebagai responden disajikan dalam bentuk deskripsi data sesuai dengan variabel penelitian yaitu motivasi belajar, peran pembimbing akademik dan kecemasan menghadapi praktik klinik.
1. Motivasi Belajar
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian (Motivasi Belajar)
No. Motivasi Belajar f %
1 Rendah 27 27
2 Sedang 54 54
3 Tinggi 19 19
Jumlah 100 100
Berdasarkan data di atas dapat dijabarkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi belajar dengan kategori sedang yaitu sebanyak 54 responden (54%).
2. Peran Pembimbing Akademik
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian (Peran Pembimbing Akademik)
No. Peran Pembimbing Akademik f %
1 Negatif 33 33
2 Positif 67 67
Jumlah 100 100
Berdasarkan data di atas dapat dijabarkan bahwa sebagian besar responden menilai peran pembimbing akademik termasuk kategori positif yaitu sebanyak 67 responden (67%).
3. Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian (Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik) No. Kecemasan f % 1 Tidak ada 0 0 2 Ringan 3 3 3 Sedang 22 22 4 Berat 41 41 5 Berat Sekali 34 34 Jumlah 100 100
Berdasarkan data di atas dapat dijabarkan bahwa hampir setengah responden mengalami kecemasan tingkat berat dalam menghadapi praktik klinik yaitu sebanyak 41 responden (41%).
C. Hasil Penelitian
1. Uji Prasyarat Penelitian
Uji prasyarat penelitian dengan uji normalitas dengan program SPSS. 17 dengan Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data motivasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Motivasi Belajar
Hasil uji normalitas motivasi belajar menunjukkan nilai p value sebesar 0,065 > 0,05 berarti sebaran data terdistribusi normal.
100 53,02 13,672 ,131 ,131 -,108 1,309 ,065 N Mean
Std. Dev iat ion Normal Parametersa ,b Absolute Positiv e Negativ e Most Extrem e Dif f erences Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
Hasil uji normalitas data peran pembimbing akademik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Uji Normalitas Data Peran Pembimbing Akademik
Hasil uji normalitas data peran pembimbing akademik menunjukkan nilai p value sebesar 0,105 > 0,05 berarti sebaran data terdistribusi normal.
Hasil uji normalitas data kecemasan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.12 Uji Normalitas Data Kecemasan
Hasil uji normalitas data kecemasan menunjukkan nilai p value sebesar 0,129 > 0,05 berarti sebaran data terdistribusi normal.
100 35,58 9,721 ,117 ,117 -,060 1,170 ,129 N Mean St d. D ev iation N ormal Parameter sa ,b Absolute Positiv e N egativ e Most Extr eme
D if f erences
Kolmogorov - Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
Kecemasan 100 50,51 4,179 ,121 ,056 -,121 1,214 ,105 N Mean
Std. Dev iat ion Normal Parametersa,b
Absolute Positiv e Negativ e Most Extrem e Dif f erences Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
Hasil uji normalitas data moderasi (motivasi + peran pembimbing akademik) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13 Uji Normalitas Data Moderasi (Motivasi + Peran Pembimbing Akademik)
Hasil uji normalitas data moderasi (motivasi + peran pembimbing akademik) menunjukkan nilai p value sebesar 0,105 > 0,05 berarti sebaran data terdistribusi normal.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan analisis Regresi Linier Berganda untuk membuktikan signifikansi hubungan motivasi dan peran pembimbing akademik dengan kecemasan menghadapi praktik klinik. Hasil penghitungan dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.14 Hasil Analisis Hubungan Motivasi dan Peran Pembimbing Akademik dengan Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
Variabel Koefisien Regresi (B) t p
Konstanta 108.768 13,813 0,000
Motivasi -0,268 -4,511 0,000
Peran Pembimbing Akademik -0,709 -3,986 0,000 Moderasi (Motivasi+Peran) 0,216 -2,937 0,004 n observasi = 100 Adjusted R2= 0,583 100 107,18 12,449 ,121 ,121 -,082 1,215 ,105 N Mean
Std. Dev iat ion Normal Parametersa,b
Absolute Positiv e Negativ e Most Extr em e Dif f erences Kolmogorov - Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
1. Hubungan Motivasi dengan Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik Tabel 4.15 Hasil Analisis Silang Hubungan Motivasi Belajar dengan
Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
No. Motivasi
Kecemasan
Total %
Ringan Sedang Berat Berat Sekali
% % % %
1 Rendah 0 0 1 3,7 4 14,8 22 81,5 27 100
2 Sedang 0 0 9 16,7 35 64,8 10 18,5 54 100
3 Tinggi 3 15,8 12 63,2 2 10,5 2 10,5 19 100
Total 3 3 22 22,0 41 41 34 34 100 100
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui responden dengan motivasi rendah didapatkan paling banyak mengalami kecemasan dalam menghadapi praktik klinik dengan kategori berat sekali yaitu sebanyak 22 responden (81,5%), sebaliknya pada responden yang memiliki motivasi tinggi didapatkan paling banyak memiliki kecemasan dalam menghadapi praktik klinik dengan kategori sedang yaitu sebanyak 12 responden (63,2%). Hal ini menunjukkan adanya suatu tren yakni semakin tinggi motivasi belajar maka semakin rendah kecemasanya dalam menghadapi praktik klinik dan sebaliknya. Hasil uji regresi linier menunjukkan nilai t sebesar 13,813 dengan p = 0,000.
2. Hubungan Peran Pembimbing Akademik dengan Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
Tabel 4.16 Hasil Analisis Silang Hubungan Motivasi Belajar dengan Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
No. Peran
Pembimbing
Kecemasan
Total %
Ringan Sedang Berat Berat Sekali
% % % %
2 Positif 3 4,5 22 32,8 35 52,2 7 10,4 67 100
Total 3 3 22 22,0 41 41 34 34 100 100
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui responden dengan peran pembimbing akademik negatif didapatkan paling banyak mengalami kecemasan dalam menghadapi praktik klinik dengan kategori berat sekali yaitu sebanyak 27 responden (81,8%), sebaliknya pada responden yang memiliki motivasi tinggi didapatkan paling banyak memiliki kecemasan dalam menghadapi praktik klinik dengan kategori berat yaitu sebanyak 35 responden (52,2%). Hal ini menunjukkan adanya suatu tren yakni semakin negative peran pembimbing akademik maka semakin berat sekali kecemasanya dalam menghadapi praktik klinik dan sebaliknya. Hasil uji regresi linier menunjukkan nilai t = -3,986 dengan p = 0,000. 3. Hubungan Motivasi Belajar dan Peran Pembimbing Akademik dengan
Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
60 80 100 120 140 Moderasi 20 30 40 50 60 R Sq Linear = 0.514
Gambar 4.1 Scatter Diagram Hubungan Motivasi dan Peran Pembimbing Akademik dengan Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat ada suatu kecenderungan semakin tinggi skor moderasi (motivasi + peran pembimbing akademi) maka semakin rendah tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik. Nilai R Sq Linear sebesar 0,514 artinya pengaruh moderasi (motivasi + peran pembimbing akademi) terhadap kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik sebesar 51,43%. Hasil analisis dengan regresi linier menunjukkan ada hubungan motivasi dan peran pembimbing akademik dengan kecemasan menghadapi praktik klinik di Akademi Kebidanan Dharma Husada Kediri. Hasil uji menunjukkan nilai t sebesar -2,937 dengan p = 0,004.
D. Pembahasan
1. Hubungan Motivasi dengan Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik Berdasarkan tabel 4.15 diketahui ada hubungan motivasi belajar mahasiswa dengan kecemasan menghadapi Praktik Klinik di Akademi Kebidanan Dharma Husada Kediri (t = 13,813 atau p = 0,000).
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa kecemasan pada dasarnya merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Videbeck, 2008: 307). Kecemasan juga dipahami sebagai suatu konflik di antara kekuatan untuk menguasai ego, maka sangat bisa dipahami jika ego merasa terjepit dan terancam, serta merasa seolah-olah akan lenyap digilas kekuatan-kekuatan tersebut maka
seseorang akan merasa cemas (Zaviera, 2007: 97). Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul akibat perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami kecemasan berat. Disisi lain motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai dari hasil praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Indikasi motivasi belajar dapat diklarifiksikan sebagai berikut adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita untuk masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan belajar dengan baik (Uno, 2011:23).
Adanya hubungan motivasi belajar mahasiswa dengan kecemasan menghadapi praktik klinik disebabkan kecemasan memang bisa timbul manakala seseorang ada beban hidup. Umumnya pada mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi, dia akan selalu belajar dengan rajin. Hal ini akan berdampak pada kesiapannya dalam menghadapi beban perkuliahan termasuk ketika harus menghadapi praktik klinik sekalipun. Berbeda kondisinya dengan mahasiswa yang memiliki motivasi rendah, upaya belajarnya umumnya juga minim. Hal ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap penguasaan materi perkuliahan. Akibatnya adalah akan ada beban dalam pikirannya sehingga timbul rasa khawatir
jika suatu saat ketika sedang mengikuti praktik klinik ada kesulitan. Beban inilah yang menjadi pemicu timbulnya rasa was-was yang akhirnya menimbulkan kecemasan.
Hasil analisis silang membuktikan asumsi tersebut. Pada responden dengan motivasi rendah didapatkan paling banyak mengalami kecemasan dalam menghadapi praktik klinik dengan kategori berat sekali yaitu sebanyak 22 responden (81,5%), sebaliknya pada responden yang memiliki motivasi tinggi didapatkan paling banyak memiliki kecemasan dalam menghadapi praktik klinik dengan kategori sedang yaitu sebanyak 12 responden (63,2%). Hal ini menunjukkan adanya suatu kecenderungan hubungan diantara kedua variabel tersebut. Secara kronologis terjadi ketika mahasiswa memiliki motivasi tinggi maka akan rajin belajar sehingga meningkatkan kemampuanya dalam bidang yang dipelajari. Hal ini akan membuat mahasiswa lebih siap menghadapi beban praktikum yang berat.
Kembali kepada teori kecemasan yang menyebutkan bahwa cemas merupakan respon psikologis dari seseorang yang timbul secara insting karena adanya perasaan takut yang belum tentu atau belum jelas penyebabnya. Bagi mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah maka di dalam benaknya akan selalu merasa tidak siap dalam menghadapi praktik klinik yang mana harus menghadapi pasien secara langsung. Kondisi ini tentunya sangat berbeda dengan praktek di laboratorium yang ada di bangku kuliah. Secara pengalaman perlu disadari bahwa mahasiswa masih minim pengalaman dalam praktek klinik dalam menghadapi pasien secara langsung. Respons psikologis yang timbul tentunya
berbagai perasaan takut yang sebenarnya tidak jelas penyebabnya dan obyek apa yang ditakutkan. Namun demikian pemikiran ini akan selalu timbul. Secara logis mereka pasti berpikir bahwa selama ini dirinya kurang serius dalam belajar dan mengikuti perkuliahan. Ketika tiba saatnya harus praktek klinik, maka mau atau tidak mau mereka harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya harus menghadapi pasien secara langsung. Jika ada suatu kesalahan maka akan sangat beresiko bagi kondisi pasien. Belum lagi jika ada kesalahan maka akan mendapatkan teguran dari pembimbing di lahan praktek. Berbagai pemikiran ini akan selalu berkecamuk di dalam benaknya. Respon inilah yang akhirnya menimbulkan perasaan takut dan cemas sampai tingkat berat sekali.
2. Hubungan Peran Pembimbing Akademik dengan Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui ada hubungan peran pembimbing akademik dengan kecemasan menghadapi praktik klinik di Akademi Kebidanan Dharma Husada Kediri (t = -3,986 dan p = 0,000).
Kecemasan adalah respons emosional terhadap kondisi dialami secara subektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya (Suart, 2007: 198). Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian individu yang subjektif yang mana keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar dan belum diketahui pasti penyebabnya (Pieter, 2011: 237). Menurut pandangan perilaku ansietas atau kecemasan merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dan untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Kondisi ini sering menimpa mahasiswa yang akan menghadapi praktik klinik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diperlukan peran pembimbing akademik. Hendro Saputro (2010: 77-78) mengemukakan bahwa pembimbing akademik adalah tenaga pengajar tetap yang ditunjuk dan diserahi tugas membimbing mahasiswa. Tujuan bimbingan akademik adalah membantu mahasiswa dalam mengembangkan potensinya sehingga memperoleh hasil yang optimal dan dapat menyelesaikan studinya dengan waktu yang ditentukan. Pembimbing akademik memiliki berbagai peran, yakni memberikan bimbingan dan motivasi pada awal semester agar mahasiswa meraih IP yang baik, memberikan perhatian kepada mahasiswa yang tingkat kehadirannya rendah agar mahasiswa tidak droup out, memberikan perhatian kepada mahasiswa yang memiliki nilai rendah pada saat ujian tengah semester, membantu mahasiswa agar memiliki sikap dan perilaku belajar yang baik, membantu menyelesaikan masalah akademik dan memberikan bimbingan agar mahasiswa dapat mengembangkan potensi pendidikan, penelitian, seni dan budaya, untuk turut mengikuti kegiatan baik nasional maupun internasional.
Adanya hubungan peran pembimbing akademik dengan kecemasan menghadapi praktik klinik disebabkan dengan adanya pembimbing akademi yang sudah berperan dengan baik maka menyebabkan mahasiswa memiliki kompetensi
yang lebih baik. Kemampuan ini akan menambah rasa percaya diri mahasiswa ketika diterjunkan langsung ke dalam praktik klinik. Perasaan percaya diri akan kemampuan yang dimiliki ini akan sedikit banyak mengurangi beban pikirannya sehingga dapat mengurangi rasa takut atau rasa khawatir terhadap berbagai kendala ketika sedang melaksanakan praktek klinik. Hal ini tentu saja akan mengurangi rasa cemas yang dialaminya.
Hasil analisis silang menunjukkan asumsi tersebut benar. Terbukti dari hasil analisis diketahui pada responden dengan peran pembimbing akademik negatif didapatkan paling banyak mengalami kecemasan dalam menghadapi praktik klinik dengan kategori berat sekali yaitu sebanyak 27 responden (81,8%), sebaliknya pada responden yang memiliki motivasi tinggi didapatkan paling banyak memiliki kecemasan dalam menghadapi praktik klinik dengan kategori berat yaitu sebanyak 35 responden (52,2%). Hal ini menunjukkan adanya suatu tren yakni semakin negatif peran pembimbing akademik maka semakin berat sekali kecemasanya dalam menghadapi praktik klinik dan sebaliknya.
Analisis secara teoritis menunjukkan bahwa timbulnya kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik lebih disebabkan oleh perasaan tidak siap secara psikologis. Hal ini terjadi ketika mahasiswa melaksanakan praktek klinik maka dirinya akan mengalami hal baru yang tentunya berbeda dengan pengalaman belajar di kampus. Di dalam praktek klinik mereka menghadapi kenyataan yang sebenarnya. Pengalaman klinik selama ini adalah mereka menghadapi pantum yang tidak memiliki emosi, tidak beresiko jika terjadi kesalahan. Bayangan merawat manusia hidup yang penuh dengan resiko bagi
orang yang belum memiliki pengalaman akan menimbulkan respon psikologis seperti rasa kuatir, takut, kurang percaya diri dan pemikiran negatif lainnya. Hal ini secara psikologis akan mendatangkan perasaan cemas bagi mahasiswa yang akan menghadapi praktek klinik. Kondisi ini masih tetap terjadi pada mahasiswa yang sudah menilai bahwa peran pembimbing akademik positif apalagi bagi mahasiswa yang menilai peran pembimbing akademiki negatif.
3. Hubungan Moderasi (Motivasi Belajar + Peran Pembimbing Akademik) dengan Kecemasan Menghadapi Praktik Klinik
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui ada hubungan moderasi (motivasi + peran pembimbing akademik) dengan kecemasan menghadapi praktik klinik di Akademi Kebidanan Dharma Husada Kediri (t = -2,937 dan p = 0,004).
Dalam proses pembelajaran diperlukan dukungan dari mahasiswa berupa motivasi belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai dari hasil praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Indikasi motivasi belajar dapat diklarifiksikan sebagai berikut adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita untuk masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan belajar dengan baik (Uno, 2011:23). Disamping motivasi belajar untuk meningkatkan pretasi belajar juga diperlukan pembimbing akademik. Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa menurut Hendro Saputro (2010:
77-78) pembimbing akademik adalah tenaga pengajar tetap yang ditunjuk dan diserahi tugas membimbing mahasiswa. Pembimbing akademik memiliki berbagai peran, yakni memberikan bimbingan dan motivasi pada awal semester agar mahasiswa meraih IP yang baik, memberikan perhatian kepada mahasiswa yang tingkat kehadirannya rendah agar mahasiswa tidak droup out, memberikan perhatian kepada mahasiswa yang memiliki nilai rendah pada saat ujian tengah semester, membantu mahasiswa agar memiliki sikap dan perilaku belajar yang baik, membantu menyelesaikan masalah akademik dan memberikan bimbingan agar mahasiswa dapat mengembangkan potensi pendidikan, penelitian, seni dan budaya, untuk turut mengikuti kegiatan baik nasional maupun internasional. Kedua hal di atas (motivasi dan pembimbing akademik) diperlukan untuk menciptakan profesionalisme di kalangan mahasiswa sesuai dengan profesinya dengan harapan mahasiswa memiliki kompetensi yang memadai dan siap diterjunkan di masyarakat.
Hasil analisis menunjukkan ada hubungan motivasi dan peran pembimbing akademik dengan kecemasan menghadapi praktik klinik. Hal ini disebabkan dengan memiliki motivasi tinggi maka mahasiswa akan lebih rajin dalam belajar maupun mengikuti perkuliahan. Ditunjang dengan adanya pembimbing akademik yang berperen dengan baik maka menyebabkan mahasiswa lebih berkompeten. Berbekal kondisi demikian maka mahasiwa akan lebih siap ketika akan diterjunkan dalam praktek klinik dimana pada saat ini harus menghadapi pasien secara langsung. Tentunya berbagai masalah akan ditemukan sehingga berbagai kesulitan juga mungkin terjadi. Sebaliknya ketika motivasi
belajar rendah, maka umumnya mahasiswa jarang belajar sehingga kemampuan akademik juga kurang. Apalagi jika di dukung dengan peran pembimbing akademik yang kurang. Pada akhirnya adalah akan timbul beban psikologis yang berat bagi mahasiswa jika akan diterjunkan ke dalam praktek klinik. Hal ini terjadi akibat perasaan yang timbul karena merasa kurang kompeten terhadap tugas yang akan dilaksanakannya.
Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa ada suatu kecenderungan hubungan diantara kedua variabel yakni semakin tinggi skor moderasi (motivasi + peran pembimbing akademi) maka semakin rendah tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik. Hal ini disebabkan dengan memiliki motivasi tinggi dan peran pembimbing akademik positif maka akan meningkatkan kompetensi mahasiwa sehinga meningkatkan rasa percaya diri terhadap kompetensinya sehingga menurunkan beban pikiran ketika menghadapi praktik klinik.
Nilai R Sq Linear sebesar 0,514 artinya pengaruh moderasi (motivasi + peran pembimbing akademi) terhadap kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik sebesar 51,43%. Angka ini memberikan gambaran bahwa peran motivasi + peran pembimbing akademi untuk mengurangi kecemasan mahasiswa cukup besar karena lebih dari 50%. Dapat diasumsikan bahwa peran kedua variabel termasuk cukup dominant mengingat masih banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap timbulnya kecemasan bagi mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik.