• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) selalu menjadi fokus utama dalam pelayanan kesehatan terutama bagi Puskesmas.Kesehatan ibu, bayi, dan balita menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena ibu, bayi dan balita termasuk dalam penduduk yang rentan terhadap penyakit. Selain itu, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator derajat kesehatan suatu Negara.Banyak program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam pelayanan KIA. Sesuai Permenkes No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang pelayanan kesehatan di Kabupaten/Kota yaitu cakupan kunjungan ibu hamil K4 (95%), cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (90%), cakupan pelayanan nifas (90%), cakupan ibu hamil dengan resiko tinggi yang dirujuk (100%),cakupan kunjungan neonatus (90%), cakupan kunjungan bayi (90%), cakupan bayi berat lahir rendah / BBLR yang ditangani (100%).

Kebijakan penempatan bidan desa merupakan upaya terobosan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB.Keadaan ini menempatkan bidan desa sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, neonatal, bayi dan anak balita.Namun demikian, kualitas pelayanan yang diberikan oleh bidan desa masih perlu

(2)

bidan maupun dalam hal manajemen program KIA agar dalam menjalankan fungsinya sesuai dengan standar bidan baik yang bertugas di Desa maupun di Puskesmas memiliki kemampuan dan keterampilan yang bervariasi, sehingga menjadi beban kerja tersendiri dalam pembinaannya (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs,2000)pada tahun 2015 diharapkan AKImenurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 danAKB dan Angka Kematian Balita (AKABA) menurun sebesardua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itupada tahun 2015 Indonesiamempunyai komitmen untuk menurunkan AKI menjadi102/100.000 KH, AKB dari 68 menjadi 23/1.000 KH,dan AKABA 97 menjadi 32/1.000 KH (Kemenkes RI, 2010).

Untuk menunjang keberhasilan upaya-upaya kesehatan maka pemerintah menetapkan Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat, dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmasdidukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitaspelayanan kesehatan.Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa.Bidan desa merupakan bidan yang ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa dalam wilayah kerja Puskesmas.

Tugas bidan desa dalam melaksanakan program KIA yaitu melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak, mengelola program KIA di wilayah desa, meningkatkan peran serta masyarakat termasuk pembinaan dukun bayi dan kader,

(3)

pembinaan wahana atau forum peran serta masyarakat yang terkait melalui pendekatan kepada pamong dan tokoh masyarakat. Fungsi bidan desa dalam pelayanan KIA yaitu memberikan pelayanan kesehatan ibu, memberikan pelayanan kesehatan bayi, memberikan pelayanan kesehatan balita, memberikan pertolongan pertama pada ibu bayi dan balita seperti ISPA, diare, gizi buruk, kecacingan, malaria, mengelola pelayanan KIA dan upaya pendukungnya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil, serta membantu sasaran/ individu dan keluarga untuk meningkatkan hidup sehat secara mandiri (Depkes RI, 2007).

Menurut Mangkunegara (2009) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Bidan desa sebagai petugas kesehatan digaris terdepan dan sesuai dengan fungsi keberadaannya diharapkan mampumeningkatkan cakupan pelayanan KIA. Namun terdapat banyak faktor yangmempengaruhi kinerja bidan desa tersebut diantaranya adalah faktor individu terdiri atas : Kemampuan, Pengalaman, Motivasi, Pembelajaran, Sikap dan faktor lingkungan kerja organisasi terdiri atasimbalan/penghargaan, sarana/peralatan, beban kerja, komitmen kerja.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Budi (2011) mengenai review kinerja bidan desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak: isu strategis dan upaya pemecahannya disimpulkan bahwa dalam upaya meningkatkan kinerja bidan desa sebagai ujung tombak pelayananKIA,

(4)

ditemukan banyak kendala yaitu beban kerja bidan desa tinggi, kompetensi bidantidak mendukung untuk melaksanakan job deskripsi bidan terutama tugas tambahan,pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan skill bidan desa belum maksimal, hambatansupervisi, ketidakseimbangan antara reward dan beban kerja serta rendahnya komitmenbidan desa dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab.

Sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi akan mempengaruhi kualitas kerja yang akan dihasilkan. Kualitas pelayanan yang dilakukan di puskesmas sangat dipengaruhi oleh kinerja sumber daya manusia yang ada di puskesmas.Kinerja sumber daya manusia yang ada di puskesmas dapat dilihat dari beban kerja yang dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan salah satunya adalah bidan desa.Beban kerja adalah tanggung jawab kewajiban yang harus dilaksanakan karena pekerjaan tertentu(Simamora, 2001).Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang semakin berat beban kerja yang dimilikinya dan hasil yang didapatkan juga tidak optimal (Gibson dkk, 1996).

Menurut Luthans (2006) komitmen organisasi merupakan sebagai keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu. Komitmen merupakan proses yang berkelanjutan dimana para anggota organisasi masing-masing menyumbangkan kontribusi terhadap kemajuan organisasi. Komitmen yang tinggi akan sangat menentukan tingkat retensi karyawan dan produktivitas kerja yang baik serta rasa memiliki. Hal-hal ini akan memberi hasil berupa kinerja yang baik maupun buruk. Menurut Depkes (2007) pelayanan kesehatan yang dilakukan bidan desa akan terlaksana secara optimal apabila setiap bidan desa

(5)

memahami komitmen kerjanya sebagai bidan kerja. Komitmen kerja bidan desa adalah suatu janji dari seorang bidan desa atau kebulatan tekad untuk melaksanakan kegiatannya sebagai seorang bidan sesuai dengan tujuan,kedudukan,dan cakupan yang sudah ditentukan dalam tugasnya.Komitmen kerja bidan desa terdiri dari : Bidan desa komitmen terhadap peningkatan cakupan pelayanan, Bidan desa komitmen terhadap kebijaksanaan Departemen Kesehatan, Bidan desa komitmen terhadap tugas manajemen KIA dan administrasi/pencatatan dan pelaporan.

Cakupan persalinan yang ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 90,88% dan telah mencapai target renstra yaitu sebesar 89%. Dari 33 provinsi di Indonesia ada 12 provinsi yang belum mencapai target renstra, salah satunya adalah sumatera utara yaitu sebesar 81,71%. Namun dalam tingkat daerah jumlah cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dari 33 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara hanya 13 Kabupaten/Kota yang mencapai target. Cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K4 di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 86,62%, sementara cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K4 di Sumatera Utara sebesar 76,34%, Dalam hal ini baik dalam lingkup nasional dan provinsi belum memenuhi target renstra yaitu sebesar 93%. Cakupan kunjungan neonatus pertama (KN1) berdasarkan target renstra yaitu 89%. Cakupan KN1 di Indonesia sebesar 93,34%, untuk Sumatera Utara 92,57%, dan KN1 telah mencapai target renstra baik secara nasional maupun provinsi. Berdasarkan target indikator Indonesia sehat rasio bidan 100/100.000 penduduk di tingkat provinsi Sumatera Utara ada 67% Kabupaten/Kota yang telah memenuhi

(6)

target. Rasio bidan per 100.000 penduduk di Sumatera Utara sebesar 102,5/ 100.000 penduduk hal ini telah mencapai target indikator Indonesia sehat. (Kemenkes RI, 2013).

Kabupaten Samosir memiliki 12 puskesmas yaitu 5 puskesmas dengan rawat inap dan 7 puskesmas dengan non rawat inap.Kabupaten Samosir memiliki cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan tahun 2013 sebesar 99,17% dan telah mencapai target Renstra yaitu sebesar 89%, selanjutnya untuk cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K4 Kabupaten Samosir sebesar 83,16% dan belum memenuhi target Renstra yaitu sebesar 93%, cakupan kunjungan KN1 berdasarkan target Renstra yaitu 89% untuk itu cakupan kunjungan KN1 Kabupaten Samosir sudah mencapai target yaitu sebesar 94,13%, dan untuk cakupan pelayanan kesehatan bayi telah mencapai target Renstra sebesar 87% yaitu sebesar 99,17%, cakupan pelayanan kesehatan anak balita Kabupaten Samosir berada pada tingkat terendah dan tidak mencapai target yaitu sebesar 58,13%. Untuk rasio bidan per 100.000 penduduk sebesar 236,6/100.000 penduduk. Dari data tersebut, rasio bidan di Kabupaten Samosir sudah memenuhi target namun belum semua cakupan pelayanan KIA memenuhi target renstra (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arthur (2006) mengenaiGambaran Kualitas pelayanan antenatal dan cakupan K4 di Puskesmas Kabupaten Samosir Tahun 2006, menunjukkan sarana pelayanan antenatal baru 7 (63,6%) Puskesmas yang sarananya dapat dikatakan lengkap, sedangkan dana, tenaga dan pengetahuan sudah memadai di setiap Puskesmas. Kondisi

(7)

pelaksanaan proses dari pelayanan antenatal di Puskesmas wilayah Kabupaten Samosir yang terdiri dari anamnesa (8 (72,7%) Puskesmas), pemeriksaan fisik (7 (63,6%) Puskesmas), penegakan diagnosa (6 (54,5%) Puskesmas), intervensi (7 (63,6%) Puskesmas) dan konseling (7 (63,6%) Puskesmas) belum memadai. Rata-rata cakupan K4 dari Januari-November tahun 2006 di Puskesmas wilayah Kabupaten Samosir yang masih rendah yaitu sebesar 59,72%. Oleh karena itu, perlu adanya penegasan agar petugas pelayanan antenatal menjalankan prosedur pelayanan antenatal, dan perlu melengkapi sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang sarananya masih kurang memadai, serta perlunya meningkatkan sumber daya manusia baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sarumpaet dkk(2012) mengenai perbedaan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di perkotaan dan daerah terpencil menyatakan bahwa adanya perbedaan nyata antara harapan dan kondisi mutu pelayanan kesehatan yang dipersepsikan oleh masyarakat (P < 0,05) di wilayah kerja Puskesmas Buhit mewakili daerah perkotaan dan Mogang mewakili daerah terpencil. Sehingga indikasinya mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang diberikan oleh Puskesmas Buhit dan Puskesmas Mogang belum memenuhi harapan masyarakat.

Puskesmas Buhit merupakan puskesmas non rawat inap yang berada di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dengan wilayah kerja 25 Desa dan 3 Kelurahan.Dari hasil survei pendahuluan yang dilaksanakan terhadap bidan desa,dalam pelayanan antenatal belum dilaksanakan sesuai dengan standar yang ada seperti pengisian buku KIA tidak lengkap,dalam pelayanan antenatal bidan

(8)

desa langsung melakukan palpasi pada Ibu hamil tanpa melakukan ukur lingkar lengan atas dan ukur tinggi fundus uteri yang digunakan untuk pendeteksian secara dini gangguan kehamilan yang mungkin terjadi. Pembagian beban kerja yang kurang merata kepada setiap bidan desa menjadi penyebab kurangnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, Komitmen kerja bidan desa yang masih kurang, membuat bidan desa tidak selalu berada di tempat tugas, serta pekerjaan yang selesai tidak tepat pada waktunya seperti mengantar laporan ke Puskesmas Buhit.

Adanya beban kerja dan komitmen kerja yang masih belum sesuai oleh bidan desa berdampak pada kinerja bidan desa.Kinerja bidan desa wilayah kerja Puskesmas Buhit dapat dilihat dari cakupan KIA untuk Desa Lumban Suhi Dolok pada tahun 2014, target untuk ibu hamil dan sasaran ibu bersalinadalah 20 orang Ibu. Untuk cakupan K1 sebesar 7 orang Ibu hamil (35,00%), cakupan K4 sebesar 12 orang Ibu hamil (60,00%), cakupan persalinan 14 orang Ibu bersalin (70,00%). Target untuk Bayi yang dilayani 19 orang Bayi dan 109 orang Balita. Cakupan KN1 sebesar 14 orang Bayi (73,68%), cakupan KNL sebesar 13 orang Bayi (68,42%). Untuk Desa Situngkir, target untuk Ibu hamil dan target Ibu bersalin adalah 9 orang Ibu. Cakupan K1 sebesar 5 orang Ibu hamil (55,56%), cakupan K4 sebesar 4 orang Ibu hamil (44,44), cakupan persalinan 5 orang Ibu bersalin (55,56%). Target untuk Bayi yang dilayani 9 orang Bayi dan 49 orang Balita. Cakupan KN1 sebesar 5 orang Bayi (55,56), Cakupan KNL sebesar 4 orang Bayi (44,44%) (Profil Kesehatan Puskesmas Buhit, 2015). Cakupan untuk Desa Lumban Suhi Dolok dan Desa Situngkir adalah mewakili26 Desa lainnya di

(9)

wilayah kerja puskesmas Buhit.Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas Buhit yang menjadi tanggung jawab bidan desa masih belum optimal karena belum semua cakupan KIA mencapai target.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dan survei pendahuluan yang dilakukan di puskesmas Buhit, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan beban kerja dan komitmen kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir tahun 2016.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah adalah ada hubungan beban kerja dan komitmen kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan beban kerja dan komitmen kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016.

(10)

2. Untuk mengetahui hubungan komitmen kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dalam peningkatan pelayanan KIA.

2. Sebagai masukan bagi puskesmas Buhit dalam peningkatan pelayanan KIA.

3. Sebagai masukan bagi Bidan Desa dalam peningkatan pelayanan KIA. 4. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan

pengalaman secara langsung dalam penerapan disiplin ilmu yang diperoleh.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian merekomendasikan bahwa variasi campuran yang paling baik untuk menghasilkan adukan campuran papercrete berkinerja terbaik jika dilihat dari

Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma dapat menyebabkan kerusakan  pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatic pada medulla spinalis tidak selalu terjadi

Kadar TSS dalam air limbah bekas pencucian jeans tergolong sangat tinggi, dengan menggunakan unit koagulasi flokulasi dibantu variasi koagulan, yakni tawas 50

1. Teori proselitisasi ; teori ini akan digunakan dalam menganalisis bagaimana kegiatan penyebaran Islam di Nusantara. Dengan berpatokan pada teori Snouck Hurgronje

Hal ini menunjukkan dana yang diperoleh dari right issue pada umumnya digunakan untuk membayar kewajiban yang telah jatuh tempo, untuk meningkatkan keuntungan

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

ƒ Teknik dan metode pengukuran garis batas di setiap titik-titik perapatan patok-patok batas dapat dilaksanakan menggunakan metode terestris seperti polygon, pengikatan kemuka

Dari proses pengujian diatas dapat dilihat bahwa Aplikasi JIBAS yang digunakan oleh SMA Negeri 9 Padang dapat memenuhi kebutuhan dari pihak sekolah dan laporan