• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kini pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kini pada"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar belakang

Target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kini pada kenyataannya masih jauh dari target Millennium Development Goals (MDGs) yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Bappenas, 2010).

Beberapa penyebab langsung dari AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil, bersalin dan nifas. Penyebab komplikasi persalinan salah satunya adalah persalinan lama yang juga dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu. Faktor kecemasan ibu bersalin dapat menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama dan hal ini dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin (Depkes RI, 2008). Kecemasan pada trimester ketiga kehamilan akan muncul pada ibu primigravida karena ibu merasa takut menghadapi persalinan. Selain itu pada trimester ketiga kehamilan merupakan masa beresiko tinggi terjadinya kelahiran bayi prematur yang mengakibatkan tingginya kecemasan pada ibu hamil sehingga meningkatkan resiko persalinan lama (Wulandari, 2006).

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah sebagai upaya global untuk mencegah atau menurunkan kematian ibu salah satunya melalui perawatan antenatal. (Martaadisoebrata, 2005). Perawatan antenatal merupakan suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu selama masa kehamilan untuk memperoleh proses kehamilan serta persalinan yang aman dan memuaskan (WHO, 2010). Selama masa kehamilan diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu agar berada dalam status kesehatan yang optimal.

(2)

Hal tersebut menjadi sangat penting karena status kesehatan ibu berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya (Depkes RI, 2008).

Masa kehamilan merupakan masa yang paling didambakan oleh pasangan yang sudah menikah pada umumnya. Perasaan senang, bingung dan cemas dapat dirasakan oleh seorang wanita yang berada pada masa kehamilan (Huliana, 2001). Menurut Combes&Schonveld, ibu hamil memiliki perbedaan karakteristik kesemasan di setiap trimester kehamilan. Selama tiga bulan pertama kehamilan, wanita mengekspresikan perasaan tersebut berkenaan dengan persalinan, menjadi orang tua, kesehatan bayi, saran yang bertentangan (terutama diet), dan kekhawatiran mengalami keguguran. Perasaan ini biasanya menghilang selama trimester kedua kehamilan, namun dalam tiga bulan terakhir kembali muncul disertai dengan kekhawatiran tentang citra tubuh (Combes&Schonveld, 1992).

Bardasarkan data kunjungan di Puskesmas Wilayah Kerja Denpasar Selatan II, tercatat jumlah kunjungan kehamilan dari awal tahun 2013 hingga agustus 2013 mencapai 1375 kunjungan ibu hamil K1-K4, 330 diantaranya merupakan ibu hamil pertama. Studi pendahuluan dilakukan dari tanggal 13 November 2013 sampai dengan tanggal 19 November 2013. Pengukuran tingkat kecemasan melalui metode wawancara dengan pedoman kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dilakukan pada 10 orang ibu primigravida yang menyatakan merasa gelisah dan cemas menanti kelahiran anak pertamanyanya di Puskesmas Wilayah Kerja Denpasar Selatan II. Diantara 10 orang ibu hamil tersebut, 1 orang mengalami cemas berat, 2 orang cemas sedang, 5 orang cemas ringan, dan 2 orang tidak mengalami kecemasan.

(3)

Secara individu kecemasan pada dasarnya sangat mengganggu. Beberapa penelitian membuktikan bahwa Ibu yang mengalami kecemasan semasa kehamilan lebih banyak mengalami persalinan abnormal dibandingkan dengan ibu yang relatif tenang dan aman (Maramis, 2005).

Penelitian yang dilakukan di University of Miami School of Medicine, Amerika Serikat, menyatakan bahwa 10% dari wanita yang mengalami kecemasan atau depresi saat hamil dapat menularkan kesedihannya pada janin di dalam kandungannya. Keadaan stress akan menyebabkan pembuluh darah di rahim mengkerut, sehingga aliran darah ke rahim akan berkurang. Ini menyebabkan aliran darah dari ibu ke janin akan berkurang, sehingga bayi akan menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi ( Field, et al. 2004).

Tingkat kecemasan pada ibu hamil juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang diperoleh selama kehamilan. Kurangnya pengetahuan akan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi serta minimnya informasi yang diperoleh selama masa kehamilan akan menimbulkan kecemasan tersendiri (Aisyah, 2009). Maka dari itu, dukungan informasi melalui asuhan antenatal selama masa kehamilan ditujukan untuk meminimalkan stres dan rasa takut (Department of Health, 1993). Adapun media yang dapat digunakan dalam memberikan informasi kesehatan salah satunya melalui media audiovisual (Bastable, 2002).

Media audiovisual merupakan media penyampaian informasi terdiri dari audio (suara) dan visual (gambar) yang mencakup dua indera sekaligus yakni indera pendengaran dan indera penglihatan. Tentunya pada pengaplikasiannya,

(4)

media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena mencakup kedua karakteristik tersebut (Haryoko, 2009). Efektifitas audiovisual didukung oleh penelitian yang menyatakan bahwa hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media audio-visual memiliki nilai skor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang diajar menggunakan pendekatan konvensional (Haryoko, 2009).

Sejalan dengan hal tersebut, media audiovisual tidak hanya digunakan dalam bidang pembelajaran di bangku sekolah atau perkuliahan, namun peneliti juga ingin mengaplikasikan penggunaan media audiovisual di bidang kesehatan. Penggunaan media audiovisual dalam penyampaian informasi dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, rangsangan, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap penerima informasi itu sendiri (Arsyad, 2007).

Memberikan tayangan audiovisual antenatal care education dimaksudkan untuk menunjukkan kepada calon ibu bagaimana proses perkembangan janin dalam rahim selama kehamilan, keluhan yang muncul saat trimester ketiga kehamilan dan penatalaksanaannya, tanda gejala menjelang persalinan serta penatalaksanaan yang dapat dilakukan. Dengan demikian diharapkan mampu mengurangi rasa kekhawatiran yang dialami ibu, dapat merasa lebih rileks untuk menghadapi persalinan, memahami kodrat yang memang harus dijalani oleh seorang ibu, memiliki rasa percaya diri terkait informasi yang sudah dimiliki untuk menghadapi persalinan, dan ibu dapat lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan (Aprilia, 2011).

(5)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh antara pemberian informasi antenatal melalui media audiovisual dengan tingkat kecemasan primigravida pada trimester III untuk menghadapi persalinan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis ingin mencoba merumuskan masalah yaitu apakah terdapat pengaruh pemberian audiovisual

antenatal care education terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida pada

trimester III untuk menghadapi persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Selatan II.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian audiovisual antenatal care education terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida pada trimester III untuk menghadapi persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Selatan II

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan sebelum diberikan asuhan antenatal dengan antenatal care education pada kelompok intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Selatan II

(6)

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan pada kelompok kontrol sebelum diberikan asuhan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Selatan II

c. Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan setelah diberikan asuhan antenatal dengan antenatal care education pada kelompok intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Selatan II

d. Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan pada kelompok kontrol setelah diberikan asuhan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Selatan II

e. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian asuhan antenatal pada kelompok kontrol

f. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian asuhan antenatal dengan paparan audiovisual antenatal care education pada kelompok intervensi

g. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pusat Kesehatan Masyarakat untuk memberikan edukasi antenatal care melalui media

(7)

audiovisual guna mengurangi tingkat kecemasan menjelang persalinan yang dialami oleh primigravida trimester III

1.4.2 Manfaat teoritis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pendukung atas penelitian yang sudah dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut dan dapat dikembangkan di daerah – daerah terpencil.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi masyarakat tentang tingkat kecemasan yang terjadi pada primigravida usia kehamilan trimester III, cara mengatasi kecemasan melalui informasi yang diperoleh dari media audio visual, dan membangun stigma di masyarakat bahwa persalinan bukanlah suatu stressor kecemasan yang sangat menekan pikiran.

1.5 Relevansi Penelitian

Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Audiovisual Antenatal Care Education Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Menjelang Persalinan sudah pernah dilakukan sebelumnya di tempat yang berbeda, ada beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini :

1. Agnita Utammi, Widia Lestari (2009), Perbedaan Tingkat Kecemasan Primigravida dengan Multigravida dalam menghadapi kehamilan, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan primigravida dengan multigravida dalam menghadapi kehamilan. Dari hasil penelitian,

(8)

mayoritas primigravida berada pada kecemasan berat (46,7%) sedangan multigravida mayoritas pada kecemasan sedang (72,3 %).

2. Ida Nurwanti (2011), Hubungan antara status paritas dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di BPS wilayah kelurahan pabuaran cibinong bogor 2011, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status paritas dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan. Dimana penelitian ini lebih menekankan pada intervensi yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada primigravida menjelang persalinan.

3. Penelitian Cut Ti Arafah, dkk (2011), Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Hj.Hadijah Medan Setelah Menonton Video Proses Persalinan Normal, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian video proses persalinan terhadap tingkat kecemasan pada primigravida. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada setting dan waktu penelitian dan isi video yang ditampilkan. Sedangkan persamaan terdapat pada variabel penelitian.

4. Martahadi (2010) Pengaruh Pemberian Booklet Kesehatan Kehamilan Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Primigravida, menyimpulkan bahwa tingkat kecemasan ibu primigravida sebelum diberikan booklet adalah kecemasan ringan sebanyak 15 responden (50%) dan kecemasan sedang sebanyak 15 responden (50%), sedangkan setelah diberikan booklet kesehatan kehamilan ditemukan sebagian besar responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 21 responden (70%).

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu pelayanan lain yang sangat dibutuhkan olah masyarakat Kepulauan Kangean adalah pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Satuan Administrasi Manunggal

Untuk mencari nilai rata-rata dari n bilangan yang diinputkan, maka secara otomatis kita perlu langkah-langkah atau yang bisa disebut dengan algoritma.. Sedangkan hasil

tan kokain setiap tahun, dalam pada masa yang sama menjadi pembekal kepada pasaran dadah. AS iaitu bernilai lebih daripada $60

(2) Perlindungan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan

Berpikir kritis adalah suatu sikap yang berpikir secara aktif dan mendalam mengenai informasi, observasi, komunikasi dan argumentasi yang diterima di dalam otak

Terima kasih sudah jadi sahabat yang baik banget buat aku, selalu sabar dengerin kecerewetanku, anak yang paling endel tapi baik hati.. Semoga semakin baik untuk

The scientific method as a method of intervention to improve the character education of elementary school students is more directed to the affective domain in the field of

Secara konotasi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengenai pakaian pendekar bahwa pakaian pendekar tersebut memiliki pendekatan desain dari pakaian hanfu