• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Sedimen Permukaan Muara Sungai Kawal Kabupaten Bintan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakteristik Sedimen Permukaan Muara Sungai Kawal Kabupaten Bintan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Karakteristik Sedimen Permukaan

Muara Sungai Kawal Kabupaten Bintan

Agusta

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, agusta310889@gmail.com

Chandra Joe Koenawan

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, joei ck@yahoo.com

Andi Zulfikar

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, andizulfikar@rocketmail.com

ABSTRAK

Agusta. 2016. Karakteristik Sedimen Permukaan Muara Di Sungai Kawal Kabupaten Bintan kepulauan riau, Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing 1: Chandra J. Koenawan, S.Pi, M.Si Pembimbing 2: Andi Zulfikar, S.Pi, MP.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juli 2016, bertujuan untuk mengetahui karakteristik sedimen permukaan dan kondisi parameter perairan yang terkait dengan sedimentasi di Muara Sungai Kawal Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan menggunakan metode acak (random sampling) dengan menggunakan software sampling random dan didapatkan 39 titik koordinat penelitian. Sedangkan metode pengambilan data yang digunakan adalah metode survey secara in situ dan ex situ. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder yang dituangkan dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara deskriptif. Berdasarkan pengamatan parameter perairan diperoleh hasil kecepataan arus dan kedalaman yang relatif rendah, nilai kekeruhan yang tingi dan tipe pasang surut semi diurnal. Untuk hasil analisis sedimen, diperoleh nilai mean size (Mz) berkisar antara 4,8 – 5,7 dengan 2 (dua) tipe butiran sedimen yaitu very fine sand (pasir sangat halus) dan coarse silt (lumpur kasar). Nilai sorting koefisien (δ) yang diperoleh berkisar antara 2,9 – 3,7 yang termasuk dalam kategori very poorly sorted (terpilah sangat buruk). Untuk nilai Skewness (SK 1) diperoleh nilai rata-rata yaitu -0,9 yang termasuk dalam kategori very coarse skewed (menyimpang sangat kasar), sedangkan nilai kurtosis (KG) yang dperoleh yaitu <0,67 yang termasuk dalam kategori very platykurtic, yang diartikan bahwa nilai tersebut memiliki kurva yang sangat datar. Dari hasil analisis menggunakan segitiga shepard yang dilakukan diperoleh 2 (dua) tipe tekstur butiran sedimen permukaan muara sungai, yaitu slightly gravelly sandy mud (campuran kerikil, pasir dan lumpur) dan gravelly mud (lumpur berkerikil).

(2)

2

Characteristics of Surface Sediments

in the River Estuary Kawal Bintan Regency in Riau Islands

Agusta

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, agusta310889@gmail.com

Chandra Joe Koenawan

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, joei ck@yahoo.com

Andi Zulfikar

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, andizulfikar@rocketmail.com

ABSTRACT

Agusta. 2016. Characteristics of Surface Sediments in the River Estuary Kawal Bintan Regency in Riau Islands,Thesis. Tanjungpinang: Marine Sciences Department, Marine Sciences and Fhiseries Faculty, University of Maritim Raja Ali Haji. Advisor: Chandra J. Koenawan, S.Pi, M.Si Pembimbing 2: Andi Zulfikar, S.Pi, MP.

The research was conducted on April - Juli 2016 in the Estuary Bintan Regency, kawal in Riau Islands. The research aims to determine the characteristics of the surface sediments and waters condition associated with sedimentation in the estuary. The method to determin the point sample location of the study of primary and secondary data as outlined in table form and explained was using random sampling with 39 points coordinate research . Method to collection data was using survey analysis method at in situ and ex situ . The data consisted descriptively . Based on observations of the water condition obtained results of velocity flow of relatively low with depth , turbidity values are steeper with semi- diurnal tides . sediment analysis result , obtained a mean size ( Mz ) ranging from 4.8 to 5.7 with 2 ( two ) types of sediment grains were very fine sand and coarse silt. The value of sorting coefficient ( δ ) obtained ranged from 2.9 to 3.7 was included in the category of very poorly sorted ( disaggregated very bad ) . The average of Skewness values ( SK 1 ) obtained -0.9 and included in the category of very coarse skewed ( deviate very rough ) , while the value of kurtosis ( KG ) which was between ie < 0.67 were included in the category of very platykurtic , which means that the value has a very flat curve . Analysis conducted using triangular shepard analysis obtained two (2 ) types of granular texture surface sediments in the estuary , which was slightly Gravelly sandy mud ( a mixture of gravel , sand and mud ) and Gravelly mud ( mud pebbly ) .

(3)

3

PENDAHULUAN

Sungai Kawal merupakan kawasan perairan pesisir yang memiliki panjang kurang lebih 8-12 km yang terletak di

Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Di sepanjang bibir sungai kawal terdapat

ekosistem mangrove yang masih

dipengaruhi oleh pasang surut air laut terutama pada kawasan hulu sungai. Selain itu ekosistem tersebut juga di pengaruhi oleh

karakteristik sedimen dasar perairan

tersebut.

Sedimen merupakan material yang berasal dari perombakan batuan di daratan yang terjadi pada periode tertentu kemudian dibawa oleh media air atau udara kemudian mengendap akibat proses gravitasi bumi. Pada perairan sedimen terdiri dari 3 jenis yaitu pasir, lumpur dan tanah liat (Daulay, 2014).

. Pada wilayah pesisir sungai kawal terdapat berbagai aktifitas pesisir seperti pemukiman penduduk, aktifitas transportasi kapal dan pelabuhan kapal di mana tepatnya aktivitas tersebut berada di muara sungai kawal. Aktivitas tersebut akan memberikan pengaruh terhadap karakteristik sedimen dasar perairan. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Rifardi (2008) bahwa pola dan karakteristik sedimen dipegaruhi oleh aktifitas artifisial (manusia) dan alam.

Selain aktifitas artifisial (manusia), aktifitas oleh alam yang terjadi seperti pasang surut dan arus juga akan memberikan pengaruh terhadap karakteristik sedimen dasar perairan. Dari beberapa aktifitas

tersebut akan menyebabkan terjadinya erosi daratan serta pantai. Hasil erosi yang masuk di perairan akan terbawa oleh aliran air

permukaan ke pesisir dan terjadi

pengadukan oleh arus air. Dampak erosi

tersebut akan memberikan perubahan

komposisi / karakteristik sedimen dasar perairan yang juga akan memberikan pengaruh terhadap ekositem yang hidup di

atasnya. Dengan demikian perlu

dilakukannya kajian mengenai kondisi dan karakteristik sedimen permukaan di muara perairan sungai kawal sehingga dapat menggambarkan kondisi pesisir perairan sungai kawal untuk upaya pengelolaan pesisir Sungai Kawal Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Kepulauan Riau.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang menjelaskan adanya aktifitas artifisial (manusia) dan alam yang terjadi di kawasan pesisir sungai kawal tepatnya di muara sungai kawal, maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya erosi

daratan serta pantai yang akan

mempengaruhi komposisi dan karakterisasi sedimen dasar perairan, sehingga akan berdampak pula pada kondisi perairan dan ekosistem yang hidup di atasnya.

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian mengenai jenis dan karakteristik sedimen permukaan muara sungai kawal serta faktor – faktor oseanografi yang mempengaruhinya berupa kekeruhan, pasang surut, dan kecepatan arus di Muara Sungai Kawal Kabupaten Bintan.

(4)

4

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui karakteristik sedimen

permukaan perairan dan kondisi parameter perairan yang terkait dengan sedimentasi di Muara Sungai Kawal Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini untuk

memberikan data deskriptif mengenai

karakteristik sedimen yang terdapat pada Muara Sungai Kawal. Selain itu hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai media informasi untuk pihak terkait mengenai

kondisi sedimentasi dalam upaya

pengelolaan kawasan Pesisir Perairan Sungai Kawal Kelurahan Kawal Kabupaten Bintan.

TINJAUAN PUSTAKA

Sedimen adalah partikel organik dan anorganik yang terakumulasi secara bebas (duxbury et al, 1991 dalam al mukminin, A,

2009 ). Sedimentasi adalah proses

pengendapan bahan-bahan organik dan anorganik yang tersuspensi di dalam air dan di angkut oleh air sehingga terjadi pengendapan pada suatu tempat di mana air tidak lagi sanggup membawa partikel-partikel yang tersuspensi tersebut (Neshyba dalam Tampubolon, 2010 ). Menurut Rifardi (2008) ukuran butiran sedimen dapat menjelaskan hal-hal berikut :

1) Menggambarkan daerah asal sedimen.

2) Perbedaan jenis partikel sedimen. 3) Ketahanan partikel dari

bermacam-macam komposisi terhadap proses

weathering, erosi,abrasi dan transportasi serta,

4) Jenis proses yang berperan dalam transportasi dan deposisi sedimen.

Suatu endapan sedimen tersusun dari berbagai ukuran partikel yang berasal dari sumber yang berbeda-beda, dan percampuran ukuran ini disebut dengan istilah populasi. Ada tiga kelompok populasi sedimen yaitu:

1. Gravel (kerikil), terdiri dari partikel individual: boulder, cobble dan pebble. 2. Sand (pasir), terdiri dari: pasir sangat

kasar, kasar, medium, halus dan sangat halus.

3. Mud (lumpur), terdiri dari clay dan silt.

Berdasarkan diameter butiran,

Wentworth dalam Rifardi (2008) membagi sedimen sebagai berikut ini: boulders (batuan) dengan diameter butiran lebih besar dari 256 mm, gravel (kerikil) diameter 2 sampai 256 mm, very coarse sand (pasir sangat kasar) diameter 1 sampai 2 mm, coarse sand (pasir kasar) 0,5 sampai 1 mm, fine sand (pasir halus) diameter 0,125 sampai 0,5 mm, very fine sand (pasir sangat halus) diameter 0,0625 sampai 0,125 mm, silt (lumpur) diameter 0,002 sampai 0,0625 mm, dan dissolved material (bahan-bahan terlarut) diameter lebih kecil dari 0,0005 mm.

(5)

5

Gambar 1. Skala Wenworth

Berdasarkan Skala Wentworth

sedimen dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran butirnya, yakni lempung, lanau, pasir, kerikil, koral (pebble), cobble, dan batu (boulder). Skala tersebut menunjukkan ukuran standar kelas sedimen dari fraksi berukuran mikron sampai beberapa mm dengan spektrum yang bersifat kontinu (Dyer 1986 dan Davis 1993 dalam Rifardi, 2008). Penghitungan sedimen permukaan berdasarkan proporsi kandungan ukuran partikel kerikil, pasir, dan lumpur dapat digolongkan menurut Diagram Sheppard. Sistem klasifikasi ini berdasarkan Median diameter (Md). Diagram Sheppard adalah satu contoh diagram rangkap tiga (suatu alat

untuk grafik tiga satuan) sistem komponen berjumlah 100%.

Gambar 2. Segitiga Shepard untuk Analisis Butiran Sedimen (Rifardi, 2008)

Purnawan et al. (2012) dalam Nugroho dan Basit (2014) mengatakan bahwa faktor oseanografi yang berperan dalam distribusi sedimen di suatu perairan adalah arus, khususnya terhadap sedimen tersuspensi (suspended sediment). Secara umum partikel berukuran kasar akan diendapkan pada lokasi yang tidak jauh dari sumbernya, sebaliknya jika halus akan lebih jauh dari sumbernya (Rifardi, 2008).

Mc Dowell dan O’Connor dalam Tampubolon (2010), sebaran dan ukuran partikel yang mengendap tergantung dari

kekuatan arus pasang surut dalam

menggerakkan dan mendistribusikan

sedimen tersebut.

Nilai kekeruhan perairan berkaitan erat dengan jenis sedimen yang terakumulasi dan kuat arus. Dimana pada perairan yang kandungan sedimennya didominasi oleh fraksi lumpur dan senantiasa teraduk oleh arus akan lebih keruh jika dibanding dengan perairan yang sedimennya berpasir (Lukman dalam Tampubolon 2010).

(6)

6

Menurut Wibisono, (2005)

menyatakan bahwa kedalaman suatu

perairan didasari pada relief dasar dari perairan tersebut. Kedalaman perairan laut dibentuk oleh suatu bahan utama yaitu sedimen (Satriadi, 2012).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Agustus 2016 yang meliputi survei lokasi, studi literatur, pembuatan proposal, pengambilan data, pengolahan dan analisis data, serta laporan penelitian. Penelitian ini di lakukan di muara Sungai

Kawal Kelurahan Kawal Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

Gambar 3. Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: Sampel sedimen pada masing-masing titik penelitian. Peralatan yang digunakan adalah: Alat tulis, Eckman grab, Kantong plastik, Saringan bertingkat, Current meter, GPS, Kamera, Alumunium foil, Tabung silinder, Pipet gondok, oven, Timbangan analitik, Turbidity meter.

Metode Penelitian

Stasiun penelitian ditentukan dengan

menggunakan metode acak (random

sampling), Dengan menggunakan software sampling random didapatkan 39 titik

koordinat pengamatan sedimen yang

tersebar di wilayah muara sungai kawal. Tabel 2. Titik Koordinat Pengambilan

Sampel Sedimen

No X Coord Y Coord Type 1 104,6344 0,9875 Random 2 104,6368 0,9897 Random 3 104,638 0,9882 Random 4 104,6353 0,9889 Random 5 104,6377 0,9911 Random 6 104,6347 0,9933 Random 7 104,6371 0,9877 Random 8 104,6359 0,9899 Random 9 104,6363 0,9906 Random 10 104,6351 0,9928 Random 11 104,6375 0,9892 Random 12 104,6357 0,9871 Random 13 104,6381 0,9893 Random 14 104,6366 0,9878 Random 15 104,6348 0,9886 Random 16 104,6372 0,9907 Random 17 104,6384 0,9873 Random 18 104,6363 0,9917 Random 19 104,6351 0,9881 Random 20 104,6375 0,9903 Random 21 104,6369 0,9888 Random 22 104,6341 0,9876 Random 23 104,6366 0,9898 Random 24 104,6378 0,9883 Random 25 104,636 0,989 Random 26 104,6384 0,9912 Random 27 104,6364 0,9872 Random 28 104,6352 0,9894 Random 29 104,6346 0,9879 Random 30 104,637 0,9901 Random 31 104,6382 0,9886 Random 32 104,6355 0,9874 Random 33 104,6379 0,9896 Random 34 104,6373 0,9881 Random 35 104,6361 0,9903 Random 36 104,6362 0,9911 Random 37 104,6374 0,9877 Random 38 104,6368 0,9921 Random 39 104,6356 0,9884 Random

(7)

7

Pengambilan data

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survei secara in situ dan ex situ. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data primer dan data skunder.

Prosedur Penelitian

Sampel sedimen diambil pada lokasi atau titik yang sudah ditentukan dan diplotkan pada peta dasar, Secara umum cara metode pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1) Tentukan lokasi atau titik sampling pada peta dasar.

2) Buat identitas titik sampling pada peta dasar dengan sistem penomoran.

3) Masing-masing nomor harus dilengkapi dengan posisi letak lintang dan bujur dalam lembaran terpisah dalam bentuk table.

4) Buat transek pada dasar perairan berdasarkan sebaran titik sampling sebagai pedoman. Transek dibuat dengan

mempertimbangkan efisiensi waktu

sampling dan kondisi lapangan agar pengambilan sampel dapat berjalan dengan lancar.

5) Tentukan transek pengambilan sampel prioritas yang akan menjadi alur pertama dan seterusnya ke titik pengambilan sampel lainnya.

6) Siapkan kantong untuk menyimpan sampel.

7) Semua kantong sampel harus diberi label yang berisi nmor titik sampling dan waktu pengambilan .

8) Untuk mencegah hilangnya identitas sampel, gunakan label yang tahan air dan reagen kimia.

9) Apabila identitas sampel terhapus dan tidak

bisa di identifikasi lagi, jangan

menggunakan sampel tersebut untuk

kepentingan penelitian.

10) Jika semua persiapan telah selesai proses pengambilan sampel bisa dilakukan, dimana kapal penelitian dapat bergerak menuju titik sampling pertama sesuai transek yang telah dibuat.

11) Kapal penelitian harus berhenti pada titik sampling yang diinginkan, jika alat untuk mengambil sampel menggunakan Ekman grab.

12) Ekman grab, diturunkan dari atas kapal penelitian sampai mencapai dasar perairan. 13) Ekman grab, diturunkan dalam kondisi dua

rahang atau jepitan terbuka. Setelah mencapai dasar perairan, tegangkan tali Ekman grab dengan cara menarik tali sampai tegak lurus dengan posisi Ekman grab yang di dasar perairan, kemudian jatuhkan pemberat untuk menutup rahang, sehingga sedimen akan terambil waktu alat ini diangkat keatas.

14) Tariklah Ekman grab kepermukaan dan masukan sampel sedimen yang terambil

kedalam kantong sampel yang telah

disiapkan.

15) Setelah semua sampel diperoleh, simpanlah sampel sedimen di tempat yang aman dari kerusakan.

16) Proses pengambilan sampel selesai dan siap dibawa ke laboratorim untuk dianalisis sesuai dari tujuan penelitian.

(8)

8

Mean Size = Ø𝟏𝟔+ Ø𝟖𝟒+𝟐Ø𝟓𝟎 𝟐 (Ø𝟖𝟒− Ø𝟏𝟔)

+

Ø𝟓+ Ø𝟗𝟓+𝟐Ø𝟓𝟎 𝟐 (Ø𝟗𝟓− Ø𝟓)

17) Setelah sampling dilakukan semua alat harus dibersihkan agar tidak terjadi korosi akibat pengaruh air laut.

Pengamatan parameter perairan

Pengukuran kekeruhan perairan

diukur dengan menggunakan Turbidity meter model (TU 2010) dengan satuan NTU

(Nephelometrik Turbidity Unit).

Kecepatan arus diukur dengan

menggunakan Current meter yang

dimasukkan kedalam badan permukaan perairan, kemudian selanjutnya dilihat nilai kecepatan arus nya pada layar display dengan satuan waktu yaitu meter per detik (m/det).

Data pasang surut tidak dihitung langsung pada saat penelitian, data pasut tersebut diperoleh dari instansi terkait yaitu

jawatan hidro-oseanografi TNI-AL.

Sedangkan Pengukuran kedalaman

dilakukan dengan menggunakan tonggak berskala.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil klasifikasi tekstur butiran sedimen kemudian dihitung presentase masing-masing kelas ukurannya. Nilai presentase ini selanjutnya

dipakai untuk menentukan presentas

komulatif guna menghitung berbagai

parameter statistika sedimen dengan rumus sebagai berikut: 1) Diameter rata-rata (Mz) Klasifikasi: 2) Skewness (SK 1) Klasifikasi: 3) Sorting koofisien (δ1) Klasifikasi: 4. Kurtosis (KG) Klasifikasi:

Ø1 : coarse sand (pasir kasar) Ø2 : medium sand (pasir menengah) Ø3 : fine sand (pasir halus)

Ø4 : very fine sand (pasir sangat halus) Ø5 : coarse silt (lumpur kasar) Ø6 : medium silt (lumpur menengah) Ø7 : fine silt (lumpur halus)

Ø8 : very fine silt (lumpur sangat halus) >Ø8 : clay (liat)

+ 1,0 s.d + 0,3 : very fine skewed + 0,3 s.d + 0,1 : fine skewed + 0,1 s.d – 0,1 : near symmitrical - 0,1 s.d – 0,3 : coarse skewed

> -0,3 : very coarse skewed

<0,25Ø : very well sorted (terpilah sangat baik)

0,35 – 0,50Ø : well sorted (terpilah baik)

0,50 – 0,71Ø : moderately well sorted (terpilah)

0,71 – 1,0Ø : moderately sorted (terpilah sedang)

1,0 – 2,0Ø : poorly sorted (terpilah buruk)

>2,0Ø : very poorly sorted (terpilah sangat buruk)

δ1 = Ø𝟖𝟒+ Ø𝟏𝟔𝟒

+

Ø𝟗𝟓+ Ø𝟓𝟔,𝟔

KG = Ø𝟗𝟓+ Ø𝟓 𝟐,𝟒𝟒 (Ø𝟕𝟓+ Ø𝟐𝟓) <0,67 : very platykurtic 0,67-0,90 : platykurtic 0,90-1,11 : mesokurtic 1,11-1,50 : leptokurtic 1,50-3,00 : very leptokurtic >3,00 : extremely leptokurtic

(9)

9

Selanjutnya dilakukan klasifikasi (penamaan) tipe sedimen (kerikil, pasir, dan lumpur) dengan menggunakan diagram segitiga shepard. Diagram segitiga shepard dapat dilihat pada gambar Segitiga Shepard untuk Analisis Butiran Sedimen (Rifardi, 2008) (Gambar 2). Sedangkan untuk data kualitas perairan disajikan secara kualitatif dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari segi geografis kelurahan kawal terletak pada posisi 20 00’ LU 10 20’ LS dengan batas sempadan yaitu, sebelah utara berbatasan dengan desa teluk sebong, sebelah selatan berbatasan dengan desa gunung kijang, sebelah barat berbatasan dengan kelurahan toapaya asri, dan sebelah timur berbatasan dengan laut ( monografi kawal, 2015). Lokasi penelitian berada pada muara sungai kawal dengan 39 titik koordinat pengamatan yang tersebar dari mulai bibir muara sungai kawal sampai dengan bagian luar muara mengarah kelaut. Pada lokasi penelitian terdapat pelabuhan penambatan kapal, jalur lintasan kapal, dan

terdapat beberapa pemukiman warga

disekitarnya.

Parameter Perairan

Tabel 3. Parameter Kualitas Perairan

Sumber: Data Primer 2016

Karakteristik Sedimen 1) Mean size (Mz)

Tabel 4. Nilai dan Tipe Mean Size Sedimen Perairan

Sampling MEAN Description

S1 5.047 Coarse Silt S2 5.497 Coarse Silt S3 5.770 Coarse Silt S4 5.519 Coarse Silt S5 5.572 Coarse Silt S6 5.023 Coarse Silt S7 5.120 Coarse Silt S8 5.098 Coarse Silt S9 5.113 Coarse Silt S10 5.307 Coarse Silt S11 5.148 Coarse Silt S12 5.027 Coarse Silt S13 5.001 Coarse Silt

S14 4.882 Very fine sand

S15 5.348 Coarse Silt

S16 5.596 Coarse Silt

S17 4.891 Very fine sand

S18 5.669 Coarse Silt S19 5.410 Coarse Silt S20 5.690 Coarse Silt S21 5.436 Coarse Silt S22 5.023 Coarse Silt S23 5.674 Coarse Silt S24 5.530 Coarse Silt S25 5.228 Coarse Silt S26 5.521 Coarse Silt S27 5.420 Coarse Silt S28 5.111 Coarse Silt S29 5.011 Coarse Silt S30 5.726 Coarse Silt S31 5.567 Coarse Silt S32 5.099 Coarse Silt S33 5.587 Coarse Silt S34 5.378 Coarse Silt S35 5.233 Coarse Silt S36 5.291 Coarse Silt S37 5.622 Coarse Silt S38 5.738 Coarse Silt S39 5.231 Coarse Silt

Sumber: Data Primer 2016

No Parameter Alat yang di gunakan n Kisaran Rata-rata

1 Kedalaman (m) Wave Pole 39 0,7 - 3,2 1,46 2 Kekeruhan (NTU) Turbidity 39 0,56 - 5,77 3,35 3 Kecepatan arus (m/s) Current meter 39 0,1 - 0,4 0,25 4 Pasang surut (m) - 29 1 - 2,3 1,72

(10)

10

2) Sorting koofisien

Tabel 5. Nilai dan Tipe Sorting Sedimen Perairan

Sampling SORTING Description

S1 3.620 Very Poorly Sorted

S2 3.220 Very Poorly Sorted

S3 3.006 Very Poorly Sorted

S4 3.227 Very Poorly Sorted

S5 3.212 Very Poorly Sorted

S6 3.639 Very Poorly Sorted

S7 3.555 Very Poorly Sorted

S8 3.582 Very Poorly Sorted

S9 3.569 Very Poorly Sorted

S10 3.338 Very Poorly Sorted

S11 3.528 Very Poorly Sorted

S12 3.635 Very Poorly Sorted

S13 3.657 Very Poorly Sorted

S14 3.753 Very Poorly Sorted

S15 3.282 Very Poorly Sorted

S16 3.069 Very Poorly Sorted

S17 3.745 Very Poorly Sorted

S18 3.091 Very Poorly Sorted

S19 3.276 Very Poorly Sorted

S20 3.120 Very Poorly Sorted

S21 3.259 Very Poorly Sorted

S22 3.639 Very Poorly Sorted

S23 2.951 Very Poorly Sorted

S24 3.249 Very Poorly Sorted

S25 3.484 Very Poorly Sorted

S26 3.256 Very Poorly Sorted

S27 3.338 Very Poorly Sorted

S28 3.576 Very Poorly Sorted

S29 3.651 Very Poorly Sorted

S30 3.096 Very Poorly Sorted

S31 3.211 Very Poorly Sorted

S32 3.582 Very Poorly Sorted

S33 3.182 Very Poorly Sorted

S34 3.372 Very Poorly Sorted

S35 3.481 Very Poorly Sorted

S36 3.433 Very Poorly Sorted

S37 3.184 Very Poorly Sorted

S38 3.084 Very Poorly Sorted

S39 3.482 Very Poorly Sorted

Sumber: Data Primer 2016

3) Skewness

Tabel 6. Nilai dan Tipe skewness Sedimen Perairan

Sampling SKEWNESS Description

S1 -0.994 Very Coarse Skewed

S2 -0.993 Very Coarse Skewed

S3 -0.993 Very Coarse Skewed

S4 -0.993 Very Coarse Skewed

S5 -0.993 Very Coarse Skewed

S6 -0.994 Very Coarse Skewed

S7 -0.994 Very Coarse Skewed

S8 -0.994 Very Coarse Skewed

S9 -0.994 Very Coarse Skewed

S10 -0.994 Very Coarse Skewed

S11 -0.994 Very Coarse Skewed

S12 -0.994 Very Coarse Skewed

S13 -0.994 Very Coarse Skewed

S14 -0.994 Very Coarse Skewed

S15 -0.993 Very Coarse Skewed

S16 -0.993 Very Coarse Skewed

S17 -0.994 Very Coarse Skewed

S18 -0.993 Very Coarse Skewed

S19 -0.994 Very Coarse Skewed

S20 -0.993 Very Coarse Skewed

S21 -0.993 Very Coarse Skewed

S22 -0.994 Very Coarse Skewed

S23 -0.993 Very Coarse Skewed

S24 -0.994 Very Coarse Skewed

S25 -0.994 Very Coarse Skewed

S26 -0.994 Very Coarse Skewed

S27 -0.994 Very Coarse Skewed

S28 -0.994 Very Coarse Skewed

S29 -0.994 Very Coarse Skewed

S30 -0.993 Very Coarse Skewed

S31 -0.993 Very Coarse Skewed

S32 -0.994 Very Coarse Skewed

S33 -0.993 Very Coarse Skewed

S34 -0.994 Very Coarse Skewed

S35 -0.994 Very Coarse Skewed

S36 -0.994 Very Coarse Skewed

S37 -0.993 Very Coarse Skewed

S38 -0.993 Very Coarse Skewed

S39 -0.994 Very Coarse Skewed

(11)

11

4) Kurtosis

Tabel 7. Nilai dan Tipe Kurtois Sedimen Perairan

Sampling KURTOSIS Description

S1 0.477 Very Platykurtic S2 0.564 Very Platykurtic S3 0.630 Very Platykurtic S4 0.593 Very Platykurtic S5 0.642 Very Platykurtic S6 0.459 Very Platykurtic S7 0.479 Very Platykurtic S8 0.493 Very Platykurtic S9 0.492 Very Platykurtic S10 0.469 Very Platykurtic S11 0.479 Very Platykurtic S12 0.458 Very Platykurtic S13 0.458 Very Platykurtic S14 0.427 Very Platykurtic S15 0.469 Very Platykurtic S16 0.519 Very Platykurtic S17 0.435 Very Platykurtic S18 0.581 Very Platykurtic S19 0.526 Very Platykurtic S20 0.618 Very Platykurtic S21 0.535 Very Platykurtic S22 0.459 Very Platykurtic S23 0.507 Very Platykurtic S24 0.653 Very Platykurtic S25 0.646 Very Platykurtic S26 0.654 Very Platykurtic S27 0.658 Very Platykurtic S28 0.573 Very Platykurtic S29 0.520 Very Platykurtic S30 0.662 Very Platykurtic S31 0.649 Very Platykurtic S32 0.545 Very Platykurtic S33 0.628 Very Platykurtic S34 0.652 Very Platykurtic S35 0.644 Very Platykurtic S36 0.562 Very Platykurtic S37 0.661 Very Platykurtic S38 0.664 Very Platykurtic S39 0.645 Very Platykurtic

Sumber: Data Primer 2016

Jenis tekstur sedimen 1) Tekstur sedimen

Tabel 8. Tekstur Sedimen Perairan

Sampling Tekstur

S1 Gravelly Mud

S2 Slightly Gravelly Sandy Mud S3 Slightly Gravelly Sandy Mud

S4 Gravelly Mud S5 Gravelly Mud S6 Gravelly Mud S7 Gravelly Mud S8 Gravelly Mud S9 Gravelly Mud

S10 Slightly Gravelly Sandy Mud

S11 Gravelly Mud

S12 Gravelly Mud

S13 Gravelly Mud

S14 Gravelly Mud

S15 Slightly Gravelly Sandy Mud S16 Slightly Gravelly Sandy Mud

S17 Gravelly Mud

S18 Slightly Gravelly Sandy Mud S19 Slightly Gravelly Sandy Mud

S20 Gravelly Mud

S21 Slightly Gravelly Sandy Mud S22 Slightly Gravelly Sandy Mud S23 Slightly Gravelly Sandy Mud

S24 Gravelly Mud S25 Gravelly Mud S26 Gravelly Mud S27 Gravelly Mud S28 Gravelly Mud S29 Gravelly Mud S30 Gravelly Mud S31 Gravelly Mud S32 Gravelly Mud S33 Gravelly Mud S34 Gravelly Mud S35 Gravelly Mud S36 Gravelly Mud S37 Gravelly Mud S38 Gravelly Mud S39 Gravelly Mud

(12)

12

2. Segitiga shepard

Gambar 5. Hasil Analisis Diagram Segitiga Shepard (Sumber: Data Primer 2016)

Pembahasan

Dari hasil pengamatan parameter perairan yang dilakukan, diperoleh nilai kedalaman berkisar antara 0,7 – 3,2 meter. Kedalaman tertinggi berada pada daerah penambatan kapal ikan sedangkan kedalam terendah berada pada daerah tepi daratan. Pada kedalaman tertinggi memiliki nilai kekeruhan yang rendah, hal ini di karenakan kedalaman yang tinggi memiliki volume air yang lebih luas, sehingga partikel-partikel yang terlarut juga akan lebih tersebar di bandingkan dengan badan perairan yang memiliki kedalaman dan volume air yang lebih kecil. Sedangkan nilai kekeruhan yang relatif tinggi berada pada sebelah barat lokasi penelitian, hal tersebut dikarenakan pada lokasi tersebut sedang terjadi kegiatan reklamasi (penimbunan) lahan.

Nilai parameter kecepatan arus relatif rendah, hal tersebut dikarenakan banyaknya titik lokasi penelitian yang berada pada daerah pemukiman, sehingga membuat arus dan gelombang yang ada terpecah akibat terkena tiang-tiang rumah masyarakat, selain itu juga ada beberapa lokasi penelitian yang

terletak di tepi pulau yang membuat arus terhalang oleh pulau.

Tipe pasang surut pada lokasi penelitian yaitu memiliki tipe semi diurnal. Dari data pasang surut yang diambil selama 29 (dua puluh Sembilan) hari, diperoleh nilai tinggi pasang surut berkisar antara 1 – 2,3 meter dengan nilai rata-rata 1,72 meter.

Karaketristik sedimen

Pada daerah penelitian ini nilai

butiran sedimennya diklasifikasikan

menjadi 2 (dua) tipe yaitu very fine sand (pasir sangat halus) dan coarse silt (lumpur kasar). Diameter ukuran butiran sedimen di dominasi oleh tipe lumpur. Hal ini berkaitan pada nilai kecepatan arus yang tergolong rendah yaitu rata-rata 0,25 m/s yang berkesusaian dengan pernyataan Thruman dalam Tampubolon (2010) yang menyatakan bahwa pergerakan sedimen dipengaruhi oleh kecepatan arus dan ukuran butiran sedimen. Semakin besar ukuran butiran sedimen tersebut maka kecepatan arus yang dibutuhkan juga akan semakin besar untuk mengangkut partikel sedimen tersebut. Dikarenakan rendahnya nilai kecepatan arus pada daerah penelitian ini maka membuat daya kekuatan arus untuk membawa butiran sedimen juga semakin rendah sehingga menyebabkan sedimen lumpur masih mendominasi di wilayah penelitian tersebut.

Mendominasinya jenis sedimen

lumpur dan kedalaman perairan yang relatif rendah, membuat nilai kekeruhan yang ada pada daerah penelitian ini tergolong tinggi.

(13)

13

Hal ini dikarenakan ukuran butiran sedimen lumpur yang tergolong berukuran kecil atau halus akan lebih mudah teraduk atau tersupensi ke dalam badan perairan dari pada sedimen yang memiliki ukuran butiran besar atau kasar, sesuai dengan pernyataan Lukman dalam Tampubolon (2010) dimana pada perairan yang kandungan sedimennya

didominasi oleh fraksi lumpur dan

senantiasa teraduk oleh arus akan lebih keruh jika dibanding dengan perairan yang sedimennya berpasir. Selain itu, kedalaman perairan yang relatif rendah akan membuat partikel-partikel sedimen tersuspensi lebih mencolok atau menumpuk di banding dengan perairan yang memiliki kedalaman yang tinggi.

Nilai Skewness (SK 1) yang di peroleh rata-rata yaitu -0,9 yang termasuk dalam

kategori tipe very coarse skewed

(menyimpang sangat kasar). Nilai Skewness

negatif menggambarkan kecenderungan

partikel-partikel mengarah kearah yang cenderung kasar. Hal ini sesuai pada nilai ukuran mean size (diameter rata-rata) butiran sedimen yang di dominasi oleh tipe coarse silt (lumpur kasar), dimana lumpur tersebut tergolong dalam kategori lumpur yang kasar.

Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh hasil nilai sorting koefisien (δ) yaitu berkisar antara 2,9 – 3,7, nilai tersebut menunjukkan bahwa keseragaman butiran sedimen tergolong dalam kategori very poorly sorted (terpilah sangat buruk). Dikarenakan lokasi penelitian merupakan jalur pelayaran kapal, hal tersebut membuat

aktivitas kapal yang bergerak melewati silih berganti sehingga membuat kecepatan arus dan gelombang pada suatu waktu di lokasi tersebut menjadi tidak stabil. Tidak stabilnya kecepatan arus tersebut akan

membuat pengendapan sedimen juga

menjadi tidak stabil, hal ini berkesusaian dengan pernyataan sebaliknya jika Poorly sorted sediment (terpilah buruk) maka kekuatan arus pada perairan tersebut tidak stabil, artinya pada kondisi waktu tertentu terjadi arus dengan kekuatan yang besar dan berubah dalam kondisi lain melemah kembali (Rifardi, 2008).

Nilai kurtosis (KG) Dari hasil analisis diperoleh nilainya yaitu <0,67, sehingga nilai tersebut di kategorikan dalam very platykurtic yang diartikan bahwa nilai tersebut memiliki kurva yang sangat datar. Hal ini berkesesusaian dengan nilai sorting koefisien yang diperoleh yang tergolong dalam kategori very poorly sorted (terpilah sangat buruk), dimana sesuai dengan yang dikatakan Rifardi (2008),

bahwa kurva yang sangat datar

menggambarkan sedimen yang terpilah buruk atau kurva BIMODAL disebut platykurtic.

Dari hasil analisis pengklasifikasian

ukuran butiran sedimen menggunakan

segitiga shepard, diperoleh 2 (dua) tipe tekstur butiran sedimen dasar perairan, yaitu slightly gravelly sandy mud (campuran kerikil, pasir dan lumpur) dan gravelly mud (lumpur berkerikil) .

(14)

14

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa karakteristik sedimen permukaan perairan muara Sungai Kawal didominasi oleh tipe coarse silt (lumpur kasar), dengan 2 (dua) tipe tekstur butiran sedimen, yaitu slightly gravelly sandy mud (campuran kerikil, pasir dan lumpur) dan gravelly mud (lumpur berkerikil).

Nilai kecepatan arus yang tergolong rendah membuat daya kekuatan arus untuk membawa butiran sedimen juga semakin

rendah sehingga sedimen lumpur

mendominasi di wilayah penelitian tersebut. Pada penelitian ini hanya meneliti karakteristik sedimen permukaan muara Sungai Kawal Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Secara Umum. Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai karakteristik sedimen tersebut, seperti hal nya laju sedimen, pola sebaran, dan hal lainnya yang terkait mengenai sedimen.

DAFTAR PUSTAKA

Amrul, N, Z, M, H. 2004. Kualitas Fisika Kimia Sedimen serta hubunganya terhadap Struktur Makrozoobentos di Estuaria Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Institud Pertanian Bogor 2004.

Anggari, A, S. 2015. Karakterisasi Sedimen Dasar Perairan Pesisir Tanjung Unggat Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang. Universitas Maritim Ali Haji. Tanjung pinang.

Dahuri, R. 1996. Aplikasi Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Perencanaan dan Pengelolaan Tata Ruang Wilayah Pesisir. Bogor: PPLH.

Daulay, A. 2014. Karakteristik Sedimen Di Perairan Sungai Carang Kota Rebah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Khuzaimah, N. 2013. Studi Penyebaran Sedimen Muara di Sungai Jeneberang. Univesitas Hassanudin. Makasar. Korwa, et al.. 2013. Karakteristik Sedimen

Litoral di Pantai Sindulang Satu.

Jurnal. Universitas Samratulangi.

Manado.

Mukminin, A. 2009. Proses Sedimentasi di perairan pantai Dompak Kecamatan Bukit Bestari Provinsi Kepulauan Riau. Universitas Riau.

Nontji, A.2007. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan : Jakarta.

. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Nugroho, S, A. Dan Basit, A. 2014. Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir di Teluk Weda Maluku Utara. Jurnal. LIPI. Ambon.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. (Marine Biology.

An Ecological Approach).

Diterjemahkan oleh H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen Hutomo dan S. Sukardjo. Gramedia, Jakarta. 480 Hal.

Rifardi, 2008. Tekstur Sedimen:Sampling dan Analisis.Pekanbaru.UNRI Press. , 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern

Edisi Revisi. Pekanbaru. UNRI Press. Satriadi, A. 2012. Studi Batimetri dan Jenis

Sedimen Dasar Laut di Perairan Marina Semarang Jawah Tengah . Jurnal. Universitas Diponegoro. Semarang. Tampubolon, S. 2010. Sedimen di Muara

Aek Tolang Pandan Sumatra Utara. Skripsi Ilmu Kelautan UNRI Pekanbaru: tidak diterbitkan.

Gambar

Gambar  2. Segitiga Shepard untuk Analisis  Butiran  Sedimen    (Rifardi,  2008)
Gambar 3.  Lokasi Penelitian
Gambar 5. Hasil Analisis Diagram Segitiga  Shepard (Sumber: Data Primer  2016)

Referensi

Dokumen terkait

GAMA JAYA Kudus” ini pada dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Program Studi Sistem Informasi Fakultas

Tabel 3.23 Dampak Negatif yYang Dirasakan Responden Saat Menggunakan Smartphone Mereka Secara Berlebihan

Metode Age Wise kurang robust dibandingkan dengan metode life table Chiang (I), metode life table Chiang (II), dan metode life table silcocks, tetapi kelebihan dari metode

28 Imam Gozhali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS19, Cet.. 30 Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji F P &lt; 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 variabel yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan

Berdasarkan uji coba lapangan diperoleh rata-rata respon guru dan siswa terhadap bahan ajar berbasis inkuiri yang dikembangakan pada uji coba lapangan utama sebesar

Sistem ini dibuat dengan merancang, membuat dan mengimplementasikan komponen-komponen sistem yang meliputi mikrokontroler sebagai pengendali proses, Handphone (bluetooth)