ISSN 2502-4981
Alamat Redaksi:
STIKES ‘Aisyiyah Bandung
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
Jurnal
&
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK (JAIA)Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
Pelindung:
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung
Penanggung Jawab:
Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid.
Ketua:
Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.
Sekretaris:
Diah Nurindah Sari, SKM.
Bendahara:
Riza Garini, A.Md. Penyunting/Editor: Giari Rahmilasari, S.ST., M.Keb.
Nurhayati, SST Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.
Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.
Pemasaran dan Sirkulasi : Ami Kamila, SST
Mitra Bestari :
DR. Intaglia Harsanti, S. Si., M.Si Ari Indra Susanti, S.ST,. M.Keb. Dewi Nurlaela Sari, S.ST., M.Keb.
Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com
DAFTAR ISI
1. Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Kurang Dari 20 Tahun tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015
Adetia Nur’aeni, Fatiah Handayani, Nandang Jami’at N ... 1 - 9
2. Hambatan-Hambatan dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Fatiah Handayani ... 11 - 19
3. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis
Neli Sunarni ... 21 - 30
4. Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009
Mulyanti ... 31 - 43
5. Makna Kekerasan pada Remaja Putri yang Melakukan Transaksi Seksual
Prita Putri Prima Pertiwi, Ardini Raksanagara, Kuswandewi Mutyara ... 45 - 54
6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita oleh Kader Posyandu di Puskesmas “X” di Kabupaten Bandung Barat
21 21
JAIA 2016;1(1):
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK21-30
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN RUPTURE PERINEUM PERSALINAN NORMAL PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HANDAPHERANG
KABUPATEN CIAMIS Neli Sunarni
STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: nelisunarni13@gmail.com ABSTRAK
Rupture perineum merupakan robekan yang terjadi sewaktu persalinan dan disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain posisi persalinan, cara meneran, selain itu bayi baru lahir yang terlalu besar atau berat badan lahir lebih dari 4000 gram. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25 – 30 tahun yaitu 24 %, sedang pada ibu bersalin usia 32–39 tahun sebesar 62 %. Rupture perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang. Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian
analitik korelasional, sampel penelitian dengan mengunakan total sampling. Penelitian
menunjukkan bahwa berat badan lahir pada primigravida di wilayah kerja puskesmas Handapherang periode 2012-2013 yang tertinggi yaitu berat badan normal sebanyak 402 orang (81,7%). Kejadian rupture perineum tertinggi sebanyak 457 orang (92,9%). Hasil uji statistik diperoleh P Value = 0,001 maka terdapat hubungan berat badan lahir dengan
rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas
Handapherang periode 2012-2013. Terdapat hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang periode 2012-2013.
Kata kunci : rupture perineum, berat badan lahir, primigravida
Abstract
Perineum rupture is a tear that occurs during of labor and is caused by several factors, among others, labor positions, how to push, in addition to the newborn that is too big or birth weight more than 4000 grams. The prevalence of mothers who experienced a rupture perineum in Indonesia in the age group 25-30 years is 24%, while the maternal age of 32-39 years by 62%. Rupture of the perineum into the causes of maternal postpartum hemorrhage. Postpartum hemorrhage is a major cause 40% of maternal deaths in Indonesia. The aim of this research is the relationship of birth weight with rupture perineum physiological labor in primigravida in the working area of public health centers Handapherang. The design of this research using analytic correlational research methods, the study sample by using total sampling. The results showed that the birth weight in primigravida in the working area of public health centers Handapherang of 2012-2013 period the highest, normal weight as much as 402 people (81.7%). The highest incidence of rupture perineum as much as 457 people (92.9%). Statistical test results obtained P Value = 0.001 then there is the relationship of birth weight with rupture perineum physiological labor in primigravida in the working area of public health centers Handapherang period 2012-2013. There is the relationship of birth weight with rupture perineum physiological labor in primigravida in the working area of public health centers Handapherang period 2012-2013.
22 Neli Sunarni
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 LATAR BELAKANGPersalinan merupakan peristiwa alamiah yang terjadi pada wanita hamil, yang dimulai dengan adanya pembukaan sampai lahirnya bayi, persalinan dengan letak kepala saat memasuki kala II, kepala bayi sudah di dasar panggul yang menekan otot-otot dasar yaitu panggul sehingga
reflektoris menimbulkan rasa mengedan dimana reflek mengedan itu disebabkan karena adanya
teori iritasi mekanik yaitu belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser) (Cunningham, 2010).
Kala II diawali oleh pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi dan persalinan sendiri merupakan fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepas dan dikeluarkan dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Oxorn, 2013). Persalinan sangat di pengaruhi oleh ”3P” yaitu janin (passenger), jalan lahir (passage) dan tenaga (power) dan ”2P” yaitu position dan phsycologi (Manuaba, 2005). Salah satu yang temasuk jalan lahir yang mempengaruhi persalinan yaitu
perineum. Perineum terdiri dari kulit dan otot di
antara vagina dan anus. Perineum yang kaku dapat membuat robekan yang luas tidak terhindarkan (Chapman, 2006). Kekakuan perineum menurut Sofyan Muji dkk (2003) adalah faktor maternal yang bisa menyebabkan robekan perineum tidak terhindarkan. Robekan perineum merupakan penyebab kedua tersering dari pendarahan pasca persalinan. Sekitar 70% wanita yang melahirkan pervaginam mengalami trauma perineum (Chapman, 2006). Sekitar 50 % dari kasus-kasus tersebut robekan sangat luas yaitu derajat II dan derajat III. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya dengan keadaan
perineum yang kaku. Robekan jalan lahir akibat perineum yang kaku pada proses persalinan bisa
menyebabkan perdarahan postpartum.
Penyebab perdarahan utama adalah atonia
uteri sedangkan rupture perineum merupakan
penyebab kedua yang hampir terjadi pada setiap persalinan pervaginam. Lapisan mukosa dan kulit perineum pada seorang ibu primipara mudah terjadi rupture yang bisa menimbulkan perdarahan pervaginam (Wiknjosastro, 2006).
Rupture perineum merupakan robekan
yang terjadi sewaktu persalinan dan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi persalinan, cara meneran, selain itu bayi baru lahir yang terlalu besar atau berat badan lahir lebih dari 4000 gram akan meningkatkan resiko proses persalinan yaitu kemungkinan terjadi bahu bayi tersangkut, bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadang bayi lahir dengan trauma leher, bahu dan syarafnya. Hal ini terjadi karena berat bayi yang besar sehingga sulit melewati panggul dan menyebabkan terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin. Persalinan dengan rupture
perineum apabila tidak ditangani secara efektif
menyebabkan perdarahan dan infeksi menjadi lebih berat, serta pada jangka waktu panjang dapat mengganggu ketidak nyamanan ibu dalam hubungan seksual (Mochtar, 2008).
Rupture perineum dapat terjadi karena
adanya rupture spontan maupun episiotomy.
Perineum yang dilakukan dengan episiotomy
itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila
episiotomy itu tidak dilakukan atas indikasi dalam
keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah
perineum yanglebih berat. (Prawirohardjo, 2005)
Pelaksanaan episiotomy bertentangan dengan upaya untuk mewujudkan tujuan asuhan persalinan yaitu memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 201623
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi harus di masukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk di dalamnya tindakan episiotomy untuk memperkecil resiko dan memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan (BPS, 2012).
Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum didunia terjadi di Asia (Campion, 2009). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25 – 30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu bersalin usia 32–39 tahun sebesar 62 %. Rupture perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Bandung, yang melakukan penelitian dari tahun 2009-2010 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima ibu bersalin yang mengalami
rupture perineum akan meninggal dunia sebanyak
21,74%, yang disebabkan oleh perdarahan yang tidak ditangani secara benar (Rahmaningtyas, Wijayanti, & Kokoeh, 2010).
Terjadinya rupture perineum disebabkan oleh faktor ibu sendiri (paritas, jarak kelahiran, dan berat badan lahir), riwayat persalinan yang mencakup ekstraksi cunam, ekstraksi vakum dan
episiotomy ( Manuaba, 2006). Penelitian yang
dilakukan Roslena (2013) mengenai ” Hubungan antara posisi partus, berat badan lahir, teknik mengedan dengan terjadinya rupture perineum“, hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan posisi dengan rupture perineum spontan, tidak ada hubungan berat badan lahir dengan
rupture perineum spontan, ada hubungan teknik
mengedan dengan rupture perineum spontan. Hal berbeda diungkapkan oleh Harahap (2010) bahwa terdapat hubungan antara berat badan
lahir dengan rupture perineum.
Persalinan dengan berat badan janin besar dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan, seperti hipertensi dalam kehamilan,
polihidramnion (cairan ketuban berlebih),
persalinan lama, persalinan sulit misalkannya karena bahu macet, perdarahan pasca persalinan dan rupture perineum (Krisnadi, 2009). Luka-luka akibat persalinan biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang
primipara, biasa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan
tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak (Prawirohardjo, 2005).
Berdasarkan data yang di dapatkan pada saat studi pendahuluan yang dilaksanakan di Desa Handapherang didapatkan data persalinan
primigravida sebanyak 107 orang. Dari jumlah
tersebut terdapat 50 ibu bersalin yang mengalami
rupture perineum atau sekitar 46,7%. Rata-rata
terjadi dengan berat badan lahir antara 2500-4000 gram. Mengacu pada uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian mengenai hubungan berat badan lahir dengan kejadian rupture perineum karena di tempat penelitian ini banyak ditemukan kasus rupture perineum pada persalinan dengan berat badan lahir diatas 3000 gram.
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian analitik korelasional, yang bertujuan membuat analisis tentang suatu keadaan secara objektif mengenai hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis periode 2012-2013
24 Neli Sunarni
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 sebanyak 532 orang. Pada penelitian ini semuapopulasi djadikan subjek penelitian dengan mempertimbangkan kriteria tertentu yaitu:
Kriteria Inklusi
1. Ibu bersalin spontan, aterm di wilayah kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis.
2. Catatan medik yang lengkap sesuai data yang dibutuhkan.
Kriteria eksklusi
1. Malposisi dan malpresentasi janin. 2. Persalinan dengan episiotomy.
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 26 rekam medik yang tidak lengkap dan sebanyak 14 orang primigravida yang mengalami persalinan dengan episiotomy. Sehingga dari 40 data tersebut tidak dimasukan kedalam sampel penelitian karena tidak sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang di peroleh atau di kumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari buku status pasien yang tersimpan di wilayah kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis. Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini, maka menggunakan instrument untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar
checklist mengenai berat badan bayi baru lahir
dan kejadian rupture perineum persalinan normal pada primigravida.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebasnya adalah berat badan lahir dan variabel terikat adalah rupture perineum.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis,
mulai tanggal 16 Maret sampai dengan 14 April 2014. Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, entry data dan cleaning. Analisis data menggunakan analisis univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel dan analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk menguji hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis tahun 2012-2013 dengan menggunakan uji statistik untuk menguji hubungan dua variabel dimana masing-masing terdiri dari beberapa golongan atau kategori, dengan tingkat signifikansi 5% ( nilai α = 0,05) adalah uji Chi-Square. Analisis akan menggunakan komputer. Hasil dari uji chi
square hanya dapat menyimpulkan ada atau
tidaknya hubungan 2 vaiabel kategorik :
Jika ρ value < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Jika ρ value > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Tabel 1. Distribusi frekuensi berat badan lahir pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang periode 2012-2013
Berat badan lahir N %
Berat badan < 2500 (berat
rendah) 84 17,1
Berat badan 2500-4000
gram (berat normal) 402 81,7 Berat badan > 4000 gram
(berat badan berlebih) 6 1,2
Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 201625
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa berat badan lahir pada primigravida yang tertinggi adalah berat badan normal yaitu sebanyak 81,7% dan yang terendah adalah berat badan berlebih yaitu sebanyak 1 ,2% .
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa kejadian rupture perineum persalinan normal pada
primigravida yang tertinggi adalah ibu bersalin primigravida yang mengalami rupture perineum
yaitu sebanyak 92,9% dan yang terendah adalah ibu bersalin primigravida yang tidak mengalami
rupture perineum yaitu sebanyak 7 ,1% .
Tabel 2. Distribusi frekuensi kejadian rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang periode 2012-2013
Rupture perineum N % Terjadi rupture perineum 457 92,9 Tidak terjadi rupture
perineum 35 7,1
Jumlah 492 100
Tabel 3. Hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang periode 2012-2013
Berat Badan Lahir
Rupture Perineum
p value Terjadi Rupture Tidak Terjadi
Rupture Total
n % n % n %
Berat badan < 2500 (berat rendah) 58 69 26 31 84 100 Berat badan 2500-4000 gram
(berat normal)
393 97,8 9 2,2 402 100 0,001
Berat badan > 4000 gram (berat badan berlebih)
6 100 0 0 6 100
Jumlah 457 92,9 35 7,1 492 100
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa ada sebanyak 69% ibu melahirkan bayi dengan berat badan rendah dengan mengalami rupture
perineum dan sebanyak 31% ibu melahirkan bayi
dengan berat badan rendah dan tidak mengalami
rupture perineum. Ibu melahirkan bayi dengan
berat badan normal dan mengalami rupture
perineum sebanyak 97,8%. Ibu melahirkan bayi
dengan berat badan normal dan tidak mengalami
rupture perineum sebanyak 2,2%. Ibu melahirkan
bayi dengan berat badan berlebih dengan mengalami rupture perineum sebanyak 100%. Hasil uji statistik diperoleh Pvalue = 0,001 maka
dapat disimpulkan terdapat hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang periode2012-2013.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa berat badan lahir pada
primigravida di wilayah kerja Puskesmas
Handapherang periode 2012-2013 yang termasuk berat badan rendah sebanyak 84 orang (17,1%), berat normal sebanyak 402 orang (81,7%) dan berat badan berlebih 6 orang atau 1,2%. Dari hasil
26 Neli Sunarni
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 penelitian ini diperoleh bahwa pada kelompok ibuyang melahirkan dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram paling banyak (81,7%). Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran. Berat badan lahir normal adalah sekitar 2500 sampai 4000 gram (Saifuddin, 2012). Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ibu menderita diabetes melitus, ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetik, pengaruh kecukupan gizi.
Menurut Oxorn (2013) semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya
rupture perineum. Penelitian ini menunjukkan ibu
mempunyai bayi dengan berat badan bayi lahir besar atau berat bayi lebih dari 4000 gram, hal yang sama di ungkapkan Mochtar (2008) yang menyatakan bahwa rupture perineum disebabkan oleh berat badan bayi baru lahir yang terlalu besar atau berat badan bayi baru lahir lebih 4000 gram.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2007) dalam hal berat badan bayi terlihat bahwa berat badan bayi paling banyak adalah pada berat badan 3000-3500 gram (41%). Hal yang sama hasil penelitianSuprida (2012) menyatakan bahwa berat badan bayi paling banyak 2500-3500(54,1 % ).
Robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya
rupture perineum karena perineum tidak cukup
kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi rupture perineum.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja
Puskesmas Handapherang periode 2012-2013 yaitu yang mengalami rupture perineum sebanyak 457 orang atau 92,9% dan yang tidak terjadi
rupture perineum sebanyak 35 orang atau 7,1%.
Hal ini terjadi karena penyebab lain seperti cara atau kekuatan ibu saat mengedan dengan pemimpin persalinan dalam melakukan steneng yang kurang tepat. Hal ini sama dengan hasil penelitian Roslena (2013) angka dengan rupture
perineum sedang dengan berat badan lahir normal
sebanyak 83,3%, hal yang sama disampaikan Destiati (2010) yang menyatakan bahwa kajadian
rupture perineum sebanyak 67 ,1%. Namun
masih dijumpai perbedaan yang signifikan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, itu disebabkan karena sampel penelitiannya berbeda, pada penelitian sebelumnya sampel mencakup seluruh paritas sedangkan pada penelitian ini sampelnya hanya ibu bersalin primigravida saja.
Hal ini sama dengan yang disampaikan Sutikno (2006) bahwa keluarnya bayi melalui jalan lahir umumnya menyebabkan robekan pada vagina dan perineum. Meski tidak tertutup kemungkinan robekan itu memang sengaja dilakukan untuk memperlebar jalan lahir. Petugas kesehatan atau dokter akan segera menjahit robekan tersebut dengan tujuan untuk menghentikan perdarahan sekaligus penyembuhan. Penjahitan juga bertujuan merapikan kembali vagina ibu menyerupai bentuk semula.
Hal yang sama disampaikan Oxorn (2013) bahwa rupture perineum banyak ditemui pada persalinan ibu primigravida yang belum pernah melahirkan bayi yang viable (nullipara).
Paritas dapat mempengaruhi rupture perineum
dikarenakan struktur jaringan daerah perineum pada primigravida dan mutligravida berbeda keelastisitasannya. Pada nullipara yang baru mengalami kehamilan pertama (primigravida) dapat ditemukan perineum yang kaku sehingga lebih mudah dan retan terjadi rupture perineum
Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 201627
, sedangkan pada mutligravida yang sudah pernah melahirkan bayi yang viable lebih dari 1 kali daerah perineumnya lebih elastis. Selain itu ibu nullipara yang primigravida belum perah mendapat pengalaman mengalami persalinan apabila dibandingkan dengan ibu multipara yang mutligravida, hal ini mempengaruhi penatalaksanaan/ pertolongan persalinan yang akan dilakukan oleh bidan.
Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,001 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang periode 2012-2013. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang disampaikan Enggar (2010) terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum.
Menurut Sekartini (2007) robekan
perineum terjadi pada kelahiran dengan berat bayi
lahir yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya rupture perineum dikarenakan BB lahir yang besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan BB lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat bayi lahir yang besar sering terjadi rupture perineum.
Menurut Mansjoer (2010) berat badan janin dapat mengakibatkan rupture perineum pada berat badan janin diatas 3000 gram dan 4000 gram. Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya rupture perineum yaitu pada berat badan janin diatas 3500 gram, karena risiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat janin tergantung pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi dokter atau bidan. Pada masa kehamilan, hendaknya terlebih dahulu mengukur tafsiran beran badan janin (Chalik, 2011).
Hal berbeda yang diungkapkan Suliswati (2010), bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum di Rumah Sakit Umum fauziah Bireuen. Dimana berat badan lahir dengan makrosomia yang menyebabkan terjadinya rupture perineum. Umumnya
responden (68,2 %) mengalami rupture tingkat sedang, sedangkan ibu yang melahirkan bayi dalam kategori normal, 18 (61,6%) responden yang mengalami rupture perineum berat. Hal berbeda dengan hasil penelitian Roslena (2013) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum.
Hasil uji statistik dengan analisis chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum pada persalinan normal primigravida di wilayah kerja puskesmas Handapherang kabupaten Ciamis dengan p value 0,001. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Pravitasari di Banyumas, Sutarmi di BPS Benis Jayanto, Rahmawati di RSIA Jepara yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian rupture perineum.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Simpulan dan hasil penelitian mengenai hubungan berat badan lahir dengan rupture
perineum persalinan normal pada primigravida di
wilayah kerja Puskesmas Handapherang periode 2012-2013 adalah :
1. Berat badan lahir pada primigravida di wilayah kerja puskesmas Handapherang periode 2012-2013 yang tertinggi yaitu berat badan normal. 2. Kejadian rupture perineum persalinan normal
pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Handapherang periode 2012-2013 tertinggi
28 Neli Sunarni
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 yang mengalami rupture perineum.3. Terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida di wilayah kerja PuskesmasHandapherang periode 2012-2013. Saran
1. Ibu Hamil
Dengan terbukti adanya hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida. Maka ibu bersalin diharapkan dapat melakukan pemeriksaan
antenatal care agar semua kemungkinan
penyulit dapat terdeteksi secara dini sehingga dapat meminimalisir kejadian rupture
perineum.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang rupture perineum.
3. Bagi Bidan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya asuhan kebidanan secara komprehensif, sehingga dapat meminimalisir kejadian rupture
perineum akibat berat badan yang berlebihan.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan rupture
perineum dan berat badan lahir dengan sampel
yang lebih besar dan metode penelitian yang lebih baik sehingga lebih banyak lagi faktor risiko rupture perineum yang dapat diteliti dengan judul hubungan paritas dengan rupture
perineum dan hubungan passenger dengan rupture perineum.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2012) Laporan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium di Indonesia 2010.Jakarta : BPS
Ben, Z. T. 2008. Kapita Selekta Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
Campion. 2009. Ruptur Perineum. (http:// www.stikesharapanmama.blogspot. com/2011/05/ruptur-perineum.html, diakses 01 Februari 2014).
Chalik, TMA. 2011. Haemoragi Utama Obstetri
dan ginekologi. Jakarta : Widya Medika
Chapman. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Kelahiran. Jakarta : EGC.
Cunningham. 2010.Obsetri Williams. Jakarta: EGC. Depkes. 2006. Rupture Perineum. (http://www.
lestdtudyryny.blogspot.com, diakses 12 Januari 2014)
Destiati Lysa. 2010. Hubungan Antara Berat
Badan Bayi Baru Lahir Dan Paritas Dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Spontan Di Rsia Bunda Arif Purwokerto Tahun 2010. Purwokerto : YLPP
Purwokerto. Jurnal Bidan Prada Vol.02 No.02
Enggar Yuwida. 2010. Hubungan Berat Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di RB Harapan Bunda Surakarta . Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Harahap, D. 2010. Hubungan Berat Badan Lahir,
Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 201629
Dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Bidan Praktek Swasta Ny. Pipin Heriyanti Yogyakarta Tahun 2009.
Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan. Krisnadi. 2009. Hubungan Berat Badan Lahir
Dengan Rupture Perineum Persalinan Nomal Pada Persalinan Primigravida.
(http://www.Androskripsi.Blogspot.com, diakses 07 Januari 2014)
Liwellyin,W. 2011. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.
Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Manuaba, I.B.G. 2005. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
. 2006.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Martadjisoebrata. 2008. Obstetri Patologi.
Bandung : Bagian Obstetri DanGinekologi FK UNPAD
Martius. 2007. Bedah Kebidanan Martius.Jakarta : EGC.
Mochtar. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Nasution. 2007. Penanganan Kasus Kedarutan
Obstetri. (http://www.library.usu.ac.id,
diakses 12 Januari 2014)
Nasution. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terjadinya rupture perineum.
(http://www.library.usu.ac.id, diakses 12 Januari 2014)
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rhineka
Cipta.
Oxorn. 2013. Ilmu Kebidanan Patologi dan
Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan
Esensia Medika.
Pravitasari, Sumarni, Anasari. 2009. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Ruptur Perineum Di Bps Ny. Alimah Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 2 No. 1
Prawirohardjo, S. 2005. Pelayanan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI
. 2012. Acuan AsuhanPersalinan Normal. YBPS : Jakarta
Rahmaningtyas., Wijayanti & Kokoeh. (2010)
Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelayanan Jamkesmas. Ponorogo : Wahana Riset
Kesehatan.
Rahmawati. 2011. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Rsia Kumala Siwi Pecangaan Jepara. Vol. 04 No.01
Roslena. 2013. Hubungan Antara Posisi Partus,
Berat Badan Lahir, Teknik Mengedan Dengan Terjadinya Ruptur Perineum Spontan Pada Persalinan Normal Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak banda aceh.
Banda Aceh : Stmikubudiyah
Saifuddin. 2012. Posisi Meneran Saat Persalinan. Jakarta : Salemba Medika
Sekartini Rini. 2007. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dan Pencegahan Komplikasi. (http://www.MediaIndonesia.co.id, diakses pada 12 Januari 2014) Sitorus,Ronald H. 2009. Pedoman Perawatan
Kesehatan Ibu dan JaninSelamaKehamilan.
Bandung: CV.Pionir Jaya Bandung Soepardiman. 2006. Pengantar Ilmu Bedah
30 Neli Sunarni
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016Obstetri. Jakarta : EGC.
Sofyan Muji. 2003. Pengaruh Senam Hamil Pada Kehamilan Trimester III Terhadap Robekan Perineum Ibu Inpartu Kala II Di BPS Wilayah Puskesmas Sumber Pucung. Malang : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada.
Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta
.(2009) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
Dan R&D. Bandung :Alfabeta.
Suliswati. 2010. Hubungan Antara Berat Badan
Lahir dengan rupture Perineum di Rumah Sakit Umum Fauziah Bireuen. Banda Aceh
: Stikes U’budiyah Banda Aceh Suprida. 2012. Hubungan Berat Badan Janin
Dan Paritas dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal Di BPS Husniyati ZR Palembang. Palembang :
Poltekes Kemenkes Palembang Sutarmi, Kustiyati, Firrahmawati. 2012.
Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada Primipara Di Bps Benis Jayanto. GASTER Vol. XI No. 2
Sutikno. 2006. Aneka Tindakan Usai Melahirkan. (http://www.tabloid.nakita, diakses 10 Januari 2014)
Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan