Clinical Mentoring
Komorbiditas Psikiatri dan Adiksi
Diagnosis dan Tatalaksana
dr.Adhi Wibowo Nurhidayat,SpKJ(K),MPH
Institute of Mental Health, Addiction,and Neuroscience (IMAN)
Soeharto Heerdjan Psychiatric Hospital - Jakarta
Disclosure
No Financial Support
Outline
Adiksi
Komorbiditas Adiksi-Psikiatri
Komorbiditas Adiksi-Gangguan Cemas Komorbiditas Adiksi-Gangguan Bipolar Komorbiditas Adiksi-Skizofrenia
Adiksi
Adiksi
- 4.2 million drug users
(estimation)
- 150.000 injecting heroin users
Adiksi
Penyakit otak kronis yang dapat berulang:
perilaku kompulsif dalam mencari zat adiktif,
meski mengetahui efek negatif yang ditimbulkan
Zat adiktif mengubah otak, baik struktur maupun
bagaimana otak bekerja
Perubahan otak ini dapat bersifat menetap dan mengarah
pada perilaku yang membahayakan
Faktor biologi, lingkungan, dan genetik yang berperan pada
Komorbiditas gangguan psikiatri – adiksi
Bervariasi
Gangguan Afektif di antara pengguna zat :
Depresi Berat 15-50%
Risiko bunuh diri meningkat
Di antara pasien dengan gangguan bipolar,
GANGGUAN PENGGUNAAN
ZAT
Dual Diagnosis - Komorbiditas
GANGGUAN MENTAL
Sebagai Kondisi Predisposisi :
1.Gangguan Kepribadian antisosial 2.Gangguan Bipolar
3.Gangguan Depresi & Suicide 4.Gangguan Skizofrenia GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT GANGGUAN MENTAL
Substance Induce disorder 1.Gangguan Psikotik 2.Gangguan Bipolar 3.Gangguan Anxietas 4.Gangguan Seksual 5.Gangguan Tidur GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT GANGGUAN MENTAL
Faktor Risiko Ketergantungan Zat
BIOLOGI / GENETIK LINGKUNGAN
MEKANISME OTAK ADIKSI • Genetik • Gender • Gangguan mental • Rute administrasi • Efek obat • Rumah
• Sikap dan perlakuan orang tua • Pengaruh teman
• Sikap komunitas
• Pencapaian yang buruk
• Penggunaan sejak dini • Availabilitas
• biaya
National Institute of Drug Abuse .(n.d.) THE NIDA science fair award for addiction science (online image). Retrieved from : http://www.drugabuse.gov/sciencefair/
Gangguan Cemas
Gangguan cemas di kalangan
pengguna zat: 17,7% (43.000 sampel)
Terapi dengan benzodiazepin :
potensi ketergantungan, monitoring yang ketat, pemberian obat terbatas
Gangguan Cemas Menyeluruh
Terapi (Canadian Psychiatric Association):
First-line: paroxetine, escitalopram, sertraline,
venlafaxine XR
Second-line: alprazolam, bromazepam,
lorazepam, diazepam, buspiron, imipramin, pregabalin, bupropion XL
Third-line: mirtazapin, citalopram, trazodon,
hidroksizin, dengan terapi tambahan olanzapin/risperidon
Gangguan Cemas pada Pengguna Stimulan
Terapi: karbamazepin,
klonazepam
Gangguan panik terapi
Depresi
Rekomendasi: Specific serotonin re-uptake
inhibitors (SSRI) sebagai first-line treatment
Non-SSRI (venlafaxine, duloxetine,
mirtazapine, bupropion) bila SSRI tidak efektif
Terapi Perilaku : Cognitive behavior treatment
(CBT), 12-Step
Pasien ketergantungan alkohol dengan depresi:
Zat Penyebab Psikotik
Selama Intoksikasi:
Sedatif(alkohol, benzodiazepin, barbiturat) Stimulan (amfetamin, kokain)
Designer drugs(ekstasi)
Ganja/THCHalusinogen (LSD, ketamin, psilosibin) Opioid
Zat Penyebab Psikotik
Selama Putus Zat:
Sedatif (alkohol, benzodiazepin,
barbiturat) Anestetik, analgesik Agen antikolinergik Antikonvulsan Antihistamin Muscle relaxants dll.
Komorbiditas Adiksi dan Psikotik
Psikotik : gejala postif
(halusinasi, waham),gejala negatif (afek datar, atensi
buruk, anhedonia, penarikan sosial), bicara/perilaku kacau, dan katatonia
Alkohol dan Psikosis
Alcoholic hallucinosis, paranoia
Kanabis dan Psikosis
Euphoria, halusinasi
Gejala akut dan singkat
Amfetamin dan Psikosis
Paranoia, waham, (seringkali)hiperseksualitas
Halusinogen dan Psikosis
Synesthesia (the blending of senses)
Skizofrenia, skizoafektif
Zat yang digunakan: MDMA, Ketamin,
Gangguan Bipolar-Adiksi
o Terjadi bersamaan penyebabnya tidak diketahui
o Kejadiannya cukup tinggi karena yang mencari pengobatan ternyata di masyarakat
o Yang paling sering disalahgunakan alkohol, kanabis, opiat dan kokain
o Ketergantungan alkohol pada pasien dengan GB 10 X ˃ vs populasi umum
o Sebagian besar menggunakan 1 jenis zat o Lebih sering pada GB-I vs GB II
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5TM). 2013, hal. 123-153
GB-I GB-II Siklotimia
Bipolar dan Gangguan Terkait Diinduksi
Obat/Zat
Bipolar dan Gangguan Terakait Akibat Kondisi
Medik
Bipolar dan Gangguan Terkait Spesifik
Lainnya
Bipolar dan Gangguan Terkait yang Tidak
Spesifik
06-May-16
24 GB
06/05/2016 25
.
Keadaan mood
(mood state) pada
gangguan bipolar, juga disebut episod.
Ada 5 episod mood yaitu:
Mania
Eutimia
Depresi
Kriteria GB-I GB-II Siklotimia Episode Manik + - -Hipomania + + Episode depresi mayor + (simtom depresi) 06/05/2016 26
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-5), 2013
28
o GPZ pada GB ˃˃ pada Gangguan Jiwa Lainnya 1,2
o Prevalensi GB + GPZ, selama kehidupan → 40%-60%
o Prevalensi, selama kehidupan, GPZ pada GB I (61%) dan GB II (48%)
o GPZ (44%) yang dirawat karena episod manik atau campuran3
1. Brown ES, dkk. J Affective Disord. 2001; 65:105-115. 2. Strakowski SMI. Biol Psychiatry 2000; 48: 477-485. 3. Cassidy F, dkk. Bipolar Disord. 2001; 3: 181-188
Etiologi Komorbiditas Antara GB dengan GPZ GB + GPZ GPZ + GB GPZ = GB o Akibat gejala mood, misalnya mengobati diri sendiri (depresi), mencari kesenangan, perilaku sembrono, impulsivitas (mania) o Mencetuskan GB sensitisasi perilaku, berulangnya penggunaan zat, (kindling mechanisms) o Faktor penyebab sama (gen) • Berrettini WH, dkk. Bipolar Disord. 2001; 3: 276-283
Etiologi Komorbiditas GB dengan GPZ (Lanjutan)
GB + GPZ GPZ + GB
o Awitan mood lebih dini, (± 20 tahun), episod I depresi , frek , durasi depresi lama, bunuh diri
o Riwayat kel (+), episod , kambuh, hospitalisasi , gejala GB ˃ berat, kepatuhan , luaran buruk o GPZ mendahului GB o Awitan tertunda (± 28 tahun) o Riwayat Kel (-), gejala GB lebih ringgan, perjalanan dan luaran lebih
baik..
1. Psychiatry 1997; 4: 231-244
2. Sonne SC, dkk. J Nerv Ment Dis.1994; 182:349 –352 1. Strakowski SM, dkk. Biol Psychiatry 2000; 48: 477-485
2. Dalton EJ. Bipolar Disord. 2003; 5: 58-66
Tatalaksana Bipolar dengan Adiksi
06/05/2016 31
Terapi Efektif Bila Dilakukan Secara Komprehensif
Farmakoterapi Psikoterapi
Rehabilitasi Psikoedukasi
Terapi
Tatalaksana Bipolar dengan Adiksi
o Lebih komleks, lebih sulit, multi disiplin
o Memerlukan usaha pasien u/ mempertahankan abstinensia, hidup teratur, mengikuti psikoterapi, terapi keluarga, kelompok dan individu, serta bergabung dengan kelompok-kelompok menolong diri sendiri
o Terapi harus komprehensif o Obati secara bersamaan
o Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan
1. Modell JG, dkk. Alcohol Clin Exp Res 1993; 17 (2): 234-240. 2. Monti PM, dkk. Alcohol Clin Exp Res 1999; 23(8): 1386-1394.
Tatalaksana Bipolar dengan Adiksi
o Tingkatkan kepatuhan terhadap terapi dan minimalkan hendaya fungsi dengan intervensi psikososial
o Manfaat antipsikotika dalam mengurangi penyalahgunaan zat → tidak konsisten
o Antipsikotika yang mengantagonis dopamin di mesokortikolimbik neuron (jalur reward) → APG-I meningkatkan penggunaan zat
o APG-II (risperidon, olanzapin, quetiapin, aripiprazol) → bekerja pada histamin, serotonin, noradrenergik efektif untuk GB
1. Modell JG, dkk. Alcohol Clin Exp Res 1993; 17 (2): 234-240. 2. Monti PM, dkk. Alcohol Clin Exp Res 1999; 23(8): 1386-1394.
Mood Stabilizer
34 o Litium o Divalproat o Lamotrigin o Karbamazepin o Topiramat o Gabapentino Divalproat ER, indikasi monoterapi untuk episode
campuran, mania akut, kronik, rumatan dan campuran o Efikasi luas, bermanfaat untuk pasien dengan riwayat
tidak berhasil dengan litium, mania disforik, dan multipel episode
Tatalaksana
o Lebih kompleks, lebih sulit, multidisiplin
o Memerlukan usaha pasien u/ mempertahankan abstinensia, hidup teratur, mengikuti psikoterapi, terapi keluarga, kelompok dan individu, serta bergabung dengan kelompok-kelompok
menolong diri sendiri o Obati secara bersamaan
o Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan
1. Modell JG, dkk. Alcohol Clin Exp Res 1993; 17 (2): 234-240. 2. Monti PM, dkk. Alcohol Clin Exp Res 1999; 23(8): 1386-1394.
Gangguan Bipolar-Acute Mania
Acute Mania : tatalaksana dengan mood stabilizer
dikombinasi dengan antipsikotik
Mood stabilizer bekerja lebih lambat, sementara
antipsikotik bekerja lebih cepat mengatasi gejala acute manic (racing thoughts, agitation, insomnia) dan
gejala psikotik
Mood stabilizer : lithium, valproat
Antipsikotik generasi pertama : klorpromazin,
halopreidol, perfenazin
Gangguan Bipolar-Maintenance Treatment
Mood stabilizer : lihium,
valproat
Pilihan terapi lainnya:
karbamazepin, lamotrigin
Antipsikotik injeksi(long acting
depo): haloperidol, prolixin, risperidon
Self Medication Hypothesis
The Brain Reward Circuitry Dysfunction Theory Skizofrenia & Komorbid SUD
Komorbiditas Adiksi - Skizofrenia
Addiction Vulnerability
Hypothesis
Penggunaan zat dapat meringankan penderitaan psikologis dan preferensi terhadap obat tertentu.
Kelainan pada sirkuit reward karena abnormalitas dopamin
Adiksi Zat - Skizofrenia
Gejala lebih berat Perjalanan penyakit lebih buruk Deteriorasi fungsi lebih berat Meningkatkan risiko kekambuhan Meningkatkan angka dropout pengobatan Angka remisi rendah Outcome lebih buruk Admisi lebih panjang Episode violent lebih sering Meningkatkan komplikasi dan pengobatanKoola MM,et al. Journal of Dual Diagnosis, 81(1):50-61.2012
Terapi
Antipsikotik: risperidone,clozapin, olanzapin
Terapi tambahan: antidepresan
Terapi psikososial
Terapi suportif
Terapi Keadaan Akut/Subakut
Patient and staff safety
Antipsikotik tipikal dan atipikal Antipsikotik injeksi
(long-acting
Terapi
1,2,3 Pasien terlibat aktif dalam perencanaan pengobatan Intervensi Psikososial Farmako-terapi1. Smelson, D.A et al. CNS Drug 2008; 22(11): 903-916 2. Ziedonis, et al. Journal of Psyc Pract Vol.11, No.5 ; 2005 3. Koola MM,et al. Journal of Dual Diagnosis, 81(1):50-61.2012
Terapi Psikososial
1,2• Social skill training and illness education • Intervensi keluarga
• Assertive communication
• Addiction treatment intervention
– Motivational enhancement therapy
– Cognitive behavioral strategy untuk pencegahan kekambuhan
– 12-step facilitation dan konsep recovery adiksi