• Tidak ada hasil yang ditemukan

NALAR KRITIS TERHADAP SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NALAR KRITIS TERHADAP SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK SKRIPSI"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

NALAR KRITIS TERHADAP SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh:

ROUDLOTUL FIRDAUS NIM. 082111097

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)
(3)
(4)

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini sama sekali tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali untuk informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 28 Mei 2012 Deklarator,

Roudlotul Firdaus NIM. 082111097

(5)

ABSTRAK

Penanggalan Im Yang Lik merupakan penanggalan yang memiliki keunikan karateristik proses akulturasi nilai lokal (local wisdom) yang bersentuhan dengan nuansa mitologi-astronomi petani Cina tradisional. Penanggalan ini mengadopsi sistem lunisolar yang memadukan konsep penanggalan bulan-matahari. Sementara pada tataran implementasi, penanggalan ini nyaris terbengkalai, pasalnya komunitas Tionghoa hanya memfungsikannya sebagai acuan dasar perayaan budaya lokal Cina atau hari besar dan ranah praksis seremonial (Fengshui) menurut kepercayaan mereka. Maka dalam penelitian ini pokok permasalahan dapat terangkum dalam pertanyaan bagaimana sistem lunisolar (bulan-matahari) melatarbelakangi regulasi komponen dasar dalam sistem penanggalan Im Yang Lik?.

Untuk menjawab pokok permasalahan, metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan desain penelitian deskriptif-analisis. Jenis data bersifat

library research yang didalamnya menggunakan sumber data utama berupa

penanggalan Im Yang Lik dan sumber data pendukung berupa data-data yang berhubungan secara tidak langsung dengan persoalan yang diangkat seperti hasil wawancara, literatur-literatur yang bertalian erat dengan sistem penanggalan Im

Yang Lik, dan bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian. Data-data

kemudian ditelaah, dideskripsikan, dianalisa secara verbal mengenai konsep sistem penanggalan Im Yang Lik serta beberapa persoalan primordial yang melingkupinya.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penanggalan Im Yang Lik penanggalan tertua didunia warisan konsep astronomi-mitologi petani Cina tradisional sejak abad 13 SM yang hingga kini masih terus dijadikan pedoman penentuan waktu yang berkenaan dengan perayaan dan praksis bagi etnis Tionghoa pada umumnya. Selanjutnya dalam sistem lunisolar yang diadopsi sistem penanggalan Im Yang Lik, terdapat tiga komponen utama, yaitu konsep hari, bulan dan tahun, serta musim, yang masih relevan untuk diaplikasikan dalam konteks kekinian. Tetapi sesungguhnya penanggalan tersebut bersifat rigid karena hanya mengacu pada regularitas iklim Cina klasik dan ekslusif karena hanya berdasarkan pedoman local mean time (LMT) daerah Cina, meskipun perhitungan bisa dilakukan dengan LMT daerah manapun didunia. Dalam pada itu, untuk sebuah sistem pedoman waktu yang mengacu terhadap musim, penanggalan ini belum bisa secara konsisten menyesuaikan dengan iklim yang sebenarnya berlangsung, karena kerap kali terjadi anomali musim jika dikomparasikan dengan sistem solar calendar.

(6)

MOTTO



































Artinya:

“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan Al-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.

Dan hanya orang-orang berakal yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”.

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Ayah (H. M. Dalih) yang selalu membimbing dan menasihati penulis. Semua bimbingan dan nasihat berharga itu menjadi pelecut semangat yang terus

terpompa mengiringi kehidupan.

Ibu (Hj. Maryamah) atas segala kasih sayang tak bertepi dan doa sepanjang masa. Doa ibunda yang sering terucap dengan linangan air mata disepertiga

malam menjadi pelita penerang jalan bagi penulis.

Seluruh kakak (Lina Martini & Hendra Gunawan, Lisaudah, Nursofiah & Ronald, Marhadi Anshorul Muslim & Makiyah, Aziz Muslim & Qona’ah) yang telah membantu penulis dengan segenap hati dan jiwa menuju gerbang kesuksesan

ilmu dan amal.

Semua keponakan menggemaskan (Akhdan Makarim Zufar, Syifa Aulia Sakinah, Ariq Musyafa Hadi, Nisrina Nida Hanana, Mutiara Aprilliza Kartini, Nazma Naili Mumtaz, Abdul Noufal Hadi, Muhamad Rayyan Ghazali) yang membuat

penulis ingin secepat mungkin menyelesaikan skripsi untuk segera bersua dengan wajah lucu dan mungilnya.

Habibati ruhi wa qolbi (Arrikah Imeldawati) dan seluruh keluarga besar Aba H. Ahmad Marzuki yang selalu menemani setiap saat dengan doa,

perhatian, kesabaran, dan cinta yang tulus.

Sahabat-sahabat dari keluarga besar Together (KIF 2008),

santriwan/wati PPDN Semarang, PP Al-Hikmah Brebes, CSS MoRA IAIN Walisongo, Regional Tengah, dan Nasional meskipun tidak dapat disebutkan

satu per satu namun peran dalam men-support penulis tidak akan pernah terlupa.

(8)

KATA PENGANTAR

Lantunan puji beriring rasa syukur atas segala nikmat yang dikaruniakan Allah SWT sehingga kita dapat menunaikan segala rutinitas kehidupan. Sholawat beserta salam semoga tercurah kepada kekasih mulia Rosulullah Muhammad saw.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis semata, namun terdapat dalam banyak peran dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ungkapan terima kasih sudah sepantasnya penulis haturkan kepada segenap pihak yang turut andil yang telah membantu selama proses skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo dan segenap Pembantu Dekan, atas segala masukan dan dukungan kepada penulis selama menjalani studi.

2. Drs. Sahidin, M.Si, selaku pembimbing I atas segala pengarahan dan motivasi berharga yang selalu diberikan.

3. Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing.

4. Seluruh jajaran pengelola Konsentrasi Ilmu Falak (KIF) atas semua bantuan dan dukungan tiada henti.

5. Para perangkat kerja (Kajur, Sekjur, Dosen, dan pegawai) di lingkungan fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang atas segala perhatian dan kerjasamanya.

6. Kedua orang tua penulis (H. M. Dalih dan Hj. Maryamah) beserta segenap keluarga yang selalu mencurahkan perhatian, kasih sayang, dan lantunan do’a.

7. Pengurus DPD PITI Kota Semarang dan segenap narasumber etnis Muslim Tionghoa Semarang yang sangat apresiatif dengan meluangkan waktu bersedia untuk diwawancarai serta memberikan semua informasi yang penulis butuhkan.

(9)

8. Keluarga besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Semarang dan CSS MoRA yang selalu memberikan dukungan.

9. Seluruh sahabat Konsentrasi Ilmu Falak (KIF) yang telah banyak membantu dalam berbagi pengalaman dan ilmu hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya permohonan maaf setulus hati penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, atas segala kekhilafan tutur kata dan tingkah laku tidak berkenan yang luput dari kesadaran.

Meskipun dalam proses penyelesaian skripsi ini upaya maksimal telah dilakukan, akan tetapi penulis menyadari bahwa didalamnya masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semua itu adalah karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu diharapkan kebesaran hati para pembaca, dosen pembimbing, civitas akademika, serta rekan sejawat untuk menyampaikan kritik, saran, dan komentar demi kesempurnaan tulisan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca umumnya. Amien.

Semarang, 28 Mei 2012 Penulis,

Roudlotul Firdaus NIM. 082111097

(10)

Daftar Skema, Gambar, dan Tabel

Skema 1. Proses Kerja Penelitian ... 19

Gambar 1. Periode Musim Tahun Tropis ... 81

Gambar 1. Periode Musim Tahun Tropis ... 107

Tabel 1. Bulan Baru Tahun 2009 Masehi atau 2560 Tahun Cina ... 6

Tabel 2. Penanggalan Masehi 753 SM ... 30

Tabel 3. Penanggalan Masehi 700 SM ... 31

Tabel 4. Penanggalan Masehi 46 SM ... 32

Tabel 5. Daftar Bulan dan Jumlah Hari Penanggalan Masehi ... 35

Tabel 6. Satu Daur ‘Urfi ... 39

Tabel 7. Penanggalan Hisab ‘Urfi ... 40

Tabel 8. Penanggalan Hisab Istilahi ... 41

Tabel 9. Rekap Hasil Perhitungan Hisab dari Berbagai Metode ... 44

Tabel 10. Makna Bulan Kamariah Arab Pra-Islam ... 49

Tabel 11. Nama-Nama Bulan Kamariah Arab Pra-Islam ... 50

Tabel 12. Penanggalan Hijriah ... 52

Tabel 13. Satu Siklus (60 Tahun) ... 59

Tabel 14. Kronologi Reformasi Penting Sistem Penanggalan ... 64

Tabel 15. Klasifikasi Penanggalan ... 66

Tabel 16. Pembagian Waktu ... 70

Tabel 17. Pembagian Jeiqi ... 71

Tabel 18. Pembagian Zhongqi ... 72

Tabel 19. Durasi Konjungsi ... 73

Tabel 20. Nama-Nama Bulan ... 76

Tabel 21. 10 Arah Langit dan 12 Cabang Bumi ... 79

Tabel 22. Shio dalam Siklus Tahunan (60 tahun) ... 80

Tabel 23. Musim-Musim Penanggalan Im Yang Lik ... 83

Tabel 24. Awal Bulan Cina Tahun 2563 ... 85

Tabel 25. Ecliptic Longitude Matahari (ELM) jeiqi (J) dan zhongqi (Z) ... 85

Tabel 26. Mengidentifikasi Bulan Sisipan (Lun) ... 86

(11)

Tabel 28. Hari Libur Utama ... 93

Tabel 29. Komparasi Awal Bulan Penanggalan Hijriah dengan Im Yang Lik . 101 Tabel 30. Perbandingan Waktu ... 103

Tabel 31. Estimasi Bulan Purnama Tahun 1984-2049 ... 109

Tabel 32. Durasi Hari Penanggalan Im Yang Lik Tahun 1911-2110 ... 112

Tabel 33. Siklus 19 Tahun Tropis ... 112

Tabel 34. Perayaan Imlek Tahun 1986-2023 ... 114

Tabel 35. Siklus Musim Sepanjang Tahun ... 116

Tabel 36. Komparasi Periode Musim Tahun Tropis dengan Khi ... 117

Tabel 37. Periode Musim Khi ... 118

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN DEKLARASI ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... x

HALAMAN DAFTAR ISI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Telaah Pustaka ... 12

E. Metode Penelitian ... 16

F. Sistematika Penelitian ... 20

BAB II : KERANGKA TEORITIK SISTEM PENANGGALAN A. Sistem Penanggalan Perspektif Astronomi-Syar’i ... 23

B. Klasifikasi Sistem Penanggalan ... 27

1. Sistem Solar Calendar ... 28

2. Sistem Lunar Calendar ... 36

3. Sistem Lunisolar Calendar ... 53

BAB III : DISKURSUS SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK A. Sistem Penanggalan Im Yang Lik 1. Historisitas Reformasi Sistem ... 60

(13)

B. Komponen-Komponen Penanggalan Im Yang Lik

1. Konsep Hari ... 67

2. Konsep Bulan dan Tahun ... 72

3. Konsep Musim ... 81

C. Ragam Perayaan dalam Penanggalan Im Yang Lik ... 88

D. Pandangan Astronomi-Syar’i ... 96

BAB IV : ANALISI SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK A. Konsep Hari ... 102

B. Konsep Bulan dan Tahun ... 108

C. Konsep Musim ... 115 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 126 B. Saran ... 129 C. Penutup ... 131 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejauh penelusuran penulis, kajian ilmu falak di Indonesia dalam konteks sistem penanggalan hanya berkutat pada ranah perhitungan penentuan awal bulan kamariah dalam penanggalan Hijriah yang tersaji melalui beberapa metode, baik klasik maupun kontemporer melalui acuan dasar perhitungan yang banyak merujuk kepada kitab klasik, panduan perhitungan praktis, atau software yang familiar di kalangan peminat ilmu falak. Sehingga porsi terbanyak dirkursus ilmu falak diberikan kepada penanggalan Hijriah yang identik dengan perdebatan tiada berkesudahan. Imbasnya, karya intelektual yang lahir selain sistem penanggalan Hijriah tidak banyak ditemui bahkan cenderung terbengkalai.

Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1987 menyimpulkan bahwa terdapat sekitar 40 sistem penanggalan yang berkembang di dunia,1 akan tetapi dari 40 macam sistem penanggalan tersebut, secara umum hanya dikategorikan menjadi tiga kelompok (cluster) besar, yaitu:

1. Sistem penanggalan yang mengacu terhadap pergerakan semu matahari. Dalam istilah lain disebut penanggalan Syamsiyah atau Solar Calendar. Konsep perhitungan sistem penanggalan ini didasarkan pada lama

1

Alan Longstaff, Calendars from Around the World, National Maritime Museum, 2005, h. 3. Baca juga Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyah dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 2007, h. 48.

(15)

perjalanan bumi melakukan revolusi terhadap matahari. Jumlah rata-rata waktu tempuh perjalanannya adalah 365,2422518 hari atau 365h 5j 48m 46d,2 contoh sistem penanggalan ini adalah penanggalan Masehi.

2. Sistem penanggalan yang berpedoman terhadap bulan. Sistem ini disebut pula dengan penanggalan kamariah atau Lunar Calendar. Konsep perhitungan sistem penanggalan ini didasarkan pada lama perjalanan rotasi bulan mengelilingi bumi. Jumlah rata-rata lama rotasi bumi adalah 29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d, sehingga dalam satu bulan terdiri atas 29 hari atau 30 hari,3 contohnya adalah penanggalan Hijriah.

3. Sistem penanggalan yang berpedoman terhadap bulan-matahari. Dalam istilah astronomi dikenal dengan Lunisolar Calendar. Model ini merupakan paduan dari kedua sistem di atas. Penanggalan ini memiliki jumlah bulan yang mengacu pada fase bulan, namun pada beberapa tahun tertentu terdapat penambahan sebuah bulan sisipan (intercalary month) untuk menyesuaikan dengan pergerakan semu matahari,4 contohnya adalah penanggalan Yahudi, Arab Pra-Islam, dan Cina.

Khusus penanggalan yang terakhir, yaitu penanggalan Cina, jenis penanggalan ini merupakan salah satu penanggalan yang memiliki beberapa keunikan terkait hal krusial dalam konsep dasar sistem perhitungan yang tidak ditemukan diantara sekian penanggalan lain yang umumnya berlaku di dunia.

2

Moedji Raharto, Sistem Penanggalan Syamsiyah/Masehi, Bandung: Penerbit ITB, 2001, h. 1.

3

Moedji Raharto, ibid, h. 49. 4

(16)

Penanggalan Cina acapkali disebut dengan beragam istilah seperti tarikh Imlek, Khongcu, dan petani.5 Disebut tarikh Imlek karena perhitungan awal tahun diawali dengan perayaan Imlek menyambut musim semi, selain itu juga terdapat pengertian bahwa penanggalan ini mengacu terhadap siklus bulan − dalam bahasa Cina dikenal Imlek−, meskipun pada kenyataannya penanggalan Cina juga mengacu terhadap matahari atau musim. Penanggalan ini disebut dengan tarikh Khongcu karena dinisbatkan kepada tokoh spiritual masyarakat Cina yang juga pemimpin sentral agama Konghucu yaitu nabi Khonghucu yang hidup pada tahun 551-479 SM. Hal ini juga yang menjadi dasar penetapan bahwa tahun pertama penanggalan ini mulai dihitung sejak kelahiran tahun khonghucu tepatnya pada tanggal 27 delapan Imlek tahun 551 SM. Terakhir adalah penanggalan petani karena pada tataran implementasinya, penanggalan ini relevan dengan periode musim yang kerapkali dijadikan panduan bercocok tanam bagi para petani.

Penanggalan Cina –secara sederhana− dapat diartikan sebagai penanggalan yang didasarkan pada rotasi bulan kemudian diselaraskan dengan peredaran bumi yang berevolusi terhadap matahari. Dengan prinsip itu, penanggalan ini bisa memprediksi kapan terjadinya awal bulan, fase purnama, dan siklus musim,6 maka dalam penelitian ini penulis menyebutnya dengan istilah penanggalan Im Yang Lik.

5

Hendrik Agus Winarso, Mengenal Hari Raya Konfusiani, Semarang: Efektif dan Harmonis, 2000, h. 36.

6

Kuan Shao Hong and Teng Keat Huat, The Chinese Calendar of the Later Han Period, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2000, h. 7. Baca juga Hendrik Agus Winarso, ibid, h. 32 dan Susiknan Azhari, op.cit, h. 95.

(17)

Im Yang Lik diambil dari beberapa penggalan kata, kata Im berarti

penanggalan ini mengacu pada siklus rotasi bulan, lalu Yang berarti penanggalan ini juga mengacu pada siklus bumi yang berevolusi terhadap Matahari, sedangkan Lik merupakan istilah untuk menyebut penanggalan. Sehingga jika dipadukan penggalan kata-kata tersebut menjadi Im Yang Lik bermakna penanggalan yang didasarkan pada rotasi bulan kemudian diselaraskan dengan peredaran bumi yang berevolusi terhadap matahari. Maka lebih tepat jika menggunakan istilah Im Yang Lik untuk menyebut penanggalan Cina.7

Sebagaimana umumnya sistem penanggalan, satu tahun memiliki 12 bulan dengan asumsi total 354 atau 355 hari untuk penanggalan Hijriah dan 365 atau 366 untuk penanggalan Masehi. Jika merujuk pada kategorisasi di atas dengan adanya penyisipan bulan agar sistem penanggalan ini tetap sinkron dengan penanggalan musim, maka dapat dipahami bahwa penanggalan Im Yang Lik termasuk kategori sistem penanggalan lunisolar

calendar.

Dalam sistem penanggalan ini, jumlah bulan dalam satu tahun pada tahun-tahun tertentu mencapai 13 bulan dengan asumsi jumlah hari mencapai 383, 384, atau 385 hari yang biasa dikenal dengan beberapa istilah yaitu Kabisat, Tahun Panjang, dan Tahun Loncat (leap year). Sedangkan Tahun

7

Untuk selanjutnya dalam penelitian ini penulis menggunakan redaksi Im Yang Lik dalam menyebut penanggalan Cina.

(18)

Basitoh atau dalam istilah lain disebut Tahun Pendek selama 12 bulan dengan jumlah hari selama 353, 354 atau 355 hari.8

Sementara dalam perhitungan awal bulan mengacu kepada periode sinodis, yaitu rentang waktu yang dibutuhkan oleh bulan antara satu fase bulan baru (newmoon) ke fase bulan baru berikutnya (dua konjungsi) selama 29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d.9 Maka prinsip dalam sistem penanggalan ini, awal bulan mulai dihitung pada hari tepat saat terjadi konjungsi atau ijtimak10 pada meridian 1200 Bujur Timur (BT).11 Artinya waktu terjadinya konjungsi menggunakan local mean time (LMT) Cina yaitu

Greenwich Mean Time (GMT) ditambah delapan jam (GMT + 8).

Untuk memperjelas keterangan di atas, penulis contohkan secara singkat penanggalan Im Yang Lik pada tahun 2560 atau 2009 Masehi. Pada tahun tersebut jumlah bulan mencapai 13 bulan. Berikut langkah-langkah perhitungannya.12

Langkah pertama yaitu mengecek apakah tahun yang dihitung terdapat bulan sisipan. Caranya dengan menentukan bulan ke-11 dalam penanggalan

8

Helmer Aslaksen, Heavenly Mathematics: The Mathematics of the Chinese, Indian,

Islamic, and Gregorian Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of

Singapore, 2010, h. 32. Baca juga Ruswa Darsono, Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqh, dan

Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010 h. 48.

9

Mengenai pengertian tentang periode sinodis bulan selengkapnya dapat dilihat dalam Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab-Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 2008, h. 37.

10

Konjungsi atau ijtimak adalah peristiwa saat bulan dan matahari berada pada posisi garis bujur yang sama sebagai perhitungan awal bulan kamariah. Susiknan Azhari, ibid, h. 93.

11

Chin Hei Ting Veronica, The Mathematics of the Chinese Calendar, t.t, h. 4. 12

Shofiyullah, Mengenal Penanggalan Lunisolar di Indonesia, Malang: PP. Miftahul Huda, 2006, h. 11-12.

(19)

Im Yang Lik tahun sebelumnya dan bulan ke-11 pada tahun yang sedang kita

hitung.13

Selanjutnya mengecek jumlah bulan baru (newmoon) yang terdapat setelah bulan ke-11 tahun sebelumnya sampai pada bulan ke-11 pada tahun yang sedang dihitung, tetapi dengan catatan bahwa jika newmoon berjumlah 12, maka pada tahun tersebut tidak terdapat bulan sisipan atau bulan ke-13. Namun sebaliknya jika newmoon berjumlah 13, maka pada tahun tersebut terdapat bulan sisipan.

Langkah kedua adalah menentukan newmoon setelah 27 November 2008 bulan ke-11, yaitu 1 Cap It Gwee 2559 (tahun sebelumnya) sampai 16 Desember 2009 bulan ke-11, yaitu 1 Cap It Gwee 2560 (tahun yang dihitung). Jumlah newmoon setelah 27 November 2008 sampai 16 Desember 2009 adalah 13 kali.14 Secara rinci tertulis dalam tabel sebagai berikut:

Bulan Baru Konjungsi Bulan Baru Konjungsi 1 28 Desember 2008 8 23 Juli 2009 2 26 Januari 2009 9 20 Agustus 2009 3 25 Februari 2009 10 19 September 2009 4 26 Maret 2009 11 19 Oktober 2009 5 25 April 2009 12 17 November 2009 6 24 Mei 2009 13 16 Desember 2009 7 22 Juni 2009

Tabel 1. Bulan Baru Tahun 2009 Masehi atau 2560 Tahun Cina

13

Data-data newmoon atau konjungsi yang akurat bisa di peroleh dari beberapa software, seperti Winhisab, Almanac Nautica atau Mawaqit dengan menggunakan time zone Greenwich

mean time (GMT) +8 jam (daerah sekitar Beijing Cina).

14

Hasil perhitungan untuk tahun 2009 M dengan data-data astronomik yang diambil dari software Winhisab. Tanggal-tanggal yang tertera tersebut merupakan tanggal tepat terjadinya konjungsi, dimana cahaya bulan (fraction illumination) berada pada angka terkecil.

(20)

Kaitannya dengan penambahan bulan ke-13 atau bulan sisipan dalam sistem penanggalan ini, pada beberapa penanggalan memang mengacu terhadap suatu sistem astronomi yang mengikuti aturan tetap, akan tetapi beberapa sistem penanggalan lain juga banyak yang mengacu pada sebuah aturan abstrak dan hanya mengikuti sebuah siklus berulang tanpa memiliki arti astronomik. Sementara jika melihat penanggalan Im Yang Lik, penanggalan ini lebih mengacu pada kombinasi konsep astrologi filosofis hewan dan arah mata angin.

Nuansa sarat mitologi Cina kuno yang terefleksikan dalam metode yang memadukan 10 arah langit di sekitar alam raya dengan 12 cabang Bumi yang diambil dari nama hewan (shio). Nama 10 arah langit yaitu: Jia (Timur), Yi (Tenggara), Bing (Selatan), Xin (Barat Daya), Geng (Barat), Ding (Barat Laut), Ren (Utara), Gui (Timur Laut), Wu (Atas), dan Ji (Bawah). Sedangkan nama 12 cabang Bumi yang dipersonifikasikan dengan nama-nama hewan yaitu: Zi (Tikus), Chou (Kerbau), Yin (Harimau), Mau (Kelinci), Chen (Naga), Si (Ular), Wu (Kuda), Wei (Kambing), Shen (Monyet), You (Ayam),

Xu (Anjing), dan Hai (Babi).15

Jika nama-nama 10 arah langit dan 12 cabang bumi dipadukan secara berpasangan, akan menghasilkan siklus sebanyak 60 tahun atau enam kali pengulangan arah langit dan lima kali pengulangan cabang bumi. Tentu berbeda dengan penanggalan Masehi yang hanya mempunyai siklus empat

15

Kuan Shao Hong and Teng Keat Huat, op.cit, h. 46. Baca juga Shofiyullah, op.cit, h. 8 dan Tono Saksono, op.cit, h. 51.

(21)

tahun (tiga tahun basitah dan satu tahun kabisat) dan penanggalan Hijriah dengan siklus sebanyak 30 tahun (19 tahun basitah dan 11 tahun kabisat).16

Di samping itu, terdapat keunikan pula bahwa tahun baru Cina atau Imlek yang dirayakan oleh segenap warga Tionghoa di seluruh belahan dunia hampir pasti jatuh antara 21 Januari (paling awal) hingga 20 Februari (paling akhir) setiap tahun. Pasalnya peraturan yang ada dalam penanggalan Im Yang

Lik menyatakan bulan ke-11 harus jatuh pada bujur 2700.17 Berarti berselang dua bulan, tahun baru Imlek hanya dapat terjadi antara tanggal 20 Januari (3000) sampai 19 Februari (3300). Sehingga tidak dimungkinkan terjadi perayaan tahun baru Imlek diperingati selain pada jenjang waktu itu.

Sistem penanggalan ini juga memiliki konsep perhitungan hari yang berbeda dengan sistem penanggalan lainnya. Perhitungan hari tidak didasarkan pada jumlah hari seminggu (tujuh hari), tetapi berdasarkan pasaran (lima hari) yang disebut Hou. Dalam pada itu, tahun pertama penanggalan ini dihitung sejak kelahiran Khonghucu (seorang nabi menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa) yang hidup pada 551-479 SM. Sehingga sebagian kalangan menyebutnya dengan penanggalan Konghucu Lik karena pengkultusan terhadap figur sentral agama Konghucu ini.18

Sehingga jika diringkas dari beberapa persoalan krusial terkait local

wisdom yang hanya terdapat dalam sistem penanggalan Im Yang Lik yaitu:

16

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, Cet. III, 2008, h. 111.

17

Hng Wee Kwan (ed), Chinese Calendar, h. 10. 18

(22)

1. Jumlah bulan dalam satu tahun pada tahun-tahun tertentu mencapai 13 bulan dengan jumlah hari mencapai 383, 384, atau 385 hari.

2. Tahun baru Imlek selalu jatuh antara 21 Januari (paling awal) hingga 20 Februari (paling akhir) pada setiap tahunnya.

3. Perhitungan hari tidak didasarkan pada jumlah hari dalam seminggu (tujuh hari), tetapi berdasarkan pasaran (lima hari).

4. Siklus penanggalan adalah dengan memadukan salah satu dari 10 arah langit dengan 12 cabang Bumi atau nama hewan (shio) secara berpasangan, sehingga jumlahnya 60 tahun (enam kali pengulangan arah langit dan lima kali pengulangan cabang bumi).

Memang tidak dipungkiri, keunikan-keunikan yang terdapat dalam penanggalan Im Yang Lik merupakan local wisdom warisan kebudayaan Cina yang hingga sekarang tetap dipertahankan. Proses akulturasi nilai lokal yang bersentuhan dengan disiplin ilmu astronomi menghasilkan kombinasi apik sebuah cipta karsa manusia sebagai warisan kebudayaan tidak ternilai. Fakta berbicara bahwa sistem penanggalan lain pun memiliki karateristik tersendiri. Seperti penanggalan Caka Bali yang berkembang di daerah Bali19 dan penganut kepercayaan sistem Aboge di sebagian wilayah pulau Jawa.20

19

Dinamakan Caka Bali karena pada mulanya mengadopsi sistem yang terdapat dalam penanggalan Saka. Namun karena penanggalan Saka yang menyebar di daerah Bali mengalami berbagai perubahan sistematika perhitungan, maka penanggalan Saka yang terdapat di Bali lebih populer dengan nama penanggalan Caka Bali. Selengkapnya baca Shofiyullah, op.cit, h. 18.

20

Sebuah aliran penanggalan Jawa Islam dalam penentuan hari raya Idul Fitri (riyaya) didasarkan dengan pijakan bahwa setiap tahun Alip hari raya jatuh pada Rabo Wage (Aboge). Susiknan Azhari, op.cit, h. 7. Baca juga Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah: Menyatukan NU &

(23)

Jika dicermati, kalangan Tionghoa memfungsikan penanggalan Im

Yang Lik tidak lebih hanya sebagai acuan dasar perayaan dan hari besar dan

untuk melakukan ritual yang erat kaitannya dengan momentum penting, seperti pernikahan, kematian, pindah rumah, membuka usaha, nama, umur, dan lain sebagainya yang lebih dikenal dengan fengshui.21

Hal ini dapat dipahami mengingat etnis Tionghoa masih meyakini hal-hal yang terkait persoalan di atas karena merupakan komitmen sosial kepatuhan mereka sebagai warga keturunan Tionghoa untuk tetap menggunakan produk lokal Cina. Menarik, karena rupanya mereka memandang bahwa penanggalan Im Yang Lik merupakan tradisi lokal masyarakat Cina semata, bukan sebagai produk agama Konghucu seperti banyak dituduhkan oleh sebagian kalangan.22 Beberapa perayaan seperti tahun baru Imlek (tanggal 1 Chia Gwee) atau Cap Go Meh (15 hari setelah perayaan Imlek) dirayakan dengan mengelaborasikan tradisi Cina dengan tradisi lokal masyarakat setempat tempat mereka menetap, karena warga Tionghoa cenderung tidak ekslusif dan ekstravagan, akan tetapi terbuka menerima segala keyakinan dan tradisi masyarakat sekitar.

Penelitian ini secara parsial akan menampilkan juga peran sistem penanggalan Im Yang Lik terhadap tingkat implementasi komunitas Tionghoa dalam bidang praksis. Peran itu dapat dilihat dalam konteks pelaksanaan

Muhammadiyah Dalam Penentuan Awal Ramadlan, Idul Fitri, dan Idul ‘Adha, Jakarta: Erlangga,

2007, h. 82-84. 21

Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Maksum Pinarto pada Jum’at, 6 Januari 2011 di kantor PITI Semarang.

22

(24)

aktifitas ritual beberapa perayaan tradisional yang terkait erat dengan musim. Penanggalan Im Yang Lik sendiri sebagai produk klasik masyarakat Cina masih menyisakan problema, karena kerap kali terjadi disparitas antara penanggalan Im Yang Lik dengan fenomena musim, bahkan belum bisa secara konsisten menyesuaikan dengan iklim yang sebenarnya berlangsung.

Kajian ini merupakan upaya penting dalam rangka memperkaya khazanah intelektual ilmu falak, khususnya mengenai sistem penanggalan, lebih spesifik lagi penanggalan Im Yang Lik yang tampaknya kian terbengkalai dari ramainya perdebatan wacana pemikiran dan gagasan tentang ilmu falak keindonesiaan dalam konteks kekinian pada masa proses pelestarian dan perkembangan keilmuan dewasa ini yang semakin masif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, pokok permasalahan utama adalah upaya melacak beberapa hal penting terkait sistem penanggalan Im Yang Lik yang terangkum dalam pertanyaan bagaimana sistem lunisolar (bulan-matahari) melatarbelakangi regulasi komponen dasar dalam sistem penanggalan Im Yang Lik?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu merupakan sebuah karya ilmiah untuk mengetahui secara komprehensif mengenai bunga rampai kategorisasi sistem penanggalan yang diadopsi oleh regulasi penanggalan di dunia, komponen-komponen utama dalam sistem

(25)

lunisolar yang melatarbelakangi sistem penanggalan Im Yang Lik, serta peran

sistem penanggalan Im Yang Lik terhadap implementasi aktifitas ritual berbagai perayaan tradisional komunitas Tionghoa yang terkait erat dengan musim serta nuansa kental astrologi-mitologi Cina klasik yang melingkupinya.

D. Telaah Pustaka

Kaitannya dengan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak informasi dari beberapa sumber relevan. Akan tetapi sumber-sumber rujukan tersebut tidak dimungkinkan untuk menjadi rujukan utama, karena lebih mengkhususkan pada bunga rampai dan sekelumit metode perhitungan. Nyaris tidak ada perbedaan signifikan antara satu referensi dengan yang lainnya. Sehingga penulis berhipotesis bahwa hingga saat ini –dalam sekup Indonesia−, belum ada penelitian yang secara komprehensif menyentuh persoalan konsep dasar sistem penanggalan Im Yang Lik.

Meskipun demikian, secara umum terdapat beberapa tulisan yang yang sedikit banyak berbicara tentang penanggalan Im Yang Lik. Diantaranya sebuah buku yang ditulis secara ringkas oleh Shofiyullah berjudul “Mengenal

Penanggalan Lunisolar di Indonesia”.23 Dalam buku tersebut, dia menyajikan beberapa metode penanggalan yang menganut sistem Lunisolar (bulan-matahari). Didalamnya terdapat tiga metode penanggalan dalam buku tersebut, yaitu penanggalan Cina, Caka Bali, dan Budha. Namun stressing

23

Shofiyulloh, Mengenal Penanggalan Lunisolar di Indonesia, Malang: PP. Miftahul Huda, 2005. Buku ini sebenarnya merupakan makalah yang disampaikannya pada acara kajian Ilmiah Ahli Hisab PWNU Jawa Timur pada 18 April 2004 di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

(26)

point pembahasan Im Yang Lik hanya memfokuskan pada ringkasan sejarah

dan langkah-langkah penyusunannya, di samping informasi lain mengenai hari raya kaum Konghucu serta beberapa aturan dan langkah dasar untuk menentukan tahun baru Imlek. Sebenarnya cukup disayangkan karena penyajian informasi ditulis begitu singkat, mengingat sebenarnya banyak informasi penting yang perlu dijabarkannya secara detail. Misalnya pergumulan segmen astronomi-mitologi Cina dalam kaitannya dengan penanggalan Im Yang Lik, paparan komponen-komponen penanggalan Im

Yang Lik, dan sebagainya.

Terdapat pula buku karangan Hendrik Agus Winarso yang berjudul

“Mengenal Hari Raya Konfusiani”.24 Tidak jauh beda dengan buku sebelumnya, dalam buku ini juga disajikan informasi mengenai sejarah singkat penanggalan Im Yang Lik hanya saja lebih mendetail pada persoalan perayaan-perayaan etnis Tionghoa. Akan tetapi −pada umumnya− secara substansi, informasi yang diberikan dalam buku ini tidak jauh berbeda dengan apa yang ditulis oleh Shofiyullah dalam bukunya di atas. Meskipun mengkhususkan diri pada penanggalan Im Yang Lik, namun tetap tidak mencoba untuk mengurai informasi penting yang disampaikannya dalam buku tersebut.

24

Hendrik Agus Winarso, Mengenal Hari Raya Konfusiani, Semarang: Efektif & Harmonis, Cet. III, 2003. Buku ini lebih didedikasikan tentang pemaknaan beberapa hari besar yang dirayakan umat Khonghucu.

(27)

Dalam buku karangan Tono Saksono, “Mengkompromikan Rukyah dan

Hisab”,25 dia mencoba mesepintas lalu mengulas sistem penanggalan Im

Yang Lik, namun sayangnya tidak menampilkan metode praktis perhitungan

penanggalan ini. Hal itu dimaklumi, pasalnya pengarang buku ini memang berasal dari background yang berada di luar pakem falak an sich, maka wajar jika dia hanya menampilkan gagasan-gagasan dari kacamata spesifikasi yang dimilikinya dalam bidang sains murni.26 Walaupun sebenarnya dalam buku tersebut sangat mungkin dikombinasikan metode perhitungan penanggalan Im

Yang Lik dengan metode perhitungan astronomi praktis sebagaimana

penentuan arah kiblat dengan metode Nappier.27

Dari buku Susiknan Azhari berjudul Ilmu Falak: Perjumpaan

Khazanah Islam dan Sains Modern, penulis hanya sepintas menyinggung

tentang penanggalan Im Yang Lik melalui kajian tentang tiga kategorisasi sistem penanggalan yang berlaku di dunia.28 Selain itu, buku Almanak

25

Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 2007. 26

Tono Saksono seorang konsultan dalam bidang Mapping Science. Alumnus Fakultas Tekhnik UGM (1979). Gelar masternya diraih dari Department of Geodetic Science, Ohio State

University (1984) dan gelar Ph.D dibidang Remote Sensing dari Department of Geomatic Engineering, University College London (1988). Baca selengkapnya dalam Mengkompromikan Rukyat dan Hisab oleh Tono Saksono, Jakarta: Amythas Publicita, 2007, h. 277.

27

Kumpulan kaidah dan rumus matematis untuk menyelesaikan persoalan yang bertalian dengan segitiga bola. Uraian kaidah Nappier selengkapnya dapat dibaca dalam Ilmu Ukur Segitiga

Bola oleh Koesdiono, Buku Panduan pada Jurusan Geodesi Fak. Sipil dan Perencanaan, Bandung:

ITB, 1983, h. 25-26. 28

Susiknan Azhari salah satu ahli falak kenamaan di Indonesia. Aktifitasnya disamping sebagai staf pengajar fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan program pasca sarjana IAIN Walisongo Semarang adalah sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2005-2010). Tulisannya tentang hisab-rukyah banyak dipublikasikan baik dalam bentuk buku, artikel, maupun jurnal pemikiran.

(28)

Sepanjang Masa karangan Slamet Hambali juga menampilkan overview

kajian penanggalan Cina dalam bahasan almanak sistem lunisolar.29

Literatur tentang astrologi dan horoskop Cina penulis himpun dari buku berbahasa asing oleh Shelly Wu berjudul Chinese Astrology: Exploring the

Eastern Zodiac dan buku Astrologi Cina oleh Mama Ira Triyonggo. Dalam

dua buku tersebut banyak terdapat persoalan mitos, ramalan, sampai bidang praksis seperti peruntungan hidup sebagaimana wetonan astrologi Jawa. Memang pada kenyataannya, penanggalan Cina identik dengan nuansa mitos yang menjadi mindset sekumpulan aturan kredo etnis Tionghoa terhadap tradisi lokal para leluhur mereka.

Literatur berbahasa asing juga oleh Helmer Aslaksen yang berjudul the

Mathematics of the Chinese Calendar dan Heavenly Mathematics: The Mathematics of the Chinese, Indian, Islamic, and Gregorian Calendar, artikel

dengan judul Calendar and Their History oleh L.E. Doggett dari sebuah buku

Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac Calendars oleh

Kenneth Seidelmann, artikel Chinese Calendar oleh Hng Wee Kwan (ed) dan lain sebagainya. Beberapa sumber tersebut berbicara banyak mengenai informasi penting terkait perhitungan astronomis, historisitas, hingga paduan konsep mitologi Cina kuno dengan konsep astronomi tradisional penanggalan

Im Yang Lik.

29

Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa: Sejarah Sistem Penanggalan Masehi

(29)

Penulis meyakini, terdapat beberapa kajian atau penelitian mengenai penanggalan Im Yang Lik yang pernah dilakukan. Namun hingga kini, penulis belum menemukan penelitian yang relevan dengan kajian ini. Maka tidak menutup kemungkinan jika kemudian hari dalam proses penyelesaian penelitian, penulis menemukan referensi utama (primary reference) atau sumber informasi lain, baik berupa buku, artikel, media cetak, atau lainnya yang memberikan ragam informasi penting yang belum diperoleh dari beberapa rujukan di atas.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang memfokuskan diri untuk mengungkap objek kajian penelitian yaitu penanggalan Im Yang Lik. Penelitian dengan metode ini akan mendeskripsikan objek penelitian secara verbal berupa gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat yang berasal dari sumber-sumber relevan.30 2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data bersifat kepustakaan (library research) yang didalamnya menggunakan sumber data utama dan data pendukung. Pertama, sumber

30

Metode ini −dalam pengertian lain− tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data telah yang diperoleh, tapi menganalisa dan menginterpretasi makna yang terkandung didalamnya. Selain itu, dapat pula menggambarkan interaksi simbolik yang terjadi atau sifat suatu keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan. Imam Suprayogo dan Thobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, h. 136-137.

(30)

utama (primary sources) yang diperoleh langsung dari penanggalan Cina (Im Yang Lik).

Kedua, penulis menggunakan sumber data pendukung (secondary

sources) yang berhubungan secara tidak langsung dengan objek penelitian,

baik berupa bunga rampai penanggalan, metode perhitungan, atau segmen sosio-historis. Data-data tersebut meliputi keterangan yang didapat dari hasil wawancara narasumber berkompeten dan beberapa sumber lain, seperti dokumen, catatan, transkripsi, artikel, dan literatur lainnya yang mengantarkan pada perkenalan terhadap penanggalan Im Yang Lik.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Mengenai proses pengumpulan data, terdapat dua metode yang digunakan. Pertama dokumentasi dengan menganalisis sumber data tertulis atau kepustakaan (library sources) yang termuat dalam dokumen, catatan, transkripsi, artikel, dan bahan-bahan lainnya yang relevan. Maksud dari metode ini adalah untuk mendukung kelengkapan data dan informasi penting dalam laporan penelitian. Selain itu, data-data juga dihimpun dari beberapa media, diantaranya penelusuran pada situs-situs internet akuntabel mengenai kebenarannya.

Kedua adalah wawancara (interview) dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan kepada para narasumber (informan) tentang objek permasalahan. Informasi pangkal yang dirujuk adalah eksponen Tionghoa, kemudian dicari informan lain yang dipandang memiliki kompetensi

(31)

melalui rekomendasi dari informan pangkal tersebut sehingga ditemukan

key person of research. Metode snow ball ini akan memudahkan peneliti

untuk mengeksplorasi informasi dan mengungkap interaksi simbolik yang terjadi tentang implementasi praksis komunitas Tionghoa terhadap penanggalan Im Yang Lik.

4. Metode Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh kemudian ditelaah melalui metode kualitatif dengan memeriksa kelengkapannya untuk dipilah berdasarkan sub pokok bahasan yang mengacu pada rumusan masalah.31 Penulis mencoba mendeskripsikan lalu menganalisa secara verbal tentang metode yang digunakan dalam konsep sistem penanggalan Im Yang Lik.

Berikut ini penulis tampilkan skema proses kerja penelitian mengenai kajian sistem penanggalan Im Yang Lik. Skema ini dimaksudkan untuk memperoleh alur penelitian yang sistematis dan tetap terfokus terhadap kajian yang diteliti.32

31

Metode ini bertujuan untuk memberikan diskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari mazhab subjek yang diteliti dan tidak dimaksud untuk menguji hipotesis. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, h. 126.

32

Alur penelitian secara lengkap lihat Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu

(32)

Sistem solar, cth: penanggalan

Sistem lunar, cth: penanggalan Sistem lunisolar, cth:

penanggalan Cina (Im Yang

Lik)

Penelitian sistem penanggalan Im Yang Lik

Bagaimana sistem

lunisolar (bulan-matahari)

melatarbelakangi sistem penanggalan Im Yang Lik?

Teori Konsep

astronomi-syar’i penanggalan Im

Yang Lik

Metode analisis deskriptif

Hasil penelitian

Teori sistem penanggalan Im Yang Lik yang mengadopsi lunisolar

system

Skema 1. Proses Kerja Penelitian Sumber Data

Sumber primer meliputi wawancara dan penanggalan

Im Yang Lik

Sumber sekunder meliputi buku-buku teori

penanggalan, buku, artikel dan sumber relevan lainnya

Penjelasan tentang interaksi simbolik komunitas Tionghoa terhadap implementasi penanggalan Im Yang Lik

(33)

F. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah para pembaca dalam memahami kajian penelitian ini, maka terlebih dahulu penulis akan mengurutkannya dalam sistematika pembahasan. Secara garis besar, penelitian ini terbagi dalam lima bab utama, yaitu pendahuluan, isi materi yang terdiri atas tinjauan umum diskursus sistem penanggalan dalam kelompok tiga kategorisasi, komponen-komponen utama penanggalan Im Yang Lik, dan analisis sistem penanggalan ini, kemudian terakhir penutup. Pada setiap bab, terdapat beberapa sub bab pembahasan yang terjalin inheren dan tidak bisa dipisahkan.

Secara rinci, urutan pembahasan dalam sistematika penelitian ini sebagai berikut:

BAB I: Bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah mengenai penelitian yang diangkat. Lalu rumusan masalah yang berusaha memfokuskan penelitian agar tidak keluar dari track kajian yang diteliti. Kemudian dilanjutkan tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selanjutnya telaah pustaka yang bertujuan memperoleh gambaran umum tentang beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan relevan dengan penelitian ini. Hal ini menjadi penting, karena untuk menghindari upaya plagiasi terhadap penelitian. Berikutnya metode penelitian untuk menjelaskan bagaimana teknis dan analisis yang diterapkan dalam penelitian.

(34)

Terakhir adalah sistematika penelitian yang berisi kerangka umum penelitian.

BAB II: Dalam bab kedua ini akan menyinggung perspektif astronomi-syar’i tentang penanggalan, kemudian pembahasan difokuskan pada eksplorasi klasifikasi sistem penanggalan yang umum diterapkan di dunia dalam konteks keindonesiaan. Sistem penanggalan tersebut adalah solar calendar yang mencontohkan salah satu jenis penanggalan yang mengadopsi sistem ini yaitu penanggalan Masehi. Pembahasan meliputi pengertian, sejarah, dan karateristik dasar. Kemudian sistem penanggalan lunar calendar yang mengambil contoh penanggalan Hijriah. Adapun pembahasannya meliputi pengertian, sejarah, pemahaman konsep umum penentuan awal bulan kamariah melalui metode hisab-rukyat, dan karateristik dasar. Sistem penanggalan terakhir adalah lunisolar calendar yang mencontohkan penanggalan Im Yang Lik, meliputi pengertian, sejarah, serta karateristik dasar.

BAB III: Bab ini akan dipaparkan mengenai komponen-komponen utama penanggalan Im Yang Lik meliputi konsep hari, bulan dan tahun, serta musim. Pembahasan tersebut juga dilengkapi dengan perpaduan konsep mitologi tradisi lokal Cina dengan segmen astronomi hingga mempengaruhi konfigurasi sebuah sistem penanggalan, perayaan-perayaan dalam penanggalan Im Yang Lik,

(35)

baik yang berkaitan erat dengan musim atau yang mengikuti pedoman penanggalan Masehi, dant terakhir tentang perspektif astronomi-syar’i terhadap sistem penanggalan Im Yang Lik.

BAB IV: Bab keempat ini akan menganalisis secara kritis terhadap sistem penanggalan Im Yang Lik serta beberapa hal yang masuk dalam ruang lingkup kajian sistem penangggalan Im Yang Lik secara terintegrasi.

BAB V: Merupakan bab akhir dari proses penelitian yang didalamnya berisi kesimpulan, saran, dan terakhir adalah penutup.

(36)

BAB II

KERANGKA TEORITIK SISTEM PENANGGALAN

Dalam mengatur rutinitas aktifitas kehidupan, manusia berpedoman pada gejala-gejala (reguralitas) alam yang rutin terjadi. Seperti para petani yang sangat bergantung pada posisi rasi bintang di langit dan peredaran musim untuk memulai menanam padi, memanen, dan menyimpan hasil panen ke lumbung padi sebagai persiapan menghadapi musim berikutnya.

Namun seiring berkembangnya zaman dan kemajuan tingkat intelegensi pengetahuan, manusia merumuskan sebuah sistem perhitungan yang lebih praktis dari hanya sekedar melihat reguralitas alam. Dalam pada itu, sistem perhitungan baku juga mulai dipergunakan sebagai panduan dalam manentukan waktu. Sistem tersebut adalah penanggalan.

Penanggalan memiliki peranan signifikan dalam kehidupan umat manusia, karena segala hal yang dilakukan oleh manusia selalu bersinggungan dengan waktu. Apalagi melihat perkembangannya sekarang, kebutuhan akan penanggalan tidak dapat lepas dari kehidupan manusia dalam segala aktifitas sehari-hari. Beragam rutinitas mulai dari pendidikan, perekonomian, perindustrian, dan lain sebagainya semua memerlukan penanggalan. Maka dari itu tidak bisa dipungkiri bahwa urgensi penanggalan merupakan keniscayaan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.

(37)

A. Sistem Penanggalan Perspektif Astronomi-Syar’i

Kata penanggalan dalam berbagai literatur biasa disebut dengan kalender, almanak, tarikh, dan taqwim.33 Dari semua istilah itu, pada prinsipnya memiliki makna yang sama yaitu sebuah regulasi sistem sebagai pedoman waktu.

Terminologi penanggalan tersebut secara eksplisit tidak dijumpai dalam redaksi teks al-Qur’an, tetapi hanya ditemukan beberapa ayat al-Qur’an yang secara tersirat berbicara mengenai ihwal penanggalan. Almanak hisab-rukyat yang diterbitkan oleh Kementerian Agama mengungkapkan ada 15 ayat yang merujuk kepada makna penanggalan.34 Sementara M. Quraish Shihab beranggapan hanya ada satu ayat al-Qur’an yang berbicara mengenai prinsip penanggalan.35

Jika ditelusuri, sebenarnya dari 15 ayat yang merujuk kepada makna parsial penanggalan serta satu ayat seperti yang disampaikan M. Quraish Shihab, maka hanya terdapat tiga ayat yang sesungguhnya representatif terhadap kajian mengenai penanggalan beserta sistemnya di dalam al-Qur’an.

33

Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Cet. II, 2007, h. 82.

34

Ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan penanggalan menurut buku Almanak

hisab-rukyat oleh Kementrian Agama dapat dijumpai pada Q.S. al-Baqarah [2]: 185, al-Baqarah [2]: 189,

Q.S. Yunus [10]: 5, Q.S. Isra’ [17]: 12, Q.S. an-Nahl [16]: 16, Q.S. at-Taubah [9]: 36, Q.S. al-Hijr [15]: 16, Q.S. al-Anbiya’ [21]: 33, Q.S. al-An’am [6]: 96-97, Q.S. ar-Rahman [55]: 5, dan Q.S. Yasin [36]: 38-40. Selengkapnya lihat Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI,

Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, h. 5-8.

35

M. Quraish Shihab menyatakan hanya surat al-Kahfi [18] ayat 25. Quraish Shihab menyatakan bahwa penambahan sembilan tahun adalah akibat perbedaan penanggalan syamsiyah dan kamariah. Penanggalan syamsiyah memilki selisih 11 hari dengan penanggalan kamariah apabila terakumulasi kemudian menjadi sekitar sembilan bulan hasil perkalian 300 tahun x 11 hari = 3.300 hari. Baca M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet.IV, 1997, h. 551.

(38)

Ayat pertama yaitu surat at-Taubah [9] ayat 36 yang isinya merupakan bentuk afirmasi Allah bahwa dalam satu tahun hanya terdapat 12 bulan.

                                        

“Sesunguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa”.36

Selain surat at-Taubah [9] ayat 36, selanjutnya adalah al-Kahfi [18] ayat 25. Ayat ini mengisahkan tentang jumlah tahun lamanya kelompok yang dikenal ashab al-kahfi tertidur dalam gua. Menurut Quraish Shihab ayat ini memberi pelajaran penting tentang kuantitas tahun dalam konversi (perubahan) tahun masehi dengan hijriah.

        

“dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”.37

As-Suyuti mengatakan bahwa ayat ini turun sebagai jawaban atas kebimbangan terhadap sebuah pertanyaan, apakah maksud dari tiga ratus (tsalatsa miatin), tahun atau bulan?. Sehingga turun ayat selanjutnya yang

36

Empat bulan haram dalam ayat tersebut merupakan bulan-bulan larangan untuk melakukan penyerangan atau berperang yaitu bulan Muharram, Rajab, Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah. Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Jumanatul Ali, 2005, h. 192.

37

(39)

mempertegas bahwa tiga ratus pada ayat itu berarti jumlah tahun (sinin

wazdadu tis’a).38

Terakhir adalah surat al-Baqarah [2] ayat 189 yang menjelaskan prinsip sebuah sistem penanggalan.

          

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji”.39

Ayat ini turun sebagai respon atas pertanyaan kepada rosulullah yang diajukan oleh dua orang sahabat, Muadz bin Jabal dan Tsa’labah bin Ghumamah.

ﻢـﻈﻌﻳ ﱴﺣ ﺪﻳﺰﻳ ﰒ ،ﻂﻴﳋﺍ ﻞﺜﻣ ﺎﻘﻴﻗﺩ ﻊﻠﻄﻴﻓ ﻭﺪﺒﻳ ﻝﻼﳍﺍ ﻝﺎﺑ ﺎﻣ ،ﺔﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﺎﻳ

ﺘﺴﻳﻭ

ﻥﺎﻛ ﺎﻤﻛ ﻥﻮﻜﻳ ﱴﺣ ﻕﺪﻳﻭ ﺺﻘﺘﻨﻳ ﻝﺍﺰﻳ ﻻ ﰒ ،ﺭﺪﺒﺘﺴﻳﻭ ﻯﻮ

.

“Ya rosulullah, mengapa bulan sabit itu mulai timbul kecil sehalus benang, kemudian membesar hingga bundar dan kembali lagi seperti semula, tidak pernah bentuknya tetap”.40

Sebenarnya kajian mengenai penanggalan dalam sumber lain berupa hadis sangat banyak, namun redaksi hadis-hadis itu hanya membincang mengenai ihwal penanggalan Hijriah. Secara sarkastik dapat dikatakan bahwa dari sekian banyak hadis yang berbicara tentang penanggalan Hijriah, ternyata

38

As-Suyûti, ad-Durur Mansûr fi Tafsir al-Ma’tsur, Beirut: Dâr al-Kutub, Cet.I, 1990, Juz. IV, h. 396. Mengenai ayat ini juga lihat Abu Ja’far Ibn Jarîr at-Tabari, Tafsîr al-Tabari, Beirut: Dâr al-Fikr, 1978, Juz.XV, h. 153.

39

Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Depag RI, op.cit, h. 29. 40

Abi Ali Al-Hasan bin Ahmad al-Wahidy an-Naisabury, Asbâb Nuzûl al-Qur’an, Beirut: Dâr al-Kutub al-´Alamiyah, t.t., h. 200.

(40)

hanya berkutat pada persoalan mengawali dan mengakhiri puasa, tidak ditemukan yang mengarah kepada sebuah sistem pananggalan an sich.41

B. Klasifikasi Sistem Penanggalan

Terdapat beberapa penanggalan yang berkembang di dunia sejak zaman kuno hingga era modern. Menurut Susiknan Azhari, beberapa penanggalan yang berkembang di dunia yaitu: sistem penanggalan primitif (primitive

calendar sistems), penanggalan Barat (Western calendar), penanggalan Cina

(Chinese calendar), penanggalan Mesir (Egyptian calendar), penanggalan Hindia (Hindia calendar), penanggalan Babylonia (Babylonia calendar), penanggalan Yahudi (Jewish calendar), penanggalan Yunani (Greek calendar), penanggalan Islam (Islamic calendar), dan terakhir penanggalan Amerika Tengah (Middle American calendar).42

Namun dari sepuluh sistem penanggalan yang berbeda-beda di atas, ternyata semua berpangkal pada tiga kelompok besar sistem penanggalan yaitu

solar calendar, lunar calendar, dan lunisolar calendar. Oleh karena itu, dalam

bab ini penulis mencoba mengulas beberapa hal terkait klasifikasi tiga sistem penanggalan tersebut.

41

Susiknan Azhari mencoba menghimpun hadis-hadis dengan redaksi yang hampir sama dengan konotasi yang merujuk kapada persoalan awal bulan kamariah dalam penanggalan Hijriah berjumlah 56 hadis yang diriwayatkan oleh beberapa rowi, seperti al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad. Diantara hadis tersebut salah satunya yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Muslim. “Berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan

berbukalah kamu karena melihat hilal. Bila hilal tertutup, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari”. Redaksi hadis dapat dilihat pada Abu Husain Muslim bin

al-Hajjâj, Shahih Muslim, Beirut: Ihyâ al-Turâts al-Araby, 1991, Cet. IV, Juz. II, h. 13. Bandingkan dengan Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Cet. II, 2007, h. 192-201.

42

(41)

1. Sistem Solar Calendar a. Pengertian

Sistem ini dalam istilah lain disebut penanggalan Syamsiah,

Miladiah, atau Masehi. Secara etimologi, solar calendar adalah sistem

penanggalan yang mengacu terhadap siklus matahari, sehingga sebagian kalangan menyebutnya penanggalan surya atau matahari. Konsep perhitungan sistem penanggalan ini didasarkan pada lama perjalanan revolusi bumi mengorbit matahari.

Terdapat dua macam periode tahun lama revolusi bumi terhadap matahari dalam waktu satu tahun, yaitu tahun sideris dan tahun tropis. Tahun sideris adalah periode revolusi bumi mengelilingi matahari satu putaran (elips) penuh yang membutuhkan waktu selama 365,2564 hari atau 365h 6j 9m 10d, sedangkan tahun tropis adalah periode relatif revolusi bumi mengelilingi matahari terhadap titik musim semi yang membutuhkan waktu selama 365,2422518 hari atau 365h 5j 48m 46d.43 Salah satu jenis penanggalan yang masuk dalam kategori sistem ini yaitu penanggalan Masehi. Penanggalan Masehi yang digunakan

43

Angka tersebut didapat dari jumlah busur satu lingkaran penuh (3600) dikurangi perubahan lintasan matahari ke arah barat pada equator langit di titik vernal equinox sebesar 00 0’ 50,2” busur atau 10 dalam 27 tahun. Kemudian dikalikan dengan jumlah tahun sideris (365,2564 hari). Langkah terakhir hasil lalu di bagi 3600. Maka hasilnya adalah 365,2422518 hari. Selengkapnya baca Moedji Raharto, Sistem Penanggalan Syamsiyah/Masehi, Bandung: Penerbit ITB, 2001, h. 12.

(42)

sekarang menggunakan pedoman perubahan musim sebagai konsekuensi dari gerak semu matahari.44

b. Sejarah

Penanggalan Masehi dirancang oleh seorang bangsa Romawi bernama Romulus sejak pendirian kota Roma pada 753 SM. Acuan yang digunakan adalah perubahan musim dari gerak semu matahari. Pijakan awal perhitungan adalah permulaan musim semi yang terjadi pada saat posisi matahari berada di titik vernal equinox sekitar tanggal 21 Maret.45

Penanggalan ini pada mulanya terdiri atas 10 bulan dalam satu tahun yang berumur total 304 hari. Dari 10 bulan tersebut, terdapat empat bulan yang berumur 31 hari dan enam bulan yang umurnya 30 hari. Namun dalam regularitas perjalanan sistem ini, sekitar tahun 700 SM terdapat penambahan bulan oleh raja Numa Pompilus sebagai acuan musim dingin yang saat itu belum terprediksi, yaitu dengan menambahkan bulan ke-11 dan ke-12. Melalui reformasi sistem penanggalan ini, mereka bisa menentukan dengan tepat kapan harus melaksanakan agenda upacara yang terkait perubahan musim yang

44

L.E. Doggett, Calendar and Their History, the article is reprinted from Explanatory

Supplement to the Astronomical Almanac, P. Kenneth Seidelmann (ed), University Science Books,

Sausalito, California, 2009, h. 4. 45

(43)

lazim mereka rayakan. Dalam perkembangannya kemudian, secara berurut bulan ke-11 dan ke-12 dinamakan Ianuarius dan Februarius.46

Secara rinci nama-nama bulan, makna dan jumlah harinya pada masa itu adalah sebagai berikut:47

Urut Bulan Makna Umur

1 Martius Mars (Dewa perang) 31

2 Aprilis Apru (Dewa asmara bangsa Etruscan) 30

3 Maius Maia (saudara tertua Atlas) 31

4 Junius Juno (isteri Jupiter) 30

5 Quintilis Bulan ke-5, lalu diubah Julius, (dinisbatkan raja Julius Caesar) 31

6

Sextilis Bulan ke-6. Lalu diganti Augustus (dinisbatkan kepada raja Augustus Caesar)

30

7 Septalis Bulan ke-7 30

8 Octolis Bulan ke-8 31

9 Novelis Bulan ke-9 30

10 Decemberis Bulan ke-10 30

Tabel 2. Penanggalan Masehi 753 SM

Reformasi penanggalan kembali dilakukan dengan mengurangi satu hari pada tiap bulan yang memiliki angka genap (30 hari) sehingga menjadi ganjil (29 hari). Sementara bulan Ianuarius dan Februarius

46

Ianuarius merupakan malaikat berwajah dua yang bertugas menjaga gerbang Roma. Sedangkan Pebruarius adalah hari pembalasan. http://en.wikipedia.org/wiki/Gregorian_calendar (diunduh pada Sabtu, 25 Pebruari 2012).

47

David Le Conte, Calendars, 2008, h. 8. Bandingkan dengan Ruswa Darsono,

Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqh, dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press,

(44)

masing-masing berumur 28 hari. Maka jumlah hari dalam satu tahun adalah 354 hari.48

Urut Bulan Umur Urut Bulan Umur

1 Martius 31 7 Septalis 29 2 Aprilis 29 8 Octolis 31 3 Maius 31 9 Novelis 29 4 Junius 29 10 Decemberis 29 5 Quintilis 31 11 Ianuarius 28 6 Sextilis 29 12 Februarius 28

Tabel 3. Penanggalan Masehi 700 SM

Pada perkembangan selanjutnya, satu hari ditambahkan pada bulan Ianuarius menjadi 29 hari, sehingga jumlah hari dalam satu tahun menjadi 355 hari. Akan tetapi masih terjadi disparitas ketepatan hari pelaksanakan terkait perayaan tahunan menyambut perubahan musim. Hingga pada 46 SM, raja Julius Caesar dibantu seorang matematikawan bangsa Alexandria bernama Sosigenes kemudian mereformasi sistem penanggalan ini. Dia mengawali konsep radikalnya dengan menyesuaian penanggalan dengan tahun tropis matahari, yaitu 365,25 hari. Selain itu, bulan ke-11 dipindahkan menjadi awal tahun dan Decemberis menjadi bulan ke-12. Maka jadilah sebuah sistem penanggalan hasil reformasi Julius Caesar ini secara berurutan adalah sebagai berikut:49

48

David Le Conte, ibid, 2008, h. 3. 49

Sistem ini kemudian terkenal dengan sistem Julian. Selengkapnya baca L.E. Doggett,

op.cit, h. 4. Baca juga Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyah dan Hisab, Jakarta: Amythas

(45)

Urut Bulan Umur Urut Bulan Umur 1 Ianuarius 31 7 Quintilis 31 2 Februarius 28 8 Sextilis 31 3 Martius 31 9 Septalis 30 4 Aprilis 30 10 Octolis 31 5 Maius 31 11 Novelis 30 6 Junius 30 12 Decemberis 31

Tabel 4. Penanggalan Masehi 46 SM

Namun dalam perjalanan sistem ini ternyata masih terdapat kelebihan waktu dari titik musim yang sebenarnya. Terjadinya anomali yaitu selama kurun waktu 400 tahun, penanggalan ini mundur 3 hari.50 Kenyataan ini tentu menyulitkan bagi komunitas masyarakat yang berkeinginan memiliki acuan tetap untuk suatu perayaan yang bersandar pada pola sistem solar calendar. Sehingga apabila pergeseran ini dibiarkan, penanggalan ini tidak dapat dipergunakan kembali sebagai acuan perayaan karena terjadi carut-marut reguralitas musim dalam setahun.

Pada akhir abad XVI, para ahli kosmologi semakin memperhatikan anomali tersebut, yaitu awal musim semi tidak lagi jatuh pada 21 Maret. Kesalahan itu ternyata terletak pada kala revolusi bumi bukan 365h 6j, tetapi 365h 5j 56m atau 365h 6j kurang 4 menit. Jadi tahun Julian mempunyai kelebihan 4 menit tiap tahunnya. Imbasnya musim semi jatuh terlalu awal.

50

Terdapat kelebihan bilangan yang diabaikan, yaitu 0,780 hari per 100 tahun atau 00 11’ 14” dalam 400 tahun, Selengkapnya baca Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa: Sejarah

(46)

Terdapat bukti kongkret yang terjadi tentang adanya disparitas perayaan keagamaan. Pada tahun 1582 M, saat kalangan Kristiani meyakini peristiwa wafatnya Isa Al-Masih yang jatuh pada Minggu setelah fase bulan purnama pasca matahari berada pada titik Aries atau sekitar 21 Maret, tetapi perayaan itu telah jatuh beberapa hari sebelumnya.51

Kemudian oleh Paus Gregorius XIII yang dibantu pendeta ahli astronomi, Christopher Clavius pada tahun 1502 membuat terobosan dengan dua koreksi terhadap tahun Julian, yaitu koreksi terhadap kelebihan hitungan empat menit pada tiap tahun. Revolusi konsep radikal itu dilakukan melalui ketetapan bahwa tiap 100 tahun lebih menjadi 400 menit, 400 tahun lebih menjadi 1.600 menit atau 26j 40m atau 1h 2j 40m. Jadi dengan adanya koreksi satu hari setiap 400 tahun hanya tersisa kesalahan 2j 40m. Imbasnya, setelah tanggal 4 Oktober 1582 M, hari berikutnya langsung ditetapkan tangggal 15 Oktober 1582 menafikan sepuluh hari dari tanggal 5-14 Oktober 1582 yang dianggap tidak pernah ada.

Dalam pada itu, Paus Gregorius XIII menetapkan pula bahwa tahun pertama mengacu pada tahun kelahiran Isa Al-Masih, sehingga

51

Gambar

Tabel 1. Bulan Baru Tahun 2009 Masehi atau 2560 Tahun Cina
Tabel 3. Penanggalan Masehi 700 SM
Tabel 4. Penanggalan Masehi 46 SM
Tabel 5. Daftar Bulan dan Jumlah Hari Penanggalan Masehi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Isolat bakteri yang dapat mendegradasi pestisida diazinon terbaik yaitu isolat PTA 5 dengan persentase degradasi sebesar 54,18%.. Isolat PTA 5 termasuk dalam

Beragam penelitian tersebut, meski sebagian hasilnya inkonsisten dan saling bertentangan, memiliki makna signifikan terutama jika mengingat fakta diskriminasi yang

Metode alami berupa pijat punggung dengan minyak esensial lavender dapat diaplikasikan oleh bidan dengan melibatkan peran suami dalam mengatasi permasalahan kurangnya produksi

beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa, jauh sebelum kedatangan Portugis dan Belanda ternyata di Saparua sudah berdiri Kerajaan Iha sebagai pusat agama Salam

Proses perlakuan panas secara teknis untuk melakukan metode temper dalam proses pembentukan fasa baru sesuai dengan percepatan pemanasan sampai mencapai suhu austenit tidak stabil,

 Masih terdapat penjawat awam yang kurang cekap dan tidak bermotivasi dalam melaksanakan tugas - mereka lebih banyak bersembang dan melakukan perkara-perkara yang tiada kaitan

Didalam postprocessor Disain Rangka Beton Bertulang, jika disain tulangan geser kolom didasarkan pada momen maksimum yang dapat diberikan oleh balok kepada kolom, Etabs

Durasi dan morfologi kompleks QRS  –   –  pada VT urutan aktivasi tidak mengikuti pada VT urutan aktivasi tidak mengikuti arah konduksi normal sehingga bentuk