• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi jadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "skripsi jadi"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN

AK TA KELAHIRAN DI DINAS

KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI ACEH

SKRIPSI

diajukan guna memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh INTAN FARRAH

NPP. 24.0032

Program Studi : Manajemen Pemerintahan

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Jakarta, 2017

(2)

Ibunda Hj. Dra. Nurhayati AY, MM yang selalu mengucap

Namaku dalam setiap doanya, Ayahanda MOHD YACOB

Yang senantiasa bercucuran keringat demi

Membiayai kami, kakakku Nurieng Hatie, SH,

Abdul Haries Wibowo, SE, Siti

Sara, S.ked

dan keluarga Besarku yang tidak pernah

menyerah

untuk menyemangatiku, serta Almamaterku IPDN yang

menjadi

kebanggaan hidupku

(3)

ABSTRAK

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN

ACEH UTARA PROVINSI ACEH

Setiap kelahiran perlu memiliki bukti fasilitas dan otentik. Kekuatan pembuktian yang sempurna asal-usul seseorang dapat dilihat pada akta kelahiran yang wajib dilaporkan oleh penduduk 60 (enampuluh) hari sejak kelahiran yang dikeluarkan dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Di Kabupaten Aceh Utara tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya akta kelahiran dirasa kurang menyuluruh, hal ini dibuktikan masih banyaknya masyarakat Kabupaten Aceh Utara yang belum mempunyai akta kelahiran. Untuk itu, perlu dibentuk strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alternatif strategi dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran, faktor penghambat strategi serta upaya dalam mengatasi faktor penghambat. Metode penelitian menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif dan menggunakan analisis SWOT. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik triangulasi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara telah melaksanakan strategi salah satunya adalah meningkatkan pendidikan dan pelatihan aparatur yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman agar dapat melaksanakan tugas dan fungsi dengan baik. Saran dari penelitian ini adalah dari strategi yang didapatkan maka diperlukan komitmen kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran, hendaknya dilakukan berdasarkan alternatif strategi untuk mengoptimalkan peningkatan pelayanan akta kelahiran.

(4)

AB STRACT

STRATEGIES INCREASE THE SERVICE OF BIRTHIN POPULATION DIRECTORS AND LISTING OF CIVIL ACEH DISTRICT ACEH

PROVINCE ACEH

Every live births need to have evidence facilities and authentic .The perfect of srcin - proposals someone can be seen on the birth certificate to reported by the 60 ( sixty ) day after birth issued agency civil record .In the district of aceh north public awareness of birth certificates it has not being done to all people , it is proven there are still many the northern district of aceh that do not yet have birth certificate .For it , it is necessary to stipulate the right to improve birth certificate service in the district of north aceh.

Research aims to understand alternative strategy in increase birth certificate service, factors barrier the strategy and to overcome factors barrier. A method of the research uses design the qualitative study descriptive with the approach inductive and using analysis training. Researchers used technique data collection of interview, documentation, and observation. Technique data analysis used is a technique triangulation. The conclusion of research is the office population and civil registration district of north aceh execute the strategy one is improving education and training officers aims to increase knowledge and experience in order to work and function properly. Advice of research is of strategy obtained would be needed commitment the office population and civil registration in improving the birth certificate service, should be done based on alternative strategy to optimize increased birth certificate service.

(5)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih dan karunia-Nya. Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak Allah SWT sehingga penulis dapat menyelsaikan Skripsi ini dengan judul “STRATEGI PENINGKATAN“STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI ACEH ”.”. Tujuan penyusunan Skripsi ini guna memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata 1 (satu) Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dimana sebelumnya telah dilakukan penulisan selama pelaksanaan magang untuk bahan penyusunan Skripsi.

Terwujudnya Skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat secara moril yang tentunya sangat berharga dan sangat membantu penulis dalam menyusun Skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Ibunda Dra.Hj.Nurhayati AY, MM dan Ayahanda H. MOHD Yacob serta saudara/i tercinta penulis Nuring Hatie, SH, Abdul Haries Wibowo, SE, dan Siti Sara, S.Ked yang selalu menjadi motivator terbesar dalam melaksanakan pendidikan di lembaga ini. Penulis pada kesempatan ini juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

(6)

1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Ermaya Suradinata, SH., MH., MS selaku Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN);

2. Yth. Bapak Drs. Agung Manghayu, M.Si selaku Ketua Prodi Manajemen Pemerintahan pada kampus IPDN Cilandak;

3. Yth. Bapak Dr. Drs. Udaya Madjid, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan banyak perhatian, petunjuk, bimbingan, masukan serta arahan yang sangat berarti kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini; Yth. Bapak Budiman, SH, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan ilmu, arahan yang sangat berarti dan bimbingan

dalam penyusunan Skripsi ini;

4. Yth. Ibu Dr. Rosmery Elsye, SH, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak membantu penulis dan memberikan masukan – masukan yang diperlukan penulis dalam penyelesain skripsi 5. Para Guru Besar, Dosen, Pelatih, Pengasuh dan seluruh Civitas

Akademika Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Kampus Jatinangor dan Cilandak) yang telah membimbing, membina dan

memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat;

6. Yth. Bapak Muhammad Zulfhadli, S.Sos selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil beserta jajarannya seluruh pejabat serta pegawai yang telah membantu penulis dalam mendapatkan informasi dan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan Skripsi ini;

(7)

7. Terkushus Muhammad Julio Asharreda yang senantiasa mengingatkan menguatkan serta selalu memberikan dukungan dan motivasi dan selalu ada bersedia membantu penulis menyelesaikan skripsi.

8. Saudara kontingen Aceh XXIV terkhususnya saudara yang di Cilandak Ica , Dita , Dian , Bagus , Andy , Dandy , Vico, Teguh, Rian. Dan adik-adik XXV Cilandak Ulfa, Mayumi, Azizah, Rosi, Chaira, Teuku, Win egi terimakasih atas kebersamaan kita selama ini. 9. Yang Terkasih Tersayang Teristimewa Sahabatku yang ada di aceh

yang selalu mendengarkan keluh kesahku selalu mencurahkan

waktu nya yang berharga untuk membantu dan menyemangatiku terus sehingga aku sampai sekarang ini Raihana Irma, Nisa Muzakkir, Yenni Prihani, Jofanka Nustasya.

10. Yang teristimewa sokab dan sokot tercinta terkasih tersayang Arie Rahmita, Cut Bella R, Widya saraswati, Lia Walifah, M.Munzir, Dikky Jaiska, M.zamzamy A, Oji, Rahmat Hidayat.

11. Yang teristimewa sokamku Grachilia yang paling kucintai dan

kubanggakan , sokam nindyaku tercinta Frishenda , dan sahabat-sahabatku yang tercinta terkasih tersayang Alvia Patesco, Zahrunnisa K, Fadhilla, Dhea Pandam, Lisa Kurnia S, Inggrid Loisa, Cindy Asmiari, Sarah Feby K.S, Nursanty, Ruth Frichilla, Ulfirah Mutmainnah, Evhy Indah S, Krista A, inggrid Ines senantiasa

(8)

memberikan semangat dan selalu menemani serta menjadi tempatku berbagi cerita;

12. Sasuh Bimbingan , Marsya, Safira, Febri, Moses, Mahaba, Ridho yang selalu sedia menerima keluh kesah dan sebagai teman bertukar pikiran selama pembuatan skripsi. Sukses selalu untuk kita semua;

13. Rekan-rekan XXIV Cilandak terkhususnya rekan-rekan Prodi Manajemen Pemerintahan dan rekan-rekan wisma 2 Atas terimakasih atas canda tawa 2 tahun kebersamaannya;

14. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini terdapat kekurangan dan perlu penyempurnaan lebih lanjut, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat bermanfaat dalam perbaikan di masa yang akan datang.

Penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Semoga Allah SWT meridhai dan melimpahi kita semua dengan

ilmu yang berguna. Terima Kasih Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(9)

Jakarta, April 2017 Penulis

Intan Farrah NPP. 24.0032

(10)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Permasalahan ... 13

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 13

1.2.2 Pembatasan Masalah ... 14

1.2.3 Rumusan Masalah ... 15

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 15

1.3.1 Maksud Penelitian ... 15

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Kegunaan Penelitian ... 16

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 16

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 17

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoretis ... 18

2.1.1 Pelayanan Publik ... 18

2.1.2 Strategi ... 23

(11)

2.2 Tinjauan Normatif ... 29

2.2.1 Undang-Undang Dasar 1945 ... 29

2.2.2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ... 30

2.2.3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik ... 32

2.2.4 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan ... 34

2.2.5 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik ... 35

2.2.6 Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Kabupaten Aceh Utara ... 36

2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 37

2.4 Kerangka Pemikiran ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 44

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 47

3.3 Informan ... 49

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 50

(12)

3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 54

3.6.1 Lokasi Penelitian ... 56

3.6.2 Lokasi Jadwal Penelitian ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Aceh Utara Menurut Kecamatan Tahun

2014 ……….………. 9

Tabel 1.1 Jumlah Pengurus Akta Kelahiran tahun 2011-2014 menurut bulan………... 11

Tabel 2.1 Diagram Matrik SWOT ……….. ... 28

Tabel 3.1 Lingkup Penelitian ... 48

Tabel 3.2 Daftar Informan ... 51

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 43

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Peneliti an

Semenjak era reformasi pemerintahan di Indonesia banyak sekali mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi cenderung sangat masive dan cepat, hal ini di dukung oleh perkembangan teknologi yang pesat belakangan ini, yang menyebabkan pola pemerintahan bergaya tradisional atau konvensional tidak lagi mampu mengatur dan mengakomodasi perubahan-perubahan yang terjadi. Untuk itu diperlukan peranan menejerial yang baik dalam mengelola pemerintahan. Sebagaimana yang dikutip Soeharto dalam G.R. Terry (1986:12), fungsi manajemen mencakup fungsi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan) dan controlling (pengawasan).

Administrasi kependudukan merupakan rangkaian kegiatan

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Administrasi kependudukan lahir dari tuntutan konstitusi yang mengamanatkan bahwa negara dalam hal ini pemerintah memiliki

(16)

kewajiban secara penuh untuk memberikan pengakuan, jaminan dan kepastian hukum secara adil dan merata serta memandang sama terhadap semua obyeknya.

UU No.24 tahun 2013 mengenai Administrasi Kependudukan memperbaiki UU sebelumnya, yaitu UU Nomor 23 Tahun 2006. Perubahan ini dalam rangka peningkatan pelayanan Administrasi Kependudukan dimana ada tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang profesional, memenuhi standar teknologi informasi, dinamis, tertib, dan tidak diskriminatif dalam pencapaian standar pelayanan minimal menuju pelayanan prima yang menyeluruh untuk mengatasi permasalahan

kependudukan.

Selanjutnya UU No.24 tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan mengatur bagaimana rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam hal dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lainnya. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan

masyarakat mengenai kualitas pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat, masyarakat berharap pemerintah dapat memberikan pelayan yang baik.

Bentuk-bentuk pelayanan yang dilakukan di dalam pemerintahan dilakukan oleh pemerintah daerah dan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Pada sektor administrasi kependudukan peranan ini ditangani

(17)

oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) yang berfungsi sebagai lembaga yang mewakili pemerintahan daerah dalam mengatur sumber data utama mengenai masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat merasakan pelayanan publik yang baik.

Peningkatan kinerja Disdukcapil tidak lepas dari fungsinya sebagai pelayan publik, seperti apa yang telah ada pada UU No. 25 tahun 2009 mengenai Pelayanan Publik, Selanjutnya dikatakan untuk membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik harus meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum

yang baik serta memberi perlindungan bagi setiap warga Negara dan penduduk. Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik.

Pelayanan publik dapat dikatakan efektif apabila penerima pelayanan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan

(18)

perundang-undangan yang berlaku dan pelayanan publik harus diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Selain bentuk dari penghargaan negara terhadap rakyatnya dalam bentuk pengakuan, administrasi kependudukan menjadi unsur penting dalam kehidupan masyarakat, sebagai berikut:

1. Akta kelahiran, yang berguna untuk menunjukkan hubungan secara data dari pemilik akta dengan orang tuanya;

2. Akta kematian juga menunjukkan hubungan data dengan ahli waris, demikian pula akta-akta yang lain;

Kepemilikan dokumen kependudukan ini tentu saja tidak hanya penting bagi penduduk yang bersangkutan, tetapi juga penting bagi pemerintah kita. Kepemilikan dokumen ini tentunya selain mempunyai kekuatan legal, dapat juga digunakan untuk memperoleh pelayanan sosial dasar yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara bagi pemerintah, kepemilikan dokumen kependudukan bermanfaat dalam melakukan kegiatan pengadministrasian penduduk berdasarkan hak legalnya, serta memperkuat database penduduk dan pelayanan publik.

Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya administrasi kependudukan juga menjadi hambatan terlaksananya tertib administrasi

Hal ini biasanya terjadi karena didasari oleh kurangnya sosialisasi terhadap permasalahan administrasi kependudukan. Masyarakat harus terlebih dahulu sadar akan kepentingan administrasi kependudukan. Sebagai contoh, masyarakat harus paham mengenai pentingnya akta kelahiran yang merupakan salah satu unsur administrasi kependudukan, akta kelahiran memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Pengakuan negara tentang status individu, status perdata, dan status kewarganegaraan seseorang;

(19)

2. Merupakan dokumen atau alat bukti yang sah mengenai identitas seseorang.

3. Data dasar penetapan identitas dalam dokumen lainnya,seperti ijazah, Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK).

4. Salah satu syarat memasuki dunia pendidikan dari Taman Kanak-kanak s/d perguruan tinggi.

5. Salah satu syarat melamar pekerjaan, termasuk menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan POLRI (Kepolisi Republik Indonesia).

6. Salah satu syarat membuat Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Nomor Induk Kependudukan.

7. Salah satu syarat Membuat pasport.

8. Salah satu syarat mengurus tunjangan keluarga.

9. Salah satu syarat mengurus warisan.

10.Salah satu syarat mengurus beasiswa.

11.Salah satu syarat mengurus pensiun bagi pegawai.

12.Salah satu syarat mengurus pencatatan perkawinan.

13.Salah satu syarat mengurus dokumen-dokumen jika hendak melaksanakan ibadah haji.

14.Salah satu syarat mengurus pelaporan dan Akta kematian.

15.Salah satu syarat mengurus perceraian.

16.Salah satu syarat mengurus pengakuan anak.

17.Salah satu syarat mengurus pengangkatan anak/adopsi.

Banyaknya manfaat-manfaat yang diberikan dengan adanya akta kelahiran seharusnya membuat masyarakat semakin giat dalam mengurus administrasi kependudukan dan pemerintah semakin mempermudah proses kepengurusan pembuatan administrasi kependudukan.

(20)

Akta kelahiran adalah bukti sah mengenai Status dan Peristiwa Kelahiran Seseorang yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Bayi yang dilaporkan kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu Keluarga dan diberi Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai Dasar untuk Memperoleh Pelayanan Masyarakat Lainnya. UU No. 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak dan Surat Edaran Mendikbud

No.279/MPK/LL/2012 tentang Percepatan Kepemilikan Akta Kelahiran Dalam Rangka Perlindungan Anak menjadi dasar hukum akta kelahiran.

Fakta-fakta mengenai banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan menyebabkan proses perbaikan administrasi kependudukan semenjak era reformasi telah berjalan hampir 15 tahun, yang telah memasuki tahap kedua dari dua tahap penyelenggaraan administrasi kependudukan menjadi tidak sesuai dengan harapan pemerintah. Peristiwa ini sangat disayangkan mengingat Indonesia adalah Negara dengan berbagai macam keadaan, tidak hanya masyarakat kalangan atas tetapi juga masyarakat kalangan bawah yang jumlahnya sangat banyak dan tentunya ingin dapat menikmati pelayanan

secara prima dari pemerintah.

Selain itu berdasarkan data dari UNICEF mengenai perolehan akta kelahiran masih terbatas, hanya 15,34 persen anak Aceh yang memiliki akta kelahiran (UNICEF, 2008). Hal yang menjadi penyebab utama adalah ketidaktahuan orang tua bahwa kelahiran anak wajib tercatat dan ketidaktahuan tempat untuk melakukan pencatatan. Sedangkan di sekolah,

(21)

masih banyak anak yang mengalami kekerasan fisik, verbal dan psikologis (UNICEF, 2007).

Aceh Utara yang terdiri dari 27 kecamatan dan terbagi menjadi 852 desa, dimana Aceh Utara memiliki luas wilayah 3.296,86 km2(329.686 Ha) menjadi salah satu daerah yang harus mengembangkan pelayanan terhadap administrasi kependudukan. Pemerintah Aceh Utara melalui Qanun Kabupaten Aceh Utara No.11 tahun 2010 berusaha untuk mengatur permasalahan kependudukan, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Seksi Pelayanan Kantor Catatan Sipil Kabupaten Dati II Aceh Utara mempunyai dua sub seksi sebagai berikut; pertama, sub seksi

kelahiran, kematian, pengakuan dan pengesahan anak dan yang kedua adalah sub seksi perkawinan dan perceraian sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Dalam Negeri No.54 tahun 1983.

Pemerintah kabupaten Aceh Utara memiliki beberapa kelemahan diantaranya terkait dengan pengadaan produk-produk layanan administrasi kependudukan yang bersifat wajib. Kenyataan di lapangan tentang ada masyarakat yang belum memiliki Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, Kartu

Tanda Penduduk (baik yang elektronik (KTP-el), maupun KTP biasa) dan lain-lain memperlihatkan keadaan sesungguhnya mengenai permasalahan administrasi kependudukan di Aceh Utara. Sesuai dengan UU No.24 tahun 2013 tentang Perubahan Atas UU No.23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang menyatakan pentingnya kepemilikan Akta Kelahiran, bahwa Akta Kelahiran adalah bentuk dokumen resmi yang memberikan

(22)

keterangan bagi setiap warga Negara mengenai pengakuan orang tua kepada anaknya dan keanggotaanya sebagai warga negara Indonesia dan berdasarkan apa yang diamanatkan Pasal 27 ayat (1) UU No.24 tahun 2013 tentang Perubahan Atas UU No.23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, bahwa “Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana setempat, paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran”. Maka dapat dikatakan implementasi terhadap peraturan-peraturan tersebut belum dapat berjalan dengan optimal karena masih lemahnya pelayanan publik di Aceh Utara.

Pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Aceh Utara dapat dikatakan kurang maksimal hal ini dikarenakan masih ditemukannya berbagai macam permasalahan yang terjadi secara internal maupun eksternal, serta beberapa faktor hambatan di sisi pelayanan publik yang belum dapat terselesaikan. Masalah-masalah tersebut diantaranya:

1. Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya akta kelahiran, sehingga berpengaruh terhadap rendahnya tingkat kepengurusan akta kelahiran;

2. Jauhnya jarak antara kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dengan beberapa wilayah/kecamatan;

3. Jumlah tenaga penyuluh relatif kecil sedangkan kwalitasnya relatif rendah;

4. Persyaratan yang diperlukan dirasakan oleh masyarakat terlalu berat;

(23)

6. Ketergantungan proses administrasi pada unit lainya dalam pengurusan akta-akta catatan sipil.

Hal ini menyebabkan apa yang di harapkan berdasarkan pasal 27 ayat 1 UU 24 Tahun 2013 tidak dapat berjalan sesuai dengan targetnya 60 hari setelah kelahiran.

Tabel 1.1

Jum lah Pe ndudu k Aceh Utara Me nur ut Kecamatan Ta hun 2014 No Kecamatan/ Sub Distri ct 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 1 Sawang 33.748 34.521 34.999 35.457 36.502 2 Nisam 17.115 17.235 17.473 17.702 18.223 3 Nisam Antara 12.096 12.277 12.477 12.610 12.981 4 Banda Baro 7.377 7.415 7.518 7.617 7.841 5 Kuta Makmur 22.028 22.339 22.648 22.945 23.621 6 Simpang Kramat 8.710 8.824 8.946 9.063 9.330 7 Syamtalira bayu 18.955 19.046 19.309 19.562 20.138 9 Meurah Mulia 17.612 17.881 18.129 18.367 18.908 10 Matang Kuli 16.424 16.803 17.305 17.258 17.766 11 Paya Bakong 12.690 12.875 13.053 13.224 13.614 12 Pirak Timu 7.413 7.520 7.624 7.724 7.952

(24)

13 Cot Girek 18.342 18.762 19.021 19.270 19.838 14 Tanah Jambo Aye 39.141 40.472 41.032 41.569 42.794 1 2 3 4 5 6 7 15 Langkahan 20.938 21.221 21.514 21.796 22.438 16 Seunuddon 23.267 23.476 23.800 24.112 24.822 17 Baktiya 32.465 33.514 33.978 34.423 35.437 18 Baktiya Barat 16.943 17.334 17.574 17.804 18.328 19 Lhoksukon 43.998 45.472 46.101 46.704 48.080 20 Tanah Luas 22.037 22.601 22.913 23.213 23.897 21 Nibong 9.047 9.247 9.375 9.498 9.778 22. Samudra 24.389 25.099 25.446 25.779 26.538 23 Syamtarilaron 16.456 16.833 17.066 17.289 17.798 24 Tanah Pasir 8.376 8.431 8.548 8.660 8.915 25 Lapang 7.909 8.075 8.187 8.294 8.538 26 Muara Batu 24.385 25.179 25.527 25.861 26.623 27 Dewantara 43.442 44.876 45.496 46.091 47.449 Total 529.751 541.878 549.370 556.566 572.961

(25)

Berdasarkan data terbaru yang diterima dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Utara, jumlah penduduk Aceh Utara adalah 583.892 jiwa, dimana penduduk laki-laki sebanyak 293.971 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 289.921 jiwa, selain itu dapat berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Renstra Disdukcapil) Kabupaten Aceh Utara, jumlah masyarakat yang memiliki dokumen Akta Kelahiran untuk tahun 2016 sekitar 175.099 jiwa.

Berikut data jumlah pengurus akte kelahiran tahun 2011-2014 menurut bulan:

Tabel 1.2

(26)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Angka ini menunjukkan kurangnya animo atau peran serta

masyarakat untuk melaporkan, sekaligus mengurus Akta Kelahiran. Hal ini menyebabkan adanya kendala dalam penertiban administrasi kependudukan. Fenomena yang umum terjadi di Indonesia adalah mengurus akta hanya ketika sedang dibutuhkan, hal ini didasari kurangnya

No bulan Tahun 2011 2012 2013 2014 1 Januari 7784 1080 683 2000 2 Februari 663 820 400 2345 3 Maret 660 2030 472 2607 4 April 546 3710 653 2490 5 Mei 748 2350 5550 2289 6 Juni 769 4140 5700 2421 7 Juli 820 4330 3600 1006 8 Agustus 557 2750 1500 1419 9 September 654 6560 2500 3887 10 Oktober 1 680 6200 1650 1708 11 November 2 185 1830 1550 1681 12 Desember 25 356 2140 2200 1538 jumlah 41 422 37940 26458 25391

(27)

kesadaran masyarakat akan pentingnya dokumen resmi kependudukan dan pencatatan sipil.

Berbagai macam masalah yang timbul dari proses pemberian pelayanan kependudukan berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang ingin mengurus dokumen Akta Kelahiran. Peranan pemerintah daerah dapat dikatakan tidak melakukan manajemen pemerintahan yang baik, karena: buruknya perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam kasus ini Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.

Banyaknya keluhan dari masyarakat akan pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara menunjukan rendahnya kinerja aparat dalam memberikan pelayanan. Perencanaan program peningkatan kualitas pelayanan harus segera dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh, terkait hal tersebut perlu adanya strategi penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan di segala bidang secara khusus pada

pelayanan Akta Kelahiran. Sehingga, masyarakat dapat merasakan pelayanan yang baik dan kinerja aparat dalam menyelenggarakan pelayanan Akta Kelahiran dapat merubah opini masyarakat ke arah yang lebih positif, karena saat ini masyarakat masih diwarnai dengan opini-opini yang negatif seperti cara, metode, atau etika pada saat proses pelayanan yang diberikan terhadap masyarakat.

(28)

Berdasarkan uraian diatas, maka peningkatan pelayanan administrasi kependudukan dalam hal ini akta kelahiran perlu dilakukan demi memenuhi tujuan negara yaitu memajukan kesejahteraan umum yang diantaranya adalah mensejahterakan masyarakat. Di masa modern seperti saat ini, peningkatan pelayanan administrasi kependudukan bukanlah hal yang sulit untuk direalisasikan.

Kekuatan-kekuatan pendorong yang dapat dijadikan kekuatan yang membantu dan mendorong pencapaian tujuan jangka pendek, yakni meningkatnya volume pencatatan dan penerbitan akta kelahiran adalah sebagai berikut:

1. Adanya dukungan pimpinan dan masyarakat;

2. Adanya dispensasi pencatatan dan penerbitan akta kelahiran; 3. Adanya mekanisme pelayanan yang mudah dan cepat; 4. Adanya penyuluhan kepada masyarakat secara berkala; 5. Adanya pelayanan lapangan yang dapat menggunakan

kemajuan teknologi berbasis sistem informasi management yang dapat memudahkan proses pencatatan data akta kelahiran.

Kekuatan pendorong tersebut diharapkan dapat membantu pencapaian

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara. Untuk mencapai target yang diharapkan tentu diperlukan strategi-strategi sewaktu melaksanakan. Hal ini yang menarik minat penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Strategi Dinas Kependudukan dan “Strategi Dinas Kependudukan dan PencatatanPencatatan Sipil dalam Meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh.”

(29)

1.2 Permasalahan

1.2.1 Identi fi kasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Sosialisasi mengenai pentingnya kepemilikan dokumen kependudukan dirasa belum cukup.

2. Pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kepemilikan dokumen Akta Kelahiran yang rendah.

3. Kurangnya akses terhadap informasi mengenai Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

4. Sulitnya akses untuk menuju kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman.

5. Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

6. Kurangnya pemahaman aparatur pemerintah terhadap tugas dan fungsi masing-masing.

7. Permasalahan teknologi dalam sistem Palayanan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil, seperti sering tidak

(30)

terkoneksinya jaringan server baik dari daerah ke pusat maupun pusat ke daerah

1.2.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta untuk mempersempit ruang lingkup penelitian, maka perlu adanya pembatasan masalah sehingga dapat memudahkan penulis dalam melakukan penelitian yaitu bagaimana strategi peningkatan pelayanan, faktor penghambat strategi serta upaya untuk mengatasi faktor penghambat strategi dalam peningkatan Akta Kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara. Penulis memilih Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten aceh Utara sebagai lokus peneleitian dengan alasan pelayanan administrasi kependudukan bidang akta Kelahiran masih belum berjalan dengan baik karena masih dijumpai berbagai permasalahan dalam proses pelayanan.

1.2.3 Rumu san Masalah

1. Bagaimana strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh Utara?

2. Apa faktor penghambat strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh utara?

(31)

3. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh Utara?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelit ian

1.3.1 Maksud Peneliti an

1. Memperoleh data tentang strategi-strategi yang dimiliki Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran.

2. Mengetahui faktor-faktor penghambat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dalam mengoptimalkan pelayanan akta kelahiran.

3. Mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi faktor penghambat dalam peningkatan kualitas pelayanan akta kelahiran.

1.3.2 Tujuan Penelit ian

1. Mengetahui strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh utara.

2. Mengetahui faktor penghambat strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.

3. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.

(32)

1.4 Kegu naan Peneliti an

1.4.1 Kegu naan Teorit is

1. Untuk meniliti dan mengkaji secara lebih lanjut mengenai strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dalam hal peningkatan pelayanan administrasi

kependudukan.

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan peningkatan kinerja pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.

1.4.2 Kegu naan Prakti s

1. Berdasarkan kegunaannya, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukkan serta bahan referensi bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.

2. Sebagai bahan referensi mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang ingin membahas permaslahan didalam Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam hal ini yang berkaitan dengan akta kelahiran. Selain itu untuk menjadi bahan bacaan di perpustakaan.

(33)

3. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan tugas dilapangan dan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan dan menjadi bahan bacaan untuk di Pemerintah Daerah Aceh Utara, sebagai referensi untuk meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori tis

Dalam menganalisa suatu masalah yang akan diteliti, maka perlu adanya pemahaman tentang konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Berbagai masalah yang akan dihadapi tentu harus diimbangi dengan penjelasan teori yang tepat. Tinjauan teoritis merupakan pandangan secara teori atau konsep yang di dalamnya menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dan berguna untuk membahas proses analisa dalam penelitian.

(34)

Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan (Monier,2006:17). Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemeberian layanan kepada keperluan orang atau masyarakat yang memiliki kepentingan pada suatu organisasi sesuai dengan aturan utama dan tata cara yang telah ditetapkan/disepakati.

Menurut Zeithaml et al dikutip dari Mutiarin dan Zaenudin (2014:92) mengemukakan 5 (lima) pelayanan yang terdiri dari:

1. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya pelayanan yang diberikan dalam bentuk tampilan fisik seperti gedung, peralatan, pegawai dan fasilitas-fasilitas lainnya;

2. Reliability atau reabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat; 3. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk

membantu customers (pengguna jasa) dan melakukan pelayanan secara ikhlas;

4. Assurance atau kepastian adalah pelayanan harus diberikan secara pasti;

5. Empathy atau adanya perlakuan dan perhatian harus diberikan kepada pengguna jasa secara pasti.

Beberapa hal diatas digunakan untuk mengukur kualitas dari pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi. Selanjutnya konsep pelayanan menurut Ndaraha (2005:69) dalam bukunya Kybernology membagi pelayanan sebagai berikut :

(35)

1. Pelayanan Vertikal, dimana servant memiliki posisi lebih rendah daripada orang atau pihak yang dilayaninya (Tuhan, Raja, Tuan). Maka bentuk pelayanan kepada Tuhan berbentuk pemujaan, penyembahan, dan kepatuhan, kepada raja dan tuan berbentuk ketaatan dan pengabdian.

2. Pelayanan Horizontal, contohnya pelayanan yang dilakukan perusahaan terhadap pelanggannya, dokter terhadap pasiennya. Dalam hubungan itu, baik pihak yang dilayani maupun yang melayani dihadapkan pada kesempatan semakin luas dan pilihan yang semakin bebas.

3. Pelayanan “ke dalam”, dilakukan oleh unit-unit staf atau unit-unit lainnya yang secara tidak langsung memproduksi layanan bagi konsumen di luar organisasi. Bentuk-bentuknya, Pemberian informasi (pelayanan informative), pemberian pertimbangan (pelayanan advisory), atas nama kepala melakukan supervisi (pelayanan supervisory), mewakili kepala (pelayanan alter ego). 4. Pelayanan “ke luar”, oleh pihak yang melayani terhadap pihak

yang dilayani digerakkan oleh beberapa motif: Pertama, pelayanan bermotif bisnis. Kedua, pelayanan bermotif mutualistik. Ketiga, pelayanan bermotif kewajiban keempat, pelayanan bermotif commitmen atau self commitment. Kelima, pelayanan bermotif kewajiban. Keenam bermotif tanggung jawab sebagai cause. Ketujuh, pelayanan bermotif pengorbanan (sacrificial, candle-light sacrifing). Pelayanan pemerintahan yang ideal adalah pelayanan macam kedua sampai ketujuh.

Menurut Finer dalam Ndraha (2005:78) menguraikan karakteristik civil service (The Nature of Civil Service Activity) demikian:

(36)

1. The Urgency of State Service (Pentingnya Pelayanan Negara terhadap Warga negara).

2. Large-scale Organization (didasarkan pada kebijikan publik pada tingkat makro).

3. Monopoly and No Price (Dimonopoli oleh Negara dan Tidak Dijual-beli Dalam Arti Pasar, Biaya Tidak Dibebankan Kepada Konsumer, Tidak dapat Diprivatisasikan) Finer berpendapat demikian berdasarkan anggapan bahwa pelayanan civil merupakan bagian pelayanan publik.

4. Equality of Treatmen (Perlakuan yang sama Terhadap Tiap Konsumer).

5. Limited Enterprise (Aktor dan Artis Pelayanan Sipil Bukanlah Pedagang atatu Pengusaha yang Menurut imbalan Langsung dan Konsumer; juga Tidak Boleh Bertindak untuk Kepentingannya Pribadi.)

6. Public Accountability (Pertanggungjawaban kepada Publik, dalam Hal ini Konsumer).

7. “Establishment” or Hierarchy Civil Service (Terbentuk sebagai Sebuah Body).

8. Grading of Its Members (Pengelompokkan dan Klasifikasi Civil Service)

9. Directness of Government (Pelayanan yang Dikendalikan Langsung oleh pemerintah, Seringkali Terasa Kaku, oleh Sebab Itu, Aktor dan Artis Pemerintahan Harus Kreatif dan Arif). 10. Lack of Government (Pelayanan yang Tulus dalam Suasana

Kebersamaan).

11. Anonymity and Impartiality (Tidak Bersifat Pribadi dan Tidak Memihak, jadi walaupun pribadinya menjadi korban, tetapi demi masyarakat).

(37)

Pelayanan publik dikatakan baik kinerjanya apabila kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat baik. Selanjutnya Salim dan Woodward (1992) sebagaimana dikutip dalam Dwiyanto (2008:52) memperlihatkan bagaimana cara menilai kinerja pelayanan publik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang meliputi:

1. Aspek ekonomi, yaitu dalam kinerja sebagai strategi untuk penggunaan sumber daya yang seminimal mungkin dalam proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik dengan hasil yang semaksimalnya.

2. Efisiensi kinerja pelayanan, yaitu menunjuk suatu kondisi tercapainya perbandingan terbaik/proporsional antara input pelayanan dengan output pelayanan.

3. Efektivitas kinerja pelayanan, yaitu untuk melihat tercapainya pemenuhan tujuan atau target pelayanan yang telah ditentukan. 4. Prinsip keadilan, yaitu dalam pemberian pelayanan publik juga dilihat sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk pelayanan telah memperhatikan aspek-aspek keadilan dan membuat publik mempunyai akses yang sama terhadap sistem pelayanan yang ditawarkan.

Selanjutnya cara lain untuk menilai kualitas pelayanan publik itu sendiri, terdapat sejumlah indikator yang digunakan. Menurut Lenvine (1990) sebagaimana yang dikutip dalam Dwiyanto (2008:143) cara menilai pelayanan publik adalah dengan menilai produk-produk pelayanan publik, dimana produk pelayanan tersebut harus memenuhi tiga indikator, yaitu:

(38)

1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.

2. Responsibility atau responsibilitas adalah tolak ukur yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian layanan publik itu dilakukan, apakah sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.

3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan

pelayanan dianggap sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.

Selanjutnya dalam Kepmenpan Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum terdapat kriteria kualitatif untuk menilai kualitas pelayanan publik, yaitu :

1. Jumlah warga/masyarakat yang meminta pelayanan (per hari, per bulan, atau per tahun) serta perkembangan pelayanan dari waktu ke waktu, apakah menunjukan peningkatan/tidak. 2. Lamanya waktu pemberian pelayanan.

3. Ratio atau perbandingan antara jumlah pegawai atau tenaga yang ada dengan jumlah warga/masyarakat yang meminta pelayanan untuk menunjukkan tingkat produktivitas kerja. 4. Penggunaan perangkat-perangkat modern untuk mempercepat

(39)

5. Frekuensi keluhan atau pujian dari masyarakat mengenai kinerja pelayanan yang diberikan, baik melalui media massa maupun melalui kotak saran yang disediakan.

6. Penilaian fisik lainnya, misalnya kebersihan dan kesejukan lingkungan, motivasi kerja pegawai dan lain-lain aspek yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja pegawai pelayanan publik.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah suatu kegiatan memberikan layanan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah yang berlaku sebagai aplikasi dari tugas dan fungsi pemerintah sebagai pemberi layanan umum dari pemerintah kepada masyarakat.

2.1.2 Strategi

Mengutip Armstrong dalam Triton (2011:14) mengemukakan bahwa “Kata strategi dalam bidang manajemen merupakan ungkapan tentang manfaat keputusan strategis yang didefinisikan sebagai: semua keputusan pada sasaran bisnis dan pada cara untuk mencapai sasaran”. Oleh karena itu diperlukan manajemen strategi, karena setiap manajer harus menyadari untuk mengelola beraneka ragam permasalahan yang harus dipikul oleh pimpinan puncak.

Selanjutnya Makmur (2009:128) mengemukakan bahwa: “Strategi sebagai suatu bentuk pemikiran rasional yang disusun secara sistematis, kemudian pembentukannya berdasarkan dengan pengamatan dalam pengalaman, pengamatan dalam perkembangan lingkungan (sosial,

(40)

ekonomi, politik, alam, dan ilmu pengetahuan) serta pengamatan taktik yang digunakan or ang, organisasi lain”.

David (2011:5-7) juga berpendapat manajemen strategis yaitu “seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya”. Selanjutnya Hunger dan Wheelen mengatakan (2003:9-19) “Proses manajemen strategis meliputi 4 elemen dasar yakni: 1) pengamatan lingkungan, 2) perumusan strategi, 3) implementasi strategi, 4) evaluasi dan pengendalian.”

Proses manajemen strategis adalah; alur dimana penyusunan strategi menentukan sasaran dan menyusun keputusan strategi. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

2. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, 25 mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.

(41)

3. Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis. Tiga tahap aktivitas dasar evaluasi strategi yaitu meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif.

Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan di hari esok. Sukses selalu membawa masalah baru yang berbeda dan perusahaan yang puas diri akan mengalami kegagalan, menurut David (2006:7-8).

Tujuan yang utama dari suatu strategi adalah keberhasilan bagaimana tujuan itu dapat tercapai. Untuk itu Hatten dalam Salusu (1996:108) memberi beberapa petunjuk bagaimana suatu strategi dibuat

sehingga ia bisa sukses, antara lain:

1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya, artinya jangan membuat strategi yang melawan lingkungan yang

bergerak maju.

2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, setiap strategi haruslah bersinergi dan tidak bertolak belakang. 3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan

semua sumber daya dan tidak mencerai beraikan satu dengan yang lain. Setiap unit atau sub sistem harusnya tidak memisahkan setiap sumber dayanya sehingga kekuatan-kekuatan itu menyatu sehingga dapat menguntungkan posisi Organisasi.

4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya.

5. Sumberdaya adalah suatu yang kritis, maka dari itu pemanfaatannya haruslah optimal.

(42)

6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.

7. Strategi hendaknya disusun atas landasan keberhasilan yang telah dicapai, jangan menyusun strategi diatas kegagalan. 8. Tanda-tanda keberhasilan strategi ditampakan dengan adanya

dukungan dari pihak-pihak yang terkait dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan bagaimana keputusan dan tindakan yang diambil dan dilaksanakan oleh suatu organisasi untuk pengembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif agar tercapainya tujuan organisasi.

2.1.3 Penin gkat an

Peningkatan berasal dari kata tingkat. Yang berarti l apis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.

Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang positif. Penggunaan kata peningkatan dalam skripsi ini adalah strategi peningkatan pelayanan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil memiliki arti yaitu usaha untuk membuat pelayanan masyarakat dalam mebuat akta kelahiran menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Suatu usaha untuk tercapainya suatu peningkatan biasanya diperlukan

(43)

perencanaan dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan eksekusi ini harus saling berhubungan dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan.

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses atau dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan juga ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian yang telah diharapkan.

2.1.4 Anali si s SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai macam faktor untuk merumuskan bagaimana membuat strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Keputusan strategis untuk organisasi perlu dipertimbangkan dari faktor insternal maupun faktor eksternal yang mencakup peluang dan ancaman. Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan-pertimbangan penting untuk analisis SWOT.

Dalam mengidentifikasi berbagai macam masalah yang timbul dalam perusahaan, maka diperlukan penelitian yang cermat sehingga

(44)

mampu menemukan strategi yang sangat cepat dan tepat dalam hal mengatasi masalah yang timbul. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan antara lain:

1. Kekuatan (Strenght) Kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan.

2. Kelemahan (Weakness) Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya.

3. Peluang (Opportunity) Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan, serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan salah satu sumber peluang.

4. Ancaman (Threats) Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dan jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan baik masa sekarang maupun yang akan datang.

Jika dapat dikatakan bahwa analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis strategi, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang

terdapat dalam tubuh perusahaan dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Definisi Analisis SWOT menurut Rangkuti (2014: 19) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Lebih lanjut menurut Rangkuti (2014: 31) menjelaskan bahwa

(45)

“alat yang dipakai untuk menyusun faktor -faktor strategi perusahaan adalah matriks SWOT”. Berikut table matriks SWOT :

Table 2.1 Diagram Matrik SWOT IFAS EFAS STRENGHTS (S) -Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal WEAKNESSES (W) -Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal OPPROTUNITIES (O) -Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang internal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

(46)

TREATHS (T) -Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman internal

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti (2014: 83)

2.2 Tinjauan Normatif

2.2.1 Undang -Undang Da sar 1945

Undang-undang Dasar 1945 telah mengatur permasalahan mengenai kedudukan warga negara dan penduduk, yang diatur dalam pasal 26 yaitu:

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.

2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.

3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.

Selanjutnya dalam UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34 menyatakan bahwa warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi tertinggi kita. Oleh karena itu pemerintah wajib melaksanakan kewajibannya tersebut.

(47)

2.2.2 Undang-Undang Nomo r 23 Tahun 2014 Tent ang Pemeri nt ahan Daerah

Seperti yang sudah dibahas di dalam bab sebelumnya dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan terdiri dari urusan pemerintahan yang bersifat absolut, konkuren dan umum. Pada penulisan ini penulis lebih membahas mengenai urusan konkuren dari pemerintah, yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib itu sendiri terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan yang tidak berkaitan secara langsung, dimana urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana tercantum di dalam pasal 12 ayat 2 UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana meliputi:

a. Tenaga kerja;

b. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; c. Pangan;

d. Pertanahan; e. Lingkungan hidup;

f. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; g. Pemberdayaan masyarakat dan desa;

h. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana; i. Perhubungan;

j. Komunikasi dan informatika;

k. Koperasi, usaha kecil dan menengah; l. Penanaman modal;

(48)

n. Statistik; o. Persandian; p. Kebudayaan; q. Perpustakaan dan r. Kearsipan.

Selanjutnya seperti yang tertulis dalam pasal 12 ayat 2 UU No. 23 tahun 2014 yang secara jelas menempatkan penyelenggaraan bidang kependudukan dan pencatatan sipil sebagai poin utama dalam urusan wajib pemerintah daerah yang tidak memiliki kaitan dengan pelayanan dasar, oleh karena itu pemerintah daerah wajib melaksanakan program tersebut

agar penyelenggaraan administrasi kependudukan dan catatan sipil yang memiliki tujuan semata-mata demi kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat tercapai.

Penyelenggaraan bidang kependudukan dan pencatatan sipil yang merupakan tugas wajib dari pemerintah dalam menjalankan kewajibannya untuk meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan kepada masyarakat yang berguna untuk mewujudkan keadilan dan pemerataan pelayanan serta penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang pelayanan yang kesemuanya berjalan selaras dengan pembangunan sarana dan prasarana yang lengkap bagi masyarakat, untuk mempermudah peningkatan pelayanan.

2.2.3 Undang-Und ang Nomo r 25 Tahun 2009 Tent ang Pelayanan Publik

(49)

Berdasarkan Undang-Undang 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, pada pasal 1 (satu) disebutkan:

1. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

2. Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

3. Atasan satuan kerja Penyelenggara adalah pimpinan satuan kerja yang membawahi secara langsung satu atau lebih satuan kerja yang melaksanakan pelayanan publik.

4. Organisasi penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut Organisasi Penyelenggara adalah satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. 5. Pelaksana pelayanan publik yang selanjutnya disebut

Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

(50)

6. Masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. 8. Maklumat pelayanan adalah pernyataan tertulis yang berisi

keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam standar pelayanan.

9. Sistem informasi pelayanan publik yang selanjutnya disebut Sistem Informasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari Penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan dalam huruf Braile, bahasa gambar, dan/atau bahasa lokal, serta disajikan secara manual ataupun elektronik.

2.2.4 Undang-Und ang Nom or 24 Tahun 2013 Tentang P erub ahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Undang-Undang No.23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, pada pasa 1 ayat 15 menyatakan bahwa “Pencatatan Si pil adalah pencatatan Pristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam register

(51)

Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana”. Dilanjutkan lagi pada pasal 27 ayat 1 bahwa “Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran”. Sedangkan pada ayat 2 menyatakan “Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pada penjelasan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, tertulis tujuan dari terselenggaranya “Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi Penduduk diharapkan dapat

memberikan pemenuhan atas hak-hak administratif penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran aktif Pemerintah dan pemerintah daerah”.

2.2.5 Keput usan Menter i Pendayagun aan Aparatu r Negara Nom or 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Definisi dari pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah.

(52)

Instansi Pemerintah menjadi sebutan kolektif meliputi satuan kerja atau satuan organisasi Kementrian, Departemen, Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi Negara dan Instansi Pemerintah lainnya, baik yang berada di pusat maupun daerah dan pelaksana dari kegiatan disebut unit penyelenggara, yang ditujukan kepada unit-unit kerja pada instansi Pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik.

Penerima pelayanan publik itu sendiri adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah, dimana urusan biaya administrasi yang harus

dikeluarkan harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku terkait besaran dan tata cara pembayaran. Hal ini juga harus diukur oleh Indeks Kepuasan Masyarakat, yang menjadi tolak ukur tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang diperoleh dari penyelenggara atau pemberi layanan.

2.2.6 Qanun K abupaten Aceh Utara N omo r 10 Tahun 2010 Tentang

Penyelengaraa n Admi nis trasi Kependud ukan Kabupaten Aceh Uta ra

Berdasarkan beban kerja dan tolak ukur dari banyaknya penerbitan akta-akta catatan sipil, luas wilayah, jumlah penduduk dan lain-lain, maka Kabupaten Aceh Utara menyatakan penyelenggaraan kependudukan dan pencatatan sipil merupakan urusan wajib bagi pemerintah kabupaten dalam

(53)

rangka memberi perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan/atau status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh para penduduk yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Aceh Utara.

Hal ini sebagai tindak lanjut penjabaran pelaksanaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, oleh karena itu dianggap perlu untuk membentuk Qanun Kabupaten Aceh Utara tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, dimana di dalamnya diatur tata cara kepengurusan administrasi kependudukan.

Menyangkut dengan permasalahan yang peneliti angkat berada di Kabupaten Aceh Utara mengenai Strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh Utara, maka peneliti memperhatikan rencana kerja peningkatan kinerja berdasarkan volume pencatatan dan penerbitan akta kelahiran di lingkungan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara apakah sesuai dengan Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 11 Tahun 2010 menyangkut Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di Kabupaten Aceh Utara.

2.3. Hasil Peneliti an Sebelumn ya

Pencarian terhadap wacana penelitian yang dilakukan adalah upaya memperjelas persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian

(54)

sebelumnya. Umumnya kajian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang telah dipublikasikan dalam bentuk skripsi.

Hasil penelitian dari Purna Praja Andini Deyla Andi Efendy di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tahun 2013 dengan judul “Kinerja Aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Jeneponto” bahwa dalam hal pemberian pelayanan akta kelahiran kepada masyarakat kinerja aparat dilihat dari beberapa aspek, seperti: aspek produktivitas, aspek kualitas layanan, responsivitas terharap layanan yang diberikan serta akuntabilitas data yang diperoleh.

Hasil penelitian dari Purna Praja Ria Fitriyani Albaar di Institut Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tahun 2016 dengan judul “Strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Dalam Meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara” yang secara metodologi menggunakan analisis ASOCA yang mencakup faktor kemampuan, kekuatan, peluang, budaya dan kecerdasan. Pemberian pelayanan akta kelahiran kepada masyarakat dinilai dari beberapa dimensi dalam melihat kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terkait pelayanan akta kelahiran. Dimensi-dimensi tersebut antara lain: nyata/berwujud (tangible), kehandalan (reliability), cepat tanggap (responsiveness), kepastian/jaminan (assurance) dan empati (empathy).

Penulis dalam hal ini melakukan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan strategi dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran. Disini

(55)

penulis mencoba merumuskan masalah tentang bagaimana strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran, dalam hal ini konkritnya adalah peningkatan jumlah pembuatan akta kelahiran dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi. Penulis mencoba menggunakan teori SWOT dan beberapa hal lain dalam mengamati kualitas pelayanan yang diberikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terkait pelayanan akan akta kelahiran, dimana mencoba menambahkan faktor-faktor perkembangan teknologi yang dapat digunakan dalam membatu tercapainya proses tertib administrasi di masyarakat. Sebagaimana tertulis

produk pelayanan tersebut harus memenuhi tiga indikator, yaitu:

1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.

2. Responsibility atau responsibilitas 3. Accountability atau akuntabilitas

2.4 Kerangka Pemik iran

Kerangka pemikiran adalah pola berpikir yang dilakukan oleh peneliti dalam mencari hubungan permasalahan yang ditampilkan. Menurut Sugiyono (2009:60) mengatakan bahwa “kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”.

(56)

Seiring dengan pelaksanaan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab yang diberikan kepada kabupaten/kota, maka pemerintah daerah kabupaten/kota dituntut untuk melaksanakan pelayanan sebaik-baiknya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai berdasarkan apa yang tertulis pada pasal 12 ayat 2 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 secara jelas dikatakan penyelenggaraan bidang kependudukan dan pencatatan sipil sebagai poin pertama urusan wajib pemerintahan daerah yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, untuk itu pemerintah daerah wajib melaksanakan program tersebut dimana penyelenggaraan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

bertujuan untuk pencapaian tujuan negara dan semata-mata demi kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan adalah merupakan sebuah rangkaian dari kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan, dimana pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya digunakan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan bidang akta kelahiran harus memiliki strategi untuk digunakan pihak pemerintah, baik itu dengan peningkatan pelayanan dan mencari faktor penghambat dari perbaikan kualitas pelayanan. Pembentukan suatu

(57)

organisasi tentunya tidak lepas dari tujuan dibentuknya organisasi tersebut dimana Pemerintah Daerah Nomor 11 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang dibuat untuk merubah Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Utara nomor 26 tahun 2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, dimana di dalamnya terdapat dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil yang menyelenggarakan pelayanan administrasi kependudukan.

Peningkatan pelayanan di Kabupaten Aceh Utara tidak lepas dari peranan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara sebagai sarana penyelenggaraan pelayanan, khususnya peningkatan terdapat faktor penghambat, untuk itu dibutuhkan strategi dalam mengatasi hambatan terserbut.

Untuk menghimpun faktor-faktor tersebut di atas maka penulis menggunakan metode analisis SWOT. Pemilihan metode analisis SWOT dikarenakan metode analisis ini mampu menghimpun faktor penghambat internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan pelayanan akta kelahiran. Analisis SWOT itu sendiri dapat didefinisikan dengan suatu identifikasi atas berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang diperlukan dalam perbaikan pelayanan.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), akan tetapi secara

(58)

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan(weakness) dan ancaman( threats). Ada beberapa tahapan dan langkah yang mesti ditempuh dalam melakukan analisis SWOT, antara lain: Langkah pertama, identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal, globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara umum pada semua komponen pendidikan. Langkah kedua, identifikasi kekuatan (internal) dan peluang (eksternal) yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi pada langkah pertama. Langkah ketiga, lakukan analisis SWOT lanjutan setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam konteks sistem manajemen pendidikan. Langkah keempat, rumuskan strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Langkah kelima, tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan disusun suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.

Sejalan dengan metode yang digunakan penulis menggunakan teori optimalisasi yang dikemukan oleh Winardi (1999:363), yaitu dengan cara meningkatkan volume pencatatan dan penerbitan akta kelahiran pada Kantor Catatan Sipil Aceh Utara, dengan cara meningkatkan pelayanan sesuai dengan kemampuan yang ada. Untuk mendapatkan uraian mengenai hasil kegiatan yang menjadi tolak ukur sasaran kinerja yang diinginkan, maka diadakan perumusan ukuran kinerja dan sasaran kinerja sehingga dapat dilakukan evaluasi dan dijadikan sebagai acuan tingkat

(59)

keberhasilan dari program ini.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada diagram berikut:

Gambar 2.1 Kera ngka Berpikir

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATA N SIPIL 1. UU No.23 Tahun 201 4 Tentang Pemerint ahan Daerah 2. UU No.24 Tahun 2013 Tentang Perubahan At as UU No. 23

Tentang Administrasi Kependudukan

3. UU No.25 Tahun 20 09 Tentang Pe layanan Publik

4. Keput usan Menteri Pendayagun aan Aparatu r Negara Nomor 63Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik

5. Qanun Kabupaten Aceh U tara No.10 Tahun 20 10 Tentang Penyelengaraa n Adm inist rasi Kependudukan Kabup aten Aceh Utara

Gambar

Gambar  2.1 Kera ngka Berpikir
Tabel 4.12 Matrik s SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil dari kuesioner yang diperoleh dengan wawancara langsung pada customer, kemudian diolah dan dirangkum untuk dijadikan dasar dalam membuat Permintaan

Kepala Seksi Kerjasama dan Inovasi Pelayanan pada Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dan Pemanfaatan Data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Dari hasil analisis (pendugaan) tersebut kelak akan ditemukan tentang tingkat ketepatan model yang dipilih, dan tahap produksi optimal menurut kriteria teknis dan ekonomi,

Pedoman akuntansi pesantren mengatur laporan keuangan minimal yang harus dimiliki oleh yayasan pondok pesantren adalah (1) laporan posisi keuangan atau neraca, yang

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lumajang merupakan suatu instansi yang memberikan pelayanan di bidang Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dengan hal

bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan administrasi kependudukan dalam pelaporan kematian penduduk Kabupaten Labuhanbatu Utara pada Dinas Kependudukan dan

[r]

Penaksir yang dibahas merupakan kombinasi penaksir rasio dan penaksir regresi pada sampling acak sederhana menggunakan median dan koefisien skewness, yang merupakan review