• Tidak ada hasil yang ditemukan

CASE REPORT. STRETCHING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PRAKTIK DOKTER GIGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CASE REPORT. STRETCHING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PRAKTIK DOKTER GIGI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

CASE REPORT

STRETCHING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PRAKTIK DOKTER GIGI

Penulis :

drg. I Gst Ayu Fienna Novianthi Sidiartha, Sp.KG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA BALI

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa k a r e n a atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan kajian pustaka ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak pada penyusunan kajian pustaka ini, sangatlah sulit untuk dirampungkan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan kajian pustaka ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari kajian pustaka ini, maka dari itu penulis memohon maaf apabila ada kesalahan maupun kekurangan dari penulisan kajian pustaka ini. Semoga kajian pustaka ini dapat memberikaan manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Denpasar, 10 Mei 2018

(3)

ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I: PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan ... 2 1.4. Manfaat ... 2

BAB II: LANDASAN TEORI ... 3

2.1. Anatomi dan Fisiologi ... 3

2.1.1. Neck (Leher) ... 3

2.1.2. Shoulder (Bahu) ... 4

2.1.3. Tulang Belakang ... 5

2.2. Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 6

2.3. Stretching (Peregangan) ... 7

2.3.1. Efek fisiologis dari peregangan ... 8

2.3.2. Interaksi antara efek fisiologis dari peregangan ... 11

BAB III: PEMBAHASAN ... 12

3.1. Pencegahan MSD’s ... 12

3.2. Stretching dalam Mencegah MSD’s ... 17

BAB IV: PENUTUP ... 23

4.1. Kesimpulan ... 23

4.2. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dan

World Health Organization (WHO), Musculoskeletal disorder merupakan

gangguan yang disebabkan ketika seseorang melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada sistem Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot.

Musculoskeletal disorder ditandai dengan timbulnya gejala sebagai berikut

yaitu :nyeri, bengkak, kemerah-merahan, panas, mati rasa retak atau patah pada tulang dan sendi kekakuan, rasa lemas atau kehilangan daya koordinasi.

Musculoskeletal disorder juga dapat menurunkan produktivitas kerja, kehilangan

waktu kerja, menimbulkan ketidakmampuan secara temporer atau cacat tetap. Bahaya potensial ergonomic yang dilakukan dokter gigi adalah gerakan gerakan

repetitive, posisi bekerja yang statis, dan beberapa gerakan gerakan posisi yang

janggal, seperti menggenggam , pinch grip, pressing, ekstensi tangan, fleksi tangan,

rotating, posisi kepala menunduk, miring tengadah, posisi punggung bungkuk,

miring twisting dan lain sebagaimananya. Mengingat timbulnya bahaya ergonomic yang dapat diderita oleh dokter gigi, maka dari itu pada student project ini kami akan membahas mengenai Stretching untuk mencegah Musculoskeletal disorder dalam praktik kedokteran gigi.

(5)

2

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam studi literatur ini yaitu bagaimana pencegahan terjadinya Musculoskeletal disorders (MSD) yang sering dialami oleh dokter gigi dengan teknik stretching ?

1.3.Tujuan

Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai pencegahan Musculoskeletal disorders (MSD) yang sering dialami oleh dokter gigi dengan teknik stretching

1.4. Manfaat

Diharapkan dengan adanya studi literatur ini, penulis maupun pembaca dapat menambah wawasan mengenai ilmu ergonomi dalam bidang kedokteran gigi khusunya dalam melakukan upaya pencegahan terjadinya Musculoskeletal

(6)

3 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 . Anatomi dan Fisiologi

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem saraf, sistem penginderaan,sistem otot, dan lain-lain. Manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, menggunakan berbagai unsur yang terdapat dalam tubuh, bisa berupa skeletal (sistem rangka) yang berfungsi untuk memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis, otot yang berfungsi untuk menopang rangka dalam postur tubuh pada saat berdiri dan duduk, tendon yang berfungsi untuk melekatkan otot dengan otot atau tulang dengan otot, dan ligamen yang merupakan selubung yang sangat kuat yang berfungsi untuk membungkus tulang dengan tulang yang diikat sendi. Semua unsur-unsur tersebut berkolaborasi dalam menjalankan sistem didalam tubuh manusia. Berikut merupakan gambaran anatomi dari bagian leher, bahu dan punggung manusia.[1]

2.1.1 Neck (Leher)

Tulang leher terdiri dari 7 ruas, yang terdiri tulang leher memiliki badan ruas yang kecil dan lubang ruas yang besar. Ruas pertama disebut dengan vertebra serfikalis yang disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk, ruas kedua disebut prosesus odontois yang memungkinkan kepala kekiri dan kekanan dan ruas ketujuh memiliki taju yang disebut prosesus prominan. Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat lajunya sayap yang disebut foramen transvertalis.Pada bagian leher diinervasi Soleh gabungan beberapa saraf yang disebut dengan Plexus cervicalis.

(7)

4

Gambar.1 (Tulang leher) Gambar.2 (Otot Leher)

2.1.2 Shoulder ( Bahu )

Shoulder ( bahu ) merupakan bagian tubuh manusia yang terdiri atas beberapa

tulang, otot dan sendi. Diantaranya ada tulang clavicula ( tulang selangka ) yang merupakan tulang berbentuk lengkung dan berfungsi untuk menghubungan lengan atas dengan batang tubuh, scapula ( tulang belikat ) yang merupakan tulang berbentuk segitiga dan terdapat sendi yang menghubungkan tulang lengan atas dengan scapula, yaitu sendi glenohumeral. Bagian bahu juga terdiri dari beberapa otot, diantaranya otot

deltoideus, otot subscapula, rhamboideus, ters major dan dipersarafi oleh beberapa

ikatan saraf yaitu Plexus Brachialis, terutama sendi bahu dan deltoid yang diinervasi oleh Nervus Axillaris.

(8)

5

Gambar.3 Anatomi Shoulder (Bahu) 2.1.3 Tulang Belakang

Tulang belakang terbagi atas beberapa bagian. Bagian pertama, disebut dengan

Cervical, yang terdiri atas 7 tulang yang kecil dengan Spina yang pendek kecuali tulang

ke-2 dan ke-7, bagian ini berfungsi untuk mendukung bagian leher. Bagian kedua yaitu bagian Thoracalis yang terdiri atas 12 tulang yang dikenal sebagai tulang Dorsal. Spina tulang ini terhubung dengan beberapa tulang rusuk dan beberapa gerak memutar dapat terjadi pada tulang ini. Bagian ketiga yaitu Lumbalis yang yang terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan rotasi. Bagian keempat yaitu Sakralis yang terdiri atas 5 tulang yang tidak memiliki celah satu sama lain. Bagian ini menghubungkan bagian punggung dan panggul. Bagian kelima yaitu Koksigeus, yang terdiri atas 4 tulang yang juga tanpa celah. Bagian Sacrum dan Coccyx merupakan satu kesatuan dan membentuk bagian yang kuat. Pada bagian tulang belakang, terdapat bantalan yang bernama Intervertebral

Disc yang berfungsi sebagai penahan jika terjadi tekanan, seperti dalam keadaan

melompat. Bagian luar dari bantalan ini terbentuk atas annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus pulpous. Terdapat juga beberapa otot yang menopang

(9)

6

bagian punggung, diantaranya ters major dan minor, latissimus dorsi, trapezius,

serratus anterior dan posterior, dan lain-lain.

'

Gambar 4. Otot Punggung Gambar.5 Tulang Belakang

2.2 Musculoskeletal Disorder (MSDs)

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH, 1997) mengatakan bahwa Musculoskeletal Disorder (MSDs) merupakan gangguan yang disebabkan seseorang yang melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada sistem Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot. Gangguan ini juga didefinisikan sebagai Occupational Cervicobrachial Disorder (OCD) oleh Komite Kesehatan pada organisasi perindustrian sebagai suatu akibat dari kelelahan neuromuskuler akibat posisi tubuh yang statis atau gerakan yang dialami seseorang secara berulang-ulang dalam waktu lama.

Masalah ergonomi ini yang sering dijumpai di tempat kerja, khususnya pekerjaan yang menggunakan kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaannya. Gangguan ini biasanya terjadi pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka

(10)

7

waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan pada sendi, ligamen dan tendon[1]. Musculoskeletal disorder (MSDs) pada umumnya berupa bentuk nyeri, cidera, atau kelainan pada sistem otot-rangka, meliputi pada jaringan saraf, tendon, ligamen, otot atau sendi. Bekerja dengan rasa sakit dapat mengurangi produktivitas kerja dan apabila bekerja dengan kesakitan ini diteruskan maka akan berakibat pada kecacatan yang akhirnya menghilangkan pekerjaan bagi pekerjanya[2].

Istilah MSDs umum digunakan pada pakar ergonomi untuk untuk memperlihatkan bahwa adanya penumpukan cidera benturan kecil dan besar yang terakumulasi secara terus menerus dalam waktu yang lama dan membuat sistem muskuloskeletal pada tubuh manusia rusak. Dalam kaitannya dengan ergonomi, sistem muskuloskeletal berpengaruh dalam kemampuan dan keterbatasan manusia dalam melakukan pekerjaan. Bila sistem ini rusak, kinerja tubuhpun akan terganggu.

Faktor psikososial juga dapat mempengaruhi faktor kerja fisik dengan perkembangan penyakit ini. Faktor psikososial yang dimaksud adalah rasa ketidakpuasan kerja atau target kerja yang membebani pekerja. Oleh karena itu dalam menyelidiki faktor resiko yang menjadi penyebab munculnya MSD, faktor ini juga perlu mendapatkan perhatian.

.2.3 Stretching (Peregangan)

Peregangan adalah bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot-otot setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan kegiatan terdapat kesiapan serta untuk mengurangi dampak cedera yang sangat rentan, meningkatkan fleksibilitas atau kelenturan tubuh, serta merelaksasi otot yang stress.[2,3]

Latihan peregangan sederhana dapat dilakukan dimana saja. Latihan peregangan membantu menggerakkan bagian-bagian tubuh dan melawan rasa

(11)

8

sakit dalam tubuh, dapat menyembuhkan sakit otot dengan latihan peregangan sederhana selama 15 menit dan memberikan efek fisiologis.[3,4]

2.3.1. Efek fisiologis dari peregangan

Efek ini tidak berkelanjutan untuk jangka waktu (hari) yang lama dikarenakan efek ini tidak dapat segera muncul saat di tempat kerja.[5] Berikut ini efek fisiologis yang didapat dari peregangan:

1) Perubahan viskoelastis pada otot tendon dan jangkauan gerak (ROM)

Sifat elastis mengacu pada kapabilitas atau kemampuan dari otot tendon untuk kembali ke panjang aslinya setelah diregangkan.[6] Walaupun struktur elastis tersebut segera kembali ke panjang aslinya setelah diregangkan, namun otot masih memiliki sifat viscous (kekentalan) yang menjelaskan mengapa otot meregang perlahan saat diletakkan di bawah tekanan dan kembali ke panjang aslinya perlahan saat tekanan diangkat. Namun, jika peregangan dipertahankan untuk waktu yang lama, atau jika pemulihan tidak cukup sebelum peregangan baru maka otot tendon tidak kembali ke panjang aslinya. Selain itu, otot akan terus meregang selama periode waktu yang terbatas bahkan jika muatannya sama (creep).[7,8] Dengan mempertahankan peregangan selama 30 detik (frekuensi atau durasi yang lama tidak mempengaruhi

hasilnya) maka penyesuaian otot akan meningkat.[9]

Perubahan sifat viskoelastik otot tendon akibat peregangan dapat menjelaskan peningkatan ROM.[10]

(12)

9

2) Efek analgesik dan ROM

Penjelasan lainnya yang mungkin untuk peningkatan ROM adalah efek analgesik dari peregangan.[5] Peregangan otot meningkatkan pain threshold (ambang nyeri).[10] Peningkatan ROM diikuti peregangan bisa disebabkan oleh efek analgesik. Dikatakan bahwa jika sifat viskoelastik otot telah berubah maka kekuatan yang sama atau sedikit akan diperlukan untuk mencapai pain free ROM yang baru.[10] 3) Efek anti inflamasi

Kelenturan otot yang terhambat disebabkan oleh cedera mikro pada serabut otot, akibat latihan yang tidak biasa dan terutama eksentrik.[11–13] Cedera mikro menyebabkan

peradangan (inflamasi), pembengkakan dan proliferasi radikal bebas, yang menyebabkan rasa sakit yang mencapai puncak 24-48 jam setelah latihan dan berhenti dalam 96 jam.[11,13] Peregangan biasanya digunakan setelah aktivitas fisik untuk mencegah nyeri otot yang terhambat.[10]

4) Perubahan neurofisiologis dan ROM

Efek neurofisiologis dianggap sebagai alasan yang mungkin untuk peningkatan ROM setelah peregangan.[14,15]

Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)

meregang akibat kontraksi otot yang akan menyebabkan inhibisi timbal balik sehingga memungkinkan peregangan menjadi lebih besar. Namun, ditemukan bahwa inhibisi timbal balik tidak terjadi.[16,17] Justru, diamati bahwa

(13)

10

aktivitas listrik otot yang diregangkan menggunakan PNF meningkat.[16]

5) Perubahan kontraksi otot

Peregangan biasanya dilakukan sebelum aktivitas berat untuk mencegah cedera otot dan nyeri.[18] Kinerja kekuatan dapat terganggu secara independen dari teknik peregangan (yaitu statis, balistik atau PNF) yang digunakan. Dengan demikian, peregangan mungkin kontraindikasi untuk pekerja yang melakukan pekerjaan aktivitas berat seperti petugas pemadam kebakaran, petugas layanan darurat, dan pekerjaan berat lainnya.[10]

Di sisi lain, sindrom myofascial pain memiliki hubungan dengan penurunan aliran darah pada otot akibat kontraksi otot yang berkelanjutan dengan periode waktu yang lama.[19] Peregangan dapat menghasilkan kontraksi otot yang lebih efisien yang membutuhkan oksigen yang lebih sedikit.[6] Namun, tidak diketahui berapa lama peregangan harus dipertahankan untuk tujuan ini. Apalagi, efek ini baru ditunjukkan segera setelah peregangan tapi bukan sebagai efek jangka panjang.[6] Meskipun demikian, temuan ini menunjukkan bahwa peregangan dapat diindikasikan untuk pekerja yang melakukan pekerjaan di mana terjadi kontraksi otot yang berkelanjutan dan kontinu (yaitu kontraksi isometrik) misalnya pekerjaan presisi seperti perakitan panel

(14)

11

komputer dan pemasukan data, terkecuali pengelasan kawat karena tekanan yang dibutuhkan tinggi.[10]

2.3.2. Interaksi antara efek fisiologis dari peregangan

Perubahan gabungan sifat neurofisiologis dan viskoelastis dapat berdampak negatif terhadap kontraksi otot.[18] Tendon meregang dari 1% sampai 2% saat beban diberikan (kontraksi otot). Setelah kontraksi, tendon kembali ke panjang awalnya. Namun, tendon tetap memanjang sekitar 1% (strain sisa) setelah kontraksi tanpa pemulihan atau bertahan untuk waktu yang lama.[8] Tendon telah mengurangi stress tolerance capacity (kapasitas toleransi stres) akibat dari regangan sisa (penurunan luas penampang). Selain itu, peningkatan penyesuaian otot akibat peregangan dapat membatasi

crossbridge coupling decreasing force production capabilities

(kopling crossbridge yang menurunkan kemampuan produksi gaya).[18] Perubahan otot dan tendon memodifikasi efisiensi mekanis yang membutuhkan kontraksi yang meningkat untuk menghasilkan force yang sama. Perubahan serupa dapat diamati pada jaringan muskuloskeletal lainnya karena karakteristik viskoelastiknya.[10]

(15)

12 BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pencegahan MSD’s

Profesi dokter gigi menghabiskan hari kerja dengan posisi tubuh yang canggung dan posisi tubuh yang statis sesuai dengan prosedur yang tepat. Posisi yang canggung dan statis yang dilakukan oleh dokter gigi tersebut apabila secara terus menerus dilakukan dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan MSD's. Oleh sebab itu ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah MSD’s, antara lain:[20]

1. Merubah postur tubuh

Posisi duduk dan berdiri harus berseling untuk mengurangi posisi yang melelahkan dan memaksimalkan keragaman postur. Dimana gerakan berseling tersebut akan membantu untuk mengurangi kelelahan otot. Posisi berdiri menggunakan otot-otot yang berbeda dengan posisi duduk, oleh karena itu melakukan posisi yang berseling antara 2 posisi tersebut dapat memberikan kesempatan pada otot untuk beristirahat, sedangkan kelompok otot lainnya bekerja.[21]

2. Gunakan Bantuan

Ketika duduk ataupun berdiri hal yang harus kita perhatikan adalah tidak bersandar ke depan atau membungkuk pada postur yang tidak menggunakan alat atau bantuan pendukung dalam waktu yang panjang. Posisi duduk seharusnya lurus atau agak berbaring di kursi yang memiliki sandaran belakang yang baik, dan menggunakan penunjang kaki yang baik jika diperlukan.[21]

Penelitian menunjukkan bahwa menjaga bentuk punggung bagian belakang ketika duduk dapat mengurangi atau mencegah sakit punggung bagian belakang.

(16)

13

Sedikit memiringkan sudut dari kursi sekitar 5 sampai 15 derajat meningkatkan bentuk dari punggung. Hal ini akan menempatkan pinggul sedikit lebih tinggi dari lutut dan meningkatkan sudut pinggul lebih dari 90 derajat yang memungkinkan posisi dekat dengan pasien.

3. Posisi pasien dan berat yang sesuai

Kesalahan yang sering terjadi dialami dokter gigi adalah pada saat memposisikan pasien dengan posisi terlalu tinggi. ini menyebabkan peninggian pada bahu dan otot lengan yang menyebabkan otot statis berkepanjangan sehingga terjadi ketegangan di leher dan bahu. Penggunaan kacamata pembesar (loop) memungkinkan operator mempertahankan jarak kerja yang lebih baik dan posisi pasien pada ketinggian yang tepat dengan bahu rileks dan lengan bawah kira-kira sejajar dengan lantai.[22]

4. Posisi kerja

Dalam bekerja dokter gigi juga harus memperhatikan bagaimana posisi kerja yang baik untuk menghindari terjadinya MSD's. 12-hour clock position merupakan posisi yang baik untuk diterapkan, adapun posisi tersebut sebagai berikut :[22]

1. 8 o’clock position

Posisi operator pada posisi jam 8 berada di depan pasien

2. 9 o’clock position

Posisi operator pada posisi jam 9 berada disamping pasien

3. 10 to 11 o”clock position

Posisi operator pada posisi jam 10 ke 11 berada di sudut dari sandaran kepala pasien

4. 12 o’clock position

(17)

14

5. Mengendalikan sistem kerja

Mengendalikan sistem kerja dapat membantu mengurangi risiko bahaya yang menyebabkan MSD's. contoh pengendalian sistem kerja dapat mencakup kebijakan dan prosedur dalam bekerja, rotasi pekerjaan atau tugas agar tidak melakukan posisi statis dalam waktu yang panjang, serta pelatihan teknik yang tepat (seperti pengangkatan atau penggantian pasien yang aman).[22]

6. Alat Pelindung Diri

Mengontrol bahaya MSD's pada pekerja adalah metode yang paling efektif untuk mencegah MSD's. Kontrol biasanya dilakukan dengan Alat Pelindung Diri (APD). Beberapa bentuk APD dapat membantu mengurangi risiko MSD's. Contoh alat pelindung diri yang termasuk adalah sarung tangan yang dimana fungsinya adalah untuk menyerap goncangan, bantalan lutut gel, atau sol. Bentuk APD lainnya, seperti sabuk pengaman atau pergelangan tangan, belum terbukti efektif dalam mencegah MSD untuk orang dewasa sehat rata-rata.[22]

7. Hindari postur canggung

Sendi memiliki kekuatan yang baik dan posisi stabil saat berada dalam posisi netral. Pekerjaan harus dirancang agar sebagian besar dilakukan dengan postur netral. Sikap canggung, seperti bekerja di atas bahu, meningkatkan risiko MSD's.[22] 8. Bangun kesesuaian dalam pekerjaan

Memiliki kesesuaian dalam pekerjaan memungkinkan setiap orang untuk melakukan pekerjaan dalam postur tubuh mereka yang paling efektif. Ini membantu memastikan semua orang dapat melakukan pekerjaan di dalam zona kekuatan mereka, dan membantu menghindari postur canggung. Ini juga memiliki keuntungan untuk memungkinkan banyak orang yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan aman.[22]

(18)

15

9. Dengan melakukan stretching

Stretching adalah bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot- otot di setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga terdapat kesiapan serta untuk mengurangi dampak cedera yang sangat rentan terjadi.

Jadi stretching merupakan bentuk dari penguluran atau peregangan yang dilakukan pada otot - otot yang dianggap bermasalah sehingga ketegangan otot menjadi berkurang, tubuh pun terasa lebih rileks, memperluas rentang gerak, menambah rasa nyaman , dan membantu mencegah cedera.

Peregangan otot merupakan suatu usaha untuk memperpanjang otot beristirahat (relaksasi). Sehingga dengan adanya peregangan ini kelenturan (fleksibilitas) menjadi meningkat. Kelenturan (fleksibilitas) adalah kemampuan untuk menggerakkan otot beserta persendian pada seluruh daerah pergerakan. Kurangnya kelenturan pada tubuh dapat menyebabkan mekanisme tubuh tidak seimbang. Fleksibilitas yang berkurang pada bahu dan punggung atas dapat menyebabkan tulang punggung melengkung keluar atau membungkuk dan dapat

mengurangi kapasitas pernapasan. Otot yang

rapat pada pinggul, bagian belakang kaki, dan punggung bawah dapat memutar pinggul ke depan menimbulkan rasa sakit yang kuat pada punggung bawah, bokong dan tungkai atas.

Ada banyak jenis dari stretching : 1. peregangan aktif

2. peregangan dinamis 3. peregangan pasif 4. peregangan statis

(19)

16

Peregangan tentunya memiliki sangat banyak maanfaat. Peregangan adalah aktivitas fisik yang paling sederhana dan juga merupakan penyeimbang sempurna untuk keadaaan diam dan tidak bergerak aktif dalam waktu lama.[21]

3.2 Stretching dalam Mencegah MSD's

Saat ini banyak studi yang dilakukan untuk mendukung pentingnya latihan dan

stretching untuk mencegah kejadian MSD's, namun penjelasan secara rinci terkait

mekanismenya dalam mencegah kejadian MSD's masih terbatas. Berdasarkan kajian studi yang dilakukan oleh Valachi dkk pada tahun 2003 mengatakan bahwa meningkatnya kejadian cedera pada operator sejak tahun 1960an dikarenakan waktu bekerja yang lama tanpa disertai istirahat. Padahal, sering melakukan istirahat setiap periode waktu tertentu dan juga mengubah posisi saat bekerja sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya cedera.[23]

Dalam praktik kedokteran gigi, sangat sulit untuk menghindari posisi statis yang berkepanjangan. Posisi statis yang dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada otot karena otot hanya bekerja pada satu sisi atau berotasi hanya pada satu arah saja. Hal ini menyebabkan hilangnya fleksibilitas otot pada arah yang berlawanan dengan posisi statis yang dilakukan sehingga dapat mengarah pada rasa sakit dan terjadinya MSD's.[24] Peregangan yang dilakukan berlawanan arah dengan posisi statis dapat mencegah ketidakseimbangan pada otot dan mencegah terjadinya MSD's. Selain itu, stretching dapat menimbulkan beberapa efek pada tubuh seperti meningkatnya aliran darah menuju otot sehingga meningkatkan suplai nutrisi pada otot dan diskus vertebralis, meningkatnya produksi cairan sinovial pada sendi, mengurangi terjadinya trigger point, menjaga ROM dari sendi, dapat menimbulkan respon rileks pada sistem saraf pusat, memanaskan otot sebelum memulai pekerjaan,

(20)

17

serta dapat mengidentifikasi struktur yang menegang yang dapat mengarah pada cedera. [23]

Kiran Kumar dkk menjelaskan bahwan postur statis yang dilakukan

berkepanjangan dapat menyebabkan otot menjadi semakin menegang.[25] Setidaknya

diperlukan kontraksi dari 50% otot pada tubuh untuk mempertahankan postur ini. Peregangan yang dilakukan selama 15-30 detik secara perlahan dapat mengurangi ketegangan pada otot.[26] Selain itu, salah satu faktor yang juga berperan dalam kejadian

MSD yaitu berkurangnya aliran nutrisi dan oksigen pada otot. Latihan aerobik dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah menuju jaringan sehingga dapat meningkatkan efisiensinya dalam menghantarkan nutrisi dan oksigen ke jaringan otot.[25]

Kajian studi yang dilakukan oleh Jennifer A. Hess dkk menunjukkan beberapa hasil studi laboratorium bahwa stretching dapat mengakibatkan elongasi unit tendon pada otot, mengurangi dihasilkannya kekuatan yang berlebih, dan mengurangi tensile

stress pada unit tendon otot. Oleh karena itu, stretching dapat mengubah

viskoelastisitas dari unit tendon pada otot sehingga mengurangi terjadinya jaringan yang kaku. Perubahan ini meningkatkan jangkauan jaringan sehingga dapat direntangkan sesuai tekanan yang diberikan dan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cedera. [27]

Perkembangan dalam kodokteran gigi sangatlah banyak, salah satunya meliputi posisi duduk yang optimal ketika bekerja terhadap pasien. Postur duduk yang tidak optimal menyebabkan kekakuan otot karena berada di satu posisi statis dalam jangka waktu lama. Dikatakan bahwa postur yang statis membutuhkan kontraksi sebesar 50% dari total otot tubuh. Dengan ini perlunya peregangan otot-otot yang tegang, peregangan ini dapat dilakukan selama 15-30 detik akan perlahan mengurangi

(21)

18

ketegangan pada otot. Gaya peregangan haruslah lambat, lembut, dan bebas dari adanya rasa sakit. Setiap pergangan dapat dilakukan 2-3 kali sehari yang bahkan bisa dilakukan saat berada di kursi perawatan saat istirahat (biasanya istirahat di berikan 30 detik).

Optimal dental posture: leher sedikit ditekuk, bahu sedikit diabduksi dan ditekuk, siku sejajar dengan lantai, pinggul dan lutut ditekuk dengan paha sejajar dengan lantai dengan kaki menempel di lantai. Karena posisi ini dilakukan untuk waktu yang lama, otot-otot yang bertanggung jawab atas posisi ini menjadi tegang. Jadi latihan peregangan ditujukan untuk otot-otot ini.

Tucked chin : duduklah di kursi dan coba tuck the chin (ambil dagu ke arah laring) sampai peregangan terasa di dekat bagian posterior tengah rambut. Kemudian dengan pelan-pelan berikan tekanan pada daerah oksipital sambil menundukkan kepala ke depan (jangan menekuk leher terlalu jauh).

Scalene stretch : duduk dan tahan permukaan bawah dari kursi dengan satu tangan, tuck the chin dan tekuk leher ke sisi yang berlawanan dan putar ke sisi yang sama. Kemudian dengan tangan lain menekan dengan lembut di kepala ke

arah peregangan ( peregangan dirasakan di sisi leher).

Upper trapezius : sama seperti scalene stretch tapi putaran dilakukan ke sisi yang berlawanan.

Pectoralis major stretch :berdiri menghadap ke sudut dinding,, dua kaki menjauh dari sudut dinding dengan lengan menempel di dinding. Bersandar seluruh tubuh ke depan dari pergelangan kaki dengan lutut sedikit membungkuk sampai merasakan peregangan pada bagian depan bahu.

Hand stretch : angkat lengan dan siku dan pergelangan tangan dan membuka

(22)

19

dan jari-jari ke posisi yang jari yang dilebarkan ( peregangan dirasakan di bawah pergelangan tangan).

Upper thoracic extension exercises(strechtes anterior chest wall) : duduk di kursi dan letakkan kedua tangan dibelakang kepala. Tarik napas dan letakkan kedua tangan di belakang kepala (peregangan dirasakan di sisi badan).

Hip flexor stretching stand : berdiri dengansatu kaki ke depan dan yang lainnya ke belakang (dengan jarak tiga kaki). Tekuk kaki depan ke arah depan menggunakan lurus sambil mempertahankan kaki belakang lurus dengan lutut diluruskan dan tumit sedikit terangkat. Pergeseran berat badan semua terpusat pada kaki depan (peregangan dirasakan di atas paha anterior).

Hamstring stretching :duduklah dengan kaki yang diregangkan di kursi lain dan tunduklah ke depan kearah lutut (peregangan terasa di bawah paha dan lutut).

Tensor fascia lata stretch :berdiri dengan satu sisi untuk diregangkan ke arah dinding dan tangan di sisi tersebut diletakkan pada dinding. Kemudian silangkan kaki yang akan diregangkan di belakang kaki yang lainnya. Dengan kedua kaki di lantai, geser panggul ke dinding dan biarkan lutut menekuk sedikit (peregangan dirasakan di sisi pinggul dan paha).

Calf stretch : berdirilah di tempat yang miring dan tekuk betis ke depan dengan tulang belakang lurus ( peregangan terasa di bagian belakang kaki).[25]

Body stretching exercises menurut Valachi & Valachi sebagai berikut:[28,29]

 Melakukan peregangan dan penguatan otot yang menyangga punggung dan leher dan penggunaan pergelangan tangan bawah, pergelangan tangan dan tangan akan membantu otot tetap kuat dan sehat.

(23)

20

 Mengistirahatkan tangan sering dipercaya menjadi salah satu faktor terpenting dalam mencegah Carpal Tunner Syndrome.

 Untuk mengurangi kelelahan pada mata yang disebabkan karena memusatkan

perhatian secara intens pada satu waktu dalam keadaan lama, singkirkan tugas dan fokus mata pada tugas kira-kira selama 20 detik.

 Pindahkan kepala ke bawah perlahan-lahan dan biarkan lengan dan kepala menunduk diantara kedua lutut, tahan selama beberapa detik, naikkan perlahan dengan kontraksi otot perut, gerakan terakhir kepala diangkat.

 Cobalah untuk memutar kepala untuk leher yang kaku. Memutar kepala akan

melibatkan dalam memiringkan kepala dari arah kanan lalu ke kiri, begitu juga ke depan lalu ke belakang tanpa memaksa untuk bergerak di luar jangkauan dalam kenyamanan.

 Pundak bahu dapat digunakan untuk meregangkan otot bahu yang mungkin dialami dari memegang saliva ejector, instrument kedokteran gigi, dan telepon, peregangan dapat dilakukan dengan tarik bahu ke arah telinga, putarkan ke belakang dan kemudian putar maju ke depan dengan gerakan melingkar.

(24)

21 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Musculoskletetal Disorders merupakan gangguan yang disebabkan ketika

seseorang melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada sistem musculoskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot. Profesi dokter gigi tidak terlepas pula dari

musculoskletetal disorders apabila dokter gigi tersebut bekerja dalam keadaan yang

tidak ergonomis secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu perlu dilakukan pencegahan terhadap terjadinya musculoskletetal disorders pada profesi dokter gigi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah stretching. Stretching ini dapat dilakukan kurang lebih selama 15-30 detik yang dapat mengurangi ketegangan otot. Gaya peregangan haruslah lambat, lembut, dan bebas dari adanya rasa sakit. Cara- cara yang dapat dilakukan adalah dengan Optimal Dental Posture, Tucked chin,

Scalene Stretch, Upper Trapezius, Pectoralis Major Stretch, Hand stretch, Upper Thoracic extension exercises(strechtes anterior chest wall, Hip flexor stretching stand, Hamstring stretching, Tensor fascia lata Stretch, dan Calf Stretch.

4.2 Saran

1. Bagi para pembaca secara umum, stretching atau peregangan dapat dijadikan suatu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengurangi ketegangan otot ketika melakukan kegiatan agar dapat mengurangi risiko terjadinya MSDs.

(25)

22

2. Bagi para mahasiswa khususnya pendidikan dokter gigi serta para dokter gigi diharapkan nantinya ketika melakukan setiap pekerjaan tidak hanya mementingkan kenyamanan dan kesehatan pasien saja tetapi juga perlu memperhitungkan kesehatan diri.

(26)

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusuma H, Setiowati A. Pengaruh William Flexion Exercise Terhadap

Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Penderita Low Back Pain. J Sport Sci Fit 2015;4(3):16–21.

2. Westgaard RH, Winkel J. Ergonomic intervention research for improved

musculoskeletal health: A critical review. Int. J. Ind. Ergon.1997;20(6):463– 500.

3. Yusnani S. Perbedaan keluhan MSDS sebelum dan sesudah pemberian

perlakuan latihan peregangan pada petugas kesehatan gigi di puskesmas medan area tahun 2012. 2012;

4. Samara D. Nyeri muskuloskeletal pada leher pekerja dengan posisi pekerjaan yang statis. Universa Med 2007;26(3):137–42.

5. De Deyne PG. Application of passive stretch and its implications for muscle fibers. Phys. Ther.2001;81(2):819–27.

6. Shrier I. Does Stretching Help Prevent Injuries? In: Evidence-based Sports Medicine, Second Edition. 2007. page 36–58.

7. Magnusson SP, Narici M V., Maganaris CN, Kjaer M. Human tendon

behaviour and adaptation, in vivo. J. Physiol.2008;586(1):71–81.

8. Abrahams M. Mechanical behaviour of tendon In vitro - A preliminary report. Med Biol Eng 1967;5(5):433–43.

9. Bandy WD, Irion JM, Briggler M. The effect of time and frequency of static stretching on flexibility of the hamstring muscles. Phys Ther

1997;77(10):1090–6.

(27)

24

disorders: A systematic review. J Rehabil Med 2008;40(5):321–8.

11. Connolly D, Sayers S, Mchugh, Malachy P. Treatment and Prevention of

Delayed Onset Muscle Soreness. J Strength Cond Res [Internet] 2003;17(1):197–208. Available from:

http://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=intitle:Treatment+a nd+Prevention+of+Delayed+Onset+Muscle+Soreness#0

12. Cheung K, Hume PA, Maxwell L. Delayed onset muscle soreness: Treatment

strategies and performance factors. Sport. Med.2003;33(2):145–64.

13. Cleak MJ, Eston RG. Delayed onset muscle soreness: Mechanisms and

management. J Sports Sci 1992;10(4):325–41.

14. Kumar GP. Comparison of cyclic loading and hold relax technique in increasing resting length of hamstring muscles. Hong Kong Physiother J 2011;29(1):31–3.

15. Mendes AC, Muniz MM, da Silva RGM, Lopes DRS, de Carvalho FT.

Comparison of myofascial release after passive muscle stretching and neural mobilization on ROM of the hip . MTP Rehab J 2014;12:149–54.

16. Osternig LR, Robertson R, Troxel R, Hansen P. Muscle activation during proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) stretching techniques. Am J Phys Med [Internet] 1987;66(5):298–307. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3434629

17. Magnusson SP, Aagard P, Simonsen E, Bojsen-Møller F. A biomechanical

evaluation of cyclic and static stretch in human skeletal muscle. Int J Sports Med 1998;19(5):310–6.

18. Rubini EC, Costa ALL, Gomes PSC. The effects of stretching on strength performance. Sport. Med.2007;37(3):213–24.

(28)

25

19. Hubbard DR, Berkoff GM. Myofascial trigger points show spontaneous needle

emg activity. Spine (Phila Pa 1976) 1993;18(13):1803–7.

20. Bhandari SB, Bhandari R, Uppal RS, Grover D. Musculoskeletal disorders in clinical dentistry and their prevention. J Orofac Res 2013;3(2):106–14. 21. Gosavi S, Gosavi S, Jawade R. Posturedontics : Reducing the Stress in

Dentistry. World J Dent 2012;3(December):335–9.

22. Rajgopal T. Musculoskeletal disorders. Indian J Occup Environ Med [Internet] 2000;4(1):2–3. Available from:

https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-0034580655&partnerID=40&md5=5af20e85a72ecb7ae232cd7b8e176e5f 23. Valachi B, Valachi K. Preventing musculoskeletal disorders in clinical

dentistry. J Am Dent Assoc 2003;134(12):1604–12.

24. Rundcrantz BL, Johnsson B, Moritz U, Roxendal G. Occupational

cervico-brachial disorders among dentists: Psychosocial work environment, personal harmony and life-satisfaction. Scand J Public Health 1991;19(3):174–80.

25. Kumar DK, Rathan N, Mohan S, Begum M, Prasad B, Prasad ERV. Exercise

prescriptions to prevent musculoskeletal disorders in dentists. J Clin Diagnostic Res 2014;8(7):13–6.

26. Milerad E, Ericson MO, Nisell R, Kilbom a. An electromyographic study of dental work. Ergonomics 1991;34(7):953–62.

27. Hess JA, Hecker S. Stretching at work for injury prevention: Issues, evidence, and recommendations. Appl Occup Environ Hyg 2003;18(5):331–8.

28. Sharma A, Bansai P, Kaur M, Shabnam. Ergonomics Everytime Keeps Dental

(29)

26

29. Sarkar PA, Shigli AL. Ergonomics in General Dental Practice. People’s J Sci Res 2012;5(1):56–60.

Gambar

Gambar 4. Otot Punggung  Gambar.5 Tulang Belakang

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif karena penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan tentang kinerja

1) Akademisi atau pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana bagi penulis sendiri dalam menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai

Refleksi pada siklus ke 2 ini dilakukan untuk melakukan penyempurnaan modul pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri (mind mapping)

Berdasarkan Lampiran I Peraturan Bupati Pemalang Nomor 12 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Pemalang Nomor 26 Tahun 2016 tentang Indikator

Yaitu ‘menghormati orang lain, menawarkan pelayanan, berbagi pahala, bersukacita atas pahala orang lain, mendengarkan Dharma, mengajarkan Dharma, dan meluruskan pandangan

17 Kepala Seksi Dinas Kepala Suku Dinas yang Salah satu Kepala Seksi Suku Salah satu Kepala Seksi Salah satu Kepala Seksi Suku Kecamatan/PPL-KB/Kepala Satuan bersangkutan/Kepala

Widjanarko dkk (2012) dengan penelitian yang berjudul penggunan zeolite sintetis dalam pengeringan gabah dengan proses fluidisasi indirect contact menunjukkan bahwa

Pengujian dilakukan untuk mengetahui hasil dari penjejakan bola dan juga respon waktu dari phycore i.mx31 dalam mendeteksi posisi bola dengan euclidean distance