• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Metodologi RPRHL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III Metodologi RPRHL"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI

METODOLOGI

Data

Data yang akan yang akan digudigunakan dalam nakan dalam penypenyusunusunan an RencanRencana a PengePengelolaan Rehabilitaslolaan Rehabilitasii Hu

Hutatan n dadan n LaLahahan n (R(RPRPRHLHL) ) terterdidiri ri dadari ri dudua a jejeninis, s, yayaititu u dadata ta prprimimer er dadan n dadatata sekunder. Data primer diperoleh dengan cara survei dan pengukuran langsung di sekunder. Data primer diperoleh dengan cara survei dan pengukuran langsung di lapangan serta pengambilan contoh, disamping itu akan dilakukan pengambilan data lapangan serta pengambilan contoh, disamping itu akan dilakukan pengambilan data sos

sosial ial ekoekonomnomi i bubudaydaya a dendengan gan cara cara wawwawancancaraara. . DaDari ri dadata ta tetersrsebebut ut akakan an di di ininpuputt kedalam Peta.

kedalam Peta.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan terdiri dari : Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan terdiri dari : 1.

1. RencanRencana Pengela Pengelolaan Reolaan Rehabilihabilitasi di datasi di dalam kawalam kawasan husan hutan (RPRtan (RPRH)H) 2.

2. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi di lahan (RPRL)Rencana Pengelolaan Rehabilitasi di lahan (RPRL)

3.1

3.1 TAHTAHAPAAPAN PENN PENYUSYUSUNAUNAN RP RN RP RHLHL 3.1.1

3.1.1 Penentuan Penentuan Wilayah Wilayah Penyusunan Penyusunan RPRHLRPRHL

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) disusun dengan satuan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) disusun dengan satuan unit wilayah pengelolaan DAS (SWP DAS), yang pada umumnya meliputi beberapa unit wilayah pengelolaan DAS (SWP DAS), yang pada umumnya meliputi beberapa wilayah kabupaten / kota bahkan lintas propinsi.

wilayah kabupaten / kota bahkan lintas propinsi.

Ol

Oleh eh kakarerena na ititu u lalangngkakah h awawal al dadalalam m pepenynyususununan an RPRPRHRHL L adadalalah ah memenenetatapkpkanan wil

wilayaayah h penpenyusyusunaunan n RPRRPRHL HL sessesuai uai dendengan gan batbatas as wilwilayaayah h pempemangangkuakuan, n, yaiyaitutu wilayah administrasi kabupaten / kota untuk RPRL dan wilayah pemangkuan hutan wilayah administrasi kabupaten / kota untuk RPRL dan wilayah pemangkuan hutan untuk RPRH.

untuk RPRH.

Pada dasarnya, pada peta

Pada dasarnya, pada peta Rencana Teknis RHL DAS (RTkRHL DAS) sudah terdapatRencana Teknis RHL DAS (RTkRHL DAS) sudah terdapat  batas administrasi / fungsi hutan. Namun apabila belum terdapat batas sampai tingkat  batas administrasi / fungsi hutan. Namun apabila belum terdapat batas sampai tingkat desa maka untuk menetapkan wilayah penyusunan RPRH / RPRL ditempuh dengan desa maka untuk menetapkan wilayah penyusunan RPRH / RPRL ditempuh dengan

(2)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal Bappeda dan Penanaman Modal

men

mengovgoverlaerlaykaykan n petpeta a RTkRTkRHL RHL DAS DAS dendengan gan petpeta a admadminiinistrstrasi asi pempemerinerintahtahan an //  pemangkuan hutan..

 pemangkuan hutan..

Ha

Hasisil l ovovererlay lay pepeta ta akakan an didikeketatahuhui i wiwilalayayah h sasasasaran ran pepenynyususununan an RPRPRHRHL L dadann sel

selanjanjutnutnya ya ditdituanuangkagkan n daldalam am TabTabel el 1 1 (un(untuk tuk RPRRPRHL HL HutHutan an ProProdukduksi, si, HutHutanan Lindung, dan Luar Kawasan) dan Tabel

Lindung, dan Luar Kawasan) dan Tabel 2 (untuk RPRH Hutan Konservasi).2 (untuk RPRH Hutan Konservasi). Tabel

Tabel 1. Wilayah 1. Wilayah Penyusunan Penyusunan RPRHLRPRHL Kabupaten : Muaro Jambi Kabupaten : Muaro Jambi

No.

No. Kecamatan /Kecamatan / Desa Desa

DAS/Sub DAS/Sub

DAS

DAS LMULMU

Dalam Dalam Kawasan Kawasan Hutan Hutan (Ha) (Ha)

Luar Kawasan Hutan Luar Kawasan Hutan

(Ha) (Ha) H HPP HHLL LLiinndduunngg BBuuddiiddaayyaa 1 1 22 33 55 66 88 99 Tabel

Tabel 2. W2. Wilayah Penyusilayah Penyusunan Runan RPRHPRH BKSDA / BTN

BKSDA / BTN / TAHURA : / TAHURA : ... N

Noo KKeeccaammaattaan n / / DDeessa a DDAAS S / / SSuub b DDAASS LLMMU U LLuuaas s ((HHaa)) 1

1 22 33 44 55

3.1

3.1.2.2 PePembumbuataatan Unit Tn Unit Tererkeckecil Penil Pengelgelolaolaan RHL (an RHL (UTP RUTP RHL)HL)

Satuan perencanaan RHL adalah suatu unit ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS), Satuan perencanaan RHL adalah suatu unit ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS), karena tujuan RHL dalam

karena tujuan RHL dalam jangka panjang adalah mengembalikan fungsi-fungsi hutanjangka panjang adalah mengembalikan fungsi-fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung DAS menjadi optimal. Dalam skala mikro, unit dan lahan sehingga daya dukung DAS menjadi optimal. Dalam skala mikro, unit Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(3)

men

mengovgoverlaerlaykaykan n petpeta a RTkRTkRHL RHL DAS DAS dendengan gan petpeta a admadminiinistrstrasi asi pempemerinerintahtahan an //  pemangkuan hutan..

 pemangkuan hutan..

Ha

Hasisil l ovovererlay lay pepeta ta akakan an didikeketatahuhui i wiwilalayayah h sasasasaran ran pepenynyususununan an RPRPRHRHL L dadann sel

selanjanjutnutnya ya ditdituanuangkagkan n daldalam am TabTabel el 1 1 (un(untuk tuk RPRRPRHL HL HutHutan an ProProdukduksi, si, HutHutanan Lindung, dan Luar Kawasan) dan Tabel

Lindung, dan Luar Kawasan) dan Tabel 2 (untuk RPRH Hutan Konservasi).2 (untuk RPRH Hutan Konservasi). Tabel

Tabel 1. Wilayah 1. Wilayah Penyusunan Penyusunan RPRHLRPRHL Kabupaten : Muaro Jambi Kabupaten : Muaro Jambi

No.

No. Kecamatan /Kecamatan / Desa Desa

DAS/Sub DAS/Sub

DAS

DAS LMULMU

Dalam Dalam Kawasan Kawasan Hutan Hutan (Ha) (Ha)

Luar Kawasan Hutan Luar Kawasan Hutan

(Ha) (Ha) H HPP HHLL LLiinndduunngg BBuuddiiddaayyaa 1 1 22 33 55 66 88 99 Tabel

Tabel 2. W2. Wilayah Penyusilayah Penyusunan Runan RPRHPRH BKSDA / BTN

BKSDA / BTN / TAHURA : / TAHURA : ... N

Noo KKeeccaammaattaan n / / DDeessa a DDAAS S / / SSuub b DDAASS LLMMU U LLuuaas s ((HHaa)) 1

1 22 33 44 55

3.1

3.1.2.2 PePembumbuataatan Unit Tn Unit Tererkeckecil Penil Pengelgelolaolaan RHL (an RHL (UTP RUTP RHL)HL)

Satuan perencanaan RHL adalah suatu unit ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS), Satuan perencanaan RHL adalah suatu unit ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS), karena tujuan RHL dalam

karena tujuan RHL dalam jangka panjang adalah mengembalikan fungsi-fungsi hutanjangka panjang adalah mengembalikan fungsi-fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung DAS menjadi optimal. Dalam skala mikro, unit dan lahan sehingga daya dukung DAS menjadi optimal. Dalam skala mikro, unit

(4)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal Bappeda dan Penanaman Modal

  pe

  pengengelollolaan aan RHL RHL jugjuga a ideidealnalnya ya adaadalah lah suasuatu tu daedaerah rah tantangkagkapan pan air air minmini i ((mini- mini-watershed 

watershed ). Dengan unit). Dengan unit mini-watershed mini-watershed  ini maka kegiatan RHL akan menghasilkanini maka kegiatan RHL akan menghasilkan suatu

suatu ekosistem-ekosistem ekosistem-ekosistem hidrologis hidrologis mini ymini yang ang hasil Rhasil RHL dan HL dan dampaknya dampaknya dapatdapat diukur.

diukur. Dengan alasan inilah Dengan alasan inilah maka unit terkecil pelaksanmaka unit terkecil pelaksanaan RHL juga daan RHL juga dilaksanakanilaksanakan   pada hamparan lahan dalam satu satuan sistem hidrologi yang untuk selanjutnya   pada hamparan lahan dalam satu satuan sistem hidrologi yang untuk selanjutnya disebut dengan Unit Terkecil Pengelolaan Rehabilitasi Hutan (UTP RH) dan Unit disebut dengan Unit Terkecil Pengelolaan Rehabilitasi Hutan (UTP RH) dan Unit Terkecil Pengelolaan Rehabilitasi Lahan (UTP RL).

Terkecil Pengelolaan Rehabilitasi Lahan (UTP RL).

Secara manual untuk menentukan UTP-RH / UTP-RL tersebut dibuat dengan cara Secara manual untuk menentukan UTP-RH / UTP-RL tersebut dibuat dengan cara mengoverlaykan peta LMU dengan peta topografi selanjutnya dilakukan deliniasi mengoverlaykan peta LMU dengan peta topografi selanjutnya dilakukan deliniasi dan memberikan batas hamparan pada peta yang berada pada satu satuan sistem dan memberikan batas hamparan pada peta yang berada pada satu satuan sistem hidrologi / satu daerah tangkapan air (DTA) terkecil.

hidrologi / satu daerah tangkapan air (DTA) terkecil.

Untuk mempermudah para pelaksana penyusun RP RHL di daerah maka Direktorat Untuk mempermudah para pelaksana penyusun RP RHL di daerah maka Direktorat Bina RHL Ditjen RLPS telah menyusun unit terkecil hidrologi (

Bina RHL Ditjen RLPS telah menyusun unit terkecil hidrologi ( mini-watershed mini-watershed )) seluas antara 200-300 Ha dengan metoda analisis spasial dari

seluas antara 200-300 Ha dengan metoda analisis spasial dari Citra Shuttle Radar Citra Shuttle Radar  Tophographyc Mission

Tophographyc Mission ((SRTM SRTM ) dengan peralatan GIS. Setiap unit) dengan peralatan GIS. Setiap unit mini-watershed mini-watershed  mempunyai identitas (ID) secara nasional. UTP RH/UTP RL adalah hasil overlay mempunyai identitas (ID) secara nasional. UTP RH/UTP RL adalah hasil overlay antara

antara mini-watershed mini-watershed  ini dengan LMU terpilih (berikut MRT vegetatif dan Sipilini dengan LMU terpilih (berikut MRT vegetatif dan Sipil Teknis) pada RTk-RHL DAS.

Teknis) pada RTk-RHL DAS.

Dari peta

Dari peta mini-watershed mini-watershed  dan dengan ID yang dibakukan secara nasional, setelah didan dengan ID yang dibakukan secara nasional, setelah di overl

overlaykan dengaaykan dengan wilayah kerja, penyusn wilayah kerja, penyusun RP-RHL dapat un RP-RHL dapat mengmengidentiidentifikasi danfikasi dan meng

menginveninventarisastarisasi i unit-uunit-unitnit mini-watershed mini-watershed  yayang ng beberarada da di di wiwilalayayah h kekerja rja nynya.a. Wilayah kerja penyusunan RP-RHL akan terbagi habis oleh unit

Wilayah kerja penyusunan RP-RHL akan terbagi habis oleh unit mini-watershed mini-watershed .. Unit

Unit mini-watershed mini-watershed  yang akan ditetapkan sebagai UTP RH-UTP RL adalah unityang akan ditetapkan sebagai UTP RH-UTP RL adalah unit mini-watershed 

mini-watershed  yang di dalamnya terdapat hamparan lahan kritis (LMU terpilih).yang di dalamnya terdapat hamparan lahan kritis (LMU terpilih).

UTP

UTP-RH-RH/UT/UTP-RP-RL L yanyang g di di daldalamnamnya ya terdterdapaapat t LMU LMU terterpilpilih ih dapdapat at diidiidendentiftifikaikasisi ke

kegigiatatan an RHRHL L nynya a babaik ik vevegegetatatitif f mamaupupun un sisipipil l teteknknisis. . KeKemumudidian an seseteltelah ah didi overl

overlaykan dengan aykan dengan batas wilayah batas wilayah adminadministratiistratif f maka maka UTP-RUTP-RH/UTPH/UTP-RL -RL akan akan dapatdapat Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(5)

diketahui posisi/letak administratif nya. Hal ini diperlukan untuk mempermudah dalam menemukan UTP ini di lapangan. Disamping itu dengan wilayah administratif  ini dapat dirancang calon pelaksana lapangan kegiatan RHL pada UTP-RH/UTP-RL ini yaitu misalnya kelompok tani desa tersebut.

Dalam pembuatan UTP-RH / UTP-RL seperti diuraikan diatas, maka akan ditemui: a. UTP RH/UTP RL bisa terdiri dari satu atau lebih LMU. Bila

satu UTP terdapat lebih satu (bagian) LMU maka dalam UTP tersebut akan terdapat beberapa perlakuan/kegiatan RHL.

b. UTP RH/UTP RL bisa berada pada satu atau lebih wilayah administratif desa, kecamatan atau kabupaten. Dalam kasus satu UTP terdiri dari lebih satu desa maka UTP tersebut akan ditangani oleh dua desa atau lebih. c. Pada daerah-daerah yang berbatasan dengan kawasan hutan,

UTP RH/UTP RL bisa memotong batas kawasan hutan, sehingga satu UTP  bisa sekaligus terdiri dari kegiatan reboisasi maupun penghijauan.

Satu UTP RH / UTP RL bisa merupakan gabungan beberapa LMU atau merupakan  bagian dari LMU dengan luas 200-300 Ha.

UTP-RHL tersebut harus terpetakan dalam peta rencana RHL 5 tahun dan masing-masing UTP RH / UTP RL harus ditentukan koordinatnya.

Untuk menentukan kodifikasi UTP RH/ UTP RL terdiri dari tiga bagian yaitu:

-

Menunjuk kode / ID mini watershed yang sudah ada;

- Kode kegiatan RHL (vegetatif maupun sipil teknis). Pada kasus UTP di  perbatasan kawasan hutan ( UTP memotong batas kawasan hutan ) atau pada  beberapa LMU maka kode kegiatan RHL bisa lebih dari satu;

-

Wilayah administratif terkecil yaitu desa untuk UTP RL dan blok untuk UTP RH. Pada kasus UTP di perbatasan kawasan hutan maka wilayah administratif  desa dan blok kawasan hutan bisa dua-dua nya disebut.

(6)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

No.ID Mini Watershed / Kode Rekomendasi Kegiatan RHL / Wil.Administratif 

Terkecil

Contoh kodifikasi UTP RHL adalah seperti pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 : Contoh Kodifikasi UTP RHL

Posisi UTP RHL Contoh Keterangan

Dalam Kawasan Hutan

05672 / R- HuHK / Cihanjuang

ID mini watershed 05672 / Reboisasi - pada DAS Bagian Hulu – Hutan Konservasi / Lokasi Blok Cihanjuang

00346 / R- Tg HL / DPn / Lengkop

ID mini watershed 00346 / Reboisasi dan Dam Penahan –   pada DAS Bagian Tengah – 

Hutan Lindung / Lokasi Blok  Lengkop

00476 / R – Hi HP / Tenjolaya

ID mini watershed 00476 / Reboisasi – pada DAS Bagian Hilir – Hutan Produksi / Lokasi Blok Tenjolaya Pada Wilayah Perbatasan Kawasan Hutan/ Perifer  00576 / R – Hu HL / P –  Hu KL / Pasir Muncang  – Sirna Galih ID mini watershed  00576 / Reboisasi – pada DAS Bagian Hulu – Hutan Lindung / Penghijauan pada DAS Hulu Kawsan Lindung / Lokasi Blok  Pasir Muncang dan desa Sirna Galih Luar Kawasan Hutan 07562 / P – Tg KL / Sukaresmi ID mini watershed 07562 /

Penghijauan – pada DAS Bagian Tengah – Kawasan Lindung / Lokasi Desa Sukaresmi

05743 / P – Hi KB / Dpi / Kandangsapi

ID mini watershed 05743 /

Penghijauan dan Dam Pengendali  – pada DAS Bagian Hilir – 

Kawasan Budidaya / Lokasi Desa Kandangsapi

04310 / P – Hu KL / Sukamanah-Nagrok 

ID mini watershed 04310 /

Penghijauan – pada DAS Bagian Hulu – Kawasan Lindung / Lokasi Desa Sukamanah dan Nagrok 

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

(7)

Kodifikasi jenis kegiatan dan lokasi UTP RH / UTP RL disajikan pada tabel 4 dan 5 sebagai berikut.

Tabel 4. Kode Kegiatan RHL

No. Jenis Kegiatan Kode

A. Rehabilitasi Vegetatif  1. Reboisasi R   2. Pengkayaan Reboisasi PR   3. Penghijauan P 4. Pengkayaan Penghijauan PP 5. Hutan Rakyat HR   6. Hutan Kota HKt 7. Penghijauan Lingkungan PL

B. Rehabilitasi Sipil Teknis

1. Dam Pengendali DPi

2. Dam Penahan DPn

3. Pengendali Jurang / Gully Plug GP

4. Sumur Resapan Air SRA

5. Embung E

6. Rorak R  

7. Strip Rumput SR  

8. Perlindungan Kanan Kiri Sungai KKS

9. Saluran Pembuangan Air dan Bangunan SPA

10. Biopori B 11. Teras Datar TD 12. Teras Gulud TG 13. Teras Kredit TK   14. Teras Individu TI 15. Teras Kebun TKb

Tabel 5. Kode Lokasi / Letak UTP RH / UTP RL

No. Letak UTP RH / UTP RL Kode

A. Dalam Kawasan Hutan 1. Hutan Konservasi (HK)

a. Hutan Konservasi di DAS Hulu HuHK   b. Hutan Konservasi di DAS Tengah TgHK  

c. Hutan Konservasi di DAS Hilir HiHK   2. Hutan Lindung (HL)

a. Hutan Lindung di DAS Hulu HuHL b. Hutan Lindung di DAS Tengah TgHL

(8)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

c. Hutan Lindung di DAS Hilir HiHL 3. Hutan Produksi (HP)

a. Hutan Produksi di DAS Hulu HuHP b. Hutan Produksi di DAS Tengah TgHP

c. Hutan Produksi di DAS Hilir HiHP B. Luar Kawasan Hutan

1. Kawasan Lindung

a. Kawasan Lindung di DAS Hulu HuKL b. Kawasan Lindung di DAS Tengah TgKL

c. Kawasan Lindung di DAS Hilir HiKL 2. Kawasan Budidaya

a. Kawasan Budidaya di DAS Hulu HuKB b. Kawasan Budidaya di DAS Tengah TgKB

c. Kawasan Budidaya di DAS Hilir HiKB

Hasil penyusunan UTP RHL selanjutnya disajikan dengan tabel seperti berikut ini.

Tabel 6. UTP RH / UTP RL Berdasarkan LMU Terpilih

No. UTP RH / UTP RL Koordinat Kecamatan /

Desa

DAS / Sub DAS Kode Luas (Ha)

1 2 3 4 5

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

(9)

Pembuatan Unit Terkecil Pengelolaan RHL yang diuraikan diatas adalah hanya  berlaku pada wilayah yang secara geomorfologis dapat dibedakan punggung-lembah

dengan nyata di lapangan. Sistem UTP RHL ini tidak dapat diidentifikasi pada wilayah hilir DAS, kawasan ekosistem mangrove – rawa – gambut. Untuk kawasan ini unit pengelolaan RHL adalah menggunakan Land Mapping Unit (LMU) dalam RTk-RHL DAS yang dioverlaykan dengan batas-batas administratif/satuan  pengelolaan hutan yang ada.

3.1.3 Pemetaan Wilayah Penyusunan RPRHL

Setelah tahap 1 dan 2 dilakukan, selanjutnya hasilnya disajikan dalam bentuk   peta UTP RH / UTP RL seperti contoh pada gambar 1. Sedangkan informasi

yang memuat rekomendasi untuk masing-masing UTP-RL / UTP-RH disajikan dengan menggunakan format Tabel 7.

(10)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

Gambar 1. Diagram Alir Penyusunan RPRH

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

RTk RHL DAS PETA RENCANA TEKNIS RTkRHL-DAS PETA WILAYAH HUTAN Ground Check 

INPUT PETA / DATA Fungsi Hutan/Zona Pemanfaatan Iklim

KPH

Perambahan Hutan

Pemanfaatan Hutan dan Lahan Jenis Vegetasi

Kegiatan Reboisasi

Bencana Alam (Banjir, longsor, kekeringan. RENCANA RH SEMI DEFINITIF STRATEGI PEMBANGUNAN RH KAWASAN HUTAN POTENSI ANGGARAN RH SELAMA 5 THN POTENSI SDM (Tenaga Teknis) dan

SARPRAS STANDAR  BIAYA (Bahan dan Upah) RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAERAH KEBIJAKAN UMUM PENGEMBANGA  N KELEMBAGAAN PROYEKSI RH LIMA TAHUN (termasuk Kegiatan Pendukung) Overlay PETA WILAYAH PENYUSUNAN RPRH Peta Topografi / Citra SRTM Overlay UTP RH 9 RTk RHL DAS PETA RENCANA TEKNIS RTkRHL-DAS PETA ADMINISTRASI Ground Check 

INPUT PETA / DATA Penggunaan / Pemanfaatan Lahan

Iklim

 Jenis Vegetasi

 Tanah/ Kesuburan Tanah / Kemampuan Lahan

Kegiatan RHL yang sudah ada Sarana Prasarana Jalan

Sosekbud

Bencana Alam (Banjir, longsor, kekeringan. RENCANA RL SEMI DEFINITIF STRATEGI PEMBANGUNAN RH KAWASAN HUTAN POTENSI ANGGARAN RH SELAMA 5 THN POTENSI SDM (Tenaga Teknis) dan

SARPRAS STANDAR  BIAYA (Bahan dan Upah) RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAERAH KEBIJAKAN UMUM PENGEMBANGA  N KELEMBAGAAN PROYEKSI RH LIMA TAHUN (termasuk Kegiatan Pendukung) Overlay PETA WILAYAH PENYUSUNAN RPRL Peta Topografi / Citra SRTM Overlay UTP RL

(11)
(12)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

Tabel 7. Sasaran Wilayah Penyusunan RPRHL

Kabupaten / Kota / Wilayah Hutan : Muaro Jambi (untuk jangka waktu 15 tahun)

No. UTP RH / UTP RL Kecamatan / Desa DAS / Sub DAS Rekomendasi Teknik RHL (Dalam Kawasan Hutan)

Rekomendasi Teknik  RHL (Luar Kawasan Hutan) Kode Luas (Ha) Koordinat HP HL HK Lindung Budidaya 1 2 3 4 5 7 8 9 9 10 Jumlah

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

Kabupaten Muaro Jambi 22

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

3.2 PENAJAMAN ANALISIS

Dalam rangka menetapkan proyeksi rencana kegiatan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan yang semi definitif perlu adanya penajaman kajian/analisis terhadap rencana yang tertuang dalam tabel 6 sebelumnya (yang sifatnya masih indikatif)  berdasarkan data/peta/ketentuan sebagai berikut :

a. Fungsi kawasan / Zonasi

Fungsi kawasan berguna untuk mengetahui suatu kawasan hutan termasuk  dalam hutan produksi, hutan lindung atau hutan konservasi. Setelah diketahui fungsinya maka yang penting adalah menentukan jenis tanamannya. Hal ini karena rehabilitasi di setiap fungsi kawasan mempunyai tujuan yang berbeda. Rehabilitasi di hutan produksi dititikberatkan kepada peningkatan produktivitas kawasan, pada hutan lindung ditekankan pada fungsi perlindungan / penyangga sistem kehidupan, sedangkan pada hutan konservasi adalah untuk pembinaan

(13)

3.2 PENAJAMAN ANALISIS

Dalam rangka menetapkan proyeksi rencana kegiatan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan yang semi definitif perlu adanya penajaman kajian/analisis terhadap rencana yang tertuang dalam tabel 6 sebelumnya (yang sifatnya masih indikatif)  berdasarkan data/peta/ketentuan sebagai berikut :

a. Fungsi kawasan / Zonasi

Fungsi kawasan berguna untuk mengetahui suatu kawasan hutan termasuk  dalam hutan produksi, hutan lindung atau hutan konservasi. Setelah diketahui fungsinya maka yang penting adalah menentukan jenis tanamannya. Hal ini karena rehabilitasi di setiap fungsi kawasan mempunyai tujuan yang berbeda. Rehabilitasi di hutan produksi dititikberatkan kepada peningkatan produktivitas kawasan, pada hutan lindung ditekankan pada fungsi perlindungan / penyangga sistem kehidupan, sedangkan pada hutan konservasi adalah untuk pembinaan habitat.

Zonasi digunakan untuk mengetahui pembagian zona dalam wilayah kawasan hutan konservasi, dimana sasaran rehabilitasi tidak diperkenankan pada cagar  alam dan zona inti taman nasional.

b. Peta KPH

Apabila sudah ditetapkan, peta Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) diperlukan untuk mengetahui batas wilayah suatu KPH sesuai dengan fungsi kawasannya.

c. Perambahan Hutan

Informasi/data perambahan hutan suatu kawasan hutan sangat diperlukan untuk  menentukan perlakuan yang akan diterapkan pada kawasan hutan yang memiliki  potensi atau telah terjadi perambahan di dalamnya.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(14)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

Informasi / data yang diperlukan antara lain meliputi penggunaan kawasan yang dirambah, luas hutan yang dirambah, siapa yang merambah, sudah berapa lama dan sebagainya.

Pemilihan lokasi lebih diprioritaskan pada kawasan – kawasan yang tidak ada  perambahan (clear and clean)

Apabila belum terdapat data/peta potensi perambahan hutan maka terlebih dahulu dibuat data/peta dimaksud, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam  penyusunan perencanaan RHL.

d. Pemanfaatan dan Penggunaan Hutan / Lahan

Bahwa rehabilitasi pada hutan produksi oleh pemerintah hanya boleh dilaksanakan pada kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak dan atau yang masih / sedang dalam proses perijinan. Areal hutan yang diatasnya terdapat ijin pemanfaatan /ijin pinjam pakai atau sedang dalam proses perijinan (misalnya, HPH/HTI/HTR/Pertanahan dll) agar dikeluarkan dari sasaran RP-RHL. Penggunaan lahan diperlukan untuk mengetahui jenis-jenis penggunaan lahan yang ada, sehingga dalam penentuan lokasi kegiatan RHL sesuai dengan arahan penggunaan yang telah ditetapkan.

e. Jenis Vegetasi

Peta/informasi untuk jenis vegetasi baik di dalam maupun di luar kawasan hutan diperlukan untuk menentukan jenis-jenis tanaman yang cocok tumbuh di suatu wilayah tertentu. Jenis tanaman yang direkomendasikan dalam RTkRHL masih alternatif dan pemilihannya baru didasarkan pada ketentuan teknis utamanya agroklimat. Oleh karena itu pemilihan jenis tanaman dalam RPRHL perlu  pengkajian lebih dalam lagi dengan memperhatikan :

 Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat

 Kebutuhan pasar (untuk hutan produksi dan hutan rakyat), dengan tetap

mendasarkan pada fungsi hutan / fungsi kawasan dan tujuan RHL

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(15)

(Rencana Pemulihan Huran dan Lahan, Pengendalian Erosi dan Sedimentasi, serta Pengembangan Sumberdaya Air).

f. Kegiatan RHL

Peta/data tentang kegiatan RHL yang pernah dilakukan, diperlukan untuk  menghindari terjadinya tumpang tindih lokasi RHL yang akan direncanakan dengan yang pernah dilaksanakan.

Pemetaan / pendataan kegiatan RHL yang pernah dilaksanakan sedapat mungkin termasuk sumber dana yang digunakan. Kejelasan lokasi tersebut sangat diperlukan apabila pada lokasi tersebut akan dilaksanakan kegiatan lagi, yaitu didahului dengan pembuatan Berita Acara Tanaman Gagal terlebih dahulu.

g. Penutupan Lahan

Penetapan sasaran lokasi berdasarkan penutupan lahan untuk wilayah di luar  kawasan hutan diprioritaskan pada lahan usaha tani yang tidak / kurang  produktif. Sedangkan di dalam kawasan hutan adalah HP dan HL yang tanahnya

miskin / kritis yang tidak dibebani hak atau tidak dalam proses perijinan /  pencadangan areal HTI / HTR / HKm/ Hutan Desa/ Pertambangan, dan lain-lain,

serta HK (kecuali Cagar Alam dan Zona Inti Taman Nasional).

Metode yang digunakan adalah metode jalur. Pada setiap jalur di letakan petak  contoh berukuran 20 m x 20 m sepanjang 200 m dengan jumlah jalur sebanyak  10 jalur. Penentuan banyaknya petak contoh dilakukan dengan menentukan intensitas sampling di masing-masing tipe vegetasi berbeda, intensitas sempling yang digunakan adalah 10 % atau (0,1). Metode yang digunakan untuk  menentukan titik pengamatan yaitu metode Sistematik With Random Start .

Untuk memudahkan perisalahan tegakan dan pengukuran pohon, pada setiap  jalur dibagi-bagi menjadi petak-petak unit contoh berukuran 2 x 2 m, 5 x 5 m, 10

x 10 m, dan 20 x 20 m. Tersaji pada gambar berikut.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(16)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

D C B A D C B A Arah rintisan

Gambar Petak Contoh Analisis Vegetasi

Keterangan : (A) 2 m x 2 m ; (B) 5 m x 5 m ; (C) 10 m x 10 m ; (D) 20 m x 20 m Pada setiap petak ukur dilakukan pengukuran terhadap semua tingkat tumbuhan, yaitu :

1. Petak 20 m x 20 m, dilakukan pengukuran dan pencatatan terhadap tingkat pohon, liana, epifit dan parasit serta pohon inang.

2. Petak 10 m x 10 m, dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk  tingkat tiang.

3. Pétak 5 m x 5 m, dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk  tingkat pancang.

4. Petak 2 m x 2 m, dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk  tingkat semai dan tumbuhan bawah.

Parameter yang diukur pada setiap petak contoh meliputi :

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(17)

1. Jenis, jumlah, dan diameter tingkat pohon (pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada atau dbh = 130 cm dari permukaan tanah atau 20 cm di atas banir lebih besar dari 20 cm).

2. Jenis, jumlah, dan diameter tingkat tiang (pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada dari permukaan tanah atau 20 cm - di atas banir adalah 10 - 20 cm).

3. Jenis dan jumlah tingkat pancang (anakan pohon dengan tinggi > 1,5 atau pohon muda dengan diameter setinggi dada < 10 cm)

4. Jenis dan jumlah tingkat semai (anakan pohon mula yang memiliki tinggi < 1,5 m) dan tumbuhan bawah yaitu tumbuhan selain  permudaan pohon misalnya, rumput, herba dan semak belukar 

2. Pengolahan dan Analisis Data Indeks Nilai Penting

Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, maka pada masing-masing  jalur dilakukan perhitungan kerapatan, frekuensi dan dominansi untuk masing-masing jenis tumbuhan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus (Soerianegara dan Indrawan, 1998) sebagai berikut :

Kerapatan (ind /ha) = Jumlah Luasindividu seluruh  suatu petak   jenis

Kerapatan Relafif (%) = KerapaKerapa tantan seluruhjen suatu   jenisis  X 100 %

Dominansi (m2/ha) = LuasLuasbidangseluruhdasar suatupetak  jenis

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(18)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

Dominansi Relatif (%) = DominanDomiansiseluruhsuatu jenis jenis  X  100%

Frekuensi = JumlahJumlahpetak seluruhterisi suatupetak jenis

Frekuensi Relatif (%) = FrekuensiFrekuensiseluruhsuatu jenis jenis  X  100%

lndeks Nilai Penting (INP) untuk pohon dan tiang adalah KR + FR + DR, sedangkan; untuk tingkat semai, pancang dan tumbuhan bawah, liana, epifit dan  parasit adalah KR + FR.

h. Wilayah Pengembangan Pangan / Daerah Bencana

Wilayah pengembangan pangan perlu terhindar dari berbagai bencana terutama  banjir dan kekeringan, sehingga tidak mengganggu stock pangan daerah yang   bersangkutan baik skala regional maupun nasional. Oleh karenanya daerah

tangkapan wilayah-wilayah pengembangan pangan harus mendapatkan prioritas untuk direhabilitasi.

Di samping data banjir dan kekeringan, data / informasi daerah longsor juga sangat diperlukan untuk menentukan prioritas RHL yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini, Kesepakatan Bersama antara Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Pertanian Nomor PKS.10/Menhut-V/2007,   Nomor : 06/PKS/M/2007 dan Nomor : 100/TU.210/M/5/2007 tanggal 9 Mei

2007 dapat dijadikan acuan.

i. Tanah/ Kesuburan Tanah/ Kemampuan Lahan

Jenis tanah / kesuburan tanah / kemampuan lahan termasuk kepekaan tanah terhadap erosi digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan jenis dan perlakuan RHL pada suatu lokasi.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(19)

j. Bangunan Vital

Peta dan data bangunan vital berupa dam / bendungan / waduk / danau meliputi lokasi, jenis bangunan, debit air, manfaat, sedimentasi yang terjadi, luas daerah tangkapan air dan kondisinya. Data lokasi bangunan vital diperlukan untuk  menentukan kegiatan RHL di daerah tangkapan air bangunan tersebut yang   bertujuan untuk melindungi / bangunan tersebut agar dapat berfungsi dalam

waktu yang lama. k. Mata Air  

Keberadaan mata air merupakan salah satu indikator tingkat kerusakan hutan / lahan pada suatu wilayah. Hal ini berkaitan erat dengan kegiatan RHL yang akan dilakukan dalam rangka perlindungan sumber mata air. Data / informasi mata air  meliputi jumlah, kinerja (hidup / mati), dan pemanfaatannya.

l. Aksesbilitas

Sarana / prasarana jalan sangat penting dalam menunjang kegiatan ekonomi, termasuk dalam kegiatan RHL. Keberadaan jalan tersebut (baik jalan negara,   provinsi, kabupaten/ kota, maupun jalan desa) diperlukan sebagai salah satu kriteria penentuan lokasi kegiatan RHL, baik dalam pelaksanaan maupun sebagai penunjang kegiatan pemasaran hasil RHL terutama yang bertujuan  produksi di masa yang akan datang. Sumber peta dimaksud berasal dari Dinas

PU setempat.

m. Iklim

Kesesuaian musim adalah salah satu faktor utama keberhasilan pelaksanaan kegiatan RHL. Dari data curah hujan yang ada, dapat diketahui / dihitung  besarnya rata-rata curah hujan bulanan, rata-rata curah hujan tahunan, jumlah  bulan basah, bulan lembab dan bulan kering. Data dan informasi mulai dan  berakhirnya musim hujan sangat diperlukan untuk awal dan akhir penanaman

dan penentuan waktu pelaksanaan pembangunan bangunan sipil teknis. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

(20)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

n. Kependudukan

Kependudukan, terdiri dari : Jumlah penduduk/KK, pertambahan penduduk, kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan, jumlah  penduduk menurut jenis kelamin dan mata pencaharian, sangat diperlukan dalam  penyusunan RPRHL.

Data tersebut diperlukan untuk mengetahui antara lain : sebaran penduduk, adopsi masyarakat terhadap perkembangan teknologi, sex ratio, dan ketersedian tenaga kerja. Data tersebut dirinci per kecamatan / desa.

o. Luas Kepemilikan Lahan

Luas kepemilikan lahan penting diketahui untuk menduga besarnya pendapatan  petani rata-rata dan sebagai salah satu bahan masukan dalam menentukan lokasi kegiatan RHL di luar kawasan hutan. Luas kepemilikan lahan dibedakan menjadi : sawah dan lahan kering (tegal, kebun dan pekarangan).

 p. Keadaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja atau angkatan kerja yang dimaksud adalah setiap penduduk yang  berusia antara 16-55 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Klasifikasi umur 

tersebut dikategorikan sebagai angkatan kerja produktif. Sedang yang berumur  di bawah 16 tahun dan di atas 55 tahun dikategorikan sebagai angkatan kerja tidak produktif.

Karena keadaan tersebut berada dalam satu wilayah, maka tenaga kerja tidak   produktif secara konsumtif menjadi beban tanggungan tenaga kerja produktif 

untuk menopang kehidupannya.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(21)

q. Tingkat Upah dan Harga

Upah, harga barang dan bahan setempat sangat diperlukan dalam perhitungan   pembiayaan kegiatan. Besarnya biaya tersebut menggunakan HSPK yang   berlaku di masing-masing daerah atau yang telah ditetapkan oleh Bupati /

Walikota.

r. Sarana dan Prasarana Perekonomian

Data sarana dan prasarana perekonomian diperlukan untuk mengetahui potensi suatu wilayah terutama yang berkaitan langsung dengan kegiatan RHL yang akan dilaksanakan, antara lain, koperasi, kelompok tani, dan bank.

s. Sarana dan Prasarana Penyuluhan

Data sarana dan prasarana penyuluhan diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana sarana dan prasarana yang ada mampu mendukung kegiatan  penyuluhan yang dilakukan.

t. Industri perkayuan

Data/informasi industri perkayuan yang perlu dihimpun adalah menyangkut nama perusahaan, lokasi perusahaan, produk akhir, jenis kayu yang diperlukan, kebutuhan bahan baku, kecukupan bahan baku, asal bahan baku dan sebagainya.

Data/informasi tersebut sangat berguna antara lain untuk menetapkan jenis tanaman RHL pada hutan produksi / hutan rakyat serta upaya pemenuhan bahan  bakunya.

Data / informasi tersebut di atas agar ditampilkan dalam bentuk tabel pada Buku RPRHL yang disusun.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(22)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

3.4 PENETAPAN RENCANA

Setelah diadakan penajaman analisis terhadap seluruh rencana yang direkomendasikan RTk-RHL maka diperoleh gambaran dan informasi tentang kondisi lokasi yang lebih kongkrit.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan rencana untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, dengan cara sebagai berikut :

3.4.1 Pilih UTP-RH/UTP-RL pada DAS/Sub DAS Prioritas dengan urutan dimulai dari urutan prioritas tertinggi (I, II, III dst), sesuai dengan kodifikasi yang tercantum dalam setiap UTP-RH/UTP-RL.

Pada wilayah administrasi kota / kabupaten, apabila tidak terdapat LMU terpilih dalam RTkRHL DAS dikarenakan tidak adanya lahan kritis di wilayah tersebut, maka penentuan RP RHL-nya tetap harus dilakukan. Jenis kegiatan RHL (vegetatif  maupun sipil teknis) yang akan dilaksanakan ditentukan berdasarkan hasil  pengecekan lapangan / ground check dan hasil pendalaman analisis data / informasi yang ada pada wilayah tersebut atau memperhatikan kondisi dan urgensinya. Jenis kegiatan yang direncanakan berpedoman pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor  P.70/Menhut-II/2008.

3.4.2 Penetapan teknik RHL yang akan dilaksanakan didasarkan pada potensi anggaran, potensi SDM, kebijakan umum pembangunan daerah, serta hasil  pendalaman analisis tersebut di atas.

Untuk rencana kegiatan sipil teknis (Dam Pengendali, dam Penahan, Sumur Resapan, Embung, Pengendali Jurang) yang direkomendasikan RTk-RHL belum sampai pada “titik lokasi”, sehingga dalam penyusunan RP-RHL ini perlu ditentukan titik / site lokasinya dengan mempedomani Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 70/Menhut-II/2008.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(23)

Ketentuan lain yang harus diperhatikan untuk menentukan calon lokasi kegiatan RHL di luar kawasan hutan adalah sebagai berikut :

a. terletak pada wilayah/areal sebagaimana ditunjukkan dalam peta RTk-RHL-DAS.

 b. Lahan kering yang berada dalam satu hamparan usahatani.

c. Penyuluhan usahatani dan atau konservasi tanah di lahan kering telah berjalan dengan baik.

d. Lokasi diusahakan tanah milik, tanah garapan (bukan tanah negara) yang statusnya dikuasai oleh petani yang bersangkutan.

e. Lokasi tidak dalam sengketa dan status tanah jelas.

f. Lokasi tersebut tidak sedang menjadi sasaran kegiatan/proyek dan sumber dana lain yang belum dinyatakan selesai.

g. Lahan yang dipilih menjadi lokasi tidak diperjualbelikan / dipindahtangankan selama kegiatan masih didanai oleh pemerintah.

Untuk kegiatan hutan rakyat, berdasarkan fungsi kawasannya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu di kawasan lindung dan kawasan budidaya (berdasarkan Rencana Tata Ruang dan ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung).

Jenis tanaman hutan rakyat pada kawasan lindung agar dipilih jenis yang berdaur   panjang, perakaran dalam dan lebih dominan dengan jenis-jenis MPTS, dengan pola

tanam searah/mengikuti kontur.

Sedangkan hutan rakyat di kawsasan budidaya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangannya adalah :

a. Jenis yang ditanam adalah tanaman penghasil kayu-kayuan berdaur pendek yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar.

b. Pola tanam berupa baris, larikan, pola tanam jalur atau jarak tanam merata. Dapat dilaksanakan secara tumpangsari dengan tanaman semusim.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(24)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

c. Adanya lokasi dan potensi biofisik dan ekonomi hutan rakyat yang merupakan kesatuan pengelolaan termasuk industrinya.

d. Kepentingan seluruh stakeholder (kelompok tani, pengusaha, LSM dan  pemerintah) dapat terakomodir dengan baik.

Hutan rakyat pada lahan-lahan tertentu (misalnya tegalan) apabila sudah terdapat tanaman kayu-kayuan maupun MPTS dapat dilakukan dengan pengkayaan tanaman, dengan jumlah tanaman pengkayaan / sisipan maksimal 200 batang / ha.

Sedangkan calon lokasi RHL di dalam kawasan hutan yang berupa kegiatan r eboisasi yaitu areal yang kondisi kerapatan tegakannya < 500 batang / Ha (untuk kegiatan  penanaman) dan 500-700 batang/Ha (untuk kegiatan pengkayaan).

3.4.3 Ground Check 

Sebelum ditetapkan menjadi sasaran rencana RP-RHL untuk 5 (lima) tahun maka terlebih dahulu dilakukan cek lapangan ( ground check ), dengan intensitas sampling sebesar 2,5%-5% dari jumlah UTP RH / UTP RL, menggunakan metode Stratified    Purposive With Random Sampling . Berdasarkan hasil cek lapangan akan dapat ditentukan / dipastikan lokasi, luas serta teknik RHL yang akan diterapkan pada lokasi tertentu.

3.4.4 Rencana RHL untuk jangka waktu 5 tahun yang sudah ditetapkan dirinci setiap tahun dan dikelompokkan ke dalam :

a) Rencana Pemulihan Hutan dan Lahan

Rencana pemulihan hutan dan lahan kegiatan utamanya yaitu kegiatan vegetatif / tanam–menanam baik di dalam kawasan hutan (reboisasi dan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

(25)

 pengkayaan) maupun di luar kawasan hutan (penghijauan berupa hutan rakyat / hutan kota / penghijauan lingkungan/ pengkayaan).

  b) Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Pengendalian erosi dan sedimentasi berupa penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif maupun sipil teknis. Secara vegetatif berupa budidaya tanaman lorong dan strip rumput, sedangkan secara sipil teknis antara lain berupa   pembuatan dam pengendali, dam penahan, teras, saluran pembuangan air,  pengendali jurang, dan rorak.

c) Pengembangan Sumberdaya Air 

Kegiatan pengembangan sumber daya air lebih ditekankan kepada bagaimana upaya pengendalian tata air DAS dan konservasi air.

Upaya pengendalian tata air DAS dan konservasi air pada prinsipnya adalah memperkecil aliran permukaan (surface run off) dan memperbesar infiltrasi air  hujan dengan kegiatan pembuatan embung, sumur resapan air dan lubang  biopori. Di samping itu dapat dilakukan perlindungan dan pelestarian mata air 

dengan penanganan di daerah tangkapannya pada radius 200 meter di sekeliling mata air.

Rencana RHL tersebut selanjutnya disajikan dengan menggunakan format tabel 7 dan 8.

3.4.5 Setelah langkah-langkah tersebut di atas dilaksanakan, selanjutnya dibuat Peta Rencana Pengelolaan RHL (selama lima tahun) dengan skala minimal 1 : 50.000. Muatan minimal peta tersebut adalah batas wilayah administrasi sampai tingkat desa, batas UTP RL dan UTP RH beserta kodifikasinya.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(26)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

Tabel 7. Rencana Kegiatan RHL Per Tahun

Kabupaten/Kota/Wilayah Hutan : ……… …. Propinsi : ……… …. Tahun : 2010/2011/2012/2013/2014 No Rencana DAS/Sub DAS Kecamatan/Des a Nomor UTP-RH/UTP-RL Koordinat UTP-RH/UTP-RL Jenis Kegiatan Volume 1 2 3 4 5 6 7 8 A. B. C. Pemulihan Hutan dan Lahan Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Pengembangan Sumberdaya Air  1... 2... 3... 1... 2... 3... 1... 2... 3... 1... 2... 3... 1... 2... 3... 1... 2... 3... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

Tabel 8. Rekapitulasi Rencana Kegiatan RHL 5 tahun (2010-2014) Kabupaten/Kota/Wilayah Hutan :

Propinsi :

No Rencana DAS/Sub DAS Kecamatan/Desa Jenis Kegiatan Volume Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 A. B. C. Pemulihan Hutan dan Lahan Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Pengembangan Sumberdaya Air  1... 2... 3... 1... 2... 3... 1... 2... 3... 1... 2... 3... . 1... 2... 3... . 1... 2... 3... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(27)

No Rencana DAS/Sub DAS Kecamatan/Desa Jenis Kegiatan Volume Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 A. B. C. Pemulihan Hutan dan Lahan Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Pengembangan Sumberdaya Air  1... 2... 3... 1... 2... 3... 1... 2... 3... 1... 2... 3... . 1... 2... 3... . 1... 2... 3... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

3.5.1 MUATAN RPRHL

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2008, pasal 15 angka (1) dan Pasal 16 angka (1), bahwa baik RPRH maupun RPRL paling sedikit memuat kebijakan dan strategi, lokasi, jenis kegiatan, kelembagaaan, pembiayaan dan tata waktu.

a. Kebijakan dan Strategi

Kebijakan merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh yang berwenang untuk  dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan atau

(28)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

3.5.1 MUATAN RPRHL

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2008, pasal 15 angka (1) dan Pasal 16 angka (1), bahwa baik RPRH maupun RPRL paling sedikit memuat kebijakan dan strategi, lokasi, jenis kegiatan, kelembagaaan, pembiayaan dan tata waktu.

a. Kebijakan dan Strategi

Kebijakan merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh yang berwenang untuk  dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan atau   pelaksanaan kegiatan dalam memadukan dan melancarkan kegiatan untuk 

mencapai sasaran.

Dalam hal ini perlu dirumuskan kebijakan yang telah dan akan diambil berkaitan dengan rehabilitasi hutan dan lahan yang meliputi kebijakan pembangunan  bidang RHL, kebijakan pendanaan, kebijakan operasional dan lain-lain.

Kebijakan yang akan diambil tidak bertentangan dengan kebijakan di tingkat yang lebih atas.

Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan dan sasaran. Manfaat strategi adalah untuk mengoptimalkan sumberdaya unggulan dalam memaksimalkan   pencapaian sasaran. Dalam konsep manajemen, cara terbaik untuk mencapai

tujuan, sasaran kinerja adalah dengan memberdayakan secara efektif dan efisien. Penyusunan strategi dapat dilakukan dengan memakai analisis SWOT atau metode analisis lainnya.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(29)

Kriteria penentuan strategi yang akan diterapkan adalah : 1. Efektif dalam mencapai sasaran

2. Paling murah biayanya

3. Paling praktis pelaksanaannya

b. Pembiayaan

Besarnya anggaran RHL lima tahun terakhir (dari berbagai sumber anggaran)   beserta realisasinya merupakan salah satu masukan dalam merencanakan  jumlah anggaran yang disiapkan untuk lima tahun berikutnya. Dengan melihat   jumlah serta realisasi penyerapan dana, maka dapat diketahui kemampuan

suatu instansi / satker dalam melaksanakan suatu kegiatan. Sehingga dalam merencanakan anggaran lebih realistis sesuai dengan kemampuan penyerapan  pada tahun-tahun sebelumnya.

Rencana biaya pada dasarnya merupakan terjemahan dari input menjadi unit uang dengan menggunakan satuan biaya (unit cost ) yang berlaku serta asumsi-asumsi tertentu. Satuan biaya yang digunakan sejauh mungkin didasarkan pada hasil studi lapangan pada waktu dan tempat tertentu dan / atau ketetapan instansi-instansi yang berwenang.

Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan RHL harus didukung dengan biaya yang cukup untuk menjamin ketersediaan sumber daya yang diperlukan. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan yang cermat agar sumber  daya yang dibutuhkan selalu tersedia.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota bahwa kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan khususnya di dalam kawasan hutan lindung dan produksi serta Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL)

(30)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

di luar kawasan hutan merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota, dengan demikian pembiayaan kegiatan RHL lebih ditekankan menggunakan APBD.

Selain itu pembiayaan kegiatan RHL juga bisa berasal dari APBN, DBH DR, DAK Bidang Kehutanan, dan lain-lain termasuk pembiayaan RHL secara swadaya masyarakat maupun kemitraan.

c. Pengembangan Kelembagaan

Proyeksi pengembangan kelembagaan RHL 5 (lima) tahun ke depan meliputi   penyiapan tenaga pelaksana dan pengendalian kegiatan RHL (baik aparat

maupun masyarakat), penyiapan organisasi pemerintahan/masyarakat/ kelompok  tani, penyiapan kelembagaan antar stakeholders, dan perumusan tata hubungan kerja antar unit kerja dan pelaksanaannya.

Pada dasarnya pengembangan kelembagaan diarahkan kepada organisasi, sumberdaya manusia, kewenangan serta tata hubungan kerja dalam setiap dimensi penyelenggaraan program RHL yaitu perencanaan, pengorganisasian,  pelaksanaan serta pengendalian.

Apabila berdasarkan identifikasi kelembagaan tersebut dinilai masih relatif  lemah, maka perlu dilakukan upaya-upaya pengembangan yang bertujuan meningkatkan kualitas kelembagaan yang ada. Kelembagaan dimaksud baik  kelembagaan pemerintah maupun non pemerintah.

Kegiatan-kegiatan dalam rangka pengembangan kelembagaan dijabarkan untuk  tiap tahun selama 5 (lima) tahun sesuai dengan masa berlakunya RPRHL, dengan jenis kegiatan sesuai dengan Rencana Pengembangan Kelembagaan yang tertuang dalam RTkRHL DAS.

d. Kegiatan Pendukung

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(31)

Selain kegiatan utama berupa kegiatan fisik rehabilitasi hutan dan lahan, pada   pelaksanaannya diperlukan juga kegiatan pendukung. Dalam hal ini kegiatan   pendukung dimaksud bertujuan untuk lebih memperkuat kondisi organisasi  pelaksana kegiatan (baik instansi pelaksana maupun stakeholder lainnya).

Kondisi organisasi pelaksana kegiatan merupakan salah satu modal penting dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peran instansi terkait baik  yang langsung maupun tidak langsung juga sangat diperlukan guna menunjang keberhasilan pelaksanaan RHL.

Apabila unsur-unsur yang nantinya akan terlibat dalam kegiatan RHL dirasakan memiliki kualitas pengetahuan dan keterampilan yang kurang, maka harus dirumuskan rencana peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang ditujukan kepada semua unsur tersebut.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan melalui kegiatan :

-

Pelatihan, baik pelatihan teknis, kelembagaan maupun adminstrasi Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap masalah teknis, kelembagaan, dan adminisrtrasi RHL. Dengan demikian terdapat 3 (tiga) kelompok pelatihan, yaitu pelatihan teknis, kelembagaan dan administasi. Pelatihan diberikan kepada semua pelaku RHL, yaitu unsur  masyarakat, unsur pendamping dan aparatur pelaksana kegiatan.

-

Pendampingan

Pendampingan adalah upaya untuk meningkatkan kemapuan kelompok    pelaksana RHL dengan cara pengembangan kelembagaan, pengembangan kemampuan teknis dan administrasi, pengembangan usaha, pengembangan teknologi, perluasan akses pasar, serta pembinaan kelompok. Kegiatan   pendampingan kelompok antara lain terdiri dari pengembangan organisasi

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(32)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

kelompok, penyusunan rencana RHL, pelaksnaan kegiatan RHL,  penyelenggaraan administrasi kelompok dan administrasi proyek, dan la in-lain.

-

Penyuluhan

Penyuluhan merupakan pendidikan non formal yang bertujuan untuk merubah   perilaku masyarakat menjadi pihak yang peduli terhadap kelestarian fungsi

hutan dan lahan. Penyuluhan harus dilakukan secara berkesinambungan, karena  perubahan perilaku tidak dapat serta merta terjadi, tetapi melalui proses yang

secara umum terdiri dari tahu, mau dan mampu melakukan pelestarian hutan dan lahan melalui kegiatan RHL.

Sasaran penyuluhan adalah seluruh masyarakat yang hidup dan kehidupannya terkait dengan pelestarian hutan dan lahan, baik yang berifat langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan RHL.

Penyuluhan dilaksanakan melalui berbagai pendekatan, antara lain latihan, kunjungan lapangan, ceramah, pameran, penyebaran brosur / leaflet / majalah, kampanye, lomba, temu wicara, diskusi kelompok, dan sebagainya.

Kegiatan fisik RHL, pengembangan kelembagaan, dan kegiatan pendukung selain diuraikan tata waktu per tahun (selama 5 tahun), juga dirinci besarnya  biaya yang diperlukan untuk setiap jenis kegiatan. Rincian tata waktu dan biaya

kegiatan disajikan sebagaimana format Tabel 9 berikut ini.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(33)

A. Pemulihan Hutan dan Lahan 1.

dst

B. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi 1.

dst

C. Pengembangan Sumberdaya Air  1. dst D. Pengembangan Kelembagaan 1. dst E. Kegiatan Pendukung 1. dst

F. Monitoring dan Evaluasi Jumlah

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

e. Analisis Finansial

Analisa finansial dimaksudkan untuk menentukan sampai seberapa besar suatu  program / kegiatan dapat memberikan manfaat yang lebih besar dari biaya (investasi) yang diperlukan dari sudut ekonomi maupun perbaikan kondisi lingkungan. Analisa finansial tersebut merupakan alat bagi pembuat keputusan untuk menetapkan layak  atau tidaknya apabila suatu program / kegiatan dilaksanakan.

Keuntungan atau manfaat dari program / kegiatan dapat berupa keuntungan langsung, atau tidak langsung dan tidak dapat dinilai dengan uang (intangable), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan iklim mikro, meningkatkan stabilitas nasional dan sebagainya.

(34)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

e. Analisis Finansial

Analisa finansial dimaksudkan untuk menentukan sampai seberapa besar suatu  program / kegiatan dapat memberikan manfaat yang lebih besar dari biaya (investasi) yang diperlukan dari sudut ekonomi maupun perbaikan kondisi lingkungan. Analisa finansial tersebut merupakan alat bagi pembuat keputusan untuk menetapkan layak  atau tidaknya apabila suatu program / kegiatan dilaksanakan.

Keuntungan atau manfaat dari program / kegiatan dapat berupa keuntungan langsung, atau tidak langsung dan tidak dapat dinilai dengan uang (intangable), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan iklim mikro, meningkatkan stabilitas nasional dan sebagainya.

Dalam penyusunan RPRHL, pendekatan kelayakan ekonomi digunakan untuk  menilai kegiatan atau program RHL tersebut, dengan cara menghitung :

  Net Present Value (NPV)

 Internal Rate of Return (IRR)

 Benefit Cost Ratio (BCR)

Oleh karena itu, dalam penyusunan RPRHL ini analisis finansial RHL hanya dilakukan untuk rencana RHL di luar kawasan hutan dan di kawasan hutan produksi. 1. Net Present Value (NPV)

 NPV merupakan selisih antara “ present value benefit ” dan “ present value” dari  biaya yang dinyatakan dengan rumus :

n (Bt - Ct )  NPV = Σ

---t-i ( 1 + i )t

dimana : t = umur proyek  i = tingkat bunga

Bt = benefit (manfaat proyek) pada tahun t Ct = cost ratio (biaya) pada tahun t

Bila nilai

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(35)

  NPV < 1 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, karena akan memberikan manfaat.

  NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar biaya (cost) yang dilakukan,

  NPV < 0 maka proyek tidak akan memberikan manfaat sehingga tidak layak  untuk dilaksanakan.

2. Internal Rate of Return (IRR)

 Nilai IRR adalah nilai discount rate ( i ) sehingga NPV program/proyek sama dengan nol. NPV dapat dinyatakan dengan persamaan :

n Bt - Ct

 NPV = Σ --- = 0 t-i ( 1 + IRR )t

Bila nilai IRR > sosial discount rate, maka program/proyek layak dilaksanakan dan bila nilai IRR < sosial discount rate, maka program / kegiatan tidak layak  dilaksanakan.

3. Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara benefit dan cost yang sudah disesuaikan dengan nilai sekarang (present value). B/C ratio dapat dinyatakan dengan persamaan : n Bt Σ ---t-i ( l + t ) t B/C = ---n Ct Σ ---t-i ( 1 + i ) t

Apabila nilai B/C > 1, program/proyek layak untuk dilaksanakan. Apabila nilai B/C < 1, program/proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

(36)

Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Bappeda dan Penanaman Modal

Untuk mendukung analisa program/kegiatan RPRHL diperlukan data dan informasi yang mendukung dalam analisa tersebut, antara lain :

 Uraian kegiatan RPRHL secara keseluruhan (di dalam

wilayah kabupaten / kota / wilayah hutan ).

 Perincian biaya tiap tahun untuk masing-masing usulan

kegiatan RTkRHL-DAS yang disarankan.

 Rincian nilai tiap tahun untuk setiap jenis usaha tani

musiman, tahunan dan kombinasinya dalam RTkRHL-DAS yang disarankan. e. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan pemantauan dan evaluasi meliputi pemantauan / evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan. Dalam menentukan rencana monitoring dan evaluasi yang perlu ditetapkan adalah :

a. Tim / pelaksana monitoring dan evaluasi;  b. Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi;

c. Sasaran monitoring dan evaluasi;

d. Metode monitoring dan evaluasi yang akan diterapkan; e. Pelaporan hasil monitoring dan evaluasi.

Monitoring dilaksanakan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan RHL. Unsur-unsur yang dimonitoring meliputi kemajuan atau perkembangan fisik pekerjaaan antara lain fisik tanaman, bangunan konservasi tanah, sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan RHL. Di samping itu juga untuk  mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan untuk  dijadikan bahan masukan dalam merumuskan upaya pemecahannya.

Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Muaro Jambi

Gambar

Tabel 4. Kode Kegiatan RHL
Tabel 6. UTP RH / UTP RL Berdasarkan LMU Terpilih
Gambar 1. Diagram Alir Penyusunan RPRH
Tabel  7. Sasaran Wilayah Penyusunan RPRHL
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan seluruh penemuan yang diperoleh baik dari analisis deskriptif maupun berdasarkan hasil anaslsis uji-t, maka dapat diambil suatu keputusan bahwa e-modul

Jenis Print an kita unakan adalah sablon denan berbaai maam tinta khusus an kami olah sendiri di dalam abrik kami.. Jika berbaai maam tinta khusus

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya pada pengeringan dengan Solar Tunnel Dryer (STD) terhadap mutu produk ditinjau

Kondisi lain yang mungkin terjadi adalah hilangnya paket data (packet dropout) karena ketidakhandalan jaringan atau akibat penumpukan data yang melebihi

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

[r]

menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola sebaran panas di Kolam Pelabuhan Tambak Lorok Semarang menuju ke arah timur pada bulan Agustus 2012, kemudian ke arah