• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOLERANSI VARIETAS KACANG TANAH TERHADAP CEKAMAN SALINITAS PADA FASE PERKECAMBAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TOLERANSI VARIETAS KACANG TANAH TERHADAP CEKAMAN SALINITAS PADA FASE PERKECAMBAHAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TOLERANSI VARIETAS KACANG TANAH TERHADAP

CEKAMAN SALINITAS PADA FASE PERKECAMBAHAN

Afandi Kristiono dan Abdullah Taufiq Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Jl. Raya Kendalpayak km 7, Kotak Pos 66 Malang 65101 Indonesia Telp. 0341-801468, Faks. 0341-801496, email: andi.bioma98@gmail.com dan ofic_rilet@yahoo.com

ABSTRAK

Salinitas merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Setiap fase pertumbuhan memiliki sensitivitas berbeda terhadap salinitas. Fase perkecambahan dan awal pertumbuhan sangat sensitif terhadap cekaman salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji toleransi 10 varietas unggul kacang tanah terhadap salinitas pada fase perkecambah-an. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balitkabi pada bulan Mei sampai Juli 2013 menggu-nakan rancangan acak kelompok faktorial (10 x 6) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah 10 varietas kacang tanah (Hypoma 1, Hypoma 2, Takar 1, Tuban, Kancil, Bison, Singa, Talam 1, Domba, dan Panther) dan faktor kedua adalah enam tingkat salinitas media tanam menggu-nakan larutan dengan konsentrasi air laut berbeda, yaitu L0 (kontrol), L1 (5%), L2 (10%), L3 (15%), L4 (20%) dan L5 (25%). Air laut yang digunakan berasal dari Pantai Balekambang Kabupaten Malang, Jawa Timur (DHL 50,8 dS/m). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan salinitas menurunkan kecepatan perkecambahan, persentase kecambah normal, panjang hipokotil, panjang akar, bobot kering tajuk dan akar. Semua varietas yang diuji mampu berke-cambah dengan baik hingga tingkat salinitas L2 (DHL tanah 1,37 dS/m atau DHL pasir 1,20 dS/m). Pertumbuhan akar lebih sensitif terhadap salinitas dibandingkan dengan bagian tajuk.

Kata kunci: salinitas, kacang tanah, perkecambahan

ABSTRACT

Salt tolerance in groundnut varieties at germination stage. Salinity is a limiting

factor of plant growth. Each growth stage have a different sensitivity to salinity.The most critical stage in seedling establishment under saline condition is seed germination. This study aims to examine the tolerance of 10 peanut varieties to salt stress on germination phase. The experiment was conducted in greenhouse Balitkabi in May to July 2013 using a randomized block design (CRD) factorial (10 x 6) with three replications. The first factor is 10 peanut varieties (Hypoma 1, Hypoma 2, Takar 1, Tuban, Kancil, Bison, Singa, Talam 1, Domba and Panther), the second factor is six level salinity of growing media, using a solution with different concentrations of sea water ; L0 (control), L1 (5%), L2 (10%), L3 (15%), L4 (20%) and L5 (25%). The sea water used comes from Balekambang Beach Malang, East Java (DHL 50.8 dS/ m). The results showed that germination rate, percentage normal germination, hypocotyl length, root length, root dry weight and shoot decrease as salinity of growth medium increased. All varieties tested were able to germinate well until salinity levels L2 (DHL soil 1.37 dS/m or DHL sand 1.20 dS/m). Root growth is more sensitive to salinity than in the shoot.

Keywords: salinity, groundnut, germination

PENDAHULUAN

Salinitas adalah salah satu faktor abiotik yang membatasi produktivitas tanaman. Diperkirakan produksi pertanian ke depan akan menghadapi tantangan yang semakin

(2)

kompleks karena salinitas tanah. Degradasi lahan akibat salinitas menyebabkan daya dukung lahan untuk pertumbuhan tanaman menurun. Berdasarkan data FAO (2005), lebih dari 800 juta hektar lahan pertanian di seluruh dunia (6% dari total luas lahan budidaya) mengalami salinitas. Di Indonesia diperkirakan terdapat 0,44 juta hektar lahan pertanian yang mengalami salinitas (Alihamsyah et al. 2002) dan luasnya terus bertambah, terutama di daerah dekat pantai karena perubahan iklim global dan naiknya permukaan air laut (Ismail 2007) serta eksploitasi air tanah yang berlebihan (Putra dan Indradewa 2011). Salinitas tanah menyebabkan penurunan produksi padi lahan sawah irigasi di sepanjang pantai utara Jawa.

Salinitas mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Setiap fase per-tumbuhan dipengaruhi salinitas dengan tingkat sensitivitas yang berbeda. Beberapa pene-litian menunjukkan sebagian besar spesies tanaman sangat sensitif terhadap peningkatan salinitas, terutama pada fase perkecambahan dan pertumbuhan awal setelah tanaman berkecambah (Gulzar et al. 2003). Salinitas tinggi pada tanah mempunyai efek negatif pada awal tahap pertumbuhan daripada pada perkembangan biji (Ungar 1996). Pening-katan salinitas menyebabkan penurunan persentase perkecambahan, kecepatan perke-cambahan, panjang akar dan tajuk, serta bobot akar dan tajuk (Grover et al. 2001, Jamil

et al. 2006).

Pengaruh negatif salinitas terhadap proses perkecambahan terjadi melalui dua meka-nisme, yaitu stres osmotik dan ionik. Konsentrasi garam tinggi menurunkan potensial osmotik larutan tanah sehingga menyebabkan stres air pada tanaman. Menurut Othman (2005), cekaman salinitas menghambat imbibisi air pada biji yang menginisiasi perkecam-bahan karena menurunnya penyerapan air. Selanjutnya akan terjadi akumulasi ion garam terutama Na+ dan Cl- yang menyebabkan gangguan penyerapan hara dan keracunan ion. Garg dan Gupta (1998) menyatakan bahwa salinitas tinggi dapat menghambat mobilisasi cadangan makanan. Akumulasi garam diduga menghambat aktivitas enzim yang melaku-kan hidrolisis cadangan mamelaku-kanan serta proses translokasinya dari organ penyimpanan.

Kemampuan perkecambahan benih pada kondisi salin berbeda antar tanaman bahkan ada variasi yang nyata di antara varietas dari tanaman yang sama. Keragaan tanaman selama perkecambahan sering digunakan untuk menilai toleransi tanaman terhadap Sali-nitas (Khan et al. 2000). Singh dkk (2008) melaporkan tingkat saliSali-nitas di atas 4 dS/m menyebabkan rata-rata kematian tanaman kacang tanah 91% sedangkan pada salinitas antara 3–4 dS/m rata-rata tingkat kematian tanaman 30%. Sebagian besar tanaman pertanian mengalami penurunan hasil pada salinitas tanah >4,8 dS/m.

Beberapa penelitian melaporkan perbedaan toleransi salinitas pada genotipe kacang tanah. Munggala dkk (2008) melaporkan 14 kultivar toleran salinitas pada skrining 123 kultivar kacang tanah secara in vitro. Semua kultivar yang diuji tumbuh baik pada kon-sentrasi NaCl rendah (1,5%), tetapi pada konkon-sentrasi 2% biji yang tumbuh menurun dan pada konsentrasi 2,5% (cekaman tinggi) terjadi penurunan biji yang tumbuh 10%. Hasil penelitian Singh dkk (2007) pada 27 kultivar kacang tanah terdapat lima kultivar yang toleran salinitas pada fase perkecambahan. Singh dkk (2008) melakukan evaluasi 127 genotipe kacang tanah pada percobaan lapang dan mendapatkan 11 genotipe toleran salinitas serta 10 genotipe agak toleran. Tingkat salinitas naik di atas 4 dS/m pada musim kemarau yang menyebabkan rata-rata kematian tanaman 91% genotipe sensitif sedangkan pada musim hujan salinitas menurun menjadi 3–4 dS/m dengan kematian tanaman rata-rata 30%. Fakta ini menunjukkan toleransi salinitas genotipe kacang tanah beragam antar

(3)

Pemanfaatan genotipe toleran salinitas adalah alternatif mengatasi masalah salinitas. Penelitian terkait evaluasi toleransi varietas tanaman kacang tanah di Indonesia relatif belum banyak. Informasi toleransi varietas unggul kacang tanah sangat penting untuk meningkatkan produksi tanaman dan untuk keperluan pemuliaan. Pada penelitian ini dila-kukan uji toleransi 10 varietas unggul kacang tanah terhadap salinitas pada fase perkecambahan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balitkabi pada bulan Mei sampai Juli 2013 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial (10 x 6) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah 10 varietas kacang tanah (Hypoma 1, Hypoma 2, Takar 1, Tuban, Kancil, Bison, Singa, Talam 1, Domba dan Panther) dan faktor kedua adalah enam tingkat sali-nitas media tanam yang diperoleh dengan memperlakukan media tanam dengan air yang berbeda tingkat salinitasnya (Tabel 1). Tingkat salinitas media tanam dan air diketahui dengan mengukur daya hantar listriknya (DHL). Air laut yang digunakan berasal dari Pantai Balekambang Kabupaten Malang, Jawa Timur (DHL 50,8 dS/m).

Tabel 1. Perlakuan salinitas media tanam.

Kode perlakuan Air laut (%) Air biasa (%) DHL (dS/m) pH larutan

L0 0 100 0,65 6,9 L1 5 95 3,66 6,8 L2 10 90 6,80 7,1 L3 15 85 9,39 7,1 L4 20 80 12,50 7,1 L5 25 75 15,22 7,2

Uji perkecambahan menggunakan media tanah dan media pasir. Media tanah diambil dari lahan petani di Wajak, Malang, pada lapisan 0–20 cm sedangkan media pasir berasal dari pasir sungai yang dicuci dengan air biasa. Media tanam (pasir 8 kg, tanah 6 kg) yang sudah dikeringanginkan masing-masing ditempatkan dalam nampan plastik berukuran 32 cm x 24 cm x 10 cm. Perlakuan salinitas adalah dengan cara menyiramkan larutan garam sesuai perlakuan ke media tanam sampai jenuh dan diinkubasi selama 24 jam sebelum tanam.

Setiap nampan ditanami 50 butir benih dengan jarak tanam yang cukup untuk memu-dahkan pengamatan. Penempatan nampan pada rak sesuai perlakuan salinitas di mana nampan yang mendapat perlakuan salinitas paling rendah ditempatkan pada rak paling atas, kemudian pada level berikutnya ditempatkan di bawahnya, dan seterusnya. Antar bagian rak diisolasi menggunakan plastik. Untuk menjaga kelembaban media, dilakukan penyiraman setiap hari mulai saat tanam hingga 13 hari setelah tanam (HST). Penyempro-tan laruPenyempro-tan sesuai perlakuan menggunakan hand sprayer, dengan total 650 ml/nampan.

Pengamatan dilakukan terhadap nilai DHL larutan air laut, DHL media tanam saat kecambah dipanen (14 HST), jumlah biji yang berkecambah mulai 1 HST hingga 14 HST. Pengamatan pada saat kecambah dipanen umur 14 HST terdiri atas jumlah kecambah normal dan total, panjang hipokotil, panjang akar, bobot kering kecambah dan akar.

(4)

Analisis ragam digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati, dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui perbedaan dari suatu perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Salinitas Media

Pengukuran DHL media tanam menunjukkan bahwa perlakuan salinitas melalui pe-nambahan larutan air laut dengan interval 5% dari 0–25% meningkatkan salinitas media tanam 2,59–3,14 dS/m. Setiap peningkatan konsentrasi air laut 5% dalam larutan menye-babkan peningkatan salinitas media tanam berkisar 0,43–1,51 dS/m. Hal ini menunjukkan konsentrasi garam terlarut dalam larutan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya kon-sentrasi air laut sehingga nilai DHL pada media tanam meningkat. Perlakuan yang dibe-rikan menyebabkan perbedaan salinitas pada media tanam. Namun peningkatan salinitas media tidak diikuti oleh peningkatan pH media yang stabil pada kisaran pH 6,54–6,61 pada media tanah dan pH 6,62–7,17 pada media pasir (Tabel 2).

Tabel 2. Daya hantar listrik (DHL), pH air dan media perkecambahan kacang tanah pada berbagai perlakuan salinitas. Balitkabi, Malang. 2013.

Perlakuan pH dan DHL media

tanah pada 14 hst

pH dan DHL media pasir pada 14 hst

Kode Air laut (%)1 Air kran (%) DHL larutan (dS/m) pH DHL (dS/m) pH DHL (dS/m) pH L0 0 100 0,65 6,92 0,40 6,61 0,37 6,62 L1 5 95 3,66 6,84 0,83 6,61 0,63 7,04 L2 10 90 6,80 7,05 1,37 6,56 1,20 7,17 L3 15 85 9,39 7,09 2,88 6,59 2,16 7,14 L4 20 80 12,5 7,14 4,09 6,54 3,47 7,09 L5 25 75 15,22 7,21 5,39 6,57 4,56 7,09

1)DHL air laut 100% adalah 50 dS/m.

Pengaruh Salinitas terhadap Perkecambahan

Salinitas mempengaruhi kecepatan perkecambahan kacang tanah yang diuji, baik pada media tanah maupun pasir. Waktu yang dibutuhkan untuk berkecambah semakin lama seiring meningkatnya tingkat salinitas media tanam (Gambar 1). Pada perlakuan kontrol (L0), benih mulai berkecambah pada hari ke-4 sedangkan pada salinitas L1-L5 benih mulai berkecambah pada hari ke-5 hingga ke-7. Persentase perkecambahan di atas 80% pada L0 dicapai pada hari ke-8, sedangkan pada L1 dicapai pada hari ke-12 dan pada L2-L5 tidak mencapai persentase perkecambahan di atas 80%. Persentase perkecam-bahan saat panen (hari ke-14) pada kedua media tanam yaitu 95% (L0), 90% (L1), 80% (L2), 65%(L3), 40% (L4) dan 30%(L5). Hal ini mengindikasikan bahwa fase perkecam-bahan kacang tanah sangat sensitif terhadap salinitas. Peningkatan salinitas menyebabkan penundaan perkecambahan dan penurunan persentase perkecambahan kacang tanah.

(5)

salinitas L2 (DHL tanah 1,37 dS/m atau DHL pasir 1,20 dS/m). Hal ini sejalan dengan penelitian Mensah dkk (2006) yang melaporkan lima genotipe kacang tanah yang diuji mengalami penundaan perkecambahan dan penurunan persentase perkecambahan dengan nyata pada DHL larutan di atas 2,6 dS/m. Perbedaan batas kritis mungkin dise-babkan oleh perbedaan toleransi genotipe yang digunakan.

Media Tanah Media Pasir

Gambar 1. Pengaruh tingkat salinitas terhadap persentase perkecambahan kacang tanah. Malang, 2013.

Terdapat keragaman penurunan persentase perkecambahan 10 varietas kacang tanah yang diuji. Pada media tanah, persentase kecambah normal semua varietas >80% pada salinitas L2, kecuali varietas Hypoma 1 dan Takar. Berdasarkan persentase kecambah normal pada salinitas L3 (DHL media 2,88 dS/m), varietas Tuban, Talam 1, dan Domba relatif lebih toleran dibanding varietas lainnya yang ditunjukkan oleh persentase kecambah normal di atas 80% (Tabel 3). Pada media pasir, persentase kecambah normal pada L2 di atas 80% terdapat pada varietas Hypoma 2, Tuban, Singa, Talam, dan Panther. Pada L3, jumlah kecambah normal semua varietas <80%. Secara umum, varietas yang diuji mampu berkecambah dengan baik hingga salinitas L2. Perbedaan jumlah kecambah nor-mal pada masing-masing varietas kemungkinan disebabkan oleh perbedaan potensi genetik terhadap toleransi salinitas.

Kegagalan perkecambahan pada kondisi salin disebabkan oleh efek osmotik dan toksik tingginya kadar garam pada media tanam. Konsentrasi garam yang tinggi menurunkan potensial osmotik larutan sehingga penyerapan air oleh tanaman terganggu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rendahnya potensial air pada media tanam merupakan faktor pembatas utama dalam perkecambahan (Bradford 1995). Penurunan persentase perkecambahan juga terjadi pada uji perkecambahan kacang hijau (Mensah dan Ihenyen 2009), chickpea (Cicer arietinum) (Sigh 2004), dan kedelai (Hosseini et al. 2002). Toleransi tanaman terhadap salinitas pada fase perkecambahan biasanya mengacu pada kecepatan perkecambahan benih pada kondisi salin. Karajol dan Naik (2011) mengatakan benih varietas toleran salinitas yang berkecambah cepat pada kondisi normal biasanya juga berkecambah dengan cepat pada kondisi salin. Varietas yang memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi memiliki peluang lebih toleran salinitas.

(6)

Tabel 3. Pengaruh tingkat salinitas terhadap persentase kecambah normal 10 varietas kacang tanah pada 14 HST. Malang, 2013.

Varietas Jumlah kecambah normal (%)

L0 L1 L2 L3 L4 L5 Media tanah Hypoma 1 82 77 76 73 71 48 Hypoma 2 87 83 81 71 62 47 Takar 1 82 75 67 64 60 45 Tuban 93 92 87 84 59 59 Kancil 95 85 81 67 65 31 Bison 92 88 83 75 63 29 Singa 91 89 85 69 67 49 Talam 1 98 95 91 89 78 31 Domba 85 84 83 81 51 39 Panther 97 95 90 78 76 43 Media pasir Hypoma 1 93 90 79 54 27 25 Hypoma 2 98 95 88 74 28 23 Takar 1 83 81 66 37 17 15 Tuban 99 98 91 73 35 33 Kancil 99 89 71 60 39 35 Bison 95 70 67 61 30 23 Singa 100 92 89 61 48 36 Talam 1 100 97 97 76 44 42 Domba 95 76 61 59 58 28 Panther 99 96 90 89 73 65

Karakter Morfologi Kecambah

Peningkatan salinitas berpengaruh nyata terhadap semua karakter morfologi yang diamati. Secara umum, panjang hipokotil, panjang akar, bobot kering tajuk dan akar kecambah umur 14 HST mengalami penurunan dengan meningkatnya salinitas (Tabel 4 dan 5). Panjang hipokotil, bobot kering tajuk dan akar kecambah mengalami penurunan di atas 10% pada perlakuan salinitas L3 sedangkan panjang akar pada salinitas L2. Batas kritis karakter morfologi yang diamati adalah pada L2 (DHL 1,37 dS/m), kecuali pada panjang akar, yaitu L1 (DHL 0,83 dS/m). Tingkat penurunan akar (panjang akar dan bobot kering akar) lebih besar dibandingkan dengan tajuk yang berarti pertumbuhan akar lebih sensitif terhadap salinitas dibandingkan bagian tajuk. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Radi dkk (2013) pada tanaman gandum dan buncis.

Penghambatan pertumbuhan tajuk dan akar merupakan respon umum pada cekaman salinitas dan menjadi indikator penting untuk menilai toleransi tanaman (Munns 2002). Akar merupakan organ pertama yang terpapar cekaman salinitas sehingga peranannya dalam toleransi sangat penting. Karakter akar suatu varietas dapat dijadikan sebagai salah satu penanda toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas.

(7)

Tabel 4. Pengaruh peningkatan salinitas terhadap panjang hipokotil, panjang akar, bobot kering tajuk dan akar kecambah kacang tanah umur 14 HST pada media tanah. Malang, 2013. Perlakuan salinitas

(dS/m) Panjang hipokotil (cm) Panjang akar (cm)

Bobot kering (g) Tajuk Akar L0 (0,40) 24,4 a 12,3 a 10,4 a 3,9 a L1 (0,83) 24,8 a 12,4 a 10,0 ab (4) 3,4 a (13) L2 (1,37) 24,0 a (2)1) 10,9 b (11) 10,1 a (3) 3,4 a (13) L3 (2,88) 20,0 b (18) 9,2 c (25) 8,6 c (17) 2,6 bc (33) L4 (4,09) 20,6 b (16) 8,7 c (29) 9,1 bc (13) 2,8 b (28) L5 (5,39) 16,1 c (34) 8,3 c (33) 7,3 d (30) 2,4 c (38)

Angka sekolom didampingi oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%; 1)angka dalam kurung

menunjukkan persentase penurunan dibandingkan kontrol.

Tabel 5. Pengaruh peningkatan salinitas terhadap panjang hipokotil, panjang akar, bobot kering tajuk dan akar kecambah kacang tanah umur 14 HST di media pasir. Malang, 2013. Perlakuan salinitas

(dS/m) Panjang hipokotil (cm) Panjang akar (cm)

Bobot kering (g) Tajuk Akar L0 (0,37) 24,2 a 13,0 a 10,5 a 4,5 a L1 (0,63) 22,7 a (6)1) 10,7 b (18) 10,7 a (2) 4,3 a (4) L2 (1,20) 19,3 b (20) 8,9 c (32) 9,3 b (11) 3,1 b (31) L3 (2,16) 17,9 b (26) 8,6 c (34) 9,2 b (12) 2,7 b (40) L4 (3,47) 13,2 c (45) 7,2 d (45) 5,7 c (46) 1,7 c (62) L5 (4,56) 10,8 d (56) 6,2 d (52) 5,3 c (50) 1,3 c (71)

Keterangan: 1)angka dalam kurung adalah persentase penurunan dibandingkan kontrol; angka sekolom didampingi oleh huruf

yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%.

Terdapat keragaman tingkat penurunan karakter morfologi pada perlakuan salinitas di antara varietas kacang tanah. Varietas Takar 1, Singa, dan Domba mempunyai hipokotil dan akar lebih panjang dibandingkan varietas lainnya (Tabel 6). Bobot kering tajuk tertinggi pada 14 HST terdapat pada varietas Hypoma 1 dan Takar 1. Sedangkan bobot kering akar kecambah tertinggi pada varietas Takar 1, diikuti varietas Singa dan Domba. Penurunan berat kering tanaman karena peningkatan salinitas mungkin akibat dari kom-binasi osmotik dan efek ion spesifik Cl- dan Na+ (Turan et al. 2007, Tafouo et al. 2010). Tabel 6. Panjang hipokotil dan akar, bobot kering tajuk dan akar kecambah 10 varietas unggul

kacang tanah umur 14 HST pada rata-rata perlakuan salinitas pada media tanah. Malang, 2013.

Varietas Panjang hipokotil

(cm) Panjang akar (cm) Tajuk Bobot kering (g) Akar

Hypoma 1 19,7 c 9,1 b 11,3 a 3,1 bcd Hypoma 2 21,4 bc 9,6 b 9,6 bcd 3,1 bcd Takar 1 22,2 ab 12,4 a 11,0 ab 3,8 a Tuban 19,5 c 9,7 b 7,8 e 2,7 d Kancil 20,1 c 9,2 b 10,2 abc 3,1 bcd Bison 21,4 bc 9,7 b 8,4 de 2,8 d Singa 23,0 ab 11,7 a 8,4 de 3,4 ab Talam 1 22,3 ab 10,2 b 9,2 cd 2,8 cd Domba 24,0 a 11,7 a 8,7 de 3,3 abc Panther 22,9 ab 9,9 b 7,7 e 2,3 d

(8)

KESIMPULAN

Peningkatan salinitas menurunkan kecepatan perkecambahan, persentase kecambah normal, panjang hipokotil, panjang akar, bobot kering tajuk dan akar kacang tanah. Semua varietas yang diuji mampu berkecambah dengan baik hingga tingkat salinitas L2 (DHL tanah 1,37 dS/m atau DHL pasir 1,20 dS/m). Pertumbuhan akar lebih sensitif terhadap salinitas dibandingkan dengan bagian tajuk.

DAFTAR PUSTAKA

Alihamsyah, Trip, M. Sarwani, I. Ar-Riza. 2002. Lahan pasang surut sebagai sumber partum-buhan produksi padi masa depan. Dalam Kebijakan perbenihan dan inovasi teknologi padi. buku 2. B. Suprihatno, A.K. Makarim, I.W. Widiarta, Hermanto, dan A.S. Yahya. (eds). Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. p 263–287.

Bradford K.J., 1995. Water relations in seed germination. In: J. Kigel and G. Galili (ed.) Seed development and germination. Marcel Dekker, New York. 351–396.

FAO. 2005. Final Report for SPFS-Emergency Study on Rural Reconstruction Along the Eastern Coast of NAD Province. Government of the Republic of Indonesia, Ministry of Agriculture, Food and Agriculture Organization of the United Nations. Nippon Koei Co. Ltd.

Garg, B.K., Gupta, I.C., 1998. Physiology of salt tolerance of arid zone crops. V. Chickpea. Curr. Agr. 22, 21–37.

Grover A., A. Kapoor, O.S. Lakshmi, S. Agarwal, C. Sahi, S. Katiyar-Agarwal, M. Agarwal and H. Dubey. 2001. Understanding molecular alphabets of the plant abiotic stress responses. Curr Sci 80(2):206–216.

Gulzar S., M.A. Khan and L.A. Ungar, 2003. Salt Tolerance of Coastal Salt Marsh Grass. Commun. Soil Sci. Plant Anal., 34 (17–18): 2595–2605.

Hosseini MK., AA. Powell, IJ. Bingham, 2002. Comparison of the seed germination and early seedling growth of soybean in saline condition. Seed Sci. Res. 12(3):165–172.

Ismail, Abdelbagi. 2007. Rice Tolerance to salinity and other problem soils: Physiological Aspects and Relevance breeding. IRRI Lecture in Rice Breeding Course. 19–31 Agustus 2007. PBGB. Los Banos, the Philipines.

Jamil M., Lee D.B., Jung K.Y., Ashraf M, Lee S.C., Rhal E.S., 2006. Effect of salt (NaCl) stress on germination and early seedling growth of four vegetables species. Cent. Eur. Agric 7:273–282.

Karajol K., G.R.Naik, 2011. Seed germination rate as a phenotypical marker for the selection of NaCl tolerant cultivars in pigeon pea (Cajanus cajan (l.) Millsp.). World J. of Sci. and Tech. 1(2):1–8.

Khan M.A., I.A. Ungar and A.M. Showalter, 2000. Effects of Sodium Chloride Treatments on Growth and ion Accumulation of the Halophyte Haloxylon recurvum. Coummun. Soil Sci. Plant Anal. 31: 2763–2774.

Munns R., 2002. Comparative physiology of salt and water stress. Plant Cell Environ. 25: 239– 250.

Mungala, A. J., T. Radhakrishnan and Jayanti R. Dobaria Junagadh. 2008. In vitro Screening of 123 Indian Peanut Cultivars for Sodium Chloride Induced Salinity Tolerance. World J. of Agric. Sci. 4 (5): 574–582.

Mensah JK, J. Ihenyen, 2009. Effects of salinity on germination, seedling establishment and yield of three genotypes of mung bean (Vigna mungo L. Hepper) in Edo State, Nigeria.

(9)

Mensah J.K., P.A. Akomeah, B. Ikhajiagbe and E.O. Ekpekurede, 2006. Effects of salinity on germination, growth and yield of five groundnut genotypes. Afric. J. of Biotech. 5(20):1973–1979.

Othman Y., 2005. Evaluation of Barley Cultivars Grown in Jordan for Salt Tolerance. Ph.D. Thesis, Jordan University of Science and Technology, Jordan.

Putra E.T.S., D. Indradewa. 2011. Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan Nasional. http://www.faperta.ugm.ac.id/dies/eka_prof_didik.php

Radi A.A, F.A. Farghaly, A.M. Hamada, 2013. Physiological and biochemical responses of salt-tolerant and salt-sensitive wheat and bean cultivars to salinity. J. Biol. Earth. Sci. 3(1 ):72– 88.

Singh R., D. Issar, P.V. Zala and P.C. Nautiyal. 2007. Variation in sensitivity to salinity in groundnut cultivars during seed germination and early seedling growth. ejournal.icrisat.org Singh, A.L., K. Hariprassana and R.M Solanki. 2008. Screening and selection of groundnut

genotypes for tolerance of soil salinity. Aust. J. of Crop Sci. 1(3):69–77.

Singh A.K., 2004. The Physiology of Salt Tolerance in Four Genotypes of Chickpea during Germination. J. Agric. Sci. Technol.6:87–93.

Turan MA, Turkmen N, Taban N., 2007. Effect of NaCl on stomatal resistance and proline, chlorophyll, Na, Cl, and K concentrations of lentil plants. J. Agron. 6:378–381.

Tafouo VD, Wamba OF, Youmbi E, Nono GV, Akoa A., 2010. Growth, yield, water status, and ionic distribution response of three bambara groundnut landraces (Vigna subterranean (L.) Verdic.) grown under saline conditions. Int. J. Bot. 6:53–58.

Ungar, I.A., 1996. Effect of salinity on seed germination, growth and ion accumulation of Atriplex patula (Chenopodiaceae). Am. J. Bot. 83, 604–607.

Gambar

Tabel 1. Perlakuan salinitas media tanam.
Tabel 2.  Daya hantar listrik (DHL), pH air dan media perkecambahan kacang tanah pada berbagai  perlakuan salinitas
Gambar 1. Pengaruh tingkat salinitas terhadap persentase perkecambahan   kacang tanah
Tabel 3.  Pengaruh tingkat salinitas terhadap persentase kecambah normal 10 varietas kacang tanah  pada 14 HST
+2

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat respon interaksi perlakuan varietas, cekaman salinitas garam NaCl dan osmoconditioning terhadap parameter bobot kering tajuk, dimana bobot kering tajuk tertinggi

Penyebaran karakter panjang tajuk, nisbah panjang tajuk akar, bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk yang tidak membentuk

berpengaruh negatif terhadap vigor kekuatan tumbuh pada kondisi cekaman salinitas, nilai daya tumbuh, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal, dan panjang akar

Karakter pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman, panjang akar, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan luas

Pada perlakuan S0/Kontrol keseluruh enam varietas bawang merah perlakuan salinitas varietas Bauji, Bima Brebes, Super Philip, Tajuk, Katumi dan Trisula menunjukan

Hal ini karena varietas Hypoma memiliki karakter pertumbuhan yang paling baik pada perlakuan cekaman salinitas rendah pada karakter berat kering tajuk, berat kering

Hasil penelitian di rumah kaca menunjukan respon varietas kacang hijau beragam terhadap cekaman salinitas dari 2,7‒12,5 dS/m, dan varie- tas toleran dapat tumbuh pada tingkat

Di antara panjang akar seminal, panjang tunas, panjang koleoptil, rasio panjang akar seminal:panjang tunas, persentase perkecambahan dan seed vigour index yang dievaluasi