• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN ANTROPOMETRI BADAN DAN PEMBUATAN POLA DALAM INDUSTRI KONVEKSI DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN ANTROPOMETRI BADAN DAN PEMBUATAN POLA DALAM INDUSTRI KONVEKSI DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN ANTROPOMETRI BADAN DAN

PEMBUATAN POLA DALAM INDUSTRI KONVEKSI DENGAN MENGGUNAKAN

IMAGE PROCESSING

Firman Supriyanto, Arief Rahman

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: firmansupriyanto@gmail.com; rahmanarief@gmail.com ABSTRAK

Pengukuran antropometri badan pada saat pengukuran baju merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena pada proses ini akan menjadi salah satu tolak ukur untuk menentukan kenyamanan baju bagi pemakainya.

Selama ini proses pengukuran baju dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan alat bantu berupa meteran. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama dengan pemesan memesan baju yang berjumlah banyak dikarenakan harus mengukur badan tiap pemesan. Di samping itu, hal ini juga dapat menyebabkan ketidakakuratan pengukuran karena setiap penjahit mempunyai persepsi, skill, dan pengalaman yang berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak sama. Untuk meningkatkan keakuratan pengukuran badan pemesan baju, maka pada penelitian ini dirancang sebuah sistem pengukuran digital terintegrasi yang menggunakan teknologi image processing.

Dengan menggunakan pengukuran digital ini terbukti menghasilkan ukuran dimensi tubuh untuk pembuatan baju beserta pola bajunya yang lebih efektif dan efisien. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengukuran manual dengan pengukuran menggunakan sistem ini. Selain itu hasil pengujian dari customer dapat disimpan ke dalam database sistem ini sehingga memudahkan pengarsipan data. Dengan dihasilkannya alat ukur digital yang terintegrasi ini, pengukuran antropometri badan untuk pembuatan baju menjadi lebih obyektif dan akurat.

Kata kunci : Industri Garmen, Antropometri Tubuh, Image Processing

ABTRACK

Body measurement in clothes making is an essential process that will affects the clothes’s comfortness to wear. The measurement are typically done by traditional tools such as ruler and tape measurement. This traditional method waste too much time when a considerable amount of orders occur frequently, this method also allows inaccuracies in measurement due to the different preceptions, skills and experiences between tailor which can cause a great loss for the industry.

To overcome this limitation on this research an image processing device is designed to an extent that the measurement, which is approached by anthropometric body measurement system, can be done digitally by capturing the image of a person. The measurement result can then be translated into pattern which is used as the guidance for cutting the cloth.

The image processing device provides a more effective and efficient way of measuring and making pattern for convection industries. The research result shows that the difference between digitalized and manual pattern making is not significan. The device is a lot faster and it enhance the record-keeping system by keeping the pattern of a customer in the database.

(2)

1. Pendahuluan

Keberadaan UKM penjahitan saat ini kalah bersaing dengan industri-industri garmen. Hal ini dikarenakan kualitas jahitan dari industri garmen lebih baik dari UKM penjahitan. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat lebih tertarik untuk membeli baju pada industri garmen. Agar dapat bertahan dalam persaingan tersebut, penjahit harus menghasilkan jahitan yang lebih berkualitas. Kualitas dari baju dilihat dari kerapian jahitan dan ketepatan ukuran yang dihasilkan.

Dalam proses menjahit terdapat beberapa tahapan mulai pengukuran, pemotongan, penjahitan, dan proses merapikan jahitan. Tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan secara berurutan. Proses pengukuran merupakan tahapan awal dalam proses menjahit. Tahapan ini adalah tahapan yang paling penting, karena hasil pengukuran yang nantinya akan menentukan kenyamanan pemakaian baju bagi pemakainya. Diperlukan ketelitian yang tinggi dalam melakukan pengukuran. Jika ukuran baju yang dihasilkan tidak nyaman dan tidak sesuai maka baju akan dikembalikan lagi pada penjahit untuk dilakukan pengerjaan ulang. Hal inilah yang menyebabkan terbuangnya waktu dan tenaga penjahit dengan percuma.

Saat ini proses pengambilan ukuran baju yang akan dibuat dilakukan dengan menggunakan pengukuran visual mata dari penjahit ataupun alat bantu meteran. Cara tersebut kurang efisien karena menyebabkan ketidakakuratan dan memakan waktu yang cukup lama. Ketidakakuratan ini disebabkan karena persepsi, skill, dan pengalaman setiap penjahit berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak sama.

Pada penelitian ini dilakukan perancangan sebuah sistem digital yang digunakan dalam proses pengukuran pada proses pengukuran baju. Sistem tersebut berupa perangkat pendukung dan software yang terintegrasi. Perangkat pendukung berfungsi untuk mengambil foto digital dari konsumen baju. Dan software menggunakan metode image processing berfungsi untuk mengolah foto digital tersebut sehingga menjadi dimensi antropometri badan manusia yang dibutuhkan. Interface dari sistem tersebut dirancang dengan mempertimbangkan aspek ergonomi kognitif sehingga mudah dipahami oleh pengguna sistem. Proses image processing

terbukti menghasilkan dimensi antopometri yang lebih akurat dan lebih mudah untuk melakukan pengukuran karena orang yang tidak ahli dalam pengukuran baju pun dapat melakukan pengukuran jika dibantu dengan image processing. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Brennan, 2009, tentang penggunaan image processing dalam pengukuran antropometri kepala. Selain ukuran dimensi tubuh untuk pembuatan baju, output lain yang didapat dari sistem pengukuran ini yaitu pola baju.

2. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penilitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menjadi dasar pada penelitian ini. Antara lain sebagai berikut:

• Hung, Witana, Goonetilleke (2004) menggunakan teknik deteksi batas tepi untuk mendapatkan ukuran badan manusia. Pengambilan gambar menggunakan kamera digital dari tiga sisi (depan, samping dan belakang). Kemudian foto dikonversikan menjadi gambar 2 dimensi agar mempermudah pada saat image processing.

• Riski (2008) menggunakan teknik deteksi batas tepi untuk mendapatkan ukuran tangan. Foto tangan diambil dari dalam sebuah kotak yang terpasang web-cam. Foto digital kemudian dikonversi menjadi grayscale, lalu dilakukan pengaturan threshold untuk mendapatkan batas tepi yang lebih jelas. Riski menggunakan bahasa pemrograman Visual C# sebagai implementasi proses dan algoritma deteksi dan pengukuran foto digital. • Brennan (2009) menggunakan ekstraksi

fitur wajah dan deteksi batas tepi dengan image processing untuk mendapatkan dimesi antropometri kepala manusia. Dimensi antropometri kepala yang dihasilkan dari pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai dasar perancangan alat pengaman diri google. • Faradis (2010) menggunakan ekstraksi

fitur foto dan deteksi batas tepi dengan image processing untuk mendapatkan 9 dari 11 dimensi antropometri yang ada pada tes antropometri calon prajurit TNI. Sedangkan pada penelitian ini akan dirancang sistem dengan metode pengolahan foto ekstraksi fitur badan dan batas tepi pada

(3)

pengukuran dan pembuatan pola dalam industri konveksi. Selain itu untuk perancangan interface dari software pengukuran antropometri tersebut menggunakan pertimbangan ergonomi kognitif.

3. Dasar Teori

Pada penelitian ini akan digunakan dasar teori yang berasal dari berbagai literatur dan penelitian sebelumnya. Diharapkan dasar teori ini akan mendukung penelitian yang akan dilakukan dan juga menjadi referensi dalam proses pemecahan masalah yang ada dalam penelitian ini.

3.1 Ergonomi

Kata ergonomi berasal dari dua kata yang berbahasa Latin, yaitu ergos yang artinya kerja dan nomos yang berarti hukum/aturan. Menurut Wignjosoebroto (2003), ergonomi adalah disiplin keilmuan yang berkaitan dengan perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya. Disiplin ilmu dasar ergonomi meliputi psikologi, ilmu kognitif, fisiologi, biomekanika, aplikasi antropometri fisik, dan sistem teknik industri. Dengan demikian ergonomi melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu sistem dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan sistem pula (Wignjosoebroto, 2000).

Konsep ergonomi sendiri berfokus pada prinsip “fit the task to the person”. Oleh karena itu beberapa aplikasi dari ilmu ergonomi dapat dilihat pada berbagai proses perancangan produk ataupun operasi kerja. Contoh dari aplikasi ilmu ergonomi pada perancangan kursi yang disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia.

3.2 Ergonomi Kognitif Pada Desain Interface

Ergonomi kognitif atau yang bisa disebut sebagai Cognitive Engineering, adalah pembahasan yang berfokus pada desain, struktur, dan interaksi antara manusia dengan mesin. Pendekatan kognitif ini ditinjau dari segi cara orang melihat, mendengar, memperhatikan, berfikir, mengingat, melupakan, dan membuat keputusan. Permasalahan kognitif berhubungan dengan syaraf otak, yang muncul jika ada informasi

yang berlebihan atau kekurangan dibawah proses permintaan informasi untuk memori jangka panjang dan pendek (Pulat, 1997).

Salah satu konsep ergonomi kognitif yaitu konsep user interface. User interface adalah bagaimana membuat tampilan (visible form) dari sebuah sistem yang merupakan media interaksi antara program dengan penggunanya (user). Tujuan dari user interface adalah mengkomunikasikan fitur-fitur sistem yang tersedia agar user mengerti dan dapat menggunakan sistem sesuai dengan yang diharapkan (T. A. Coen , 2002).

3.3 Antropometri

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan ukuran tubuh manusia (roebuck, 1995) dan menurut Wignjosoebroto (2000) antropometri adalah sebuah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan seperti perancangan lingkungan kerja (workplaces), fasilitas kerja, dll agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi ukuran anggota tubuh manusia yang akan menggunakannya. Hal ini dilakukan agar tercapai suatu kondisi yang enak, nyaman, aman, dan sehat bagi manusia dan tentunya juga dapat menciptakan kondisi kerja yang efisien dengan hasil yang efektif atau dengan kata lain adalah untuk mencapai keadaan yang ergonomis.

Dimensi-dimensi antropometri yang digunakan untuk pembuatan baju yaitu:

 Ukuran panjang dari bahu hingga pinggang (panjang badan).

 Ukuran lebar badan.  Ukuran lebar leher.  Ukuran lebar bahu.

 Ukuran lebar pergelangan tangan. Ukuran ini dibutuhkan ketika membuat pakaian dengan lengan panjang.

 Ukuran panjang lengan. Pengukuran pakaian lengan pendek ini berbeda dengan pakaian lengan panjang.  Ukuran lebar ketiak.

3.4 Pola

Pola baju merupakan pattern yang berupa potongan kain yang nantinya akan disatukan

(4)

menjadi sebuah baju. Ukuran pola baju didapat dari hasil pengukuran antropometri badan.

Pada penelitian ini, pola yang dihasilkan yaitu pola kemeja baik lengan pendek maupun panjang dan pola kaos baik lengan pendek maupun panjang.

3.5 Image Processing

Image processing adalah pemrosesan citra menjadi citra yang lain dengan kualitas yang lebih baik, yaitu pemrosesan pada usaha untuk memanipulasi. Citra yang telah menjadi gambar lain menggunakan algoritma atau teknik tertentu.. Data yang diolah berupa brightness, warna, dan image texture. Pengolahan citra mempunyai tujuan yaitu:

1. Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasikan oleh manusia atau komputer

2. Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain 3. Pengolahan citra merupakan proses awal

dari komputer visi

Proses pengolahan citra secara diagram yaitu proses dimulai dari pengambilan citra, perbaikan citra sampai dengan pernyataan representatif citra.

Gambar 1 Proses pengolahan citra 4. Metodologi Penelitian

Pada metodologi penelitian akan dijelaskan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian tugas akhir.

4.1 Studi Literatur

Studi literatur merupakan kegiatan untuk mempelajari teori-teori (mengarah pada bidang akademis) yang berkaitan dengan permasalahan di lapangan yang akan diselesaikan dalam tugas akhir ini, dan juga berfungsi sebagai pedoman secara teoritis dalam menyelesaikan permasalahan dalam tugas akhir ini. Teori yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini meliputi teori tentang ergonomi, antropometri, dan image processing.

4.1.2 Studi Lapangan

Selain studi literatur mengenai dasar teori yang akan digunakan, dalam penelitian ini juga dilakukan studi lapangan. Studi lapangan yang dilakukan meliputi penentuan

bahan baju yang akan dipakai oleh konsumen pada saat pengambilan foto digital dan pengambilan data bentuk serta ukuran antropometri badan. Data bentuk dan ukuran antropometri badan nantinya akan digunakan dalam pembuatan pola baju.

4.1.3 Tahap Perancangan dan Pengujian Sistem

Pada tahap ini akan dilakukan perancangan sistem pengukuran dalam proses pembuatan baju dan pengujian sistem tersebut terhadap sistem pengukuran secara manual dan visualisasi mata.

4.1.4 Tahap Perancangan Sistem

Tahap perancangan sistem merupakan tahapan utama dalam penelitian tugas akhir ini. Tahapan ini terdiri dari perancangan sistem, yaitu perangkat pendukung dan software. Perangkat pendukung dan software yang telah dibuat nantinya akan diintegrasikan dalam satu sistem pengukuran.

Pada tahap perancangan perangkat pendukung, langkah pertama yang dilakukan yaitu pendesainan alat yang berupa pemilihan background pengambilan foto dan perancangan desain baju yang terbuat dari kain lycra yang nantinya akan dipakai konsumen pada saat pengambilan foto digital. Selanjutnya dilakukan pemilihan kamera yang akan digunakan dalam pengambilan foto digital objek. Setelah itu juga dirancang bentuk desain perangkat pendukung sistem yang akan digunakan pada proses pengukuran antropometri ini.

Pada perancangan software, yang pertama akan dirancang model matematis untuk mendapatkan ukuran yang tepat dari foto digital yang telah diambil. Setelah itu dibuat interface dari software tersebut dengan mempertimbangkan aspek ergonomi kognitif. Fungsi ergonomi kognitif pada penelitian ini yaitu untuk memudahkan pengguna memahami software image processing tersebut.

Tahap selanjutnya dalam perancangan sistem yaitu perancangan model matematis untuk mendapatkan ukuran badan dari foto digital. Model matematis tersebut berupa penentuan faktor pengali ukuran yang didapat dari pengambilan foto digital untuk mendapatkan ukuran antropometri badan yang sebenarnya.

(5)

Tahap berikutnya adalah pendeteksian batas tepi dimensi badan yang akan digunakan untuk menentukan ukuran antropometri badan dalam pembuatan baju dan pola berdasarkan penjahit. Selanjutnya dibuat software yang digunakan untuk mengolah foto digital yang telah diambil untuk mendapatkan ukuran antropometri badan. Software dibuat dengan menggunakan teknologi image processing. Tahapan-tahapan dari image processing yaitu yang pertama pengambilan gambar foto digital dari konsumen baju dengan background yang telah ditentukan (warna background pengambilan foto harus kontras dengan warna baju). Yang kedua adalah hasil dari foto digital tersebut diolah ke dalam software image processing dan yang terakhir output dari software tersebut yaitu berupa ukuran dimensi tubuh untuk pembuatan baju konsumen dan pola dari baju tersebut.

4.1.5 Tahap Pengujian Sistem

Tahap akhir dalam perancangan sistem adalah pengintegrasian perangkat pendukung dan software tersebut menjadi sebuah sistem pengukuran. Setelah itu, alat telah selesai dan siap untuk diujikan.

Tahap pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah alat yang telah dibuat dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran antropometri badan secara manual dengan menggunakan meteran (eksisting) dan visualisasi mata terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan sistem yang telah dibuat. Apakah terdapat perbedaan yang cukup jauh pada hasil pengukuran antara pengukuran secara manual dengan meteran dan pengukuran dengan sistem yang telah dibuat. Apabila alat tersebut tidak berfungsi dengan baik, maka akan diulangi tahapan perancangan sistem.

4.1.6 Tahap Analisa dan Penetapan Kesimpulan

Tahapan ini terdiri dari dua bagian, yaitu analisa dan penetapan kesimpulan. Pada tahap analisa akan dianalisa hasil perancangan sistem dan analisa hasil perbandingan pengukuran manual dengan pengukuran dengan sistem ini. Analisa ini akan disertai dengan interpretasi, sehingga memudahkan dalam pemahaman, selain itu juga digunakan kata-kata naratif dalam penjelasannya untuk

memperjelas arti dan maksud dari pengolahan data tersebut.

Kemudian pada tahapan yang terakhir adalah penetapan kesimpulan yang dapat menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Selain itu juga diberikan saran-saran yang berguna untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya. Tahap saran berisi rekomendasi bagi UKM konveksi serta industri konveksi dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Gambar 2 Flowchart Penelitian 5. Perancangan Sistem

Sistem pengukuran yang dirancang terdiri dari software dan perangkat pendukung. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam perancangan software dan perangkat pendukung tersebut.

5.1 Perancangan Perangkat Pendukung Perancangan perangkat pendukung dimulai dengan pemilihan capture device, dari alternatif yang ada, yaitu kamera digital dengan kamera DSRL, dipilih kamera digital karena kualitas foto yang dihasilkan kamera digital lebih baik. Kemudian dibuat rancangan fisik perangkat keras. Kamera yang digunakan adalah Sony Cyber-Shot DSC-W90 8,1 MP.

(6)

Setelah itu penentuan ukuran penampang lokasi capture dengan menggunakan dasar dimensi antropometri D1 atau tinggi tubuh dalam posisi berdiri yang terbesar pada persentil 95 % dari tabel antropometri tubuh orang Indonesia dan dimensi antropometri D23 atau jarak bentang dari ujung jari tangan kanan hingga ke kiri. Digunakan persentil 95% juga. Dimensi tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Dimensi Antropometri D1 (cm) dan D23 (cm) (Sumber: Laporan Resmi Antropometri 2009)

Dari tabel 4.2 didapatkan nilai 179,1 cm yang menjadi batas terkecil ukuran tinggi lokasi pengambilan gambar. Kemudian dari perhitungan 179,1/3254 = 0,055, didapatkan skala gambar untuk 1 pixel = 0,055 cm. Oleh karena itu, untuk memberikan kelonggaran pada latar belakang, maka untuk tinggi dan lebar dari lokasi pengambilan gambar ditambah sebesar 50 cm.

Dalam menentukan jarak pengambilan gambar, maka dilakukan proses kalibrasi lokasi pengambilan gambar dengan gambar yang diambil, sehingga didapatkan tinggi dan lebar lokasi seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut langkah-langkah pengkalibrasian tersebut antara lain:

a. Bidang pengambilan gambar seukuran 230 x 230 cm diletakkan tepat di depan kamera. Kamera dipasang di atas tripod untuk mengurangi guncangan atau gerakan pada saat pengambilan gambar. b. Kamera diposisikan agar dapat

menangkap seluruh sisi bidang tersebut dengan mengatur jaraknya terhadap bidang pengambilan gambar.

c. Setelah posisi obyek tepat pada area tangkapan kamera, dilakukan pengukuran jarak dari kamera ke bidang pengambilan gambar.

Berdasarkan hasil pengukuran dengan metode kalibrasi ini, didapatkan jarak pengambilan gambar sebesar ±2 meter. Akan tetapi jarak tersebut masih dapat berubah-ubah. Hal tersebut dikarenakan perbedaan tinggi badan dari obyek yang akan diukur beserta pixel . Untuk lebih jelasnya mengenai jarak pengambilan gambar dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Jarak Kamera dengan Lokasi Pengambilan Gambar

5.1 Perancangan Software

Pada bagian ini akan dirancang flowchart yang berfungsi untuk menjelaskan desain alur kerja software yang dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.

(7)

Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut:

1. Memilih dan memasukkan foto customer yang akan diolah dari file komputer. Foto yang akan diolah adalah foto tubuh dengan posisi tubuh berdiri menghadap ke depan.

2. Memasukkan pola baju baru sesuai keinginan customer yang tidak terdapat pada default pola baju. Apabila pola baju sudah terdapat dalam default software maka langkah ini tidak diperlukan. 3. Memasukkan ukuran tinggi badan dari

customer. Hal ini dilakukan untuk mengkonversikan satuan pixel menjadi satuan centimeter.

4. Memilih jenis kelamin (pria/wanita) dari customer untuk menyesuaikan ukuran dan pendataan pada database.

5. Memilih tipe lengan (panjang/pendek) sesuai permintaan dari customer.

6. Memilih pola baju (kemeja/kaos) sesuai permintaan dari customer.

7. Memasukkan biodata customer yang

meliputi nama instansi

(golongan/perorangan), nama customer, dan batas akhir dari pembuatan baju. 8. Menentukan batas atas (kepala) dan batas

bawah (telapak kaki) customer dengan menggunakan bantuan kursor dari komputer/laptop.

9. Menentukan dimensi-dimensi (batas tepi) antropometri yang dibutuhkan untuk baju dari customer dengan menggunakan bantuan kursor dari komputer/laptop. 10. Penyesuaian batas tepi terhadap customer. 11. Apabila batas tepi sesuai dengan

keinginan customer maka dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Jika tidak sesuai maka akan dilakukan pendeteksian batas tepi ulang yang sesuai dengan keinginan customer.

12. Tahap selanjutnya yaitu penyimpanan data yang telah diperoleh ke dalam database.

13. Proses pengoperasian software selesai, setelah itu dapat keluar dari software dengan menekan tombol close (X). 5.2 Perancangan Interface

Interface dari sistem dalam penelitian ini terdiri dari enam form utama, yaitu form preview foto, form preview pola, form submit data, form configuration, form database, dan form petunjuk.

Fungsi dari masing-masing form tersebut yaitu:

1. Form preview foto ( New Customer). Form ini digunakan untuk memperlihatkan gambar dari customer yang akan diukur yang sudah di simpan dalam memori komputer. 2. Form preview pola (New Pola). Form

ini digunakan untuk memasukkan pola-pola baju yang baru yang tidak terdapat pada default pola baju, sedangkan default pola baju dari software adalah kemeja dan kaos baik lengan pendek dan lengan panjang. Form ini dapat menyimpan pola-pola terbaru yang nantinya dapat menjadi refrensi untuk UKM Konveksi dan customer.

3. Form submit data. Form ini digunakan untuk melengkapi data identifikasi diri dari customer. Pada form ini juga dilakukan penentuan batas tepi dari customer.

4. Form configuration (Configuration). Form ini digunakan untuk memasukkan batasan-batasan ukuran standar baju, batasan-batasan ini dapat dirubah sesuai dengan standar dari tiap konveksi (user).

5. Form database (Database). Pada form ini ditampilkan hasil deteksi seluruh dimensi badan yang telah dilakukan, berfungsi juga sebagai penyimpanan data.

6. Form help (Petunjuk). Form ini berfungsi sebagai petunjuk bagi user untuk mempermudah dalam mengoperasikan software Fast and Fit ini.

Pada bagian bawah dan pojok kanan atas terdapat tombol exit untuk keluar dari software yang sedang dijalankan setelah semua tahap dilakukan.

5.3 Implementasi Software

Langkah pertama yang dilakukan dalam proses pengoperasian software fast and fit yaitu memasukkan foto full color ke dalam software. Foto yang dapat dimasukkan dalam software harus memiliki format JPEG. Foto yang di olah pada software yaitu foto customer dengan posisi tubuh berdiri menghadap ke depan dengan merentangkan kedua tangan. Gambar 5 merupakan tampilan software setelah penginputan gambar.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis situs restriksi menunjukkan bahwa cDNA MmMt2 tidak mengandung situs yang terdapat pada MCS pGEM ® -T Easy sehingga semua situs yang terdapat pada MCS dapat

Oleh karena itu, ketika Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Hal ini menandakan bahwa tanaman jagung di Pulau Jawa kebanyakan ditanam di lahan atau wilayah kering yang ti- dak memiliki cukup air sehingga peningkatan curah hujan yang

Determinan atau faktor-faktor penentu pengungkapan tanggungjawab sosial yang diuji pada penelitian tersebut adalah faktor represi sipil dan politik suatu negara,

Kemampuan yang dituntut pada seorang guru tidaklah sekedar tugas dan kewajiban sebagai pendidik atau pengajar yang menyajikan materi didepan kelas, akan tetapi

Markah yang diperuntukkan bagi setiap soalan ditunjukkan dalam kurungan. Kertas soalan ini mengandungi 7

Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita maka

Kaitan ortopedagogik dan ortodidaktiK • Kaitan ortopedagogik dengan ortodidaktik adalah dalam melaksanakan prinsip-prinsip dasar pendidikan anak-anak berkelainan atau anak