• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH DI SDN 1 MOMALIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH DI SDN 1 MOMALIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH

DI SDN 1 MOMALIA

OLEH Yuliana Daimun

Tujuan penelitian ini Untuk memperoleh gambaran tentang pengembangan budaya sekolah pada kegiatan Intra Kurikuler, Untuk memperoleh gambaran tentang pengembangan budaya sekolah pada kegiatan ekstrakurikuler. Untuk memperoleh gambaran tentang pengembangan budaya sekolah pada pendekatan lingkungan sekolah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data dapat ditempuh dengan tiga cara yaitu, observasi, wawancara, dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam mengembangkan budaya dalam proses pembelajaran di kelas guru-guru membudayakan salam sebelum pembelajaran dimulai, membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sopan, ramah, menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama, dan dengan cara memberikan motivasi positif kepada siswa. Dalam mengembangkan budaya sekolah di luar kelas guru-guru jarang melakukan proses pembelajaran diluar kelas karena siswa kurang konsentrasi dalam proses pembelajaran di luar ruang kelas, tetapi jika siswa berada diluar kelas pada jam istirahat, guru-guru menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk berekspresi. Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan olehraga dilaksanakan dengan menarik minat siswa untuk berolahraga, Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan kesenian dengan menanamkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya dan kesenian daerah, para guru memancing kreatifitas siswa, dan ditanamkan rasa percaya diri kepada siswa. Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan kepramukaan, ditanamkan nilai-nilai kepemimpinan, kebersamaan, tanggung jawab, kemandirian, dan rasa cinta alam.

Untuk itu disarankan (1) Dinas pendidikan : Lebih memperhatikan fasilitas sekolah untuk meningkatkan budaya sekolah. (2) Dapat selalu memberikan pengarahan kepada para guru agar mengetahui apa sebenarnya yang harus dilakukan dalam mengembangkan budaya sekolah. (3) Dapat mengembangkan budaya sekolah melalui pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas (4) bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pengembangan budaya sekolah sehingga dapat menerapkannya dikemudian hari.

(2)

Pendahuluan

Perubahan struktur kebijakan pendidikan yang ditandai dengan lahirnya UU. NO. 23 Tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah banyak memberikan warna dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. perubahan struktural tersebut ditunjang dengan lahirnya instrument - instrumen pengembangan kualitas yang diciptakan untuk memudahkan pengelola sekolah merencanakan, mengevaluasi dan mengamati perkembangan sekolah dari berbagai sisi. Persoalannya, perubahan struktur kebijakan tersebut tidak mengubah budaya pendidikan di tingkat satuan pendidikan, kendati dipastikan memiliki pengaruh. Namun, seberapa kecepatan sekolah dapat mengadaptasi perubahan yang terjadi sangat tergantung pada modalitas yang dimiliki sekolah itu sendiri, baik modal sosial, modal kultur, modal ekonomi dan modal simbolik, termasuk bagaimana meningkatkan kepekaan warga sekolah akan pentingnya menciptakan budaya sekolah.

Sehubungan dengan konteks di atas, dapat dikatakan bahwa perubahan sistem sekolah tidak saja mesti ditunjang dengan upaya melakukan perubahan pada struktur sekolah itu sendiri, tetapi juga terkait nilai-nilai yang dikembangkan sekolah. Dengan demikian, perubahan cara pandang sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, administrator, murid, orang tua dan masyarakat dipandang sebagai pendorong terciptanya perubahan sistem, pola tindakan, dan proses untuk mencapai tujuan. Perubahan cara pandang tersebut, diharapkan setiap subjek sekolah dapat merancang apa yang mesti dilakukan, dan memahami tindakan tersebut sebagai suatu yang dapat dipahami dan dapat disepakati bersama. Dengan kata lain, perubahan cara pandang

(3)

inilah yang dapat mendorong terciptanya budaya sekolah yang berakar dari kesadaran subjek sekolah itu sendiri. Jika hal tersebut dapat dilakukan dengan baik, dengan sendirinya akan terbangun sistem yang menciptakan stabilitas dan keterbukaan, yang memungkinkan masing-masing subjek sekolah menjaga agar berjalan sesuai harapan. Perubahan cara pandang ini dapat dilihat dari upaya setiap subjek sekolah dapat mengartikulasi serta memahami nilai-nilai dan kepercayaan yang dikembangkan sekolah, mengkomunikasikan, merancang dan mentransformasikan hal tersebut dalam keseharian di sekolah sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Setiap warga sekolah diharapkan memiliki wawasan praktis untuk menciptakan budaya sekolah yang positif, efektif dan kolaboratif yang didasari nilai-nilai keyakinan bersama demi terciptanya lingkungan belajar yang kondusif.

Budaya sekolah yang kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dan sesama kepala sekolah, antara guru dan tenaga kependidikan lain serta antar dinas di lingkungannya merupakan lingkungan kerja yang kondusif. Suasana seperti ini sangat dibutuhkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih efektif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menciptakan budaya sekolah yang efektif merupakan salah satu prasayarat utama tertanamnya karakter dan moral yang baik pada warga sekolah. Hal tersebut, tidak saja terkait dengan penanaman nilai-nilai secara subtansif dalam pembelajaran pada intrakurikuler, ekstrakurikuler dan pendekatan lingkungan pembelajaran baik fisik, non fisik yang dapat mengarahkan warga sekolah kedalam nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut bersama.

(4)

Pengembangan budaya sekolah dilakukan melalaui kegiatan intra dan ekstrakurikuler sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa (2011: 105) Pengembangan budaya sekolah perlu memperhatikan : a) Modernisasi pengelolaan sekolah, b) Modernisasi guru, c) Modernisasi pembelajaran, d) perencanaan perubahan iklim sekolah.

Berdasarkan observasi awal yang dilaksanakan peneliti menunujukan bahwa iklim pembelajaran disekolah membatasi rasa ingin tahu siswa, siswa merasa takut untuk bertanya berbagai hal di sekolah karena siswa menganggap bahwa sekolah bukanlah tempat yang tepat bagi mereka untuk mereka memperoleh jawaban sesuai yang diharapkan. Berdasarkan kenyataan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Budaya Sekolah di SDN 1 Momalia dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran”.

Tinjauan Pustaka

Pengertian budaya menurut The International Encyclopedia of the Social

Science dapat dilihat menurut dua pendekatan. Pertama pendekatan proses (process-pattern theory, culture (process-pattern at basic) didukung oleh Franz Boas dan Alfred Louis

Kroeber. Kedua, melalui pendekatan structural-fungsional (structural-fungsional

theory, social structure as abasic) yang dikembangkan oleh Bonislaw Mallinowski

dan Tylor. Kemudian dari dua pendekatan itu, Edward Tylor (dalam Zazin, 2011:148) secara luas mendefinisikan budaya, “culture or civilization, taken in its wide

ethnographic sense, is that complex whole wich includes knowledges, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society” budaya atau peradaban, diambil dalam arti luas etnografi, adalah

(5)

bahwa seluruh hal kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang ada oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Zazin, 2011:148). Budaya dapat juga diartikan sebagai seluruh sistem gagasan, rasa tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar sesuai dengan kekhasan etnik, profesi dan kedaerahan Danim (dalam Zazin, 2011:148). Budaya juga diartikan sebagai seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat (William H. Haviland)

Hofstede (dalam Wahab, 2011) mendefinisikan budaya sebagai collective

programming of the mind atau collective mental program, yang terdiri dari tiga

tingkatan yaitu (1) Universal level of mental programming, yaitu sistem biologikal operasional manusia termasuk perilakunya yang bersifat universal, (2) Collective

level of mental programming, misalnya bahasa dan (3) Individual of mental programming misalnya kepentingan individu. Sejalan dengan itu . Koentjaraningrat

mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar. Dari berbagai definisi budaya di atas penulis menyimpulkan budaya adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya diantara para anggota

(6)

suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu

Sekolah merupakan salah satu organisasi yang bertujuan membuat perubahan kepada para peserta didik agar lebih baik, cerdas, beriman, bertaqwa, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan dan siap menghadapi perkembangan zaman. Sebagai bagian dari organisasi, sekolah diperlukan pengelolaan budaya organisasi yang sesuai dengan budaya masing-masing sekolah tersebut (Zazin, 2011:147).

Zazin (2011:149) mengistilahkan budaya sekolah adalah kultur akademis. Inti dari kultur akademis mengatur para pendidik agar mereka memahami cara bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan kerja dan lingkungan kerjanya, serta berlaku reaktif terhadap kebijakan pimpinannya sehingga terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan, citra akademis, dan etos kerja yang menginternalisasikan dalam kehidupannya sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya terhadap peningkatan prestasi kerja, baik terbentuk oleh lingkungan tersebut maupun dikuatkan oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan sebuah kebijakan yang diterima.

Menurut Deal dan Peterson (1999), budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. Menurut Hofstade dalam (Rivai 2003:257) : Budaya sekolah didefinisikan sebagai perencanaan bersama dari pola pikir

(7)

(collective programming mind) yang membedakan anggota-anggota dari suatu kelompok masyarakat dengan kelompok dari suatu budaya yang lain. Pola pikir ini pada dasarnya hanya ada dalam pikiran individu yang kemudian mengalami kristalisasi dan memiliki bentuk. Pada gilirannya pola pikir bersama ini akan meningkatkan sikap mental para anggota kelompok tersebut.

Budaya sekolah menurut Schein dalam Lutan (2007:12): Budaya sekolah sebagai suatu perangkat asumsi dasar akan membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah pokok dalam menghadapi kelangsungan hidup, baik dalam lingkungan eksternal maupun internal, sehingga akan membantu anggota kelompok dalam mencegah ketidakpastian situasi. Pemecahan masalah yang telah ditemukan ini kemudian dialihkan pada generasi berikutnya sehingga akan memiliki kesinambungan. Menurut Susanto (1997:3) : “Suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian integrasi ke dalam sekolah, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau berperilaku. Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan budaya sekolah itu sendiri mengacu pada nilai keyakinan dan prinsip-prinsip yang ada sebagai dasar untuk mengelola sekolah.

Konsep budaya sekolah pada dasarnya dapat digunakan untuk melihat ke arah mana bergulirnya perubahan baik positif atau negatif yang terjadi dalam konteks mikro (sekolah) sekaligus menjadi modal untuk melakukan evaluasi secara terus menerus untuk peningkatan kualitas. Konsep ini juga banyak membahas tentang

(8)

bagaimana memahami kombinasi antara sesuatu yang tampak dan tidak tampak dalam sekolah. Bangunan sekolah, struktur bangunan, tata letak kursi meja di kelas, logo sekolah yang terpampang, visi dan misi atau slogan-slogan yang ditempel di dinding pada dasarnya merupakan sesuatu yang tampak. Yang tidak tampak dari semua itu individu memiliki pemahaman mendalam tentang semua itu yang akan mempengaruhi prilaku selama disekolah, termasuk bagaimana cara mengajar, memotivasi diri dan orang lain, berelasi dengan siswa, guru, administrator ataupun dengan petugas keamanan atau kebersihan

Semua hal yang tampak atau tidak tampak, formal maupun informal, pada dasarnya, berkontribusi pada bagaimana warga sekolah,guru, murid, kepala sekolah, administrator, petugas keamanan, orang tua, dan masyarakat membentuk dan memperkuat budaya yang positif. Dengan demikian, setiap warga sekolah diharapkan memiliki kesadaran untuk selalu memastikan bahwa hal tersebut sesuai dengan budaya sekolah yang diharapkan. Dalam hal ini , penting untuk menjadikan sekolah sebagai ruang berbagi semangat dan tujuan yang memungkinkan masing-masing warga sekolah dapat berbicara secara sukarela dan terbuka terkait dengan apa yang terjadin disekolah. Pihak-pihak yang diberi amanah dalam mengelolah sekolah pun mesti mau mendengar dan berbesar hati memperhatikan hal tersebut. Dengan adanya situasi seperti itu dipastikan terbangunnya komitmen, keprcayaan dan kebanggaan atas apa yang selama ini dilakukan.

Hal ini dilakukan untuk tujuan utama, yaitu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi seluruh warga sekolah khususnya demi kesuksesan para siswa

(9)

agar menjadi pembelajar sejati. Budaya sekolah merupakan harapan bagi seseorang guru berprilaku berdasarkan nilai-nilai yang telah ada yang juga mencerminkan tujuan dari sekolah itu sendiri Ownes (dalam Deddy 2012 : 145). Menurut Deal & Peterson (2009: 11-12), memahami budaya sekolah setidaknya akan memudahkan dalam memahami beberapa aspek dari sekolah itu sendiri. Pertama, berkaitan dengan pembentukan fokus terhadap nilai-nilai yang dibangun dalam keseharian. Kedua, bagaimana membangun komitmen dan identifikasi terhadap nilai-nilai utama sekolah. Ketiga, bagaimana sekolah memperkeras suara motivasi. Dan, terakhir, bagaimana sekolah meningkatkan efektivitas dan produktivitas. Pada dasarnya, setiap sekolah memiliki budaya tersendiri yaitu aturan moral, ritual, dan berbagi bentuk hubungan antar aktor yang berada di dalamnya. Sebagai sesuatu yang diinternalisasikan kedalam masing-masing aktor, budaya tidak hanya berperan dalam aspek-aspek formal sekolah. Ia juga merupakan aspek yang tertambat secara informal yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan keseharian aktor-aktor yang berada di dalam sekolah. Selain itu, bagaimana menvisualisasikan komitmen dan tujuan dari sekolah, merupakan suatu keniscayaan dalam membangun budaya sekolah. Perubahan positif di sekolah hanya akan terjadi jika seluruh subjek sekolah memhami budaya sekolahnya sendiri dengan baik, baik yang tampak maupun tidak tampak atau yang formal maupun informal. Jika tidak memahaminya dengan baik, subjek akan terjebak dan terombang-ambing dalam ketidakpastian, ketidakjelasan arah, pesimis, tidak peduli, bekerja semaunya, dan hal lain yang sifatnya negatif. Hal tersebut akan berdampak buruk pada hasil pembelajaran murid sekolah. Budaya sekolah dapat

(10)

dipahami melalui elemn-elemennya, yang terdiri dari beberapa hal : a) Visi, misi dan tujuan: nilai, kepercayaan, norma dan asumsi, b) Ritual dan seremoni, c) Sejarah dan cerita, d) Manusia dan hubungan, e) Arsitektur, simbol dan artifak.

Budaya sekolah merupakan hasil dari perjalanan panjang setiap orang yang berada disekolah, maka perubahan disekolah tidak bisa dilakukan secara cepat. Perlu cara pandang positif dan juga kesabaran yang tinggi dan waktu yang panjang dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana kita memunculkan kesadaran akan pentingnya perencanaan jangka panjang dan juga perencanaan strategis untuk memastikan bahwa kita berjalan dijalur yang benar. Lain dari itu, penting untuk mendorong leadership dalam jiwa setiap orang yang berada disekolah. Leadership bukan saja urusan pimpinan di sekolah.

Leadership merupakan roh terciptanya budaya sekolah yang positif. Tanpa adanya leadership dipastikan bahwa sekolah akan kehilangan ruh untuk bergerak kearah

perubahan yang positif. Untuk itu, perlu tindakan-tindakan kolaborasi dalam upaya menciptakan budaya sekolah yang positif. Tindakan-tindakan kolaborasi akan mendorong ke arah keterbukaan dan fokus pada tujuan. Tanpa adanya keterbukaan, bisa dipastikan akan terdapat banyak kecurigaan. Dan, kecurigaan tersebut mengarah pada lahirnya sejumlah tindakan-tindakan negatif yang sangat merugikan semua pihak yang berada disekolah.

Harapan baagi setiap sekolah diungkapkan dalam visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah. Visi, misi dan tujuan pada dasarnya menggambarkan harapan sekolah dimasa yang akan datang, selain dari itu, hal tersebut juga menggambarkan

(11)

jangkar (anchor)yang dijadikan pengait atau rujukkan tindakkan dan juga sumber semangat (spirit) dari sejumlah aktivitas yang dilakukan disekolah. Hal tersebut dapat dipahami dapat dilihat dari sejauh mana kemampuan sekolah dalam memotivasi positif, mendorong kemajuan, dan saling mendukung satu sama lain. Menurut Deal & Peterson (2009: 14; 2009: 65), visi, misi dan tujuan berkaitan dengan beberapa konsep: nilai, kepercayaan, norma, dan asumsi. Nilai merupakan inti dari segala sesuatu yang dianggap penting oleh sekolah. Nilai didasarkan pada standar aturan untuk memahami apa yang baik atau buruk. Nilai juga merupakan pembentuk kebiasaan. Orang bertindak berdasarkan apa yang dianggap perlu berdasarkan kebiasaan.

Desain Penelitian

Pendekatan pada penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus. Mengingat penelitian ini bersifat alami, data yang diungkapkan berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat, paragraph-paragraf, dokumen-dokumen bukan berupa angka-angka. Obyek penelitian tidak diberikan perlakuan khusus atau dimanipulasi oleh peneliti sehingga data yang diperoleh tetap berada pada kondisi alami sebagai salah satu criteria penelitian kualitatiff. Data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi kemudian dianalisis secara induktif.

(12)

Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian yaitu pengembangan budaya sekolah SDN 1 Momalia kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yaitu 1) Pengembangan budaya sekolah pada kegiatan Intra Kurikuler , 2) Pengembangan budaya sekolah pada kegiatan ekstrakurikuler, 3) Pengembangan budaya sekolah pada lingkungan sekolah.

Sumber data penelitian adalah informan ataupun objek yang dapat memberikan data secara lengkap dan akurat serta tingkat kepercayaan yang dapat diterima. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah kepala sekolah, guru, siswa, serta berbagai dokumen yang dapat dijadikan sumber informasi

Pembahasan

Pengembangan Budaya Pada Kegiatan Intrakurikuler di SDN 1 Momalia

Dalam mengembangkan budaya dalam proses pembelajaran di kelas guru-guru di SDN1 Momalia mengembangknnya dengan membudayakan salam sebelum pembelajaran dimulai, membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sopan, ramah, menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama, dan dengan cara memberikan motivasi positif kepada siswa. Dalam mengembangkan budaya sekolah di luar kelas guru-duru di SDN 1 Momalia jarang melakukan proses pembelajaran diluar kelas dikarenakan siswa kurang konsentrasi dalam proses pembelajaran jika dilaksanakan di luar ruang kelas, akan tetapi jika siswa berada diluar kelas pada jam istirahat guru-guru mencitakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk berekspresi

(13)

Pengembangan Budaya Pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SDN 1 Momalia

Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan olehraga di SDN 1 Momalia dilaksanakan dengan menarik minat siswa untuk berolahraga, menaanampakan nilai kejujuran melalui olahraga, menanamkan sikap kerjasama antar tim melalui olahraga, dan menaamkan motivasi berprestasi kepada diri siswa melalui kegiatan olahraga.

Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan kesenian, SDN 1 Momalia menanamkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya dan kesenian daerah, melalui kegiatan kesesnian para guru memancing kreatifitas siswa, dan melalui kesenian pula di tanamkan rasa percaya diri kepada siswa.

Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan kepramukaan, SDN 1 Momalia menananmkan nilai-nilai kepemimpinan, kebersamaan, tanggung jawab, kemandirian, dan rasa cinta alam. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari jum’at, sabtu dan minggu di setiap akhir semester.

Pengembangan Budaya Pada Lingkungan Sekolah di SDN 1 Momalia

Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui lingkungan internal sekolah, SDN 1 Momalia selalu menanamkan nilai-nilai kebersihan dan keindahan kepada siswa karena keindahan lingkungan akan berdampak pada motivasi belajar siswa dan untuk menjaga nama baik sekolah. Adapun pengembangan budaya sekolah melalui lingkungan eksternal sekolah dilakukan dengan menjalin kerjasama yang baik dengan orang tua siswa, dengan dinas terkait dan ikut melibatkan siswa pada setiap kegiatan yang diselenggarakan di luar sekolah.

(14)

Penutup

Merujuk pada fokus pembahasan di atas, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk Dinas Pendidikan diharapkan Lebih memperhatikan fasilitas sekolah untuk meningkatkan budaya sekolah, Lebih memperhatikan budaya sekolah di SDN 1 Momalia, dalam proses pembelajaran berbasis PAKEM

2. Untuk kepala sekolah diharapkan Dapat selalu memberikan pengarahan kepada para guru agar mengetahui apa sebenarnya yang harus dilakukan dalam mengembangkan budaya sekolah. Lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan menganai pengembangan budaya sekolah 3. Untuk guru diharapkan Dapat mengembangkan budaya sekolah melalui

pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas. Dapat mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan ekstrakulikuler.

4. Bagi peneliti diharapkan karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pengembangan budaya sekolah.

(15)

Daftar Pustaka

Chatab Nevizond. 2007. Profil Budaya Organisasi. Bandung : Alfabeta

Deal dan Peterson, (1999), Menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis (suatu

upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan)

http://www.mediaindonesia.co.id di akses tgl 05/03/2013

Departemen Pendidikan & Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka

Janwar. Tambunan. 2003. Belajar dan Pembelajaran. FKIP UHN, Pematangsiantar. Kurnia Adi. 2001. Membangun Budaya Sekolah . Bandung: Rakatam Media.

Mulyadi Deddy. 2012. Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Mulyasa, H.E 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2011. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Pidarta, Made. 1998. Manajemen Pendidikan Dan Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan. Malang : IKIP Malang.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Halaman korelasi antar materi ini merupakan salah satu fitur dalam sistem yang bisa digunakan oleh koordinator untuk melihat informasi korelasi/hubungan antara

Metode peramalan merupakan cara untuk memperkirakan secara kuantitatif apa yang terjadi pada masa yang akan datang dengan dasar data yang relevan pada masa

Sebenarnya keluarga yang mempunyai anak retardasi mental sudah dapat menerima keberadaannya dikeluarganya, tetapi keluarga melakukan penolakan dengan cara-cara dan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dengan mengacu pada data dan hasil analisis data melalui pembuktian terhadap hipotesis dari permasalahan yang diangkat

MX Record digunakan untuk mengatur priority terhadap pengiriman email yang berasal dari mail server lain menuju mail server kita, jadi seandainya kita mempunyai dua mail server

(1) Apabila Ketua, Wakil-Ketua atau anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia meninggal dunia pada waktu menghadiri sidang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau

Sistem ekonomi adalah suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah