• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Unsur dan Kadar Logam Berat pada Limbah Pewarna Batik dengan Metode Analisis Pengaktifan Neutron

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Unsur dan Kadar Logam Berat pada Limbah Pewarna Batik dengan Metode Analisis Pengaktifan Neutron"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

22

Identifikasi Unsur dan Kadar Logam Berat pada Limbah Pewarna Batik

dengan Metode Analisis Pengaktifan Neutron

DWI P.SASONGKO

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup - Lemlit Universitas Diponegoro, Semarang

E-MAIL : dwi.sasongko@undip.ac.id WILDAN PANJI TRESNA

Pusat Penelitian Fisika – LIPI Kawasan Puspiptek Tangerang Selatan, Indonesia

E-MAIL : wild005@lipi.go.id

INTISARI : Telah dilakukan penelitian kandungan logam berat pada limbah pewarna batik dengan metode Analisis

Pengaktifan Neutron (APN). Penelitian dilakukan di BATAN-Yogyakarta dari bulan Maret 2007 sampai Mei 2007. Obyek dalam penelitian ini adalah limbah cair dari pewarna batik dan sedimen. Sampel air diambil dari saluran air hujan di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan yang mengarah ke sungai Setu. Sedimen diambil di sungai Banyuurip, Kecamatan Pekalongan Selatan. Aktivasi dilakukan pada fasilitas iradiasi Lazy Susan, teras reaktor Kartini selama 6 jam. Pencacahan dilakukan menggunakan detektor spektrometri – γ HPGe Coaxial selama 300 detik. Hasil analisis kualitatif menunjukan bahwa terdapat unsur Khromium dan unsur Kobalt, secara kuantitatif kadar dari unsur logam berat pada limbah pewarna batik adalah Khromium (0,1016 ± 0,0678) ppm untuk kelongsong pertama dan Khromium (0,1363 ± 0,0000) ppm untuk kelongsong kedua yang terdapat dalam sampel air serta Khromium (12176 ± 0,2698) ppm pada sedimen. Kadar Khromium pada sampel air masih sesuai dengan baku mutu air limbah berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 sebesar 1 ppm dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 untuk kategori “kurang”

KATA KUNCI : Logam Berat, Limbah Batik, Analisis Pengaktifan Neutron, Pekalongan

ABSTRACT : An experiment is done to analyze heavy metal in batik painting cesspool using NAA : Neutron Activation Analysis. The experiment is done at BATAN-Yogyakarta since March 2007 to May 2007.The object of this experiment is liquid cesspool of batik paint and sediment. The Liquid cesspool is taken from drainage at Jenggot village, South Pekalongan towards Setu river, while the sediment is taken from Banyuurip river. The activation is done at Lazy Susan irradiation facility at Kartini reactor terrace for six hours. The counting is done by using HPGe coaxial γ- spectrometry detector for 300 seconds. The result from qualitative analyzing shows that, there is Chromium and Cobalt element. The content of heavy metal element of batik painti cesspool is quantitatively detected as Chromium (0,1016 ± 0,0678) ppm for the first bottle and Chromium (0,1363 ± 0,0000) ppm for the second bottle that contains liquid cesspool and also Chromium (12176 ± 0,2698) ppm at sediment. The content of Chromium at liquid cesspool is still suitable from the standard liquid cesspool quality based on Central Java Province regulation No. 10 years of 2004 that is 1 ppm and Government regulation No.82 years of 2001 for “less” category.

KEYWORDS : heavy metal, batik cesspool, Neutron Activation Analysis,Pekalongan

1. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi industri dewasa ini semakin pesat, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Walaupun demikian kemajuan yang dicapai tidak pernah terlepas dari risiko negatif yang berpengaruh terhadap perubahan lingkungan melalui pencemaran yang pada akhirnya akan berdampak pada manusia.

Perkembangan industri sangat didukung oleh kemajuan teknologi. Teknologi akan mempermudah pekerjaan manusia sebagai pelaksana kegiatan industri, dan menjadi daya dukung yang dominan bagi dunia industri. Namun perkembangan dunia industri tersebut kadang kurang didukung dengan kesadaran akan efek dari kegiatan industri tersebut, seperti limbah dari kegiatan industri.

Industri batik merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan. Berawal dari metode sederhana, yaitu menggambar dengan canting dan mencelupkan dalam pewarna, batik cap dengan cara dicap pada cetakan sampai produksi masal dengan mesin modern. Dalam pembuatan batik, dari proses awal hingga proses penyempurnaan diindikasikan menggunakan bahan kimia yang mengandung unsur logam berat, sehingga bahan buangannya juga masih mengandung unsur logam berat tersebut. Apabila bahan buangan tersebut tidak diolah dengan baik, maka bahan buangan tersebut dapat mencemari lingkungan.

Proses pembuatan batik tulis di Kecamatan Pekalongan Selatan sangat sederhana. Proses pembuatan batik tersebut memerlukan beberapa tahapan, yaitu : penggambaran pola dengan cetakan tembaga yang dilapisi malam dan menggambar dengan canting, proses pewarna dasar, proses pewarna lanjut dan proses pencucian kain dengan air mendidih. Pada proses pewarna batik, baik pewarna dasar ataupun pewarna lanjut diindikasikan menggunakan campuran kimia yang sangat beracun dan berbahaya. Ironisnya untuk beberapa kelurahan di

(2)

23 Kecamatan Pekalongan Selatan tidak memiliki instalasi pengolahan limbah, sehingga limbah batik akan langsung dibuang ke sungai melalui drainage air hujan.

Industri batik merupakan industri yang potensial mengandung logam berat yang merupkan limbah berbahaya, sehingga dapat menyebabkan rusaknya lingkungan. Keberadaan limbah industri dapat diketahui berupa pencemaran fisik, seperti berbau menyengat, dan kontaminan akan membuat air menjadi keruh. Timbulnya gejala tersebut secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi (Wardhana, 2001). Limbah berwarna timbul akibat penggunaan zat pewarna yang masih melekat setelah dipakai.

Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh dampak perkembangan industri perlu dikaji lebih mendalam, karena apabila hal ini tidak diperhatikan akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan antara makhluk hidup dengan lingkungan. Daerah yang dijadikan sebagai pusat industri mempunyai permasalahan tersendiri terhadap pencemaran, akan lebih bermasalah lagi ketika hasil buangan yang berupa polutan yang sulit terurai dan akan mencemari lingkungan perairan apabila dibuang ke badan air seperti sungai atau saluran irigasi (Hindarko, 2003).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis ingin mengetahui kandungan logam berat dari pewarna batik dan membuktikan sendiri melalui penelitian. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kandungan logam berat dalam limbah batik adalah Analisis Pengaktifan Neutron (APN). Metode APN merupakan suatu metode analisis yang memanfaatkan prinsip reaksi pengaktifan inti suatu unsur dengan neutron, yang akan memancarkan radiasi -γ dengan energi spesifik yang mencirikan unsur tersebut, sedangkan radioaktivitas yang dipancarkan dari reaksi pengaktifan unsur tersebut akan sebanding dengan kandungan unsur yang dianalisis(Susetyo,1988).

Radioaktivatas adalah perubahan keadaan inti atom secara spontan yang disertai radiasi berupa zarah dan atau gelombang elektromagnetik. Gejala ini pada hakekatnya menunjukan ketidakstabilan inti atom. Perbandingan cacah neutron dan proton dalam satu inti sangat menentukan kestabilan inti tersebut, dengan kata lain dapat menentukan apakah inti tersebut bersifat radioaktif atau tidak (Krane, 1988).

Peluruhan radioaktif atau disintegrasi merupakan perubahan dalam inti atom akan membawa suatu perubahan dari satu nuklida menjadi nuklida lain atau dari satu unsur menjadi unsur yang lain (Akhadi, 1997). Jumlah inti induk N pada waktu t dinyatakan dalam tetapan radioaktif tiap satuan waktu λ sesuai dengan persamaan 1. Dan jumlah inti induk sebelum peluruhan adalah N0 pada waktu t=0 (Beiser, 1991).

Nt = N0 e-λt (1)

Dengan nilai N0 sebagai jumlah radionuklida mula-mula atau cacah inti induk pada saat t=0, Nt sebagai jumlah

radionuklida atau cacah inti induk pada waktu t, λ sebagai konstanta peluruhan, e merupakan bilangan naturalyang nilainya sama dengan 2,71828, dan, t adalah waktu peluruhan dalam satuan sekon.

Peristiwa interaksi neutron dengan inti atom dapat digambarkan dalam konsep tampang lintang. Tampang lintang suatu reaksi merupakan probabilitas neutron yang akan bereaksi dengan inti. Tampang lintang tersebut dipengaruhi oleh kecepatan neutron, jenis inti dan kerapaan inti. Neutron yang menumbuk inti atom dan meteri yang ditumbuk selalu bergerak, maka dengan gerakan neutron yang cepat akan memiliki tampang lintang inti yang sempit (Bock, 1991)

Pada setiap materi mempunyai tampang lintang dan tenaga ambang yang berbeda, sehingga paparan zarah –γ yang ditimbulkan dari masing-masing inti yang bereaksi dengan neutron menjadi berbeda-beda. Oleh karena itu hasil paparan zarah radioaktif yang dipancarkan akan berbanding lurus dengan kerapatan fluks neutron dan tampang lintang materi (Krane, 1988).

Spektrometer –γ merupakan suatu piranti elektronik yang digunakan untuk analisis spektrum –γ dari suatu cuplikan radioaktif yang sedang diukur. Keluarannya berbentuk distribusi tinggi pulsa spektrum tenaga yang terserap oleh detektor, kemudian diolah pada piranti elektronik sehingga menimbulkan pulsa cacahan. Dari pulsa cacahan inilah dapat diketahui kadar radioaktif yang terkandung dalam logam berat.

Analisis spektrometri untuk identifikasi unsur dilakukan secara kualitatif melalui tenaga sinar –γ yang dipancarkan untuk radioaktif dalam sampel. Tenaga sinar –γ ini sangat karakteristik untuk setiap radionuklida. Setelah tenaganya dihitung, kemudian dicocokkan dengan tabel isotop dari Erdtman dan Soyka (1979) untuk menentukan radioisotop yang terdapat dalam cuplikan.

Cuplikan yang akan dianalisis diiradiasi dengan menggunakan suatu sumber neutron dan akan terjadi reaksi X(n, γ)Y. Inti atom unsur-unsur yang berada dalam cuplikan tersebut akan menangkap neutron dan berubah menjadi radioaktif. Selanjutnya, setelah paparan radiasi neutron dianggap cukup, cuplikan dikeluarkan dari sumber neutron. Cuplikan tersebut sekarang mengandung unsur-unsur yang memancarkan sinar-sinar radioaktif. Sinar-γ yang dipancarkan oleh berbagai unsur dalam cuplikan dapat dianalisis secara spektrometri-γ. Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan penentuan tenaga sinar-γ, sedang analisis kuantitatif dilakukan dengan menentukan intensitasnya.

(3)

24

Apabila unsur stabil seperti logam berat dalam cuplikan diaktivasi dengan neutron maka reaksi yang paling sering terjadi dan paling banyak digunakan adalah (Sasongko, 1998) :

z XA + 0 n1 → z XA+1 + 0 γ 1 (2)

dengan Z merupakan nomor atom, A adalah nomor massa, X menunjukan logam berat dalam kondisi stabil, lambang 0 n 1 merupakan simbol operasional neutron, dan γ adalah simbol untuk sinar gamma.

Reaksi pada persamaan (2) disebut reaksi pengaktifan neutron yang dapat digunakan untuk Analisis Pengaktifan Neutron. Timbulnya radioaktivitas imbas dari suatu cuplikan setelah ditembak neutron merupakan prinsip dasar dari APN. Hasil pengaktifan pada reaksi (2) adalah isotop yang bersifat radioaktif yang memancarkan sinar –γ dengan tenaga spesifik.

Dalam interaksi dengan neutron, dikenal adanya kerapatan fluks neutron. Kerapatan fluks neutron merupakan banyaknya neutron yang menembus kumpulan cuplikan tiap satuan waktu pada suatu luasan tertentu, kerapatan fluks neutron disimbolkan Φ, yang tergantung pada kerapatan netron dan kecepatan neutron (Bock, 1991).

Tinggi pulsa yang dihasilkan oleh detektor HPGe pada spektrometri -γ setara dengan energi sinar -γ yang mengenai detektor. Cacah pulsa yang mempunyai tinggi dicatat dalam suatu salur dengan nomor salur tertentu. Dengan demikian nomor salur penganalisis salur ganda juga sebanding dengan energi sinar-γ. Untuk suatu perangkat spektrometer -γ dan satu setting kondisi kerja, perlu diketahui korelasi antara nomor salur dan tingkat energinya. Hal ini dapat dilakukan dengan mencacah beberapa macam sumber radioaktif standar. Bila dibuat plot tingkat energi foton-γ versus nomor salur maka didapatkan satu garis lurus. Plot tersebut dinamakan kalibrasi tenaga.

Menurut Debertin yang disadur oleh Rahayu (2006) efisiensi dalam fisika eksperimen didefinisikan sebagai nisbah antara respon suatu instrumen pengukuran (misalnya pembaca skala, arus listrik, jumlah cacah) dengan nilai besaran fisika yang diukur. Dalam spektrometri, besaran fisika yang diukur adalah laju cacah total atau cacah puncak fotolistrik dan tingkat energi foton-γ.

Dalam pencacahan secara spektrometri, dengan pencacahan ditujukan pada salah satu energi dari sekian banyak energi dan mode peluruhan yang ada dalam cuplikan, maka efisiensi pencacahan didasarkan pada nisbah antara laju cacah, aktivitas, dan nilai intensitas mutlak. Dalam spektrometri -γ nilai efisiensi detektor dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu melalui perhitungan geometri (metode mutlak) dan metode nisbi yaitu membandingkan cuplikan yang ingin dicari kadarnya dengan material standar yang sudah diketahui kadarnya, atau melalui pencacahan suatu sumber standar yang telah diketahui aktivitasnya. Tetapi cara yang terakhir lebih akurat sehingga lebih banyak digunakan (Susetyo, 1988).

Untuk menghitung aktivitas sumber standar pada saat digunakan dalam pengukuran digunakan persamaan, t T t

A

e

A

1/2 693 , 0 0 

(3) dengan At menyatakan aktivitas pada saat pengukuran (Bq), A0 menyatakan aktivitas mula-mula (Bq), T1/2

menyatakan waktu paro radionuklida (tahun), sedangkan t menyatakan waktu antara mula-mula sampai waktu pengukuran (tahun).

2. METODOLOGI 2.1. Bahan Penelitian

1. Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah limbah pewarna batik, baik dalam sampel air maupun sedimen. Metode pengambilan cuplikan hanya pada satu titik.

2. Sumber-γ yang digunakan sebagai sumber standar adalah Eu-152 untuk kalibrasi tenaga, dengan Ao:1,957x105 Bq pada tanggal 15 Juni 1979 dan t1/2:12,7 tahun. Sehingga At sampai tanggal 30 Maret 2007

adalah 0,350x105 Bq.

3. Material standar cair tanggal 12 September 2006 dengan kandungan Cd 10 ppm, Co 5 ppm, Cr 20 ppm, As 5 ppm.

4. Material standar padat dengan kandunganCr 3% 0,15 gr, Br5 0,1 gr 121,9 ppm.

Pengambilan sampel air dilakukan di saluran air hujan Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan. Sedimen diambil di sungai Banyuurip. Pengambilan cuplikan dilakukan pada bulan

(4)

25 Januari. Pengambilan cuplikan dilakukan pada musim penghujan sehingga hasil yang diperoleh hanya mengacu pada waktu dan kondisi tempat pengambilan cuplikan.

2.2. Metoda Penelitian

2.2.1 Prosedur preparasi sampel air

Sampel air diambil 1,5 liter, disaring dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur. Sebelum dipekatkan sampel air ini ditambah dengan HNO3 5 ml sebagai asam kuat hingga warna cuplikan

berubah sedikit cerah, HNO3 ini berfungsi untuk merusak ikatan senyawa organik yang mengikat logam dan

melarutkan logam tersebut. Kemudian cuplikan dipanaskan dengan kompor listrik hingga volumenya menjadi 150 ml. Hasil pemekatan tersebut diambil dengan pipet sebanyak 1 ml, kemudian dimasukan ke dalam vial

polyetilene. Setelah tahap ini sampel air sudah siap untuk diiradiasi. 2.2.2 Prosedur preparasi sedimen

Untuk sedimen preparasi dilakukan dengan cara membersihkan sedimen dari kotoran-kotoran yang mengganggu dan dikeringkan dengan kompor listrik. Kemudian sedimen ditambah dengan H2O2 10 tetessebagai

asam kuat dan diaduk hingga merata. kemudian sedimen ini diabukan dalam furnace bersuhu 500o C selama 4 jam. Setelah benar-benar kering cuplikan akan berwujud tanah halus seperti pasir yang berwarna coklat muda. hasil ini ditumbuk agar lebih halus lagi dan di ayak dalam ayakan dengan ukuran 50 mesh. setelah tahap ini sedimen sudah siap untuk diiradiasi.

2.2.3 Iradiasi Cuplikan

Iradiasi dilakukan pada tanggal 14-03-2007 dimulai dari pukul 09:22:20 sampai puluk 15:22:40, kurang lebih selama 6 jam. Pada awal pengangkatan dilakukan pengukuran radiasi paparan dan diperoleh hasil 31,5 mR, hasil tersebut masih tergolong tinggi sehingga cuplikan harus didiamkan untuk mengurangi paparan radiasinya. Cuplikan didiamkan selama 385 jam, 22 menit, 12 detik. Selain untuk menurunkan radiasi paparan, fase ini juga untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor yang ikut teraktivasi.

2.2.4 Pencacahan Cuplikan

Setelah iradiasi selesai, cuplikan dicacah menggunakan spektrometer –γ. Penentuan isotop secara kualitatif dan kuantitatif didasarkan pada analisis spektrum energi –γ yang dipancarkan oleh radioisotop.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kalibrasi Spektrometer –γ

Kalibrasi tenaga spektrometer -γ dengan menggunakan sumber standar multi gamma Eu-152 yang ditampilkan pada kurva kalibrasi berikut :

Gambar 1. Kurva kalibrasi Eu-152 Kalibrasi tenaga dengan Eu-152

y = 0.4367x - 0.855 R2 = 0.9993 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0 1000 2000 3000 4000 No.Salur T e n a g a

(5)

26

Dari hasil kalibrasi tenaga spektrometer gamma didapatkan persamaan regresi linier y = 0,4367 X 0,8550 dengan koefisien regresi R = 0,9993. Berdasarkan hasil dan nilai koefisien regresi maka detektor dapat dikatakan dalam keadaan stabil dan dapat dioperasikan.

3.2. Analisis Kualitatif

Tabel 1. hasil analisis kualitatif unsur logam berat pada limbah pewarnba batik

Keterangan :

K : tidak terdeteksi unsur logam berat A : terdeteksi adanya unsur logam berat. 3.3. Analisis Kuantitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan metode relatif (nisbi) yaitu membandingkan dengan material standar yang sudah diketahui jamlah kadarnya. Adapun hasil perhitungan dengan metode relatif adalah sebagai berikut : Khromium (0,1016 ± 0,0678) ppm untuk kelongsong pertama dan Khromium (0,1363 ± 0,0000) ppm untuk kelongsong kedua yang terdapat dalam sampel air serta Khromium (12176 ± 0,2698) ppm pada sedimen. 3.4. Pembahasan

Logam berat yang melalui badan air akan melalui dua proses, di antaranya pengendapan dan absorpsi oleh organisme. Apabila konsentarsi logam lebih besar dari pada daya larut terendah maka logam tersebut akan mengendap. Kadar logam yang mengendap dapat berubah menjadi lebih tinggi atau semakin berkurang tergantung pada kondisi lingkungan badan alir. Pada daerah yang kekurangan oksigen karena kontaminasi bahan organik logam berat akan mudah mengendap (Hindarko, 2003).

Konsentrasi unsur logam yang terlarut dalam air dipengaruhi juga oleh musim. Adanya perbedaan musim berpengaruh terhadap konsentrasi logam terlarut (Wardhana, 1995). Kandungan logam berat pada musim hujan akan lebih kecil karena proses pengenceran, sedangkan pada musim kemarau kandungan logam berat lebih tinggi karena terkonsentrasi. Namun berkaitan dengan musim kondisi badan air di Kecamatan Pekalongan Selatan lebih dipengaruhi oleh kegiatan produksi dari industri batik yang banyak dilakukan pada musim kemarau.

Pada saat musim penghujan, selain jumlah produksi menurun juga menyebabkan volume air pada badan air bertambah. Hal ini mengakibatkan kadar zat terlarut semakin rendah. Pada saat musim kemarau, buangan dari pewarna batik menjadi lebih banyak oleh karena proses produksi. Selain itu, suplay air dari hujan yang turun juga berkurang sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku untuk waktu dan kondisi saat pengambilan cuplikan dilakukan.

Unsur yang dapat terdeteksi sempurna dalam sampel air maupun sedimen adalah unsur Khromium. Dari hasil analisis kuantitatif dapat diketahui kadar dari unsur Khromium tersebut, baik dari sedimen maupun cair.

4. KESIMPULAN

1. Radionuklida yang terdeteksi dalam limbah pewarna batik di Kecamatan Pekalongan Selatan adalah Cr-51 dan Co-60.

2. Kadar dari radionuklida yang terdeteksi yang diperoleh dari analisis kuantitatif adalah sebagai berikut :  Khromium dari sampel air dalam kelongsong I adalah 0,1016 ppm

 Khromium dari sampel air dalam kelongsong II adalah 0,1363 ppm  Khromium dari sedimen adalah 1,2176 % atau 12176 ppm

3. Kadar yang terkandung dalam sampel air masih sesuai dengan Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah dalam kategori limbah layak buang (hanya berdasarkan kadar

Isotop Indikator

Cd-115 Co-60 Cr-51 As-75 Br-80

Sedimen K A A K K

(6)

27 maksimum saja). Kadar tersebut juga masih relevan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dalam kategori IV

4. Pengambilan cuplikan hanya dilakukan satu kali (4 Februari 2007), sehingga hasil penelitian tidak bisa mewakili kondisi musim yang berlaku. Hasil penelitian hanya berlaku untuk waktu dan kondisi saat pengambilan cuplikan di Kecamatan Pekalongan Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Akhadi, M., 1997, Pengantar Teknologi Nuklir, Jakarta : Rineka Cipta

[2] Beiser, A., 1991, Konsep Fisika Modern, terjemahan The Houw Liong, Edisi 3, Jakarta : Penerbit Erlangga.

[3] Bock, H., 1991, Reactor Kinetics and Dinamics, Lecture notes prpared for the IAEA : AIAU 89312. [4] Erdtman, G and Soyka, W., 1979, The Gamma Ray of Radionuclides Tables for Applied Gamma Ray

Spectrometry, Ney York : Wienhein.

[5] Hindarko, S., 2003, Mengolah Air Limbah Supaya Tidak Mencemari Orang Lain, Jakarta : Penerbit Esha [6] Krane, K., 1988, Introductory Nuclear Physics, Jhon Wiley & Sons.

[7] Maeda, S., 1990, Accumulation And Detoxification of Toxic Metal Element by Algae, SPB Academic Publishing, Japan.

[8] Mellawati, J., 1994, Penggunaan Metode Standar Multi Unsur Pada Analisis Aktifasi Neutron, Jakarta : BATAN.

[9] Nareh, M dan Suratman, M., 1993, Metode Pengukuran Aktivitas Rendah, Jakarta : PSPKR-BATAN. [10] Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksidan Logam Berat, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

[11] Sasongko, D. P., 1997, Kajian Radioaktivitas Alam Laut Pesisir Semarang, Yogyakarta, Tesis S-2 Universitas Gadjah Mada.

[12] Susetyo, W., 1988, Spektrometri Gamma dan Penerapannya Dalam Analisis Pengaktifan Neutron, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Gambar

Gambar 1. Kurva kalibrasi Eu-152
Tabel 1.  hasil analisis kualitatif unsur logam berat pada limbah pewarnba batik

Referensi

Dokumen terkait