• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Arisona 2,Yuris 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Arisona 2,Yuris 3"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS CTL dan

E-LEARNING di SD 01 POASIA KENDARI SEBAGAI MODEL PRAKTIKUM

PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA P.MIPA FKIP UNIVERSITAS HALU OLEO

1

Oleh:

Arisona

2

,Yuris

3

Abstrak. Telah dilakukan penelitian Penerapan perangkat pembelajaran berbasis CTL

(Contekstual Teaching And Learning) dan E-Learning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Sains di SD 01 Poasia sebagai Sekolah Unggulan (sebelumnya Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional) di Kota Kendari, dengan menerapkan Four-D Model dengan beberapa adaptasi kerangka berfikir yang sesuai. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, pengelolaan pembelajaran dan persepsi siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran. Data-data dianalisis dengan statistik deskriptif kualitatif yang dapat memberikan informasi tentang efektivitas dan keterbacaan perangkat pembelajaran, serta kemampuan guru Sains dalam mengelola pembelajaran sesuai yang diinginkan KTSP. Berdasarkan hasil deskriptif terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IV & V SD Negeri 1 Poasia sebelum dan sesudah penerapan perangkat pembelajaran, nampak bahwa hasil belajar siswa cenderung mengalami peningkatan rata-rata. Hal ini nampak pada nilai rata-rata siswa kelas IV melalui pre-test sebesar 46,05 dimana siswa yang tuntas sebesar 7,89 atau perolehan nilai siswa sama atau lebih besar dari nilai 65, sedang pada post test nilai rata-rata menjadi 75,53 dengan ketuntasan belajar secara individu menjadi sebesar 84,21 % atau terjadi peningkatan rata-rata penguasaan konsep/hasil belajar siswa sebesar 64.53 %.; sedangkan rata-rata pre-test siswa kelas V sebesar 59,36 dimana siswa yang sudah tuntas atau perolehan nilai siswa sama atau lebih besar dari skor 65 sebanyak 35,29%, dan pada pada post test nilai rata-rata menjadi 73,15 dengan ketuntasan belajar secara individu menjadi sebesar 79% atau terjadi peningkatan rata-rata penguasaan konsep/hasil belajar Sains siswa sebesar 23,23 %.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan bagi Dinas Diknas Kota Kendari untuk mencoba menerapkan perangkat pembelajaran tersebut pada sekolah lain dalam lingkup Kota Kendari.

Kata Kunci :CTL ,E-Learning,Perangkat Pembelajaran.

1 Ringkasan hasil Penelitian

2,3 Dosen Pendidikan Fisika FKIP UHO

PENDAHULUAN

Pendekatan pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, dan

sebagai warga masyarakat dan nantinya sebagai tenaga kerja.

Selain itu,untuk memperkuat pemahaman konsep dan proses pembelajaran lebih interaktif maka dikembangkan E-learning yang merupakan sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronika. Salah satu media yang digunakan

adalah jaringan komputer. Dengan

dikembangkannya di jaringan komputer

memungkinkan untuk dikembangkan dalam

(2)

dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini berbentuk teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video, serta ruang

diskusi yang memudahkan siswa untuk

berinteraktif dengan guru. Perbedaan

pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu pada kelas tradisional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk

menyalurkan ilmu pengetahuan kepada

pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran

e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar

mandiri pada waktu tertentu dan

bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana

pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.

Sebagai upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa di LPTK, khususnya di FKIP Unhalu Kendari Jurusan Pendidikan MIPA, maka peneliti tertarik untuk mencoba menerapkan perangkat pembelajaran berbasis CTL dan

E-learning dalam pembelajaran, khususnya pada

SD 01 Poasia sebagai sekolah Unggulan (sebelumnya bernama Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional ) di Kota Kendari. Peneliti berasumsi bahwa Pembelajaran Sains Berbasis

CTL dan E-Learning, akan membuat siswa

disekolah terutama pada tingkat Sekolah Dasar akan mampu mengembangkan konsep-konsep Sains yang selama ini merupakan suatu mata pelajaran yang susah difahami (banyak rumus dan hafalan) disamping mata pelajaran lainnya (matematika.) Disisi lain banyak guru yang

beranggapan bahwa apabila siswa dapat

mengahafal semua materi, maka siswa akan dapat memahami isi materi pelajaran Sains. Hal ini diduga disebabkan oleh guru yang senantiasa

menerapkan metode ceramah dalam

pembelajaran Sains di sekolah?. Metode ini menciptakan proses belajar mengajar yang

terpusat pada guru dan menciptakan

ketergantungan siswa siswa pada guru sangat besar. Akhirnya siswa tidak terlatih untuk

mandiri dalam mencari dan menemukan

pengetahuan sendiri. Sehingga perlu

mengembangkan perangkat pembelajaran E-learning yang bertujuan akan membuat siswa lebih interaktif dan dapat secara mandiri menggali pengetahuan dan menghubungkan segala kejadian yang ada diingkungan mereka sendiri.

TINJAUAN PUSTAKA Hakikat Sains (IPA)

Sains (IPA) dengan bidang Biologi, Fisika, dan Kimia dengan kajian meliputi benda-benda alam semesta, kegiatan mencari untuk menemukan fakta-fakta tentang benda-benda dan menjadikan fakta-fakta menjadi pola konseptual yang disebut Teori atau Hukum. Teori atau Hukum inilah yang akan menjelaskan hubungan antara fakta dan benda-benda alam semesta.

Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan pembelajaran konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) berkembang dari faham konstruktivisme (Haston, 1999). Ide utamanya ialah mengaitkan kegiatan dan persoalan pembelajaran dengan konteks keseharian anak (Blankchard, 2000). Anak belajar dari dunia nyata dimana ilmu pengetahuan yang dipelajari bakal digunakan. Teori belajar bermakna (meaningful learning) dari Ausubel (1979) menyarankan agar siswa belajar dari persoalan kesehariannya agar bermanfaat bagi kehidupannya. Ide-ide tersebut dipakai dalam

kontekstual learning, dimana siswa diajak belajar

dari persoalan yang nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan

bahwa pendekatan kontektual (Contextual

Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam

(3)

Model-Model Pembelajaran Kontekstual

Pengembangan CTL di

sekolah-sekolah dilaksanakan melalui pengembangan model pengajaran. Ada 3 (tiga) model-model pengajaran ditambah dengan 1 (satu) strategi-strategi belajar yang dikembangkan dalam CTL, yaitu: (1) model pengajaran

langsung (direct instruction), (2) model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning), (3) model pengajaran berbasis masalah (problem

based instruction) dan (4) strategi-strategi

belajar (learning strategy).

Pembelajaran Berbasis E-Learning

E-learning adalah sebuah proses

pembelajaran yang berbasis elektronika. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini berbentuk mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu pada kelas tradisional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan

kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam

pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya.

Bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa di tempat tertentu di dalam websites untuk diakses oleh para mahasiswa. Bahan belajar yang tempatkan di dalam websites dapat terdiri dari teks, grafik, audio, vidio, animasi, dan simulasi yang bersifat interaktif. Bahan-bahan belajar yang tersimpan

dalam komputer dapat diakses oleh

siswa/mahasiswa setiap saat dan memudahkan dosen dalam melakukan pembaharuan dari sisi kontens materi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Rancangan Penerapan perangkat

pembelajaran Sains berbasis CTL dan E-Learning

Dalam penelitian pengembangan ini,

metode yang akan digunakan untuk

mengembangkan model dan perangkat

pembelajaran Sains adalah menggunakan Four-D

Model dengan beberapa adaptasi kerangka berfikir

yang sesuai (Fida, 2004) yaitu : Define, Design, Develop, Implementation

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap 1: Define: Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam analisis kurikulum, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian terhadap masalah dan kebutuhan yang dijumpai dalam pembelajaran Sains di SD 01 Poasia Kendari pada siswa kelas IV dan V. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengembangkan Silabus dan RPP berdasarkan KTSP yang telah dikembangkan di SD 01 Poasia Kendari selama ini.

Pada tahap analisis, kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis kemampuan dasar matematika siswa SD 01 Poasia Kendari yaitu sisw kelas IV dan V, melalui analisis tugas-tugas yang

akan diberikan kepada siswa dengan

mempertimbangkan aspek kognitif, psikomotor dan sikap yang dimiliki siswa.

Analisis materi/konsep mata pelajaran Sains, dilakukan untuk menelusuri konsep-konsep

yang ada menurut KTSP dengan

mengklasifikasikan materi kedalam tingkat mudah,

sedang dan sukar/kompleks. Selanjutnya

perumusan tujuan pembelajaran didasarkan pada analisis tugas, analisis konsep, analisis siswa yang telah dijabarkan pada SK dan SKD.

Tahap 2: Design

Kegiatan yang dilakukan pada tahap

design adalah perancangan dan penulisan model

perangkat pembelajaran. Pemilihan format

ditempuh dengan mengkaji perangkat

(4)

sekolah menurut KTSP dengan beberapa adaptasi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SD 01 Poasia Kendari yang sudah berada pada fase berpikir

formal. Perangkat pembelajaran tersebut

meliputi: Silabus, bahan ajar siswa, pemilihan media, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada model pembelajaran kontekstual, lembar kerja keterampilan proses

siswa (LKKPM), dan lembar penilaian

(asessment) berbasis kelas (produk dan proses).

Tahap 3: Develop

Kegiatan yang dilakukan pada tahap develop adalah menelaah model dan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, baik hasil telaah secara terbatas dari Tim Dosen Peneliti dan tim guru, maupun hasil telah/revisi dari beberapa pakar (bidang pengajaran dan subtansi materi) dan/atau dari hasil refleksi ujicoba terbatas atau simulasi melalui peer teaching. Uji coba terbatas dilakukan dengan melibatkan mahasiswa sebanyak 3 orang. Pada tahap ini akan dihasilkan laporan pengembangan perangkat pembelajaran yang ditulis berdasarkan analisis data ujicoba terbatas dan hasil revisi dari para pakar.

Setelah serangkaian revisi dilakukan terhadap perangkat pembelajaran Sains yang telah dikembangkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba perangkat untuk skala luas, yaitu menerapkan dalam ruang kelas secara nyata, atau real teaching. Selanjutnya melakukan lagi revisi terhadap kelemahan-kelemahan yang ada dari perangkat tersebut pasca uji coba, dan diterapkan pada skala luas, misalnya pada semua sekolah pada tingkatan yang sama dalam Kota Kendari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Setelah dilakukan serangkaian kegiatan dan tahapan dalam pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA-Fisika, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

Tahap 1: Define: Analisis Kurikulum

Dalam analisis kurikulum, kegiatan yang

dilakukan adalah pengkajian terhadap masalah dan kebutuhan yang dijumpai dalam pembelajaran Sains pada kelas IV,dan V. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah

mengembangkan Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan format Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pada tahap analisis siswa, kegiatan yang telah dilakukan adalah melakukan observasi awal di SD 01 Poasia. Hal ini dimaksudkan untuk menganalisis kemampuan dasar matematika siswa mulai dari jenjang kelas IV dan V. Berdasarkan kondisi kemampuan dasar yang dimiliki siswa tersebut, maka dapat dilakukan analisis tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa dengan mempertimbangkan aspek kognitif, psikomotor dan sikap yang dimiliki siswa.

Analisis materi/konsep mata pelajaran

Sains dilakukan untuk menelusuri konsep-konsep

yang ada menurut KTSP dengan

mengklasifikasikan materi mulai dari tingkat mudah, sedang dan sukar/kompleks. Selanjutnya perumusan tujuan pembelajaran didasarkan pada analisis tugas, analisis konsep, analisis siswa yang telah dijabarkan pada Standar Kompetensi (SK)

dan Kompetensi Dasar (KD). Adapun

materi/konsep yang akan dikembangkan model

dan perangkat pembelajarannya adalah

materi/konsep mata pelajaran Sains, dari kelas IV dan V dengan masing-masing KD dan materi pokoknya : Sebaran Konsep Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Siswa kelas IV SD 01 Poasia Kendari: Standar Kompetensi : 9. Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit .Kompetensi Dasar (KD) : 9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi dan 9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. Materi Pokok dan Uraian Materi :Perubahan kenampakan bumi dan benda langit : Perubahan kenampakan bumi,

Perubahan kenampakan benda-benda langit.

Sedangkan Sebaran Konsep Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Sains Siswa kelas V SDN 01 Poasia Kendari: Standar Kompetensi 7.

(5)

Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya

alam ;Kompetensi Dasar (KD) :7.4

Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya, 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air ; Materi Pokok dan Uraian Materi Bumi dan Alam Semesta (Daur Air).

Tahap 2: Design

Kegiatan yang dilakukan pada tahap

design adalah perancangan dan penulisan model

perangkat pembelajaran. Pemilihan format

ditempuh dengan mengkaji perangkat

pembelajaran yang sedang dikembangkan di sekolah menurut KTSP dengan beberapa adaptasi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SD 01 Poasia Kendari yang sudah berada pada fase berpikir

formal. Perangkat pembelajaran tersebut

meliputi: Silabus, bahan ajar, pemilihan media, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau skenario pembelajaran yang mengacu pada model pembelajaran kontekstual, Lembar Kerja

Ilmiah Siswa (LKIS), dan lembar penilaian (asessment) berbasis kelas (produk dan proses).

Tahap 3: Develop

Kegiatan yang dilakukan pada tahap develop adalah menelaah model dan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, baik hasil telaah secara terbatas dari Tim Dosen Peneliti dan juga dari Tim guru mata pelajaran Sains di SD Negeri 1 Poasia, maupun hasil telah/revisi dari beberapa pakar (bidang pengajaran dan subtansi materi) dan/atau dari hasil refleksi ujicoba terbatas atau simulasi melalui peer teaching.

Melalui tahap uji coba terbatas ini dihasilkan laporan pengembangan perangkat pembelajaran IPA-Fisika yang akan dipakai pada tahap uji coba produk perangkat pembelajaran pada siswa kelas IV dan V SD Negeri 1 Poasia

Kendari semester ganjil tahun akademik

2012/2013.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap hasil pre-test serta post-test dapat dirangkumkan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Profil Distribusi Penguasaan Konsep Sains siswa SD 1 Poasia Kelas IV dan Kelas V sebelum dan sesudah Penerapan Perangkat Pembelajaran

PARAMETER PENILAIAN

NILAI SISWA SETIAP KELAS

KELAS IV KELAS V

Pre- Test Post- Test Pre-Test Post- Test

Skor minimum 25 45 25 20

Skor maksimal 75 95 90 95

Rata-rata 46,05 75,53 59,36 73,15

Standar deviasi 14,34 13,04 17.23 18,24

Persentase jumlah siswa yang masuk kategori belajar Tuntas (Nilai 65 - 100)

7,89 84,21 35.29 79,0

Persentase jumlah siswa yang masuk kategori Tidak Tuntas belajar (Nilai < 65)

92,11 15,79 64.71 21.0

Untuk melihat apakah perangkat

pembelajaran dikembangkan memiliki

keterbacaan yang memadai, maka dapat dilihat dari peningkatkan penguasaan konsep dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara membandingkan

keadaan sebelum dan sesudah penerapan perangkat pembelajaran di dalam kelas. Disamping itu juga digunakan kelulusan secara individu 65 dan Prosentase secara klasikal 75%.

(6)

Jika kita melihat dari hasil analisis

deskriptif terhadap hasil belajar yang

diperoleh siswa kelas IV dan V SD Negeri 01 Poasia sebelum dan sesudah penerapan

perangkat pembelajaran, seperti telah

diuraikan pada Tabel 1 di atas, nampak bahwa hasil belajar siswa cenderung mengalami

peningkatan rata-rata dengan persentase

peningkatan rata-rata dari pre-test ke post-test sebesar 75.53 dan 73.15 untuk masing-masing kelas; dan secara lengkap dapat dipaparkan seperti pada Gambar berikut:

Gambar 1. Profil peningkatan rata-rata penguasaan

konsep Sains Siswa Kelas IV melalui pre-test ke post-tes selama Uji Coba Perangkat

Gambar 2. Profil peningkatan rata-rata penguasaan

konsep IPA-Fisika Siswa Kelas V melalui pre-test ke post-test selama Uji Coba Perangkat

Gambar 3. Profil peningkatan rata-rata penguasaan

konsep Sains Siswa Kelas IV dan V melalui

re-Test ke Post-re-Test selama uji coba perangkat pembelajaran berbasis CTL dan E-Learning

Dari gambar ke-3 gambar tersebut,

nampak adanya peningkatan penguasaan

konsep/hasil belajar Sains siswa SD 01 Poasia dari nilai Pre-Test ke Post-Test. Disamping itu juga terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dengan perolehan nilai 65-100. Pada siswa kelas IV diperoleh 7,89 % siswa yang tuntas melalui pre-test dan pada hasil post-test sudah mencapai 84,21 % siswa yang dikategorikan tuntas. Demikian juga untuk siswa kelas V, dari 35,29 % saja siswa yang berada dalam kategori tuntas pada pres-test menjadi 79% siswa dikategorikan tuntas pada hasil post-test.

Berdasarkan hasil analisis data yang ditampilkan pada Tabel 1 di atas, nampak bahwa rata-rata penguasaan konsep/hasil belajar IPA-Fisika siswa kelas IV dan V SD 01 Poasia setelah

dilakukan uji coba penerapan perangkat

pembelajaran yang berbasis CTL dan E-Learning

diperoleh bahwa terjadi kecenderungan

peningkatan rata-rata penguasaan konsep/hasil belajar Sains siswa dari 46,05 pada Pre-Test menjadi 75,53 pada siswa kelas IV. Demikian juga pada siswa kelas V terjadi peningkatan rata-rata dari 59,36 pada Pre-Test menjadi 73,15 pada

Post-Test ; hal ini berarti bahwa indikator

ketuntasan belajar secara individu 65 dan persentase secara klasial 75 % telah tercapai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum penerapan perangkat pembelajaran Sains yang telah dikembangkan dan telah diujicobakan pada siswa kelas IV dan V SD Negeri 1 Poasia Kendari cenderung dapat meningkatkan penguasaan konsep/ hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Sains.

Jika kita kaitkan antara hasil penelitian ini dengan teori motivasi dapat dijelaskan bahwa seorang siswa yang menggunakan banyak indra

dalam melakukan aktivitas belajar, akan

cenderung lebih mudah memahami karakteristik terhadap obyek yang diamati, karena bertinteraksi secara langsung dengan media pembelajaran ( web) yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan tahap Define (Analisis kurikulum), Design dan Develop terhadap

terhadap perangkat pembelajaran Sains

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) di SD 01 Poasia Kendari, sesuai dengan tujuan penelitian pada tahun I (2012), maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan Perangkat pembelajaran Sains berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap materi pokok untuk siswa kelas IV dan V, yang telah dikembangkan oleh Tim Peneliti bekerjasama dengan guru-guru mitra Sains cenderung telah mengacu pada pembelajaran yang berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) sehingga SD 1 Poasia Kendari dapat dijadikan sebagai sekolah Model Praktikum

Pembelajaran bagi mahasiswa Jurusan

Pendidikan MIPA-FKIP Unhalu,

2. Perangkat pembelajaran Sains berupa materi

ajar dan penilaian (asessment) telah

dikembangkan pula penilaian yang berbasis kelas (proses dan hasil) yang sesuai dengan karakteristik materi pokok/sub-materi pokok yang ada di dalam KTSP.

Saran

Berdasarkan hasil analisis terbatas

terhadap pengembangan dan penerapan perangkat pembelajaran Sains yang telah direvisi secara terbatas antara Tim Peneliti dan Tim Ahli bidang Pendidikan Sains (IPA), maka dapat diberikan beberapa saran, yaitu:

1. Dalam mengembangkan perangkat

pembelajaran pada mata pelajaran Sains, khususnya pada konsep/materi yang memiliki karakteristik abstrak agar merancang suatu media Pembelajaran Model E-Learning berbasis Web melalui program simulasi komputer yang interaktif, sehingga guru-guru dalam menjelaskan materi/konsep tersebut menjadi lebih mudah dan tenatunya

siswa-siswa akan lebih cepat memahami

konsep/materi tersebut,

2. Kepada guru-guru Sains di sekolah Dasar dalam lingkup Kota Kendari secara khusus dan umumnya sekolah-sekolah di Sulawesi

Tenggara agar dalam mengembangkan

Perangkat Perbaikan Pembelajaran yang berbasis CTL dan E-Learning dengan kegiatan pembelajaran yang lebih banyak diarahkan kepada siswa untuk belajar melalui berbuat dengan kegiatan kerja ilmiah dan penugasan secara terstruktur berdasarkan KTSP.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2004a). Hakikat Sains (SN-1). Materi

Pelatihan Terintegrasi Berbasis

Kompetensi . Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional.

Jakarta.

Slamet, S., (2002), Pendekatan Pembelajaran Sains Kontekstual dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makalah dalam pelatihan TOT guru SLTP se Indonesia di FMSAINS, Universitas Negeri Yogyakarta pada 1-14 Oktober 2002. Blankchard, A. (2000). Contextual Teaching and

Learning. diakses dari

http://www.horizonshelpr.org/contextual/. Clifford, M. dan Wilson, M. (2000), Contextual

teaching, professional learning and student

experiences: Lessons learned from

implementation. Educational Information Serries no. 2. Madison: Center on Education and Work.

Fida, R., (2004). Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Disajikan dalam pelatihan model-model pembelajaran, penyusunan SAP dan bahan ajar, Program Hibah

Kompetisi A1, Kendari: Jurusan

PMSAINS FKIP Unhalu.

Joice, B., Weil, M., (1992). Models of Teaching Fith Edition. Singapore, Tokyo: Allyn and Bacon.

Gambar

Gambar 1. Profil peningkatan rata-rata penguasaan  konsep  Sains  Siswa  Kelas  IV  melalui    pre-test  ke  post-tes selama Uji Coba Perangkat

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi sosial dalam pertunjukan tradisi bagurau saluang dendang, dilandasi dengan pola-pola kelompok sebagai bentuk manifestasi kekerabatan masyarakat Minangkabau yang

Kontruksi dari jalan dan jembatan darurat harus setaraf dengan kelas jalan yang akan ditutup untuk keperluan proyek dan harus selesai sebelum arus lalu lintas

Adapun hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah jika menggunakan strategi pembelajaran inquiry sosial dalam pembelajaran maka hasil belajar tentang

[r]

Siswa dapat disebut disiplin apabila mampu mematuhi aturan- aturan di sekolah dengan baik, serta mengikuti pembelajaran di kelas secara tertib.Kedisiplinan belajar

Seperti kita ketahui bahwa individu yang berada pada masa remaja yang berkisar antara 13-20 tahun akan mengalami perubahan hidup yang sangat sulit seperti juga pada dewasa

Ini adalah salah satu cara UMM untuk memacu karya mahasiswa yang berkualitas dalam bidang jurnalistik melalui mata kuliah Praktek Produksi Karya Jurnalistik (PPKJ). Kali ini

POKJA PENINGKATAN JALAN ANGGANA KECAMATAN TENGGARONG (DAK) BAGIAN LAYANAN PENGADAAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Berdasarkan hasil Evaluasi Penawaran paket