• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECEMASAN PADA WANITA MENJELANG MONOPAUSE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KECEMASAN PADA WANITA MENJELANG MONOPAUSE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KECEMASAN PADA WANITA MENJELANG MONOPAUSE

Ni Putu Widari

STIKES William Booth Jln Cimanuk No. 20 Surabaya No. Telp. (031) 5633365 E-mail : putu.widari@yahoo.com

ABSTRAK

Pendahuluan : Kecemasan merupakan salah satu masalah yang timbul pada wanita yang menghadapi menopause. Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan – perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri dan tidak mampu menghadapi suatu masalah Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengadakan penelitian tentang “Gambaran Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Menopause Di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang berada di Margorukun RT 05 RW 02 Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya. Sampel yang digunakan sebanyak 66 responden. Metode pengambilan sampel digunakan Random Sampling, data dikumpulkan dengan kuesioner. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu mengalami kecemasan sedang sebanyak 45 responden (68%); kecemasan ringan sebanyak 10 responden (15%); kecemasan berat sebanyak 1 responden (2 %) . Diskusi : Berdasarkan hasil penelitian, perlu memberikan informasi yang tepat dan gejala apa saja yang timbul menjelang menopause sehingga ibu lebih tenang dan tidak cemas dalam menghadapi menopause, misalnya dalam rapat PKK sehingga ibu – ibu dapat memahami betul gejala apa saja dan antisipasi kecemasan menjelang menopause..

Kata Kunci : Kecemasan, Menopause

Pendahuluan

Menopause adalah proses alamiah yang dialami setiap wanita dimana ovarium menjadi tidak responsive terhadap gonotropin seiring dengan pertambahan usia dan fungsinya menurun sehingga siklus seksual menghilang. Menstruasi biasanya mulai tidak teratur dan terhenti antara usia 45 tahun dan 55 tahun (Ganong, 2002). Sebelum memasuki menopause biasanya wanita akan mengalami masa peralihan atau disebut juga pra menopause, dimana pada masa ini akan timbul gejala – gejala yang berupa perubahan fisik, psikologis dan seksual yang menurun dan merupakan hal yang wajar dialami wanita menjelang menopause. Menurut Price (1995) gejala – gejala pada menopause meliputi Hot Flushes (semburan panas dari dada dan wajah), Night Sweat (keringat di malam hari ), Dryness vaginal (kekeringan pada vagina), penurunan libido, penurunan daya ingat, insomnia (susah tidur), depresi, fatigue (mudah capek), drypareunia (rasa sakit berhubungan seksual) dan incontinence urinary (beser). Menurut Lynda Juall Carpenito (1998) dengan adanya gejala –

gejala menopause yang dialami, emosi lebih, gugup dan gelisah. Karakteristik dari cemas terjadi secara fisiologis, emosional dan kognitif. Dari segi fisiologis ditandai dengan peningkatan frekuensi jantung, insomnia, peningkatan tekanan darah, keletihan dan kelemahan, peningkatan pernafasan, kulit kering. Secara emosional ditandai dengan kehilangan control, gelisah, ketidakberdayaan dan keprihatinan. Dari segi kognitif yaitu ketidakkemampuan untuk berkonsentrasi, kurang waspada terhadap lingkungan sekitar, pelupa, pikiran buntu dan suka melamun. Fenomena yang terjadi di lingkungan peneliti cenderung terfokus pada segi kognitif yaitu wanita sering mengalami lupa, sehingga dalam keluarga banyak memicu pertengkaran dengan anggota keluarga yang lain. Fenomena yang lain yaitu tidak disayang suami lagi, karena faktor penurunan gairah seksual, namun hal ini hanya sebagian kecil saja.

Jumlah perempuan di Indonesia yang memasuki menopause adalah menurut data dari WHO (World Health Organization), tampaknya ledakan menopause pada tahun-tahun mendatang sulit sekali dibendung.WHO

(2)

memperkirakan ditahun 2030 nanti ada 1,2 miliar wanita yang berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar dari mereka (sekitar 80 persen ) tinggal dinegara berkembang. Dan setiap tahunnya populasi wanita menopause meningkat sekitar tiga persen. Perkiraan kasar menunjukan akan terdapat sekitar 30-40 juta kaum wanita usia lanjut (wulan) dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240-250 juta. Dalam kategori wulan tersebut (usia lebih dari 60 tahun), hampir 100 persen telah mengalami menopause dengan segala akibat serta dampak yang menyertainya (Achadiat, 2007). Data BPS (proyeksi penduduk 2008), 5.320.000 wanita Indonesia memasuki masa menopause setiap tahun. 68 persen mengalami gejala klimakterik, 62 persen menghiraukan gejala-gejala menopause, 15 persen peduli dengan terapi sulih hormon (TSH), 1 persen yang menggunakan TSH, 47 persen mengerti kaitan gejala awal menopause dengan peningkatan tekanan darah, 2 persen mengetahui TSH bisa mengurangi resiko tekanan darah. Begitu juga untuk Propinsi Jawa Timur, jumlah wanita menopause meningkat setiap tahun. Menurut data sensus tahun 2007, tercatat 16.540.126 penduduk wanita Jawa Tengah, 50,26 persen dari total penduduk Indonesia yaitu 32.908.850 (Baziad, 2008). Adapun wanita yang menjelang menopause di daerah Margorukun pada bulan Januari – Februari 2014 sekitar 15 – 30 ibu, yaitu dari 18 ibu yang berusia 40 – 55 tahun, saat peneliti bertanya ada 5 orang yang mengalami kekhawatiran yaitu sebanyak 30 % dari jumlah ibu yang ada, karena mereka merasa bahwa dirinya tidak cantik lagi dan tidak sehat. Namun ada sebagian ibu di daerah Margorukun cemas karena saat menjelang menopause dia sudah tidak bisa memiliki keturunan lagi, padahal mereka mungkin masih punya keinginan untuk memiliki keturunan.

Untuk sebagian wanita, menjadi tua sering kali menjadi momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Padahal, masa menopause merupakan salah satu fase yang harus di jalani seorang wanita dalam kehidupannya. Seperti halnya fase – fase kehidupan yang lain, yaitu masa anak – anak dan masa reproduksi. Namun munculnya kekhawatiran yang

berlebihan itu menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa itu (Kasdu,2002). Usia menopause antara seorang wanita dan wanita lainnya tidaklah sama bergantung pada faktor – faktor yang mempengaruhi. Umumnya terjadi pada usia 48 – 50 tahun, masa ini mengingatkan wanita terhadap proses menjadi tua yang disebabkan oleh organ reproduksi yang tidak berfungsi lagi. Menopause terjadi dalam masa klimakterium,sebuah masa dimana terjadi peralihan dari fase reproduktif ke fase non reproduktif. Datangnya menopouse sendiri sangat individual (variatif) sifatnya. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi menopause menurut Kasdu (2002) dan Yatim (2001), beberapa faktor tersebut yaitu usia pertama menstruasi, stress, pemakaian metode kontrasepsi, status keluarga (seperti status perkawinan, jumlah anak dan usia melahirkan anak terakhir), riwayat keluarga, pekerjaan, pendapatan, merokok dan minum alkohol. Selain itu, ada juga beberapa faktor lain diantaranya polusi air / udara, pengaruh toksin pathogen atau radiasi, perilaku gaya hidup modern, kebiasaan diet, olah raga, pengaruh matahari, perilaku seksual dan gangguan mental (Depkes RI, 2007).

Untuk mengurangi kecemasan dan dampak dari kecemasan yang dirasakan oleh sebagian wanita yang menghadapi masa menopause, salah satunya adalah dengan memberikan bimbingan yang berisi konsep dasar saat menjelang menopause . Pengetahuan mengenai menopause sangatlah diperlukan oleh wanita karena banyak wanita merasa takut mencapai masa menopause dan enggan membicarakan fase menopause, karena ada anggapan umum bahwa ini adalah pintu yang harus dilalui menuju usia tua (Notoatmodjo, 2002). Sudah saatnya wanita tahu tentang pengetahuan menopause yang perlu diketahui ibu saat menjelang menopause, adalah mengenai apa itu menopause, proses terjadinya menopause, gejala-gejala menopause, faktor yang mempercepat atau memperlambat usia memasuki menopause, dan terapi yang dapat digunakan dalam menghadapi menopause. Dengan peningkatan pengetahuan pada ibu saat menjelang menopause, diharapkan dapat mengurangi kecemasan yang nantinya muncul jika menopause terjadi.

(3)

Metode

Desain Penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan pendidikan dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian, desain penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan utama memberikan gambaran atau deskriptif tentang satu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2001).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu usia 40 – 55 tahun yang berada di Margorukun sejumlah 80 responden.

Proses pengumpulan data penelitian adalah setelah mendapat ijin dari RT 05 RW 02 Kelurahan Gundih peneliti melakukan pendekatan kepada ibu ibu PKK untuk para peserta arisan dan pengajian dan menyetujui pada hari jumat tanggal 10 Januari 2014, peneliti mendatangi tempat arisan PKK yang berada di rumah salah satu warga, kemudian peneliti memberikan surat persetujuan (informed Consent) kepada responden. Setelah surat persetujuan diisi oleh responden peneliti membagi kuesioner kepada responden wanita usia 40 – 55 tahun yang memenuhi criteria. Data yang diperoleh kemudian di analisis, untuk mengetahui gambaran kecemasan pada wanita. Penentuan derajat kecemasan yaitu dengan cara menjumlahkan nilai skor dari 1 – 4 dan hasilnya sebagai berikut skor kurang dari 14 tidak ada kecemasan, skor 14 sampai dengan 20 kecemasan ringan, skor 21 – 27 kecemasan sedang, skor 28 – 41 kecemasan berat, skor 42 – 56 berat sekali.

Hasil

Data Umum (Demografi)

Data demografi menggambarkan tentang karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan, usia, usia pertama haid, status pernikahan dan tingkat kecemasan yang diperoleh melalui kuesioner.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Januari 2014. No Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase 1 Tidak Sekolah 7 11 % 2 SD 17 26 % 3 SMP 17 26 % 4 SMA 20 30 % 5 Perguruan Tinggi 5 7 % Jumlah 66 100 %

Sumber : Data Pimerr Yang Diolah Oleh Peneliti Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan karakteristik responden sesuai tingkat pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 20 orang dengan presentase 30%

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaaan

Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Januari 2014

No Pekerjaan Frekuensi Presentas e 1 Tidak Bekerja 29 44 % 2 Wiraswasta 34 51 % 3 PNS 3 5 % Jumlah 66 100 %

Sumber : Data Pimerr Yang Diolah Oleh Peneliti Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden wiraswasta sebanyak 34 orang dengan presentase 51 %

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan usia di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Januari 2014 No Usia (Tahun) Frekuensi Presentase 1 40 – 50 45 68 % 2 50 – 55 21 32 % Jumlah 66 100 %

(4)

Sumber : Data Pimerr Yang Diolah Oleh Peneliti Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 40 – 50 tahun sebanyak 45 orang dengan presentase 68 %

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pertama Haid

Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan usia pertama haid di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Januari 2014 No Usia (Tahun) Frekuensi Presentase 1 ≤ 15 44 67 % 2 ≥ 15 22 33 % Jumlah 66 100 %

Sumber : Data Pimerr Yang Diolah Oleh Peneliti Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan sebagian besar responden pertama haid berumur ≤ 15 responden dengan presentase 67 %.

Status Karakteristik Responden Berdasarkan Pernikahan

Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Januari 2014 No Status Pernikahan Frekuensi Presentase 1 Menikah 62 94 % 2 Belum Menikah 4 6 % Jumlah 66 100 %

Sumber : Data Pimerr Yang Diolah Oleh Peneliti Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan sebagian besar responden status pernikahannya menikah sebanyak 62 responden dengan presentase 94 %

Data Khusus

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Responden

Tabel 6 Gambaran Kecemasan responden menghadapi menopause di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Januari 2014 No Tingkat Kecemasan Frekuensi Presentase 1 Tidak Cemas 10 15 % 2 Ringan 10 15 % 3 Sedang 45 68 % 4 Berat 1 2 % 5 Berat Sekali 0 0 % Jumlah 66 100 %

Sumber : Data Pimerr Yang Diolah Oleh Peneliti Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang sebanyak 45 responden dengan presentase 68%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tabel 4.6 tentang tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Juni 2014 didapatkan tingkat kecemasan ibu sedang sebanyak 45 responden (68 %). Menurut Freud (dalam Arkinson, 1993), kecemasan merupakan akibat dari konflik yang tidak disadari antara impuls dengan kendala yang ditetapkan oleh ego dan superego. Menurut Arkinson (1993) kecemasan lebih ditimbulkan oleh faktor eksternal dari pada faktor internal. Seseorang yang mengalami kecemasan merasa bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan situasi kehidupan yang bermacam – macam sehingga perasaan cemas hampir selalu hadir. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat kecemasan masyarakat Margorukun lebih dominan pada tingkat kecemasan sedang. Banyak ibu yang mengalami kecemasan sedang dikarenakan mereka tidak terlalu mencemaskan terjadinya menopause, karena mereka menyadari bahwa hal itu sudah akan pasti terjadi.

Berdasarkan dari hasil penelitian pada tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Juni 2014 sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 20 responden (30 %). Menurut Soekanto (2002) tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang

(5)

mempengaruhi pengetahuan tentang menopause, selain itu informasi dan faktor pengalaman akan menambah pengetahuan tentang suatu yang bersifat nonformal. Dimana wanita yang memiliki pendidikan yang cukup tentang menopause akan mempunyai pengetahuan kesehatan. Pada umumnya, cakupan pengetahuan atau keluasan wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang maka kecenderungan untuk memahami untuk memahami suatu hal akan semakin mudah ( Liliweri, 2007). Pada hasil penelitian didapatkan juga pasien yang berpendidikan SMA mengalami kecemasan sedang, hal ini dikarenakan setiap individu memiliki respon yang berbeda – beda dalam mengahadapi masalah dan juga mekanisme yang berbeda.Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden yang mengalami kecemasan sedang yaitu mereka yang berlatar belakang pendidikan SMA, dikarenakan mereka sudah mampu menerima informasi dengan mudah tentang kecemasan menopause sehingga dirinya dapat menjalani masa itu dengan mekanisme yang baik. Pada penelitian ini sebagian besar mengalami kecemasan sedang hal ini dimungkinkan karena responden sudah memahami bahwa menopause adalah hal yang memang harus terjadi pada setiap wanita dewasa dan akan dialami oleh semua orang sehingga koping mereka sudah siap untuk hal itu.

Berdasarkan dari hasil penelitian Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Juni 2014 menurut hasil penelitian sebagian besar responden Wiraswasta sebanyak 34 responden (51 %). Menurut Melani, (2007) dengan tetap berusaha hidup aktif akan menekan gangguan – gangguan menjelang menopause seperti insomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit jantung, serta mencegah hot flushes. Maka tingkat kecemasan dapat dipengaruhi oleh pekerjaan dimana seseorang yang mempunyai pekerjaan yang penting dan memerlukan aktivitas maka akan merasa sangat terganggu karena dapat menimbulkan kecemasan dan akan mempengaruhi perannya di pekerjaan. Pekerjaan yang dijalani oleh seorang wanita premenopause berhubungan dengan adanya kesempatan ibu untuk bersosialisasi dan menyerap informasi

kesehatan. Wanita yang bekerja, karena kesibukannya mereka tidak sempat memikirkan gangguan – gangguan menjelang menopause. Begitu juga dengan wanita yang tidak bekerja, dimana pekerjaan rumah tangga cukup membuatnya sibuk, sehingga mereka juga tidak sempat memikirkan gangguan – gangguan menjelang menopause. Sesuai data yang di dapat mayoritas responden bermata pencaharian dibidang wiraswasta. Dari hal tersebut tentunya seorang wiraswasta mempunyai kesibukan yang relative padat setiap harinya, bahkan mungkin seorang ibu sampai tidak sempat untuk mencari informasi tentang menopause yang menyebabkan ibu berfikiran negatif tentang menopause. Sehingga kecemasan itu datang dan sangat mengganggu dalam fikirannya. Maka tak jarang seorang ibu yang terlalu sibuk akan sulit mengontrol emosinya di dalam keluarga ataupun di tempat ia bekerja.

Berdasarkan dari hasil penelitian tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan usia di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Juni 2014 data yang diperoleh dari responden usia ibu-ibu yang ada di Margorukun rata-rata berusia antara 40-50 tahun (68%), berarti kebanyakan dari ibu-ibu tersebut tidak jarang yang sudah merasakan kecemasan dalam menghadapi menoupause. Menurut Bobak (2005), Menopause adalah titik dimana menstruasi berhenti. Usia rata – rata menopause ialah 51,4 tetapi 10 % wanita berhenti menstruasi pada usia 40 tahun dan 5 % tidak berhenti menstruasi sampai usia 60 tahun Masa menopause merupakan fase yang selalu terjadi pada wanita yang menginjak usia 44 tahun dan ditandai dengan berhentinya haid. Dari hal tersebut, Ibu-ibu yang ada di Margorukun yang mayoritas berusia 40-55 tahun sangat rentan untuk mengalami masa-masa menopause, jadi kemungkinan untuk timbulnya kecemasan menjelang menopause pasti terjadi pada ibu-ibu tersebut, baik itu kecemasan ringan, berat ataupun kecemasan sedang.

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan usia pertama haid di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Juni 2014 data yang diperoleh dari responden usia pertama haid ibu – ibu yang ada di Margorukun rata – rata usia ≤ 15 tahun sebanyak 44 responden (67

(6)

%). Berarti responden masuk dalam kategori menarche (usia pertama haid) yang masih normal. Menurut Kartono (2000) Menarche adalah periode menstruasi yang pertama pada wanita. Menurut Wiknjosastro (2005) Pertama haid atau menarche adalah pendarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita .Usia remaja yang mendapat menarche bervariasi yaitu antara usia 10 – 16 tahun, tetapi rata – rata 12,5 tahun. Dengan penggolongan : menarche dini yaitu usia 10 – 11 tahun, menarche normal yaitu usia 11 – 15 tahun, dan menarche terlambat yaitu usia ≥ 15 tahun. Usia pertama haid ini jelas sangat berpengaruh pada psikologi wanita, karena wanita akan mengalami pertama kalinya siklus yang tidak pernah mereka alami sebelumya, hal ini jelas berpengaruh pada kecemasan dan juga menopause. Makin cepat seseorang mengalami masa pertama kali haid akan makin lambat mengalami menopause.

Berdasarkan dari hasil penelitian tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan Bubutan Surabaya pada bulan Juni 2014 data yang diperoleh dari responden status pernikahan ibu – ibu yang ada di Margorukun mayoritas menikah sebanyak 62 responden ( 94 %). Berarti status pernikahan responden yang sudah menikah lebih mendominasi daripada warga yang belum menikah. Menurut Kasdu (2002) bahwa keadaan seseorang wanita yang tidak menikah diduga mempengaruhi perkembangan reproduksinya. Mereka akan mengalami masa menopause lebih muda atau lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang telah menikah. Berdasarkan data yang diperoleh, status pernikahan lebih mendominasi data daripada warga yang belum menikah, hal ini mungkin ada kaitannya dengan status ekonomi warga yang ingin anaknya agar cepat punya pasangan. Sedangkan kaitannya dengan menopause yaitu wanita yang tidak menikah diduga mempengaruhi perkembangan psikis wanita tersebut. Mereka akan mengalami masa menopause lebih cepat dibanding dengan wanita yang telah menikah.

Simpulan dan Saran Simpulan

“Gambaran Kecemasan Pada Wanita Menjelang Menopause Di RT 05 RW 02 Margorukun Kelurahan Gundih Kecamatan

Bubutan Surabaya “ yang diambil dari 66 responden didapatkan 45 responden ( 68 %) mengalami kecemasan sedang.

Saran

Untuk mengurangi kecemasan dan dampak dari kecemasan yang dirasakan oleh sebagian wanita yang menghadapi masa menopause, salah satunya adalah dengan memberikan bimbingan yang berisi konsep dasar saat menjelang menopause . Pengetahuan mengenai menopause sangatlah diperlukan oleh wanita karena banyak wanita merasa takut mencapai masa menopause dan enggan membicarakan fase menopause, karena ada anggapan umum bahwa ini adalah pintu yang harus dilalui menuju usia tua

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). Kecemasan Menghadapi Menopause. www.google.com

Ali Baziad, 2003. Menopause Dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi 4. Jakarta : Rineka Cipta

Baziad, A. 2002. Seputar masalah menopause. www.klinik_perempuan.com. ( 14 Maret 2014 )

Ganong, William F. (1997). Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Pedoman Klinis Perawat Edisi 2. Jakarta : EGC

Ghani, Lanaywati. (2009). Seluk Beluk Menopause. Media penelitian Kesehatan vol XIX no 4. www.google.com Tanggal 13 Februari 2014. Jam 08.01 wib Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan,

Suatu Rentang Kehidupan (terjemahan : Istiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

Ida Bagus Gede Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obsetri. Edisi I. Jakarta : EGC

Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2 : Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek. Bandung: Mandar Maju

(7)

Kasdu, Dini (2004). Kiat Sehat Dan Bahagia Di Usia Menopause. Jakarta : Puspa Swara

Manuaba , IBG. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Arcan. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodelogi

Penelitian Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan : Pedoman Skiripsi Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan . Edisi I. Jakarta : Salemba Medika

Pakasi, L. S. 2000. Menopause: Masalah dan Penanggulangannya Edisi Kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Stuart, Gail Wicarz. (1999). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Teber, Ben – Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC

Gambar

Tabel  2  Karakteristik  responden  berdasarkan  pekerjaan  di  RT  05  RW  02  Margorukun  Kelurahan  Gundih  Kecamatan  Bubutan  Surabaya  pada  bulan Januari 2014
Tabel  4  Karakteristik  responden  berdasarkan  usia pertama haid di RT 05 RW 02  Margorukun  Kelurahan  Gundih  Kecamatan Bubutan Surabaya pada  bulan Januari 2014  No  Usia  (Tahun)  Frekuensi  Presentase  1  ≤ 15  44  67 %  2  ≥ 15  22  33 %  Jumlah  6

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu penulis ingin membuat penelitian yang lebih mendalam tentang keistimewaan zaitun menurut Alquran serta manfaatnya di dalam ilmu kesehatan.

Karena yang dihitung ini merupakan kondisi saat bollard test, maka kecepatan (Vs) adalah 0, hal itu dikarenakan pada bollard test kapal menarik beban sampai kapal tidak

Oleh karena itu penulis berharap kepada semua pihak untuk senantiasa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dan apa yang pembaca lihat dapat bermanfaat bagi pembaca

(Questioning), masyarakat belajar (learning Community), pemodelan (modelling), Reflektif (reflection), penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). 1) Kontruktivisme

Perangkat pembelajaran bercirikan penemuan terbimbing pada materi barisan aritmetika dan geometri kelas X memiliki karakteristik diantaranya, (1) RPP yang

Mod Pengajian : Tesis (Doktor Falsafah dan Sarjana Pengajian Islam), Kerja Kursus dan Penyelidikan (Sarjana Pengajian Islam) Bentuk Pendaftaran : Sepenuh Masa sahaja..

12, April 2017 2170 Menurut Kasmir (2011: 185): Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan

Penerimaan tidak sama dengan persetujuan. Penerimaan adalah keinginan untuk mendengarkan seseorang tanpa menunjukkan keraguan atua ketidaksetujuan. Perawat bekerja untuk