BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis
2.1.1 Belanja Modal
2.1.1.1Definisi Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan
aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010,
“Belanja Modal meliputi anatar lain belanja modal untuk perolehan
tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan asset tak berwujud”.
Dengan kata lain belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan
manfaat lebih dari satu tahun akuntansi, termasuk di dalamnya adalah
pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya memepertahankan
atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas
asset.
2.1.1.2Klasifikasi Belanja Modal
Menurut Syaiful (2006) belanja modal dapat di kelompokan
sebagai berikut:
a) Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan
tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan
dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam
kondisi siap pakai.
b) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran / biaya yang
digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian, dan
peningkatan kapasitas peralatan dan mesinserta inventaris kantor
yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dansampai
peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai
c) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/ biaya
yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan
termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah
kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap
pakai.
d) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran / biaya
yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / peningkatan
pembangunan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk
yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan
dimaksud dalam kondisi siap pakai.
e) Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/pembuatan
sertaperawatan terhadap Fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan
kedalam criteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja
ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian
barang-barang kesenian, barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum,
hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
2.1.2 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2007:96), “Pendapatan Asli Daerah merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli
daerah. Pendapatan asli daerah di pisahkan menjadi empat jenis
pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lani-lain PAD yang sah.
Undang–Undang No. 33 tahun 2004 Pasal I menyebutkan:
a. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2007:96) kelompok Pendapatan Asli Daerah
dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan yaitu:
1. Pajak Daerah
Sesuai dengan undang-undang nomor. 28 tahun 2009 jenis
pendapatan untuk kabupaten/kota terdiri dari:
a) pajak hotel,
b) pajak restoran,
c) pajak hiburan,
d) pajak reklame,
e) pajak penerangan jalan,
f) pajak pengambilan bahan galian golongan C,
g) pajak parkir.
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari
retribusi. Terkait dengan undang-undang perpajakan nomor 28 tahun
2009 jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten /kota meliputi objek
pendapatan yang terdiri dari:
a) retribusi pelayanan kesehatan,
b) retribusi pelayanan persampahan/kebersihan,
c) retribusi penggantian biaya cetak KTP,
e) eetribusi pelayanan pelayanan pemakaman ,
f) retribusi pelayanan pengabuan mayat,
g) retribusi pelayanan parker ditepi jalan umum,
h) retribusi pelayanan pasar,
i) retribusi pengujian kendaraan bermotor,
j) retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran,
k) retribusi penggantian biaya cetak peta,
l) retribusi pengujian kapal perikanan,
m) retribusi pemakaian kekayaan daerah ,
n) retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan,
o) retribusi jasa usahatempat pelelangan,
p) retribusi jasa usaha terminal,
q) retribusi jasa usaha tempat khsusus parkir,
r) retribusi jasa usaha tempat penginapan/villa,
s) retribusi jasa usaha penyedot kakus,
t) retribusi jasa usaha rumah potong hewan,
u) retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal,
v) retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga,
w) retribusi jasa usaha penyebrangan di atas air,
x) retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair,
y) retribusi jasa usaha penjualan produk usaha daerah,
z) retribusi izin mendirikan bangunan,
bb) retribusi izin gangguan,
cc) retribusi izin trayek.
3. Hasil pengolahan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.
Hasil pengolahan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan
yang mencakup:
a) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah
(BUMD),
b) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
Negara(BUMN),
c) bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
4. Lain-lain PAD yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari
lain-lain milik pemerintah daerah. Rekening ini disediakan untuk
mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas.
Sesuai dengan Mendagri nomor 59 tahun 2007 jeni pendapatan ini
meliputi objek pendapatan sebagai berikut :
a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai
b) jasa giro,
c) pendaptan bunga,
d) penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,
e) penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah,
f) penerimaan keuntungan dari selisih dari niali tukar rupiah terhadap
mata uang asing,
g) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
h) pendaptan denda pajak,
i) pendapatan denda retribusi,
j) pendapatan hasil eksekusi atas jaminan,
k) pendaptan dari pengembalian,
l) fasilitas social dan fasilitas umum,
m)pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
n) pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
2.1.3 Dana Alokasi Umum
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Dana Alokasi
Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
Dana alokasi umum merupakan dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan
perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut
merupakan konsekuensi adanya penyerahan wewenang pemerintah
pusat kepada pemerinth daerah. Dengan demikian, terjadinya transfer
yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke
pemrintah daerah , dan pemerintah daerah secara leluasa dapat
mengunakan dana ini apakah untuk pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat atau untuk keperluan lain yang penting.
Jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum (DAU) ditetapkan
dalam APBNdengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
pendapatan dalam negeri neto,
b. Proporsi DAU anatara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari
perbandingan anatara bobot urusan pemerintahan yang menjadi
wewenang provinsi dan kabupaten/kota,
c. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara
kuantitatif, proporsi DAU anatara provinsi dan kabupaten/kota
2.1.4 Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus merupakan dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan pada daerah tertentu untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional.
Kebijakan DAK secara spesifik: (www.depkeu.djpk.go.id)
1. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan
keuangandi bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai
kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar
masyarakat yang telah merupakan urusan daerah;
2. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah
pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain,
daerah tertinggal/terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta
termasuk kategori daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata;
3. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja
dan diversifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan
khusus di bidang pertanian, kelautan dan perikanan, serta
infrastruktur;
4. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan
prasarana dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan,
kesehatan, dan infrastruktur;
5. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah
kegiatan khusus di bidang lingkungan hidup, mempercepat
penyediaan serta meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan
prasarana dan sarana dasar dalam satu kesatuan sistem yang terpadu
melalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur;
6. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak
pemekaran pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui
kegiatan khusus di bidang prasarana pemerintahan;
7. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai
dari DAK dengan kegiatan yang didanai dari anggaran
Kementerian/Lembaga dan kegiatan yang didanai dari APBD;
8. Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang
telah menjadi urusan daerah ke DAK. Dana yang dialihkan berasal
dari anggaran Departemen Pekerjaan Umum, Departemen
Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan.
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu
Menurut Erlina (2008 : 38) menyatakan bahwa kerangka teoritis
adalah suatumodel yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori
dengan faktor-faktorpenting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu. Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Pendapatan Asli
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam, dan Belanja Modal adalah sebagai
berikut berikut:
Tabel 2.1Kajian Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Peneltian Hasil Peneltian
1 Syafitri (2009) Independen: 1Pertumbuhan Ekonomi 2.Pendapatan Asli Daerah 3.Dana Alokasi Umum Dependen: Belanja Modal
Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh signifikan negatif terhadap belanja modal.
Secara simultan pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
2 Rina (2009) Independen :
1. Dana Alokasi
Umum
2.Dana Bagi Hasil Pajak
3.Dana Bagi Hasil SDA
Dependen:
Belanja Modal
Secara parsial Dana Alokasi Umum berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal, sedangkan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
Secara simultan, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang merupakan transfer pemerintah pusat berpengaruh signifikan terhadap belanja modal
3 Alfan (2009)
Independen :
1. Dana Bagi Hasil Pajak 2. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dependen: Belanja Modal
Secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal.
1. Syafitri
Penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2009) yang berjudul “
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada
Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara “.Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian asumsi klasik dan
pengujian asumsi hipotesis. Hasil penelitian ini adalah Secara parsial
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi
pengaruh signifikan negatif terhadap belanja modal. Secara simultan
pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi
Umum, berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
2. Alfan
Penelitian yang dilakukan oleh Alfan (2009) yang berjudul “Pengaruh
Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap
Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara”.Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian asumsi kelasik dan
pengujian asumsi hipotesis. Hasil penelitian ini adalah Secara parsial Dana
Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja modal. Secara simultan, Dana Bagi Hasil
Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan positif
3. Rina
Penelitian yang dilakukan oleh Rina (2011) yang berjudul “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana
Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”. Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pengujian asumsi kelasik dan pengujian asumsi
hipotesis. Hasil penelitian ini adalah Secara parsial Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap
belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh signifikan negatif
terhadap belanja modal. Secara simultan pertumbuhan ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara signifikan
terhadap belanja modal.
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian
Menurut Erlina (2008 : 38) menyatakan bahwa kerangka teoritis
adalah suatumodel yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori
dengan faktor-faktorpenting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu. Dalam penelitian ini, variabel indepeden adalah Pendapatan Asli
Daerah, Dana AlokasiUmum dan Dana Alokasi Khusus variabel independen
adalah Belanja Daerah.
Kerangka konseptual penelitiandapat dilihat digambar 2.1 dibawah
Gambar 2.1
Variabel Independen Variabel Dependen H1
H2
H3
H4
Pendapatan daerah yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah
maupun yang berasal dari Transfer Pemerintah pusat yang berupa dana
perimbangan di gunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai belanja
daerah, belanja modal merupakan salah satu komponen dari belanja daerah
sehingga setiap kenaikan atas Pendapatan Asli Daerah maupun dana
perimbangan yang berupa Dana Alokasi Umum maupun Dana Alokasi
Khusus maka akan berpengaruh juga terhadap Belanja Modal suatu
pemerintahan.
Peningkatan pendapatan asli daerah menunjukan kemampuan daerah
dalam memperoleh dana yang dialokasikan untuk tujuan pembangunan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin besar kemampuan
pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah maka
semakin besar pula kemampuan pemerintah daerah dalam menanggung beban
dan membiayai kewajiban belanja modal yang merupakan bagian yang tak
Pendapatan Asli Daerah(X1)
Dana Alokasi Umum(X2)
Dana Alokasi Khusus(X3)
terpisahkan dari belanja daerah. Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah
sangat membantu dalam belanja pemerintah daerah terutama dalam
pembangunan daerah menjadi lebih baik serta membantu pertumbuhan
ekonomi daerah.
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk
diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang
dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau
konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.
Pendapatan Asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan
menjadi empat jenis pendapatan yaitu : Pajak Derah, retribusi Daerah, hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang
sah. Pendapatan asli Daerah merupakan komponen Utama sumber
pembiayaan untuk belanja daerah, sementara belanja modal mrupakan bagian
dari belanja daerah. Jadi menurut peneliti semakin besar pendapatan asli
daerah yang diperoleh suatu daerah maka semakin besar juga bealanja
modalnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukkan oleh syafitri
(2009) yang menyatakna bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja modal. Untuk itu peneliti ingin mengkaji
kembali pengaruh pendapatn asli daerah terhadap belanja modal. Peneliti
H1: Pendapatan asli Daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal
Dana Alokasi Umum merupakan Dana yang bersumbr dari
pendapatan APBN yang di alokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dengan demikian terjadinya transfer yang cukup
signifikan dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,
pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini untuk
pelayanan atau keperluan lain yang penting, misalnya pembangunan
infrastruktur daerah. Belanja infrastrukutur daerah merupakan bagian dari
belanja modal. Sehingga semakin besar dana alokasi umum yang ditransfer
oleh pemerintah pusat maka belanja modal disuatu daerah tersebut akan
semakin meningkat pula. Hal ini sesuai dengan penelitianbyang dilakukan
oleh syafitri (2009) dan rina (2009) berdasarkan penelitian yang mereka
lakukan secara parsial dana alokasi umum berpengaruh secara signiikan
positif terhadap belanja modal. Untuk itu peneliti ingin mengkaji kembali
tentang pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja modal, sehingga
penulis merumuskan hipotesis kedua yang berbunyi :
DanaAlokasi khuusu merupakan Dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang di alokasikan pada daerah tertentu untuk mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan bagian dari
program yang menjadi prioritas nasional. Dana alokasi khusus diguankan
untuk membiayai investasi pengadaan atau peningkatan prasarana dan sarana
fisik dengan umur ekonomis yang panjang. Dalam keadaan tertentu dana
alokasi khusus dapat membantu biaya pengoporasian dan pemeliharaan
prsarana dan sarana tertentu untuk priode terbatas tidak melebihi tiga tahun.
Saran dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang merupakan
bagian dari belnaj modal suatu daerah. Jadisemakin besar dana alokasi khusus
maka semakin besar pula anggaran untuk belanja modalnya. Untuk itu
peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh dana aloksi khusus terhadap
belanja modal, sehungga lahir hipotesis ke tiga yang berbunyi:
H3: Dana alokasi khusus berpengaruh secara signifikan positif terhdap belanja modal.
Peningkatan pendapatan asli daerah menunjukan kemampuan daerah
dalam memeperoleh dana yang di alokasikan untuk tujuan pembangunan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Transfer dari pemerintah pusat
yang terdiri dari Dana alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus di gunakan
oleh pemerintah daerah untuk membiayai belanja modal, sehingga setiap
kenaikan dari pendapatan asli daerah, dana aloksi umum, dan dana alokasi
sesuai yang dilakukan oleh syafitri (2009) yaitu secara simultan pendapatan
asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh secara signifikan terhadap
belanja modal. Oleh karna itu peneliti ingin meneliti lebih lanjaut tentang
pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana aloksi khusus
terhadap belanja modal. Oleh karna itu penulis merumuskan hipotesis ke
empat yang berbunyi :