• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berkhas Kliping Juni 2008 Institusi-Juni 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Berkhas Kliping Juni 2008 Institusi-Juni 2008"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VI JUNI 2008

(2)

saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

“AFI” Masih Memimpin Pilkada Kaltim --- 1

KPU Kaltim Tunggu Aturan Putaran Kedua --- 2

Kartu Pemilih Mulai Dibagikan --- 3

Mukhlis, Aktor di Balik Penyelenggaraan Pilkada Palembang --- 4

" Tumpas Premanisme --- 6

Pencairan BLT Yogyakarta Sudah 90 persen --- 8

Pilkada Sawahlunto Sumbar Ditengarai Sarat Kecurangan --- 9

6 Keluarga Tolak BLT --- 10

Diduga, Ada 800 Nama Penerima Ganda --- 11

Dua Istri Bupati "Bertarung" di Pilkada Minahasa Tenggara --- 12

Subsidi BBM: BLT Kota Yogyakarta Tersalurkan91,56 Persen --- 13

Logistik Pilkada KBB Mulai Didistribusikan --- 14

Warga Miskin Tak Terima BLT --- 15

Warga Miskin Tangerang Pertanyakan BLT --- 17

Realisasi BLT di Sumut Mencapai 81,4 Persen --- 19

KPU Akan Gunakan UU Pers --- 20

Sebagai Ormas, Pembubaran FPI Jadi Wewenang Mendagri --- 21

BLT Tak Sentuh Aspek Pendidikan --- 23

Program BLT Perlu Diganti --- 24

UU Pengelolaan Sampah Belum Efektif --- 25

Partai Golkar DimintaHormati Putusan Pilkada Malut --- 26

BLT dan Harapan Baniara --- 28

Camat Tak Layak Menerima "BLT"--- 30

Perppu Otsus Papua Aspirasi Masyarakat --- 32

Pilkada Malut Tanggung Jawab Mendagri --- 33

Gugatan Pilkada Sawahlunto Digelar --- 34

Penyaluran BLT 2008 Lebih Baik --- 35

Pilkada Palembang Tidak Diundur --- 36

Pemkab Ende Serahkan Anggaran Pilkada --- 37

Otonomi Daerah Dinilai Asal-asalan --- 38

Perda Parpol Lokal Jangan Berbenturan --- 39

(4)

BLT dan Provokasi Angka Kemiskinan --- 45

Politik K(P)emiskinan? --- 47

Draft RUU Pengadilan Tipikor Selesai Satu Pekan --- 49

Perppu Otsus Papua Siap Dibahas --- 50

Pilkada Sinjai Segera Berlangsung --- 52

Warga Cemas Tak Dapat BLT --- 53

823 Surat Suara di Ende Rusak--- 54

Presiden Belum Sepakat Dua Poin Draf RUU Pengadilan Tipikor --- 55

Keluarga Miskin di Sabang dan Aceh besar Segera Terima BLT --- 56

KPU Ingin Peserta 250 Orang --- 57

Menutup Peluang Korupsi Dana BLT Plus --- 58

Parpol dan Birokrasi Belum Dewasa --- 60

PT Pos Dapat Dana Rp 223 Miliar dari BLT --- 61

BLT Segera Direalisasi di Lima Daerah Jatim --- 62

Hari Ini Pilkada Sinjai --- 63

Kampanye Sepi, Pilih Dialog --- 64

Mendagri Khawatir Tahapan Pemilu Terganggu Uji Materi --- 65

BLT dan Psikologi si Miskin --- 66

Pemberantasan Korupsi dan Pilpres 2009 --- 68

KPU Harus Jalankan PP 25/2007 --- 70

Partisipasi Pemilu Ditargetkan Lebih 75 Persen --- 71

Pemerintah Punya Strategi Kurangi Angka Kemiskinan --- 72

Pencairan Dana BLT Tunggu Verifikasi --- 73

Mempelajari penyaluran BLT dari Amerika --- 74

Rakyat Miskin Bogor Mulai Terima BLT--- 76

Revisi Aturan Tahapan Pemilu --- 77

Hasil Penghitungan Cepat --- 79

Serahkan Draf RUU Tipikor ke DPR --- 80

MK Berharap UU Pengadilan Tipikor Selesai Desember 2008 --- 81

PP No 39 Tahun 2008 Matikan Industri Asuransi --- 82

BLT Jayapura Disalurkan Senin --- 84

Draf RUU Tipikor Segera ke DPR --- 85

(5)

7.900 Kartu BLT Akan Dialihkan --- 91

Kantor Pos Data Penerima BLT --- 92

Stop Politisasi Pilgub Malut --- 93

Hasil Pilkada Palembang Belum Dikirim ke Mendagri --- 95

Genderang Pilkada Sumsel Ditabuh --- 96

Pilgub Jatim, Ridwan Terkaya --- 98

Pasangan Hamdan -Depri Raih Suara Terbanyak Pilkada Bolmut--- 99

1.366 RTS Belum Cairkan Dana BLT ---100

Calon Perseorangan dalam Pilkada ---101

Pilkada Cermin Pemilu ---103

Jangan Politisasi Isu Kemiskinan ---104

Pilkada Kota Pangkalpinang Berjalan Lancar ---105

Golkar Revisi Juklak Pilkada ---106

Kakak Adik Bersaing di Pilkada Bantaeng ---107

Pilkada Banyuasin Sesuai Agenda ---108

Potensi Konflik dari UU Pemilu ---109

Ideologi RUU Rahasia Negara ---112

Papua Tak Punya Konsep Cadangan Pembangunan ---114

Penjabat Bupati Nagekeo Maju Pilkada---116

Hasil Pilgub NTT Lolos Uji Publik, Jateng Siap Ditetapkan ---118

Kemampuan Legislasi DPRD Lemah ---119

Verifikasi Parpol di Daerah Terus Berlangsung ---121

Pemerintah Semakin Otoriter ---122

BLT & survival strategy keluarga miskin ---124

(6)

Berkhas 1 Volume VI Juni 2008 Nusantara | Balikpapan | Minggu, 01 Jun 2008 18:15:20 WIB

“AFI ” M a sih M e m im p in Pilk a d a Ka lt im

PASANGAN calon gubernur/wakil gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Awang Faroek Ishak-Farid Wadjdy atau "AFI", hingga Minggu (1/6) sore masih memimpin perolehan suara sementara pilkada Kaltim dengan 204.903 suara atau sekitar 28,50 persen.

Berdasar laporan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kaltim hingga pukul 17.30 Wita, Minggu, tempat kedua ditempati Jusuf Serang Kasim-Luther Kombang dengan 28,07 persen atau 201.903 suara, dan tempat ketiga diduduki pasangan Achmad Amins-Hadi Mulyadi sebesar 25.8 persen atau 185.559 suara

Sementara itu, Nursyirwan Ismail-Heru Bambang memperoleh 17.63 persen atau 126.741 suara berada di urutan keempat. Hingga Minggu (1/6) pukul 17.30 Wita, jumlah suara yang masuk ke KPUD Kaltim baru 719.106 suara dari jumlah pemilih sebanyak 2.255.409 orang.

(7)

Nusantara Samarinda | Senin, 02 Jun 2008

KPU Ka lt im Tu n g g u At u r a n Pu t a r a n Ke d u a

by : Budi Winarno

Kaltim merupakan daerah yang pertama kali melaksanakan pilkada dua putaran.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kalimantan Timur akan meminta teknis pelaksanaan putaran kedua kepada KPU Pusat. Pasalnya, KPU Kaltim masih menggunakan teknis pelaksanaan putaran kedua yang dikeluarkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) berupa surat dengan nomor 120/1808/sj tanggal 21 Juli 2005 perihal pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah putaran kedua.

"Surat itu mengacu pada Undang-Undang Nomor 32, sedangkan yang saat ini di berlakukan adalah Undang-Undang Nomor 12. Karena itu, kami perlu menyurati KPU Pusat," kata Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pemungutan Perhitungan Suara KPU Kalyim, Elvyani Gaffar.

Pelaksanaan teknis yang dibuat Mendagri Moh. Ma`ruf tersebut di antaranya mengenai pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pilkada, daftar pemilih pada putaran pertama agar dilakukan pemutakhiran oleh KPUD dan menetapkan kembali DPT serta pendanaan putaran kedua yang dibebankan pada APBD.

Waktu pelaksanaan jika terjadi putaran adalah melaksanakan tender dan cetak suara selama 48 hari, validasi daftar pemilih 14 hari, distribusi logistik selama 7 hari, penajaman visi dan misi bagi pasangan calon, masa tenang selama 3 hari, dan melakukan pemungutan suara selama 1 hari.

"KPU Kaltim saat ini masih menggunakan surat dari Mendagri yang di tanda tangani oleh Mendagri Moh. Ma`ruf jika terjadi putaran kedua," katanya. Untuk itu, KPU Kaltim akan menanyakan penggunaan teknis pelaksanaan pilkada jika terjadi putaran kedua pada saat Rakernas KPU se-Indonesia yang di laksanakan tanggal 4-6 Juni mendatang di Jakarta.

"Sekaligus kita akan kirimkan surat ke KPU Pusat. Soalnya, di dalam Undang-Undang Nomor 12 tidak ada teknis pelaksanaan putaran kedua. Padahal, di dalam undang-undang tercatat adanya putaran kedua. Jadi, yang digunakan saat ini hanya surat dari Mendagri saja," katanya.

Elvyani mengatakan, diperlukan koordinasi dengan KPU Pusat. Pasalnya, pilkada yang terjadi selama ini di Indonesia, tidak ada yang mencapai putaran kedua. "Untuk Pilgub Kaltim, kita masih tidak bisa pastikan berapa putaran. Karena, hasil perolehan suara akan direkapitulasi tanggal 8 hingga 10 Juni mendatang," katanya.

(8)

Berkhas 3 Volume VI Juni 2008

Ka r t u Pe m ilih M u la i D ib a g ik a n

Ada W a r ga Ta k D a pa t Ka r t u m e sk i Te r da ft a r

Senin, 2 Juni 2008 | 03:00 WIB

Palembang, Kompas - KPUD Palembang mulai mendistribusikan kartu suara sesuai daftar pemilih tetap di Palembang. Pendistribusian dimulai dari KPUD ke Panitia Pemilih Kecamatan atau PPK. Selanjutnya, kartu tersebut diambil Ketua Panitia Pemungutan Suara atau KPPS di kelurahan. KPPS bertanggung jawab membaginya dan melaporkan jika ada kekurangan.

Menurut M Yusuf, Ketua PPS XVIII Kecamatan Sako Kenten, Minggu (1/6) di Palembang, pihaknya sudah mengambil kartu suara di Kantor Kecamatan Sako pada hari Jumat (30/5) bersama dengan para Ketua PPS lainnya di wilayah Kecamatan Sako Kenten.

”Untuk mengurangi risiko rusak atau hilang, kartu suara memang harus diambil masing-masing KPPS di PPK atau kantor kecamatan,” kata Yusuf.

Ditambahkan, lingkungan TPS XVIII Kecamatan Sako Kenten memiliki sebanyak 453 mata pilih yang mencakup tiga rukun tetangga (RT). Sebagian besar kartu pemilih yang diambil sudah dibagikan kepada warga. Untuk mengecek validasinya, pembagian kartu pemilih ini harus dicocokkan dengan nama yang tercantum di daftar pemilih tetap (DPT). Jika namanya sudah sesuai, kartu pemilih bisa diberikan langsung.

Meski tidak diberi tenggat waktu pendistribusian kartu suara, Yusuf menargetkan paling lambat hari Senin ini semua kartu pemilih di TPS XVIII sudah selesai dibagikan.

Masih kurang

Setelah mencocokkan identitas di kartu pemilih dengan nama yang tercantum di DPT, ternyata belum semua warga menerima kartu pemilih. Yusuf mencontohkan, di TPS XVIII, masih ada dua orang yang belum mendapatkan kartu pemilih. Padahal, nama kedua orang tersebut tercantum di dalam DPT.

”Maka, kami menyimpulkan ini hanya kekeliruan pencatatan saja. Hal ini sudah kami laporkan ke atas,” tuturnya.

Sekretaris KPUD Palembang S Raharja menanggapi, setiap KPPS yang menemui masalah kekurangan kartu pemilih wajib lapor secepat mungkin. Mekanismenya dimulai dari pelaporan warga yang bersangkutan ke KPPS, lalu KPPS melaporkan ke PPK. PPK inilah yang wajib meneruskannya ke KPUD.

”KPUD nanti akan mencocokkan keluhan kekurangan. Jika benar, akan segera diterbitkan kartu pemilih bagi warga yang belum mendapatkan,” ucapnya.

Sosialisasi berlangsung

Sejak pekan lalu, di PPK juga sudah dan sedang berlangsung kegiatan sosialisasi tata cara dan aturan teknis mengenai proses pencoblosan pilkada Palembang di tingkat KPPS. Menurut Yusuf, sosialisasi ini dilakukan oleh tim KPUD Palembang dibantu PPK dan dihadiri segenap unsur KPPS.

(9)

Profil

M u k h lis, Ak t or d i Ba lik Pe n y e le ngga r a a n Pilk a da

Pa le m ba ng

Senin, 2 Juni 2008 | 03:00 WIB

Berbicara tentang pelaksanaan Pilkada Kota Palembang 7 Juni 2008, masyarakat hingga partai politik akan mengingat sebuah nama, Kemas Khoirul Mukhlis. Hal itu karena sejak masa pendaftaran, seleksi, penetapan calon, masa kampanye, hingga hari-hari menjelang pilkada, nama tersebut cukup sering disebut di media massa cetak atau elektronik lokal Palembang.

Pada perhelatan politik Kota Palembang 2008, Mukhlis menjabat sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Palembang. Sebagai ”aktor” lembaga yang berwenang menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, wajar apabila figur pria tersebut sangat dikenal.

Ditemui Kompas di Kantor KPUD Palembang, Sabtu (31/5), Mukhlis menuturkan, sebagai penanggung jawab perhelatan itu, ia tidak bekerja sendirian. Ia memiliki tim yang membantunya mengerjakan semua urusan Pilkada Palembang.

”Saya tidak bisa sendirian memikul tanggung jawab ini. Ada tim yang membantu dan bekerja sama,” ujar pria kelahiran Palembang pada 29 Maret 1972 itu.

Saat awal pendaftaran, seleksi calon, penetapan calon, hingga masa kampanye calon, kesibukan KPUD Palembang tidak terlalu padat. Grafik kesibukan makin meningkat saat surat suara yang akan menjadi sarana masyarakat memilih calon kepala daerah mereka serta berbagai perlengkapan logistik pilkada tiba di KPUD Palembang.

Sejak 27 Mei 2008 hingga 31 Mei 2008, Kantor KPUD Palembang berubah mirip seperti percetakan. Tumpukan surat suara atau kotak-kotak kardus bekas tempat surat suara bertebaran di setiap sudut ruang KPUD Palembang, tak terkecuali ruangan Mukhlis. Sebanyak 110 tenaga harian lepas memenuhi kantor KPUD Palembang siang dan malam untuk menyelesaikan pelipatan surat suara.

”Saya juga mesti mengawasi dan mengontrol pelipatan surat suara serta keamanan surat suara, apalagi kami mengejar target penyelesaian pelipatan supaya bisa segera didistribusikan,” tutur Mukhlis sambil sesekali mengingatkan tenaga harian lepas untuk hati-hati melipat surat suara.

Kesibukan sedemikian padat menyebabkan semua pengurus KPUD Palembang, termasuk Mukhlis, hampir tidak punya waktu untuk pulang ke rumah.

Namun, dengan kebiasaan Mukhlis yang tidak bisa tidur di tempat baru, ia memilih pulang larut dan kembali lagi ke Kantor KPUD keesokan pagi. Sepanjang minggu tercatat ia hanya tidur dua-tiga jam sehari.

Dalam perpolitikan Palembang, nama Mukhlis sudah cukup akrab. Bapak dua anak bernama Kemas Muhammad Husni (8) dan Nyimas Gina Salsabila (4) itu mengawali karier politik pada 1997-1998. Waktu itu ia aktif di Gerakan Pemuda Anshor PKB Palembang. Tahun 1999 ia terpilih sebagai Wakil Ketua I Perjuangan Pemuda untuk Demokrasi (PPD) Palembang. Sejak 2003 hingga sekarang, suami Herlina (30) ini menjabat Ketua KPUD Palembang.

(10)
(11)

Tu m p a s Pr e m a n ism e

SP/YC Kurniantoro

Anggota Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Cirebon, Jawa Barat, Maman Imanulhaq terbaring di RS Mitra Internasional, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (2/6). Maman adalah salah seorang korban penyerangan massa beratribut Front Pembela Islam saat mengikuti aksi Aliansi Kebangsaan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Lapangan Monas, Minggu (1/6).

[JAKARTA] Aksi premanisme yang dipertontonkan oleh massa beratribut Front Pembela Islam (FPI) dan sejumlah organisasi massa terhadap anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di kawasan Monas, Minggu (1/6), tidak bisa ditoleransi karena akan memicu konflik horizontal dan menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah dibangun. Polri diminta segera mengusut tuntas kasus tersebut. Berbagai kalangan mengimbau negara harus tegas sehingga tidak terjadi hukum rimba di negeri ini.

Menurut Ketua Peng- urus Besar Nahdlatul Ulama Masdar Farid Mas'udi, aksi kekerasan dan penganiayaan bertentangan dengan ajar- an agama, apalagi jika dila- kukan atas nama agama. "Agama apa pun selalu menganjurkan kemuliaan budi. Sebaik-baik kalian, kata Rasullullah SAW, adalah yang paling luhur budinya dan lembut hatinya," kata Masdar.

Untuk itu, Masdar mendesak negara, dalam hal ini aparat hukum, segera menindak pelaku sesuai hukum. Menunda apalagi membiarkan kekerasan tanpa tindakan hukum akan meruntuhkan wibawa negara yang segera akan dibayar dengan maraknya anarkisme yang akan menghancurkan tatanan sosial.

Sekjen Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor A Malik Haramain dalam pernyataan persnya menyesalkan, mengutuk, dan memprotes keras tindakan kekerasan karena bertentangan dengan konstitusi dan merupakan bentuk arogansi kelompok. Organisasi pelaku kekerasan harus dibubarkan karena telah berperilaku barbar di negara demokratis.

"Jika pemerintah tidak tegas, maka GP Ansor bersama elemen lainnya akan merencanakan langkah pembubaran paksa. GP Ansor menyesalkan polisi sebagai pengayom yang gagal melaksanakan tugasnya sehingga kekerasan terjadi," katanya.

Dari kalangan DPR, Wakil Ketua Komisi III DPR Fachri Hamzah yang berasal dari Fraksi Partai Keadilan dan Sejahtera (FPKS), mengatakan, negara harus mampu melindungi warga negaranya yang menyampaikan pendapatnya secara damai. Negara tak boleh membiarkan tindakan brutal oleh satu kelompok terhadap kelompok lain di masyarakat. "Setiap kekerasan hanya akan berdampak pada kekerasan lainnya, ini tidak boleh terjadi kecuali negara sudah tidak ada," katanya.

Komisi III DPR sendiri sudah berkali-kali meminta kepada Kapolri untuk bersikap tegas agar tidak ada kekerasan di masyarakat. Fatwa MUI mengenai Ahmadiyah, kata dia, sama sekali tidak bisa menjadi pembenar atau dasar untuk bertindak anarki.

Pelanggaran HAM

(12)

Berkhas 7 Volume VI Juni 2008 Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Senin (2/6) meminta semua elemen bangsa mawas diri jangan terprovokasi adu domba menyikapi keyakinan beragama. Pemerintah pun diminta tegas menindak kelompok mana pun yang melanggar hukum.

Menyoal asal muasal insiden karena Ahmadiyah, Jimly berharap, tokoh-tokoh Islam membangun dialog dengan semangat toleransi karena berkaitan dengan internal umat Islam. Pancasila dan UUD 1945 pun harus dijadikan dasar pemersatu bangsa, kata Jimly.

Sementara itu, menurut Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng, Presiden memerintahkan Kapolri untuk menyelidiki dan menindak tegas siapa pun yang bersalah dalam kasus kekerasan tersebut dan menindak tegas mereka yang bersalah, siapa pun dia.

(13)

Nusantara

Jakarta | Selasa, 03 Jun 2008

Pe nca ir a n BLT Yogy a k a r t a Suda h 9 0 pe r se n

by : Much Fatchurochman

Yogyakarta-Jurnal Nasional

PROSES pencairan kupon Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Yogyakarta, hingga awal Juni 2008, sudah mencapai 90 persen rumah tangga sasaran (RTS). Berdasarkan laporan dari Kantor Pos Besar Yogyakarta, tercatat 18.900 RTS telah mencairkan kupon sebesar Rp 300 ribu per KK di sembilan kantor pos yang ditunjuk.

"Sesuai laporan yang masuk sudah mencapai 90 persen dari kuota sebesar 19.100 RTS. Kita juga menerima aduan masyarakat sebanyak 124 aduan," kata Haryadi Suyuthi, Wakil Wali Kota Yogyakarta di Balai Kota, Senin (2/6).

Berdasarkan rincian Unit Pelaksana Program (UPP) Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Yogyakarta, ada delapan jenis kategori aduan yang diterima. Secara garis besar, terdapat dua hal pokok yang dikeluhkan oleh pelapor yaitu mereka yang tahun 2005 mendapatkan BLT, tapi tahun 2008 tak tercatat.

Ada juga, warga yang memiliki Kartu Menuju Sejahtera (KMS) tapi tidak mendapatkan BLT sebanya 113 pelapor. Sisanya adalah pelapor yang secara teknis memang tak boleh menerima lagi. Seperti yang sudah meninggal, tapi anak atau keluarga mempertanyakan BLT.

"Memang ada sekitar 200 nama yang tersisa. Mereka itulah yang kini sedang diverifikasi dan dikaji boleh menerima atau tidak, " kata Haryadi.

Bagi warga yang memang belum tercatat akan didata ulang untuk diusulkan pada tahap kedua September mendatang. "Pemkot masih menunggu distribusi kupon BLT, bisa dicairkan secara keseluruhan. PT Pos Indonesia yang akan mengumumkan realisasi penyaluran kupon. Mereka memastikan bulan Juli selesai," katanya.

Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto menjelaskan memang ada perbedaan data antara pemegang KMS dengan jumlah penerima kupon BLT. Mereka yang terdaftar sebagai penerima BLT, didata berbeda dengan pendataan KMS yang lebih berdasar pada administrasi kependudukan atau warga ber-KTP Yogyakarta. Penyaluran BLT sebagai kompensasi kenaikan BBM bukan berdasar data serupa.

"BLT itu diberikan kepada mereka yang terdata oleh BPS, bukan berdasar KTP Yogyakarta. Program diputuskan oleh pemerintah pusat, beda dengan KMS," katanya.

(14)

Berkhas 9 Volume VI Juni 2008 Politik - Hukum - Keamanan Dinamika

Jakarta | Selasa, 03 Jun 2008

Pilk a d a Sa w a h lu n t o Su m b a r D it e n g a r a i Sa r a t

Ke cur a nga n

by : Aliyudin Sofyan

Ketua Front Komunitas Indonesia Satu (FKI-1) Kota Sawahlunto Sumatera Barat Wirnof N menduga bahwa pemilihan kepala daerah (pilkada) Kota Sawahlunto Sumatera Barat sarat dengan kecurangan. Untuk itu Wirnof meminta agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat turun tangan dan mengambil tindakan tegas kepada oknum-oknum KPUD Kota Sawahlunto.

"Menteri Dalam Negeri juga diminta untuk tridak memproses penetapan pelantikan Wali Kota Sawahlunto periode 2008-2013. Pasalnya, selain diduga penuh kecurangan juga sedang dalam proses hukum di Pengadilan Negeri Sawahlunto," ujar Wirnof melalui siaran pernya yang diterima Jurnal Nasional, di Jakarta, kemarin (2/6).

Menurutnya, salah satu indikasi kecurangan pemilihan Wali Kota Sawahlunto itu adalah ditemukannya sekitar 7.308 atau 19 persen pemilih terdaftar memiliki tanggal dan bulan lahir yang persis sama.

(15)

6 Ke lua r ga Tola k BLT

Verifikasi Data di Ende Lewat Rembuk Desa Selasa, 3 Juni 2008 | 01:10 WIB

Padang, Kompas - Sebanyak enam keluarga di Kelurahan Parupuk Tabing, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, menolak bantuan langsung tunai. Sikap itu mereka tuangkan dalam pernyataan tertulis kepada pihak kelurahan serta menolak rumah mereka ditempeli stiker bertuliskan ”Rumah Tangga Miskin”.

Dua dari enam keluarga yang dijumpai Kompas, Senin (2/6), menyatakan alasan yang berbeda tentang penolakan itu. Buchori (70), warga perumahan Jondul, menolak bantuan langsung tunai (BLT) karena merasa kebutuhan makan-minum bisa terpenuhi dari pemberian anak-anaknya.

”Saya merasa tidak layak mendapatkan bantuan itu karena masih ada tetangga yang jauh lebih miskin dari saya. Kalau saya menerima, rasanya ndak pas,” tutur Buchori, yang pernah menjadi penjual nasi sejak tahun 1970-an.

Meskipun kini sudah tidak bekerja, Buchori merasa masih bisa hidup layak. Kini Buchori tinggal bersama dua dari sembilan orang anaknya, di rumah batu yang dulu dibeli dengan cara mencicil. Tahun 2005 dia juga pernah menerima kartu BLT. Namun, kartu itu tidak digunakannya.

Adapun Tati (47) menolak bantuan karena diminta oleh anaknya. ”Anak-anak saya malu kalau rumah ini ditempeli stiker bertuliskan ’Rumah Tangga Miskin’,” ujarnya.

Gejolak sosial

Guna mengantisipasi agar tak menimbulkan gejolak sosial, verifikasi data penerima BLT di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, diusulkan melalui proses rembuk desa yang melibatkan sejumlah tokoh agama, masyarakat, dan pemuka adat setempat.

”Hal seperti itu telah dilakukan di satu kelurahan di Kota Kupang dan hasilnya bagus. Jadi, keputusan verifikasi tersebut diambil berdasarkan kesepakatan bersama,” kata Kepala Kantor PT Pos Indonesia Cabang Ende Wagimuntoro Wijoseno, Senin di Ende.

(16)

Berkhas 11 Volume VI Juni 2008

BLT

D id u g a , Ad a 8 0 0 N a m a Pe n e r im a Ga n d a

Se la sa , 3 Juni 2 0 0 8 | 0 1 :1 3 W I B

Serang, Kompas - Badan Pusat Statistik Serang, Banten, menduga ada sekitar 800 rumah tangga miskin penerima bantuan langsung tunai atau BLT yang terdaftar dua kali atau ganda. Oleh karena itu, jajaran pemerintah daerah diminta untuk memverifikasi data, sebelum kartu bantuan langsung dibagikan pada 5 Juni.

Dugaan nama rumah tangga miskin (RTM) ganda itu terungkap dalam sosialisasi BLT di aula Sekretariat Daerah II Kabupaten Serang, Senin (2/6) pagi. Dugaan 800 nama RTM ganda itu didasari hasil sortiran sementara BPS melalui komputer.

”Waktu sortir di komputer, kami menemukan nama-nama yang sama persis dalam satu RT (rukun tetangga) dan satu RW (rukun warga). Dugaan kami ada sekitar 800 nama RTM ganda dalam daftar penerima BLT itu,” kata Ketua Badan Pusat Statistik (BPS) Serang Din Komarudin menjelaskan.

Nama ganda itu terdaftar karena pendataan yang dilakukan belum akurat. Selain itu, ada juga warga yang tinggal satu rumah, tetapi didaftar dua hingga tiga RTM. Biasanya, para pendata di lapangan memecah sebuah keluarga yang tinggal satu rumah menjadi dua hingga tiga keluarga. Kebanyakan mereka memisahkan orangtua jompo atau janda sebagai RTM tersendiri.

Oleh karena itu, BPS meminta semua camat yang hadir dalam sosialisasi untuk melakukan verifikasi terbatas, sebelum kartu BLT dibagikan pada 5 Juni.

Dicoret

Selain nama ganda, BPS juga sudah mencoret 320 nama RTM dari daftar penerima BLT. Mereka sudah dianggap tidak menerima BLT sejak tahun 2006 lalu, tetapi masih terdaftar sebagai penerima BLT tahun 2008.

Pencoretan 320 penerima BLT itu dikeluhkan para camat karena mereka telanjur menyebarkan daftar penerima. ”Seharusnya jangan asal coret, dikoordinasikan dulu dengan kami. Daftar penerima itu, kan, sudah telanjur kami sebarkan ke desa-desa, bahkan RT-RT,” kata Camat Kibin, Asep Saefudin.

Jumlah penerima BLT di Banten tahun 2008 mencapai 700.743 RTM. Sebanyak 131.067 RTM di antaranya berada di Kabupaten dan Kota Serang, Kota Cilegon 20.902 RTM, dan sisanya merupakan RTM di Kabupaten Pandeglang, Lebak, Tangerang, serta Kota Tangerang.

Rencananya, kartu BLT akan mulai dibagikan pada 5 Juni, sedangkan pencairan dana BLT dijadwalkan tanggal 6-7 Juni, di sejumlah kantor pos di sejumlah kecamatan.

Sementara itu, Wakil Bupati Andy Sujadi mengatakan, kuota penerima BLT masih belum memenuhi jumlah riil RTM di Kabupaten Serang. Diperkirakan, masih banyak RTM yang tidak kebagian dana BLT.

(17)

D u a I st r i Bu p a t i " Be r t a r u n g " d i Pilk a d a M in a h a sa

Te ngga r a

Selasa, 3 Juni 2008 | 01:03 WIB

Manado, Kompas - Dua istri bupati akan ”bertarung” dalam Pemilihan Kepala Daerah Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Tjeli Tjanggulung (34), istri Bupati Kabupaten Talaud Elly Lasut, diusung Partai Golkar, sedangkan dr Mala Mailangkay Pontoh (50), istri Penjabat Bupati Minahasa Tenggara Albert Pontoh, diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Wakil Ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Utara (Sulut) Fero Taroreh, Senin (2/6), mengatakan, partainya memilih Tjeli karena hasil survei di masyarakat mengunggulkan Tjeli dari calon-calon bupati lain. ”Kami tidak buta memilih calon bupati. Kami ingin menang. Oleh karena itu, kami memilih Tjeli yang mayoritas unggul atas calon yang disurvei Golkar. Kebetulan dia istri bupati,” katanya.

Hal senada diungkapkan Sekretaris DPD PDI-P Frangky Wongkar. Ia mengatakan, selain atas kesepakatan semua unsur pengurus PDI-P Kabupaten Minahasa Tenggara, pencalonan Mala Mailangkay juga berdasarkan hasil survei di masyarakat.

Kecewa

Tokoh masyarakat Minahasa Tenggara, Dolvie Maringka, menyatakan kecewa atas situasi politik yang demikian. ”Politik sekarang dibisniskan. Siapa banyak uang dapat menjadi calon bupati,” keluhnya.

(18)

Berkhas 13 Volume VI Juni 2008

Su b sid i BBM : BLT Kot a Yog y a k a r t a Te r sa lu r k a n

9 1 ,5 6 Pe r se n

Selasa, 3 Juni 2008 | 11:51 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Penyaluran bantuan langsung tunai atau BLT di Kota Yogyakarta baru mencapai 91,56 persen. Sisanya, 8,44 persen, belum tersalurkan karena rumah tangga sasaran atau RTS sudah meninggal, pindah alamat, dan meningkat status ekonominya. Kepala Dinas Sosial (Dinsos) DI Yogyakarta Andung Prihadi Santoso mengemukakan, hingga saat ini belum ada pemutakhiran data penduduk miskin yang layak menerima BLT. Dinsos DIY dan kantor pos harus menunggu pemutakhiran (updating) data oleh Badan Pusat Statistik yang dikeluarkan September. Penyaluran BLT 91,56 persen itu memang belum seluruhnya terbagikan, ujar Andung, di Kepatihan, Senin (2/6). Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto dan Wakil Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti dalam jumpa pers di Balaikota Yogyakarta mengemukakan, hingga 31 Mei telah terbayarkan 18.900 kartu dari total kuota 19.111 rumah tangga sasaran (RTS). Jumlah masyarakat yang mengadu mencapai 124, terdiri atas delapan jenis aduan dan dua materi pokok.

(19)

Logist ik Pilk a da KBB M ula i D id ist r ib u sik a n

NGAMPRAH, (PR).-

Mulai Senin (2/6), distribusi logistik untuk Pilkada Kab. Bandung Barat (KBB) mulai dilakukan. Distribusi dilakukan bertahap dan dijadwalkan selesai Rabu (4/6).

Ketua Pokja Pengendalian KPU Kab. Bandung, Osin Permana, Senin (2/6), mengatakan, pengawasan proses distribusi dilakukan antara KPU Kab. Bandung, kepolisian, Panwas Kab. Bandung Barat, dan LSM. "Yang pertama didistribusikan adalah berbagai formulir. Sesampai di PPK, formulir akan langsung disortir," ujarnya.

Sementara yang bertanggung jawab terhadap pendistribusian adalah para pemenang tender penyediaan barang dan jasa. Mereka harus mendistribusikan logistik kebutuhan Pilkada Kab. Bandung Barat.

Seperti diberitakan sebelumnya, kebutuhan logistik yang harus didistribusikan adalah 9.996.128 plus 2,5 persen surat suara, formulir untuk 2.327 TPS, kartu pemilih, serta alat kelengkapan untuk hari H pemilihan.

Tanggung jawab PPK

Perusahaan yang memenangi tender sekaligus bertugas mendistribusikan logistik adalah PT Indah Jaya (pengadaan surat suara), PT Jaya Abadi (pengadaan formulir), CV Dwifa (pengadaan kartu pemilih), dan PT Citra Mandiri (pengadaan kelengkapan). Apabila sampai di tingkat PPK, kata Osin, kebutuhan logistik tersebut berada di bawah tanggung jawab PPK. Selanjutnya, PPK mendistribusikan ke PPS hingga ke TPS.

Secara umum, kata Osin, pelaksanaan Pilkada Bandung Barat 8 Juni 2008 sudah siap. Daftar pemilih tetap (DPT) sebagai salah satu komponen utama dalam pemilihan umum sudah selesai dan ditetapkan pada 16 Mei 2008.

(20)

Berkhas 15 Volume VI Juni 2008

W a r g a M isk in Ta k Te r im a BLT

[MEDAN] Sebanyak 248 keluarga yang masuk dalam daftar penerima bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah pusat di tahun 2005, dan tercatat sebagai keluarga rumah tangga miskin (RTM), ternyata tidak mendapatkan dana bantuan BLT pada tahun ini. Pemerintah belum memberikan alasan mengapa bantuan tersebut tidak diberikan.

Mereka yang tidak mendapatkan dana BLT tersebut adalah warga Tegal Sari Mandala III, Kecamatan Medan Denai, Sumatera Utara (Sumut).

"Untuk tahun ini, kami tidak mendapatkan BLT. Padahal, tiga tahun silam kami masih menerimanya," ujar Sugiono (48), warga di Tegal Sari, kepada SP, Selasa (3/6) pagi.

Lurah Tegal Sari Mandala III, Siti Nur menyampaikan, jumlah masyarakat di sana yang menerima BLT tahun 2005 sebanyak 1174 RTM. Sedang jumlah warga yang menerima BLT sebanyak 926 RTM. Warga tidak mendapatkan BLT karena belum menerima kartu pembagiannya. Kemungkinan besar masalah ini juga terjadi di tempat lain.

Jumlah masyarakat miskin yang belum menerima BLT dari pemerintah masih banyak. Dua di antara masyarakat miskin tersebut adalah Agus Basuki (26) dan A Young (38).

"Saya tidak mengetahui persyaratan yang diajukan pemerintah. Tapi, kami tidak ada orang kecamatan maupun lingkungan yang mendata kami sebagai keluarga miskin. Padahal, orang yang hidupnya lebih baik dari kami mendapatkan BLT," ujar Agus Basuki, saat ditemui di rumahnya di Jl Meteorologi, Kecamatan Medan Tembung.

Agus tidak terdaftar sebagai masyarakat miskin karena selalu berpindah rumah. Pekerjaannya sebagai satuan pengamanan (Satpam) dengan gaji sangat rendah. Menurutnya, tidak adanya kartu tanda penduduk dari lingkungan tempat tinggalnya yang sekarang ini sebagai penyebab utama keluarganya tidak menerima BLT.

"Saya sudah pernah mendaftar sebagai bagian dari keluarga miskin, namun ditolak petugas lingkungan dengan alasan tidak mempunyai kartu tanda penduduk (KTP) menetap dari lingkungan tersebut. Sementara untuk mengurus untuk membuat KTP saja, biayanya selangit," kata dia menyesalkan.

Hal yang sama juga disampaikan A Young, saat ditemui di gubuk tempat tinggalnya di Jl Gatot Subroto, Medan. Dia mengharapkan pemerintah dapat memberikan perhatian kepada keluarganya. "Dulu kami tidak menerima BLT. Malah sekarang tidak dapat BLT lagi. Pihak lingkungan tidak mau mendata kami," sebutnya.

A Young bersama istrinya dan dua anaknya menumpang tempat tinggal di sebuah rumah yang berdinding tepas dengan lantai tanah. Rumahnya tersebut ditempati atas belas kasihan masyarakat di sana.

Kepala Kantor Pos Kota Padang, Muhammad Nasir mengatakan, pihaknya telah mencairkan dana BLT tahap I kepada 12.175 RTS. "Jumlah yang diterima masing-masing RTS Rp 300.000 untuk tahap I dan Rp 400.000 untuk tahap II nanti," katanya.

(21)

Kepala Kantor BPS Situbondo, Tadjul Jufri, yang menemui warga yang mayoritas para bapak dan ibu-ibu yang sudah berusia 45 tahun ke atas itu menyatakan, BPS tidak ikut-ikut dengan program BLT 2008. Sedangkan mereka yang menerima BLT 2008 adalah mereka yang tercantum dalam daftar keluarga miskin 2005.

Jangan Dipotong

Aparat kelurahan dan kecamatan di Provinsi Bengkulu diminta tidak melakukan pemotongan dana bantuan langsung tunai (BLT). Jika terbukti ada oknum kelurahan dan kecamatan di Provinsi Bengkulu memotong dana BLT, akan diproses hukum

"Apa pun alasannya tidak dibenarkan dana BLT dipotong, termasuk untuk biaya administrasi. Kalau pihak kelurahan dan kecamatan butuh dana administrasi guna kelancaran penyaluran BLT, minta ke pemerintah kabupaten," kata Asisten II Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu, Fauzan Rahim kepada SP, di Bengkulu, Senin (2/6).

Pencairan dana BLT di Bengkulu dijadwalkan sekitar pertengahan Juni mendatang. Daerah tingkat II di Bengkulu diimbau mengalokasikan dana administrasi penyaluran BLT di daerah yang tidak terjangkau pelayanan kantor pos. Dengan demikian, dana BLT tidak disunat oleh oknum kelurahan dan kecamatan.

(22)

Berkhas 17 Volume VI Juni 2008

W a r g a M isk in Ta n g e r a n g Pe r t a n y a k a n BLT

[TANGERANG] Warga miskin di Kabupaten Tangerang mempertanyakan pembagian bantuan langsung tunai (BLT). Banyak warga yang merasa tidak didata dan khawatir tidak mendapat BLT. Seperti yang diungkapkan Sanif (42) warga Kampung Alar, Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji.

Bapak lima anak ini belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk warganya yang tidak mampu seperti program kompensasi minyak, raskin, hingga BLT. "Saya belum pernah mendapat bantuan apapun seperti warga lainnya," kata Sanif kepada SP, Senin (2/6) petang.

Sanif sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Penghasilannya tidak menentu, tidak mencukupi kebutuhan hidupnya dengan lima anak. Rumahnya gubuk reot di tengah sawah. Lima anaknya tidak ada yang sekolah karena dia tidak punya biaya. Namun, Sanif tidak pernah didata sebagai keluarga tidak mampu. "Saya tidak tahu alasan kepala desa sehingga saya tidak pernah dapat bantuan apapun," katanya.

BLT di Tangerang hingga saat ini memang belum dibagikan. Masyarakat juga banyak yang bertanya-tanya kapan BLT dicairkan. "Daerah lain sudah, kenapa di sini belum?" kata Entin (50), warga Gempol Sari, Sepatan Timur.

Kepala Desa Kosambi Timur Hasan Nudin mengatakan, masyarakat miskin di wilayahnya bertambah pada 2008, terutama setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Asisten Daerah I Pemerintah Kabupaten Tangerang Mas Imam Kusnandar mengatakan, berdasarkan informasi dari PT Pos dan Giro Tangerang, pemerintah pusat melalui Satuan Tugas BLT masih belum memberikan informasi kapan waktu penyaluran BLT di Kabupaten Tangerang dilaksanakan.

Ia memperkirakan dalam waktu dekat ini penyaluran BLT akan dilakukan. Padahal, sebelumnya, ia mengatakan, pencairan akan dilakukan Juni.

Dijelaskan, pemerintah akan menggunakan data lama dalam penyaluran BLT kali ini dengan jumlah 254.485 rumah tangga sasaran. Data ini sama dengan penerima beras untuk masyarakat miskin (raskin). Menurut dia, untuk validasi data baru yang akan digunakan pada 2009 mendatang baru akan dilakukan September mendatang, sehingga untuk penerima BLT tahun ini atau enam bulan ke depan, masih menggunakan data yang ada saat ini.

Ditambahkan, untuk 2009, pihaknya akan menggunakan kartu multi guna, seperti yang dilakukan Pemkot Tangerang. "Kalau saat ini kartu multi guna belum dapat dilaksanakan," ujarnya.

Sebelumnya, kalangan DPRD Kabupaten Tangerang mengingatkan validasi data penerima BLT di Kabupaten Tangerang. Sebab, sebelum menyalurkan bantuan, Pemkab Tangerang harus yakin dengan data yang dipegangnya. "Jangan sampai orang yang seharusnya tidak menerima malah menerima. Sebaliknya, yang seharusnya menerima malah tidak menerima. Untuk itu, verifikasi ulang data yang lama," ujar Ketua DPRD Kabupaten Tangerang Endang Sudjana.

(23)

Tolak Usulan Mendagri

Sementara itu, Wali Kota Tangerang Wahidin Halim menolak usulan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto agar daerah ikut menalangi kekurangan dana BLT yang tidak tertutupi oleh subsidi BBM. Hal itu karena Pemda sulit mempertanggungjawabkannya selain juga tidak jelas dasar hukumnya.

"Payung hukumnya apa? Saya khawatir justru berseberangan dengan Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah," kata Wahidin saat menghadiri Rapimcab DPC PPP Kota Tangerang di Padang Golf Modernland, Kota Tangerang, Minggu (1/6).

(24)

Berkhas 19 Volume VI Juni 2008 Nusantara

Jakarta | Rabu, 04 Jun 2008

Re a lisa si BLT d i Su m u t M e n ca p a i 8 1 ,4 Pe r se n

by : Heri Arland

Medan|Jurnal Nasional

PT Pos Indonesia Wilayah Sumatera Utara (Sumut), hingga Selasa (3/6), telah merealisasikan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar 81,4 persen atau Rp20.397.600.000 dari alokasi dana sebesar Rp 25.057.500.000.

Supervisor Pemasaran PT Pos Wilayah Sumut, Bahctiar menyatakan, hingga saat ini penyaluran dana BLT berjalan lancar. Namun, beberapa daerah, seperti di Kecamatan Medan Polonia dan Marelan, dana tersebut dibagikan di tingkat kelurahan.

Hal itu dilakukan guna mempermudah para masyarakat mendapatkan dana tersebut. Apalagi, Kecamatan tersebut jauh dari layanan PT Pos. “Khususnya dalam penyaluran ini, untuk beberapa daerah kita melakukan kerja sama, yakni di Kecamatan Medan Marelan dan Polonia. Dari dua kecamatan itu kita membagikan melalui 10 kelurahan,” ujar Bahctiar.

Bachtiar menyatakan, penyaluran BLT sudah 81,4 persen terealisasi. Karena itu pihaknya masih membuka pelayanan kepada rumah tangga sasaran untuk mengambil dana tersebut.

(25)

At ur a n Ka m pa ny e

KPU Ak a n Gu n a k a n UU Pe r s

Rabu, 4 Juni 2008 | 00:26 WIB

Jakarta, Kompas - Komisi Pemilihan Umum atau KPU akan menggunakan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers untuk mengatur masalah pemberitaan di media massa saat kampanye Pemilu 2009 berlangsung. Saat ini KPU sedang mengejar penyelesaian draf peraturan KPU tentang kampanye, yang ditargetkan selesai pada Jumat mendatang.

Anggota KPU, Abdul Aziz, di Jakarta, Selasa (3/6), mengatakan, KPU sudah berdiskusi dengan Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tentang aturan kampanye bagi media massa. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD diatur, media massa harus menyediakan halaman dan waktu yang adil dan seimbang untuk pemuatan berita dan wawancara serta pemasangan iklan kampanye bagi peserta pemilu.

”KPU setuju dengan usulan KPI dan Dewan Pers untuk menjadikan UU Pers sebagai rujukan. Ada usulan, ketika KPU memberikan sanksi kepada pers, dimohon berkonsultasi dengan KPI atau Dewan Pers,” kata Aziz.

Meski begitu, menurut dia, dalam pembahasan draf peraturan kampanye belum diputuskan apakah sanksi kepada media massa akan diberikan KPU atau pihak lain. Pasal 98 UU No 10/2008 menyebutkan, Dewan Pers dan KPI berwenang memberikan sanksi kepada media massa yang terbukti melanggar aturan.

”KPU membuat aturan, sedangkan yang mengawasi Badan Pengawas Pemilu. Setiap pelanggaran diberitahukan kepada KPU. KPU akan berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak terkait. Nanti KPU yang harus menindaklanjutinya,” ujar Aziz.

(26)

Berkhas 21 Volume VI Juni 2008 Dugaan Kekerasan

Se b a g a i Or m a s, Pe m b u b a r a n FPI Ja d i W e w e n a n g

M e nda gr i

Rabu, 4 Juni 2008 | 00:25 WIB

Jakarta, Kompas - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalatta menyatakan tidak dapat membubarkan Front Pembela Islam atau FPI yang diduga melakukan kekerasan terhadap anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan atau AKKBB. FPI tidak terdaftar sebagai badan hukum di Departemen Hukum dan HAM.

”Mungkin FPI adalah ormas (organisasi kemasyarakatan). Jika itu benar, Menteri Dalam Negeri bisa membekukan jika (FPI) melanggar aturan keormasan seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Ormas,” papar Andi, Selasa (3/6) di Jakarta.

Namun, terlepas dari wacana tentang pembubaran FPI, lanjut Andi, yang lebih penting adalah penegakan hukum dalam kasus di Monas pada Minggu lalu. Untuk itu, tanpa melihat kelompoknya, mereka yang diduga terlibat harus segera ditangkap.

Namun, Mendagri Mardiyanto mengatakan tidak dapat serta- merta membubarkan FPI. Selain harus melihat peraturan yang ada, juga harus dilakukan kajian mendalam terlebih dahulu dengan Kejaksaan Agung dan Polri.

Menurut Mendagri, ada tahapan untuk sampai pada pembubaran sebuah ormas. Sesuai dengan UU Ormas, pembubaran bisa dilakukan jika ormas itu dinilai membahayakan ketertiban umum, menerima bantuan asing tanpa persetujuan pemerintah, atau membantu pihak asing. FPI terdaftar sebagai ormas keagamaan pada Agustus 2006.

Sebaliknya, Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda (GP) Ansor Malik Haramain berharap pemerintah bertindak cepat. Sebab, kekerasan yang terjadi di sekitar Monas, Jakarta, dapat merembet menjadi konflik horizontal.

”Dalam kasus demonstrasi menentang kenaikan harga BBM di Universitas Nasional, polisi dapat segera menangkap mahasiswa. Mengapa hal serupa tidak terjadi dalam kasus di Monas? Polisi dan pemerintah jangan diskriminatif. Banyak bukti untuk menangkap mereka yang terlibat atau untuk membubarkan FPI,” ucapnya.

Menurut Malik, GP Ansor masih berusaha menahan diri meski berpandangan yang dilakukan FPI selama ini berlebihan. ”Aksi Ansor di sejumlah daerah sebatas menghapus tanda nama FPI. Kasus di Yogyakarta (perusakan) tidak dilakukan Ansor,” katanya.

Pembentukan opini

Dalam siaran persnya, Selasa, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Syuhada Bahri menilai, terjadi upaya manipulasi opini publik yang sistematis yang dilakukan AKKBB.

”Mereka membuat opini bahwa aksinya damai dan tidak ada kaitannya dengan Ahmadiyah. Padahal, AKKBB memasang iklan di media massa, yang secara tegas menyebutkan aksi tanggal 1 Juni 2008 memang untuk memberikan dukungan kepada Ahmadiyah,” katanya.

Syuhada meminta pejabat dan Polri bersikap profesional, adil, dan tidak terprovokasi oleh opini pendukung Ahmadiyah. Penyesatan opini publik adalah sebuah bentuk kezaliman.

(27)
(28)

Berkhas 23 Volume VI Juni 2008

BLT Ta k Se nt uh Aspe k Pe ndidik a n

Kamis, 5 Juni 2008 | 10:23 WIB

Dengan menyalurkan program bantuan langsung tunai pemerintah pusat sebetulnya baru menyentuh salah satu aspek kemiskinan, yaitu kerentanan ekonomi. Namun, dalam jangka panjang akar persoalan kemiskinan yang sebenarnya belum terselesaikan. Salah satu di antaranya adalah kualitas pendidikan keluarga miskin yang masih rendah.

Tahun 2006, dari 169.519 kepala rumah tangga golongan fakir miskin dan miskin di DI Yogyakarta, hampir 90 persen di antaranya tidak menyelesaikan sekolah alias tidak lulus sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI). Hanya sedikit saja yang mampu merampungkan sekolah hingga tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas atau SLTA (Lihat Grafis).

Sulitnya memperoleh kesempatan pendidikan yang memadai juga dirasakan anak-anak keluarga miskin. Jumlah anak usia 7-18 tahun dari seluruh rumah tangga miskin (RTM) di DIY mencapai lebih 105.000 jiwa (2006). Sebanyak 18 persen di antaranya ternyata tidak sekolah. Sebagian besar anak yang kurang beruntung itu berdomisili di Gunung Kidul.

Jargon bahwa pendidikan dapat meretas kemiskinan tampaknya tak berlaku bagi keluarga miskin. Kemiskinan justru memaksa kebanyakan RTM tidak memprioritaskan pendidikan bagi anak. Jangankan memikirkan biaya sekolah, untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari saja para kepala keluarga RTM kesulitan.

(29)

Pr og r a m BLT Pe r lu D ig a n t i

Pe ny a lur a n di Em pa t Ka bupa t e n M ula i Juni

Kamis, 5 Juni 2008 | 10:24 WIB

Yogyakarta, Kompas - Pemerintah perlu segera mengganti program bantuan langsung tunai atau BLT dengan program yang lebih nyata, untuk meringankan beban masyarakat miskin akibat dampak kenaikan harga BBM. Sebab, BLT hanyalah "obat" sementara.

"Program BLT itu tidak menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat miskin untuk jangka panjang, efek domino akibat kenaikan harga BBM lebih panjang," kata Arie Sudjito, sosiolog Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Rabu (4/6), di Yogyakarta.

Menurut Arie, yang lebih penting bagi masyarakat miskin bukanlah BLT, melainkan program yang memiliki manfaat jangka panjang. Dana kompensasi kenaikan harga BBM perlu dialihkan, antara lain untuk subsidi kesehatan, pembukaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan pendidikan gratis.

Diungkapkan Arie, pemerintah pusat perlu belajar dari daerah- daerah yang justru mampu menyusun kebijakan yang berpihak pada masyarakat miskin, seperti kebijakan pendidikan dasar gratis di beberapa kabupaten di Indonesia.

Secara terpisah, Bambang Kusumo Prihandono, sosiolog dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, menilai program BLT justru akan melemahkan potensi masyarakat untuk beradaptasi dengan krisis. Lemahkan modal sosial

Selain itu, juga akan melemahkan modal sosial di masyarakat karena BLT bersifat individual sehingga bisa merusak kebersamaan warga. Karena itu, akan lebih tepat jika dana BLT dialihkan untuk menstimulus proyek-proyek di tingkat komunitas, seperti padat karya dan pemberian modal kerja kelompok. Ini untuk mengembangkan usaha bersama di tingkat komunitas.

"Tujuannya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di tingkat komunitas. Ini akan lebih memperkuat modal sosial masyarakat," ujarnya.

Jika usaha bersama tersebut berkembang, di masa depan masyarakat akan lebih kuat berhadapan dengan krisis. Untuk jangka panjang, perlu diikuti kebijakan jaminan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat bawah. "Idealnya, BBM naik atau tidak, kesehatan dan pendidikan merupakan tanggung jawab negara, tidak seperti sekarang dilepas ke pasar dan menjadi tanggung jawab individu," tuturnya.

Banyak warga di kabupaten yang belum menerima jatah BLT, berharap bantuan tersebut cepat turun. Diharapkan, BLT bisa diberikan untuk para janda. Keinginan tersebut dilontarkan Maryati (35), warga Piyungan, Bantul.

(30)

Berkhas 25 Volume VI Juni 2008

Lingk unga n H idup

UU Pe n g e lola a n Sa m p a h Be lu m Efe k t if

Kamis, 5 Juni 2008 | 01:00 WIB

Jakarta, Kompas - Undang-Undang Pengelolaan Sampah yang telah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat pada Mei 2008 telah resmi berlaku pengesahannya, tetapi penerapannya belum efektif di lapangan.

Untuk pelaksanaannya, masih diperlukan peraturan pemerintah (PP) dan peraturan daerah sebagai turunannya. Peraturan tersebut ditetapkan paling lambat telah dikeluarkan dalam tiga tahun mendatang.

Hal ini disampaikan Ilyas Asaad, Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Penaatan Lingkungan, dalam diskusi mengenai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (4/6).

Karena itu, pihaknya kini tengah menyusun draf rancangan PP tentang pengelolaan sampah. Draf tersebut masih perlu dibahas instansi terkait, seperti Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Kesehatan, sebelum diajukan kepada Presiden dan disahkan.

Menurut Ilyas, sekarang harus disiapkan peraturan pelaksanaan UU, yaitu berupa PP sebanyak 11 buah, Peraturan Menteri Negara LH 2 buah, dan perda 11 buah, antara lain yang mengatur pengawasan pengelolaan sampah, penerapan sanksi administratif, dan pemberian kompensasi.

Peraturan daerah, menurut Bupati Minahasa Utara Sompie Singal, perlu waktu tiga tahun untuk menyusun hingga memberlakukannya.

Menurut dia, ketentuan itu harus melewati masa sosialisasi yang baik sebelum maupun sesudah peraturan tersebut diterbitkan. Selain itu, harus ada penyiapan prasarana dan sarana agar pelaksanaan pengelolaannya sesuai dengan peraturan tersebut.

Boy Tamon, Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulut, mengatakan, yang terpenting adalah mengubah sikap atau perilaku masyarakat untuk melihat sampah sebagai sumber daya yang perlu dipilah, tidak hanya ditumpuk, diangkut, dan dibuang. Upaya penyadaran masyarakat butuh waktu panjang.

”Sosialisasi tentang pemilahan sampah di tingkat rumah tangga di Minahasa Utara telah berlangsung lebih dari 10 tahun, namun belum juga dapat mengubah perilaku masyarakat,” ujarnya.

Sosialisasi lewat jalur pendidikan, menurut Boy, akan lebih baik dan harus dilakukan dalam jangka panjang. Dalam hal ini ia menyarankan Sekolah Hijau tetap dilanjutkan.

Mengubah perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup tahun ini, yaitu ”Ubah Perilaku, Cegah Pencemaran Lingkungan”. Dalam penanganan sampah, lanjut Ilyas, penyadaran masyarakat harus lebih banyak dilakukan.

(31)

Pa r t a i Golk a r D im in t a H or m a t i Pu t u sa n Pilk a da M a lut

Thursday, 05 June 2008

JAKARTA(SINDO) – Sejumlah kalangan meminta Partai Golkardan pasangan Abdul Gafur-Abdurrahim Fabanyo untuk mematuhiputusan pemerintah yang memenangkan pasangan ThaibArmayn-Abdul Gani Kasuba sebagai Gubernur Maluku Utara.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang Hamdan Zoelvamengatakan, keputusan Mendagri Mardiyanto sudah sesuaiproses hukum yang berlaku. Menurut dia, perkara sengketaPilkada Malut sudah selesai dengan ditetapkannya pasangan calongubernur Malut Thaib Armayn-Abdul Gani Kasuba.

”Harusnya semua bisa menghormati putusan tersebut. Kalauada keberatan atas putusan Presiden, sebaiknya ditempuhdengan proses hukum,” kata Hamdan Zoelva di Jakarta kemarin.Sebelumnya Fraksi Partai Golkar dan Fraksi PAN akanmengajukan interpelasi terkait putusan pemerintah yangmemenangkan Thaib Armayn. Bahkan, FPAN akan mengajukangugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan Presiden bisadimakzulkan jika terbukti menyalahi konstitusi.

Presiden, jelas Hamdan, tidak bisa diturunkan hanya karenaPresiden telah menetapkan Thaib Armayn-Abdul Gani sebagaiGubernur Malut.

Menurut konstitusi, hanya ada lima alasan untukmemakzulkan Presiden, yakni melakukan perbuatan melanggarhukum yang berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,penyuapan, tindak pidana berat lainnya, serta perbuatan tercelaatau tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden. ”Penetapangubernur tidak lantas bisa diinterpelasi, lalu dimakzulkan.

Sebab,penetapan itu domain kewenangan Presiden,” tegasnya.Penetapan Gubernur Malut, tegas Hamdan, merupakanlangkah yang tepat dengan mengedepankan asas dan prinsiphukum dalam menyelesaikan kasus Pilgub Malut.

Untuk itu,semua pihak juga harus bisa menerima putusan tersebut.Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform (CETRO) HadarNavis Gumay juga mendukung penuh keputusan pemerintahdalam menyelesaikan sengketa Pilkada Malut. Menurut dia,keputusan Mendagri tersebut harus dilihat sebagai upayameminimalisasi konflik horizontal.

Pihaknya mengimbau kepada elite di Jakarta maupun didaerah untuk tidak memprovokasi masyarakat Malut terkaitkeputusan tersebut.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Mardiyantomengaku belum akan melantik pasangan calon gubernur ThaibArmayn-Gani Kasuba sebagai Gubernur Maluku Utara (Malut).Mardiyanto menunggu Presiden menandatangani kepprestentang putusan pelantikan pemenang pemilu Gubernur Malut.”Kapan keluarnya keppres saya tidak bisa pastikan,” kataMardiyanto kepada wartawan kemarin.Mardiyanto mengatakan, proses pelantikan Gubernur Maluttidak akan digelar buru-buru. Pemerintah akan menunggu daerahsiap dan benar-benar stabil hingga proses pelantikan bisa digelar.

(32)
(33)

BLT da n H a r a pa n Ba nia r a

Baniara (63) tak henti bertanya-tanya hingga kini ketika mendapati namanya tidak tercantum dalam daftar penerima bantuan langsung tunai (BLT). Beralasan ia mempertanyakannya, karena pada 2005 ia menerima bantuan itu. Semakin pedih dan lesu ketika ia menyaksikan sejak Kamis, 29 Mei lalu, beberapa orang tetangga sekitar tempat tinggalnya tampak berseri-seri setelah mendapat uang pembagian dari pemerintah.

Baniara adalah warga RT 1 RW 12 Kelurahan Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat (Sumbar). "Saya ingin betul memperoleh BLT untuk membantu kebutuhan hidup, terutama untuk membeli beras. Suami saya tidak bekerja lagi. Dengan apa kami akan makan? Sedangkan anak belum bisa membantu karena suaminya pun tidak bekerja," katanya, dalam perbincangan Jumat, 30 Mei lalu.

Semua anak Baniara berada jauh di rantau. Umumnya sudah berkeluarga. Namun, seperti pengakuannya, kehidupan anaknya di rantau juga tidak begitu baik. Jangankan untuk membantu orangtua seperti harapannya, untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari saja mereka masih kelimpungan, meminjam istilah Baniara.

Baniara sendiri telah berupaya mengadukan nasibnya ke ketua RT, tapi sejauh ini belum mendapatkan kepastian. Wanita berwajah lesu itu benar-benar berharap kecipratan pembagian BLT. "Mudah-mudahan kita mendapatkan uang BLT ini di kemudian hari," ujarnya, sembari memandangi langit-langit rumah yang lapuk karena telah lama tidak diperbaiki.

Pembagian BLT di Sumatera Barat memang terasa belum menyentuh semua lapisan masyarakat miskin atau rumah tangga miskin (RTM). Selain Baniara, sejumlah keluarga miskin di berbagai wilayah Sumbar sejauh ini masih belum mendapatkan bantuan yang diberikan atas kompensasi kenaikan bahan bakar minyak (BBM) tersebut. Padahal, dari sisi kondisi ekonomi mereka sangat layak menerima BLT.

Selain Baniara, nasib serupa juga dialami Mak Iyal (60). Wanita yang tinggal berdekatan di rumah Baniara pun sangat berharap mendapatkan BLT. Di pondok kecil di tepi rel kereta api yang ditempatinya, ibu yang tinggal bersama suami dan anak bungsunya itu merasa sedih tidak tercantum sebagai penerima BLT. Angannya untuk menerima BLT sirna.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mak Iyal bekerja di pasar sebagai penyortir cabai. Dari hasil pekerjaan itu, Mak Iyal hanya mendapatkan upah sekitar Rp 10.000 per hari. "Kalau cabai itu tidak banyak laku, maka tidak banyak pula uang dibawa pulang," katanya.

Otaknya tak henti berputar memikirkan bagaimana caranya memperoleh kebutuhan makan sehari-hari bagi keluarganya. Perhitungan matematis menjadi bagian hidupnya. Jangankan untuk makan sekeluarga, untuk ongkos pulang dari pasar saja ia sering harus berpikir dua kali. Sebab, ongkos pulang itu menelan separuh hasil bekerja di pasar itu. Sisanya ia belanjakan lauk-pauk sederhana. "Saya sangat mengharapkan BLT itu, karena penghasilan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan harian," ujarnya.

Bersabar

(34)

Berkhas 29 Volume VI Juni 2008 Bantuan yang diberikan pemerintah pusat akan disalurkan kepada seluruh warga yang sudah masuk data. "Penerima kupon BLT juga diharapkan bersikap jujur. Jika memang ia tidak lagi berhak mendapatkan kupon BLT, sebaiknya kupon dikembalikan ke lurah, karena dapat diusulkan diganti dengan warga yang sangat miskin," katanya.

Bagi warga pindah atau meninggal tetapi masih berhak menerima karena kehidupannya susah, bisa melapor kepada lurah atau RT/RW setempat. Nantinya, lurah akan memverifikasi ulang data penerima BLT. Program BLT dari pemerintah sebagai kompensasi atas naiknya BBM untuk Kota Padang diberikan untuk 38.099 RTS. Penerima BLT merupakan orang per orang yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menerima BLT.

(35)

Ca m a t Ta k La y a k M e n e r im a " BLT"

[JAKARTA] Para camat dan aparat pemerintah tidak layak menerima dana operasional yang diambil dari bantuan langsung tunai (BLT). Sebab, sebagai abdi negara, mereka sudah digaji rutin setiap bulan.

Penilaian tersebut disampaikan ekonom Tim Indonesia Bangkit, Hendri Saparini, sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sudjito, dan Wakil Ketua Komisi VIII DPR MH Said Abdullah, Kamis (5/6).

Mereka berpendapat anggaran Rp 800 miliar untuk dana operasional distribusi BLT tidak masuk akal. Dana itu juga dianggap sebagai upaya meredam penolakan aparat pelaksana di daerah.

Menurut Hendri, pembagian dana operasional itu bisa menimbulkan kecemburuan masyarakat miskin terhadap aparat desa mereka. Menyalurkan BLT dan melayani masyarakat, terutama kelompok miskin, bukanlah tambahan pekerjaan, melainkan tugas utama aparat.

Senada dengan itu, Arie berpendapat, dana operasional Rp 500.000 per bulan bagi setiap camat yang menyalurkan BLT, adalah bentuk disorganisasi pemerintahan. Rencana itu bermotif politik untuk meredam konflik. "Kondisi ini mencerminkan antara birokrasi di tingkat atas dan bawah tidak harmonis. Demi menyukseskan program BLT, pola pragmatis ditempuh. Efeknya, pola-pola memberi 'pelicin' dianggap efektif," ujarnya.

Suap Politik

Secara terpisah, Said Abdullah menilai dana operasional BLT sebagai suap politik. "Sudah jelas ini bentuk suap untuk kepentingan politik. Kebijakan ini semakin memperbesar anggaran untuk birokrasi, sementara untuk rakyat sangat minim, sehingga harus dicabut," tegasnya.

Karena itu, pemberian dana operasional BLT, khususnya kepada camat Rp 500.000 per bulan, tidak masuk akal apabila disebut dalam rangka mengatasi dampak kenaikan bahan bakar minyak. "Patut dipertanyakan, apa target pemerintah," ujar Said.

Kalau dana untuk camat itu dialihkan untuk kepala desa yang tidak punya gaji tetap dari negara, menurut Said, masih masuk akal dan bisa dimaklumi.

Sebelumnya, Dirjen Anggaran Depkeu, Achmad Rochjadi, mengungkapkan, dari dana BLT senilai Rp 14,1 triliun, hanya Rp 13,370 triliun yang dibagikan kepada 19,1 juta rumah tangga sasaran. Sisanya untuk operasional dan monitoring.

Terkait anggaran operasional, pemerintah menganggarkan Rp 21 miliar untuk 6.093 kecamatan penerima BLT. Setiap camat mendapat Rp 3,5 juta untuk jangka waktu tujuh bulan, atau Rp 500.000 per bulan. Dana operasional juga disediakan bagi lurah hingga ketua RW dan RT. Untuk setiap lembar kartu BLT, aparat akan mendapat Rp 5.500.

Sementara itu, PT Pos juga mendapatkan fee Rp 5.000 per kartu. Untuk biaya cetak, dianggarkan Rp 1.200 per kartu, dan untuk biaya distribusi kartu dari kantor pos ke rumah tangga sasaran, dianggarkan Rp 1.200 per kartu. "Fee Rp 5.000 per kartu itu cukup besar, mengingat penerima BLT datang sendiri untuk mengambil haknya," ujar Hendri.

(36)

Berkhas 31 Volume VI Juni 2008 Penerima honor terbesar adalah ketua RT, sebagai pihak paling lelah berinteraksi dengan penerima BLT. Setiap ketua RT menerima Rp 1.000 dikalikan banyaknya kupon BLT yang dicairkan. Ketua RW menerima Rp 750 dan lurah Rp 500, masing-masing dikalikan banyaknya kupon BLT yang dicairkan.

(37)

Pe r p p u Ot su s Pa p u a Asp ir a si M a sy a r a k a t

[MERAUKE] Menteri Dalam Negeri (Mendagri) menegaskan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) 1/2008 tentang Perubahan atas Undang-undang 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua yang dikeluarkan pada 16 April 2008, muncul dari aspirasi masyarakat Papua sendiri.

Karena itu, Mardiyanto optimistis dapat menyakinkan anggota DPR saat rapat kerja pada Senin (9/6), terkait keluarnya Perppu tersebut.

Hal itu diungkapkan Mardiyanto dalam pertemuan dengan Bupati se-Papua dan Papua Barat, di Merauke, Rabu (4/6). Dalam pertemuan itu, Mendagri menjelaskan bahwa pihaknya menginginkan sinkronisasi pembangunan pusat dan nasional.

Untuk masalah Papua, Mendagri mengedepankan untuk berbicara dengan masyarakat Papua lebih dulu sebelum ditelaah bersama dengan pihak lain.

Perppu tersebut memberikan payung hukum bahwa keberadaan Papua Barat disahkan dan juga dalam Perppu itu mengatur tentang tata kelola keuangan, terutama keuangan untuk Provinsi Papua Barat.

"Saya juga harus memperbaiki undang-undang tentang otonomi khusus. Pemekaran wilayah itu dibenarkan oleh undang-undang, tetapi saya ingin dengan jiwa dan semangat bersama masyarakat Papua," kata Mendagri.

Ia menginginkan jika dilakukan pemekaran daerah di suatu wilayah, khususnya di Papua, maka daerah sebaiknya betul-betul siap. Yang mengukur kesiapan tersebut adalah masyarakat Papua sendiri.

Landasan Hukum

"Proses itu merupakan kegiatan yang memerlukan waktu dan pemikiran. Setelah Perppu, ya, undang-undangnya diperbaiki. Jadi, kita betul-betul membuat landasan hukum yang kuat. Saya tidak mau sepotong-sepotong," kata Mardiyanto.

Perppu itu, katanya, sebagai payung hukum awal terutama masalah ketentuan anggaran untuk provinsi dan kabupaten/kota. Mardiyanto mengatakan masalah anggaran diserahkan ke departemen keuangan.

Menurutnya, pada pekan ketiga Juni 2008 akan dilantik lima bupati di Wamena dan satu Bupati di Nabire, yang merupakan program pemekaran sebelumnya. Saat ini sedang diproses pemekaran 12 kabupaten/kota dan masih menunggu pemekaran 14 kabupaten/kota dan satu provinsi.

(38)

Berkhas 33 Volume VI Juni 2008

Pilk a da M a lut Ta nggung Ja w a b M e nda gr i

[MERAUKE] Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Mardiyanto menegaskan penyelesaian sengketa pemilihan kepala daerah Maluku Utara adalah tanggung jawab dia. Keputusan yang diambil Mendagri tidak ada pesanan dari presiden ataupun wakil presiden.

"Ini porsi Mendagri. Saya mencari landasan yang kokoh dan pendekatan hukum. Saya ingin mengamankan presiden dan wapres, saya tidak melaporkan dan setelah memutuskan baru dilaporkan. Saya tidak mendapat pesanan dari presiden maupun wapres," ujar Mardiyanto saat pertemuan dengan para Bupati se-Papua dan Papua Barat, Rabu (4/6).

Seperti diberitakan, setelah tujuh bulan persoalan pilkada Malut bermasalah, Depdagri akhirnya memutuskan pasangan Thaib Armaiyn dan Abdul Gani Kasuba sebagai pemenang. Mereka mengalahkan pasangan Abdul Gafur dan Abdurrahim Fabanyo.

Keputusan tersebut memicu kontroversial, terutama dari partai politik yang mendukung pasangan Abdul Gafur dan Abdurahim Fabanyo. KPU tetap menilai penghitungan yang sesuai dengan prosedur adalah penghitungan suara yang mereka lakukan.

Menurut Mardiyanto, sengketa pilkada Malut yang sudah berlarut-larut selama tujuh bulan, membutuhkan keputusan akhir. Depdagri juga sudah mempertimbangkan masukan dari KPU, DPRD Malut, dan keputusan MA.

"Namun, saat ditanyakan ke daerah tentang siapa yang ingin dijadikan gubernur, kemudian muncul nama dua pasangan. Dalam suasana seperti ini, pemerintah wajib mengambil keputusan dan ini porsi Mendagri," kata Mardiyanto.

(39)

Nusantara

Jakarta | Jum'at, 06 Jun 2008

Gu g a t a n Pilk a d a Sa w a h lu n t o D ig e la r

by : Adrian Tuswandi

Padang,Jurnal Nasional

Sidang perdana gugatan hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pikada) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, digelar di Pengadilan Tinggi Sumatera Barat, Kamis (5/6).

Gugatan ini dilayangkan pasangan yang diusung PAN dan PDIP, Fauzi Hasan dan Masdi. Pasangan ini mengajukan tuntutan agar KPUD Sawahlunto segera membatalkan penetapan penghitungan suara dan menunda tahapan proses pascapenetapan tersebut.

Pelaksanaa Pilkada Sawahlunto sudah berlangsung pada 18 Mei lalu, KPUD Kota Sawahlunto telah melakukan penghitungan secara manual pada 27 Mei 2008 yang menetapkan pasangan Amran Nur-Erizal Ridwan yang didukung Golkar, PPP, dan PKS sebagai pemenang dengan perolehan suara 14.936 suara.

Sedangkan Fauzi Hasan-Masdi didukung koalisi PAN dan PDI-P memperoleh 11.929 suara, serta pasangan calon Zarius Yan-Edrizon Effendi diusung partai kecil memperoleh suara 3009.

Menurut kuasa hukum pemohon, Raymaison Syarif, SH penetapan hasil penghitungan suara yang dilakukan KPUD Sawahlunto, sangat merugikan kliennya dan menguntungkan salah satu pasangan calon lainnya.

"Pasalnya KPUD melakukan verifikasi data pemilih sementara menjadi data pemilih tetap, tidak diawasi panwaslu. Sehingga, ada 7308 pemilih di antara total pemilih sebanyak 37907 yang identitas kelahirannya sama. Itu artinya, sama dengan 19,27 persen suara sah,” ujar Raymaison.

"Dan kami minta diadakan pemilihan ulang di semua daerah pemilihan, karena jelas hasil Pilkada Sawahlunto pada 18 Mei itu cacat hukum," ungkapnya.

Ketua majelis hakim Danier SH, menunda sidang gugatan pada Jumat (7/6) untuk mendengar jawaban termohon satu (KPUD) dan dua (DPRD). "Mengingat tengat waktu penyelesaian sengketa pilkada hanya 14 hari, maka jawaban termohon satu dan dua kita laksanakan usai shalat Jumat besok,"ujarnya.

Ketua KPUD Swahlunto Syahril Stand mengatakan, adanya tanggal dan bulan lahir yang sama itu, sudah menurut aturan yang berlaku. Pada petunjuk teknis Permendagri 28/2005 tentang penyelenggaraan pencatatan data kependudukan dikatakannya, dibolehkan.

(40)

Berkhas 35 Volume VI Juni 2008 Nasional | Jakarta | Kamis, 05 Jun 2008 19:29:01 WIB

Pe n y a lu r a n BLT 2 0 0 8 Le b ih Ba ik

MENTERI Sosial, Bachtiar Chamsyah menilai pemberian bantuan Langsung Tunai (BLT) 2008 sebagai kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dinilai lebih baik dibandingkan 2005, karena semua pihak ikut terlibat.

"Semua pihak terlibat, bahkan sampai aparat desa dan polisi sebagai pengaman," katanya usai melepas parade obor nusantara wilayah barat di Sabang Fair, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Selasa (5/6).

Hal itu diungkapkan saat menjawab pertanyaan wartawan mengenai penyaluran BLT yang masih menggunakan data 2005 sehingga kemungkinan akan tidak tepat sasaran. "Coba kalian lihat, tidak ada masalah untuk penyaluran kali ini semua itu karena adanya keterlibatan semua pihak," tambahnya.

Penerima BLT tercatat 19,1 juta rumah tangga miskin di Indonesia akibat kenaikan harga BBM. Hal itu ditempuh Pemerintah karena tidak ada pilihan sebab harga minyak dunia terus merangkak naik hingga melebihi US$120 per barel.

(41)

Nusantara

Jakarta | Jum'at, 06 Jun 2008

Pilk a da Pa le m ba ng Tida k D iundur

by : Rusman

PALEMBANG I Jurnal Nasional :

Adanya desakan sejumlah pihak yang meminta pengunduran jadwal pemilihan kepada daerah, (Pilkada) Wali Kota Palembang periode 2008-2013 tidak mendapat tanggapan dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Palembang. Lembaga ini, tetap melangsungkan Pilkada pada hari Sabtu 7 Juni 2008.

Anggota KPUD Palembang, Rosyidah Rusli mengatakan, ketetapan itu telah sesuai PP No 6/2005 dan Undang-Undang No 32/2004 tentang Penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah, dan tidak ada alasan yang kuat untuk menunda pelaksanaan pilkada.

Adanya permintaan beberapa pihak yang meminta Pilkada Palembang diundur, katanya, sangat tidak beralasan. Bahkan dianggap melawan hukum atau undang-undang. Sehingga bisa dikenai sanksi tegas, bahkan dapat dikatakan sebagai tindak pidana.

"Jika memang terdapat pelanggaran berat dalam pilkada, sebaiknya dilaporkan kepada pihak kepolisian dan melalui jalur hukum," katanya.

Saat ini, kata Rosyidah, semua proses Pilkada Palembang telah berjalan optimal. Jika masih terlihat atau adanya kekurangan, hal itu wajar. terlebih Pilkada langsung ini kali perama diadakan di Kota Palembang. " Kita mengharapkan partisipasi semua pihak untuk menyukseskan pesta demokrasi ini," katanya

(42)

Berkhas 37 Volume VI Juni 2008 PILKADA

Pe m k a b Ende Se r a hk a n Angga r a n Pilk a da

Jumat, 6 Juni 2008 | 00:32 WIB

Ende, Kompas - Pemerintah Kabupaten Ende di Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (5/6), menyerahkan dana Rp 10,975 miliar kepada KPU setempat untuk penyelenggaraan Pilkada Ende 2008. Dana tersebut merupakan bagian dari Rp 12,5 miliar dana pilkada yang dianggarkan dalam APBD 2008.

”Dana sebesar Rp 10,975 miliar itu merupakan kesepakatan antara DPRD, KPUD (Komisi Pemilihan Umum Ende), dan pemerintah daerah,” kata Paulinus Domi, seusai penandatanganan serah terima dana pilkada kepada Ketua KPU Ende Fransiskus AR Senda.

Paulinus Domi menambahkan, anggaran yang Rp 1,525 miliar lagi dialokasikan untuk pengamanan (kepolisian), panitia pengawas pemilu (panwaslu), dan desk pilkada. ”Penetapan biaya untuk panwaslu, pengamanan, maupun desk pilkada mengacu pada Kabupaten Sikka (juga di Nusa Tenggara Timur) yang sudah lebih dulu menyelenggarakan pilkada, April lalu. Di Sikka, untuk panwaslu dan desk pilkada sekitar Rp 700 juta, sedangkan pengamanan sekitar Rp 800 juta. Saat ini tentunya juga memperhitungkan kenaikan harga BBM,” paparnya.

Tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Ende dimulai 12 Mei lalu. Pencoblosan dijadwalkan tanggal 13 Oktober 2008.

Calon perseorangan

Masih terkait pilkada, di Jambi pasangan calon perseorangan, Agus Setyonegoro-Hilmi, kemarin menggugat perdata KPU Kota Jambi ke Pengadilan Negeri setempat. Menurut Agus, gugatan diajukan karena KPU Kota Jambi tidak adil.

(43)

Ot on om i D a e r a h D in ila i Asa l- a sa la n

Elit e Polit ik di Ka nca h Pe m ilu- Pilk a da Tida k Pr o- Ra k y a t Jumat, 6 Juni 2008 | 00:46 WIB

Palembang, Kompas - Proses otonomi daerah dinilai hanya berlangsung asal-asalan dan tidak sesuai konsep yang digariskan sebelumnya. Beberapa contoh penyelewengan konsep otonomi daerah ini, di antaranya, makin menguatnya lingkaran korupsi di tingkat daerah karena konspirasi yang makin solid dan pelaksanaan pilkada yang mengandung unsur rekayasa politik.

Hal tersebut menjadi salah satu inti dari Dialog Publik Menggagas Ulang Pemilu-Pilkada dan Bedah Buku ”Mengutamakan Rakyat” di Palembang, Kamis (5/6). Turut hadir sebagai pembicara, di antaranya, pengamat sejarah politik dan militer Mayor Jenderal TNI Saurip Kadi, kandidat doktor dari The Institue of Dinar Economy Liem Siok Lan, dosen Fisip Unsri Alfitri, dan tokoh Hizbut Tahrir Indonesia Sumsel Mahmud Jamhur.

Menurut Saurip Kadi, sistem kenegaraan yang berlaku selama ini belum menjamin harmoni antara perikehidupan warga negara-pemerintah dan pemerintah-dunia internasional. Salah satunya tercermin dari pelaksanaan konsep sistem partai politik, pemilu-pilkada, dan sistem otonomi daerah selama beberapa tahun terakhir.

”Otonomi daerah, misalnya, ada sisi positifnya, namun juga punya sisi negatif. Yakni muncul, dan makin menguatnya lingkaran korupsi berbasis konspirasi di tingkat lokal. Lihat saja pelaksanaannya di tingkat daerah yang masih asal-asalan,” katanya.

Di dalam pelaksanaan pemilu-pilkada di tingkat pusat dan daerah, Saudi menilai para elite politik yang bermain di kancah pemilu-pilkada tidak murni merepresentasikan suara dan golongan arus bawah (rakyat).

Sebaliknya, sebagian besar justru berasal dari kelas pemodal yang mengeluarkan sedemikian banyak modal uang untuk maju menjadi calon capres-gubernur-wali kota/bupati. Akhirnya sudah bukan rahasia umum kalau saat menjabat menjadi pemimpin eksekutif-legislatif, mereka harus berlomba-lomba ”mencari uang” agar bisa balik modal.

Tinjau ulang

(44)

Berkhas 39 Volume VI Juni 2008

Pe r da Pa r pol Lok a l Ja nga n Be r be nt ur a n

Pe r a t ur a n Se ha r usny a D ise la r a sk a n

Kamis, 5 Juni 2008 | 23:58 WIB

Banda Aceh, Kompas - Rancangan peraturan daerah atau qanun mengenai keikutsertaan partai politik lokal dalam Pemilihan Umum 2009 mendatang diharapkan tidak bertentangan dengan peraturan di tingkat nasional. Tidak sejalannya aturan dikhawatirkan akan membuka peluang gugatan hukum.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Nanggroe Aceh Darussalam Karimun Usman, pertengahan pekan ini di Banda Aceh, mengatakan, para pembuat kebijakan harus memikirkan kemungkinan terjadinya gugatan hukum terhadap rancangan qanun partai politik lokal yang saat ini sedang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh; terutama wacana tentang perlunya calon anggota legislatif untuk anggota DPR Aceh dan DPR kabupaten/kota untuk bisa membaca Al Quran.

”Kami tidak mempermasalahkan isinya karena sejak kecil kami sudah diajari untuk itu. Kami tidak menentang. Hanya sekadar mengingatkan para pembuat kebijakan di sana,” kata Karimun.

Harus diselaraskan

Dia mengatakan, dalam peraturan mengenai pelaksanaan pemilu di tingkat nasional, sama sekali tidak diatur mengenai perlunya calon anggota legislatif di Aceh untuk membaca Al Quran. Ketiadaan aturan di ting- kat pusat mengenai hal ini juga harus diselaraskan dengan berbagai aturan yang ada di bawahnya.

Menurut Karimun, kemungkinan terjadinya gugatan mengenai perbedaan aturan membuat kemungkinan munculnya gu- gatan hukum menjadi sangat besar.

Selain itu, Karimun juga mengingatkan, sering terjadinya perbedaan standar antara kemampuan membaca Al Quran di satu wi- layah dengan wilayah l

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, bahan ajar yang menyajikan materi fisika terintegrasi dengan aktivitas kecakapan hidup sangat penting untuk membekali siswa sekolah menengah dalam

U nsur-unsur yang perlu dievaluasi adalah hal-hal yang pokok atau penting, dengan ketentuan harga satuan penaw aran yang nilainya lebih besar dari 110% (seratus sepuluh perseratus)

(3) penggunaan properti sebagai pendukung beksan menurut pendapat siswa bahwa properti yang agak sulit digunakan adalah properti tombak yang membutuhkan kekuatan, (4) irama

Hasil penelitian ini menunjukkan bookmagz kimia The Secret of Atoms mempunyai kualitas sangat baik (SB) dengan skor rata-rata 126,4 (87,17% keidealan) sehingga

1) Unsur-unsur yang perlu dievaluasi adalah hal-hal yang pokok atau penting, dengan ketentuan harga satuan penawaran yang nilainya lebih besar dari 110% (seratus sepuluh

Pada alat musik petik yaitu gitar, senar merupakan suatu bagian sumber getar yang jenis dan ukurannya diproduksi secara tetap, sehingga perlu dikaji secara fisis

[r]

Refleksi dilakukan dengan berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan, dan wawancara guru serta siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II. Berdasarkan