• Tidak ada hasil yang ditemukan

RETRIBUSI IZIN TRAYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RETRIBUSI IZIN TRAYEK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

 

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

NOMOR    TAHUN 2005

T E N T A N G

RETRIBUSI IZIN TRAYEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 

BUPATI PARIGI MOUTONG,

 

Menimbang : 

Mengingat :

a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, maka dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan   pembangunandibidang   perekonomian   perlu   mengatur   tentang penyelenggaraan izin trayek;

b. bahwa penyelenggaraan izin trayek merupakan salah satu kewenangan Pemerintah   Kabupaten   yang   harus   dilaksanakan   secara   sederhana, efektrif berdasarkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Trayek;

1. Undang­Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia     Tahun   1981   Nomor   76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia  Nomor 3209);

2. Undang­Undang   Nomor   14   Tahun   1992   tentang   Lalu   Lintas   Dan Angkutan  Jalan   (Lembaran  Negara   Republik  Indonesia     Tahun   1992 Nomor   49,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia     Nomor 3480);

(2)

246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor  4048);

4. Undang­Undang   Nomor   10   Tahun   2002   tentang   Pembentukan Kabupaten   Parigi   Moutong   Di   Propinsi   Sulawesi   Tengah   (Lembaran Negara   Republik   Indonesia     Tahun     2002   Nomor     34,   Tambahan Lembaran Republik Indonesia  Nomor 4185);

5. Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004  tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia     Tahun     2004     Nomor   125, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia     Nomor   4437) sebagaimana   telah   diubah   dengan   Peraturan   Pemerintah   Pengganti Undang­Undang Nomor   3 Tahun   2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia     Tahun     2005   Nomor     38,   Tambahan   Lembaran   Negara Republik Indonesia Nomor 4493);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang­undang   Hukum   Acara   Pidana   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia  Nomor 3258) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   1993   Nomor   59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia  Nomor 3527) ;

8. Peraturan   Pemerintah   Nomor   42   Tahun   1993   tentang   Pemeriksaan Kendaraan   Bermotor   DI   Jalan   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor   63,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia     Nomor 3529);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan Dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia  Nomor 3530) ; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor   1 Tahun   2004

tentang   Kewenangan   Kabupaten   Parigi   Moutong   Sebagai   Daerah Otonom (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3); 12. Peraturan   Daerah   Kabupaten   Parigi   Moutong   Nomor   4   Tahun   2004

tentang   Pembentukan   Organisasi   Dan   Tata   Cara   Kerja   Dinas­Dinas Kabupaten Parigi Moutong (Lembaran Daerah Tahun   2004 Nomor 4 Seri D Nomor 2);

Dengan Persetujuan Bersama

(3)

dan

BUPATI PARIGI MOUTONG

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

B A B   I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Parigi Moutong .

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong .

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya dapat disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan daerah.

5. Pejabat   yang   ditunjuk   adalah   pegawai   yang   diberi   tugas   tertentu   di   bidang   Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang­undangan Daerah yang berlaku .

6. Peraturan   Daerah   adalah   Peraturan   Perundang­undangan   yang   dibentuk   oleh   DPRD dengan persetujuan bersama Bupati.

7. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil penumpang umum, mobil bus dan angkutan khusus yang mempunyai asal dan trujuan   tetap,   lintasan   tetap   dan   jadwal   tetap   maupun   tidak   berjadwal   dalam   wilayah Daerah.

8. Kendaraan   adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor.

9. Kendaraan Bermotor   adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.

10. Kendaraan   Umum   adalah   setiap   kendaraan   bermotor   yang   disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

11. Mobil   Penumpang   adalah   setiap   kendaraan   bermotor   yang   dilengkapi sebanyak­banyaknya 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

12. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

(4)

14. Perusahaan Angkutan Umum adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan / atau barang dengan kendaraan umum di jalan.

15. Izin   Kendali   Operasional   adalah   Izin   yang   diberikan   oleh   Pemerintah Daerah   kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan angkutan barang yang sifatnya tertentu atau terbatas.

16. Kartu Pengawasan Operasional adalah kartu yang berisi informasi aktifitas pelayanan atas kendaraan umum dalam jaringan trayek maupun tidak dalam trayek yang merupakan turunan dari pemberian izin trayek dan izin operasional.

17. Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya. Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi  Sosial Politik atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya .

18. Retribusi   Daerah   yang   selanjutnya   disebut   Retribusi   adalah   pungutan   Daerah   sebagai pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepetingan orang pribadi atau badan.

19. Perizinan  Tertentu  adalah  kegiatan  tertentu  Pemerintah  Daerah    dalam rangka   pemberian   izin   kepada   orang   pribadi   atau   badan   yang   dimaksudkan   untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

20. Wajib  Retribusi adalah  orang pribadi  atau badan  yang menurut  peraturan perundang­ undangan   Retribusi   diwajibkan   untuk   melakukan   pembayaran   Retribusi   termasuk pemungut atau pemotong Retribusi tertentu.

21. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah.

22. Surat   Setoran   Retribusi   Daerah   yang   dapat   disingkat   SSRD   adalah   surat   yang dipergunakan   oleh   Wajib   Retribusi   digunakan   untuk   melakukan   pembayaran   atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati.

23. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang.

24. Surat   Pendaftaran   Obyek   Retribusi   Daerah   yang   selanjutnya   dapat   disingkat   SPdORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut perundang­undangan Retribusi Daerah.

(5)

26. Surat   Ketetapan   Retribusi   Daerah   Kurang   Bayar   Tambahan,   yang   selanjutnya   dapat disingkat SKRDKBT,   adalah surat ketetapan   yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang selanjutnya ditetapkan.

27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan   Retribusi   yang   menentukan   jumlah   kelebihan   pembayaran   Retribusi   karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

28. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga . 29. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data

dan   atau   keterangan   lainnya   dalam   rangka   pengawasan   keputusan   pemenuhan   kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang­undangan Retribusi .

30. Penyidik tindak pidana dibidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan   bukti   yang   dengan   bukti   itu   membuat   terang   tindakan   pidana   dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya .

B A B   II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Izin Trayek di pungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin trayek.

Pasal 3

(1) Obyek retribusi adalah pelayanan pemberian izin trayek untuk angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu yang seluruhnya berada dalam wilayah trayek.

(2) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin trayek.

BAB  III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 4

Retribusi izin trayek digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 5

(6)

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN  STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 6

(1) Prinsip dan sasaran dalam menetapkan struktur dan besarnya tarif   retribusi   didasarkan   pada   tujuan   untuk   menutup   sebagian   atau   seluruh penyelenggaraan pemberian izin trayek.

(2)   Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen biaya survey lapangan dan biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan lapangan. 

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7

(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis angkutan penumpang umum dan wilayah operasi.

(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :

a. besarnya retribusi izin trayek dalam trayek berlaku dalam jangka waktu   5 (lima) tahun ditetapkan sebagai berikut :

1. kendaraan lama

a. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 8 s/d 13 orang dipungut sebesar Rp. 35.000,­/kendaraan;

b. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 16 s/d 26 orang dipungut sebesar Rp. 50.000,­/kendaraan;

c. mobil   bus   dengan   kapasitas   tempat   duduk   27   orang   dipungut   sebesar   Rp. 70.000,­/kendaraan;

d. mobil angkutan perbatasan dipungut sebesar sebesar Rp. 50.000,­/kendaraan.

2. kendaraan baru

1. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 8 s/d 13 orang dipungut sebesar Rp. 50.000,­/kendaraan;

2. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 16 s/d 26 orang dipungut sebesar Rp. 75.000,­/kendaraan;

3. mobil   bus   dengan   kapasitas   tempat   duduk   27   orang   dipungut   sebesar   Rp. 100.000,­/kendaraan;

4. mobil angkutan perbatasan dipungut sebesar Rp. 50.000,­/kendaraan.

b. besarnya   retribusi   kartu   pengawasan   operasional   pelayanan   dalam   trayek   berlaku selama 5 (lima) tahun dan dievaluasi setiap 6 (enam) bulan berdasarkan pelayanan ekonomi

1. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 8 s/d 13 orang dipungut sebesar Rp. 25.000,­/kendaraan;

(7)

3. mobil   bus   dengan   kapasitas   tempat   duduk   16 s/d 26 orang dipungut sebesar Rp. 45.000,­/kendaraan;

4. mobil   angkutan   perbatasan   dipungut   sebesar Rp. 15.000,­/kendaraan.

c. besarnya retribusi izin pelayanan angkutan tidak dalam trayek berlaku dalam jangka waktu berlaku selama 5 (lima) tahun

1. angkutan taksi operasi dalam kota dipungut sebesar Rp. 60.000,­/kendaraan; 2. mobil pick up dipungut sebesar Rp. 30.000,­/kendaraan;

3. mobil barang truk dipungut sebsar Rp. 45.000,­/kendaraan;

4. mobil truk dengan kereta gandengan dan/atau tempelan, peti kemas atau sejenisnya dipungut sebesar Rp. 60.000,­/kerndaraan.

d. besarnya   retribusi   Kartu   Pengawasan   Operasional   tidak   dalam   trayek   tetap   dan teratur berlaku 5 (lima) tahun dievaluasi setiap 6 (enam) bulan dan dipungut 

1. angkutan taksi operasi dalam kota dipungut sebesar Rp. 30.000,­/kendaraan;

2. mobil pick up dipungut sebesar Rp. 15.000,­/kendaraan; 3. mobil   barang   truk   dipungut   sebsar   Rp.

20.000,­/kendaraan;

4. mobil   truk   dengan   kereta   gandengan   dan/atau tempelan, peti kemas atau sejenisnya dipungut sebesar Rp. 25.000,­/kerndaraan. e. besarnya retribusi untuk angkutan khusus (insidentil) tidak dalam trayek dan teratur

sekali dipungut serbesar Rp. 20.000,­/kendaraan.

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 8

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat izin trayek diberikan.

 BAB VIII

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 9

Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 5 (lima) tahun.

Pasal 10

Saat   retribusi   terutang   adalah   pada   saat   diterbitkannya   SKRD   atau   dokumen   lain   yang dipersamakan.

BAB IX

(8)

Pasal 11 (1) Wajib Retribusi wajib mengisi  SPdORD.

(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.

(3) Bentuk isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian   SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) akan diatur lebih lanjut  dengan Peraturan Bupati.

Pasal 15

(1) Berdasarkan  SPdORD  sebagaimana dimaksud pada pasal  14    ayat   (1)  ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan  SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan / atau data yang semula belum   terungkap   yang   menyebabkan   penambahan     jumlah   retribusi   yang   terutang,   maka dikeluarkan SKRDKB dan SKRDKBT.

(3) Bentuk isi dan tata cara penerbitan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada  ayat  (1), SKRDKB dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada  ayat  (2) akan diatur lebih lanjut  dengan Peraturan Bupati.

BAB X

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 12

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 13

Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi denda administrasi berupa bunga sebasar 2 % (dua perseratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XII

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 14

(1) Pembayaran retribusi yang terutang  dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terutang di lunasi selambat­lambatnya 15 (lima belas) hari sejak di terbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(9)

BAB XIII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15

(1) Pengeluaran   surat   teguran   /   peringatan   /   surat   lain   yang   sejenis   sebagai   awal   tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran / peringatan / surat yang

sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(3) Surat teguran / surat peringatan / surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

BAB XIV KEBERATAN

Pasal   16

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan  keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas  SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT dan SKRDLB .

(2) Keberatan diajukan secara  tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan­alasan yang jelas.

(3) Dalam   hal   Wajib   Retribusi   mengajukan   keberatan   atas   ketetapan   retribusi,   Wajib   Retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama  2(dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang di samakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan  dikeluar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat  (2) dan ayat  (3) tidak dianggap sebagai surat  keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal  17

(1) Bupati   atau   Pejabat   yang   ditunjuk   dalam   jangka   waktu   paling   lama     6(enam)   bulan   sejak tanggal surat keberatan  diterima,  harus memberi  keputusan atas  keberatan­keberatan  yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila   jangka   waktu   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   telah   lewat   dan   Bupati   tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB  XV

(10)

Pasal   18

(1) Atas   kelebihan   pembayaran   retribusi,   Wajib   Retribusi   dapat   mengajukan   permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati   dalam   jangka   waktu   paling   lama   6   (enam)   bulan   sejak   diterimanya   permohonan kelebihan   pembayaran   retribusi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   harus   memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati  tidak memberikan keputusan,   permohonan   pengembalian   retribusi   dianggap   dikabulkan   dan   SKRDLB     harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)  bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi   mempunyai utang retribusi lainya, kelebihan pembayaran   retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian   kelebihan   pembayaran   retribusi   sebagaiman   dimaksud   pada   ayat   (1) dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengambilan kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2

(dua) bulan, Bupati   memberikan imbalan bunga sebesar   2% (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal  19

(1) Permohonan   pengembalian   kelebihan   pembayaran   retribusi   diajukan   secara   tertulis   kepada Bupati atau Pejabat yang ditujuk dengan sekurang­kurangnya menyebutkan :

a. Nama dan Alamat Wajib Retribusi; b. Masa retribusi ;

c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti penerimaan pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal  20

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan memberikan surat perintah pembayaran kelebihan  retribusi .

(2) Apabila   kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana   dimaksud   dalam   pasal     18   ayat   (4)   pembayaran   dilakukan   dengan   cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. 

BAB   XVI

(11)

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian   pengurangan   atau   keringanan   retribusi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat     (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.

(3) Pembebasan   retribusi   diberikan   kepada   Wajib   Retribusi   yang   ditimpa   bencana   alam   atau kerusuhan.

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan  Bupati.

BAB  XVII

KEDALUWARSA PENAGIHAN. Pasal   22

(1) Hak   untuk   melakukan   penagihan   retribusi,   kedaluwarsa   setelah   melampaui   jangka   waktu 3(tiga)     tahun   terhitung   sejak   saat   terutangnya   retribusi,   kecuali   apabila   Wajib   Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi daerah.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  tertangguh apabila: a.   diterbitkan surat teguran ; atau

b.  ada   pengakuan   utang   retribusi   dari   Wajib   Retribusi   baik   langsung   maupun   tidak langsung.

BAB VIII PENYIDIKAN

Pasal  23

(1) Pejabat Pegawai Negeri sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai   Penyidik   untuk   melakukan   penyidikan   tindak   pidana   dibidang   Retribusi   Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang­Undang Nomor   8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 

a. Menerima,   mencari,   mengumpulkan   dan   meneliti   keterangan   atau   laporan   berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan, keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang   kebenaran   perbuatan   yang   dilakukan   sehubungan   dengan   tindak   pidana dibidang Retribusi Daerah;

c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah ;

d. Melakukan   penggeledahan   untuk   mendapatkan  bahan  bukti   pembukuan,   pencatatan, dan dokumen­dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut ; e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana

di bidang retribusi Daerah ;

(12)

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi ;

i. Menghentikan penyedikan ;

j. Melakukan   tindakan   lain   yang   perlu   untuk   kelancaran   penyidikan   tindak   pidana   di bidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan   dimulainnya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang­undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB   XIX KETENTUAN PIDANA

Pasal 24

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.

(2) Tindak pidana yang maksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 25

Hal­hal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati .

Pasal 26

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.

Ditetapkan di Parigi Pada tanggal 

BUPATI PARIGI MOUTONG,

(13)

 

PENJELASAN ATAS

 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR      TAHUN 2005  

T E N T A N G  RETRIBUSI IZIN TRAYEK

(14)

Bahwa retribusi Daerah adalah merupakan sumber pendapatan Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintahan  Daerah dan pembangunan Daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab. Dalam rangka pembaharuan sistim pemungutan Retribusi Daerah yang mengarah pada sistim yang sederhana, adil, efektif dan efisien yang dapat menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan Daerah, maka telah ditetapkan Undang­undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian di jabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

Salah satu kewenangan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan Retribusi Daerah adalah Penyelenggaraan   Retribusi   Izin   Trayek   karena   pada   dasarnya   izin   trayek   harus   diselenggarakan secara   tertib   dan   teratur,   berhasil   guna   dan   berdaya   guna   dengan   tetap   menjaga   kesempatan berusaha bagi golongan ekonomi kecil, menengah dan besar. Sehingga penyelenggaraan izin trayek harus diatur dengan Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 

Cukup Jelas Pasal 2

  Cukup jelas. Pasal 3

Cukup Jelas Pasal 4

Cukup Jelas  Pasal 5

Cukup jelas Pasal  6 

Cukup jelas Pasal 7

Cukup Jelas Pasal 8 

  Cukup jelas. Pasal 9 

Cukup Jelas Pasal 10

Cukup Jelas  pasal 11 

Yang   dimaksud   dokumen   lain   yang   dipersamakan   antara   lain   berupa   karcis   masuk, kupon dan kartu langganan. 

Pasal  12   Ayat (1)

(15)

pengertian   ini   bukan   berarti   bahwa   Pemerrintah   Daerah   tidak   boleh   bekerjasama dengan   pihak   ketiga.   Dengan   sangat   selektif   dalam   proses   pengurusan   retribusi Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badan­badan tertentu yang karena profesionalismenya   layak   dipercaya   untuk   ikut   melaksanakan   sebagian   tugas pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya.

Ayat  (2)

Cukup Jelas Pasal 13 

Cukup Jelas Pasal 14

  Cukup jelas. Pasal 15

Cukup Jelas Pasal 16

Cukup Jelas  pasal 17 

Cukup jelas Pasal  18  

Cukup jelas. Pasal 19 

Cukup Jelas Pasal 20 

  Cukup jelas. Pasal 21

Cukup Jelas Pasal 22

Cukup Jelas  Pasal 23

Cukup Jelas Pasal 24

  Cukup Jelas Pasal 25

Cukup Jelas  Pasal 26

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

5 Tahun 1960 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Agraria, Sehingga perbuatan Penggugat/Terbanding yang merusak Tanaman Sawit milik pihak Tergugat/Pembanding dengan cara

Sedangkan nilai rata-rata impact impact yang terkecil terjadi pada spesimen dengan variasi konsentrasi alkalisasi larutan NaOH 9% dan temperatur pemanasan 40 o C

Badan Hukum adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan

Dengan adanya Keputusan Dinas Pendidikan untuk menggabungkan sistem administrasi sekolah yang terpisah-pisah dan kebutuhan akan fasilitas kesiapan kebakaran di

Didalamnya terdapat beberapa bentuk, seperti komunikasi ke atas (upward), komunikasi ke bawah (downward), dan komunikasi horizontal. Yang mana bentuk itu terdapat dalam jaringan

Sampul muka berisi nama skema peneltian, judul penelitian, logo Unsoed, nama ketua tim dan anggota tim lengkap dengan gelarnya, serta nama fakultas untuk penelitian monodisiplin

Dengan dilapisi fibre glass maka untuk perawatan perahu akan lebih ringan karena hanya dengan membersihkan kotoran (lumut) yang menempel pada lambung, tidak akan ada lagi

Sekolah Tinggi mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang meliputi program pendidikan akademik, vokasi dan/atau profesi, penelitian, dan