PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
NOMOR TAHUN 2005
T E N T A N G
RETRIBUSI IZIN TRAYEK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PARIGI MOUTONG,
Menimbang :
Mengingat :
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, maka dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunandibidang perekonomian perlu mengatur tentang penyelenggaraan izin trayek;
b. bahwa penyelenggaraan izin trayek merupakan salah satu kewenangan Pemerintah Kabupaten yang harus dilaksanakan secara sederhana, efektrif berdasarkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Trayek;
1. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
2. UndangUndang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480);
246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
4. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong Di Propinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 34, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4185);
5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) ;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor DI Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529) ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan Dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530) ; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 1 Tahun 2004
tentang Kewenangan Kabupaten Parigi Moutong Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 4 Tahun 2004
tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Cara Kerja DinasDinas Kabupaten Parigi Moutong (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 4 Seri D Nomor 2);
Dengan Persetujuan Bersama
dan
BUPATI PARIGI MOUTONG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK
B A B I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Parigi Moutong .
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong .
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya dapat disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan daerah.
5. Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan Daerah yang berlaku .
6. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundangundangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Bupati.
7. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil penumpang umum, mobil bus dan angkutan khusus yang mempunyai asal dan trujuan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal dalam wilayah Daerah.
8. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor.
9. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.
10. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
11. Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyakbanyaknya 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
12. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
14. Perusahaan Angkutan Umum adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan / atau barang dengan kendaraan umum di jalan.
15. Izin Kendali Operasional adalah Izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan angkutan barang yang sifatnya tertentu atau terbatas.
16. Kartu Pengawasan Operasional adalah kartu yang berisi informasi aktifitas pelayanan atas kendaraan umum dalam jaringan trayek maupun tidak dalam trayek yang merupakan turunan dari pemberian izin trayek dan izin operasional.
17. Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya. Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya .
18. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepetingan orang pribadi atau badan.
19. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
20. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi termasuk pemungut atau pemotong Retribusi tertentu.
21. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah.
22. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati.
23. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang.
24. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut perundangundangan Retribusi Daerah.
26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang selanjutnya ditetapkan.
27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
28. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga . 29. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data
dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan keputusan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundangundangan Retribusi .
30. Penyidik tindak pidana dibidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindakan pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya .
B A B II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2
Dengan nama Retribusi Izin Trayek di pungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin trayek.
Pasal 3
(1) Obyek retribusi adalah pelayanan pemberian izin trayek untuk angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu yang seluruhnya berada dalam wilayah trayek.
(2) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin trayek.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 4
Retribusi izin trayek digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 5
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 6
(1) Prinsip dan sasaran dalam menetapkan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh penyelenggaraan pemberian izin trayek.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen biaya survey lapangan dan biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan lapangan.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis angkutan penumpang umum dan wilayah operasi.
(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :
a. besarnya retribusi izin trayek dalam trayek berlaku dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ditetapkan sebagai berikut :
1. kendaraan lama
a. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 8 s/d 13 orang dipungut sebesar Rp. 35.000,/kendaraan;
b. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 16 s/d 26 orang dipungut sebesar Rp. 50.000,/kendaraan;
c. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 27 orang dipungut sebesar Rp. 70.000,/kendaraan;
d. mobil angkutan perbatasan dipungut sebesar sebesar Rp. 50.000,/kendaraan.
2. kendaraan baru
1. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 8 s/d 13 orang dipungut sebesar Rp. 50.000,/kendaraan;
2. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 16 s/d 26 orang dipungut sebesar Rp. 75.000,/kendaraan;
3. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 27 orang dipungut sebesar Rp. 100.000,/kendaraan;
4. mobil angkutan perbatasan dipungut sebesar Rp. 50.000,/kendaraan.
b. besarnya retribusi kartu pengawasan operasional pelayanan dalam trayek berlaku selama 5 (lima) tahun dan dievaluasi setiap 6 (enam) bulan berdasarkan pelayanan ekonomi
1. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 8 s/d 13 orang dipungut sebesar Rp. 25.000,/kendaraan;
3. mobil bus dengan kapasitas tempat duduk 16 s/d 26 orang dipungut sebesar Rp. 45.000,/kendaraan;
4. mobil angkutan perbatasan dipungut sebesar Rp. 15.000,/kendaraan.
c. besarnya retribusi izin pelayanan angkutan tidak dalam trayek berlaku dalam jangka waktu berlaku selama 5 (lima) tahun
1. angkutan taksi operasi dalam kota dipungut sebesar Rp. 60.000,/kendaraan; 2. mobil pick up dipungut sebesar Rp. 30.000,/kendaraan;
3. mobil barang truk dipungut sebsar Rp. 45.000,/kendaraan;
4. mobil truk dengan kereta gandengan dan/atau tempelan, peti kemas atau sejenisnya dipungut sebesar Rp. 60.000,/kerndaraan.
d. besarnya retribusi Kartu Pengawasan Operasional tidak dalam trayek tetap dan teratur berlaku 5 (lima) tahun dievaluasi setiap 6 (enam) bulan dan dipungut
1. angkutan taksi operasi dalam kota dipungut sebesar Rp. 30.000,/kendaraan;
2. mobil pick up dipungut sebesar Rp. 15.000,/kendaraan; 3. mobil barang truk dipungut sebsar Rp.
20.000,/kendaraan;
4. mobil truk dengan kereta gandengan dan/atau tempelan, peti kemas atau sejenisnya dipungut sebesar Rp. 25.000,/kerndaraan. e. besarnya retribusi untuk angkutan khusus (insidentil) tidak dalam trayek dan teratur
sekali dipungut serbesar Rp. 20.000,/kendaraan.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 8
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat izin trayek diberikan.
BAB VIII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 9
Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 5 (lima) tahun.
Pasal 10
Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB IX
Pasal 11 (1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.
(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.
(3) Bentuk isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 15
(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan / atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKB dan SKRDKBT.
(3) Bentuk isi dan tata cara penerbitan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), SKRDKB dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 12
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 13
Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi denda administrasi berupa bunga sebasar 2 % (dua perseratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 14
(1) Pembayaran retribusi yang terutang dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang di lunasi selambatlambatnya 15 (lima belas) hari sejak di terbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB XIII
TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15
(1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran / peringatan / surat yang
sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
(3) Surat teguran / surat peringatan / surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
BAB XIV KEBERATAN
Pasal 16
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT dan SKRDLB .
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasanalasan yang jelas.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retribusi tersebut.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2(dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang di samakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan dikeluar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 17
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6(enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatankeberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XV
Pasal 18
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengambilan kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2
(dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 19
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati atau Pejabat yang ditujuk dengan sekurangkurangnya menyebutkan :
a. Nama dan Alamat Wajib Retribusi; b. Masa retribusi ;
c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas.
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti penerimaan pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 20
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan memberikan surat perintah pembayaran kelebihan retribusi .
(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XVI
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.
(3) Pembebasan retribusi diberikan kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam atau kerusuhan.
(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XVII
KEDALUWARSA PENAGIHAN. Pasal 22
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3(tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi daerah.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. diterbitkan surat teguran ; atau
b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.
BAB VIII PENYIDIKAN
Pasal 23
(1) Pejabat Pegawai Negeri sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan, keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah ;
d. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumendokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut ; e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang retribusi Daerah ;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi ;
i. Menghentikan penyedikan ;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainnya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XIX KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.
(2) Tindak pidana yang maksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP Pasal 25
Halhal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati .
Pasal 26
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Ditetapkan di Parigi Pada tanggal
BUPATI PARIGI MOUTONG,
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR TAHUN 2005
T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK
Bahwa retribusi Daerah adalah merupakan sumber pendapatan Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab. Dalam rangka pembaharuan sistim pemungutan Retribusi Daerah yang mengarah pada sistim yang sederhana, adil, efektif dan efisien yang dapat menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan Daerah, maka telah ditetapkan Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian di jabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Salah satu kewenangan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan Retribusi Daerah adalah Penyelenggaraan Retribusi Izin Trayek karena pada dasarnya izin trayek harus diselenggarakan secara tertib dan teratur, berhasil guna dan berdaya guna dengan tetap menjaga kesempatan berusaha bagi golongan ekonomi kecil, menengah dan besar. Sehingga penyelenggaraan izin trayek harus diatur dengan Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas Pasal 2
Cukup jelas. Pasal 3
Cukup Jelas Pasal 4
Cukup Jelas Pasal 5
Cukup jelas Pasal 6
Cukup jelas Pasal 7
Cukup Jelas Pasal 8
Cukup jelas. Pasal 9
Cukup Jelas Pasal 10
Cukup Jelas pasal 11
Yang dimaksud dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan.
Pasal 12 Ayat (1)
pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerrintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badanbadan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas Pasal 13
Cukup Jelas Pasal 14
Cukup jelas. Pasal 15
Cukup Jelas Pasal 16
Cukup Jelas pasal 17
Cukup jelas Pasal 18
Cukup jelas. Pasal 19
Cukup Jelas Pasal 20
Cukup jelas. Pasal 21
Cukup Jelas Pasal 22
Cukup Jelas Pasal 23
Cukup Jelas Pasal 24
Cukup Jelas Pasal 25
Cukup Jelas Pasal 26