• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS HARA TANAH SAWAH DI KABUPATEN KEPAHIANG BERDASARKAN HASIL ANALISIS

PERANGKAT UJI TANAH SAWAH (PUTS) Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Irma Calista Siagian

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

ABSTRAK

Pengujian status unsur hara N, P, K dan pH tanah sawah telah dilakukan pada beberapa sentra penghasil padi di Kabupaten Kepahiang. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah atau PUTS terhadap 42 sampel tanah yang diambil dari 34 desa. Pengujian dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012. Hasil pengujian berupa rekomendasi status unsur hara dan rekomendasi pemupukan. berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan PUTS, sebanyak 57,14% desa dengan kandungan N sangat tinggi sehingga perlu dipupuk 200 kg Urea/ha. Sebanyak 59,52% desa dengan kandungan P tinggi sehingga perlu dipupuk 50 kg SP-36/ha. Sedangkan sebanyak 38,10% desa dengan K sedang sehingga perlu dipupuk 50 kg KCl/ha atau dengan menggunakan jerami sebanyak 5 ton/ha. Derajat kemasaman atau pH secara umum adalah agak masam yaitu berada pada kisaran pH 5-6 sehingga rekomendasi pemupukan N adalah dalam bentuk Urea dengan sistem drainase konvensional.

Kata kunci : status hara, sawah, PUTS, analisis tanah

PENDAHULUAN

Provinsi Bengkulu memiliki areal persawahan seluas 95.356 ha yang tersebar pada 10 Kabupaten Kota dan seluas 5.036 ha atau sekitar 5,20% berada di Kabupaten Kepahiang. Produksi total padi Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 516.868 ton dengan luas panen 133.629 ha (BPS, 2011). Produktivitas rata-rata di Provinsi Bengkulu masih rendah yaitu 4 ton/ha, masih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas nasional sebesar 5,03 ton/ha (Ditjen Tanaman Pangan, 2011). Salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi di Provinsi Bengkulu adalah pemupukan belum dilakukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status unsur hara tanah.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui status unsur hara di dalam tanah. Salah satu cara yang praktis, efisien, dan dapat dilakukan di lapangan baik oleh petani maupun petugas penyuluh lapangan (PPL) adalah dengan menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS). PUTS merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menentukan status hara N, P, K dan pH di dalam tanah (Departemen Pertanian, 2007). Penggunaan PUTS dapat dilakukan untuk menentukan status hara tanah sawah dan rekomendasi pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman (Setiyorini et all., 2007).

Rekomendasi pemupukan merupakan suatu rancangan yang terdiri dari jenis dan takaran pupuk untuk tanaman pada suatu areal tertentu. Menurut Abdulrachman, et al., (2008), rekomendasi pemupukan bermanfaat dalam pemberian pupuk yang tepat baik dosis, waktu maupun jenis pupuk sehingga pemupukan akan lebih efisien serta produksi dan pendapatan petanipun meningkat. Selain itu, rekomendasi pemupukan juga bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, menjaga kesuburan tanah dan produksi padi berkelanjutan serta dapat mengurangi biaya pembelian pupuk.

Pemupukan yang efektif meliputi persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif merupakan dosis pemupukan sedangkan persyaratan kualitatif meliputi unsur hara yang diberikan, waktu pemupukan dan penempatan pupuk, unsur hara yang berada pada waktu dan tempat serta unsur hara yang diserap dan digunakan oleh tanaman (Indranada, 1986).

(2)

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2012 di Kabupaten Kepahiang untuk menguji status hara tanah mengunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS), tanah yang diuji sebanyak 42 sampel dari 32 desa (Tabel 1.) yang diambil secara acak pada tujuh kecamatan (Merigi, Ujan Mas, Kepahiang, Kabawetan, Tebat Karai, Muara Kemumu dan Seberang Musi).

Tabel 1. Data jumlah sampel tanah beberapa sentra padi di Kabupaten Kepahiang.

No Kecamatan Desa Jumlah sampel tanah

1. Merigi Kel Durian Depun 2

3. Kabawetan Kelurahan Tangsi Baru 1

4. Muara Kemumu Batu Kalung 1

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kepahiang adalah andosol (15,08%), secara garis besar tanah andosol mempunyai sifat fisik dan kimia cukup baik, sehingga dengan demikian produktifitas tanahnya sedang-tinggi. Tanah ini banyak digunakan untuk tanaman hortikultura atau sayuran, bunga-bungaan, perkebunan dan kehutanan. Secara umum, tanah andosol berwarna kehitaman dengan bentuk tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung (Faiz, 2009). Sedangkan sisanya adalah alluvial, rogosol, latosol, podsolik merah kuning, komplek podsolik merah kuning litosol dan latosol dan komplek padsolik coklat padsol dan latosol. Tekstur tanah di Kabupaten Kepahiang secara umum adalah sedang (53,54%), halus (34,03%) dan kasar(12,43%) dari total luas wilayah (BPS Kepahiang, 2011).

Berdasarkan hasil analisis PUTS yang dilakukan terhadap 42 sampel tanah di Kabupaten Kepahiang (Tabel 2), dimana status unsur hara N secara umum didominasi sangat tinggi 57,14% (24 sampel); status unsur hara P secara umum didominasi tinggi 59,52% (25 sampel); sedangkan status unsur hara K secara umum didominasi sedang 38,10% (16 sampel) dengan pH secara keseluruhan pada kondis agak masam.

Untuk melakukan pemupukan pada beberapa sentra padi di Kabupaten Kepahiang dengan berpedoman pada kondisi hasil analisis status unsur N adalah rendah (42,86%) dan sangat tinggi (57,14%) sehingga dosis pemupukan berbeda. Begitu juga status unsur P dan K berkisar antara rendah sampai tinggi, dimana kondisi hasil analisis status unsur P (status rendah 19,05%; status sedang 21,42% dan status tinggi 59,52%) dan hasil analisis status unsur K (status rendah 35,71%; sedang 38,10% dan tinggi 26,19%) yang secara keseluruhan tergambar pada Gambar 1.

Gambar 1. Status unsur hara beberapa sentra padi di Kabupaten Kepahiang.

N

P

(4)

Tabel 2. Hasil pengujian tanah sawah di Kabupaten Kepahiang.

No Kecamatan Desa/Kelurahan Hasil analisis

N P K pH

1 Merigi Durian Depun 1 Rendah Tinggi Rendah Agak Masam

2 Durian Depun 2 Sangat tinggi Tinggi Sedang Agak Masam

3 Pulo Geto Baru Rendah Tinggi Rendah Agak Masam

4 Simp. Kota Beringin Sangat tinggi Tinggi Sedang Agak masam

5 Bukit Barisan Rendah Tinggi Rendah Agak masam

6 Ujan Mas Daspetah 2 Sangat tinggi Sedang Rendah Agak masam

7 Bumisari Sangat tinggi Tinggi Rendah Agak masam

8 Kabawetan Kel. Tangsi Baru Sangat tinggi Rendah Sedang Agak masam 9 Muara Kemumu Batu Kalung Rendah Sedang Tinggi Agak masam

10 Batu Bandung Sangat tinggi Rendah Rendah Agak masam

11 Kepahiang Kampung Bogor Sangat tinggi Tinggi Tinggi Agak masam 12 Imigrasi permu Sangat tinggi Tinggi Rendah Agak masam

13 Sukamerindu Rendah Rendah Sedang Agak masam

14 Karang Endah Rendah Tinggi Rendah Agak masam

15 Pelangkian Sangat tinggi Tinggi Rendah Agak masam

16 Tebat Karai Tb. Penyamun Sangat tinggi Tinggi Rendah Agak masam

17 Kel. Tebat Karai Rendah Rendah Sedang Agak masam

18 Sinar Gunung Sangat tinggi Tinggi Rendah Agak masam

18 Tapak Gedung Rendah Tinggi Rendah Agak masam

20 Karang Tengah Rendah Tinggi Rendah Agak masam

21 Tertik Sangat tinggi Tinggi Tinggi Agak masam

22 Taba Sating Sangat tinggi Tinggi Rendah Agak masam

23 Taba Saling Rendah Tinggi Sedang Agak masam

24 Peraduan Binjai Sangat tinggi Sedang Sedang Agak masam

25 P. Panjang 1 Rendah Rendah Tinggi Agak masam

31 Seberang Musi Benuang Galing 1 Sangat tinggi Rendah Sedang Agak masam 32 Benuang Galing 2 Sangat tinggi Sedang Tinggi Agak masam

33 Cirebon Baru 1 Rendah Tinggi Sedang Agak masam

34 Cirebon Baru 2 Sangat tinggi Tinggi Tinggi Agak masam

35 Tebat Laut Sangat tinggi Rendah Sedang Agak masam

36 Talang Gelompok 1 Rendah Tinggi Rendah Agak masam

37 Talang Gelompok 2 Sangat tinggi Sedang Sedang Agak masam

38 Taba Padang 1 Rendah Tinggi Sedang Agak masam

39 Taba Padang 2 Rendah Sedang Tinggi Agak masam

40 Air Pesi Sangat tinggi Tinggi Sedang Agak masam

41 Temdak Sangat tinggi Tinggi Tinggi Agak masam

42 Kandang Rendah Tinggi Tinggi Agak masam

Analisis tanah yang dilakukan umumnya terbatas pada unsur hara makro saja, sedangkan unsur hara mikro kurang diperhatikan. Perkiraan mengenai unsur hara mikro hanya diduga berdasarkan jenis tanahnya saja. Usaha pertanian yang mengharapkan produksi tinggi dan sangat tinggi memerlukan pemupukan hara mikro yang dapat dilakukan lewat tanah ataupun lewat daun.

(5)

Status Hara Nitrogen (N)

Unsur hara N bagi tanaman berperan di dalam pembentukan sel, jaringan dan organ tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+. Kebutuhan unsur hara N di dalam tanaman dibutuhkan dalam jumlah yang besar, terutama pada saat pertumbuhan vegetatif, karena unsur N berfungsi sebagai bahan sintesis klorofil, protein dan asam amino. Bersamaan dengan unsur fosfor (P), nitrogen digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.

Status tanah di Kabupaten Kepahiang secara umum adalah berpasir dengan liat <20% dan berdasarkan hasil analisis tanah sawah dengan menggunakan PUTS yang dilakukan terhadap 42 sampel tanah pada 34 desa, menunjukkan bahwa status hara N rata-rata adalah sangat tinggi (57,14%), sedangkan sisanya adalah berada pada status rendah (42,86%). Tidak terdapat sampel tanah yang berada pada status hara N sedang dan tinggi. Sehingga didapat rekomendasi pemupukan berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan PUTS pada tanah untuk status N rendah adalah dengan 250 kg Urea/ha, sedangkan pada status N sangat tinggi pemberian Urea hanya 200 kg/ha (Tabel3.). Status unsur N pada tanah sawah yang sangat tinggi di Kabupaten Kepahiang disebabkan tingginya intensitas pemupukan yang dilakukan oleh petani, sehingga apabila pemupukan N masih dilakukan dalam dosis tinggi maka akan memberikan pengaruh yang buruk pada tanaman padi. Tanaman yang kelebihan unsur N akan menyebabkan daun terlalu hijau, dan rimbun yang akan menyebabkan proses pembungaan menjadi lama. Disamping itu, tanaman yang kelebihan unsur N akan rentan terhadap serangan penyakit dan mudah roboh yang akan mengakibatkan produksi menurun (Yuhendra, 2011).

Tabel 3. Status hara N dan rekomendasi pemupukan N di Kabupaten Kepahiang.

Status hara N Sampel Rekomendasi Urea untuk Tanah (kg/ha)

banyaknya % Berpasir (<20% liat) Berliat (20-40%)

Rendah 18 42,86 300 250

Sedang 0 0,00 - -

Tinggi 0 0,00 - -

Sangat Tinggi 24 57,14 200 200

Jumlah 42 100,00

Sumber utama N di dalam tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan N dari udara oleh mikroba, pupuk dan air hujan (Setyorini, Widowati dan Kasno, 2007). Kadar N di dalam tanah tergantung pada pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut (Rosmarkum dan Yuwono, 2002). Sumber N utama adalah berasal dari Urea, akan tetapi tanaman hanya dapat menyerap 30% N yang berasal dari pemupukan (Siregar dan Marzuki, 2011). Sehingga efisiensi pemupukan melalui pemupukan tepat waktu yaitu pemupukan yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dapat dilakukan. Selain melalui pemupukan secara efisien, penggunaan varietas unggul yang tanggap terhadap pemberian N serta memperbaiki teknik budidaya, yang terdiri dari pengaturan populasi tanaman, pengairan yang tepat, serta pemberian N yang tepat baik dosis maupun cara dan waktu pemberian.

Penambahan unsur N ke dalam tanah dapat dilakukan dengan menggunakan Urea, ZA, DAP, pupuk majemuk maupun dengan menggunakan pupuk kompos. Rekomendasi pemupukan untuk status hara N rendah pada tanah berpasir dengan liat < 20% adalah 300 kg Urea/ha. Sedangkan pada status hara N sangat tinggi, rekomendasi pemupukan pada tanah berpasir dengan liat < 20% tanah berliat adalah 200 kg Urea/ha (Setyorini, Widowati dan Kasno, 2007). Pemupukan yang dilakukan tanpa memperhatikan status hara tanah dan kebutuhan tanaman akan menyebabkan terjadinya kelebihan unsur hara. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain.

(6)

kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa dan pati. Menurut Siregar dan Marzuki (2011), unsur N juga berpengaruh terhadap susunan kimia tanaman. Pemberian N jika diberikan di bawah optimal, maka asimilasi ammonia akan menaikkan kadar protein dan pertumbuhan daun (dinyatakan dengan indeks luas daun). Menurut Marscher (1986) dalam Siregar dan Marzuki (2011), pemupukan N pada tanaman padi akan menyebabkan panjang, lebar dan luas daun bertambah, akan tetapi ketebalan daun menjadi berkurang.

Status Hara P

Unsur hara fosfor (P), merupakan salah satu unsur penting bagi tanaman yang berperan untuk menyusun enzim, protein, ATP, RNA dan DNA. ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA dan DNA menentukan sifat genetik tanaman. Selain itu, unsur P juga mempunyai peran untuk pertumbuhan benih, akar, bunga dan buah. Bersamaan dengan kalium, unsur P digunakan oleh tanaman untuk merangsang pembungaan. Sehingga kebutuhan P akan meningkat tinggi pada saat tanaman akan berbunga (Yuhendra, 2011). Tanah andosol dapat menyemat P sekitar 500kg/ha. Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium, tapi fosfor dianggap kunci kehidupan.

Berdasarkan hasil analisis status tanah sawah pada beberapa desa sentra padi di Kabupaten Kepahiang, status hara P secara umum adalah tinggi (59,52%), sedangkan sisanya adalah sedang 21,42% dan rendah 19,05%. Dominasi status unsur P tinggi dan sedang pada lahan sawah di Kabupaten Kepahiang karena pemupukan yang dilakukan secara intensif. Menurut Barus dan Andarias (2007), pemupukan yang dilakukan secara intensif pada lahan sawah irigasi teknis dengan intensitas tanam dua atau tiga kali setahun akan menyebabkan dominasi status P tinggi hal ini dikarenakan tidak semua pupuk P yang diberikan dapat seluruhnya diserap oleh tanaman. Berdasarkan kondisi hasil pengujian PUTS, maka rekomendasi pemupukan yang diberikan antara tanah dengan P rendah, sedang dan tinggi berbeda. Sehingga didapat rekomendasi pemupukan berdasarkan hasil analisis menggunakan PUTS di Kabupaten Kepahiang pada tanah untuk status hara P tinggi adalah 50 kg SP-36/ha, status hara P sedang rekomendasi pemupukan adalah 75 kg SP-36/ha dan status hara P rendah adalah 100 kg SP-36/ha (Tabel 4).

Tabel 4. Status hara dan rekomendasi pemupukan P di Kabupaten Kepahiang.

Status hara Jumlah Persentase (%) Rekomendasi Pemupukan

Rendah 8 19,05 100 kg SP-36/ha

Sedang 9 21,42 75 kg SP-36/ha

Tinggi 25 59,52 50 kg SP-36/ha

Jumlah 42 100,00

(7)

Status Hara K

Unsur K bagi tanaman mempunyai peranan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air di dalam jaringan. Kekurangan unsur K akan menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur (Yuhendra, 2011). Selain itu, kekurangan unsur K menyebabkan kadar karbohidrat berkurang serta menyebabkan lemahnya batang tanaman sehingga tanaman mudah roboh.

Status unsur hara K pada beberapa desa sentra padi di Kabupaten Kepahiang secara rata-rata adalah sedang dengan persentase 38,10%, sedangkan sisanya sebanyak 35,71% berada pada status rendah dan 26,19% pada status tinggi. Status K yang berada pada kondisi sedang dan rendah, salah satunya disebabkan karena pemupukan K tidak selalu dilakukan oleh petani dan kalaupun ada diberikan dalam jumlah sedikit dan tidak seimbang dengan jumlah N dan P. Selain itu, pengembalian jerami pada setiap musim panen berakhir umumnya dibakar (untuk mempercepat proses pengolahan tanah) dan tidak dikembalikan ke sawah yang secara otomatis mengakibatkan unsur K yang terbawa oleh tanaman tidak kembali ketanah. Menurut Ma dan Takahashi (1991) dalam Husnain (2010), jerami padi mengandung mengandung SiO2 antara 1,7 hingga 9,3% sementara itu Tanaka (1978) dalam Husnain (2010) melaporkan bahwa kandungan K dalam jerami padi bervariasi antara 1 hingga 3%.

Tabel 5. Status hara k dan rekomendasi pemupukan K di Kabupaten Kepahiang.

Status hara Jumlah Persentase (%) Rekomendasi Pemupukan

Rendah 15 35,71 a. 100 kg KCl/ha atau

Menurut Setyorini, Widowati dan Kasno (2007), rekomendasi pemupukan pada status unsur hara K rendah adalah dengan penambahan pupuk KCl 100 kg/ha atau 50 kg KCl/ha ditambah dengan 5 ton jerami/ha. Sedangkan pada status K sedang dan tinggi penambahan K melalui pemberian pupuk KCl adalah sebanyak 50 kg/ha atau dengan penambahan dengan menggunakan 5 ton jerami/ha. Status unsur K pada tanah sawah di Kabupaten yang berada antara rendah, sedang dan tinggi.

Status pH

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan PUTS, status ph tanah sawah di Kabupaten Kepahiang secara umum adalah agak masam (100%). Berdasarkan bagan warna hasil pengujian dengan PUTS terhadap pH, status tanah agak masam berada pada kisaran 5-6. Rekomendasi pemupukan berdasarkan status pH adalah sistem drainase konvensional dan pupuk N dalam bentuk Urea (Tabel 6). Pada pH tanah kurang dari 6 maka ketersediaan unsur P, K,S, Ca, Mg dan Mo menurun dengan cepat dan aktivitas mikroorganisme untuk mendekomposisikan N organik menjadi terhambat.

Tabel 6. Status pH dan rekomendasi pemupukan berdasarkan pH tanah.

Status pH Jumlah Persentase (%) Rekomendasi

Sangat masam (pH < 4) - -  Sistem drainase terputus  Kapur 1-2 ton/ha

 Pupuk N dalam bentuk Urea

Masam (pH 4-5) - -

(8)

pH tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman (Anonymous, 2011). Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam air dan derajat pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada kondisi tanah masam, akan banyak ditemukan unsur alumunium (Al) yang selain meracuni tanaman juga mengikat phosphor sehingga tidak bisa diserap tanaman, selain itu pada tanah masam juga terlalu banyak unsur mikro yang bisa meracuni tanaman. Sedangkan pada tanah basa banyak ditemukan unsur Na (Natrium) dan Mo (Molibdenum), dan kondisi pH tanah juga menentukan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH 5,5 – 7 jamur dan bakteri pengurai bahan organik akan tumbuh dengan baik. Demikian juga mikroorganisme yang menguntungkan bagi akar tanaman juga akan berkembang dengan baik.

KESIMPULAN

1. Secara umum status N, P, K dan pH tanah sawah di Kabupaten Kepahiang bervariasi, yaitu N sangat tinggi (57,14%), status P tinggi (59,52%), status K sedang (38,10%) serta status pH secara umum (100%) adalah agak masam.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman, S., E. Suhartatik, A. Kasno dan D. Setyorini. 2008. Modul Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Anonymous. 2011. Mengatasi Tanah Masam dan Basa. http://www.gerbangpertanian. com/ 2011/11/mengatasi-tanah-masam-dan-basa.html. (08 Oktober] 2012.

BPS Prov. Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Barus, J. dan Andarias. 2007. Status Hara Fosfor dan Kalium Lahan Sawah Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Volume 9 N0. 1 April 2007 : 16-19. http://www.journal.ipb.ac.id/index.php/jtanah/article/view/2385/1391 [17 September] 2012. Departemen Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah; Pedoman Bagi

Penyuluh Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dirjen Tanaman Pangan. 2011. Pedoman Umum SL-PTT Tahun 2011. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta. http://www. litbang.deptan.go.id›Download›Panduan [18 Juli] 2011.

Faiz, M. B. 2009. Tanah Tropika Agroekoteknologi Lahan Kering. Badan Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Husnain. 2010. Kehilangan Unsur Hara Akibat Pembakaran Jerami Padi dan Potensi Pencemaran Lingkungan. Prosd. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 30 November-1

Desember 2010. BBSDLP. Bogor. http://www.balittanah.

litbang.deptan.go.id/index.php?option...id (18 Sept 2012).

Indranada, H.K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Penerbit PT. Bina Aksara. Jakarta.

Rosmarkum, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Setyorini, D., L. R. Widowati dan A. Kasno. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah

(Paddy soil test kit). BBSDLP. Bogor. http://www.putsputk. net.//pdffille/manual_puts.pdf. (diakses, 20 September 2012).

Siregar A. dan I. Marzuki. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea Terhadap Serapan N dan Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Jurnal Budidaya Pertanian 7: 107-112. http://www.paparisa.unpatti.ac.id/paperrepo/ppr_iteminfo_Ink.php? id=40 (17 September 2012).

Gambar

Tabel 1. Data jumlah sampel tanah beberapa sentra padi di Kabupaten Kepahiang.
Tabel 2. Hasil pengujian tanah sawah di Kabupaten Kepahiang.
Tabel 3. Status hara N dan rekomendasi pemupukan N di Kabupaten Kepahiang.
Tabel 4. Status hara dan rekomendasi pemupukan  P di Kabupaten Kepahiang.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Nama Paket Pengadaan Kegiatan

Demikian pengumuman dari kami harap

Pengguna Anggaran (PA) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Ende mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2013,

• Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan. kekuasaannya

Berdasarkan hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Kualifikasi Pemilihan Langsung, dengan ini kami mengundang Perusahaan Saudara untuk melakukan Pembuktian

pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut

• Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 27 FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU PERILAKU KORUP YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR DI LUAR DIRI PELAKU. 