• Tidak ada hasil yang ditemukan

15. Makalah Konferensi Internasional Kesusastraan XXI Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia dengan judul:”Membaca Gaya Hidup L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "15. Makalah Konferensi Internasional Kesusastraan XXI Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia dengan judul:”Membaca Gaya Hidup L"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

M EM BACA GAYA HIDUP LIFE OF STAGE DAN THE ANEH LEWAT SASTRA LISAN JAWA

Oleh Suw ardi

FBS Universit as Negeri Yogyakart a

M akalah Konferensi Int er nasional HISKI XXI “ Sast ra dan Budaya Urban dalam Kajian Lint as M edia”

Universit as Erlangga Surabaya Di hotel Sahid Surabaya

3-5 Agust us 2010

ABSTRAK

This paper t ries t o read t he life of st age’s lif est yle w hich means t he socio-cult ural life

(2)

From t hose four expr essions and kinds of oral lit erat ure, it can be said t hat t here is an

influence of t he life of st age’s lifest yle tow ard t he emergence of oral lit erat ure, and vice versa. In t he perspect ive of lit erary sociology, it is obvious t hat life and lit erat ure alw ays change. The reciprocal influence bet w een t hem is relat ed t o one another. The erot ic, unfair, and seduct ive lifest yle are int ent ionally expressed aest het ically by t he oral men of lett ers.

Keyw ords: lif e st yle, life of st age, t he aneh, oral lit erat ure. PENDAHULUAN

Suka t idak suka, t ernyat a kaw ula alit hampir t iap det ik berhadapan dengan t ont onan

(life st yle) kaum urban yang ger-geran, ramai, t api memuakkan. Hampir t iap menit kaw ula alit disuguhi play of pow er, drama kekuasaan yang obah ow ah, dan mengikut i irama lif e of st age yang t ernyat a menjadi garapan manis dalam sast ra lisan Jaw a. Ada beberapa karya sast ra lisan Jaw a yang melukiskan pijaran hidup kaum urban yang serba w ah, glamour, in t he hoy, f ree sex, penuh t rik, dan seluruhnya t erkesan t he aneh.

Ist ilah t he aneh, sengaja saya pinjam dari gagasan Siegel ket ika memandang dunia

sast ra di Solo (1986). M enurut dia, perist iw a wayang w ong di Solo, t elah menunjukkan gejala t he aneh sebagai pot ret bangsa Indonesia. Jagad sast ra perkot aan yang dikemas semi humor it u sebenarnya sebagai pant ulan kehidupan perkot aan, yait u kaum urban yang t engah m encari jat i dirinya. Ident it as dir i kaum kot a, sengaja at au t idak telah bergerak ke dalam sebuah

kecenderungan-kecenderungan unt uk pemuasan dir i. Begitu pula dalam ekspresi sast ra, baik dalam bent uk perfor mance lisan maupun sast ra t ulis.

Pencarian ident it as diri lew at ekspresi sast ra lisan cukup unik. M engapa? Paling t idak

(3)

ekspresi sast ra.

Konsep “ lit erat ure as social act ion” yang dit aw arkan Finnegan (1977:268) memang

pent ing direnungkan. Pandangan ke arah sosiologi sastra ini dapat dijadikan pijakan bahw a gaya hidup t he aneh dan life of st age bukan must ahil menjadi andalan sast ra lisan. Keanehan

hidup adalah harapan setiap masyarakat . Polesan hidup adalah bunga-bun ga masyarakat .Suw ardi Endrasw ara 2

Kedua hal ini yang kemungkinan dit angkap sast raw an lisan Jaw a untuk mengekspresikan dirinya ke arah suat u perubahan.

PEM BAHASAN

TRANSFIGURASI SASTRA LISAN

Transfigurasi saya maknai sebagai perubahan w ajah kehidupan melalui sast ra lisan.

Transfigurasi juga t er kait dengan perubahan sast ra lisan it u sendiri. Perubahan sast ra, sekaligus perubahan pesan. Dalam pandangan Finnegan (1992:1-10), seni lisan dan t radisi lisan memang sering memiliki kecenderungan khusus ke arah per ubahan. Hal-hal yang t ergolong t he aneh sering diekspresikan lebih bebas at au leluasa lew at sastra lisan. Bahkan, perubahan it u sendiri sudah t ermasuk t he aneh.

Hal demikian mengingat sast ra lisan sering bersif at anonim, sehingga apa saja dapat diungkapkan. Selain it u, saya juga sependapat dengan Escarpit (2005:115) bahw a sast raw an meman g memiliki publik. Yang dipikirkan sast raw an t ent ang siapa audiennya, sering menjadi pilihan. Pilihan yang jat uh pada sast ra lisan, memang t idak keliru, sebab kerahasiaan sast raw an sering t ersembunyi. Sast raw an lisan jelas t idak jelas. Di dalam dongeng dan di dalam upacara agama sekalipun di kot a-kot a besar, sering t erjadi penampilan sast ra lisan sebagai mitos yang menyer ang publik t ert ent u. Sast ra lisan t ersebut cenderung aneh dan sulit diduga sebelumnya. Dongeng-dongeng mist is sering mew ar nai sast ra lisan yang mungkin lebih t ajam dari pendemo dan orat or polit ikus.

(4)

emosional. Para penyair lisan, pelant un t embang, pemain ludruk, pelant un kent rung, adalah corong jaman yang penuh dengan drama kehidupan.

M angan bakmi anyep maw on Empun w engi nginep maw on Theklek kayu jat i

Saya t uw ek memanas at i Gaplek pepringkilan Wis t uw ek pet hakilan Empluk w adhah uyah W et eng njembluk asile polah

Sepint as, pant un (parikan) t ersebut hanya ungkapan biasa, t anpa memuat makna mendalam. Padahal kalau dicermat i, sesungguhnya sast ra lisan demikian merupakan sebuah krit ik sosial yang cerdas. Kesan t he aneh t ergant ung pada penemuan makna. Bila kita gagal mengadopsi makna, kurang menemukan imajinasi di dalamnya, t ent u akan memandang hambar karya t ersebut . Dari parikan it u sebenarnya dapat diungkap makna erot is sebagai polesan hidup. Kata kunci yang pat ut dipegang yait u nginep, memanas, pet hakilan, dan asile polah. Kat a-kat a ini menunjukkan suatu sikap hidup (life st yle) kaum perkot aan selama ini. Ket ika kat a-kat a it u dipoles ke dalam est et ika sast ra lisan, t ampak indah dan t idak begit u vulgar. Permainan kata merupakan t ransfigurasi ide dasar ke kont eks yang luas. Kritik sosial tidak hanya dit ujukan kepada remaja, melainkan juga kepada para sesepuh yang masih gemar b ermain-main dengan hidup. Konsep bersenang-senang menyelimut i sast ra lisan t ersebut .

Pemaknaan demikian sebenarnya m erupakan sebuah “ int erpr et at ion in cont ext ” yang

dit aw arkan Foley (1986:1). Kont eks sering berada di sekit ar t eks. Tidak sedikit sast ra lisanSuw ardi Endrasw ara 3

(5)

para pelant un sast ra lisan. Gaya peleset an dalam sast ra lisan sering menjadi aroma kr itik yang t idak pernah kering. Tidak hanya sast ra lisan yang berupa puisi lisan, sastra drama at au perfor mance art pun sering dikemas dalam bent uk-bentuk t he aneh.

Lakon-lakon drama, sepert i w ayang kulit , w ayang jemblung, w ayang padat , dan

w ayang humor, banyak yang menaw arkan t he aneh. Set iap penont on dapat t er giur just ru oleh kisah t he aneh dari pert unjukan drama t ersebut . Kehadiran penonton dari desa ke kot a, just ru t er giur oleh rasa ingin t ert aw a. Persoalan t he aneh sebenarnya t idak sekedar humor belaka, melainkan juga t erlet ak pada ket ajaman krit ik sast ra lisan it u sendiri. Keberanian sast ra lisan melont arkan krit ik-krit ik pada penguasa, yang dahulu sering ada cekal, kini semakin bebas. Para pencipt a sast ra lisan, sadar at au t idak, jelas sedang mer enungkan dunianya yang serba t erbolak-balik ini. M elalui sast ra lisan, yang t erkesan sebagai “ sast ra t ak bertanggung jaw ab” , pencipt a t ernyat a bisa bebas berekspresi. Bum bu-bumbu humor dan est et ika menjadi simpul persembunyian makna yang luar biasa. Pada saat it u, para pencipt a sast ra lisan mungkin t idak kalah dengan sast ra t ulis hebat nya. M er eka t idak sedang ingin mencari popularit as seperti sast ra t ulis yang disodorkan ke media. Pencipt a sast ra lisan just ru lebih puas ket ika makna di balik karyanya t elah sampai pada rant ai komunikasi yang dit uju, yait u penonton at au audien. At as dorongan unt uk berkomunikasi lew at jagad t he aneh, sast ra lisan semakin

berkembang. Sast ra lisan yang seker as dan sevulgar apa pun, sering bebas at au kebal hukum. M aka para pencipt a semakin berani bermain makna dan mengolah est et ika. Pada saat it u, seringkali t erjadi pendokum ent asian oleh pihak-pihak lain, hingga sast ra lisan berbubah pula menjadi sast ra t ulis. Akibat nya jika kurang w aspada, siapa yang mengekspos sast ra lisan yang t erkesan galak, akan t erkena akibatnya.

Unt uk lebih t egasnya, paparan ini akan menelusuri beberapa sast ra lisan Jaw a yang

(6)

M enanam Jagung, sengaja diubah oleh para pencipt a sast ra lisan menjadi: gant ung-gant ung gant ung Soehart o, gant ung Soehart o di silang M onas. Lagu yel-yel para pendemo it u sebuah t ransfigurasi t eks sast ra lisan yang cukup t ajam maknanya.

Sast ra lisan memang memuat sendi-sendi t he aneh yang sampai saat ini bisa

mengalahkan sast ra t ulis. Sebagai media eskpresi, sastra lisan t et ap dipandang lebih krit is dan bebas dari prasangka. Begitu pula lagu-lagu anak yang lain, seperti Jaranan, Cublak Suw eng, Sluku Bat hok, amat t erbuka dipoles ke dalam bent uk-bent uk lain yang lebih krit is. Dengan berkedok pada sast ra lisan yang t he aneh, polesan-polesan krit ik sosial, budaya, dan polit ik semakin kent al. Dalam sit uasi demikian, berart i sast ra lisan memang sebuah w ahana est et is yang pat ut diungkap. Dari sit u akan nampak gaya hidup sebuah komunit as yang sedang muak, mengkrit isi, dan gerah t erhadap sit uasi jaman.

TRANSPOSISI DAN PARADOKSAL SASTRA LISAN

Sast ra lisan Jaw a banyak yang memuat aspek paradoksal. Paradoksal adalah keadaan yang m engisahkan aspek-aspek kebalikan dari realit as. Hal yang sebenarnya hit am, kecil, dilukiskan dengan hal-hal besar, demikian sebaliknya. Paradoksal sast ra lisan it u sering memunculkan parodi-parodi cerit era. Parodi ini t idak lain sebagai sebuah ironi sast ra, yang membut uhkan penafsiran t erbalik.Suw ardi Endrasw ara 4

Banyak sast ra lisan Jaw a yang dikemas dengan ideologi paradoksal. Beberapa khasanah sast ra lisan Jaw a yang berupa sast ra lisan (lakon), yait u Sumant ri Ngenger, Damarw ulan Ngarit , Jaka Tingkir Suw ita, Jaka Kendhil, dan Pet ruk Dadi Rat u. Karya-karya t ersebut

sebenarnya merupakan kisah-kisah tradisi lisan, yang muncul dar i life st yle orang Jaw a. Orang Jaw a t ampaknya sedang dirundung suasana t idak menent u, hingga muncul gaya hidup paradoksal. Paradoksal sast ra ini tidak lain sebuah krit ik yang bermakna t erbalik at as realit as. Life st yle orang Jaw a paling t idak dapat dipahami dari ideologi sast ra lisan it u. Salah

(7)

idealisme t ata t iti t ent rem kerta raharja. Kedua hal it u dit empuh dengan hidup melalui imajinasi, dengan cara menokohkan orang desa, miskin, t et api akhirnya berw ibaw a. Figur Sumantri, Damarw ulan, Jaka Tingkir, Jaka Kendhil, dan Pet ruk adalah karya

imajinasi sast raw an Jaw a. Tokoh fikt if dipuja dan dikagumi sebagai figur kaw ula yang bisa menjadi priyayi. Hal ini diidealisasikan agar orang Jaw a mendapat kan pimpinan yang benar- benar kumaw ula (bisa memahami nasib rakyat ). Perjuangan t okoh t ersebut hingga dapat mencapai sukses hidup, menandai sebuah paradoksal sosiokulkt ural. Saya nyat akan sebagai paradoksal, sebab realit as sering sulit dit erima bahw a seorang kaw ula alit (rakyat kecil) akhirnya bisa menjadi besar.

Dalam konteks demikian, dapat dinamakan t he aneh, sebab realit as hidup sering

paradoksal dengan realit as hidup imajiner. Hidup imajiner yang t ert uang lew at sast ra lisan, sebenarnya juga realit as dambaan. Hal ini menjadi cit a-cit a t ingkat tinggi orang Jaw a agar suatu saat mampu mencapai life st yle yang benar-benar layak, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Dalam kait an ini, pemikiran Paul Ricoeur yang m enaw arkan makna begitu cair, t erbuka, dinamis, dan “ kalau mau ya begini, kalau t idak mau ya sudah” , layak dipertimbangkan. Pemaknaan hidup imajiner yang dibandingkan dengan realit as sah-sah saja. Polesan-

polesan kisah t he aneh sulit t erhindarkan dari figur kaum desa yang kemudian mengenal jagad urban yang penuh t aw aran. Figur-figur fikt if it u sedang bingung mengejar makna dan mungkin sedang menangis kar ena but a proses t he polit ical of meaning. Polit ik makna yang sedang diobsesikan oleh sast raw an lisan Jaw a, nampak melalui perjuangan t okoh. M akna memang suatu jalur politik, art inya makna sast ra lisan it u suatu per ebutan. M akna hanya bisa dipahami ket ika kit a melacak dari hal-hal kecil, sepele, remeh, dan mungkin sering diabaikan. Dari lakon Pet ruk Dadi Ratu misalnya, nampak sekali bet apa besar idealisme orang Jaw a. Orang Jaw a mendambakan lif e st yle yang selangkah lebih baik, biarpun sering paradoks pula dengan sast ra lisan yang lain, yait u ungkapan cebol nggayuh lint ang. M aksudnya, rakyat kecil amat kecil dapat mencapai hidup yang t inggi dan besar.

(8)

Sugit o, sebanyak t ujuh buah. Lakon ini melukiskan paradoksal t okoh Pet ruk yang dari segi kult ur, memang t idak berhak menjadi raja. Namun, oleh pencipt a sast ra lisan yang sudah digelar dalam sebuah pert unjukan it u, Pet ruk diberi bobot lain yang paradoksal. Lakon ini jelas sebuah carangan yang t er masuk t he aneh. Selain dalam siklus w ayang kulit , Pet ruk m emang hanya sebagai abdi (gedibal). Dalam sast ra lisan ini, Pet ruk juga dilukiskan sebagai t okoh yang sukses dalam menjalani gaya hidupnya.

Di kala memiliki pusaka saja hanya sebuah pet el, alat bagi pet ani pedesaan.

Bahkan, cerpenis Jaw a Jayus Pet e pernah menulis cer pen Jaw a berjudul Pet ruk, t idak ubahnya juga menjadi sebuah paradoksal kehidupan. Bedanya, jika dalam sast ra lisan Pet ruk Dadi Ratu, Pet ruk just ru menjadi t okoh paradoksal yang sukses, dalam sast ra t ulis

karya Jayus, Pet ruk just ru digambarkan bernasib jelek. Sesungguhnya, baik dalam sast raSuw ardi Endrasw ara 5

lisan maupun t ulis, Petruk t et ap m enjadi figur yang dapat dijadikan inspirat or paradoksal untuk mengkrit isi kehidupan ini.

Hal senada juga dikemukakan oleh Lombard (2005). Secara panjang lebar ia

mengungkapkan bahw a Pet ruk Dadi Rat u memang lakon yang unik. Dapat saja orang mengira bahw a perist iw a seorang punokaw an yang m emper oleh kekuasaan mengandung kemungkinan t eor et is akan t erjadinya perubahan orde yang sudah mant ap bagi seorang pahlaw an yang berasal dari rakyat , t et api sama sekali bukan demikian halnya.

Cobalah kit a simak, selama per ang yang berlarut -larut ant ara Bambang

(9)

M aka gemparlah para raja dan bangsaw an negeri Ast ina, Amart a, dan Dw araw at i, yang belum pernah melihat kekurangajaran yang demikian sebelumnya, sehingga mer eka merasa sangat cemas. M ereka bersepakat unt uk menghent ikan perang yang ber langsung antara mer eka dan membent uk sat u front unt uk melaw an si raja baru yang pongah it u. Bala t ent ara dikerahkan unt uk mengepung Sonyaw ibaw a. Akan t et api, Pet ruk t ak t erkalahkan berkat benda keramat yang sangat ampuh, Kalimasada. Para dew at a t urun t angan. Kresna mengadu kepada Semar dan Gareng. M erasa malu at as sikap anak dan saudara mereka, para hamba yang set ia it u segera m endat angi Pet ruk unt uk memarahinya dengan keras. Pet ruk t ersent uh kemudian mengalah. Lalu dengan rasa malu yang besar, ia membiarkan t anda-t anda kebesarannya sebagai raja dilucuti. Dew a-dew a, yang karena ceroboh t elah memihak Pet ruk, memint a kepada para Pendaw a unt uk t idak bersikap keras t erhadap Pet ruk. Pet ruk, si perebut kekuasaan it u, merasa malu dan segera pulihlah keseimbangan jagat . M ungkin t idak ada mit os konservat if yang lebih bagus daripada kisah di at as.

Sement ara w ayang m encer minkan masyarakat agraris ideal dengan baik, model

budaya Jaw a juga dipaparkan dalam sejumlah naskah tert ent u. Pangeran-pangeran Jaw a t erkemuka t elah menulis ajaran berupa “ peringat an” dan “ nasihat moral” (piw ulang) yang khusus menyajikan suat u pendidikan etika bagi kalangan priyayi muda dalam bent uk sajak. Piw ulang t ersebut t elah dit erjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan sering dit erbit kan kembali dalam versi populer dengan t ujuan menyebarkan kearifan yang t erkandung di dalamnya. Untuk memberi sat u cont oh saja, baiklah disebut Serat

W edat ama at au “ penget ahuan ut ama” , sebuah naskah sepanjang 72 bait yang dit ulis oleh M angkunegara IV (1853 -1881) dan sudah sering dit er bit kan kembali.

(10)

memiliki hal sama untuk menjadi pemimpin. Tokoh-t okoh paradoksal t ersebu t menjadi figur pent ing bagi siapa saja yang sedang m enjadi priyayi dan kaw ula.

Aspek-aspek kelisanan suatu karya sast ra yang sering kont roversi, polos, dan blak- blakan, cukup menarik dipert imbangkan dalam kajian-kajian sast ra. Sast ra lisan

paradoksal just ru menjadi karya krit ik yang pat ut dihargai. Kebebasan seorang pencipt a

sast ra lisan, kemampuan sanggit ki dalang memuat carangan, t ampaknya menjadikanSuw ardi Endrasw ara 6

karya sast ra t ersebut semakin populer dan digemari. Lakon-lakon yang diangkat dari sast ra lisan just ru dipandang lebih akrab dengan kaw ula dan juga dapat dipahami oleh priyayi. M elalui sast ra lisan paradoksal, kehidupan dikot omi ant ara priyayi dan kaw ula dapat lebih bermakna.

TRANSM ISI SASTRA LISAN ANEKDOTSAL DAN RAM ALAN

Transmisi berart i penularan. Transmisi juga dapat diartikan sebagai penularan misi

at au perpindahan misi. Dalam konteks ini, kedua makna it u t ercakup secara komprehensif . Sast ra lisan ramalan t ermasuk karya yang banyak mengalami t ransmisi t he aneh dan life of st age. The aneh dapat dilihat dari permainan est et ika yang penuh muat an makna. Life of st age dapat t erpancar m elalui makna di balik sast ra lisan ramalan.

Kalau ber kiblat pada pemikiran Eaglet on (2006:7), yait u esensi sast ra adalah hadirnya proses sering “ membuat asing” , maka t ransmisi merupakan salah sat u w ahana pengasingan. Pengasingan ide cem erlang yang dibalut secara anekdot sal, bisa jadi memunculkan

ket idaknyamanan makna. Namun demikian, differensial ant ara t eks sast ra lisan dengan makna hasil t afsir an t idak harus dipersoalkan. Sebagai fakt a imajinat if, sast ra lisan memang

mengundang dan mengandung t af sir beragam. Keindahan sast ra lisan just ru karena hadirnya “ gelombang makna” yang berlapis-lapis.

Tak sedikit sast ra lisan ramalan yang menorehkan geliat kaum urban yang sedang

dilanda krisis kepercayaan, hingga melahirkan pemikiran mesianist is. Sast ra lisan t ersebut umumnya berupa anekdot sal yang menggelit ik. Sast ra lisan anekdotsal umumnya

(11)

pandang sebagai sebuah drama yang layak t ayang dan dit ont on.

Ideologi mesianis t ergolong sebuah gerakan t he aneh, sebab sastr aw an sengaja

menyisipkan sebuah “ gerakan sosiokult ural” melalui permainan kat a. Sast ra lisan memang sarat dengan per mainan kat a simbolik. Hal ini t idak lain merupakan jembatan unt uk menularkan ide ket idakmapanan menuju kemapanan idealis. Jika sit uasi bangsa ini sedang dalam keadaan t idak sejalan dengan life st yle kaw ula, munculah gerakan sast ra lisan ramalan. Dalam sast ra lisan Jaw a, banyak sekali karya yang menunjukkan aspek ramalan. Sebut saja sast ra ramalan yang t elah populer, yait u t ent ang Semut Ireng Ngendhog Jroning Geni, Semut Ireng Anak-anak Sapi, Jangka Tanah Jaw a, Gat huke Surabaya lan M adur a, dan Wong Wadon Ilang Wirange Wong Lanang Ilang Kapraw irane. Karya sast ra ramalan ini akan membuka mat a batin kit a, bet apa mahalnya art i sebuah perubahan. Sast raw an lisan Jaw a sengaja akan ment ransmisikan ideologi perubahan melalui est et ika t ersembunyi.

Coba saja, kalau mau menengok pada sast ra lisan ramalan yang bermuat an polit ik,

keinginan unt uk mengubah amat kent ara. Dalam buku saya yang berjudul Folklor Jaw a (2010), t elah saya paparkan persoalan sast ra lisan ramalan sebagai upaya mendongkrak keadaan lew at jalur est et ika. Prinsip-prinsip polit ik yang dipegang oleh kaum mesianis, yang gemar

perubahan, menghendaki pemimpin bangsa ini berdasarkan w ahyu. Pada t ingkat an semacam ini, orang Jaw a enggan nggege mangsa dalam t ampuk perubahan kepemimpinan. Karenanya, setiap ada pergant ian pemimpin selalu disikapi sebagai pulung. Pimpinan bukan dimint a, melainkan jadi at as kehendak Tuhan dan rakyat . Tuhan akan memancarkan rest u dan rakyat menghendakinya, sehingga pert emuan keduanya mengkrist al pada diri pimpinan. It ulah sebabnya, dalam segala geraknya seorang pimpinan polit ik berpegang t eguh pada folklor sebagai berikut :

Sugih t anpa bandha M enang t anpa ngasorake Nglurug t anpa bala

(12)

M aksud dari pegangan hidup polit ik demikian adalah pimpinan harus menguasai ngelmu lahir dan bat in. Ngelmu it u ibarat nya or ang kaya, t api t anpa hart a yang nampak. M elalui ngelmu, seorang pimpinan akan bijaksana ket ika memerint ah. Inilah bent uk kaw icaksanan Jaw a yang dalam f olklor disebut sebagai folk wisdom (kebijaksanaan rakyat ). M elalui kebijaksanaan ini, pihak yang diperint ah t ak merasa dikalahkan. Yang dipimpin akan bersikap ndherek ngarsa dalem, sendika dhaw uh, art inya mengikuti perint ah dan menjalankan dengan ikhlas lahir bat in. Dia dapat menaklukkan meskipun hanya sendirian, karena penuh st rat egi. Dia pimpinan yang sebenarnya sakt i karena ngelmu-nya. At as dasar ngelmu it u, pemimpin memiliki kasekt en at au kedigdayaan.

Di era kolonial, banyak muncul pula folklor-folklor Jaw a polit ik, misalnya kisah Baron Sekender. Tokoh ini dikisahkan t erbang dan jat uh ketika t epat berada di at as kerat on Yogyakart a. Hal ini sebagai simbol ada kekuat an sent ral kerat on jauh lebih sakt i dibanding penjajah. Begitu pula riw ayat fikt if t ent ang t erjadinya Kot a Gudeg yang sebenarnya merupakan folklor polit ik era kolonial. Dari cer it a ini, ident it as lokal gudeg sebagai nama besar

Yogyakart a di mat a Belanda amat dit onjolkan.

Kisah-kisah folklor polit ik di era baru dan modern pun menarik diperhat ikan. M isalkan saja, ketika gambar Soehart o digunakan sebagai simbol uang pecahan Rp. 50.000,00, maka secara diam-diam hal it u menggam barkan ident it as t okoh polit ik ini. Yakni, ket ika dia

meninjau w ilayah miskin, harus menjat uhkan uang t er sebut bagi orang miskin. Ternyat a uang t ersebut ketika dit erima, langsung dimasukkan di “ saku t radisional” (susu). Uang it u t ernyat a t ak laku unt uk jual beli, sehingga dikembalikan kepada Soehart o. Pada saat dikembalikan, Bu Tien melihat t ernyat a gambar di uang it u berubah menjadi t ersenyum r ia.

Per ubahan-perubahan yang bernuansa anekdot, juga merupakan bent uk folklor Jaw a yang berbau polit ik. Anekdot t er golong t he aneh dalam kancah sast ra lisan. Selain gelit ik pesonanya, juga ada makna t ersembunyi yang perlu dit elusuri. Ada anekdot yang berupa untaian sast ra lisan sebagai berikut .

(13)

M anuk merak memit ran lan baya Keyong sakenong mat ane Tikuse padha ngidung

Kucing gering ingkang nunggoni Kodhok naw u segara

Ant uk bant heng sew u Si precil kang padha njaga

Tembang di at as melukiskan simbol-simbol polit ik di era kolonial. Semut hit am t adi dapat dit afsirkan masa revolusi fisik, rakyat berseragam hit am-hit am, t erjadi per ang dahsyat , sehingga bert elur dalam api (keadaan bahaya). Burung merak bergandengan dengan buaya, adalah t okoh feodal yang gedheg ant huk dengan Belanda, lalu mengambil keuntungan dalam kesempit an. Keyong adalah simbol rakyat yang m erasa t ak rela, maka mat anya sakenong (mendolo) at au melot ot . Apalagi w akt u itu banyak korupt or berdendang ria yang dilambangkan dengan t ikus bernyanyi. Orang-orang banyak yang naw u segara, art inya menguras harta rakyat demi kepent ingan pribadi dan golongan. Seluruh upaya korupsi t ert at a r api, ibarat nya di jaga precil (rakyat kecil) yang mendapat kucuran dana. M ereka it u akan memuji bahw a

pemimpinya sangat adil dan dermaw an.

Sebagai cont oh pada w akt u Edi Tansil lolos dari penjara, t ernyat a nama dia spontan diubah oleh kolekt if t ert ent u menjadi Edi Kancil. Hubungan ant ara suara Kancil dan Tansil seakan-akan r elevan sesuai sifat -sifat tokoh ini. Bahkan kadang-kadang berubah lagi menjadi Tansil Nyolong Triliun, bukan Kancil Nyolong Timun. Begit u pula ket ika suara PAN menurun

di Pemilu 1998 ke 2004, mendadak nama pimpinannya bisa berubah menjadi Amin Nangis.Suw ardi Endrasw ara 8

(14)

presiden V bisa manak (beranak). Sast ra lisan anekdotsal demikian biasanya dit ransmisikan lew at sast ra kisah. Ide aw al sast ra anekdot sal it u seder hana, namun pengisahannya sering dilebih-lebihkan. Kemampuan t ukang kisah it ulah yang banyak menyumbang t ransmisi sastr a lisan hingga semakin berkembang.

Tampaknya sast ra lisan anekdot sal just ru lebih berhasil menyent uh audien. M elalui

anekdot t ersembunyi, sast raw an leluasa membungkus makna. Baik muat an ramalan maupun gerakan sosiokult ur yang menginginkan perubahan, sebenarnya sama-sama mencer minkan t he aneh dan life of st age. Sast raw an sengaja mempermai nkan bahasa kias, dan audien boleh bias menafsirkan apa saja. Yang jelas konsep drama kehidupan selalu dikedepankan.

TRANSENDENSI SASTRA LISAN KE SASTRA NITI

Transendensi adalah upaya mengubah imaji dari sast ra lisan (biasa) ke jalur sast ra yang t ransenden. Transend ensi adalah perist iw a pemaknaan ke arah yang sulit t erpahamkan. Transendensi berart i menaikkan derajat sastr a biasa ke sast ra t ransenden yang bermuat an filosofi dan ajaran sakral. Adanya anggapan bahw a sast ra lisan it u rendah dari sisi est et ika meman g sulit disangkal. Biarpun anggapan ini t idak selalu benar, namun di masyarakat selalu muncul sast ra lisan berkontras dengan sast ra nit i yang dipandang sebagai sast ra agung. Sastra nit i sebagai karya serius penuh kedalaman makna. Saya memandang kedua hal it u t idak selaman ya kekal, sebab sast ra lisan pun sebenarnya t idak seidkit yang memiliki keagungan makna.

(15)

Kat e-kat e Dipanah Te Kat e dipanah Dipanah ngisor gelagah Ana manuk ondhe-ondhe M bok sir bombok mbok sir kat e M bok sir bombok mbok sir kat e M bok sir bombok mbok sir kat e

Sepert inya, sast ra lisan yang berupa lagu anak-anak t er sebut t idak ada yang ist imew a. Dari segi est et ika, ia juga sederhana. Sebenarnya, just ru kesederhanaan it ulah yang bisa memuat t afsiran t he aneh. Sast ra lisan t ersebut dapat dimaknai bermacam-macam, seluas cakra pandang kit a. Bahkan, seringkali karya sast ra demikian memunculkan problemat ika makna. M ult itafsir sastra menurut hemat saya sah-sah saja dan bahkan w ajib.

Lagu lisan it u t idak sekedar kisah ayam kat e, yait u ayam kecil mungil yang indah

dipandang. Kat a kunci yang membuka seribu makna memang “ kat e” . Ternyat a, kat a “ kat e” ini merupakan kependekan (jarw adhosok) dari kat a bahasa Jaw a t ekade (t ekat e). Tekad e, art inya niat nya at au keinginannya. Te kat e dipanah berart i niat dan keinginan harus dipanahSuw ardi Endrasw ara 9

(dimanah), dipikirkan dengan hat i yang jernih. Orang yang memiliki keinginan apa saja, sebaiknya dipikirkan bet ul untung ruginya. Dari kont eks ini, berart i sast ra lisan yang sering dipandang rendah t idak selalu demikian, sebab di dalamnya memuat ajaran luhur. Ajaran t ent ang sebuah p emikir an, just ru merupakan kat arsis dari sast ra lisan it u.

(16)

dijalan sesuai dengan “ sir” , art inya jalan t unt unan nabi. Jalan profet ik it u merupakan refleksi dari niat t ulus.

Begitulah endapan makna sast ra lisan yang bermuat an prof et ik. Tidak hanya masalah ayam kat e yang akan disampaikan oleh sast raw an, t et api juga muat an filosofis. Hidup yang senant iasa dipikirkan merupakan jalan mencapai keseimbangan. Pemaknaan at au

penerjemahan yang melampaui bat as t eks it u dalam pemikiran Cat ford (Hut omo, 1991:86-87) disebut free t ranslat ion. Kiranya, free t ranslat ion yang menggunakan paradigma ot hak-at hik mat huk, t idak salah. Dalam sastra lisan yang penuh dengan permainan bunyi, perlu dimaknai at as dasar kebebasan t eks yang sering menampilkan suprat ekst ual. Apalagi Worsley (Hut omo, 1991:91) juga mengungkapkan bahw a “ a good t ranslat ion is, of course, not t he result s of a mechanical process, but like any lit erar y product , is dependent upon t he genius of it s out hor.” Int i pernyat aan ini menandai bahw a pemaknaan dan t erj emahan seharusnya bukan mekanik, melainkan dibenarkan apabila menghasilkan seperti sast ra baru. Penerjemahan t er gant ung kejeniusan pengarang.

Dengan demikian, pemaknaan dan penerjemahan sast ra lisan boleh saja melew at i bat as yang dibayangkan sast raw an. Penafsir an bisa jadi akan melahirkan karya sast ra baru. Penafsiran t eks dapat saja memunculkan t eks-t eks baru yang mungkin lebih indah dari sebelumnya. Apalagi sast ra lisan it u berkembang dari mulut ke mulut , hingga memungkinkan penerjemahan dan penafsiran t erus-menerus. Set iap ada penyajian sast ra lisan, muncul pula sebuah penafsiran yang lebih indah dari t eks aslinya.

SIM PULAN

Dari pembahasan di at as dapat diket engahkan bahw a gaya hidup t he aneh dan life of

(17)

sast ra lisan dengan jalan menampilkan empat bent uk sast ra lisan t he aneh, yait u (a) sast ra lisan parodial, (b) sast ra lisan paradoksal, (c) sast ra lisan anekdot sal, dan (d) sast ra lisan

t ransendent al.

Keempat ragam sast ra lisan t ersebut berhasil membungkus life of st age, hingga

meluapkan nuansa t he aneh. Life of st age m enjadi subst ansi gaya hidup manusia, dit ut urkan secara dramat ik, berapi-api, dan t he aneh sebagai est et ika penjinak sastra. Dari ket ajaman t he aneh sast ra lisan it u, t ampaknya sast raw an semakin puas melampiaskan krit ik pedas, bahw a hidup ini t elah bergeser dari porosnya. Ada kalanya keempat ragam sast ra lisan it u ramah lingkungan, sedangkan di w akt u lain amat galak t erhadap ekosist em yan g memban gunnya.

Begitulah w ajah sast ra yang acapkali dilupakan. M ari kit a bicarakan, apakah memang begitu?Suw ardi Endrasw ara 10

DAFTAR PUSTAKA

Eaglet on, T. 2006. Teori Sastra Sebuah Pengant ar Komprehensif, t erjemahan Harfiah Widyaw at i dan Evi Set yarini. Jalasut ra, Yogyakart a.

Escarpit , R. 2005. Sosiologi Sast ra. Yayasan Obor Indonesia: Jakart a.

Finnegan, R. 1986. Oral Poet ry: It s Nat ure, Significance and Social Context . Cambridge Universit y Press. London dan New York.

________

. 1992. Oral Tradit ions and t he verbal Art s: A Guide t o Resear ch Pract ices. Rout ledge, London and New York.

Foley, J. M . 1986. Oral Tradition in Literat ure: Int erpret at ion in Context . Universit y of Lissourl Press, Columbia.

Hut omo, S. S. 1991. M ut iara Yang Terlupakan: Pengant ar St udi Sast ra Lisan. HISKI, Surabaya.

Lombard, D. 2005. Nusa Jaw a: Silang Budaya Jilid 1 & 2. Gramedia Pust aka Ut ama, Jakart a. Siegel, J. T. 1986. Solo in t he New Order, Language and Hierarchy in An Indonesian Cit y.New Jersey: Princet on Universit y Press.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Dilain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan

 Analisis Penentuan Kawasan Hutan Berdasarkan seluruh rangkaian analisis penentuan kawasan hutan yang dilakukan, maka didapatkan kawasan hutan secara keseluruhan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Banik dan Ghosh (2008) menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri Bacillus sp dan Streptomyces sp lebih tinggi sehingga

Kerja utama kebanyakan nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID) adalah sebagai penghambat sintesis prostaglandin, sedangkan kerja utama obat antiradang glukokortikoid menghambat

Absensi karyawan ini dilakukan jam 05.00-08.00 WIB kegiatan selanjutnya pada jam 08.00-14.00 dilakukan pemetikan langsung dikebun untuk mengetahui cara pemetikan yang

Dalam hal Pembelian Unit Penyertaan SAM SHARIA EQUITY FUND dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan secara berkala sesuai dengan ketentuan butir 13.3 di atas, maka

Populasi Petani/Calon Lahan Penerima Guliran Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok Tebu Rakyat Tahun 2013/2014 di Kabupaten Langkat dan Sampel Penelitian.. No Kelompok Tani

Pendekatan yang penulis tawarkan dalam menyampaikan pendidikan karakter ini adalah secara integrasi dalam setiap mata kuliah, sehingga pendidikan karakter ini