• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Melalui Konseling Kelompok T1 132007083 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Melalui Konseling Kelompok T1 132007083 BAB IV"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Penelitian

(2)

mendapatkan ijin dari kepala sekolah SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang.

4.2 Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang. SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang terletak di desa Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang berdiri pada tahun 1983. Pada Tahun Ajaran 2011/2012 data siswa kelas VII berjumlah 274 siswa terdiri dari 145 laki-laki dan 129 perempuan, siswa kelas VIII berjumlah 266 siswa terdiri dari 142 laki-laki dan 124 perempuan, siswa kelas IX berjumlah 230 siswa terdiri dari 122 laki-laki dan 108 perempuan, jadi jumlah keseluruhan 770 siswa. Kelas VII terdapat 8 kelas yaitu (VII A, VII B, VII C, VII D, VII E,VII F, VII G dan VII H), kelas VIII juga terdapat 8 kelas yaitu (VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E,VIII F, VIII G dan VIII H), sedangkan kelas IX terdapat 7 kelas yaitu (IX A, IX B, IX C, IX D, IX F dan IX G). Kelas A merupakan kelas unggul, sedangkan kelas yang lain merupakan kelas yang sama tingkatnya. Dalam penelitian ini subjek yang diambil adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang.

(3)

dan 6 siswa perempuan. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang termasuk ke dalam 3 kategori yaitu sangat rendah, rendah, dan sedang.

4.3 Pengumpulan Data Dan Pelaksanaan Eksperimen

Proses pengumpulan data dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Maret 2012 dengan menyebarkan skala kemandirian belajar yang terdiri dari 58 item pertanyaan kepada siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang yang berjumlah 27 siswa. Skala kemandirian belajar diisi langsung oleh siswa pada jam itu juga dan penulis menunggu sampai selesai diisi. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam pengisian skala kemandirian belajar, kesalahan persepsi siswa terhadap butir-butir pertanyaan, dan kelengkapan skala kemandirian belajar pada waktu dikembalikan. Hasil dari pengisian skala kemandirian belajar tersebut digunakan sebagai datapre test.

Setelah datapre testterkumpul maka dilakukan analisis untuk mengetahui berapa siswa yang perlu mendapatkan layanan konseling kelompok behavioral. Selanjutnya dilakukan post test setelah seluruh pemberian layanan konseling kelompok behavioral selesai, untuk mengetahui apakah layanan koseling kelompok behavioral yang diberikan penulis dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

(4)

Uraian Kegiatan

1) Pertemuan pertama tanggal 28 Maret 2012

Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan sebagai pemimpin kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penulis sebagai pemimpin kelompok menjelaskan pengertian, tujuan, cara-cara dan asas-asas kegiatan konseling kelompok. Dilanjutkan dengan saling memperkenalkan diri yang dimulai dari pemimpim kelompok (penulis) dan kemudian anggota kelompok pertama sebelah kiri pemimpin kelompok dengan menyebutkan nama, dilakukan berurutan sampai anggota terakhir (ke 8). Dan untuk mengakrabkan suasana, pemimpin kelompok (penulis) membuat permainan kecil yaitu menyanyikan lagu lingkaran kecil, lingkaran besar dan diperagakan terbalik. Jadi kalau lingkaran kecil diperagakan lingkaran besar dan kalau lingkaran besar diperagakan lingkaran kecil, kalau ada yang salah memperagakan nanti ada hukuman dari yang memperagakan benar. Setelah permainan selesai kegiatan akan diakhiri dengan bersalaman dan akan dilanjutkan pada tanggal 30 Maret 2012. 2) Pertemuan ke dua pada tanggal 30 Maret 2012

(5)
(6)

3 April 2012.

3) Pertemuan ke tiga pada tanggal 3 April 2012

(7)

Dengan demikian proses konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik asertif berhasil dalam menyelesaikan permasalahan konseli. Pemimpin kelompok menjelaskan bahwa kegiatan ini akan berakhir dan akan dilanjutkan pada tanggal 5 April 2012. Kegiatan diakhiri dengan kesan-kesan dan doa.

4) Pertemuan ke empat pada tanggal 5 April 2012

(8)

Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang tidak bisa mandiri dalam belajar dan harus didampingi orangtua untuk belajar. Sedangkan kedua konseli lain sebagai orangtua yang mendampingi belajar. Kedua siswa yang sebagai orangtua awalnya mendampingi dengan memberikan tebakkan tapi setelah itu hanya diam saja. Tetapi di dalam bermain peran, konseli yang awalnya tidak mandiri mulai membuat tebakkan dari kertas sesuai dengan materi yang dipelajarinya dan dapat melakukannya dengan baik tanpa harus dibantu oleh kedua orangtuanya.

Kesan-kesan konseli setelah bermain peran yaitu konseli merasa senang dan mampu mengetahui kekurangan yang ada pada diri saya yaitu saya tidak mampu mandiri dalam belajar. Setelah selesai, pemimpin segera mengakhiri pertemuan ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 9 april 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa.

5) Pertemuan ke lima pada tanggal 9 April 2012

(9)
(10)

yang sesuia untuk belajar. Karena kegiatan ini akan berakhir, maka sesi berikutnya akan dilanjutkan pada tangal 10 April 2012. Setelah itu kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa.

6) Pertemuan ke enam pada tanggal 10 April 2012

(11)

Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang tidak paham akan materi pelajaran yang telah diajarkan. sedangkan konseli lain sebagai guru yang mengajar pelajaran. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan pertanyaan dengan berani tentang suatu materi yang konseli belum jelas. Pernyataan dari konseli setelah bermain peran , konseli dapat melatih untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani mengajukan pertanyaan yang konseli tidak mengerti dan mengetahui kekurangan yang ada pada diri konseli yaitu tidak berani mengungkapkan pertanyan kepada guru ketika ada materi pelajarn yang konseli tidak mengerti dan konseli menjadi lebih tenang dalam mengajukan pertanyaan. Setelah konseli tidak ada keluhan lagi, maka pemimpin kelompok akan segera mengakhiri kegiatan konseling kelompok pada sesi ini , dan akan dilanjutkan pada tanggal 11 April 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa.

7) Pertemuan ke tuju pada tanggal 11 April 2012

(12)
(13)

maka pemimpin akan mengakhiri pertemuan pada sesi ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 12 April 2012. Setelah itu kegiatan kelompok doakhiri dengan kesan-kesan dan doa.

8) Pertemuan ke delapan pada tanggal 12 April 2012.

(14)

teman-teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih kedisiplinan. Konseli setuju dengan pendapat pemimpin dan bersedia melakukan proses konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik asertif.

Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang diajak mengobrol waktu pelajaran sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang mengajak mengobrol. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk mengobrol waktu pelajaran lagi kepada teman-temannya. Perasaan konseli sesudah proses konseling selesai, konseli merasa senang karena dapat melatih konseli untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani menolak ajakan teman untuk mengobrol pada waktu jam pelajaran. Konseli memutuskan untuk terus berlatih agar bisa merubah perilakunya yang membawa dampak negatif pada dirinya dan merubah kedalam hal yang positif. Karena konseli sudah merasa puas, maka pemimpin akan segera mengakhiri proses konseling ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 14 April 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa.

9) Pertemuan ke sembilan pada tanggal 14 April 2012

(15)
(16)

mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk tidak mau lagi mengumpulkan tugas terlambat kepada teman-temannya.

Perasaan konseli sesudah proses konseling selesai, konseli merasa senang karena konseli menjadi mampu mengutarakan niat konseli untuk tidak mau mengumpulkan tugas terlambat lagidan konseli mampu memahami kesalahan pada diri konseli kalau konseli benar-benar tidak berani menolak ajakan teman untuk mengumpulkan tugas terlambat. Karena konseli sudah merasa puas dengan proses konseling kelompok, maka kegiatan kelompok akan segera diakhiri dan akan bertemu lagi pada tanggal 16 April, kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa.

10) Pertemuan ke sepuluh pada tanggal 16 April 2012

(17)

kelompok ini. Kegiatan diakhiri dengan bersalam-salaman.

Setelah penulis mengelompokkan siswa dalam kelompok eksperimen atau kelompok kontrol maka penulis segera melakukan analisis data (pre test). Pre test ini menggunakan format skala kemandirian belajar dan hasil pre test ini akan menjadi data perbandingan pada datapre test dan data post test. Tujuan dari pre test adalah untuk mengetahui berapa jumlah dan kategori siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Teknik pengujian yang digunakan dalam menganalisis data menggunakan teknik uji Mann-Whitney dengan program SPSS release 16.0. Pengujian pertama dilakukan pada data pre test untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara dua sampel dalam hal ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang sebelum diberikan kegiatan layanan konseling kelompok (behavioral).

Tabel 4.1

Kategori kemandirian belajar Siswa Kelas VIII H

No. Kategori Frekuensi Persen

1. Sangat rendah 5 18,52%

2. Rendah 6 22,22%

3. Sedang 5 18,52%

4. Tinggi 6 22,22%

5. Sangat tinggi 5 18,22%

(18)

Pada Tabel 4.1 di atas bisa dilihat bahwa siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar sangat rendah sebanyak 5 siswa (18,52%), kategori kemandirian belajar rendah sebanyak 6 siswa (22,22%), untuk kategori kemandirian belajar sedang sebanyak 5 siswa (18,52%), kategori kemandirian belajar tinggi sebanyak 6 siswa (22,22%), dan kategori kemandirian belajar tinggi sebanyak 5 siswa (18,52%).

4.4 Temuan Penelitian

Pengujian antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakanpre test danpost testpada masing-masing kelompok untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kemandirian belajar untuk kelompok yang diberikan treatment dengan kelompok yang tidak diberikan treatment. Hasil daripre testkelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.2

DataPre TestKelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen No. Nomor Absen Jenis Kelamin Skor Pre Test No. Nomor Absen Jenis Kelamin Skor Pre Test

1 4 L 202 1 3 P 194

2 10 P 201 2 6 P 195

3 16 P 172 3 7 P 182

(19)

5 20 P 183 5 14 P 190

6 24 P 184 6 18 P 202

7 26 P 199 7 19 P 204

8 27 L 198 8 22 L 172

Mean 8,88 Sum of Ranks 71,00

Mean 8,12 Sum of Ranks 65,00

Untuk mengetahui homogenitas pretest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.3

Mean Rankdan ujiMann-Whitney Pretest

Kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Ranks

KELAS N Mean Rank Sum of Ranks SKOR EKSPERIMEN 8 8.12 65.00

KONTROL 8 8.88 71.00

(20)

Test Statisticsb

SKOR Mann-Whitney U 29.000 Wilcoxon W 65.000

Z -.316

Asymp. Sig. (2-tailed) .752 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .798

a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: KELAS

Pada Tabel 4.3, jumlah subjek untuk kelompok eksperimen sebanyak 8 orang siswa dan jumlah subjek untuk kelompok kontrol sebanyak 8 siswa. Skor ranking rata-rata untuk kelompok eksperimen=8,12 dan skor ranking rata-rata untuk kelompok kontrol=8,88. Sedangkan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,752>0,050 tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, sehingga eksperimen dapat dilanjutkan dengan memberikantreatmen/perlakuan.

(21)

Hasil dari pretest dan postest masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.4

DataPre TestdanPost TestKelompok Eksperimen No. Nomor

Absen

Jenis Kelamin

Skor Pre Test

Skor Pos Test

1 3 P 194 205

2 6 P 195 212

3 7 P 182 208

4 8 L 179 213

5 14 P 190 190

6 18 P 202 211

7 19 P 204 204

8 22 L 172 208

(22)

Hasil perhitungan dari Tabel 4.4 data pre test dan pos test kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.5

Mean Rankdan ujiMann-Whitney Datapre testdanpos testkelompok eksperimen

Ranks Eksperi

men N Mean Rank Sum of Ranks

Kmbelajar pre test 8 5.12 41.00

pos test 8 11.88 95.00

Total 16

Test Statisticsb

kmbelajar

(23)

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 41.000

Z -2.842

Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .003

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: eksperimen

Pada Tabel 4.5 jumlah subjek untuk kelompok pre test eksperimen sebanyak 8 orang siswa dan jumlah subjek untuk kelompok pos test eksperimen sebanyak 8 siswa. Skor ranking rata-rata untuk kelompok pre test eksperimen=5,12 dan skor ranking rata-rata untuk kelompok pos test eksperimen=11,88. Sedangkan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,004>0,050 disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar pada kelompok pre test eksperimen dengan kelompok pos test eksperimen. Data pre test dan post test kelompok eksperimen di atas dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan pada semua siswa, hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya layanan konseling kelompok behavioral, siswa dapat meningkatkan kemandirian belajar mereka.

Tabel 4.6

(24)

Hasil perhitungan Mann-Whitney tes dari tabel 4.6 data pre test dan pos testkelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.7

Mean Rankdan ujiMann-Whitney Datapre testdanpos testkelompok kontrol

Ranks

Kontrol N Mean Rank Sum of Ranks kmbelajar pre test 8 9.00 72.00

pos test 8 8.00 64.00

Total 16

Test Statisticsb No. Nomor Absen Jenis Kelamin Skor Pre Test Skor Pos Test

1 4 L 202 186

2 10 P 201 179

3 16 P 172 163

4 17 P 192 183

5 20 P 183 199

6 24 P 184 190

7 26 P 199 202

8 27 L 198 201

Mean

Sum of Ranks

9.00 72.00

(25)

kmbelajar Mann-Whitney U 28.000

Wilcoxon W 64.000

Z -.421

Asymp. Sig. (2-tailed) .674 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .721a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kontrol

Pada Tabel 4.7 jumlah subjek untuk kelompokpre testkontrol sebanyak 8 orang siswa dan jumlah subjek untuk kelompokpos testkontrol sebanyak 8 siswa. Skor ranking rata-rata untuk kelompok pre test kontrol=9,00 dan skor ranking rata-rata untuk kelompok pos testkontrol=8,00. Sedangkankoefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,674>0,050 sehingga dapat di katakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar pada kelompok pre test kontrol dengan kelompok pos test kontrol. Pada data pretest dan post test kelompok kontrol di atas dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan ataupun penurunan skor, dan sebagian besar siswa mengalami penurunan dalam skor pos test mereka. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya layanan konseling kelompok (behavioral), siswa masih belum dapat meningkatkan kemandirian belajar mereka.

(26)

menggunakan Mann-Whitney Test. Hasil dari pos test masing-masing kelompok dan perhitungan ujiMann-Whitney Testdapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.8

DataPos TestKelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen No. Nomor

Absen

Jenis Kelamin

Skor Pos Test

No. Nomor Absen

Jenis Kelamin

Skor Pos Test

1 4 L 186 1 3 P 205

2 10 P 179 2 6 P 212

3 16 P 163 3 7 P 208

4 17 P 183 4 8 L 213

5 20 P 199 5 14 P 190

6 24 P 190 6 18 P 211

7 26 P 202 7 19 P 204

8 27 L 201 8 22 L 208

Mean 4.94 Sum of Ranks 39.50

Mean 12.06 Sum of Ranks 96.50

Tabel 4.9

(27)

Post TestKemandirian Belajar Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang

Ranks

K Belajar N Mean Rank Sum of Ranks

SKOR eksperimen 8 12.06 96.50

kontrol 8 4.94 39.50

Total 16

Test Statisticsb

SKOR

Mann-Whitney U 3.500

Wilcoxon W 39.500

Z -2.998

Asymp. Sig. (2-tailed) .003 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: control

(28)

kontrol=4,94. Selisih Mean Rank post test antara kelompok kontrol dan eksperimen sebesar 7,12. Selain itu dapat diketahui koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003 < 0,050 maka ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

4.5 Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini “ Layanan konseling kelompok (behavioral) dapat meningkatkan secara signifikan kemandirian belajar siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupeten Semarang ”. Hal ini di tunjukkan dengan nilai signifikansi 0,003 < 0,050. Sehingga dapat di simpulkan ada perbedaan kemandirian belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis yang dapat dilihat pada tabel 4.9, menunjukkan bahwa hasil mean rank skor ranking rata-rata untuk kelompok eksperimen=12,06 dan skor ranking rata-rata kelompok kontrol=4,94. Dengan kata lain dapat dinyatakan pemberian layanan konseling kelompok (behavioral) secara efektif dan signifikan dalam meningkatkan kemandirian belajar pada kelompok eksperimen. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian iniditerima.

4.6 Pembahasan

(29)

Hal ini terbukti adanya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan layanan konseling kelompok behavioral sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan layanan konseling kelompok behavioral. Hal ini ditunjukkan dengan nilaiAsymp. Sig. (2-tailed)0,003< 0,050.

Hansen (dalam Rasjidan, 1994) merumuskan pengertian konseling behavioral cenderung lebih dekat dengan teori belajar. Konseling adalah situasi belajar yang khusus. Semua perubahan perilaku konseli sebagai hasil proses konseling merupakan hasil langsung penerapan prinsip belajar yang sama dengan prinsip belajar di luar suasana konseling. Proses konseling berurusan langsung dengan bagaiaman menerapkan prinsip-prinsip belajar.

Loekmono (2003) menyatakan tentang tujuan utama konseling behavioral adalah menyediakan keadaan-keadaan lingkungan-lingkungan agar perilaku yang tidak sesuai dapat dihapuskan dan sesudah itu konseli akan diajarkan untuk menguasai perilaku baru yang sesuai untuk menggantikan perilaku yang tidak sesuai. Latipun (2006) juga mengemukakan tujuan umum konseling behavioral adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang dan atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial.

(30)

perilaku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.

Dalam penelitian ini pada saat pre test skor siswa kelompok eksperimen memiliki tingkat kemandirian belajar yang rendah hal yang sama dialami oleh kelompok kontrol. Setelah diberikan konseling kelompok behavioral, dilakukan post test untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemandirian belajar pada kelompok eksperimen. Dan dalam penelitian ini didapat bahwa kelompok eksperimen menunjukkan kenaikan kemandirian belajar sedangkan kelompok kontrol tidak menunjukkan kenaikan kemandirian belajar.

Gambar

Tabel 4.1Kategori kemandirian belajar Siswa Kelas VIII H
DataTabel 4.2 Pre Test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Mean RankTabel 4.3 dan uji Mann-Whitney Pretest
DataTabel 4.4 Pre Test dan Post Test Kelompok Eksperimen
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran, Kami Panitia Pelelangan mengundang Saudara untuk dapat menghadiri Verifikasi dan Klarifikasi terhadap Perusahaan pada Kegiatan :.

Tulisan ini bertujuan untuk membahas pentingnya pendidikan bagi perempuan Indonesia sebagai bekal hidup yang lebih bahagia sejahtera, berkualitas tinggi, dan

[r]

Saudara dianjurkan untuk menghadiri pemberian penjelasan pada tempat dan waktu yang ditentukan dalam Lembar Data Pemilihan (LDP), agar Saudara lebih memahami

Penerapan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan tipe penelitian, yaitu deskriptif kualitatif,maka setelah data yang terkumpul, proses selanjutnya adalah menyederhanakan data

Undang-undang Dasar 1945 adalah produk dari manusia yaitu masyarakat Indonesia yang dijadikan oleh Negara Indonesia sebagai Dasar Negara Oleh karena itu

Pada makalah ini akan dikonstruksi titik Kosnita dengan menggunakan ketiga excenter (titik pusat lingkaran singgung luar) segitiga, berdasarkan circumcenter atau

Cat at an : Membawa Dokumen Asli/ Legalisir dan Copy I sian Kualif ikasi.. Demikian undangan ini disampaikan, at as per hat ian diucapkan t er