• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KURIKULUM KEPEMIMPINAN : TELAAH TERHADAP PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM MEMBENTUK KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH HUSNUL KHATIMAH SUMENEP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KURIKULUM KEPEMIMPINAN : TELAAH TERHADAP PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM MEMBENTUK KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH HUSNUL KHATIMAH SUMENEP."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KURIKULUM KEPEMIMPINAN

(Telaah Terhadap Pengembangan Kurikulum dalam Membentuk Karakter Kepemimpinan Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Husnul Khatimah Sumenep)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Islam

Disusun Oleh:

Amiruddin

F03213048

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Kurikulum merupakan keseluruhan kegiatan yang dirancang sekolah untuk memberikan berbagai pengalaman kepada siswa, baik di dalam ataupun di luar kelas. Kurikulum tidak hanya identik dengan materi pelajaran, akan tetapi semua kegiatan yang dirancang sekolah untuk mengembangkan kapasitas diri siswa juga termasuk pada kurikulum. Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia yang harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia selalu berkembang setiap saat seiring pesatnya perubahan zaman.

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Husnul Khatimah merupkan lembaga pendidikan Islam yang peka terhadap kebutuhan zaman khusus masyarakat sekitarnya. Lembaga ini merespon kebutuhan masyarakat dengan mengembangkan kurikulum kepemimpinan. Kurikulum itu merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat yang prihatin melihat kondisi pemuda yang tidak memiliki karakter kepemimpinan seperti tanggung jawab, kedisiplinan, keberanian, kejujuran dan kerjasama. Penelitian ini berusaha untuk mengungkap model kurikulum kepemmpinan yang dikembangkan oleh MI Husnul Khatimah. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data; wawancara, dokumentasi dan observasi.

Penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa model pengembangan kurikulum kepemimpinan MI Husnul Khatimah adalah grass root model. Adapun komponen kurikulum yang dikembangkan adalah komponen tujuan, isi, metode dan evaluasi. Pengembangan tujuan dengan merumuskan visi, misi dan tujuan yang memuat aspek kepemimpinan. Pengembangan isi, MI Husnul Khatimah merumukan lima aspek kepemimpinan yaitu Tangggung Jawab, Keberanian, Kedisiplinan, Kejujuran dan Kerjasama. Metode untuk menerapkan kurikulum kepemimpinan itu adalah dengan integrasi lima aspek kepemimpinan kedalam mata pelajaran, ektrakurikuler, LDKS dan proyek kegiatan siswa. Untuk evaluasinya, MI Husnul Khatimah melakukan penilaian kepemimpinan terintegrasi dengan evaluasi mata pelajaran dan ektrakurikuler pramuka. Sedangkan kegiatan siswa lainnya tidak diadakan evaluasi.

Hambatan yang dialami MI Husnul Khatimah lebih kepada hambatan guru yang tidak profesional dan fasilitas kelas yang kurang memadai. Untuk mengatasi hambatan itu, MI Husnul Khatimah melakukan pelatihan-pelatiahan pengembangan SDM dan rolling kelas dan waktu untuk mengatasi fasilitas kelas yang kurang memadai.

(5)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Cover... i

Halaman Persetujuan ... ii

Pernyataan Keaslian ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Kara Pengantar ... vi

Daftar Isi... viii

Abstrak ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 14

F. Kajian Terdahulu ... 15

G. Metode Penelitian ... 18

(6)

ix

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KURIKULUM DAN KEPEMIMPINAN

A. Tinjauan Umum Tentang Pengembangan Kurikulum

1. Pengertian dan Kedudukan Kurikulum ... 26

2. Struktur Kurikulum ... 31

3. Pengembangan Kurikulum ... 37

4. Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 51

5. Komponen Pengembangan Kurikulum ... 53

6. Model Pengembangan Kurikulum ... 59

B. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan ... 63

2. Karakteristik Kepemimpinan ... 66

BAB III PENGEMBANGAN KURIKULUM KEPEMIMPINAN DI MI HUSNUL KHATIMAH A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah MI Husnul Khatimah Sumenep ... 68

2. Identitas MI Husnul Khatimah Sumenep ... 69

3. Visi, Misi dan Tujuan MI Husnul Khatimah Sumenep ... 70

(7)

x

Khatimah Sumenep ... 74

6. Keadaan Siswa MI Husnul Khatimah Sumenep ... 75

7. Sarana dan Prasarana MI Husnul Khatimah Sumenep ... 76

B. Proses Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan di MI Husnul Khatimah Sumenep 1. Sejarah Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan ... 77

2. Landasan Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan ... 80

3. Model Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan ... 87

4. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan ... 89

C. Hambatan dalam Proses Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan di MI Husnul Khatimah Sumenep 1. Lemahnya Sumber Daya Manusia ... 106

2. Fasilitas Kurang lengkap ... 107

3. Lemahnya kesadaran administratif guru ... 108

4. Kesibukan guru ... 108

D. Usaha MI Husnul Khatimah Sumenep dalam Mengatasi Hambatan dalam Proses Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan 1. Mengadakan pelatihan pengembangan SDM ... 109

2. Rolling kelas dan Jam Pelajaran ... 109

3. Mengadakan pelatihan administrasi guru ... 110

(8)

xi

BAB IV

ANALISIS MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM KEPEMIMPINAN DI MI HUSNUL KHATIMAH

A. Analisis Sejarah Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan ... 112

B. Analisis Landasan Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan ... 113

C. Analisis Model Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan ... 116

D. Analisis Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan ... 117

1. Analisis Pembentukan Visi, Misi dan Tujuan ... 118

2. Analisis Perumusan Aspek Kepemimpinan ... 119

3. Analisis Integrasi Aspek Kepemimpinan pada Mata Pelajaran ... 121

4. Analisis Evaluasi Karakter Kepemimpinan Siswa ... 122

5. Analisis Kegiatan Kepemimpinan Siswa ... 123

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi dan informasi telah membawa pada sebuah kondisi di mana jarak tidak lagi menjadi hambatan dalam menjalin komunikasi antar manusia. Keadaan ini telah membawa pada sebuah kondisi di mana bangsa-bangsa tidak lagi mengenal sekat dan batas satu dengan lainnya. Teknologi dan informasi telah membuat semua bangsa di dunia menjadi satu kesatuan yang pada akhirnya kita kenal dengan nama globalisasi.

Globalisasi merupakan keniscayaan yang harus diikuti oleh semua bangsa. Globalisasi tidak bisa ditolak tetapi harus diterima meski dengan berat. Kehadiran era ini selain memberikan harapan bagi kemajuan suatu bangsa, akan tetapi juga menyuguhkan kecamasan bagi bangsa yang masih belum siap menerimanya. Globalisasi menjadi harapan karena segala bentuk keinginan terhadap informasi dan pengetahuan dari berbagai belahan dunia, seketika bisa didapatkan dan dinikmati. Akan tetapi dibalik kemudahan akses informasi itu, juga menimbulkan kecemasan karena suguhan informasi dalam teknologi modern juga menyuguhkan hal-hal negatif yang bisa merusak jiwa manusia.

(10)

2

mengikuti keinginan penggunanya. Kalau pengguna teknologi mengarahkan kepada hal kebaikan maka kebaikan pula yang ia dapat, begitu juga sebaliknya.

Hadirnya teknologi canggih diharapkan bisa mengakselerasi potensi manusia agar segera tercipta tatanan sosial yang mapan dan sejehtera. Akan tetapi, kehadirannya telah banyak disalahgunakan oleh banyak manusia terutama oleh pemuda yang diharapkan menjadi pahlawan kesejahteraan masyarakat. Pembunuhan, penipuan, pemerkosaan dan sederet kejahatan lainnya seakan tidak henti-hentinya menghias headline surat kabar.

Manusia yang diharapkan akan mampu menjaga keseimbangan kehidupan di muka bumi ini serta mampu melestarikan keindahan bumi, semakin hari semakin mengkhawatirkan dan mereka seakan tidak bisa lagi menjadi harapan untuk kemakmuran dunia. Banyak manusia yang telah keluar dari watak kemanusiaannya. Mereka lupa terhadap hakikat dilahirkannya ke muka bumi. Mereka tidak menjadi pelestari dan penebar kebaikan akan tetapi menjadi penyebar virus kejelekan yang terus mewabah layaknya jamur di musim hujan.

(11)

3

















Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?...1

Allah juga berfirman yang termaktub dalam al-Qur’an Surat S}a>d ayat

26, bahwa Ia mengutus Dawud ke muka bumi dalam rangka menjadikannya sebagai pemimpin yang adil bagi umat manusia. Allah menegaskan kepada Dawud bahwa ia dilarang membuat keputusan yang didasarkan kepada nafsu.

Selain dua ayat al-Qur’an di atas, terdapat banyak hadits yang menyatakan bahwa penciptaan manusia di muka bumi adalah untuk menjadi pemimpin dan harus bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Salah satu hadits tentang kepemimpinan yang banyak dikenal dan berstatus shahih adalah hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar yang termaktub dalam kitab al-Lu’lu’ wa al-Marjan, hadits ke-1199 sebagai berikut:

ْْمُكلُك

ْ

ْ عاَر

ْ

ْْمُكلُكَو

ْ

ْ لوُئْسَم

ْ

ْْنَع

ْ

ِِْتيِعَر

ْ

ُْيِمَْْاَف

ْ

يِذلا

ْ

ىَلَع

ْ

ِْسا لا

ْ

ْ عاَر

ْ

ْْمِهْيَلَع

ْ

َْوَُو

ْ

ْ لوُئْسَم

ْ

ْْمُهْ َع

ْ

ُْلُجرلاَو

ْ

ْ عاَر

ْ

ىَلَع

ْ

ِْلَْأ

ْ

ِِْتْيَ ب

ْ

َْوَُو

ْ

ْ لوُئْسَم

ْ

ْْمُهْ َع

ْ

ُْةَأْرَمْلاَو

ْ

ةَيِعا َر

ْ

ىَلَع

ْ

ِْتْيَ ب

ْ

اَهِلْعَ ب

ْ

ِِْدَلَوَو

ْ

َْيَِو

ْ

ْ ةَلوُئْسَم

ْ

ْْمُهْ َع

ْ

ُْدْبَعْلاَو

ْ

ْ عاَر

ْ

ىَلَع

ْ

ِْلاَم

ْ

ِِْدِّيَس

ْ

َْوَُو

ْ

ْ لوُئْسَم

ْ

َُْْع

ْ

ْْمُكلُكَف

ْ

ْ عاَر

ْ

ْْمُكلُكَو

َْْم

ْ لوُئْس

ْ

ْْنَع

ْ

ِِْتيِعَر

1
(12)

4

Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu atau pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggung jawaban) darihal hal yang dipimpinnya. (Bukhar dan Muslim)2.

Dari dalil di atas, dapat disimpulkan bahwa proyeksi penciptaan manusia di muka bumi adalah sebagai pemimpin baik bagi umat manusia ataupun bagi makhluk lainnya. Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna karena dilengkapi dengan akal dan pikiran. Oleh karena itulah manusia diaharapkan bisa memimpin dalam menciptakan kesejahteraan dunia.

Manusia dikaruniai Allah suatu kualitas keutamaan yang membedakan dirinya dengan makhluk lain. Dengan keutamaan itulah, manusia berhak mendapat penghormatan dari pada makhluk lain. Sebagai makhluk utama dan ciptaan terbaik Tuhan, serta dengan bekal kemampuan yang dimiliki, manusia diberi tugas sebagai khali>fat Allah{ fi> al-ard{ yakni menjadi wakil Allah di muka bumi3.

Kata khalifah menurut Quraish Shihab berasal dari akar kata khulafa’ yang berarti di belakang atau meninggalkan sesuatu di belakang, kata khalifah sering kali diartikan sebagai “pengganti” atau sesuatu yang menempati tempat

sesuatu yang lain. Lebih jauh diuraikannya dengan mengutip pendapat Al-Raghib Al-Isfahani bahwa kata “menggantikan” berarti melaksanakan sesuatu

2

http://drsmusthofiqma.blogspot.com/2012/12/hadis-tentang-kepemimpinan.html diakses 20/12/2014

3

(13)

5

atas nama yang digantikan yang dikarenakan ketiadaan ditempat tersebut, kematian, ketidakmampuan orang yang digantikannya, atau karena sikap hormat kepada yang menggantinya4.

HAMKA dalam menafsirkan al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30 di atas, menjelaskan bahwa agar tidak menimbulkan pengertian yang keliru sebaiknya kata khalifah tidak dialihbahasakan karena tidak ada padanannya. Istilah khalifah bukan berarti manusia memiliki kedudukan yang sama dengan Allah, tetapi manusia sebagai pengemban amanah sebagai makhluk yang diberi potensi akal dan dengan perintah-perintah tertentu diharapkan mampu untuk mengkaji dan menyingkap rahasia alam dan memanfaatkannya bagi kemaslahatan umat manusia5.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa khalifah merupakan jabatan yang diamanatkan oleh Allah, Tuhan alam semesta kepada manusia untuk mengelola (manage) dan memimpin (lead) alam semesta yang telah diciptakan Allah untuk memakmurkan kehidupan manusia. Dengan potensi yang telah dianugrahkan Allah, diharapkan manusia dapat menjadikan alam ini tetap dalam keseimbangannya agar dapat diwarisi dengan baik oleh generasi berikutnya.

Untuk bisa mengelola dan memimpin dunia, maka sebagai pemimpin harus memiliki beberapa kemampuan seperti kecerdasan intelektual dan emosional yang cukup. Tanpa kecerdasan itulah seorang pemimpin akan mudah diperdaya orang lain. Selain itu, pemimpin juga harus produktif,

4

Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1999), hal. 157 5

(14)

6

seorang pemimpin harus mempunyai produktifitas yang tinggi. Kebijakan dan keputusan yang akan membawa dampak pada kesejahteraan umat bisa tercipta dari seorang pemimpin yang produktif dalam membuat terobosan.

Selain itu, pemimpin harus mempunyai jiwa yang kompetitif. Seorang pemimpin handal selalu tertantang untuk berbuat kebajikan kepada rakyatnya. Pemimpin yang cakap adalah pemimpin yang dalam hal kebaikan tidak mau kalah dengan pemimpin lain. Sedangkan karakter Islami, merupakan karakter asasi yang wajib dimiliki seorang pemimpin muslim. Karakter inilah yang akan menjawab kegersangan asa ditengah banyaknya pemimpin yang terperangkap pada perilaku setan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.

Namun seiring perkembangan budaya dunia, peran manusia semakin sempit, nilai-nilai luhur semakin luntur dan terkekang oleh kepentingan-kepentingan sesaat yang menjauhkan dari nilai fitrah sebagai manusia sejati. Pada kenyataannya yang dihadapi adalah manusia masih belum memiliki kesadaran sepenuhnya akan potensi yang dimilikinya dan juga lupa terhadap tujuan hidupnya yang memegang amanah sebagai khalifah di muka bumi ini.

(15)

7

Untuk meluruskan orientasi hidup manusia, maka diperlukan usaha yang serius, konsisten dan terukur. Salah satu usaha yang bisa dilakukan agar manusia bisa menyadari akan potensi dirinya sebagai makhluk tuhan yang diorientasikan sebagai wakil Tuhan di muka bumi adalah melalui proses pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi perkembangan manusia6.

Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan umat manusia. Pendidikanlah yang bisa membuat manusia keluar dari masalah yang melilitnya serta mampu membuat terobosan untuk melerai permasalahan dunia. Dengan pendididikan, manusia akan mencapai titik kesempurnaan sebagai makhluk yang diorientasikan sebagai pemimpin di dunia. Oleh karena itulah, pendidikan mutlak harus dilaksanakan dan diberikan kepada semua umat manusia.

Pemimpin sejati yang selalu menebar kebaikan bukan lahir karena keturunan akan tetapi harus diciptakan. Para pemimpin ulung dunia tercipta dari berbagai tempaan pendidikan berkualitas. Dengan demikian, dalam rangka mempersiapkan manusia sebagai pemimpin di muka bumi yang sejati, maka pendidikan harus menjadi garda paling depan untuk memberikan pembelajaran yang memang dikembangkan untuk mencetak generasi yang mempunyai karakter kepemimpinan.

6

(16)

8

Pendidikan ibarat pabrik yang siap memproduksi berbagai produk. Pabrik mempunyai mekanisme tertentu dalam menciptakan suatu produk yang berkualitas, begitu juga dengan pendidikan. Pendidikan mempunyai mekanisme tersendiri untuk menciptakan manusia unggul. Mekanisme itu melingkupi keseluruhan proses pendidikan dari awal hingga akhir. Mulai dari perumusan tujuan, pelaksanaan kerja untuk mencapai tujuan hingga evaluasi output dan outcome menjadi rentetan alur yang harus dilalui dalam pendidikan. Proses itu dalam dunia pendidikan biasa disebut dengan pengembangan kurikulum.

Kurikulum tidak hanya identik dengan sederet pelajaran akan tetapi mencakup keseluruhan proses yang mempengaruhi belajar siswa baik di dalam atau luar kelas. Lebih lanjut J Galen Taylor dan William M. Alexander memberikan penjelasan bahwa kurikulum adalah segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, baik dalam ruang kelas, atau di halaman atau luar sekolah7. Sedangkan E. Mulyasa memamndang, kurikulum itu sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standart, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan8. Dari pandangan pakar tersebut sudah jelas bahwa kurikulum bukan hanya kumpulan mata pelajaran. Kurikulum meliputi segala

7

Loeloek Endah Poerwati dan Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), 2.

8

(17)

9

pengalaman atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga pendidikan9.

Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan10. Kurikulum lahir dari berbagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

Bangsa Indonesia yang mempunyai keinginan untuk mencapai sesuatu dari pendidikan telah merumuskan kurikulum nasional yang harus menjadi acuan dari semua institusi pendidikan. Selain itu, para pengembang pendidikan juga terkadang mempunyai tujuan lain yang ingin dicapai dari pendidikan, sehingga para pengembang pendidikan juga sering membuat kurikulum tambahan yang diterapkan di institusi yang dikembangkan.

Salah satu lembaga pendidikan yang mengembangkan dan menerapkan kurikulum selain kurikulum nasional adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Husnul Khatimah. Madrasah itu menerapkan kurikulum nasional dan juga menerapkan kurikulum lokal yaitu kurikulum yang didesain untuk mengembangkan karakter kepemimpinan siswa.

Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas realitas sosial masyarakat yang ada disekitar MI Husnul Khatimah. Keadaan sosial terutama anak usia sekolah dasar dan menengah sudah banyak yang tidak mampu mengendalikan dirinya sehingga harus terjerumus pada pergaulan bebas. Selain itu, motivasi

9

Toto Ruhimat, et al, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Rajawali Press, 2011), 87. 10

(18)

10

belajar anak-anak disana sungguh memprihatinkan, bahkan banyak sekali dari mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.

Sikap pemuda yang demikian ditengarai karena mereka tidak mempunyai keahlian memanajemen diri. Dalam arti yang sederhananya, mereka tidak bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Kondisi itulah yang membuat dewan guru MI Husnul Khatimah membuat terobosan dengan mengembangkan kurikulum yang dirancang untuk mengembangkan sikap kepemimpinan siswa. Kurikulum kepemimpinan merupakan keseluruhan aktivitas pembelajaran siswa baik di dalam ataupun di luar kelas yang rancang untung mengembangkan sikap atau karakter kepemimpinan siswa. Harapan yang ingin dicapai adalah agar siswa memiliki sikap kepemimpinan sehingga mampu memimpin diri, keluarga dan masyarakat.

Situasi sosial seperti di atas yang dijadikan landasan MI Husnul Khatimah dalam mengembangkan kurikulum dalam mencetak karakter kepemimpinan siswa. Kemudian MI Husnul Khatimah membuat visi yang diturunkan kepada misi, pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan rutin lainnya. Proses pembentukan kurikulum kepemimpinan selain terintegrasi dengan mata pelajaran dalam kurikulum nasional ada juga yang yang terintegrasi dengan ekstrakurikuler seperti Pramuka dan latihan dasar kepemimpinan.

(19)

11

mengintegrasikan kepemimpinan dalam mata pelajaran yang diampu. Pengintegrasian itu tidak hanya berhenti pada pemberian materi kepemimpinan yang dikolaborasikan dengan masing-masing mata pelajaran. Akan tetapi masih berlanjut kepada evaluasi kepemimpinan oleh setiap guru mata pelajaran. Setiap guru diwajibkan melakukan penilaian atau evaluasi pada aspek kepemimpinan disamping penilaian mata pelajaran.

Struktur kurikulum yang digunakan MI Husnul Khatimah di atas mengingatkan pada susunan kurikulum separated curriculum dan integrated curriculum. Separated curriculum (mata pelajaran yang terpisah-pisah) merupakan organisasi kurikulum dalam bentuk mata pelajaran yang disajikan secara terpisah antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain11.

Makna sederhanya dari Integrated curriculum adalah integrasi kurikulum atau kurikulum terpadu. Menurut S. Nasution, kata integrasi berasal dari kata integer yang mempunyai arti unit. Sehingga integrasi yang dimaksud adalah perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan12.

Jenis organisasi kurikulum ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Semua mata pelajaran harus menyajikan mata pelajaran yang padu. Integrasi kurikulum ini bisa dilakukan melalui pengajaran unit atau pelajaran yang terpadu. Menurut Caswell yang dikutip S. Nasution, yang dimaksud pengajaran unit disini adalah a series of related activities engaged in by children in the process of realizing a dominating purpose which is

11

A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, (Surabaya: Bina Ilmu, 1998), 57. 12

(20)

12

compatible with the aims of education13. Untuk memadukan semua mata pelajaran ini bisa dilakukan dengan cara pemusatan mata pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan sehingga batas-batas antara mata pelajaran dapat ditiadakan14.

Oleh karena itulah, penulis merasa tertarik untuk lebih mendalami tentang pengembangan kurikulum yang dirancang untuk mengembangkan karakter kepemimpinan siswa di MI Husnul Khatimah Sumenep yang selanjutnya peneliti sebut sebagai kurikulum kepemimpinan.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Penelitian ini ditekankan pada proses pengembangan kurikulum dalam membentuk karakter kepemimpinan siswa yang dilakukan oleh MI Husnul Khatimah Sumenep. Oleh karena itu untuk memperoleh kemantapan dalam pembahasan dan untuk menghindari adanya kesalahan dalam memahami judul tesis ini, maka penulis akan memberikan batasan permasalahan yang akan menjadi kajian dalam tesis ini.

1. Model adalah pola atau bentuk pengembangan kurikulum khususnya kurikulum kepemimpinan.

2. Kurikulum kepemimpinan adalah rencana atau rancangan kegiatan yang diberikan kepada siswa untuk mengembangkan karakter kepemimpinan siswa baik di dalam ataupun di luar kelas.

13

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, 196. 14

(21)

13

3. Pengembangan kurikulum adalah upaya untuk mengembangkan kurikulum dengan cara menambah atau memperluas kurikulum sesuai kubutuhan yang berorientasi pada situasi dan kondisi lembaga pendidikan. Dalam tesis ini, pengembangan yang dimaksud adalah penambahan muatan pendidikan (pembentukan karakter kepemimpinan) baik di dalam ataupun di luar kelas.

4. Karakter kepemimpinan adalah sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin. Dalam tesis ini yang dimaksud dengan karakter kepemimpinan lebih ditekankan pada pengembangan karakter kepemimpinan pribadi (self-leadership) siswa yang mecakup sikap kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, keberanian dan kerjasama.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, penulis menarik rumusan permasalahan yang ingin dipecahkan dalam peneliti ini, yaitu;

1. Apa yang menjadi landasan MI Husnul Khatimah dalam mengembangkan kurikulum kepemimpinan?

2. Bagaimana model pengembangan kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah?

3. Bagaimana langkah-langkah pengembangan kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah?

(22)

14

5. Usaha apa yang dilakukan MI Husnul Khatimah dalam mengatasi hambatan dalam pengembangan Kurikulum kepemimpinan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengembangan kurikulum dalam membentuk karakter kepemimpinan di MI Husnul Khatimah. Namun secara spesifik, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui landasan pengembangan kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah.

2. Untuk mengetahui model Pengembangan Kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah.

3. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah.

4. Untuk mengetahui hambatan dalam pengembangan Kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah.

5. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan MI Husnul Khatimah dalam mengatasi hambatan dalam proses pengembangan Kurikulum kepemimpinan.

E. Manfaat Penelitian

(23)

15

sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyah baik secara teoritis maupun secara praktis.

Secara teoritis atau keilmuan, diharapkan dapat menjadi tambahan referensi terhadap pengembangan kurikulum secara umum terutama dalam bidang kepemimpinan. Sedangkan secara praktis diharapkan akan memberi manfaat; bagi sekolah secara umum, penelitian ini diharapkan menjadi acuan

dalam pengembangan kurikulum terutama kurikulum kepemimpinan.

F. Kajian Terdahulu

Dari berbagai penelitian tentang pengembangan kurikulum, penulis tidak menemukan penelitian yang membahas secara spesifik tentang pengembangan kurikulum kepemimpinan. Penulis hanya menemukan penelitian seputur pengembangan kurikulum yang dikaitkan subjek lain selain kepemimpinan, seperti pengembangan kurikulum PAI dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan dari hasil penelitian tentang pengembangan kurikulum yang berhasil ditemukan.

(24)

16

lembaga itu membuat kurikulum sendiri yang disesuaikan dengan kondisi. Adapun pelajaran unggulannya adalah nahwu, fiqh dan falak15.

Dalam penelitian itu tidak hanya menyajikan keberhasilan Pondok Pesantren Al-Fatich dalam mengembangkan kurikulum di Madrasah Diniah, akan tetapi juga memaparkan hambatan-hambatan sekaligus pemecahan masalah yang dialami selama proses pengembangan kurikulum. Masalah kepemimpinan yang konservatif, dengan cara membangun komunikasi yang baik dan memberikan penjelasan dengan sebaik-baiknya terhadap berbagai persoalan. Masalah rendahnya sumber daya manusia (SDM) ustadh, dengan cara mengikutkan pelatihan-pelatihan atau workshop dan menganjurkan untuk kuliah sesuai dengan jurusannyabaik biaya sendiri atau deangan beasiswa. Masalah kurangnya kemampuan santri, dengan mengadakan kelas persiapan dan bimbigan belajar. d.masalah terbatasnya sarana dan prasarana, dengan cara menjalin kerja sama dengan donatur dan meminta bantuan melalui instansi terakait atau lembaga serta perusahaan yang peduli terhadap pendidikan16.

Kedua, penelitian tesis yang dilakukan oleh Muhammad Rohmat pada tahun 2011. Penelitian berjudul “Pembaharuan Kurikulum Pesantren: Studi Komparatif Pemikiran Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid”. Tesis

ini menyimpulkan bahwa pembaruan kurikulum adalah penataan ulang kompenen-komponen yang berkakitan dengan pembelajaran pondok pesantren

15

Ahmad Fauzi, Model Kurikulum Madrasah Diniyah, Telaah terhadap Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al-Fatich Surabaya, Tesis-UIN Sunan Ampel, (Surabaya: Pascasarjana, 2011), 111.

16

(25)

17

yang meliputi; mata pelajaran, pengklasifikasian tempat atau penjenjangan kelas dan metode pembelajaran.

Menurut pandangan Abdurrahman Wahid, pembaharuan kurikulum hendaknya memiliki visi dan misi yang integral, adanya pencampuran kurikulum, tidak melakukan penyempitan pembahasan mata pelajaran dan adanya pemimpin yang kharisma tidak sekedar kontinuitas keturunan yang tidak dipersiapkan. Sedangkan menurut Nurcholish Madjid tentang pembaharuan kurikulum pesantren degan sudut pandangan relativisme, realisme, dan historitas (konteks kesejarahan) sehingga memunculkan terobosan baru dalam berfikir: sekularisasi, kebebasan intelektual dan sikap terbuka terhadap ide17.

Ketiga, tesis yang ditulis oleh M. Amin Yunus pada tahun 2011 tentang “Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Darussalam Pakong Modung Bangkalan”. Tesis itu menemukan bahwa

dalam mengembangkan kurikulum PAI harus melalui tahapan-tahapan, yaitu; menentukan komponen pengembangan kurikulum PAI, membentuk tim perumus, kemudian menyusun dan merumuskannya, selanjutnya merevisi, menetapkan, dan melegalisasi hasil rumusan tim, serta diakhiri drngan mengajukan rekomendasi hasil rumusan tim tersebut pada atasan yang berwenang18.

17 Muhammad Rohmat, “

Pembaharuan Kurikulum Pesantren: Studi Komparatif Pemikiran

Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid”, Tesis-UIN Sunan Ampel, (Surabaya, Pascasarjana, 2011), 1-2.

18

(26)

18

Keempat, penelitian Anna Allaili Alala pada tahun 2009 tentang “Analisis Konsep Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Prof. Dr. H. Muhaimin, MA. Menuju Masyarakat Madani”. Dari

penelitian mempunyai kesimpulan bahwa pengembangan kurikulum PAI adalah kegiatan menghasilkan kurikulum. Sedangkan proses pengembangannya dilakukan dengan cara mengaitkan satu komponen dengan komponen lainnya agar menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Pengembangan Kurikulum PAI berorientasi pada upaya penyiapan para peserta didik yang siap pakai atau menjadi khalifah sekaligus hamba di muka bumi.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang diteliti dan dilakukan pengumpulan data yang ditemukan di lapangan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode Alamiah19.

19

(27)

19

Dari beberapa jenis penelitian deskriptif ini, peneliti mengambil berbentuk penelitian studi kasus. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum20. Penelitian ini dilakukan di MI Husnul Khatimah Sumenep.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data itu dapat diperoleh21. Adapun sumber data yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film22. 3. Teknik Pengumpulan Data

Demi melancarkan proses penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Interview

Pada teknik ini peneliti datang berhadapan muka secara langsung dengan responden atau subyek yang diteliti. Peneliti

20

Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 57. 21

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 107.

22

(28)

20

menanyakan yang telah direncanakan kepada responden. Hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian23. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit24.

Teknik wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian adalah wawancara semi terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara semi struktur adalah wawancara yang dilakukan dengan mengembangkan instrument penelitian.Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori wawancara mendalam yang pelaksanaannya bebas dan terbuka dibandingkan dengan wawancara terstruktur.Wawancara mendalam biasanya disebut dengan wawancara tidak terstruktur karena menerapkan metode intreview secara lebih mendalam, luas dan terbuka dibandingkan wawancara terstruktur, hal ini dilakukan untuk mengetahui pendapat, persepsi dan pengalaman seseorang25.

Metode wawancara ini, penulis jadikan sebagai alat untuk mengungkap tema penelitian yaitu tentang pengembangan kurikulum dalam membentuk karakter kepemimpinan siswa MI Husnul Khatimah. Adapun narasumber yang penulis bidik adalah para stakeholder MI Husnul Khatimah Sumenep, mulai dari pengurus

23

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 79. 24

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), 194. 25

(29)

21

yayasan sampai pada pemegang kebijakan di lembaga seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah hingga guru mata pelajaran. Hal itu dilakukan agar penulis mencapai penelitian yang mampu menggambarkan objek penelitian secara detail dan mendalam.

b. Metode Observasi

Observasi yaitu pengamatan melalui pemusatan terhadap suatu obyek yang menggunakan seluruh alat indera yaitu penglihatan, perabaan, penciuman, pendengaran, dan pengucapan26. Observasi yang penulis lakukan adalah observasi keseluruhan objek penelitian yaitu MI Husnul Khatimah terutama yang berkaitan dengan tema penelitian. c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya27. Metode dokumentasi yang peneliti lakukan adalah dengan cara meneliti terhadap buku-buku, catatan atau arsip yang berhubungan dengan proses pengembangan kurikulm dalam membentuk karakter kepemimpinan siswa di MI Husnul Khatimah. Metode ini juga berguna untuk mengetahui tentang keberadaan sekolah misalnya tentang sejarah berdirinya, visi, misi, dan tujuan, kondisi obyektif madrasah, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa dan keadaan sarana prasarana MI Husnul Khatimah.

26

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 204.

27

(30)

22

d. Unit Analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi objek penelitian. Dalam penelitian yang menjadi objek penelitian adalah MI Husnul Khatimah. Dari sekolah ini peneliti akan menganalisis tentang proses pengembangan kurikulum dalam membentuk karakter kepemimpinan siswa yang diterapkan MI Husnul Khatimah dalam rangka mencapai karakter kepemimpinan sebagaimana tertera pada visi Sekolah.

Unit analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen menurut Spradly dalam Sugiyono yaitu28; 1). Place, tempat di mana interaksi dalam penelitian ini berlangsung, 2). Actor, pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian, 3). Activity, kegiatan yang dilakukan aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung. Dengan demikian tempat penelitian ini adalah MI Husnul Khatimah. Adapun aktor adalah stakeholder MI Husnul Khatimah. Aktifitas yang menjadi objek penelitian tesis ini adalah semua aktifitas aktor yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum kepemimpinan.

e. Analisis Data

Tesis ini merupakan penelitian kualitatif, maka data yang digali dan dihimpun dari lapangan adalah data yang disajikan dalam bentuk

28

(31)

23

kata, bukan bentuk angka. Dengan demikian analisis data yang digunakan oleh peneliti mengacu pada tiga langkah, sebagaimana diketengahkan model penyajian dan analisis data dari Miles dan Huberman yaitu29:

a. Reduksi Data

Reduksi data yaitu berkenaan dengan proses penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan perubahan data kasar yang terdapat dalam bentuk tulisan hasil dari catatan lapangan. Reduksi data terjadi dan dilakukan secara terus menerus dalam pelaksanaan penelitian yang mengarah pada rancangan penelitian. Reduksi data dilakukan ketika awal penelitian, terutama ketika mengadakan dialog dan wawancara dengan kepala MI Husnul Khatimah.

b. Display Data

Langkah kedua kegiatan analisis data adalah display data. Display data adalah pengumpulan data yang terorganisir dari informasi yang patut ditarik kesimpulan, dan penentuan langkah berikutnya. Pencarian display data membantu kita dalam memahami apa yang terjadi dan untuk mengerjakannya serta berikutnya menganalisis.

Display data banyak tipenya seperti matrik, grafik, jaringan, peta, semuanya itu dibentuk untuk mengumpulkan dan

29

(32)

24

mengorganisir informasi dengan segera dapat diperoleh, tersusun rapi, sehingga menganalisis dapat melihat apa yang terjadi, lalu menarik kesimpulan.

Display data dalam penelitian ini adalah usaha dalam pengumpulan data yang berupa dokumentasi, silabus, RPP, buku bidang kepemimpinan, leger yang diperoleh dari obyek. Begitu pula hasil wawancara yang dilakukan kepada narasumber di MI Husnul Khatimah akan dihimpun lalu disusun secara sistematika. c. Verifikasi

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan, atau ringkasan sementara, atau verifikasi (pembuktian data)30.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika dalam pembahasan ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang masing-masing bab menguraikan masalah-masalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini merupakan uraian tentang pokok-pokok masalah yang akan dipecahkan serta yang dapat diambil gambaran tentang jalan pikir penulis, seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu, metodologi penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Umum tentang Kurikulum dan Kepemimpinan. Dalam bab ini akan membahas tentang pembahasan yang lebih luas mengenai

30

(33)

25

aspek yang ada hubungannya dengan judul tesis ini: Pengertian pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, mikanisme pengembangan kurikulum, landasan pengembangan kurikulum, langkah-langkah pengembangan kurikulum, model-model pengembangan kurikulum, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, serta faktor-faktor yang menjadi penghambat pengembangan kurikulum.

Bab III Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan di MI Husnul Khatimah. Bab ini akan menyajikan profil obyek yang diteliti seperti sejarah berdirinya madrasah, identitas madrasah, visi dan misi madrasah, struktur kepegawaian, data guru, data siswa, serta sarana dan prasarana. Selain itu juga akan menyajikan data tentang proses pengembangan kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah.

Bab IV Analisis Pengembangan Kurikulum Kepemimpinan di MI Husnul

Khatimah. Bab ini akan menganalisis data hasil penelitian terutama tentang

pengembangan kurikulum pendidikan.

Bab V Penutup. Pada bab ini penulis mengakhiri penelitian dengan

mengemukakan kesimpulan dari seluruh pembahasan, serta beberapa saran-saran

yang dianggap perlu dan mungkin dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka

(34)

125

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan dan analisis tentang model kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Landasan pengembangan kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah adalah landasan yuridis, filosofis, sosiologis dan psikologis. Landasan hokum yanag digunakan adalah undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 36 ayat 1 dan 2. Landasan filosofis, kurikulum ini dilahirkan dari kajian mendalam tentang permasalahan remaja sehingga menemui akar masalah remaja itu adalah ketidakdisipinan, kurang tanggung jawab, kurang berani dan jujur serta tidak bisa bekerjasama dengan baik. Landasan sosiologis, kurikulum ini lahir atas dasar kondisi remaja dan keinginan masyarakat. Sedangkan psikologis, pembiasaan karakter termasuk karakter kepemimpinan sangat tepat dikembangkan sejak dini.

(35)

126

nasional. Sehingga pengembangan kurikulum kepemimpinan masih sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Langkah-langkah pengembangan kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah mengacu pada komponen pengembangan kurikulum yang terdiri dari pengembangan tujuan, isi/materi, strategi dan evaluasi. MI Husnul Khatimah mengembangkan kurikulum kepemimpinan dengan merumuskan kembali visi dan misi yang memuat istilah kepemimpinan. Materi dalam kurikulum kepemimpinan itu adalah tanggung jawab, kedisiplinan, kejujuran, keberanian dan kerjasama. Sedangkan strategi penyempaian materi itu dengan pembiasaan melalui beberapa kegiatan diantaranya adalah kegiatan pembelajaran, ektrakurikuler, pentas seni, kantin kejujuran, dan proyek kegiatan siswa. Dan untuk evaluasinya, MI Husnul Khatimah menggunakan evaluasi integrasi dengan evaluasi mata pelajaran. Setiap guru mata pelajaran wajib mengevaluasi lima aspek kepemimpinan pada siswa.

4. Hambatan yang dialami MI Husnul Khatimah dalam melakukan proses pengembangan kurikulum kepemimpinan nyaris tidak ada hambatan yang berarti. Hambatan yang terjadi justru pada tahap implementasi, yaitu; lemahnya sumber daya manusia atau guru, fasilitas kurang lengkap, lemahnya kesadaran administrasi guru dan kesibukan guru.

(36)

127

kelas, mengadakan pelatihan administrasi guru dan maksimalisasi peran dan fungsi guru yang sudah tersertifikasi.

B. Saran

1. Konsep dan penerapan kurikulum kepemimpinan di MI Husnul Khatimah sangat menarik dan bagus. Hanya saja dokumen pendukung kurikulum itu masih belum sempurna. Semua guru tidak memasukkan aspek kepemimpinan dalam perangkat pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, alangkah sempurnanya kalau pembiasaan aspek kepemimpinan dicantumkan ke dalam RPP.

(37)

128

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, HM. Et.al. Pengembangan Kurikulum di Perguruan Tinggi. Bandung: Pustaka Seti, 1998.

Alcom, Marvin D. and James M.Linely. Issue in Curriculum Development. New York: Wold Book, 1959.

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosdakarya, 2012.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Baharuddin dan Makin, Moh. Pendidikan Humanistik; Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam Dunia Pendidikaan. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2007.

Danim, Sudarwan. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Jakarta: YDSF, 2007.

Dirawat dkk. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Effendy, Onong Uchjana. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: Penerbit Alumni, 1981.

Fauzi, Ahmad. “Model Kurikulum Madrasah Diniyah, Telaah terhadap Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al-Fatich Surabaya”. Tesis-UIN Sunan Ampel. Surabaya: Pascasarjana, 2011.

(38)

129

Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosdakarya, 2013.

HAMKA. Tafsir Al-Azhar Jilid I. Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas, 2001. Karjadi, M. Kepemimpinan (leadership). Bogor: Politeia, 1983.

Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004. Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004.

Mudlofir, Ali dan Ahmad, Masyhudi. Pengembangan Kurikulum dan Bahan Ajar. Surabaya: PT. Revka Petra Media, 2009.

Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Reka Sanisin, 1996.

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, 2007. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Nasution, Buchori. Pengantar Seri Leadership. Bandung: Tp, 2006. Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Nasution, S. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Ng, John. Dim Sum Leadership. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer, 2008.

Nurgiantoro, Burhan. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta: BPFE IKIP, 1988.

Poerwati, Loeloek Endah dan Sofan Amri. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.

(39)

130

Ruhimat, Toto et al. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajawali Press, 2011.

Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Press, 2012.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media Group, 2009.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana,2010.

Shihab, Quraish. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan, 1999.

Siagian, Sondang P. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Renika Cipta, 1999.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya, 2013.

Sunaryo, Hery. diakses dari http://educloud.fkip.unila.ac.id/ pada tanggal 25/09/2013

Syarief, A. Hamid. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu, 1998.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

Tim Pengembang MKDP. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Veithzal, Rivai dan Sylviana, Murni. Education Management. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.

(40)

131

Wahjosumidjo. Kiat Kepemimpinan Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Harapan Masa PGRI, 1994.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun koefisien harga karet Amerika Serikat mempunyai tanda negatif, sesuai dengan yang diharapkan dan secara statistik t hitung berpengaruh nyata pada taraf α = 1 persen,

Bangunan di kawasan Ba- luwarti, bangunan utama Keraton Kasunanan, bangunan tempat para pejabat keraton serta para pung- gawa dan abdi dalem masih terjaga keasliannya

Model alokasi tunggal dan model alokasi ganda yang kami diusulkan dalam makalah ini adalah masalah lokasi fasilitas berkapasitas (Capacitated) untuk

Lebih lanjut, FQ (tajwid) mendefinisikan fenomena Ikhfa ini sebagai bunyi yang berada pada posisi antara pengucapan idzhar dan idgham (Al-Hamad, 2002:107) atau

(dalam Vries, Pieter de.dkk.. Di Indonesia, hingga saat ini sumber energi di sektor kelistrikan masih didominasi oleh batubara, gas dan minyak bumi. Peranan energi

Berdasarkan integrasi struktur geologi terhadap situs-situs di Kawasan Huu tersebut, maka dihasilkan data mengenai pemilihan lokasi situs yang terletak pada bagian yang

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan formula es krim nabati terbaik berdasarkan uji sensoris (warna, flavor, tekstur, dan overall), mengetahui karakteristik

Prosedur tambahan dalam pembelajaran menulis dengan using graphic organizers and signal words strategy menurut Bouchard (2005:81), antara lain. 1) Siswa secara mandiri