• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Value Chain Komoditas Kopra dari Sulawesi Utara T1 212009021 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Value Chain Komoditas Kopra dari Sulawesi Utara T1 212009021 BAB I"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Daya saing bisnis di pasar global tidak hanya ditentukan oleh kemampuan

pelaku dalam memanajemeni usahanya tetapi juga oleh kinerja dari berbagai aktor

yang terlibat dalam rantai nilai yang terkait dengan bisnis tersebut. Dalam hal ekspor

kopra, daya saing usaha ekspor ditentukan oleh banyak pihak salah satunya adalah

petani penghasil kopra sebagai pemasok.

Kelapa (Cocos nucifera.L) merupakan tanaman jenis palma yang mempunyai

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa

merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

pendapatan masyarakat, sumber bahan baku industri, sumber devisa, dan sebagai

penyedia lapangan kerja (Turukay, 2010).

Pohon kelapa merupakan tanaman yang banyak ditemukan di wilayah

provinsi Sulawesi Utara. Masyarakat di provinsi tersebut sudah sejak lama terbiasa

dalam membudidayakan kelapa sebagai salah satu sumber pendapatan utama.

Tanaman kelapa sendiri termasuk tanaman yang cukup istimewa. Karena, hampir

seluruh bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat untuk membuat

(2)
[image:2.612.102.533.122.533.2]

Gambar 1.1 Pohon Industri Kelapa (Sumber: deptan.go.id)

Kopra adalah salah satu produk turunan kelapa yang sangat potensial untuk

diperdagangkan di pasar internasional. Kopra tidak dapat dikonsumsi langsung oleh

konsumen akhir, namun perlu diproses sehingga dapat menghasilkan produk yang

baru seperti minyak goreng. Hal ini yang menjadikan nilai ekonomi kopra tinggi.

Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah yang dikenal sebagai penghasil

(3)

sebagai komoditas unggulan yang mendukung perekonomian. Masyarakat Sulawesi

Utara sudah sejak dulu membudidayakan produk kelapa untuk diolah menjadi kopra

sebagai salah satu sumber pendapatan mereka.

Pada umumnya penduduk Sulawesi Utara memperoleh penghasilan dari

sektor pertanian (Anonimous, 2011). Sektor pertanian masih mendominasi lapangan

pekerjaan utama yaitu sekitar 32,6 persen dari seluruh jumlah penduduk yang bekerja

(BPS Sulut,2012). Jumlah petani kopra Sulawesi Utara sebanyak 190.851 rumah

tangga petani, dimana terbesar terdapat di kabupaten Minahasa Selatan yaitu 27.795

rumah tangga petani (Dinas Perkebunan Sulut,2010).

Kopra dan turunannya menjadi produk andalan Sulawesi Utara dalam

perdagangan internasional (Kuntel, 2012). Hal tersebut merupakan peluang bagi

petani kopra di Sulawesi Utara untuk terus memproduksi kopra, karena petani

mengambil peran yang sangat besar dalam penyediaan kopra. Keberhasilan dari

komoditas kopra itu sendiri tergantung dari kemampuan petani dalam mengelola

komoditas tersebut. Alasan bahwa kopra banyak diincar pembeli luar negeri karena

kopra bisa diolah mejadi berbagai produk (Anonimous, 2012).

Permintaan terhadap produk kelapa khususnya kopra yang berkualitas

merupakan salah satu ancaman terhadap komoditas kopra hasil dari petani dari

Sulawesi Utara. Untuk itu petani harus mampu melakukan peningkatan kualitas

produk dan melakukan pengembangan produk sesuai dengan pasar yang akan dituju,

(4)

Permasalahan yang dihadapi oleh petani kopra adalah rendahnya produktivitas

yang disebabkan antara lain oleh penanganan usaha tani kurang mendapat perhatian,

petani menanam bibit kelapa tanpa melalui seleksi, sebagian besar perkebunan

merupakan perkebunan rakyat yang masih dikelola secara tradisional, dan umur

tanaman kelapa sebagai sumber bahan baku kopra sudah tua.

Selain masalah produktivitas, petani juga sangat terbatas dalam memperoleh

informasi tentang kondisi pasar kopra yang sebenarnya sehingga menjadikan produk

yang mereka hasilkan hanya sebatas memenuhi persyaratan pasar. Keadaan harga

kopra yang berfluktuatif menyebabkan krisis bagi petani kopra, dimana dari segi

pendapatan mereka akan dirugikan akibat harga yang terus mengalami fluktuatif.

Sehingga meskipun harga kopra jatuh pada titik terendah, petani tetap melakukan

produksi.

Rantai nilai pada dasarnya terbentuk untuk memberikan nilai tambah pada

suatu produk atau komoditas agar mempunyai nilai yang lebih tinggi ketika sampai

kepada konsumen (Prakoso, 2008). Sehingga untuk mengoptimalkan rantai nilai ini

perlu adanya kerjasama antara pelaku usaha.

Rantai nilai komoditas kopra tidak terlalu panjang, pelakunya dari petani

kopra – pedagang pengepul – perusahaan pengolahan. Distribusi nilai tambah dan

daya tawar masing-masing pelaku rantai nilai tidak berimbang. Petani kopra

merupakan pihak yang memiliki nilai tambah dan daya tawar yang rendah. Untuk

mengetahui distribusi nilai tambah dan daya tawar petani kopra, maka fokus

(5)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat di rumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana peta rantai nilai bisnis ekspor kopra dari Sulawesi Utara?

2. Bagaimana nilai tambah dan daya tawar petani kopra?

3. Bagaimana potensi upgrading dari petani kopra?

1.3. Gambaran Objek Penelitian

Penelitian dimulai dari penyedia masukan ke pedagang pengepul/ pedagang

pengumpul, pedagang pengepul ke perusahaan pengolahan, perusahaan pengolahan

ke konsumen. Aktivitas-aktivitas pada rantai nilai komoditas kopra secara berurutan

dimulai dari petani kopra saat memperoleh input yang digunakan dalam proses

produksi untuk menjadi output. Hasil yang diperoleh petani kopra akan dibawa ke

pedagang pengumpul. Aktivitas pada pengepul/pengumpul adalah penyortiran untuk

penyetaraan kualitas kopra. Perusahaan pengolahan mengolah kopra dan

Gambar

Gambar 1.1 Pohon Industri Kelapa

Referensi

Dokumen terkait

not based on reality. Phobia is a disorder characterized by persistent fear and irrational to a 

Tentang biaya studi yang dinilai tidak terlalu mahal oleh penanya, Joko meyakinkan bahwa hasil dari profit bisnis UMM turut menyumbangkan kontribusi untuk biaya operasional

Akan tetapi hal yang harus diperhatikan adalah titik awal pembuatan rectang megambil dari sudut pintu dengan jarak tertentu yang dilakukan dengan mengetik perintah FROM ketika

Berdasarkan hasil akhir evaluasi penawaran dan kualifikasi, maka dengan ini diumumkan sebagai Pemenang Lelang Pekerjaan tersebut di atas adalah :. PEMENANG

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah

KATA PENGANTAR Puji syukur penuJis panjatkan kehadirat A1lah SWT yang telah melimpahkan Rahrnat dan Karunia-Nya sehingga penuJis dapat menyelesaikan TAPM inj yang merupakan salah

Wijaya (2012: 28) mengulas hubungan pendekatan RME dengan tiga macam proses sebagai berikut. 1) Kegiatan eksplorasi merupakan fokus karakteristik RME yang pertama yaitu

Berdasarkan hasil koreksi aritmatik dan evaluasi penawaran terhadap 4 (empat) peserta yang memasukkan penawaran, Pokja Pengadaan Barang/Jasa ULP Kabupaten Aceh Barat Daya, sesuai