• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul - USD Repository"

Copied!
326
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV

SD PANGUDI LUHUR SEDAYU BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Yohanes Eko Lisanto Wibowo NIM: 091134078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV

SD PANGUDI LUHUR SEDAYU BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Yohanes Eko Lisanto Wibowo NIM: 091134078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 November 2013 Penulis

(6)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yohanes Eko Lisanto Wibowo

NIM : 091134078

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

Implementasi Perangkat Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Menggunakan Pendekatan PMRI di Kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 24 November 2013 Penulis

(7)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto:

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa.”

–Roma (12:12)–

“Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya.”

–NN–

Persembahan:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu senantiasa

memberikan berkat, rahmat, serta perlindungan kepadaku setiap saat.

 Kedua orang tuaku, bapak Ignatius Sukamto, A.KS., M.Si. dan ibu Monica Wartiyem, S.Pd. yang selalu mendoakan,

memberikan semangat dan selalu sabar serta percaya bahwa aku mampu menyelesaikan sekolahku.

 Adikku Maria Dwi Hani Utari yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

(8)

vii

ABSTRAK

Wibowo, Yohanes Eko Lisanto. 2013. Implementasi Perangkat Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Menggunakan Pendekatan PMRI di Kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bagaimana implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu, (2) mendeskripsikan bagaimana kemunculan indikator-indikator setiap karakteristik pada implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu yang berjumlah 25 siswa. Implementasi dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahun lalu. Langkah-langkah penelitian terdiri dari lima tahapan yaitu mempelajari penelitian tahun lalu, revisi perangkat pembelajaran, validasi, uji keterbacaan dan implementasi. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif. data kuantitatif diperoleh dari hasil validasi perangkat pembelajaran, hasil angket uji keterbacaan, hasil angket respon siswa dan hasil evaluasi belajar siswa. Data kualitatif diperoleh dari transkripsi video proses pembelajaran, observasi kelas dan wawancara. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskripsi.

Hasil penelitian ini adalah proses implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI di SD Pangudi Luhur Sedayu dapat berjalan sesuai dengan rancangan dalam perangkat pembelajaran. Indikator-indikator pada setiap karakteristik PMRI sudah muncul dalam proses pembelajaran. Indikator dari karakteristik penggunaan konteks dan karakteristik keterkaitan muncul sangat maksimal dalam proses pembelajaran. Indikator dari karakteristik penggunaan model dan penggunaan interaktivitas siswa muncul maksimal dalam proses pembelajaran. Sedangkan indikator dari karakteristik penggunaan kontribusi siswa muncul cukup maksimal dalam proses pembelajaran.

(9)

viii

ABSTRACT

Wibowo, Yohanes Eko Lisanto. 2013. Implementation of The Learning Instruments of Fractions Addition using PMRI Approach in the Fourth Grade of Pangudi Luhur Sedayu Bantul Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research aimed (1) to describe how was the process of the implementation learning instruments of fractions addition using PMRI approach in the fourth grade of Pangudi Luhur Sedayu Bantul Elementary School, (2) to describe how the five indicators of PMRI characteristics appeared during the learning process in the fourth grade of Pangudi Luhur Sedayu Bantul Elementary School.

This research was descriptive research. The Subjects of the research were 25 students of the fourth grade in Pangudi Luhur Sedayu Elementary School. The Implementation was held in four meetings. This research was the continuation of last year's research. The steps of this research consisted of five stages: learning the last year’s research, revising the learning instrument, validation, the readability test and the implementation. The data were collected in the form of quantitative and qualitative data. The quantitative data were obtained from the results of the validation study, the results of the questionnaire reliability test, the results of students’ questionnaire responses and the evaluation of students learning outcomes. The qualitative data were obtained from the video transcript of learning process, class observation and interview. The obtained data were presented in the form of descriptions.

The result of the research was the implementation process of learning instrument fractions addition using PMRI approach in the fourth grade of Pangudi Luhur Sedayu Bantul Elementary School went well in accordance with the design of the learning instrument. The indicators of PMRI characteristic had already appeared during the learning process. The indicators of characteristics from the use of context and linkages appeared in a very maximum amount during the learning process. The indicators of the characteristics from the use of model and use of students’ interactivity appeared in a maximum amount during the learning process. Meanwhile, the indicators of the characteristics from the use of students’ contribution appeared well enough in the learning process.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan pihak lain, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan saran, masukkan, dorongan semangat, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah

memberi saran, dukungan dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

6. Ibu Theresis Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. yang telah berkenan menjadi dosen penguji dan memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. 7. Seluruh dosen dan staf PGSD yang telah membimbing dan melayani kami. 8. Bapak Drs. Petrus Silam selaku Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Sedayu

Bantul yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Sri Lestari, S.Pd. selaku guru kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

10. Seluruh guru dan staf SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul yang telah membimbing dan melayani kami.

(11)

x

12. Bapak, Ibu dan Adikku yang telah memberikan doa, semangat dan kasih sayang kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

13. Teman-teman kelas 8C angkatan 2009 atas semangat, dukungan dan kebersamaannya selama berproses dalam kegiatan perkuliahan.

14. Teman-teman seperjuangan payung PMRI (Winda, Tika, Stevani, Dini, Tyas, Lina, Kristian, Novi, Erni) yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama melaksanakan bimbingan.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang juga telah memberikan bantuan dan dukungan selama penelitian maupun penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengaharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun demi menyempurnakan penelitian ini. Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta, 24 November 2013 Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERNYATAAN PUBLIKASI ... v

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Implementasi ... 8

2. Pembelajaran ... 9

3. Perangkat Pembelajaran ... 9

4. Pendekatan Pembelajaran ... 11

5. Pendekatan PMRI ... 12

6. Pembelajaran Matematika ... 20

7. Pecahan ... 21

(13)

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Setting Penelitian ... 27

C. Rancangan Penelitian ... 28

D. Instrumen Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Penelitian Tahun Lalu ... 36

B. Paparan Revisi Perangkat Pembelajaran ... 39

C. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 64

D. Uji Keterbacaan ... 65

E. Paparan Hasil Analisis dan Pembahasan Implementasi Perangkat Pembelajaran ... 66

1. Deskripsi Pelaksanaan ... 67

2. Hasil Analisis Kemunculan Indikator setiap Karakteristik PMRI ... 74

3. Rangkuman Kemunculan Indikator ... 134

4. Respon Guru dan Siswa ... 143

F. Refleksi Implementasi ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 152

(14)

xiii

Gambar 4.2 Siswa terlihat bersemangat ketika melakukan permaianan “Papan Harga” ... 82

Gambar 4.10 Tempe yang dianalogikan menjadi papan pecahan ... 97

Gambar 4.11 Pekerjaan S13 pada LKS pertemuan 3 ... 98

Gambar 4.12 Pekerjaan S24 pada LKS pertemuan 3 ... 98

Gambar 4.13 Hasil potongan tahu kelompok satu perdua ... 99

Gambar 4.14 Hasil potongan tahu kelompok satu perlima ... 99

Gambar 4.15 Siswa mendemonstrasikan soal cerita yang terdapat dalam LKS pertemuan 1 ... 111

Gambar 4.16 Guru membimbing siswa untuk menyelesaikan soal LKS pada pertemuan kedua ... 112

Gambar 4.17 Guru berkeliling melihat diskusi siswa ... 115

Gambar 4.18 Siswa di dalam kelompok bekerjasama memotong tahu sesuai dengan soal pada LKS ... 119

Gambar 4.19 Siswa mengangkat tangan untuk memberikan pendapat ... 122

Gambar 4.20 Siswa memperhatikan salah satu kelompok yang membacakan hasil pekerjaannya di papan tulis ... 124

(15)

xiv

Gambar 4.22 Bentuk-bentuk bangun datar untuk membagi siswa

ke dalam kelompok ... 126

Gambar 4.23 Pekerjaan S13 pada LKS pertemuan 3 ... 129

Gambar 4.24 Hasil tulisan siswa di papan tulis ... 132

Gambar 4.25 Pekerjaan kelompok satu perenam pada LKS ... 133

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria tingkat kualitas produk ... 35

Tabel 4.1 Revisi alokasi waktu pada silabus dan RPP ... 40

Tabel 4.2 Revisi pengalaman belajar pada silabus dan RPP ... 41

Tabel 4.3 Revisi pada LKS ... 49

Tabel 4.4 Revisi soal evaluasi ... 55

Tabel 4.5 Revisi bahan ajar ... 59

Tabel 4.6 Hasil validasi ahli ... 64

Tabel 4.7 Hasil jawaban siswa dari angket uji keterbacaan ... 66

Tabel 4.8 Kriteria kemunculan indikator karakteristik PMRI ... 135

Tabel 4.9 Rangkuman kemunculan indikator karakteristik penggunaan konteks ... 135

Tabel 4.10 Rangkuman kemunculan indikator karakteristik penggunaan model ... 137

Tabel 4.11 Rangkuman kemunculan indikator karakteristik penggunaan kontribusi siswa ... 138

Tabel 4.12 Rangkuman kemunculan indikator karakteristik penggunaan interaktivitas ... 140

Tabel 4.13 Rangkuman kemunculan indikator karakteristik penggunaan keterkaitan ... 142

Tabel 4.14 Hasil wawancara dengan siswa ... 144

Tabel 4.15 Hasil angket respon siswa ... 146

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 157

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 1 ... 166

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 2 ... 170

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 3 ... 175

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pertemuan 4 ... 179

Lampiran 6 Materi ajar ... 183

Lampiran 7 Bahan ajar ... 188

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa pertemuan 1 ... 203

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa pertemuan 2 ... 207

Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa pertemuan 3 ... 211

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa pertemuan 4 ... 214

Lampiran 12 Kisi-kisi soal evaluasi ... 216

Lampiran 13 Kriteria penilaian soal evaluasi ... 219

Lampiran 14 Soal evaluasi pertemuan 1 ... 220

Lampiran 15 Soal evaluasi pertemuan 2 ... 221

Lampiran 16 Soal evaluasi pertemuan 3 ... 222

Lampiran 17 Soal evaluasi pertemuan 4 ... 223

Lampiran 18 Kunci jawaban soal evaluasi pertemuan 1 ... 224

Lampiran 19 Kunci jawaban soal evaluasi pertemuan 2 ... 224

Lampiran 20 Kunci jawaban soal evaluasi pertemuan 3 ... 225

Lampiran 21 Kunci jawaban soal evaluasi pertemuan 4 ... 225

Lampiran 22 Instrumen validasi ... 227

Lampiran 23 Hasil validasi perangkat pembelajaran ... 231

Lampiran 24 Hasil olah data validasi perangkat pembelajaran ... 243

Lampiran 25 Kisi-kisi angket uji keterbacaan ... 249

Lampiran 26 Angket uji keterbacaan ... 249

Lampiran 27 Kisi-kisi angket respon siswa ... 250

Lampiran 28 Angket respon siswa ... 250

Lampiran 29 Lembar indikator karakteristik PMRI ... 251

(18)

xvii

Lampiran 31 Lembar pedoman wawancara siswa ... 254

Lampiran 32 Rubrik penilaian proses ... 255

Lampiran 33 Hasil pekerjaan siswa pada LKS pertemuan 1 ... 259

Lampiran 34 Hasil pekerjaan siswa pada LKS pertemuan 2 ... 262

Lampiran 35 Hasil pekerjaan siswa pada LKS pertemuan 3 ... 265

Lampiran 36 Hasil pekerjaan siswa pada LKS pertemuan 4 ... 267

Lampiran 37 Hasil pekerjaan siswa pada soal evaluasi ... 268

Lampiran 38 Hasil penilaian siswa ... 270

Lampiran 39 Transkripsi pertemuan 1 ... 273

Lampiran 40 Transkripsi pertemuan 2 ... 283

Lampiran 41 Transkripsi pertemuan 3 ... 292

Lampiran 42 Transkripsi pertemuan 4 ... 300

Lampiran 43 Foto kegiatan implementasi ... 305

Lampiran 44 Surat ijin melakukan penelitian ... 306

Lampiran 45 Surat pernyataan telah melakukan penelitian ... 307

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian. Kelima hal tersebut dipaparkan dalam sub bab berikut ini. A. Latar Belakang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk jenjang sekolah dasar memuat delapan mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan di sekolah dasar, matematika

adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan dalam melatih penalaran siswa. Dalam KTSP (2006: 153) dijelaskan bahwa matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah yang dinilai cukup memegang peranan yang penting, karena metematika merupakan suatu sarana untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak. Muhsetyo (2008: 1.2) mengutip pernyataan dari Soedjadi yang menyatakan bahwa keabstrakan matematika terjadi karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Ciri dari keabstrakan matematika tersebut menyebabkan pelajaran matematika tidak mudah untuk dipelajari.

(20)

43) mengutip pernyataan dari Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan yang menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. Akibatnya guru langsung

mengajarkan pengenalan angka, seperti pada pecahan , 1 disebut pembilang

dan 2 disebut penyebut.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul, diperoleh informasi bahwa guru menjelaskan cara mengurangkan bilangan bulat dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian soal kepada siswa. Dalam kegiatan pembelajaran guru menjelaskan langkah-langkah penyelesaian pengurangan bilangan bulat dengan menuliskannya di papan tulis. Hal ini menunjukkan bahwa guru lebih banyak mengajarkan prosedur tanpa menjelaskan konsep yang melandasi prosedur tersebut. Guru menyampaikan materi lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Setelah guru menjelaskan langkah-langkah penyelesaian, kemudian guru memberikan soal-soal latihan tanpa mengaitkan konsep yang diajarkan dengan konteks kehidupan sehari-hari anak.

Siswa pada jenjang sekolah dasar umurnya berkisar antara enam sampai tiga belas tahun. Menurut Piaget (dalam Heruman, 2008: 1)

“siswa sekolah dasar berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak dalam fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.”

(21)

dalam setiap pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang bertumpu pada realita kehidupan sehari-hari anak adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). PMRI dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan realita dan dekat dengan pengalaman anak serta relevan dengan kehidupan di masyarakat. Widjajanti (2009: 3) menjelaskan peran siswa dalam pendekatan PMRI yaitu

“para siswa belajar matematika mulai dengan situasi, strategi-strategi dan pengetahuan informal dalam dunia nyata. Dunia nyata digunakan untuk pengembangan ide dan konsep matematika siswa. Dari dunia nyatalah siswa belajar mengkonstruksi matematika formal dengan mematisasikan masalah-masalah kontekstual, dan dengan matematisasikan prosedur-prosedur penyelesaiannya.”

Dalam pembelajaran matematika, siswa dihadapkan kepada masalah-masalah kontekstual dari dunia nyata yang pemecahannya dapat dilakukan dengan berbagai cara atau yang jawabannya bervariasi. Hal ini dapat menjadikan belajar matematika sebagai suatu kegiatan yang mampu menarik perhatian siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan memperoleh pengetahuan matematika melalui penemuan kembali matematika, diskusi antar siswa dan refleksi. Dengan kata lain, pendekatan PMRI ini menekankan siswa belajar matematika melalui proses matematisasi yaitu proses perkembangan dari dunia nyata ke dunia matematika.

(22)

matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. Penelitian ini akan melakukan implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang didesain sesuai dengan pendekatan PMRI. Selain itu, penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahun lalu (Pusporini, Vetriyanto, Wahyuningtyas, Kurniasih, Roimartini, 2012) yang telah menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran khususnya pada materi penjumlahan pecahan di kelas IV SD. Produk perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI tersebut akan diimplementasikan pada siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul guna mengetahui proses implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI tersebut terhadap pembelajaran matematika di SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul. Dengan demikian, maka judul penelitian yang diambil oleh peneliti adalah “Implementasi Perangkat Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Menggunakan Pendekatan PMRI di Kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.

(23)

2. Bagaimana kemunculan indikator-indikator setiap karakteristik pada implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai antara lain.

1. Mendeskripsikan proses implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul.

2. Mendeskripsikan kemunculan indikator-indikator setiap karakteristik pada implementasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru maupun sekolah. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Bagi siswa

a. Menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(24)

c. Membantu siswa untuk lebih aktif, berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

2. Bagi guru

a. Memberikan pengalaman kepada guru proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI.

b. Membuat guru menjadi lebih kreatif dalam menciptakan kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Bagi sekolah

a. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya dengan menggunakan inovasi-inovasi kegiatan pembelajaran.

b. Menambah referensi bacaan yang dimanfaatkan sebagai contoh pembelajaran inovatif di kelas.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk menghindari persepsi yang berbeda-beda dalam pemahaman istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut. 1. Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan suatu ide, konsep,

kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis yang dapat memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.

2. Perangkat pembelajaran adalah perlengkapan kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis dan digunakan oleh guru dalam proses

(25)

3. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu pendekatan matematika yang memandang bahwa matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia, sehingga proses pembelajarannya diawali dengan menggunakan masalah kontekstual sebagai pondasi dalam membangun konsep matematika.

4. Pecahan adalah bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan kajian pustaka

dan kerangka berpikir. Kajian pustaka akan berisi penjelasan variabel-variabel

yang berkaitan dengan rumusan masalah, yaitu implementasi, pembelajaran,

perangkat pembelajaran, pendekatan pembelajaran, pendekatan PMRI,

pembelajaran matematika dan pecahan.

A. Kajian Pustaka 1. Implementasi

Implementasi dalam Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (KTBI,

2008: 299) memiliki arti penerapan, pelaksanaan. Sedangkan Mulyasa

(2008: 178) menjelaskan arti dari implementasi, yaitu suatu proses

penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis

sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,

ketrampilan, nilai dan sikap. Pengertian implementasi juga diungkapkan

oleh Sanjaya (2008: 25) yaitu pelaksanaan dari strategi dan penetapan

sumber daya.

Berdasarkan pengertian implementasi dari ketiga sumber di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan implementasi

adalah pelaksanaan atau penerapan suatu ide, konsep, kebijakan atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis yang dapat memberikan dampak baik

(27)

2. Pembelajaran

Pengertian pembelajaran diartikan berbeda-beda oleh para ahli

pendidikan. Daryanto dan Tasrial (2012: 154) mengartikan pembelajaran

sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi

mencapai tujuan pembelajaran. Winataputra (2008) mengutip pendapat

Gagne, Briggs dan Wager yang menyatakan pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya

proses belajar pada siswa. Sedangkan Winataputa (2008) sendiri

mengartikan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas

belajar pada diri peserta didik.

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang diungkapkan para ahli

tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi siswa

dalam belajar supaya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi

oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar

selain dari guru, seperti program audio, bahan ajar cetak, program televisi,

dan lain sebagainya.

3. Perangkat Pembelajaran

Trianto (2009: 201) mengutip pendapat dari Ibrahim yang

(28)

digunakan dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut

terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar

Kerja Siswa (LKS), instrumen evaluasi, serta bahan ajar siswa. Ibrahim

dalam Trianto (2009: 201-236) menjelaskan arti dari masing-masing

perangkat pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

a. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata

pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu dan sumber

belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah panduan

langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran

yang disusun dalam skenario kegiatan. Skenario kegiatan pembelajaran

dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu dari

indikator untuk mencapai hasil belajar sesuai kurikulum berbasis

kompetensi.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan

untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah. LKS dapat berupa

panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan

untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan

eksperimen atau demonstrasi.

d. Instrumen evaluasi merupakan soal yang digunakan untuk mengetahui

(29)

e. Bahan ajar merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan

pembelajaran yang memuat materi pelajaran.

Berdasarkan penjelasan dari Trianto (2009) maka dapat

disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah perlengkapan kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis dan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus, RPP, LKS, intrumen evaluasi dan bahan ajar.

4. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran menurut Suyono dan Hariyanto (2011:

18) adalah suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait

dengan sifat pembelajaran. Suyono dan Hariyanto (2011) juga

menjelaskan bahwa dalam pengertian pendekatan pembelajaran

tergambarkan latar psikologis dan latar pedagogis dari pilihan metode

pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh guru bersama

siswa. Selain pendapat dari Suyono dan Hariyanto (2011) tentang

pengertian pendekatan pembelajaran, Mikarsa, dkk (2007: 7.4)

menjelaskan pendekatan pembelajaran sebagai kerangka acuan yang

dianut seorang guru dalam praktik pembelajaran yang dilakukan melalui

pengorganisasian siswa dan pengolahan pesan untuk mencapai sasaran

belajar berupa peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor

serta kepribadian siswa secara keseluruhan.

Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran yang

(30)

pendekatan pembelajaran adalah kerangka acuan dalam pemilihan metode

pembelajaran yang digunakan guru bersama siswa untuk mencapai sasaran

belajar.

5. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) a. Sejarah PMRI

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) adalah sebuah gebrakan baru pendekatan pembelajaran dalam

dunia pendidikan di Indonesia. Pendekatan PMRI ini merupakan

adaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME) yang

dikembangkan di Belanda oleh Hans Freudenthal dan kawan-kawan

dari Freudenthal Institute pada tahun 1970-an. RME mulai diterapkan

di Indonesia dengan nama PMRI sejak tahun 2001. Wijaya (2012: 3)

menjelaskan bahwa PMRI dikembangkan oleh Institut Pengembang

PMRI (IP PMRI) yang diketuai oleh R. K. Sembiring dengan

melibatkan empat universitas di Indonesia.

Pandangan Hans Freudenthal yang melandasi pengembangan

RME diulas oleh beberapa ahli pendidikan di Indonesia seperti

Wijaya, Daryanto dan Trasial serta Ali. Wijaya (2012: 20) mengutip

pernyataan Freudenthal yang berpandangan bahwa “mathematics is a

human activity”. Menurut Wijaya (2012) pandangan Freudenthal

tersebut menunjukkan bahwa ia tidak menempatkan matematika

sebagai sebuah produk jadi yang siap pakai, melainkan sebagai suatu

(31)

Wijaya, Daryanto dan Tasrial (2012) juga memaparkan bahwa

pendekatan RME dikembangkan berdasarkan pemikiran Freudenthal

yang menyatakan bahwa matematika merupakan aktivitas insani

(human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Pandangan

Freudenthal yang melandasi pengembangan RME juga dijelaskan oleh

Ali (2007). Ali (2007: 176) menjelaskan bahwa Freudenthal memiliki

pandangan agar matematika memiliki nilai kemanusiaan (human

value) sehingga pembelajarannya harus dikaitkan dengan realita, yaitu

dekat dengan pengalaman anak serta relevan untuk kehidupan

masyarakat. Ali (2007: 177) berpendapat bahwa RME mencerminkan

suatu pandangan tentang matematika sebagai subject matter yaitu

bagaimana anak belajar matematika dan bagaimana matematika

seharusnya diajarkan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli pendidikan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa para ahli pendidikan tersebut memiliki kesamaan

dalam menafsirkan pandangan dari Freudenthal. Mereka menjelaskan

pandangan Freudenthal bahwa matematika merupakan aktivitas

manusia, sehingga dari pandangan Freudenthal tersebut maka

terciptalah RME.

Kata realistik dalam PMRI berarti dapat dibayangkan. Menurut

Van Den Heuvel-Panhuizen (dalam Wijaya, 2012: 20), penggunaan

kata realistik menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata

tetapi lebih mengacu pada fokus PMRI dalam menempatkan

(32)

siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan PMRI

adalah suatu pendekatan matematika yang memandang bahwa

matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia, sehingga

proses pembelajarannya diawali dengan menggunakan masalah

kontekstual sebagai pondasi dalam membangun konsep matematika.

b. Relevansi Pendekatan RME dengan Kurikulum di Indonesia Wijaya (2012: 28) memaparkan bahwa di dalam Permendiknas

RI nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, mengamanatkan

bahwa proses pembelajaran sebaiknya dilakukan melalui proses

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Ketiga macam proses tersebut

merupakan karakteristik dari RME. Wijaya (2012) menjelaskan bahwa

penerapan pendekatan RME untuk pembelajaran matematika sejalan

dengan kurikulum yang digunakan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat

dari ke tiga macam proses tersebut yang berhubungan dengan

pendekatan RME. Wijaya (2012: 28) mengulas hubungan pendekatan

RME dengan tiga macam proses sebagai berikut.

1) Kegiatan eksplorasi merupakan fokus karakteristik RME yang

pertama yaitu penggunaan konteks. Konteks dalam RME

digunakan di awal pembelajaran yang ditujukan untuk titik awal

pembangunan konsep matematika dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengeksplorasi strategi penyelesaian

masalah. Selain itu penggunaan konteks di awal pembelajaran

(33)

2) Hasil kegiatan eksplorasi selanjutnya dikembangkan menuju

penemuan dan pengembangan konsep melalui proses elaborasi.

Dalam RME, penerjemahan konteks situasi melalui matematisasi

horizontal dielaborasi menjadi penemuan matematika formal dari

konteks situasi melalui matematisasi vertikal.

3) Proses terakhir dari rangkaian unsur proses pembelajaran adalah

proses konfirmasi yang ditujukan untuk menguatkan hasil proses

eksplorasi dan elaborasi. Melalui proses konfirmasi, gagasan

siswa tidak hanya dikomunikasikan ke siswa lain tetapi juga dapat

dikembangkan berdasarkan tanggapan dari siswa lain. Karakter

interaktivitas dari RME memberi ruang bagi siswa untuk saling

berkomunikasi dalam mengembangkan strategi dan membangun

konsep matematika.

Berdasarkan ulasan yang diungkapkan oleh Wijaya tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan RME memiliki relevansi

atau hubungan dengan kurikulum di Indonesia. Relevansi tersebut

terletak pada karakteristik dari RME dan Standar Proses dalam

pembelajaran (proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), sehingga

pendekatan RME ini dapat diterapkan di Indonesia.

c. Prinsip PMRI

Suryanto (2010) mengungkapkan tiga prinsip yang merupakan

dasar teoritis PMRI. Ketiga prinsip tersebut adalah guided reinvention

(34)

self-developed model. Berikut adalah penjelasan dari ketiga prinsip

tersebut (Suryanto, 2010: 41).

1) Guided Reinvention (Penemuan Kembali secara Terbimbing) dan

Progressive Mathematization (Matematisasi Progresif)

Prinsip guided reinvention adalah penemuan kembali

secara terbimbing. Melalui masalah kontekstual yang realistik

(yang dapat dibayangkan atau dipahami oleh siswa), yang

mengandung topik-topik matematis tertentu yang disajikan, siswa

diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali

ide-ide dan konsep matematis.

Prinsip progressive mathematization adalah upaya yang

mengarah pada pemikiran yang matematis. Dikatakan progresif

karena terdiri atas dua langkah yang berurutan, yaitu matematisasi

horizontal (berawal dari masalah kontekstual yang diberikan dan

berakhir pada matematika yang formal) dan matematisasi vertikal

(dari matematika formal ke matematika formal yang lebih luas atau

lebih tinggi).

2) Didactical Phenomenology (Fenomenologi Didaktis)

Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang

bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah

kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada

siswa. Masalah kontekstual dipilih dengan mempertimbangkan

aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi dalam

(35)

berarti bahwa konsep, aturan, cara, atau sifat, termasuk model

sistematis, tidak disediakan atau diberitahukan oleh guru, tetapi

siswa perlu berusaha sendiri untuk menemukan atau membangun

sendiri dengan berpangkal pada masalah kontekstual.

3) Self-developed model (Membangun Sendiri Model)

Prinsip self-developed model menunjukkan adanya fungsi

”jembatan” yang berupa model. Pendekatan pembelajaran ini

berpangkal pada masalah kontekstual dan menuju ke matematika

formal, serta kebebasan pada siswa, sehingga siswa akan

mengembangkan model sendiri.

d. Karakteristik PMRI

Wijaya (2012) mengulas lima karateristik dalam PMRI yang

dirumuskan oleh Treffers. Lima karakteristik PMRI tersebut adalah

penggunaan konteks, penggunaan model, pemanfaatan hasil konstruksi

siswa, interaktivitas dan keterkaitan. Berikut penjelasan dari

masing-masing karakteristik yang dirumuskan oleh Treffers (dalam Wijaya,

2012: 21-23).

1) Penggunaan Konteks

Konteks (permasalahan realistik) digunakan sebagai titik

awal pembelajaran matematika. Penggunaan konteks yang realistik

dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengeksplorasi

permasalahan yang dihadapi. Eksplorasi bertujuan untuk

(36)

mengembangkan strategi dalam penyelesaian masalah. Konteks

realistik tidak harus berupa masalah dalam kehidupan nyata tetapi

dapat berupa permainan, penggunaan alat peraga, dan situasi lain

selama masih bermakna dan dapat dibayangkan oleh siswa.

2) Penggunaan model

Model dalam pendekatan PMRI digunakan dalam

melakukan matematisasi secara progresif. Model berfungsi sebagai

jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkret menuju

pengetahuan matematika tingkat formal. Model dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu model of (situasi) dan model for

(penyelesaian masalah). Pada model of, model dan strategi yang

dikembangkan oleh siswa sudah merujuk pada konteks realistik

(dapat dibayangkan siswa). Siswa membuat model untuk

menggambarkan situasi dari suatu permasalahan realistik.

Sedangkan pada model for siswa sudah mulai fokus pada

matematika. Model yang digunakan siswa untuk menggambarkan

situasi dari suatu permasalahan realistik kemudian dikembangkan

untuk mengarahkan siswa pada pencarian solusi secara matematis.

Pencarian solusi untuk suatu masalah dapat mengarahkan siswa ke

pemikiran abstrak atau matematika formal. Gambar 2.1 berikut

(37)

Gambar 2.1 Model of dan model for.

3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

Dalam PMRI, siswa dibebaskan untuk dapat

mengembangkan pengetahuannya dalam memecahkan suatu

masalah dengan menggunakan cara maupun strategi yang

bervariasi. Hal ini bermanfaat bagi siswa dalam memahami konsep

matematika dan sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas

siswa.

4) Interaktivitas

Interaktivitas dalam PMRI bertujuan untuk menjalin

komunikasi dengan sesama agar proses belajar menjadi semakin

bermakna dan menjadi lebih singkat. Manfaat dari interaksi ini Ibu memotong kue terang bulan menjadi empat bagian sama besar. Kemudian potongan kue tadi dibagikan kepada Ani, Budi dan Dika. Masing-masing mendapat 1 potong kue sehingga masih tersisa 1 potong. Lalu satu potong kue diberikan lagi kepada Ani. Berapa bagian kue yang dimiliki Ani?

Konteks Situasi Nyata

Budi Ani

Ani Dika

Ibu memotong kue menjadi 4 bagian sama besar, masing-masing anak mendapat 1 potong . Ani mendapat 1 potong kue lagi dari ibu.

Kue yang dimiliki Ani = + =

(38)

adalah supaya siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitif

dan afektifnya.

5) Keterkaitan

Konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun

banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan, oleh karena

itu konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara

terpisah. Melalui keterkaitan, satu pembelajaran matematika

diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu

konsep matematika secara bersamaan.

Berdasarkan rumusan karakteristik PMRI yang diungkapkan

oleh Treffers, maka dapat disimpulkan bahwa kelima karakteristik

PMRI tersebut dapat mengakomodasi siswa dalam belajar matematika.

Kelima karakteristik PMRI dapat digunakan dalam membantu siswa

untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga pelajaran

matematika akan semakin bermakna.

6. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika menurut Muhsetyo (2008: 1.26)

adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui

serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh

(39)

b. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Tujuan pembelajaran matematika di SD sebagaimana

tercantum dalam KTSP (2006: 148) bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan sebagai berikut.

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model

dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika.

7. Pecahan

a. Pengertian pecahan

Sukayati (2003: 1) menjelaskan pecahan sebagai bagian dari

bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b

(40)

bukan kelipatan bilangan b. Sedangkan Heruman (2008: 43)

menjelaskan pengertian pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang

utuh. Heruman (2008) dalam menjelaskan arti dari pecahan

menggunakan gambar ilustrasi, dimana bagian yang dimaksud adalah

bagian yang diperhatikan (ditandai dengan arsiran). Bagian yang

diarsir dinamakan pembilang dan yang utuh dianggap sebagai satuan

dan dinamakan penyebut.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pecahan adalah bilangan

rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b merupakan

bilangan bulat, b tidak sama dengan nol, dan bilangan a bukan

kelipatan bilangan b.

b. Penjumlahan Pecahan

Dalam pecahan terdapat operasi penjumlahan pecahan.

menurut Sukayati (2003: 12) operasi penjumlahan pecahan dibedakan

menjadi dua macam, yaitu penjumlahan pecahan yang berpenyebut

sama dan penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda.

1) Penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Sukayati (2003: 20) menyatakan bahwa penjumlahan

pecahan berpenyebut sama supaya dapat diperoleh hasilnya

dengan menjumlahkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya

tetap.

(41)

2) Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda

Sukayati (2003: 20) menyatakan bahwa penjumlahan

pecahan berpenyebut berbeda supaya dapat memperoleh hasilnya

maka penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu yaitu dengan

mencari pecahan senilai atau mencari KPK dari kedua penyebut.

a) Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda dengan mencari

pecahan senilai.

Contoh: + = ⋯

Bentuk pecahan yang senilai dengan adalah , , , …

Bentuk pecahan yang senilai dengan adalah , , …

Pecahan senilai dari dan yang penyebutnya sama adalah

dan .

Jadi + = + =

b) Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda dengan mencari

KPK.

Contoh: + = ⋯

Penyebut kedua pecahan adalah 3 dan 4, maka KPK dari 3

dan 4 adalah 12.

(42)

B. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran

pokok di sekolah dasar dan sebagai salah satu mata pelajaran yang menjadi

kebutuhan siswa dalam melatih penalarannya. Sebagai pengetahuan

matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak. Salah satu materi

dalam mata pelajaran matematika adalah penjumlahan pecahan. Materi

penjumlahan pecahan bagi siswa kelas IV merupakan materi yang cukup sulit

untuk dipahami, hal ini karena pecahan bersifat abstrak. Selain itu guru dalam

menyampaikan materi cenderung monoton yang mengakibatkan siswa merasa

jenuh dan bosan.

Siswa sekolah dasar berada pada fase operasional konkret. Guru

hendaknya menggunakan benda-benda konkret yang dapat dipahami dan

dibayangkan oleh siswa. Melalui benda-benda konkret yang ada di sekitar

siswa dapat membantu siswa dalam membangun konsep pengetahuannya

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Pendekatan PMRI adalah salah satu pendekatan pembelajaran

matematika yang mengaitkan dengan realita, yaitu dekat dengan pengalaman

anak. Pendekatan PMRI memiliki lima karakteristik yaitu penggunaan

konteks, penggunaan model, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas

dan keterkaitan. Kelima karakteristik PMRI tersebut digunakan dalam

perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang akan diimplementasikan

di kelas IV sekolah dasar. Peneliti berasumsi bahwa implementasi perangkat

pembelajaran yang menggunakan pendekatan PMRI akan membantu siswa

(43)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3). Metode penelitian ini

digunakan oleh peneliti sebagai pedoman untuk menentukan cara atau prosedur

dalam menyelesaikan masalah yang diteliti. Cara atau prosedur yang digunakan

peneliti dipaparkan dalam jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis

data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif. Kountour (2003: 105) menjelaskan pengertian penelitian deskriptif

adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.

Ciri-ciri dari penelitian deskriptif menurut Kountour (2003) yaitu

berhubungan dengan keadaaan yang terjadi saat itu dan menguraikan satu

variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu. Tujuan dari

penelitian deskriptif diungkapkan oleh Nurastuti (2007: 137) yang

menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian deskriptif yaitu untuk memberikan

gambaran tentang suatu gejala/suatu masyarakat tertentu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008:

(44)

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan

perilaku orang-orang yang diamati. Sedangkan Basrowi dan Suwandi (2008:

1) menjelaskan pengertian dari penelitian kualitatif adalah salah satu metode

penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan

melalui proses berpikir induktif.

Berdasarkan pengertian jenis dan metode penelitian, maka laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian lapangan. Data dalam penelitian ini berasal dari naskah wawancara,

catatan lapangan, rekaman video, dan data pendukung lainnya. Dalam hal ini

pelaksanaan penelitian dan penyajiannya didasarkan pada proses pencarian

data secara lengkap untuk selanjutnya data tersebut disajikan secara deskriptif

dalam bentuk kata-kata.

Tahapan penelitian kualitatif yang digunakan peneliti menggunakan

tahapan penelitian kualitatif dari Bogdan (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:

84-92). Tahapan penelitian kualitatif dapat dilihat melalui bagan berikut.

Gambar 3.1 Tahapan penelitian kualitatif menurut Bogdan.

Tahap penelitian kualitatif yang pertama adalah tahap pralapangan.

Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu menyusun

rancangan penelitian, mengurus perijinan penelitian, memilih dan

memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian. Kegiatan

ini dimaksudkan untuk mempersiapkan segala keperluan sebelum

melaksanakan penelitian.

(45)

Tahap penelitian kualitatif yang kedua adalah tahap pekerjaan

lapangan. Tahap pekerjaan lapangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan

berperan serta sambil mengumpulkan data. Pada tahap ini peneliti

mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.

Tahap penelitian kualitatif yang ketiga adalah tahap analisis data.

Tahap analisis data yang dilakukan peneliti adalah menemukan tema. Tema

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemunculan indikator setiap

karakteristik PMRI dilihat dari data yang telah dikumpulkan, seperti

transkripsi video, wawancara, foto dan dokumen lainnya. Data-data yang

terkumpul kemudian dianalisis dengan mencari dan menemukan apakah

kemunculan indikator setiap karakteristik PMRI dapat didukung atau

ditunjang oleh data.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Pangudi Luhur Sedayu

Bantul yang beralamatkan di Gubug, Argosari, Sedayu, Bantul,

Yogyakarta.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas IV SD Pangudi Luhur

Sedayu tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 25 anak dan terdiri dari

(46)

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah implementasi perangkat pembelajaran

penjumlahan pecahan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI).

C. Rancangan Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini terdiri dari lima langkah, yaitu:

mempelajari penelitian sebelumnya, revisi perangkat pembelajaran, validasi

ahli, uji keterbacaan dan implementasi. Rancangan penelitian tersebut dapat

disajikan dalam bagan berikut.

Gambar 3.2 Bagan rancangan penelitian. Bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Mempelajari Penelitian Tahun Lalu

Langkah pertama dalam penelitian ini adalah mempelajari

penelitian tahun lalu. Penelitian sebelumnya telah menghasilkan desain

produk berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP,

bahan ajar, LKS, dan evaluasi mengenai penjumlahan pecahan di kelas IV.

Perangkat pembelajaran ini dipelajari dan dipahami agar peneliti tahu

bahwa perangkat pembelajaran tersebut layak atau tidak jika Mempelajari

Penelitian Tahun Lalu

Validasi Ahli

Implementasi Uji Keterbacaan

(47)

diimplementasikan di sekolah tempat penelitian. Penelitian sebelumnya

dilakukan oleh lima orang peneliti dengan masing-masing peneliti

membahas satu karakterisrik dari lima karakteristik PMRI. Berikut judul

dan peneliti dari penelitian tahun lalu.

a. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pecahan yang Menggunakan

Masalah Kontekstual sebagai Starting Point Pembelajaran dengan

Pendekatan PMRI di Kelas IVA SD Negeri Adisucipto 1 yang ditulis

oleh Roimartini.

b. Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang Mengakomodasi

Pemodelan dalam Menyelesaikan Masalah Penjumlahan Pecahan

dengan Pendekatan PMRI Kelas IVA SD Negeri Adisucipto 1 yang

ditulis Erni Kurniasih.

c. Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang Mengakomodasi

Kontribusi Siswa pada Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan PMRI

Kelas IVA SD Negeri Adisucipto 1 yang ditulis oleh Andrea Galuh

Pusporini.

d. Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang Mengakomodasi

Interaktivitas Siswa pada Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan

PMRI Kelas IVA SDN Adisucipto 1 yang ditulis oleh Elfridha Joise

Wahyuningtyas.

e. Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang Mengakomodasi

Karakteristik Intertwining pada Penjumlahan Pecahan dengan

Pendekatan PMRI Kelas IVA SD Negeri Adisucipto 1 yang ditulis oleh

(48)

2. Revisi Perangkat Pembelajaran

Langkah kedua dalam penelitian ini adalah melakukan revisi

perangkat pembelajaran. Revisi yang dilakukan peneliti adalah melakukan

perubahan terhadap kegiatan pembelajaran maupun media dari perangkat

pembelajaran tersebut untuk disesuaikan dengan karakteristik siswa

sekolah dasar yang menjadi tempat penelitian.

3. Validasi Ahli

Langkah ketiga dalam penelitian ini adalah validasi ahli. Validasi

ahli dilakukan guna mengetahui kelayakan dari perangkat pembelajaran

yang telah di revisi sebelum dilakukan implementasi. Proses validasi

dilakukan oleh dua dosen matematika yang ahli dalam pendekatan PMRI

dari Universitas Sanata Dharma dan satu guru kelas dari SD Pangudi Luhur

Sedayu. Validasi dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap

aspek-aspek pada perangkat pembelajaran yang telah direvisi. Validasi yang

dilakukan berpedoman pada lembar validasi yang telah dipersiapkan oleh

peneliti.

4. Uji Keterbacaan

Langkah keempat adalah uji keterbacaan. Uji keterbacaan dilakukan

guna mengetahui pemahaman siswa dalam memahami isi dari perangkat

pembelajaran penjumlahan pecahan tersebut khususnya pada bahan ajar

LKS dan soal evaluasi.

5. Implementasi

Langkah kelima dalam penelitian ini adalah implementasi perangkat

(49)

SD Pangudi Luhur Sedayu Bantul. Pelaksanaan penelitian dilakukan

sebanyak 4 kali pertemuan. Materi yang dipelajari pada pertemuan pertama

adalah penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Materi yang dipelajari

pada pertemuan kedua dan ketiga adalah penjumlahan pecahan berpenyebut

beda. Materi yang dipelajari pada pertemuan keempat adalah siswa akan

menyimpulkan penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan penjumlahan

pecahan berpenyebut beda. Pada setiap pertemuan dilakukan observasi

proses pembelajaran berdasarkan kelima karakteristik PMRI.

D. Instrumen Penelitian

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini menghasilkan dua jenis data yaitu

data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil

validasi ahli, hasil angket uji keterbacaan, hasil angket respon siswa dan

hasil evaluasi siswa. Sedangkan untuk data kualitatif berasal dari hasil

analisis implementasi perangkat pembelajaran berdasarkan

indikator-indikator karakteristik PMRI.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua

instrumen data, yaitu instrumen data kuantitatif dan instrumen data

kualitatif.

a. Instrumen data kuantitatif

Instrumen yang digunakan untuk menghasilkan data kuantitatif

(50)

keterbacaan, lembar angket respon siswa dan lembar soal evaluasi.

Berikut penjelasan dari keempat instrumen tersebut.

1. Lembar validasi perangkat pembelajaran

Lembar validasi perangkat pembelajaran yang digunakan pada

penelitian ini diambil dari penelitian Vetriyanto (2012: 93-96).

2. Lembar angket uji keterbacaan

Angket uji keterbacaan digunakan untuk mengetahui pemahaman

siswa terhadap perangkat pembelajaran berupa bahan ajar, LKS dan

soal evaluasi. Peneliti mengunakan angket uji keterbacaan dari

penelitian Vetriyanto (2012: 98).

3. Lembar angket respon siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa

setelah mengikuti pembelajaran. Peneliti mengunakan angket uji

keterbacaan dari penelitian Vetriyanto (2012: 101).

4. Lembar soal evaluasi

Evaluasi digunakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI.

b. Instrumen data kualitatif

Instrumen yang digunakan untuk menghasilkan data kualitatif

berasal dari lembar pedoman wawancara dan dokumentasi

(51)

1. Lembar pedoman wawancara

Peneliti menggunakan dua lembar pedoman wawancara yaitu

wawancara untuk guru dan wawancara untuk siswa. Lembar

pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui respon guru dan

siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan PMRI.

2. Dokumentasi

Dokumentasi diperoleh dari rekaman video dan foto-foto yang

kegiatan pembelajaran. Dokumentasi dilakukan peneliti selama

proses pembelajaran berlangsung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan guna

memperoleh data kuantitatif dan data kualitatif. Berikut penjelasan teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif

Teknik pengumpulan data kuantitatif diperoleh dari lembar validasi

perangkat pembelajaran, lembar uji keterbacaan, lembar angket respon

siswa dan lembar evaluasi. Validasi perangkat pembelajaran dinilai oleh

dua orang dosen matematika yang ahli dalam PMRI dan satu orang guru

kelas IV. Setelah melakukan validasi perangkat pembelajaran, peneliti

melakukan uji keterbacaan. Uji keterbacaan ini dilakukan di kelas IV SD

Negeri I Sedayu Bantul dengan enam siswa yang memiliki kemampuan

(52)

dengan kemampuan sedang, serta dua siswa dengan kemampuan rendah.

Keenam siswa tersebut memberi penilaian terhadap bahan ajar, LKS dan

soal evaluasi.

Data kuantitatif berikutnya berasal dari lembar evaluasi. Evaluasi

dilakukan pada pertemuan keempat untuk mengetahui nilai yang diperoleh

siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Selain itu peneliti juga

menyebarkan angket kepada siswa untuk megetahui respon siswa terhadap

pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI.

2. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif

Teknik pengumpulan data kualitatif didapat dari hasil wawancara

dan hasil dokumentasi pembelajaran. Wawancara dilakukan kepada guru

kelas dan enam siswa dengan kemampuan yang berbeda, yaitu dua siswa

dengan kemampuan tinggi, dua siswa dengan kemampuan sedang, serta

dua siswa dengan kemampuan rendah. Pemilihan siswa direkomendasikan

oleh guru kelas. Kegiatan wawancara ini dilakukan pada akhir

pembelajaran. Selain wawancara, peneliti menggunakan dokumentasi yang

berupa video proses pembelajaran untuk ditranskripsikan ke dalam bentuk

kata-kata. Tujuan dari transkripsi video ini adalah untuk mengetahui

kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis

(53)

1. Analisis Data Kuantitatif

Data yang didapat dari lembar validasi perangkat pembelajaran,

lembar angket uji keterbacaan dan lembar angket respon siswa dianalisis

menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif ini kemudian dirubah kedalam

data kualitatif berdasarkan acuan disertasi Fatimah Setiani (2011: 171)

berikut ini.

Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Kualitas Produk Angka Interval skor rata-rata Kategori

4 3,25< M ≤ 4,00 Sangat baik 3 2,50< M ≤ 3,25 Baik 2 1,65< M ≤ 2,50 Kurang baik 1 0,00< M ≤ 1,75 Tidak baik

Sumber : Setiani (2011: 171) Keterangan:

M = rerata skor untuk setiap aspek yang dinilai = ∑ . = skor suatu item

= jumlah responden yang memilih item tertentu = jumlah seluruh responden

Hasil rata-rata yang didapat selanjutnya akan dikualifikasikan

sehingga berdasarkan hasil kualifikasi tersebut, peneliti dapat mengetahui

layak atau tidaknya perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan untuk

diimplementasikan.

2. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif berasal dari wawancara guru dan siswa, serta

transkripsi video. Hasil perekaman video ditranskripsikan yaitu menyajikan

kembali segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran ke dalam

bentuk narasi tertulis. Data yang diperoleh dari transkripsi video juga

dianalisis untuk mendeskripsikan lima karakter PMRI yang muncul saat

(54)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan diuraikan paparan penelitian tahun lalu, paparan revisi perangkat pembelajaran, validasi perangkat pembelajaran, uji keterbacaan, paparan hasil analisis dan pembahasan implementasi perangkat pembelajaran, respon siswa dan guru, serta refleksi implementasi. Berikut penjelasan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini.

A. Paparan Penelitian Tahun Lalu

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari tahap penelitian tahun lalu yaitu penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian tahun lalu telah menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan dengan menggunakan pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) yang diterapkan di kelas IVA SD Negeri Adisucipto I Yogyakarta. Perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan tersebut terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal evaluasi, dan bahan ajar yang mengakomodasi pendekatan PMRI. Perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang mengakomodasi pendekatan PMRI ini disusun oleh 5 orang peneliti dan masing-masing peneliti membahas satu karakteristik PMRI dari lima karakteristik yang terdapat dalam PMRI.

(55)

observasi. Wawancara dan observasi dilakukan guna melihat dan mengetahui komponen pembelajaran matematika yang dibutuhkan untuk mengakomodasi pembelajaran dengan pendekatan PMRI. Dari hasil analisis kebutuhan yang dilakukan, kelima peneliti tersebut kemudian membuat produk perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, soal evaluasi dan bahan ajar. Produk yang dihasilkan menitikberatkan pada mata pelajaran matematika kelas IV Sekolah Dasar (SD) dengan standar kompetensi 6 menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar 6.3 menjumlahkan pecahan. Perangkat pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan pendekatan PMRI dan mendukung suasana pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

Silabus disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan menggunakan format yang sudah ditentukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Silabus mengandung kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi. Silabus juga mengalami pengembangan dalam penjabaran indikatornya, yaitu dalam indikator terdapat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut bertujuan untuk memfasilitasi kenampakan karakteristik PMRI.

RPP disusun menggunakan pendekatan PMRI. Kegiatan pembelajaran dirancang agar dapat memunculkan kelima karakteristik PMRI. RPP dilengkapi dengan materi ajar dan rubrik penilaian. Rubrik penilaian terdiri dari rubrik penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(56)

disajikan berbentuk soal cerita dan dibuat berdasarkan kehidupan sehari-hari anak.

Soal evaluasi disusun berdasarkan sub materi yang telah diajarkan pada setiap pertemuan. Soal evaluasi akhir disusun dengan menggabungkan sub materi penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda.

Bahan ajar yang dibuat berisi prosedur, petunjuk permainan, lirik lagu, soal-soal latihan dan soal evaluasi. Bahan ajar yang disusun diberikan gambar-gambar yang menarik untuk membantu siswa memahami materi dan mendukung pengakomodasian karakteristik PMRI.

Setelah kelima peneliti tersebut mengembangkan perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan, kemudian mereka melakukan uji validasi kepada para ahli, yaitu 3 dosen ahli dan 1 guru. Validasi dilakukan untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan tersebut sudah sesuai dan dapat mengakomodasi karakteristik PMRI. Hasil validasi perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan tersebut mendapatkan skor rata-rata 3,54 dengan kategori sangat baik.

(57)

peneliti mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan. Pelaksanaan implementasi dilakukan di kelas IVA SD Negeri Adisucipto I Yogyakarta pada hari Selasa dan Kamis tanggal 14, 16, 21 dan 23 Februari 2012. Alokasi waktu yang digunakan adalah 4 kali pertemuan dan setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

B. Paparan Revisi Perangkat Pembelajaran

Sebelum melakukan penelitian, peneliti perlu melakukan revisi untuk perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang akan diimplementasikan. Revisi dilakukan dengan menyesuaikan karakteristik siswa SD tempat penelitian, kemampuan guru, ketersediaan sarana dan prasarana belajar, serta keadaan lingkungan sekitar sekolah. Revisi yang dilakukan akan dijabarkan di bawah ini disertai dengan alasannya. Berikut ini akan dijelaskan revisi yang dilakukan pada setiap bagian yang terdapat dalam perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan.

1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pada bagian silabus dan RPP, peneliti melakukan beberapa revisi, yaitu.

a. Perubahan Alokasi Waktu

Gambar

Gambar 4.26   Arsiran S4 pada gambar emoticon yang berbentuk smile  .......  134
Gambar 2.1 Model of dan model for.
Gambar 3.1 Tahapan penelitian kualitatif menurut Bogdan.
Gambar 3.2 Bagan rancangan penelitian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

(i) Sekelompok pakar hukum internasional yang diundang oleh Komisi Internasional Para Ahli Hukum, Fakultas Hukum Universitas Limburg (Maastricht, Belanda) dan Institusi

Dari semua perubahan pada kedua bentuk antena ini diketahui bahwa lebar saluran catu yang disisipkan dibawah patch dan penyetelan stub pendek memegang peranan penting dalam

Menimbang bahwa dalam rangka penyeragaman pelaksanaan perjalanan dinas dan peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan Kementerian Energi dan

Perumusan masalah penelitian ini strategi Public Relations PELINDO III dalam mengelola corporate image melalui kegiatan Corporate Social Responsibility , yang

Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriteria yang digunakan

Pada penelitian ini, proses pengklasifikasian citra X-ray melalui proses fourier filter, wavelet haar filter, dan clahe filter untuk filtering, selanjutnya

(1) Kecuali ditentukan lain dalam Surat Perjanjian ini, maka untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib mengutamakan jasa dan produksi Dalam Negeri

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pada citra dengan kontur tepi yang banyak lekukan, komponen konveks yang dihasilkan