• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Paparan Hasil Analisis dan Pembahasan Implementasi Perangkat

2. Hasil Analisis Kemunculan Indikator setiap Karakteristik

implementasi pembelajaran berlangsung. Pemaparan ini menitikberatkan pada kemunculan indikator-indikator dari kelima karakteristik PMRI yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung.

a. Karakteristik Penggunaan Konteks 1) Menggunakan masalah kontekstual

a) Menggunakan soal cerita yang dekat dengan kehidupan siswa. Pada setiap pertemuan guru menggunakan permasalahan kontekstual yang berupa soal cerita. Masalah kontekstual yang digunakan membuat siswa merasa masalah tersebut benar-benar dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nama-nama siswa yang ada di dalam kelas dan cerita yang disajikan di dalam soal cerita tersebut.

Salah satu soal cerita yang diberikan kepada siswa yaitu tentang pembagian roti bolu yang dibagi oleh ibu kepada tiga anak, antara lain Dika, Sigma, dan Alvin. Permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa adalah menghitung berapa bagian kue bolu yang dimiliki oleh Dika. Permasalahan kontekstual yang harus diselesaikan oleh siswa dapat dilihat pada transkripsi I: 41 sebagai berikut.

Keterangan:

G : Guru

Sn : Nama siswa ke n, n = 1, 2, 3, … , n BS : Beberapa Siswa

SS : Seluruh Siswa

(41) SS : Ibu memotong kue bolu menjadi empat bagian sama besar. Kemudian potongan kue tadi dibagikan kepada Dika, Sigma, dan Alvin. Masing-masing mendapat satu potong kue, sehingga masih tersisa 1 potong kue. Lalu satu potong kue itu ibu berikan kepada Dika. Berapa bagian kue yang dimiliki Dika sekarang?

Selain transkripsi di atas, penggunaan permasalah kontekstual dengan menggunakan soal cerita juga dapat ditemukan pada transkripsi II: 34-58, 93-111 dan 120-148 ; III: 23-25. Pada pertemuan pertama soal cerita yang disajikan tentang kue bolu dan tahu. Pertemuan kedua soal cerita yang disajikan tentang kue terang bulan dan tempe. Pertemuan ketiga soal cerita yang disajikan tentang tanah liat.

Masalah kontekstual yang berupa soal cerita ini dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Penyampaian soal cerita selalu dilakukan guru dengan mengajak siswa bersama-sama untuk membaca dan memahami permasalahan yang diberikan. Siswa pun dapat memahaminya dengan baik dan benar.

b) Permasalahan kontekstual yang disampaikan mampu mengarahkan siswa menemukan konsep.

Permasalahan kontekstual yang disajikan dalam bentuk soal cerita ini dapat menggambarkan apa yang harus dilakukan oleh siswa. Kegiatan yang harus dilakukan siswa tampak pada setiap

kegiatan yang terdapat pada soal. Proses penyampaian permasalah kontekstual diarahkan oleh guru agar siswa dapat menemukan konsep. Berikut salah satu transkipsi yang menunjukkan bahwa permasalahan kontekstual yang disampaikan mampu mengarahkan siswa menemukan konsep yaitu pada transkipsi I: 62-77.

(62) (Siswa mendiskusikan soal nomor dua bersama

dengan teman satu kelompoknya.) (63) S14 : (Diskusi kelompok satu perenam)

Nah aku ngerti…aku ngerti ngene lho, siitt, seettt… (Nah saya tahu…saya tahu begini lho) (S14 menjelaskan kepada temannya untuk memotong tahu menjadi 3 bagian dengan bentuk segitiga.).

(64) (S12 kemudian mengambil tahu dari S14 untuk mencoba membagi tahu tersebut menjadi 3 potongan sama besar. Ketika akan memotong tahu tersebut S18 kemudian ingin mengambil tahu dari S12 untuk mencoba memotongnya.) (65) S18 : Sini. (sembari ingin mengambil pisau dari tangan

S12)

(66) S12 : Orak (tidak) (67) S18 : Sik (sebentar) (68) S12 : Orak (tidak)

(69) S14 : Le motong ki sing bener (Kalau memotong yang benar.)

(70) S18 : Cepet (cepat)

(71) S12 : Engko sik, engko sik (sebentar dulu, sebentar dulu)

(S12 terlihat mengukur tahu agar kalau dipotong bisa sama besar.)

(72) S14 : Ra iso motong ki (tidak bisa motong) (73) S12 : (S12 memotong tahu berbentuk balok)

Engko sik (sebentar dulu) (74) S18 : Pas ke meneh (dipaskan dulu) (75) S12 : Engko sik to (sebentar dulu)

(76) S18 : Wooo,, gedhe-gedhe (wooo,, besar-besar)

(S18 mengomentari hasil potongan tahu dari S12. S12 memotong tahu menjadi 3 bagian dan berbentuk balok.)

Dari transkripsi di atas, siswa mampu untuk mempraktekkan soal cerita yang diberikan. Media pembelajaran berupa tahu dipotong-potong oleh siswa sesuai dengan kegiatan yang terdapat dalam soal cerita. Tahu yang sudah dipotong-potong tadi diminta untuk digambarkan. Gambar tahu yang sudah dipotong-potong mengarahkan siswa untuk menemukan konsep pecahan. Berikut gambar yang dibuat oleh kelompok sepertiga untuk menenyelesaikan soal yang berhubungan dengan tahu.

Gambar 4.1 Jawaban kelompok sepertiga pada LKS pertemuan 2. Berdasarkan transkripsi dan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan permasalahan kontekstual mampu mengarahkan siswa untuk menemukan konsep. Siswa mampu mengembangkan strategi untuk menyelesaikan permasalah kontekstual.

c) Permasalahan kontekstual yang disampaikan mudah dimengerti siswa.

Permasalahan kontekstual yang diberikan mudah dimengerti siswa karena masalah yang disajikan dalam soal cerita dekat dengan kehidupan siswa dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Pada transkripsi II: 176-193 guru menyampaikan masalah kontekstual dalam bentuk soal cerita. Guru

dan siswa melakukan tanya jawab tentang informasi yang terdapat pada soal.

(176) G : Iya terima kasih, empat kelompok sudah

menuliskan jawaban nomor satu.

Kita lihat bersama-sama. Yuk nomor satu. Resa dan Yoga masing-masing membeli 1 loyang terang bulan yang sama besar dan rasanya. Resa membagi terang bulannya menjadi 4 potong yang sama besar, sedangkan Yoga membagi terang bulannya menjadi 2 potong yang sama besar. Resa memberikan satu potong, nilainya berapa?

(177) BS : .

(178) G : . Benar?

(179) BS : Benar.

(180) G : Iyak nilainya .

Ke empat kelompok menjawab dengan benar. Yoga memotong menjadi dua bagian. Satu potong diberikan kepada bu Fajar. Nilainya berapa?

(181) BS : .

(182) G : atau?

(183) BS : Setengah.

(184) G : Iyak setengah. Semua kelompok menjawab

dengan benar.

(185) (Guru lalu mengambil alat peraga papan terang

bulan untuk menjelaskan kembali kepada siswa) (186) G : Yuk, satu potong yang dipotong Resa nilainya

berapa?

(187) BS : .

(188) G : kita tempelkan.

Satu potong yang diberikan Yoga berapa nilainya?

(189) BS : Setengah.

(190) G : Ditambahkan disini nilainya berapa?

(191) BS : .

(192) G : . benar?

(193) SS : Benar.

Percakapan di atas menunjukkan bahwa siswa mengerti masalah yang disampaikan dan mampu menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru. Siswa tidak akan menjawab dengan benar seperti pada transkrip video di atas apabila siswa tidak mengerti masalah yang disampaikan. Masalah kontekstual pada soal cerita menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga dapat membantu siswa dalam memahami permasalahan tersebut.

Berdasarkan pembahasan pada indikator penggunaan konteks yaitu menggunakan masalah kontekstual, dapat disimpulkan bahwa penggunaan masalah kontekstual selama proses pembelajaran berlangsung sudah berjalan secara maksimal. Guru dapat melaksanakan dengan baik kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam RPP. Guru juga sudah menyampaikan soal-soal yang terdapat di dalam LKS. Permasalahan kontekstual yang disampaikan guru dekat dengan kehidupan siswa serta kegiatan pembelajaran mampu mengarahkan siswa untuk dapat menemukan konsep dan soal-soal yang disampaikan mudah dimengerti oleh siswa.

2) Menggunakan permainan

a) Permainan yang digunakan membangkitkan semangat siswa. Permainan dilakukan pada kegiatan awal untuk membangkitkan semangat siswa. Guru mengajak siswa melakukan permainan pada pertemuan pertama, ketiga, dan keempat. Pada pertemuan pertama guru mengajak siswa untuk melakukan permainan “Mencari Pasangan”. Siswa diberikan puzzle yang

berwarna berbeda-beda dan ketika digabungkan dengan warna yang sama akan terbentuk lingkaran dan terdapat arsiran yang menunjukan sebuah pecahan. Berikut adalah transkrip video yang menunjukkan semangat siswa ketika melakukan permainan, yaitu transkripsi I: 20-29.

(20) G : Iya, kalian sudah menyanyikan lagu kerjasama. Karena pagi hari ini kalian akan bekerjasama dengan teman kalian untuk belajar matematika. Bu Tari mau membagikan satu potong puzzle,,, nggih (ya). Nanti silahkan kalian cari.

(21) S20 : Teman-teman bu.

(22) G : Iya teman-teman yang nanti gambarnya bisa membentuk satu buah lingkaran.

Cari yang warnanya sama, bu Tari acak.

(23) (Guru membagikan satu buah puzzle untuk satu orang siswa. Siswa kemudian mencari pasangan puzzle tersebut dengan menggabungkan puzzle miliknya dengan milik teman yang lain sesuai dengan warna potongan lingkaran yang terdapat dalam puzzle.)

(24) G : Semua sudah dapat?

(25) SS : Sudah.

(26) G : Ada yang belum?

(27) BS : Sudah bu, jadi bu.

(28) G : Iyak, silahkan kalian berembug

(berdiskusi),bekerjasama dengan teman kalian. Puzzle yang sudah terbentuk, nilainya berapa? (29) (Siswa berlarian kesana kemari untuk mencari

pasangannya.)

Transkripsi tersebut menunjukkan bahwa siswa mulai sibuk untuk mencari pasangannya pada saat melakukan permainan mencari pasangan. Siswa terlihat antusias dalam melakukan permainan ini. Setelah siswa menemukan pasangannya, kemudian siswa langsung menyebutkan bentuk pecahan yang terbentuk dari lingkaran yang mereka dapatkan.

Guru juga melakukan permainan pada pertemuan ketiga. Siswa diajak guru untuk melakukan permainan “Kuis Cepat Tepat”. Guru memulai permainan dengan membacakan satu buah soal cerita. Siswa yang mampu menjawab soal tersebut dengan cepat dan benar akan mendapatkan reward sebuah bintang. Semangat siswa dapat dilihat pada trankripsi III: 27-29 sebagai berikut.

(27) G : Aduh bintangnya habis.

Iya, yang mendapatkan, siapa saja tadi yang mendapat bintang?

(Siswa yang mendapatkan bintang kemudian mengangkat tangannya.)

Yuda, Uut, Heri, Yuda, dan Alvin. Yuk kita beri tepuk tangan.

(28) G : Materi yang kemarin kita pelajari bersama-sama sudah banyak yang bisa. Nggih (iya).

Nah hari ini kita akan berkelompok lagi,

(29) S9 : Lagi buk… lagi buk…

Transkripsi di atas menunjukkan bahwa siswa sangat bersemangat dalam mengerjakan soal cerita yang diberikan. Hal ini ditunjukkan ketika siswa cepat-cepatan dalam menjawab soal dan mengangkat tangannya ketika ia selesai mengerjakannya. Selain itu S9 pada transkrip video nomor 29 masih belum puas dalam mengikuti permainan dan meminta kepada guru untuk bermain lagi.

Permainan juga digunakan oleh guru pada pertemuan ke empat. Guru mengajak siswa untuk melakukan permainan “Papan Harga”. Setiap siswa akan mendapatkan kertas yang bertuliskan angka 1 dan pecahan . Guru akan membacakan sebuah cerita yang di dalamnya terdapat berbagai bilangan. Ketika guru menyebutkan

sebuah bilangan, siswa segera mencari temannya untuk membentuk jumlah dari bilangan tersebut dengan menggunakan kertas yang dibawanya. Berikut adalah gambar yang menunjukkan siswa bersemangat melakukan permainan “Papan Harga”.

Gambar 4.2 Siswa terlihat bersemangat ketika melakukan permaianan “Papan Harga”.

Guru tidak hanya menggunakan permainan dalam membangkitkan semangat siswa. salah satu cara yang dilakukan guru adalah dengan bernyanyi. Judul lagu yang dinyanyikan adalah “Terang Bulan”. Terang bulan sudah sering ditemui dan dimakan oleh siswa sehingga guru menggunakan lagu tersebut untuk membangkitkan semangat siswa.

Berdasarkan transkipsi dan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa siswa nampak antusias dan bersemangat untuk melakukan permainan. Permainan yang digunakan dalam pembelajaran dapat membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran.

b) Permainan menggambarkan apa yang akan dipelajari.

Permainan yang dilakukan oleh siswa dibuat agar siswa dapat menggambarkan materi yang akan dipelajari olehnya. Salah

satu contohnya adalah permainan “Mencari Pasangan”. Dalam permainan ini siswa dibimbing guru untuk mengenal pecahan dari puzzle yang disatukan sehingga membentuk gambar lingkaran yang diarsir. Pemahaman siswa mengenai pecahan dapat dilihat pada transkipsi pertemuan I: 33-34.

(33) G : (Guru menanyakan pecahan yang terbentuk dari

puzzle yang dipakai untuk membegi kelompok.) Hai…hai…hai…

Nama kelompoknya apa? (34) S21 : Satu perempat.

Selain permainan “Mencari Pasangan” terdapat juga “Kuis Cepat Tepat” dan permainan “Papan Harga”. Kedua permainan ini dapat menggambarkan materi yang akan dipelajari oleh siswa karena berisikan cerita tentang penjumlahan pecahan. Pada permainan “Kuis Cepat Tepat” siswa mendengar soal cerita yang dibacakan oleh guru kemudian siswa yang selesai mengerjakan duluan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Tujuan permainan ini adalah untuk mengingat kembali pola penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda yang sudah dipelajari pertemuan sebelumnya. Selain itu, siswa perlu diingatkan kembali pola penjumlahan pecahan agar lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya.

Permainan lainnya yaitu permainan “Papan harga”. Dalam permainan ini siswa diharapkan mampu menjumlahkan pecahan yang dimilikinya sehingga dapat menjadi bilangan yang disebutkan

oleh guru. Gambaran untuk kegiatan ini terdapat pada transkripsi IV: 22 sebagai berikut.

(22) G : Misalkan bu guru membuat kalimat.

Ibu membeli telur dua. Nah, yang nilai setengah cari temannya nilai berapa lagi, sehingga satu kelompok nilainya dua.

Tidak usah rebutan. Dalam permainan mungkin ada yang sisa tidak masalah. yang penting kalian bisa bermain dengan menjumlahkan pecahan.

Transkripsi tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan permainan ini, siswa harus mampu menjumlahkan pecahan yang dimilikinya sehingga membentuk angka atau bilangan yang dibacakan oleh guru. Siswa seharusnya sudah mengetahui materi yang akan dipelajari melalui soal cerita, namun guru kurang membahas permainan tersebut. Permainan hanya dibahas guru untuk mengetahui apakah siswa sudah benar dalam melakukan permainan tanpa memperhatikan siswa apakah sudah tahu atau belum tentang materi yang akan dipelajari.

Penggunaan permainan dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Selain itu permainan juga berguna untuk membentuk kelompok dan menggali pengetahuan siswa. Permainan mencari pasangan berguna untuk membentuk kelompok belajar, sedangkan permainan papan harga dan kuis cepat tepat digunakan untuk menggali pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.

Berdasarkan pembahasan pada indikator penggunaan konteks yaitu menggunakan permainan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan selama proses pembelajaran berlangsung sudah berjalan secara maksimal. Permainan yang dilakukan dapat membangkitkan semangat siswa. Permainan juga dapat menggambarkan materi yang akan dipelajari oleh siswa.

3) Menggunakan media dan alat peraga

a) Media dan alat peraga yang digunakan mudah ditemukan/dekat dengan siswa.

Media dan alat peraga sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran dapat digunakan untuk membantu menjelaskan materi. Media pembelajaran yang digunakan guru pada pertemuan pertama adalah tahu, roti tawar dan kue bolu. Tahu merupakan adalah salah satu makanan yang sering dijumpai dan disukai oleh siswa. Hal tersebut ditunjukkan pada transkripsi pertemuan I: 99-108 sebagai berikut:

(99) G : Tiga. Siapa yang seneng tahu goreng?

(100) (Terlihat beberapa anak mengangkat

tangannya.)

(101) BS : Tahu bacem…. Tahu bacem…

(102) G : O,iya… tahu bacem manis rasanya. Inggih (iya). Lek (kalau) tahu goreng rasanya?

(103) S19 : Asin. (104) S13 : Gurih.

(105) G : Asin, iyak gurih. Diberi apa?

(106) BS : Bawang.

(107) G : Bawang sama apa?

Pada pertemuan kedua guru menggunakan media pembelajaran berupa kue terang bulan, gambar terang bulan, papan terang bulan dan papan pecahan. Kue terang bulan mudah ditemukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat terlihat pada transkripsi II: 15-18 sebagai berikut:

(15) G : Iyak, siapa yang pernah makan terang bulan?

(16) (Beberapa siswa mengangkat tangannya.)

(17) G : Semua sudah pernah?

(18) BS : Sudah…

Transkripsi di atas menunjukkan bahwa siswa sudah mengenal kue terang bulan yang digunakan sebagai media demonstrasi. Siswa sudah pernah melihat bahkan memakan media demonstrasi yang digunakan. Media pembelajaran yang digunakan pada pertemuan pertama dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.3 Media pembelajaran pada pertemuan pertama. Berdasarkan transkripsi dan gambar-gambar yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan dalam pembelajaran merupakan media yang mudah ditemui oleh siswa di dalam kehidupan sehari-hari. Siswa sangat familiar dengan media yang mereka gunakan. Siswa juga pernah melihat bahkan memakan media pembelajaran yang berupa makanan tersebut.

b) Media dan alat peraga dapat menarik perhatian siswa.

Media pembelajaran yang digunakan dapat menarik perhatian siswa. Hal ini tampak ketika guru menyebutkan media yang akan digunakan, siswa langsung menanggapinya dengan senang. Kejadian ini terlihat pada transkripsi I: 12-13 sebagai berikut.

(12) G : Engko marai (nanti menyebabkan) ngantuk nggih

(ya). Nanti ada tersedia kue.

(13) BS : Horeee…

Dari percakapan di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat senang ketika guru menyebutkan media pembelajaran yang akan mereka gunakan. Selain itu siswa juga sangat berminat untuk menggunakan media pembelajaran seperti pada transkripsi II: 21-22 sebagai berikut.

(21) G : (tersenyum)

Yak,,, disini ada kue terang bulan ya,,, (sambil menunjuk ke arah kue terang bulan)

(22) S15 : Minta bu,,, minta bu,,

Berdasarkan transkripsi di atas dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan dalam pembelajaran dapat menarik perhatian siswa. Jadi media dan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran sudah dapat menarik siswa sehingga siswa lebih senang dan bersemangat untuk belajar.

Berdasarkan pembahasan pada indikator penggunaan konteks yaitu menggunakan media dan alat peraga, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dan alat peraga selama proses pembelajaran berlangsung sudah berjalan secara maksimal. Media dan alat peraga

yang digunakan dalam proses pembelajaran mudah ditemukan dan dekat dengan kehidupan siswa. Media dan alat peraga juga dapat menarik perhatian siswa untuk menggunakannya.

4) Menggali pengetahuan awal yang digali sesuai dengan materi a) Pengetahuan awal yang digali sesuai dengan materi.

Masalah kontekstual dalam bentuk soal cerita juga digunakan untuk menggali pengetahuan awal siswa. Hal ini terlihat pada transkripsi II: 34-53. Transkripsi tersebut menunjukkan kegiatan siswa dalam mempraktekkan kejadian di dalam soal cerita yang dibacakan oleh guru. Siswa didampingi guru dalam memperagakan cerita dengan menggunakan media kue terang bulan. Cerita tersebut menggambarkan materi tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Siswa dalam mempraktekkan cerita sangat menarik karena mampu membuat cerita tersebut menjadi lebih nyata.

Pengetahuan awal yang digali terdapat pada akhir cerita. Di akhir cerita terdapat sebuah pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa. Pertanyaan inilah yang digunakan untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Siswa dalam mempraktekkan adegan di dalam cerita masih dibimbing oleh guru. Tindakan guru yang melakukan tanya jawab untuk menuliskan kalimat matematika dari soal sudah cukup baik. Tetapi lebih baik apabila siswa sendiri yang

menuliskan kalimat matematikanya agar siswa dapat lebih memahami inti dari soal tersebut.

Pengetahuan awal yang dimiliki siswa juga dapat digali melalui kuis cepat tepat dan permainan papan harga. Kuis cepat tepat terdapat pada transkripsi III: 25-26. Kuis ini berfungsi untuk melatih siswa dalam mengerjakan soal dengan cepat dan benar. Sedangkan permainan papan harga melatih siswa dalam membentuk kelompok dari bilangan yang terdapat dalam cerita dan dibacakan oleh guru. Kedua permainan ini menunjukkan bahwa siswa masih mengingat materi yang telah mereka pelajari sebelumnya.

b. Karakteristik Penggunaan Model

1) Penggunaan strategi informal oleh siswa dalam pemecahan masalah.

Penggunaan strategi dalam pemecahan masalah setiap siswa tidak selalu sama. Penggunaan strategi informal nampak pada saat siswa memotong tahu dan bolu. Pada saat siswa memotong tahu untuk memperagakan kegiatan dalam soal cerita, terdapat cara memotong yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut.

Gambar 4.5 Hasil potongan tahu kelompok satu perlima. Kedua gambar di atas menunjukkan bahwa tahu yang dipotong oleh siswa sama-sama dipotong menjadi tiga bagian. Namun antara kelompok satu dan kelompok lainnya memiliki strategi yang berbeda untuk memotongnya. Kelompok satuperdua memotong tahu tersebut membentuk tiga balok yang sama besar, sedangkan kelompok satuperlima memotongnya menjadi tiga bagian dengan bentuk segitiga. Strategi yang digunakan kelompok satuperlima masih kurang tepat karena siswa sudah memotong tahu menjadi tiga bagian namun bentuk dan ukurannya belum sama besar. Untuk hasil potongan kelompok satu perdua sudah tepat karena kelompok tersebut telah memotong tahu menjadi tiga potongan yang sama besar.

Berdasarkan pembahasan di atas menunjukkan penggunaan strategi informal dalam bentuk penggunaan media pembelajaran sudah munsul dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran tersebut dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Jadi indikator penggunaan strategi informal sudah muncul secara maksimal dengan bantuan media sebagai sarana strategi penyelesaian masalah.

2) Penggunaan strategi formal oleh siswa dalam pemecahan masalah.

a) Memodelkan masalah dalam kalimat matematika.

Penggunaan strategi formal dilakukan siswa dalam memecahkan masalah pada soal cerita. Siswa dalam mennyelesaikan masalah dilakukan dengan memodelkan masalah ke dalam kalimat matematika. Berikut gambar yang menunjukkan bahwa siswa memodelkan masalah dalam kalimat matematika. Kalimat matematika adalah tulisan dalam bentuk bilangan dan operasi hitung hasil dari pemahaman kalimat pernyataan.

Gambar 4.6 Pekerjaan kelompok satu perenam pada LKS pertemuan 1.

Siswa dalam menyelesaikan masalah penjumlahan berpenyebut sama dilakukan dengan menggambar kue bolu yang telah ia potong, kemudian menuliskannya ke dalam kalimat matematika untuk menjelaskan gambar yang telah ia dibuat. Siswa juga menuliskan cara penyelesaian dari soal cerita yang ia kerjakan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu untuk memodelkan masalah dalam kalimat matematika.

b) Menggunakan rumus matematika dalam pemecahan masalah. Penggunaan rumus matematika dalam pemecahan masalah terlihat ketika siswa mengerjakan soal dalam evaluasi pada pertemuan kedua. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan menuliskan rumus matematika. Situasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.7 Hasil pekerjaan S5 pada soal evaluasi pertemuan 2. Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat bahwa S5 dalam menyelesaikan permasalahan menggunakan strategi formal. Siswa menuliskan langkah-langkah matematis terlebih dahulu. Kemudian siswa tersebut menyamakan penyebut dari 4 dan 3 dengan mencari KPKnya. Setelah penyebut tersebut sama kemudian S5 mengalikan hasil KPK dari penyebut tersebut dengan pembilangnya. Setelah itu S5 menjumlahkan pembilangnya.

c) Menggunakan langkah-langkah matematis dalam pemecahan

masalah.

Pada proses pembelajaran siswa memecahkan masalah menggunakan lagkah matematis. Penggunaan langkah-langkah matematis mulai dilakukan siswa saat siswa memahami permasalahan kontekstual yang terdapat dalam soal cerita.

Pertama-tama siswa membaca dahulu soal cerita untuk megetahui permasalahan yang terdapat dalam soal tersebut. Setelah itu siswa menggunakan media untuk menemukan strategi penyelesaian. Strategi yang sudah ditemukan siswa kemudian dituangkan ke dalam kalimat matematika untuk menyelesaikan soal tersebut.

Langkah pertama siswa bersama-sama membaca soal dan memahami keterangan yang terdapat dalam soal seperti pada transkripsi III: 35 sebagai berikut.

(35) G : Untuk soal yang pertama, dihadapan kalian sudah tersedia alat atau media ini. (Guru menunjukkan

Dokumen terkait