WONOKROMO SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
Fatimatuzzahro
NIM: C02212055
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah Surabaya
v
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan bagaimana mekanisme penundaan waktu penyerahan barang di DTC Wonokromo Surabaya dan bagaiman tinjauan hukum Islam dan Undang-undang No.8 tahun 1999 terhadap penundaan waktu penyerahan barang dengan akad jual beli pesanan di DTC Wonokromo Surabaya. Data penelitian dihimpun melalui pengamatan dan wawancara kepada pembeli dan penjual dan selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif analisis.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Menurut hukum Islam dalam melakukan jual beli pesanan harus dilakukan dengan takaran tertentu, timbangan tertentu sampai waktu yang diketahui. hal itu merupakan syarat mutlak sahnya jual beli pesanan. Pertimbangan dasar hukum al-Quran dan Hadith,kaidah fiqh, serta ijtihad para ulama Hanafiyah menyatakan bahwa penundaan waktu penyerahan barang yang tidak memiliki hak khiyar menjadikan akad menjadi rusak dan tidak sah. Konsekuensi hukum Islam atas akad yang rusak adalah kebolehan penjual dalam menjual barang pesanan kepada pihak lain, hal ini boleh dilakukan atas kesepakatan dan kerelaan hati pihak penjual dan pihak pemesan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen penundaan waktu penyerahan barang telah melanggar Undang-undang Perlindungan Konsumen pasal 16 ayat 1. Sehingga menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen penundaan waktu penyerahan barang dapat dikenai sanksi sesuai pada pasal 62 huruf b yaitu dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
BAB II JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN B. Jual Beli Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ……….. 33
3. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen ……….. 38
C. Ketentuan Umum Tentang Jual Beli Pesanan (as-Salam) ………. 42
1.Pengertian Jual Beli Pesanan ……….... 42
2.Dasar Hukum Jual Beli Pesanan (as-Salam) ………. 43
3.Rukun dan Syarat Jual Beli Pesanan ……… 46
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN DAN MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DI TOKO FIDHIA COLLECTION A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 48
1. Toko Fidhia Collection ………... 48
2. Toko Virgo Collection ………. 53
3. Toko Butik Altara ……… 56
B. Mekanisme Kegiatan Jual Beli Pesanan di DTC Wonokromo ... 58
C. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Pada Akad Jual Beli Pesanan di DTC Wonokromo ………..………. 62
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG No. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL BELI PESANAN A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Pada Akad Jual Beli Pesanan di DTC Wonokromo Surabaya ………. 67
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan manusia tidak terlepas dari kegiatan berinteraksi
sosial, Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu
makhluk yang berinteraksi dengan masyarakat. Menurut Ahmad Azhar
Basyir, Disadari atau tidak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, manusia
selalu berhubungan satu sama lain. Menurutnya Hubungan manusia sebagai
makhluk sosial ini dalam Islam disebut muamalat.1
Menurut Nasroen Haroen kata muamalat berasal dari bahasa
arab almu’a@malah yang secara etimologi sama dan semakna dengan
al-mufa@’alah (saling berbuat). Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang dengan seorang atau beberapa orang dalam
memenuhi kebutuhan masing-masing.2 Ada beberapa bentuk muamalat
antara lain, jual beli, utang piutang, kerjasama dagang, sewa menyewa,
upah dan lain sebagainya yang berhubungan dengan interaksi sosial.
Salah satu bentuk muamalat yang sering digunakan oleh
manusia adalah kegiatan jual beli yaitu kegiatan menukar sesuatu dengan
sesuatu yang lain sebagai sarana memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 275 :
Artinya: ‚Orang-orang yang makan (bertransaksi dengan) riba, tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang dibingungkan oleh setan, sehingga ia tak tahu arah disebabkan sentuhan(nya). Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan karena mereka berkata, ‚Jual beli tidak lain kecuali sama dengan riba,‛ padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Maka barang siapa yang telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu berhenti (dari praktek riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (kembali) kepada Allah. Adapun yang kembali (bertransaksi riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.‛ 3
Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, artinya setiap manusia
diperbolehkan untuk melakukan jual beli asalkan tidak mengandung unsur
riba didalamnya, riba yang dimaksud dalam ayat ini adalah riba nasi^’ah
yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat.
Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan jual beli tidak
semua kegiatan halal dilakukan, akan tetapi seseorang dalam melakukan
kegiatan jual beli tetap dibatasi oleh aturan yang harus ditaati sehingga
tidak merugikan manusia lainnya, maka seorang muslim harus
mempunyai acuan dalam melakukan kegiatan jual beli yaitu nilai-nilai
syariat Islam.
Menurut Abdul Sami’ Al-Mishri, jual beli sesuai ketentuan
syariat Islam dapat menghilangkan praktek penipuan, serta
memungkinkan ekonomi dapat berjalan dengan mudah dan penuh
kerelaan hati. 4
Terdapat dua macam bentuk jual beli yang sering digunakan
oleh masyarakat yang pertama adalah jual beli murni yang merupakan
bentuk jual beli yang digunakan masyarakat dan yang kedua adalah jual
beli dalam bentuk khusus yaitu jual beli pesanan. Didalam hukum Islam
jual beli pesanan disebut akad salam yaitu menjual suatu barang yang
penyerahannya ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas
dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan
kemudian hari. 5
Sedangkan dalam Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen pada pasal 16 huruf a bab IV dijelaskan mengenai
peraturan pada jual beli pesanan yaitu :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa melalui pesanan dilarang untuk :
a) Tidak menepati pesanan dan atau kesepakatan waktu
penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan.6
4 Abdul Sami’ al-Mishri, Pilar-Pilar Ekonomi Islam, Cet. Ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 95.
5 Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah . . ., 147.
Sehingga dikarenakan jual beli pesanan merupakan jual beli
dalam bentuk khusus, maka transaksi jual beli pesanan atau dalam hukum
Islam disebut akad salam telah diatur dalam ketentuan hukum Islam dan
Undang-undang perlindungan konsumen No. 8 Tahun 1999.
Ada beberapa macam barang yang diperjualbelikan salah
satunya adalah jual beli busana atau pakaian. Jual beli busana pun
bermacam-macam, salah satunya adalah jual beli busana muslim yang
berupa gamis, rok, baju atasan, baju koko, kerudung, celana panjang dan
lain sebagainya. Jual beli busana tersebut biasanya dijual pada toko-toko
busana muslim, butik busana muslim atau toko-toko yang menjual busana
muslim yang berada di dalam mall, pasar, pinggir jalan, tempat wisata
dan lain sebagainya.
Khususnya di daerah Surabaya, terdapat banyak tempat
perbelanjaan busana muslim. Salah satu pusat perbelanjaan yang sering
dikunjungi masyarakat adalah DTC Wonokromo, di dalam mall ini
terdapat banyak toko penjualan mulai dari toko yang menjual sepatu,
sprei, tas, buku, busana muslim dan lain-lain.
Mekanisme kegiatan jual beli di dalam pusat perbelanjaan ini
adalah penjual telah menetapkan harga dan tidak memperbolehkan
pembeli untuk melakukan penawaran terhadap barang yang ingin dibeli
dan terkadang penjual memberikan diskon (potongan harga) dengan
Di dalam pusat perbelanjaan ini ada banyak toko yang menjual
busana muslim, antara lain Butik Altara, toko Virgo Collection, toko
busana Dannis, toko Fidhia Collection dan lain sebagainya.
Toko Fidhia Collection adalah salah satu toko busana muslim
yang berada di pusat perbelanjaan DTC Wonokromo yaitu di lantai 3
Blok A No.6 Surabaya. Toko Fidhia Collection adalah toko yang menjual
busana muslim antara lain, gamis, rok, celana, baju Koko, baju atasan
panjang wanita, baju gamis anak, baju koko anak. Sistem jual beli yang
ada pada toko ini sebenarnya sama dengan sistem jual beli yang ada di
toko lain yaitu penjual telah menetapkan harga dan pembeli tidak
diperbolehkan menawar harga yang telah ditetapkan oleh penjual, toko ini
juga menerapkan dua macam bentuk jual beli, yang pertama jual beli
murni yaitu sistem jual beli dimana proses saling tukar menukar antara
barang dan uang diserahkan dalam satu akad, sehingga akad jual beli
selesai pada saat itu. Yang kedua adalah sistem jual beli pesanan, yaitu
sistem jual beli dimana pembeli melakukan pesanan kepada penjual
dengan spesifikasi barang dan waktu penyerahan barang yang telah
disepakati.7Sehingga pembeli dapat menerima barang pesanan tepat
sesuai waktu yang diperjanjikan.
Dari sistem jual beli pesanan dalam toko ini, peneliti
mengamati ada kegiatan yang menarik untuk dibahas, yaitu ketika suatu
waktu tepatnya tanggal 22 Maret 2015, seorang pembeli sebut saja
pembeli FA datang ke toko ini, kemudian dikarenakan pembeli tidak
tertarik dengan busana yang ada ditoko, penjual mencoba menawarkan
busana lain namun, pembeliannya harus melalui jual beli pesanan,
pembeli kemudian tertarik dan menginginkan untuk memesan busana
yang ada pada gambar yang ditawarkan penjual. yaitu model busana
dengan kode busana GM-1030 sebanyak dua busana dan GM-1213
sebanyak dua busana dengan total harga Rp. 660.000, dan penjual
mensyaratkan agar pembeli membayar lunas diawal, kemudian setelah
pembeli membayar lunas busananya pembeli mendapatkan nota
pembelian lengkap dengan stempel waktu penyerahan barang yaitu
tanggal 26 Maret 2015 yang artinya pembeli dapat mengambil pesanan
pada tanggal tersebut. Kemudian peneliti juga mengamati pada tanggal
jatuh tempo tersebut sebelum si pemesan FA mengambil barang
pesanannya, datanglah pembeli DA dan ingin melakukan pembelian
busana sebanyak 20 busana, namun yang tersedia hanya 18 busana. Si
pembeli DA membutuhkan busana dengan kode busana GM-1030 dan
GM-1213 namun busana tersebut tidak tersedia, penjual kemudian
mengatakan bahwa busana tersebut tersedia namun merupakan pesanan
dari seseorang, kemudian dikarenakan pembeli tersebut telah sering
melakukan transaksi di toko tersebut maka penjual dengan sengaja
menjual pesanan pembeli FA kepada pembeli DA ini. Sehingga pada
waktu FA ingin mengambil barang pesanannya penjual mengatakan
penundaan lagi yaitu satu minggu kemudian.8 dan tidak diperkenankan
untuk membatalkan pesanan dikarenakan pesanan merupakan barang
yang susah untuk didapat, jikalaupun ingin membatalkan maka boleh
ditukar dengan busana yang lain yang senilai dengan harga barang
pesanan. Sehingga penjual tidak memperkenankan pembeli membatalkan
pesanan dan mengambil uang kembali melainkan juga harus berupa
barang. 9
Ada beberapa hal yang melatar belakangi peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap proses jual beli di toko Fidhia Collection
diantaranya karena jual beli dengan sistem pesanan merupakan jual beli
dalam bentuk khusus, sehingga telah disyariatkan oleh Islam agar dalam
melakukan jual beli pesanan harus dilakukan dengan spesifikasi barang
yang jelas dan waktu penyerahan barang yang disepakati. 10
Begitupun dijelaskan dalam Undang-undang perlindungan
konsumen No. 8 tahun 1999 bab IV pasal 16 huruf a bahwa dalam
transaksi jual beli pesanan pelaku usaha harus menepati pesanan sesuai
yang diperjanjikan.
Dari latar belakang sebagaimana dikemukakan diatas, maka
peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat
permasalahan mengenai Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 Terhadap Penundaan Waktu
Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli Pesanan di DTC Wonokromo
Surabaya.
A. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan
kemungkinan-kemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam
penelitian dengan melakukan identifikasi dan inventarisasi
sebanyak-banyaknya kemungkinan yang dapat diduga sebagai masalah.11
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Mekanisme akad jual beli pesanan di beberapa toko DTC Wonokromo
Surabaya.
2. Penentuan waktu penyerahan barang, namun pada saat jatuh tempo,
penyerahan barang tidak dilakukan.
3. Jual beli pesanan dalam hukum Islam dan Undang-undang
perlindungan konsumen No. 8 tahun 1999 bab IV pasal 16 huruf a.
4. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
No. 8 Tahun 1999 terhadap penundaan waktu penyerahan barang
dengan akad jual beli pesanan.
Dari beberapa masalah yang mungkin dapat dikaji tersebut,
penulis menetapkan batasan-batasan masalah diantaranya adalah :
a. Penundaan waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo dengan akad jual beli pesanan.
b. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
No. 8 Tahun 1999 terhadap penundaan waktu penyerahan barang
dengan akad jual beli pesanan.
B. Rumusan Masalah
Setelah peneliti paparkan latar belakang, identifikasi, dan
batasan masalah, maka untuk mempermudah pembahasan dalam
penelitian ini, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme penundaan waktu penyerahan barang dengan
akad jual beli pesanan di DTC Wonokromo Surabaya?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen No. 8 Tahun 1999 terhadap penundaan waktu penyerahan
barang dengan akad jual beli pesanan?
C. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang
kajian/penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang
diteliti sehingga tidak terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi
kajian/penelitian yang sudah ada.12
Kemudian, dari hasil pengamatan peneliti tentang
kajian-kajian sebelumnya, peneliti temukan beberapa kajian-kajian diantaranya :
1. Skripsi yang ditulis oleh Taufiq Hidayah yang berjudul ‚Tinjauan
Hukum Islam Dan Hukum Perdata Terhadap Jual Beli Sistem Pesanan
Pada Perusahaan Kecap UD. Eka Usaha Tuban‛. Skripsi ini membahas
jual beli sistem pesanan pada perusahaan Kecap UD. Eka Usaha
Tuban, dalam transaksi akadnya pembeli dan penjual telah melakukan
kesepakatan diawal, dan transaksi jual beli dengan sistem pesanan
dalam perusahaan ini telah memenuhi persyaratan yaitu barang, tempat
dan waktu yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan jual beli sistem
pesanan pada perusahaan kecap UD. Eka Usaha Tuban telah sesuai
dengan Hukum Islam dan Hukum Perdata. 13
2. Skripsi yang ditulis oleh Ernawati, yang berjudul ‚Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Jual Beli Aksesoris Dengan Sistem Pesanan Di Desa
Brakas Kecamatan Raas Kabupaten Sumenep‛. Skripsi ini membahas
praktek jual beli pesanan tidak sesuai dengan hukum Islam dikarenakan
akadnya rusak. Yaitu dalam transaksinya pembeli yang membatasi
waktu penyerahan barang, namun pembayarannya dilakukan secara
berangsur, dan ketika barang pesanan telah selesai dibuat terdapat
permasalahan yakni barang tidak sesuai dengan keinginan pembeli,
sehingga pembeli ingin dibuatkan kembali tanpa menggunakan akad
baru dan dengan harga yang sama, hal ini merupakan kedzaliman
pembeli terhadap penjual, padahal hukum Islam telah menjelaskan jika
melakukan kegiatan Jual beli yang ditangguhkan maka harus dengan
spesifikasi yang jelas dan waktu yang jelas pula, sehingga hasil
penelitiannya praktek jual beli tidak sesuai dengan hukum islam. 14
3. Skripsi yang ditulis oleh M. Khoirul Adim, yang berjudul ‚Praktek Jual
Beli Pesanan Di Pasar Perak Jombang dalam Perspektif Pendapat
Ulama Fiqh‛. Skripsi ini membahas kesesuaian akad salam menurut
pendapat ulama Fiqh mengenai tatacara transaksi jual beli pesanan,
barang pesanan, harga barang, waktu penyerahan barang, dan tempat
penyerahan barang, semua harus jelas ketika akad berlangsung,
sehingga tidak terjadi perselisihan dikemudian hari. 15
Skripsi diatas lebih menekankan pada kesesuaian akad jual beli
pesanan pada semua kegiatan transaksi jual beli pesanan menurut Hukum
Islam, Hukum Perdata, dan Prespektif Ulama Fiqh, sedangkan yang akan
peneliti lakukan ini lebih menekankan pada penundaan waktu penyerahan
barang pada saat jatuh tempo menurut Hukum Islam dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999.
14 Ernawati, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Aksesoris Dengan Sistem Pesanan Di Desa Brakas Kecamatan Raas Kabupaten Sumenep‛ (Skripsi -- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011), 65.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang peneliti
lakukan ini adalah :
1. Untuk mengetahui mekanisme akad jual beli pesanan di DTC
Wonokromo Surabaya.
2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 terhadap penundaan waktu
penyerahan barang dengan akad jual beli pesanan.
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna
baik bagi peneliti maupun pembaca lain, diantaranya :
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah
satu pengetahuan ilmiah yang akan menambah keilmuan dalam bidang
muamalah (Hukum Ekonomi Syariah).
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi :
1. Peneliti
Sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar S-1 dan juga
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan keilmuan dalam bidang
2. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman yang lebih mendalam kepada masyarakat dalam
melakukan berbagai macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan
syariat-syariat Islam.
3. Lembaga Pendidikan
Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam
dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di
Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional memuat penjelasan tentang pengertian
yang bersifat operasional dari konsep atau variabel penelitian sehingga
bisa lebih memudahkan dan menyederhanakan serta bisa dijadikan acuan
dalam menelusuri, menguji dan mengukur variabel tersebut melalui
penelitian. Beberapa istilah dalam penelitian ini yaitu :
Hukum Islam : Ketentuan - ketentuan Allah SWT yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
yang wajib ditaati oleh umat-Nya, baik
ketentuan yang berhubungan dengan aqidah
maupun ketentuan yang berhubungan
dengan amaliyah (perbuatan) yang dalam hal
dalam hukum Islam disebut akad salam
berdasarkan Al-Quran, Hadits dan Pendapat
Ulama.
UU No.8 Tahun 1999 : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
tentang Perlindungan Konsumen pasal 4
huruf g bab III tentang hak dan kewajiban
konsumen dan pasal 16 huruf a bab IV
tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku
usaha.
Jual Beli Pesanan : Dalam hukum Islam disebut akad salam
yaitu Jual beli yang uang/modalnya dibayar
dahulu, sedangkan barangnya, diserahkan
sesuai dengan waktu yang disepakati.
Penundaan Waktu : Pada saat jatuh tempo waktu penyerahan
barang yang telah ditentukan penjual,
penjual melakukan penundaan waktu dengan
sengaja.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yaitu
kegiatan untuk memperoleh data penelitian langsung Di DTC
Wonokromo pada tiga toko, yaitu Toko Fidhia Collection, Toko Virgo
Collection, Toko Butik Altara. Sifat penelitian ini merupakan penelitian
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini.
Penelitian ini menggambarkan suatu kondisi apa adanya atau fakta-fakta
yang terjadi dilapangan. 16 berikut beberapa rangkaian metode penelitian :
1. Data yang dikumpulkan
Data merupakan kumpulan dari keterangan / informasi
yang benar dan nyata yang diperoleh baik dari sumber primer maupun
sumber sekunder.17 Menurut Burhan Bungin data dibedakan menjadi
dua macam yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data
primer atau sumber pertama di lapangan.18 Yaitu teori mengenai
aturan jual beli pesanan dalam Islam dan pendapat ulama serta
teori mengenai jual beli pesanan menurut Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder.19 Data sekunder yang peneliti
kumpulkan diantaranya :
1) Data mengenai kegiatan transaksi jual beli pesanan di DTC
Wonokromo Surabaya.
16 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2006), 6. 17 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 211.
18 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 124.
2) Data mengenai penundaan waktu penyerahan barang pada
akad jual beli pesanan di DTC Wonokromo Surabaya.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas data primer
dan data sekunder. 20
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang digali
dari beberapa sumber utama yaitu :
1) Pemilik toko
2) Pelayan dan kasir toko.
3) Pembeli yang melakukan akad jual beli pesanan.
b. Sumber data sekunder
Sumber data ini diambil dari dokumen dan bahan pustaka
(literature buku) yang ada hubungannya dengan penelitian ini,
antara lain :
1) Dokumen yang dimiliki oleh Toko Fidhia Collection.
2) Fiqh Sunnah, karangan Sayyid Sabiq.
3) Fiqh Muamalat, karangan Nasroen Haroen.
4) Asas-Asas Muamalat, karangan Ahmad azhar Basyir.
5) Ekonomi Islam, karangan Hulwati.
6) Aspek Hukum dalam Ekonomi dan Bisnis, karangan Arus Akbar
Silondae dan Andi Fariana.
7) Pilar-Pilar Ekonomi Islam, karangan Abdul Sami’ al-Mishri.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data pada penelitian kualitatif
membutuhkan teknik-teknik kualitatif pula.21 teknik penggalian
data yaitu dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a) Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap
objek yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
b) Interview yaitu mengadakan wawancara langsung dengan
beberapa pihak terkait dengan tiga Toko, yaitu di Toko Fidhia
Collection, Toko Virgo Collection, Toko Butik Altara.
c) Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dari dokumen-
dokumen dan arsip yang berkaitan dengan penulisan skripsi
ini.
4. Teknik Pengelolaan Data
Tahapan pengelolaan data dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a) Organizing yaitu suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan
penelitian. 22
b) Editing yaitu kegiatan pengeditan akan kebenaran dan
ketepatan data tersebut.23 Serta memeriksa kembali semua
21 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, . . ., 173.
data-data yang diperoleh dengan memilih dan menyeleksi data
tersebut dari berbagai segi yang meliputi kesesuaian dan
keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian, kejelasan serta
relevansinya dengan permasalahan. Teknik ini digunakan
peneliti untuk memeriksa kelengkapan data-data yang sudah
diperoleh. 24
c) Coding yaitu kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data
yang relevan dengan tema penelitian agar lebih fungsional. 25
d) Analyzing, yaitu dengan memberikan analisis lanjutan
terhadap hasil editing dan organizing data yang diperoleh dari
sumber-sumber penelitian, dengan menggunakan teori dan
dalil-dalil lainnya, sehingga diperoleh kesimpulan. 26
5. Teknik Analisis Data
Setelah tahapan pengolahan data langkah selanjutnya
yaitu menganalisa data. Penelitian ini dianalisa dengan
menggunakan teknik deskriptif analisis, yakni menggambarkan
kondisi, situasi, atau femnomena yang tertuang dalam data yang
diperoleh tentang penundaan waktu penyerahan barang kemudian
dianalisis dengan menggunakan teori hukum Islam dan
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
24 Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: Bumi aksara, 1997), 153. 25 Ibid., 99.
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan
pola pikir Deduktif, yaitu menganalisa data umum yang telah
dikumpulkan dan didukung dengan teori hukum Islam tentang jual
beli pesanan akad salam dan Undang-Undang No. 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen pasal 4 huruf g bab III tentang
hak dan kewajiban konsumen dan pasal 16 huruf a bab IV tentang
perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha sebagai dasar untuk
membangun sebuah analisa yang kemudian ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat khusus tentang penundaan waktu
penyerahan barang.
H. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis agar
mempermudah pembahasan dalam penilitian ini, sistematika
pembahasannya adalah sebagai berikut :
Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang memaparkan latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan yang terakhir sistematika
pembahasan.
Bab Kedua, adalah landasan teori yang menjelaskan tentang
jual beli pesanan menurut Hukum Islam yaitu jual beli pesanan dengan
akad salam dan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan
dan pasal 16 huruf a bab IV tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku
usaha.
Bab Ketiga, ini merupakan penyajian data hasil penelitian
pada beberapa toko di DTC Wonokromo yang menerapkan jual beli
pesanan. Dalam bab ini memuat tiga sub bab, pertama, Gambaran umum
Toko yang mencakup sejarah berdirinya Toko, struktur organisasi dan
produk-produk yang ada pada Toko. Kedua, memuat tentang mekanisme
kegiatan transaksi jual beli pesanan di Toko Fidhia Collection, Virgo
Collection, dan toko butik Altara. Ketiga, memuat tentang mekanisme
penundaan waktu penyerahan barang pada akad jual beli pesanan.
Bab Keempat, membahas mengenai Tinjauan Hukum Islam
dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 terhadap penundaan waktu
penyerahan barang dengan akad jual beli pesanan. Bab empat ini berisi
dua sub bab, yaitu: Tinjauan Hukum Islam terhadap penundaan waktu
penyerahan barang pada jual beli pesanan dengan akad salam, dan
Tinjauan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 terhadap penundaan waktu
penyerahan barang pasal 4 huruf g bab III tentang hak dan kewajiban
konsumen dan pasal 16 huruf a bab IV tentang perbuatan yang dilarang
bagi pelaku usaha.
Bab kelima, adalah penutup yang terdiri atas kesimpulan yang
BAB II
JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Jual Beli Menurut Hukum Islam
Jual beli dalam istilah fiqh disebut al-bai’ yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.1
Pada era saat ini jual beli identik dengan menukar mata uang dengan
barang atau yang lainnya. Lafal al-bai’ juga digunakan untuk pengertian
lawannya yang berarti menjual. Dengan demikian kata al-bai’ juga berarti
menjual tetapi sekaligus juga berarti membeli.
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang
dikemukakan oleh ulama fiqh, ulama Hanafiyah mendefinisikan dengan2 :
ُم َب
Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu
Yang dimaksudkan ulama Hanafiyah mengenai definisi jual
beli dengan cara tertentu adalah melalui ijab (ungkapan membeli dari
pembeli) dan qabul (pernyataan menjual dari penjual), atau dapat juga
melalui saling memberikan barang dan harga dari penjual dan pembeli.
1
Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah . . . , 111.
Selain itu menurutnya barang yang diperjualbelikan harus
bermanfaat bagi manusia, tidak diperbolehkan memperjualbelikan
bangkai, minuman keras, dan darah karena benda-benda tersebut tidak
bermanfaat bagi muslim.
1. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli sebagai sarana transaksi untuk saling memenuhi
kebutuhan mempunyai landasan hukum dalam al-Quran dan
As-Sunnah. Terdapat beberapa ayat al-Quran dan as-Sunnah tentang jual
beli diantaranya:
Dasar hukum jual beli berdasarkan al-Quran, antara lain :
a. Surat al-Baqarah ayat 198:
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum
itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.3
b. Surat an-Nisa ayat 29 :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang didasari suka sama suka diantara kamu. 4
Dasar hukum jual beli berdasarkan sunnah Rasulullah,
antara lain :
1) Hadith yang diriwayatkan oleh Al-hakim yang bersumber
pada Rifa’ah ibn Rafi’ :
‚Rasulullah Saw. Ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa yang paling baik. Rasulullah saw. Menjawab : Pekerjaan orang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang diberkati‛. ( HR. Bazzar dan
al-Hakim).5
2) Dari Ali bin Thalib, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda :
‚Sesungguhnya Allah ta’ala suka jika melihat hamba -Nya berusaha mencari sesuatu yang halal‛ (Riwayat Ath
Thabrani dan ad Dailami).6
3) Hadith yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim, Rasulullah
saw. Bersabda:
‚Yang halal itu jelas, dan yang haram juga jelas. Diantara keduanya syubhat. Siapa yang meninggalkan barang yang tidak jelas berupa dosa, maka terhadap yang sudah jelas dosa lebih pantas ditinggalkan. Dan siapa yang melakukan barang yang tidak jelas, ia diragukan akan jatuh pada hal-hal yang
‚Hukum asal dari muamalah adalah boleh atau mubah kecuali ada dalil yang melarangnya‛. 8
Jual beli yang diberkahi oleh Allah adalah setiap jual
beli yang tidak ada dusta dan khianat, sedangkan dusta itu adalah
penyamaran dalam barang yang dijual, dan pnyamaran itu adalah
6
Ibid.
menyembunyikan aib barang dari penglihatan pembeli. Adapun
makna khianat yaitu menyangkut cakupan yang lebih umum
sehingga selain menyamarkan bentuk barang yang dijual, sifat, atau
hal-hal luar seperti dia menyifatkan dengan sifat yang tidak benar
atau memberi tahu harga yang dusta.9
2. Rukun dan Syarat Jual Beli
Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus
dipenuhi, agar jual beli dapat dikatakan sah oleh syara’. Menurut
jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat,
yaitu10 :
a. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli)
1) Penjual adalah seorang atau sekelompok orang yang menjual
benda/jasa kepada pihak lain atau pembeli baik berbentuk
individu atau kelompok.
2) Pembeli adalah seseorang atau kelompok orang yang membeli
benda /jasa baik berbentuk individu atau kelompok.
b. Ada shigat (lafal ijab dan qabul)
Yaitu ucapan penyerahan hak milik dari satu pihak dan
ucapan penerimaan dipihak lain baik dari penjual atau pembeli.
c. Ada barang yang diperjualbelikan
Adalah objek dari suatu transaksi jual beli baik
berbentuk barang/jasa.
d. Ada nilai tukar pengganti barang
Artinya barang yang diperjualbelikan harus terdapat
nilai tukar yang sesuai dengan barang/harga sehingga diketahui
nila tukarnya.
Menurut Mardani, suatu jual beli tidak sah bila tidak
terpenuhi dalam suatu akad tujuh syarat, yaitu11 :
1) Saling rela antara kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli
2) Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan melakukan akad, yaitu
orang yang telah baligh, berakal, dan mengerti jual beli.
3) Harta yang menjadi objek transaksi telah dimiliki sebelumnya.
maka, tidak sah jual beli barang yang belum dimiliki tanpa seizin
pemiliknya atau barang-barang yang masih baru akan
dimilikinya.
4) Objek transaksi adalah barang yang dibolehkan agama. Maka,
tidak boleh menjual barang haram seperti khamr, bangkai dan
lain-lain.
5) Objek transaksi adalah barang yang bisa diserahterimakan. Maka,
tidak sah jual burung yang masih terbang diangkasa karena tidak
dapat diserahterimakan.
6) Memberi manfaat menurut syara’, maka dilarang jual beli
benda-benda yang tidak bisa diambil manfaatnya menurut syara’.
Seperti menjual babi, cicak, kalajengking dan lain sebagainya,
karena dalam transaki yang hendak diperoleh adalah manfaat itu
sendiri.
7) Tidak dikaitkan dengan atau hal-hal lain yang tidak pasti
misalnya: ‚jika ayahku pergi kujual motor ini‛.
8) Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan saya jual motor ini
kepada tuan selama satu tahun. Maka penjualan tersebut tidak
sah, sebab jual beli adalah salah satu sebab pmilikan secara penuh
yang tidak dibatasi apapun kecuali ketentuan syara’.
9) Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihak saat akad. Maka
tidak sah menjual barang yang tidak jelas.
10)Harga harus jelas saat transaksi. Maka tidak sah jual beli dimana
penjual tidak menetapkan harga jual.
Jual beli banyak macamnya tergantung dari sudut mana
jual beli itu dipandang. Maka untuk lebih jelasnya, seperti peneliti
jelaskan sebagai berikut :
a. Dilihat dari segi sifatnya.
1) Jual beli yang shahih, yakni jual beli yang disyariatkan
dengan memenuhi asalnya dan sifatnya, atau dengan
ungkapan lain, jual beli shahih adalah jual beli yang tidak
terjadi kerusakan, baik pada rukunnya maupun syaratnya.
2) Jual beli ghair shahih, yakni jual beli yang tidak dibenarkan
sama sekali oleh syara’ dan dinamakan jual beli bathil atau
jual beli yang disyariatkan dengan terpenuhi pokoknya
(rukunnya), tidak sifatnya dan ini dinamakan jual beli fasid
(rusak). 12
b. Dilihat dari segi obyek terhadap barang yang diperjualbelikan.
1) Jual beli pesanan (Bai’ al-Salam)
Yaitu jual beli melalui pesanan, yakni dengan cara
menyerahkan uang terlebih dahulu secara tunai, dan
penyerahan barang dilakukan setelahnya.
2) Jual beli Muqayyadah (barter)
Yaitu jual beli dengan cara menukar barang
dengan barang yang pada umumnya dikatakan barter
seperti menukar beras dengan minyak. 13
3) Jual beli Mutlaq
Yaitu jual beli dengan sesuatu yang telah disepakati dan
menggunakan Dirham, Dollar, Rupiah dan lain-lain sebagai
alat penukarannya. jual beli ini yang digunakan banyak
pedagang.
4) Jual beli thaman (alat penukar dengan alat penukar)
Yaitu menjual belikan S|aman (alat pembayaran) dengan
S|aman lainnya seperti uang perak dan uang emas.
c. Dilihat dari segi harga (thaman).
1) Jual beli al-murabahah, yakni jual beli mabi’ dengan harga
pokok ditambah sejumlah keuntungan tertentu yang
disepakati dalam akad.
2) Jual beli al-tauliyah, yakni jual beli mabi’ dengan harga asal
tanpa ada penambahan atau pengurangan harga.
3) Jual beli al-wadhi’ah, yakni jual beli barang dengan
pengurangan sejumlah harga atau diskon.
13
4) Jual beli al-musawamah, yakni jual beli barang dengan tsaman
yang disepakati kedua pihak, karena pihak penjual cenderung
merahasiakan harga asalnya. 14
d. Dilihat dari segi pelaksanaan pembayarannya.
1) Jual beli tunai, yaitu jual beli dimana harga dan barang
diserahkan secara tunai.
2) Jual beli utang dengan utang yaitu jual beli dimana harga dan
atau barang diserahkan nanti (tempo). 15
4. Jual beli yang tidak diperbolehkan
Berkenaan dengan jual beli yang terlarang Wahbah Zuhaili
dalam bukunya Fiqh Islam mengelompokkannya sebagai berikut :
a. Terlarang sebab Ahliyah
1) Jual beli orang buta
Jual beli orang buta dikategorikan shahih menurut
jumhur ulama jika barang yang diperjualbelikan diberi sifat
(diterangkan sifat-sifatnya). Adapun menurut ulama
Syafi’iyah, Jual beli orang buta tidak sah sebab ia tidak dapat
membedakan barang yang jelek dan yang baik.
14 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Konseptual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 141.
2) Jual beli terpaksa
Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah jual beli
tersebut tidak sah sebab tidak ada keridhaan ketika akad.
3) Jual beli Fudhul (jual beli tanpa seizin pemiliknya)
Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah jual beli
ini ditangguhkan sampai ada izin dari pemiliknya. adapun
Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah jual beli tersebut
tidak sah.
4) Jual beli yang terhalang
Yaitu jual beli yang terhalang karena kebodohan,
bangkrut, sakit dan orang-orang pemboros.
5) Jual beli malja’
Jual beli malja’ adalah jual beli orang yang sedang
dalam bahaya yakni untuk menghindari dari perbuatan
dzalim. Jual beli tersebut menurut ulama Hanafiyah adalah
fasid, sedangkan menurut ulama Hanabilah adalah Batal.
Jual beli tidak sah adalah jual beli yang tidak
memenuhi salah satu rukun atau syarat.
c. Jual beli Fasid
Jual beli fasid adalah jual beli yang sesuai dengan
ketentuan syari’at pada dasarnya, tapi tidak sesuai dengan syariat
pada sifatnya.
5. Jual beli yang diperbolehkan
Jual beli yang diperbolehkan oleh agama Islam
adalah jual beli yang dilakukan dengan kejujuran, tidak ada
kesamaran atau unsur penipuan. Kemudian rukun dan syaratnya
terpenuhi, barangnya bukan milik orang lain dan tidak terikat dengan
khiyar lagi. 16
B. Jual Beli Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
Dalam kehidupan masyarakat perkembangan perdagangan
khususnya pada kegiatan jual beli telah banyak cara bertransaksi antara
pelaku usaha dan konsumen. Pemenuhan kebutuhan mengenai barang dan
jasa yang diinginkan menyebabkan ketidakseimbangan posisi antara
konsumen dan pelaku usaha, maka dirasa perlu adanya pemberdayaan
konsumen melalui seperangkat Undang-Undang yang tujuannya untuk
melindungi kepentingan konsumen dan bukan untuk mematikan para
pelaku usaha namun justru agar dapat mendorong iklim usaha yang sehat
dan lahirnya perusahaan yang tanggungjawab dalam melakukan
penyediaan barang dan jasa yang berkualitas.
1. Pengertian Jual Beli
Hukum perlindungan konsumen tidak menyebutkan secara
tersurat definisi mengenai jual beli, pada dasarnya terjadinya kontrak
jual beli antara pihak penjual dan pembeli adalah pada saat terjadinya
persesuaian kehendak dan pernyataan antara keduanya dan juga
dengan barang dan harga yang menjadi obyek jual beli tersebut,
meskipun barang tersebut belum ada didepan mata dan belum
diserahterimakan. Dalam Undang-undang No. Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, yang dimaksud perlindungan konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen kemudian dijelaskan juga
mengenai subyek dan obyek jual beli yaitu sebagai berikut :
a. Subyek Jual Beli
1) Konsumen
Dalam hal ini Undang-undang Perlindungan
Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai :
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan. 17
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
konsumen merupakan pembeli barang/jasa dari pelaku usaha
dan juga sebagai pengguna terakhir barang atau jasa tersebut.
2) Pelaku Usaha
Pengertian pelaku usaha menurut undang-undang
perlindungan konsumen pasal 1 ayat 3 adalah :
Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Repubik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi. 18
Contoh pelaku usaha diantaranya adalah:
Perusahaan, BUMN, Koperasi, pedagang, penjual dan lain-lain.
b. Obyek Jual Beli
Yang termasuk obyek jual beli menurut hukum
perlindungan konsumen adalah :
1) Barang
Pengertian barang menurut undang-undang
perlindungan konsumen pasal 1 ayat 4 adalah sebagai berikut :
Setiap benda baik berwujud atau tidak berwujud, baik bergerak atau tidak bergerak dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
19
Barang yan dijadikan obyek jual beli Misalnya Baju,
Sepatu, kursi, dan barang lainnya.
2) Jasa
Pengertian jasa menurut Undang-undang
perlindungan konsumen pasal 1 ayat 5 adalah sebagai berikut :
Setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
Misalnya jasa dalam bidang kesehatan atau medis,
jasa pengacara, konsultan dan lain-lain.
2. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Dalam rangka untuk menciptakan perekonomian yang
sehat, yang dapat mewujudkan adanya keseimbangan dalam
memberikan perlindungan hukum bagi kepentingan konsumen dan
pelaku usaha maka dibentuklah aturan Undang-undang No.8 Tahun
1999 tentang perlindungan konsumen.
Undang-undang ini disahkan di Jakarta pada tanggal 20
April 1999 oleh presiden Bacharudin Jusuf Habibie dan mulai berlaku
setelah 1 (satu) tahun sejak diundangkannya yaitu pada tanggal 20
April 2000. Undang-undang ini tercantum dalam lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1999 No. 42. 20
3. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen
Dengan lahirnya Undang-undang No. 8 Tahun 1999
disebutkan bahwa perlindungan konsumen, maka diharapkan upaya
perlindungan konsumen di Indonesia yang selama ini kurang
perhatian, bisa lebih diperhatikan. Asas dan tujuan hukum
perlindungan adalah sebagai berikut :
a. Asas Hukum Perlindungan Konsumen
Dalam pasal 2 UUPK No. 8 Tahun 1999 disebutkan
bahwa perlindungn konsumen diselenggarakan sebagai usaha
bersama berdasarkan 5 asas yang relevan dalam pembangunan
nasional yaitu :
1) Asas Manfaat
Harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan konsumen dan pelaku secara keseluruhan.
2) Asas keadilan
Memberikan kesempatan kepada konsumen dan
pelaku usaha untuk melaksanakan serta mendapatkan hak dan
kewajiban secara adil.
3) Asas Keseimbangan
Memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil
dan spiritual.
4) Asas Keamanan dan keselamatan Konsumen
Memberi jaminan atas keamanan dan keselamatan
kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan atau jasa yang dikonsumsi atau
digunakan.
5) Asas Kepastian hukum
Baik pelaku maupun konsumen menaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen serta Negara menjamin kepastian hukum.
b. Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen
Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan
pengaturan-pengaturan perlindungan konsumen adalah agar membuat para pelaku
usaha dan konsumen menjadi lebih bertanggung jawab dalam
melakukan kegiatan jual belinya. Menurut pasal 3 UUPK tujuan
diterapkannya Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen adalah :
1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan atau
jasa.
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi.
5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
6) Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.
Untuk itu Undang-undang juga perlu mengatur mengenai
transaksi jual beli yang menyangkut kepentingan konsumen yaitu
mengenai hal-hal apa saja yang berkaitan dengan hak konsumen dan
perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha diantaranya :
Hak konsumen sesuai dengan yang disebutkan dalam pasal 4 yaitu
a) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan terhadap barang
dan atau jasa yang dikonsumsi. Harus sesuai dengan standart
pangan.
b) Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang
dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang telah diperjanjikan.
c) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan atau jasa. Harus dijelaskan kondisinya kepada
konsumen.
d) Hak untuk didengar pendapat atau keluhan dan keluhannya atas
barang dan atau jasa yang digunakan.+
e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya
menyelesaikan sengketa perlindungan konsumen secara patut.
f) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen
berupa pelatihan.
g) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
h) Hak untuk mendapatkan kompensas, ganti rugi dan atau pergantian,
apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian yang sebagaimana mestinya.
i) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
Dari beberapa hak konsumen yang tercantum pada pasal
diatas, peneliti lebih memfokuskan pada hak konsumen pasal 4 huruf g,
bahwa menurut ayat tersebut konsumen berhak diperlakukan atau
dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Yang dimaksud
tidak diskriminatif yaitu tidak membeda-bedakan antara konsumen
berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin dan
status social lainnya.
Pasal 16 tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha:
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa melalui
pesanan dilarang untuk :
a) Tidak menepati pesanan dan atau kesepakatan waktu penyelesaian
sesuai dengan yang dijanjikan.
b) Tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan atau prestasi.
Ada beberapa macam sanksi yang dijatuhkan apabila
melanggar hal-hal yang tersebut diatas yaitu seperti pada pasal 62:
a) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pasal 8, 9 pasal 10, 13, 17, 18 maka dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp.
2.000.000.000 (dua miliar rupiah).
b) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud
dan f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 500.000, 00 (lima ratus ribu rupiah).
c) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat,
cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang
berlaku.
C. Ketentuan Umum Tentang Jual Beli Pesanan (Akad Salam)
1. Pengertian Jual Beli Pesanan
Pengertian jual beli pesanan dalam fiqh Islam disebut
dengan as-salam atau as-salaf, secara terminologi para ulama fiqh
mendefinisikan dengan:
َ يَو ِلاَمْلا ُسْأَر ِهْيِف ُم دَقَ تَ ي ُه نَا ْيَا ِة منذلا ِِ ٍفْوُصْوَم ٍئْيَش ُعْيَ ب ْوَأ ،ٍلِجَاعِب ٍلَجَا ُعْيَ ب
ُريخَأَت
ُمْلا
لَجَِْ ُنِمْث
Yang artinya :
Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu (barang) yang ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan kemudian.
as-Salam dinamai juga as-Salaf (pendahuluan) yaitu penjualan
sesuatu dengan kriteria tertentu yang masih berada dalam
Para fuqaha menamainya dengan al-Mah@aw@ij (barang-barang
mendesak), karena ia sejenis jual beli barang yang tidak ada ditempat
sementara dua pihak yang melakukan jual beli mendesak.
Pemilik uang butuh membeli barang, dan pemilik barang
butuh pembayarannya sebelum barang ada ditangan untuk ia gunakan
memenuhi kebutuhan dirinya dan kebutuhan tanamannya sampai waktu
tanaman dapat dipanen/masak. Jual beli semacam ini termasuk
kemaslahatan kebutuhan.
2. Dasar Hukum as-Salam
Adapun dasar hukum disyariatkan jual beli salamm
bersumber dari al-Quran, Sunnah, dan Ijma’ para ulama.
Adapun dasar hukum akad salam yaitu surat al-Baqarah ayat
282 :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah
ia menulis . . . 21
Dari ayat tersebut diatas dijelaskan bahwa dalam
melakukan kegiatan hutang piutang. Salah satunya adalah kegiatan
jual beli pesanan, yaitu kegiatan jual beli yang menangguhkan
penyerahan barang namun pembayaran harga dilakukan diawal.
Maka, harus dituliskan secara jelas.
3. Rukun dan Syarat Jual Beli Pesanan
Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa rukun jual beli salam
ini hanya Ijab (ungkapan dari pihak pemesan dalam memesan
barang) dan qabul (ungkapan pihak yang menerima pesanan).
Adapun rukun jual beli pesanan menurut jumhur ulama selain
Hanafiyah yaitu :
a. Rukun Jual Beli Pesanan
Adapun rukun salam adalah :
1) Shighat
Ijab dan qabul dalam mazhab Hanafi, Maliki, dan Hambali
yang dimaksud ijab disini adalah menggunakan lafal salam
(memesan), salaf (memesan), dan bay’ (menjual). Seperti jika
pemilik modal mengatakan, ‚saya memesan.‛ Lalu pihak yang
2) Pihak yang melakukan akad
Dalam akad salam pihak pembeli dalam jual beli pesanan
disebut al-musli@m atau (pihak yang menyerahkan), sedangkan
pihak penjual disebut al-muslam alaih (pihak yang diserahi).
3) Barang objek akad
Barang yang dijual disebut al-muslam fiih (barang yang
diserahkan). Namun barang objek akad yang ada pada akad
salam berbeda dengan akad jual beli shahih dikarenakan barang
objek akad diserahkan dikemudian hari.
4) Harga Barang
Harga barang disebut dengan ra’su m@al salam (modal
as-salam). Dalam jual beli pesanan menggunakan akad salam,
maka pembayaran harga barang dilakukan sesegera mungkin
atau pada waktu akad.
b. Syarat-syarat Jual Beli Pesanan
Menurut mazhab Syafi’i ada empat syarat akad salam :
1) Disyaratkan pada kedua pelaku akad salam syarat-syarat yang
ditetapkan pada jual beli, seperti baligh, berakal dan tidak ada
2) Disyaratkan dalam akad salam shigat harus bersifat jelas dan
pasti dan terbebas dari hak khiyar syarat, karena keberadaan
khiyaar ini akan mengakibatkan penundaan penyerahan modal
salam (harga barang) dari majelis akad.
3) Modal salam harus diketahui oleh kedua pihak baik jumlah
maupun spesifikasi lainnya. Selain itu, modal salam harus
diserah terimakan dalam majelis akad sebelum kedua belah
pihak berpisah.
4) Syarat-syarat barang yang dibeli
Syarat-syarat barang yang dibeli menurut Nasroen Haroen
adalah22 :
a) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya, maksudnya harus
dijelaskan apakah barang tersebut merupakan gandum,
susu, pakaian atau lainnya.
b) Barang itu harus diketahui jenis, tipe, jumlah, dan sifatnya
oleh kedua belah pihak. Seperti membeli gandum tipe
sahliyah (yang ditanam di tanah datar), tipe saqiyah (yang
disiram) atau tipe jabaliyah (yang ditanam di pegunungan).
c) Barang tersebut harus dapat diserahkan sesuai dengan tipe
dan waktunya sehingga tidak boleh mengganti barang
salam dengan barang lainnya, akad salam juga tidak boleh
dilakukan pada barang yang biasanya tidak ada di pasaran,
pada waktu penyerahan barang seperti memesan anggur
pada musim dingin.
d) Tidak terdapat salah satu sebab riba fadhl, yaitu takaran
atau timbangan dan jenis yang sama. Jika salah satu sebab
ini dijumpai maka terjadilah riba nasiah. Dan setiap akad
yang mengandung riba maka akad menjadi rusak.
e) Menentukan waktu penyerahan barang, waktu ini harus
jelas dan pasti, sehingga tidak sah sebuah akad salam jika
waktu penyerahan tidak diketahui.
f) Menentukan tempat penyerahan barang. Jika barang
tersebut menuntut beban penyerahan seperti harus dibawa
setelah mereka semua sepakat bahwa tidak boleh tidak
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN DAN MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DI DTC WONOKROMO
SURABAYA
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Toko Fidhia Collection
a. Sejarah Toko Fidhia Collection
Awal mula dibukanya toko Fidhia Collection adalah
ketika itu pemilik toko yang bernama ibu Anisa ditawari mengontrak
sebuah stand yang berada di Kecamatan Wonokromo Surabaya Jawa
Timur tepatnya di DTC (Darmo Trade Center) Wonokromo lantai 3
blok A No. 6, dengan dana yang diberikan oleh suaminya yaitu bapak
Anggara pada tanggal 2 Februari 2005 dibukalah toko busana ini,
awalnya ibu Anisa hanya menjual baju yang didapatnya dari
distributor-distributor grosir dengan hanya menjual merk busana Sik
Clothing, Iskariman dan Jannaty. Seiring berjalannya waktu ternyata
ibu Anisa mendapat banyak pelanggan sehingga tahun 2008 beliau
mengembangkan usahanya dengan menambah jumlah merk busananya
yaitu Rahnem, Nibra’s, Ethica, Mutif, Qirani, Khabeela, Zaqiya.
semula hanya jual beli tunai, sekarang beliau menerapkan jual beli
dengan sistem pesanan. 1
Lebih lanjut berdasarkan awal berdirinya dan
perkembangan, toko Fidhia Collection, mempunyai maksud dan
tujuan sebagaimana berikut: Meningkatkan kualitas dan kuantitas
busana sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan, Meningkatkan
kualitas pelayanan yang baik kepada pelanggan, Menjadikan toko
sebagai pusat grosir di DTC Wonokromo.
Adapun pembagian uraian tugas dari setiap jabatan, ialah
sebagaimana berikut :
1) Pemodal
Pemodal sebagai penentu perputaran dan perkembangan
usaha toko Fidhia Collection. Pemodal hanya mempunyai
wewenang untuk memberikan modal, dikarenakan pemodal
merupakan suami dari pemilik toko, sehingga pemodal
menyerahkan semua keputusan kepada pemilik toko.
2) Pemilik toko
Pemilik toko sebagai pemilik dan memegng kedudukan
penting dalam organisasi. Pemilik toko mempunyai wewenang
dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan, serta
melakukan pengawasan terhadap toko sesuai dengan program dan
tujuan yang telah ditetapkan.
Selain melakukan pengawasan, ada beberapa tugas lain
yang dilakukan oleh pemilik toko 2, yaitu :
1) Melakukan penyediaan barang di toko Fidhia Collection.
2) Melakukan pengauditan laporan ketersediaan barang dan hasil
penjualan.
3) Menerima pesanan busana dari pelanggan.
4) Membina dan mengkoordinir staf administrasi dan karyawan.
5) Melakukan hubungan baik dengan pelanggan.
6) Menyiapkan dan menetapkan gaji staf administrasi dan
karyawan.
3) Staf Administrasi
Staf administratif merupakan staf ahli untuk membantu
pemilik toko dalam melaksanakan pemberkasan sehari-hari. Diantara
tugas staf admin adalah sebagai berikut 3 :
1) Membuat surat-surat yang berhubungan dengan keluar masuknya
barang.
2) Mengaudit nota pembelian, nota penjualan baik yang merupakan
jual beli tunai maupun jual beli pesanan, serta berkas-berkas lain
yang berhubungan dengan keuangan.
2
3) Mencatat semua busana yang tersedia dan busana yang terjual
setiap harinya.
4) Staf Karyawan
Staf karyawan merupakan tenaga yang dipekerjakan
untuk membantu tugas staf administrasi yang mempunyai tugas
diantaranya 4:
1) Melakukan penataan busana dengan rapi dan bersih, sehingga toko
terlihat indah.
2) Melayani pelanggan yang datang dengan baik dan sabar.
3) Mengucapkan salam dan memperlihatkan berbagai model busana
sehingga pelanggan tertarik untuk membeli.
b. Produk-produk Toko Fidhia Collection
Produk yang dijual di toko Fidhia Collection ini meliputi
busana muslim wanita, busana muslim pria, busana muslim anak
wanita, busana muslim anak laki-laki, busana atasan wanita, busana
muslim atasan pria.
a. Produk Busana Merk Qirani
Produk Qirani adalah busana muslim berbahan kaos yang
nyaman dipakai terdiri dari blus dan gamis.
b. Produk Busana Merk Ethica
Busana muslim Ethica memiliki beragam ukuran, warna,
desain dan model yang banyak disukai oleh anak-anak hingga wanita
4
dewasa, meliputi gamis anak dan kerudung, gamis remaja, atasan
berbahan kaos panjang, serta gamis dewasa.
c. Produk Busana Merk Sik Clothing
Busana muslim merk Sik Clothing merupakan jenis busana
berbahan kaos dan katun, yang meliputi gamis, atasan, kerudung dan
baju koko.
d. Produk Busana Merk Rahnem
Produk busana merk Rahnem merupakan busana khusus
berbahan kaos dan meliputi jenis busana gamis, atasan wanita, serta
sekarang telah mempunyai sarimbit ibu dan anak perempuan.
e. Produk Busana Merk Jannaty
Produk busana merk Jannaty merupakan busana berbahan
katun dan kaos yang hanya meliputi atasan wanita dan gamis saja.
f. Produk Busana Merk Nibra’s
Produk busana merk Nibra’s merupakan busana berbahan
katun menyediakan gamis, atasan wanita, sarimbit gamis dan baju
koko, serta sarimbit keluarga.
g. Produk Busana Merk Mutif
Produk busana mutif berbahan perpaduan kaos dan katun,
busana muslim wanita dewasa, busana muslim remaja, blus atasan
h. Produk Busana Merk Zaqiya
Produk busana merk Zaqiya merupakan busana berbahan
katun dan jersey yang khusus menjual busana gamis.
i. Produk Busana Merk Rauna
Produk busana merk Rauna merupakan busana berbahan
jersey yang khusus hanya menjual busana gamis berbahan jersey.
j. Produk Busana Merk Illiyana
Produk busana merk Illiyana merupakan busana baju
atasan dan bawahan yang terpisah. Produk ini berbahan katun dan
kaos.
2. Toko Virgo Collection
a. Sejarah Toko Virgo Collection
Awal mula dibukanya toko Virgo Collection adalah
ketika itu pemilik toko yang bernama ibu Ervina mengontrak sebuah
stand yang berada di Kecamatan Wonokromo Surabaya Jawa Timur
tepatnya di DTC (Darmo Trade Center) Wonokromo lantai 2 blok C
No. 12. Pada tanggal 1 Agustus 2006 dengan dana yang didapat dari
kumpulan modal beberapa saudaranya. Dengan modal tersebut
dibukalah Virgo Collection. System yang digunakan dalam toko ini
yaitu terdapat jual beli tunai dan jual beli pesanan.5
Lebih lanjut berdasarkan awal berdirinya dan
perkembangan, toko Virgo Collection, mempunyai maksud dan tujuan
sebagaimana berikut: Meningkatkan kualitas dan kuantitas busana
sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan, Meningkatkan kualitas
pelayanan yang baik kepada pelanggan, Menjadikan toko sebagai
pusat grosir di DTC Wonokromo.
Adapun pembagian uraian tugas dari setiap jabatan, ialah
sebagaimana berikut :
1) Pemodal
Pemodal sebagai penentu perputaran dan perkembangan
usaha toko Virgo Collection, sekaligus sebagai pemilik toko.
Pemodal mempunyai wewenang untuk memberikan modal,
melakukan pemeriksaan laporan dan kualitas kinerja toko Virgo
Collection, mengambil keputusan dan membuat kebijakan, serta
melakukan pengawasan terhadap toko sesuai dengan program dan
tujuan yang telah ditetapkan. 6
tugasnya antara lain: Melakukan penyediaan barang di
toko Virgo Collection, Melakukan pengauditan laporan
ketersediaan barang dan hasil penjualan, Menerima pesanan
busana dari pelanggan, Membina dan mengkoordinir staf
administrasi dan karyawan, Melakukan hubungan baik dengan
pelanggan, Menyiapkan dan menetapkan gaji staf administrasi
dan karyawan.
6
2) Staf Administrasi
Staf administratif merupakan staf ahli untuk membantu
pemilik toko dalam melaksanakan pemberkasan sehari-hari.
Diantara tugas staf admin adalah sebagai berikut 7 : Membuat
surat-surat yang berhubungan dengan keluar masuknya barang dan
Mengaudit nota pembelian, nota penjualan baik yang merupakan
jual beli tunai maupun jual beli pesanan, serta berkas-berkas lain
yang berhubungan dengan keuangan.
3) Staf Karyawan
Staf karyawan merupakan tenaga yang dipekerjakan
untuk membantu tugas staf administrasi yang mempunyai tugas
diantaranya8: Melakukan penataan busana dengan rapi dan bersih,
sehingga toko terlihat indah, Melayani pelanggan yang datang
dengan baik dan sabar, Mengucapkan salam dan memperlihatkan
berbagai model busana sehingga pelanggan tertarik untuk
membeli.
b. Produk-produk Toko
Produk yang dijual di toko Virgo Collection ini adalah khusus
produk busana gamis muslimah berbahan kain motif, kain mori, dan
lain-lain dengan berbagai ukuran.
7 Vina, Wawancara, Surabaya, 20 November 2015
8