ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN BAGI
HASIL SIJANGKA
MUD{A<RABAH
DI KJKS BEN IMAN
JL. VETERAN NO. 80 LAMONGAN
SKRIPSI Oleh :
Fiqri Ainur Rosyadi NIM : C52212116
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syaria’ah (Muamalah)
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN BAGI
HASIL SIJANGKA
MUD{A<RABAH
DI KJKS BEN IMAN
JL. VETERAN NO. 80 LAMONGAN
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Syariah dan Hukum
Oleh:
Fiqri Ainur Rosyadi NIM:C52212116
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syaria’ah (Muamalah)
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fiqri Ainur Rosyadi
NIM : C52212116
Fakultas/Jurusan/Prodi : Syariah dan Hukum/Hukum Perdata Islam/Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Judul Skripsi : Analisis Hukum Islam Terhadap Penentuan Bagi Hasil Sijangka Mud{a>rabah di KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan.
Menyatakan bahwa skripsi ini secra keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Surabaya, 19 Juli 2016 saya yang menyatakan,
PERSETUJUAN BIMBINGAN
Skripsi yang ditulis oleh Fiqri Ainur Rosyadi NIM. C52212116 ini telah diperiksa dan disetujui untuk dimunaqosahkan.
Surabaya, 19 Juli 2016 Pembimbing.
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Fiqri Ainur Rosyadi NIM. C52212116 ini telah dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqosah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel pada hari Senin, tanggal 15 Agustus 2016, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana
strata satu dalam Ilmu Syari’ah.
Majelis Munaqosah Skripsi:
Surabaya, 16 Agustus 2016 Mengesahkan,
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Dekan,
Dr. H. Sahid HM., M.Ag NIP. 196803091996301002
Penguji I,
Ahmad Fathan Aniq, MA. NIP.198401072009011006
Penguji II,
Dr. Mugiyati, S.Ag., M.EI. NIP. 197102261997032001
Penguji III,
Dr. Sanuri, MFil.I. NIP. 197601212007101001
Penguji IV,
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (field research) dengan judul “Analisis Hukum Islam Terhadap Penentuan Bagi Hasil Sijangka Mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan”. Judul tersebut bertujuan untuk menjawab permasalahan tentang bagaimana penentuan bagi hasil Sijangka mud}a>rabah yang dilakukan oleh KJKS Ben Iman menurut analisa hukum Islam.
Data penelitian dihimpun melalui wawancara (interview) dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis. Untuk mempermudah analisis penelitian ini maka penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu memaparkan serta menjelaskan secara mendalam dan menganalisa terhadap semua aspek yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu mengenai penentuan bagi hasil Sijangka mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan, yang kemudian dianalisis dari hukum Islam kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran sehingga dapat memberikan penilaian terhadapt kebenaran
tersebut. Teknik deskriptif tersebut menggunakan pola pikir deduktif yang merupakan pola berfikir dengan menggunakan analisa yang berpijak dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian diteliti dan hasilnya dapat memecahkan masalah khusus.
Dalam skripsi ini menggunkan teori muḍārabah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana satu pihak memberikan kontribusi dana (s}oh}ibul ma>l) dan pihak lainnya sebagai pengelola dana tersebut (mud}a>rib) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR TRANSLITERASI ... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Kajian Pustaka... 7
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Kegunaan Penelitian ... 11
G. Definisi Operasional ... 12
I. Sistematika Pembahasan ... 19
BAB II MUD{A<RABAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ... 21
A. Pengertian Mud{a>rabah ... 21
B. Dasar Hukum Mud{a>rabah ... 23
C. Bentuk-bentuk Mud{a>rabah ... 26
D. Rukun dan Syarat Mud}a>rabah ... 28
E. Konsep Bagi Hasil Dalam Mud{a>rabah ... 34
F. Perkara yang Membatalkan Mud{ara>bah ... 38
G. Hikmah Mud}a>rabah ... 39
BAB III PENENTUAN BAGI HASIL SIJANGKA MUD}A<RABAH DI KJKS BEN IMAN LAMONGAN ... 41
A. Profil KJKS Ben Iman ... 41
B. Letak lokasi KJKS Ben Iman ... 42
C. Sejarah Singkat ... 43
D. Dasar Hukum KJKS Ben Iman... 44
E. Prinsip Ekonomi Islam dalam Koperasi Shariah ... 45
F. Konsep Pendirian KJKS Ben Iman ... 46
G. Visi, Misi dan Tujuan ... 47
H. Fungsi, Peran Dan Landasan KJKS Ben Iman ... 48
I. Kegiatan-Kegiatan KJKS Ben Iman ... 49
J. Struktur Organisasi, Personalia dan Deskripsi Tugas ... 50
K. Produk dan Aplikasi Akad ... 54
L. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil dan Margin ... 60
M. Kendala, Tantangan dan Tanggapan Masyarakat ... 62
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN BAGI HASIL SIJANGKA MUD{A<RABAH DI KJKS BEN IMAN JL. VETERAN NO. 80 LAMONGAN ... 66
A. Mekanisme Penentuan Bagi Hasil Sijangka Mud}a>rabah ... 66
BAB V PENUTUP ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk sosial memiliki berbagai kebutuhan yang
tidak bisa terlepas dengan peran orang lain. Interaksi sosial dalam kehidupan
masyarakat tidak bisa lepas dengan hukum Islam karena secara umum
diketahui manusia adalah objek hukum. Salah satu hukum Islam yang
mengatur hal-hal yang berhubungan secara langsung dengan tata cara hidup
manusia dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari adalah fiqih mu’a>malah.
Menurut Ad-Dimyati sebagaimana dikutip dalam Rachmat Syafe’i, fiqih
mu’a>malah adalah aktifitas untuk menghasilkan duniawi, supaya menjadi
sebab suksesnya masalah ukhrowi. Sedangkan menurut Muhammad Yusuf
Musa sebagaimana dikutip dalam Rachmat Syafe’i, fiqih mu’a>malah adalah
peraturan-peraturan Allah SWT yang diikuti dan ditaati dalam hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.1
Dari berapa pengertian di atas, menegaskan bahwa fiqih mu’a>malah
adalah aturan-aturan yang diambil dari ajaran (hukum) Allah SWT, yang
dipelajari dan diamalkan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan
yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan. Menurut
pengertian ini, manusia, kapanpun dan dimanapun, harus senantiasa
mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah SWT, sekalipun dalam perkara
2
yang bersifat duniawi sebab segala aktivitas manusia akan ditagih
pertanggungjawabannya kelak di akhirat.
Dalam Islam, tidak ada pemisahan antara amal dunia dan amal akhirat,
sebab sekecil apapun aktifitas manusia di dunia harus didasarkan pada
sumber dan dalil hukum Islam. Sumber sendiri diartikan sebagai mas}dar,
yaitu asal dari segala sesuatu dan tempat merujuk segala sesuatu. Dalam
ushul fiqh kata mas}a>dir al-ah}kam al-shari>’ah berarti rujukan utama dalam
menetapkan hukum Islam, yaitu al-Qur’an dan Sunnah.2
Jadi segala aktifitas kehidupan manusia harus merujuk pada al-Qur’an
dan Sunnah, agar kelak selamat di akhirat. Islam adalah agama yang
sempurna (komprehensif) yang mengatur aspek kehidupan manusia, baik
akidah, ibadah, akhlak maupun mu’a>malah. Salah satu ajaran yang penting
adalah mu’a>malah/iqtis}a>diyah (ekonomi Islam). Kitab-kitab fiqih Islam
tentang mu’a>malah (ekonomi Islam) sangat banyak dan berlimpah, namun
dalam perjalanan waktu yang panjang, materi mu’a>malah (ekonomi Islam)
cenderung diabaikan oleh umat Islam, padahal ajaran mu’a>malah termasuk
bagian penting dari ajaran Islam, akibatnya terjadilah kajian Islam parsial.
Adapun orang beriman disuruh memasuki Islam secara ka>ffah sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur’an:3 keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
3
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. al-Baqarah ayat, 208)”.4
Akibat dari terlupakan dalam pengkajian dibidang ekonomi, maka
umat Islam tertinggal dalam ekonomi. Interaksi sosial dalam kehidupan
manusia terdapat hubungan dengan sesama manusia menyangkut segala
aspek diantaranya adalah masalah Investasi, jual beli, pinjam meminjam,
sewa menyewa, dan lain sebagaianya. Dalam Islam mu’a>malah memiliki
cakupan obyek yang amat luas. Persoalan mu’a>malah dalam al-Qur’an dan
as-Sunnah lebih banyak dibicarakan dalam bentuk yang global saja, ini
menunjukkan bahwa Islam memberikan peluang bagi manusia untuk
melakukan ijtihad terhadap berbagai bentuk persoalan mu’a>malah yang
yang terus berubah seiring dengan perkembangan zaman, namun meskipun
demikian segala bentuk kegiatan mu’a>malah yang dilakukan harus tetap
sesuai dengan syarat dan ketentuan dari prinsip-prinsip yang telah
ditentukan oleh Islam termasuk didalamnya juga tentang kegiatan
perbankan.
Industri perbankan yang pertama menggunakan sistem shariah adalah
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk yang didirikan pada tahun 1991 dan
memulai kegiatan operasional nya pada bulan Mei 1992. Pendirian bank ini
diprakarsai oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI), pemerintah Indonesia, serta
dukungan nyata dari Ikatan Cendekiaawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan
para pengusaha muslim.5 Seiring dengan perkembangan waktu muncul
4
dukungan dari pemerintah melalui Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang perbangkan sehingga membuka peluang usaha bagi hasil, lebih rinci
lagi dijabarkan dalam peraturan pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang
bank.6 Prinsip bagi hasil (mud}a>rabah) ini menjadi dasar hukum secara yuridis
dan normatif dalam pengoperasian perbankan shariah di Idonesia.
Bank shariah merupakan salah satu perangkat dalam ekonomi shariah,
yang tidak mengandalkan pada praktik bunga atau dapat diartikan sebagai
lembaga keuangan yang operasional dan produknya berlandaskan al-Qur’an
dan Hadits. Strategi pengembangan perbankan shariah diarahkan untuk
meningkatkan kompetensi usaha yang sejajar dengan sistem perbankan
konvensional dan dilakukan secara komprehensif dengan mengacu pada
analisis kekuatan dan kelemahan perbankan shariah.7
Banyak lembaga keuangan yang berkembang seiring dengan
perkembangan dunia perbankan di antaranya adalah koperasi. Masyarakat
Indonesia pada umumnya telah maklum bahwa perkembangan koperasi di
Indonesia dilihat dari segi kuantitas sangat menggembirakan karena
diketahui bersama bahwa koperasi memiliki kemampuan menyejahterakan
anggota dan masyarakat sekitar karna koperasi merupakan realisasi dari
UUD 1945. Perkembangan koperasi harus makin luas dan berakar dalam
masyarakat, sehingga koperasi secara betahap dapat menjadi salah satu tiang
penyanga perokonomian.8 Kegiatan ekonomi merupakan salah satu kegiatan
6 Ibid., 12.
7 Machmud Amir dan Rukmana, Bank Syariah, (Jakarta: Erlangga, 2010), 6-8.
5
muamalah yang telah diatur di dalam Shari’ah Islam, yang di antaranya
mencakup konsumsi, investasi, dan simpanan. Namun yang perlu diketahui
bahwa penerapan konsep bunga dalam ajaran Islam di haramkan karena
dianggap mengandung aspek riba>. Seperti firman Allah SWT:
َ܅لَحَأَو
Seiring dengan kemajuan zaman, kebanyakan masyarakat modern
melakukan investasi melalui suatu lembaga keuangan. Transaksi di lembaga
keuangan sering terjadi disebabkan karena lembaga keuangan sangat
diperlukan dalam perekonomian modern sebagai mediator antara kelompok
masyarakat yang mempunyai modal dan kelompok masyarakat yang
memerlukan dana. Hal ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan itu
sendiri.9
Dalam kaitan hukum Islam yang sering digunakan dalam dunia
perbankan Shariah adalah prinsip bagi hasil mud{a>rabah (profit sharing).
Islam mendorong masyarakat kearah usaha nyata dan produktif. Islam
mendorong seluruh masyarakat untuk investasi dan melarang membungakan
uang. Menyimpan uang di bank Islam termasuk kategori kegiatan investasi
karena perolehan kembaliannya (return) dari waktu kewaktu tidak pasti dan
tidak tetap. besar kecilnya perolehan kembali itu tergantung kepada hasil
usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai mud}a>rib atau
6
pengelola dana. Islam mendorong praktek mud}a>rabah (bagi hasil) serta
mengharamkan riba. keduanya sama-sama memberikan keuntungan bagi
pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata.
perbedaan tersebut diantaranya bahwa penetuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi harus selalu untung sedangkan penentuan besaran
rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi serta besaran prosentase berdasarkan jumlah uang
(modal) yang dipinjamkan sedangkan besaran rasio bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang diperoleh.10
Nisbah atau keuntungan adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
dari modal. Keuntungan adalah tujuan akhir mud}a>rabah. Namun, keuntungan
itu terikat oleh syarat berikut.
a. Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak. Salah satu pihak tidak
diperkenankan mengambil seluruh keuntungan tanpa membagi pada
pihak yang lain.
b. Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada waktu
berkontrak, dan proporsi tersebut harus dari keuntungan. Misalnya, 60%
dari keuntungan untuk pemodal dan 40% dari keuntungan untuk
pengelola.
c. Kalau jangka waktu akad mud}a>rabah relatif lama, tiga tahun keatas,
maka nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke
waktu.
7
Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang
ditanggung pemodal dan biaya-biaya apa saja yang ditanggung pengelola.
Kesepakatan ini penting karena biaya akan mempengaruhi nilai
keuntungan.11
Di Koperasi Jasa Keuangan Shari’ah (KJKS) BEN IMAN Jl. Veteran
No. 80 Lamongan terdapat praktik deposito Shariah yang dikenal dengan
simpanan berjangka (Sijangka) mud}a>rabah. Sijangka mud}a>rabah merupakan
salah satu bentuk transaksi investasi dengan mekanisme mud}a>rabah sebagai
landasan shariah.
Dalam Sijangka mud}a>rabah minimal uang yang didepositkan sebesar
Rp. 10. 000 000,- (sepuluh juta rupiah), dengan perhitungan bagi hasil 60:40,
60 untuk mud}a>rib dan 40 untuk s}ahibul ma>l. Perhitungan tersebut digunakan
untuk simpanan dengan jangka waktu 6 (enam) bulan yang dikonversikan
menjadi 0.8% dan sebesar 50:50, 50 untuk mud}a>rib dan 50 untuk s}ahibul
ma>l. Perhitungan tersebut digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu
12 (dua belas) bulan dikonversikan menjadi 1%, dari prosentase konversi
tersebut akan diberikan kepada nasabah setiap bulan 0.8% untuk deposito
dengan jangka waktu 6 (enam) bulan dan 1% untuk deposito dengan jangka
waktu 12 (dua belas) bulan secara konsisten, bagi hasil tersebut di hitung
dari jumlah dana atau modal yang di simpan. Dalam prinsip Sijangka
mud}a>rabah deposan berkedudukan sebagai s}ahibul ma>l dan KJKS sebagai
mud}a>rib. Konversi dari nisbah menjadi prosentase digunakan untuk
8
mempermudah dan memberikan kepastian kepada para deposan guna
memberikan pelayanan terbaik kepada deposan.12
Dari transaksi ini terdapat beberapa hal yang masih membutuhkan
jawaban melalui analisis hukum Islam. Beberapa hal tersebut di antaranya
konversi bagi hasil yang diberikan setiap bulan sebesar 0.8% dan 1%, dan
juga bagaimana para deposan menanggapi mekanisme yang ditawarkan oleh
KJKS sebagaimana yang tersebut di atas.
Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut terkait Analisis Hukum Islam Terhadap Penentuan Bagi Hasil
Sijangka mud}a>rabah KJKS Ben Iman Jl. Veteran no. 80 Lamongan.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut penulis dapat mengidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan deposan tentang Sijangka mud}a>rabah
2. Penggunaan prosentase persen % dalam bagi hasil Sijangka mud}a>rabah
3. Konsistensi dalam bagi hasil
4. Deposan mendapat nilai pasti
5. Mekanisme penentuan bagi hasil
6. Sistematika konversi terhadap nisbah mud}a>rabah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak semakin luas, maka
penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
9
1. Penentuan bagi hasil
2. Analisis hukum Islam terhadap penentuan bagi hasil
C. Rumusan Masalah
Setelah penulis membatasi permasalahan yang dibahas pada penelitian
ini, penulis dapat merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini. Adapun rumusan masalah tersebut yaitu:
1. Bagaimana penentuan bagi hasil Sijangka mud}a>rabah di KJKS Ben Iman
Jl. Veteran no. 80 Lamongan?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap penentuan bagi hasil Sijangka
mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl. Veteran no. 80 Lamongan?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada penelitian ini pada dasarnya untuk mendapatkan
gambaran topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Sehingga diharapkan tidak adanya
pengulangan materi secara mutlak.
Setelah ditelusuri melalui kajian pustaka, penulis menemukan penelitian
yang berkaitan dengan lelang, diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang ditulis oleh Nurazizah pada tahun 2015 yang berjudul
“Analisis Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan
Murabahah Pada Koperasi Jasa Keuangan Shariah Ben Iman
Lamongan”. Hasil dari penelitian yaitu: (1) Pada Koperasi Jasa
10
ditentukan secara sepihak ini tentunya anggota tidak bisa
tawar-menawar sehingga anggota hanya menerima jadi, kemudian memberikan
kesepakatan atas margin tersebut, terkadang lebih besar dari suku bunga
konvensional. Hal ini untuk menghindari akibat dari terjadinya inflasi.
(2) Menurut hukum Islam, tingkat margin dapat ditentukan dari tingkat
rata-rata biaya operasional. Metode flat yang dipergunakan oleh
Koperasi Jasa Keuangan Shari’ah Ben Iman Lamongan adalah
diperbolehkan sebab dilihat dari Maslahah mursalah Koperasi Jasa
Keuangan Shari’ah Ben Iman Lamongan dapat membantu anggota yang
sedang kesusahan serta sebagai bentuk tolong menolong orang yang
membutuhkan.13
2. Penelitian yang ditulis oleh Sunardi pada tahun 2015 yang berjudul
“Analisis Hukum Islam Terhdap Bagi Hasil Penyertaan Reksadana
Mandiri Investa Shariah Berimbang di Bank Shariah Mandiri cabang
Surabaya”. Hasil dari penelitian yaitu: (1) Pelaksanaan bagi hasil
penyertaan reksadana Mandiri Investasi Shariah Berimbang di Bank
Shariah Mandiri cabang Surabaya, dilakukan dengan pembukuan
kembali ke dalam reksadana tersebut (Mandiri Investa Shariah
Berimbang), sehingga selanjutnya akan meningkatkan nilai aktiva
bersihnya. Dengan tidak mengabaikan pencapaian tujuan investasi
jangka panjang, manajer investasi, pada setiap saat manajer investasi
11
dapat membagikan keuntungan langsung dikonversikan menjadi unit
penyertaan tambahan. (2) Dalam tinjauan hukum Islam, aplikasi bagi
hasil akad mud}a>rabah yang digunakan dalam penyertaan reksadana
tersebut tedapat perbedaan pendapat ulama:
a. Menurut jumhur ulama, selain Imam Malik, aplikasi bagi hasil
mud}a>rabah seperti yang diterapkan termasuk dalam katagori bagi
hasil akad Mud}a>rabah yang batal. Karena tidak memenuhi syarat
syahnya akad mud}a>rabah.
b. Sedangkan menurut Imam Malik, tidak termasuk dalam katagori
bagi hasil akad mud}a>rabah yang batal. Investor dibolehkan
mensyaratkan semua laba diberikan kepadanya, begitu juga
sebaliknya, sebab hal tersebut dapat dikatagorikan tabarru’
(derma).14
Adapun penelitian yang akan diteliti oleh penulis ini adalah penelitian
yang berkaitan dari penelitian-penelitian di atas. Dalam hal ini penulis akan
meneliti lebih lanjut mengenai penetapan bagi hasil deposito mud}a>rabah atau
yang dikenal dengan sijangka mudha>harabah, dalam mekanisme Sijangka
mud}a>rabah deposan bertindak sebagai s}ah}ibul ma>l datang dan mengajukan
investasi minimal Rp. 10.000 000,- dengan ketentuan bagi hasil 0,8 % untuk
6 bulan dan 1% untuk 12 bulan yang akan diberikan kepada nasabah secara
konsisten setiap bulan, bisa diambil secara tunai dan bisa juga dimasukkan
12
kedalam tabungan mud}a>rabah. Oleh karena itu penulis akan meneliti melalui
analisis hukum Islam.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai
oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penentuan bagi hasil Sijangka mud}a>rabah di KJKS
Ben Iman Jl. Veteran no. 80 Lamongan.
2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap penentuan bagi hasil
Sijangka mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl. Veteran no. 80 Lamongan.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, penulis berharap agar penelitian yang
diteliti bisa mempunyai nilai tambah dan dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan terlebih bagi penulis sendiri. Adapun harapan kegunaan penulis adalah
untuk memperkaya pengetahuan yang berkaitan dengan hukum Islam,
khususnya dalam kajian tentang transaksi lelang barang jaminan. Sehingga
memberikan sumbangan keilmuan dan pemikiran bagi pengembangan
pemahaman hukum Islam bagi mahasiswa fakultas shariah, khususnya
mahasiswa prodi Hukum Ekonomi Shariah (Mu’a>malah). Serta memberikan
tambahan pengetahuan bagi masyarakat dalam hal penentuan bagi hasil
mudhara>bah yang sesuai dengan hukum Islam.
Untuk dijadikan sebagai bahan bacaan, referensi dan rujukan bagi
13
masukan bagi KJKS Ben Iman Jl. Veteran no. 80 Lamongan agar bisa lebih
baik dan terus berkembang dalam memberikan pelayanan kepada para nasabah
khususnya dalam transaksi Sijangka mud}a>rabah agar sesuai dengan hukum
Islam.
G. Definisi Operasional
Dari beberapa masalah diatas terdapat beberapa istilah yang perlu
dijelaskan agar menjadi istilah yang operasional dan dapat memperjelas
maksud dari judul penelitian ini, diantaranya yaitu:
1. Hukum Islam : Hukum Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan dan
Hadits.
2. Penentuan Bagi Hasil : Merupakan cara yang digunakan dalam
menetapkan pembagian hasil usaha yang telah disepakati diawal.
H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research)
dengan mencari data langsung ke lapangan kemudian dilanjutkan penelitian
kajian pustaka (literatur dengan mengkoparasikan antara praktek dilapangan
dengan aturan yang terdapat dalam kajian pustaka untuk menjawab pokok
permasalahan dari skripsi ini.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yang mana bertujuan agar pembaca atau penulis dapat memahami
14
1. Data yang dikumpulkan
a) Data Primer
1) Data tentang cara penentuan bagi hasil Sijangka mud}a>rabah KJKS
Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan.
2) Data tentang profil KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan.
3) Data tentang analisis hukum Islam terhadap penentuan bagi hasil
Sijangka mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80
Lamongan.
b) Data Sekunder
Data tentang ketentuan bagi hasil Sijangka mud}a>rabah yang
berasal dari literature-literatur kepustakaan yang bisa berupa
buku-buku, kitab atau artikel.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
beberapa sumber. Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian yang
bersumber lapangan yang mana langsung meneliti ditempat kejadian
melalui proses wawancara dan dokumentasi. Sumber data tersebut
berupa:
a) Sumber Primer
Yaitu sumber yang diperoleh langsung dari lapangan oleh orang
yang melakukan penelitian atau orang yang memerlukannya. Data
primer disebut juga data asli atau data baru.15 Dalam hal ini data
15
diperoleh dari penelitian dengan cara melakukan wawancara dan
dokumentasi. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan melakukan wawancara dan dokumentasi dengan
Anas (karyawan bagian kasir dan pelayanan), Ani (karyawan bagian
personalia) di KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan dan juga
melakukan wawancara dengan Emeldah (deposan) dari pihak KJKS
Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan.
b) Sumber Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari
sumber-sumber yang telah ada baik dari perpustakaan atau dari laporan-laporan
penelitian terdahulu.16 Diantara sumber-sumber sekunder tersebut
yaitu:
1) Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Shari’ah 2) Ali Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah
3) Mardani, Fiqh Ekonomi Syari>ah
4) Rachmat Syafe’i. Fiqih Mu’a>malah
5) Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1
6) Cik Hasan Bisri, Model Penelitian Fiqih.
7) Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih
8) Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D
16
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini yaitu KJKS Ben Iman Jl.
Veteran No. 80 Lamongan. Adapun yang menjadi subyek penelitiannya
yaitu:
a) Orang yang mendepositkan sejumlah uang atau dikenal dengan
Sijangka mud}a>rabah sebagai deposan
b) Pihak penyedia jasa Sijangka mud}a>rabah KJKS Ben Iman Jl. Veteran
No. 80 Lamongan
4. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a) Wawancara
Wawancara (interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti.17 Wawancara merupakan
Percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
yang memberi jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang penentuan bagi hasil Sijangka
mud}a>rabahdi KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan. Adapun
sasarannya adalah Anas (karyawan bagian kasir dan pelayanan), Ani
(karyawan bagian personalia) di KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80
17
Lamongan dan juga melakukan wawancara dengan Emeldah (deposan)
dari pihak KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan.
b) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan bukti-bukti dan keterangan
yang memuat garis besar data yang akan dicari dan berkaitaan dengan
judul penelitian.18 Dokumentasi yaitu proses penyampaian data yang
diperoleh melalui data tertulis yang memuat garis besar data yang
berkaitan dengan judul penelitian. Dalam hal ini dokumen yang
terkumpul adalah yang berkaitan dengan profil dari KJKS Ben Iman Jl.
Veteran No. 80 Lamongan.
5. Teknik Pengolahan Data
Karena data diperoleh secara langsung dari pihak yang bersangkutan
(studi lapangan) dan bahan pustaka yang selanjutnya diolah dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
a) Editing, memeriksa kembali data-data yang diperoleh dan dikumpulkan
baik dari Wawancara, maupun Dokumentasi, tanpa mengurangi
keakuratan data yang diperoleh. Penulis menggunakan teknik ini agar
data-data yang dikumpulkan memiliki kejelasan makna serta selaras
antara data dengan masalah di lapangan.
b) Organizing, mengatur dan menyusun data sedemikian rupa sehingga
dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah
secara sistematis.
18
c) Melakukan analisis lanjutan terhadap hasil-hasil pengorganisasian data
dengan menggunakan kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang berkaitan
dengan pembahasan, sehingga diperoleh kesimpulan mengenai tinjauan
hukum Islam terhadap lelang barang jaminan.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Proses analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.19
Setelah data dari wawancara dan dokumentasi terkumpul, penulis
akan melakukan analisis. Untuk mempermudah analisis penelitian ini maka
penulis menggunakan metode deskriptif analasis yaitu memaparkan serta
menjelaskan secara mendalam dan menganalisa terhadap semua aspek yang
berkaitan dengan masalah penelitian yaitu mengenai penentuan bagi hasil
Sijangka mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan,
yang kemudian dianalisis dari hukum Islam sehingga diperoleh jawaban
yang benar menurut hukum Islam terhadap penentuan bagi hasil Sijangka
mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan.
Pola pikir yang digunakan adalah deduktif, yang diawali dengan
mengemukakan pengertian-pengertian, teori-teori atau fakta-fakta yang
bersifat umum, yaitu ketentuan-ketentuan hukum Islam mengenai Sijangka
19
mud}a>rabah selanjutnya dipaparkan dari kenyataan yang ada di lapangan
mengenai penentuan bagi hasil Sijangka mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl.
Veteran No. 80 Lamongan. Kemudian diteliti dan dianalisis sehingga
hasilnya dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan
mengenai penentuan bagi hasil Sijangka mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl.
Veteran No. 80 Lamongan.
I. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini dikelompokan
menjadi lima bab, yang terdiri dari sub bab-sub bab masing-masing
mempunyai hubungan dengan yang lain dan merupakan rangkaian yang
berkaitan. Adapun sistematikanya sebagai berikut :
Bab pertama adalah pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah landasan teori, yang berisi tentang teori-teori
mud}a>rabah. Pembahasan meliputi pengertian mud}a>rabah, dasar hukum
mud}a>rabah, rukun dan syarat mud}a>rabah, bentuk-bentuk mud}a>rabah, dan
konsep bagi hasil dalam mud}a>rabah.
Bab ketiga berisi tentang hasil penelitian yang memuat gambaran
umum KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan meliputi : profil tempat
20
pengertian, prinsip, konsep pendirian, visi dan misi, fungsi dan peran,
kegiatan-kegiatan, struktur organisasi, produk-produk yang ditawarkan,
sistem kepegawaiannya, kendala dan tantangan. Serta mekanisme Sijangka
mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl. Veteran No. 80 Lamongan.
Bab keempat ini berisi mengenai analisis hukum Islam yang meliputi:
analisis penentuan bagi hasil Sijangka mud}a>rabah di KJKS Ben Iman Jl.
Veteran No. 80 Lamongan
Bab kelima ini merupakan bab terakhir atau penutup dari keseluruhan isi
BAB II
MUD{A<RABAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengertian Mud{a>rabah
Mud}ara>bah adalah salah satu bentuk kerja sama dalam lapangan
ekonomi, yang biasa pula disebut qira>d} yang berarti al-qath (potongan). Kata
mud}ara>bah berasal dari akar kata d}araba pada kalimat al-ard}, yakni
bepergian untuk urusan dagang. Menurut bahasa, mud}ara>bah berarti
ungkapan terhadap pemberian harta dari seorang kepada orang lain sebagai
modal usaha dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara mereka
berdua, dan bila rugi akan ditanggung oleh pemilik modal.1
Dibawah ini ada beberapa pendapat mengenai pengertian mud}a>rabah
secara istilah, di antaranya:
1. Mud}a>rabah menurut Imam Saraksi sebagaimana dikutip dalam Wiroso,
mendefinisikan:
Mud}a>rabah sebagai sebuah perkataan yang diambil dari kata
“darb” (usaha) diatas bumi. Dinamakan demikian mud}a>rib berhak untuk
bekerja sama bagi hasil atas jerih payah dan usahanya.2
2. Menurut Wahbah Zuhaili:
Mud}a>rabah adalah akad penyerahan modal oleh pemilik modal
kepada pengelola untuk diperdagangkan dan keuntungan dimiliki bersama
antara keduanya sesuai dengan pensyaratan yang mereka buat.3
1 Helmi Karim, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Pustaka, 1997), 11.
22
3. Mud}arabah menurut H{asbi Ash Shiddiqi :
Mud}a>rabah adalah semacam sharikat akad, bermufakat dua orang
padanya dengan ketentuan, modal dari satu pihak, sedangkan usaha
menghasilkan keuntungan dari pihak lain dan keuntungannya dibagi
antara mereka.4
4. Mud}arabah menurut Abdur Rahman L. Doi sebagaimana dikutip dalam
Sutan Remy Shahdeini:
Mud}a>rabah dalam terminologi hukum adalah suatu kontrak dimana
suatu kekayaan (property) atau persediaan (stock) tertentu (rabb al-ma>l)
kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan yang di antara
kedua belah pihak berhak memperoleh keuntungan.5
5. Mud}a>rabah menurut Abdul Manan:
Adalah akad antara pihak pemilik modal dengan pengelola untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan
tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang sudah disepakati pada awal
akad.6
6. Menurut fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000:
Mud}a>rabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada
pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.7
3 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu, juz 4, (Damaskus: Dar Al-Fikr, cet III, 1989), 836.
4 Hasbi Ash Shiddiqi, Pengantar Fiqh Mu’amalah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974), 90. 5 Sutan Remy Sjahdeini, PERBANKAN Dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), 29.
23
Jadi, d ari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
mud}a>rabah adalah salah satu bentuk akad kerjasama yang dilakukan
antara dua belah pihak, pihak pertama sebagi penyedia dana disebut
sebagai s}ah}ibul ma>l manyediakan seluruh modal dan pengelola dana atau
disebut mud}a>rib sebagai pengelola modal dengan keuntungan yang dibagi
dua.
B. Dasar Hukum Mud{a>rabah
Pada dasaranya mud}a>rabah dapat dikategorikan ke dalam salah satu
bentuk musharakah, namun para cendekiawan fiqh Islam meletakkan
mud}a>rabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum
tersendiri.8 Didalam al-Qur’an tidak dijelaskan dasar hukum mud}a>rabah
secara eksplisit, tetapi yang menjadi landasan syariah mud}a>rabah dalam
al-Qur’an lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini:
1. Al-Qur’an karunia Allah SWT. (QS. al-Muzammil: 20)” 9
8 Karnaen A. Perwataatmadja, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Bakti Wakaf,1992), 19.
24
Yang menjadi argumen dari surat al-Muzammil: 20 adalah adanya
kata yad}ribu>n yang sama dengan akar kata mud}a>rabah yang berarti
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT. (QS. al-jumu’ah: 10)”11
Al-Qur’an surat al-Baqarah, 198:
“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu. (QS. al-Baqarah: 198)”12
Surat Al-Jumu’ah: 10 dan Al-Baqarah: 198 sama-sama mendorong
kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.13
2. Al-Hadist seseorang yang memeberikan modal sebagai qira>dh, yaitu, jangan menggunakan modalku untuk barang bernyawa, jangan memebawanya ke laut, dan jangan membawanya ditengah air yang mengalir. jika engkau melakukan salah satu di antaranya, engkaulah yang menanggung modalku. (HR. al-Darquthni dengan perowi yang dapat dipercaya. Malik
10Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Islam dari Teori dan Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 95.
25
berkata dalam al-Muwaththo', dari 'Ala'ibnu Abdurrah>m ia pernah menjalankan modal Utsman dengan keuntungan dibagi dua ibnu Ya'qub, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa ia pernah menjalankan modal Utsman dengan keuntungan dibagi dua. Hadits ini mauqu>f s}ahih})”.14
َ بْخَأ
“Telah mengabarkan kepada kami 'Amru bin Zurarah telah memberitakan kepada kami Isma'il telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Aun, dia berkata; Muhammad pernah berkata; "Tanahku seperti harta Mudharabah (kerjasama dagang dengan memberikan saham harta atau jasa), apa yang layak untuk harta mudharabah maka layak untuk tanahku dan apa yang tidak layak untuk harta mudharabah maka tak layak pula untuk tanahku. Dia memandang tidak mengapa jika dia menyerahkan tanahnya kepada pembajak tanah agar dikerjakan oleh pembajak tanah sendiri, anaknya dan orang-orang yang membantunya serta sapinya, pembajak tidak memberikan biaya sedikitpun, dan pembiayaannya semua dari pemilik tanah (HR. al-Nasa’i)15 (memberikan modal kepada seseorang hasil dibagi dua), dan mencampur gandum dengan Sya'ir untuk makanan di rumah, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah)”.16
14Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram, Panduan Lengkap Masalah Fiqih, Akhlak, dan
Keutamaan Amal, (Jakarta: Mizan Pustaka, 2010), 369-370.
15Nasa’i, Dalam Lidwah Pusaka, Perbedaan lafadh yang ma’tsur tentang Muzaro'ah, hadits No.
3867.
26
3. Ijma
Imam Zailai sebagaiman dikutip dalam Syafii Antonio, telah
menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi
pengolahan harta yatim secara mud}a>rabah. Kesepakatan para sahabat ini
sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid dalam kitab
al-Amwal.17
4. Qiyas
Transaksi mud}a>rabah yakni penyerahan sejumlah harta (dana,
modal) dari satu pihak (malik, s}a>h}ibul ma>l) kepada pihak lain (amil,
mud}a>raib) untuk diperniagakan (diproduktifkan) dan keuntungan dibagi
di antara mereka sesuai kesepakatan, diqiyaskan kepada transaksi
musaqoh.18 Wahbah Az-Zuhaily dalam al-Fiqh} al-Isla>mi WaAd}illatuhu,
berkata bahwa mud}a>rabah dapat dianalogikan dengan al-Musa>qa>h
(pengkongsian antara pemilik dan pengelola tanah pertanian dengan
imbalan hasil panen) karena kebutuhan manusia terhadapnya, dimana
sebahagian mereka memiliki dana tetapi tidak cukup mempunyai keahlian
untuk mengolahnya manakala sebagian lain mempunyai keahlian yang
tinggi dalam usaha tetapi tidak mempunyai dana yang cukup untuk
menopangnya. Bentuk usaha ini akan menjembatani antara labour dengan
17 Muhammad Syafii Antonio, Perbankan Syariah…, 98.
27
capital, dengan demikian akan terpenuhilah kebutuhan-kebutuhan
manusia sesuai dengan kehendak Allah SWT ketika menurunkan
syariatnya.19
C. Bentuk-bentuk Mud{a>rabah
Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu mud{a>rabah
mut}laqah dan mud}a>rabah muqayyadah.
1. Mud{a>rabah mut}laqah
Mud{a>rabah mut}laqah merupakan akad perjanjian atara dua pihak
yaitu s}ah}ibul ma>l dan mud}a>rib, yang mana s}ah}ibul ma>l menyerahkan
sepenuhnya atas dana yang di investasikan kepada mud}a>rib untuk
mengelola usahanya sesuai dengan prinsip syari’ah. S{ah}ibul ma>l tidak
memberikan batasan jenis usaha, waktu yang diperlukan, strategi
pemasarannya, serta wilayah bisnis yang dilakukan. S{ah}ibul ma>l
meberikan kewenangan yang sangat besar kepada mud}a>rib untuk
menjalankan aktivitas usahanya, asalkan sesuai dengan prinsip syari’ah
Islam.
2. Mud}a>rabah muqayyadah
Mud}a>rabah muqayyadah merupakan akad kerja sama usaha antara
dua belah pihak yang mana pihak pertama sebagai pemilik dana (s}ah}ibul
ma>l ) dan pihak kedua sebagai pengelola dana (mud}a>rib ). S{oh}ibul ma>l
28
menginvestasikan dananya kepada mud}a>rib, dan memberi batasan atas
penggunaan dana yang di investasikannya. Batasannya antara lain:20
a. Tempat dan cara berinvestasi
b. Jenis investasi
c. Objek investasi, dan
d. Jangka waktu
Sepeti halnya disebutkan diatas, menurut Muhammad dalam
Manajemen Bank Syariah, mud}a>rabah terbagi atas dua jenis, yakni yang
bersifat tidak terbatas (mut}laqah, unrestricted) dan yang bersifat terbatas
(muqayyadah, restricted).
Pada jenis mud}a>rabah yang pertama pemilik dana memberikan
otoritas dan hak sepenuhnya kepada mud}a>rabah untuk menginvestasikan
atau memutar uangnya.
Pada jenis mud}a>rabah kedua, pemilik dana memberi batasan kepada
mud}a>rib. Di antara batasan itu, misalnya adlah jenis investasi, tempat
investasi, serta pihak-pihak yang dibolehkan terlibat dalam investasi. Pada
jenis ini, s}ah}ibul ma>l dapat pula mensyaratkan kepada mud}a>rib untuk tidak
mencampurkan hartanya dengan dana mud}a>rabah.21
D. Rukun dan Syarat Mud}a>rabah
Sebagaimana akad lain dalam syariat Islam, agar mud}a>rabah atau
qira>d mejadi sah, maka harus memenuhi rukun dan syarat mud}a>rabah.
20 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 86-87.
29
Menurut mahzab Hanafi, apabila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak
dipenuhi maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga akad tersebut menjadi
fa>sid (rusak).
Sedangkan rukun dalam mud}a>rabah berdasarkan Jumhur Ulama ada 3
yaitu; dua orang yang melakukan akad (al-aqida>ni), modal (ma’qu>d alaih),
dan s}i>ghat (ijab dan qabul). Ulama shafi>’iyah lebih memerinci lagi menjadi
enam rukun :22
1. Pemilik modal (s}ohibul ma>l )
2. Pelaksana usaha (mud}a>rib / pengusaha )
3. Akad dari kedua belah pihak ( Ijab dan kabul )
4. Objek mud}a>rabah ( pokok atau modal)
5. Usaha (pekerjaan pengelolaan modal)
6. Nisbah keuntungan
Rukun mud}a>rabah akan terpenuhi sempurna apabila (1) ada
mud}a>rib, (2) ada pemilik dana, (3) ada usaha yang akan dibagihasilkan, (4)
ada nisbah, dan (5) ada ijab qabul.23 Untuk masing masing rukun tersebut di
atas terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi:
1. pemodal dan pengelola.
Dalam mud}a>rabah ada dua pihak yang berkontrak: penyedia dana
(s}ah}ibul ma>l) dan pengelola (mud}arib), syarat keduanya adalah sebagai
berikut.
22 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2005), 139.
30
a. Pemodal dan mengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah
secara hukum.
b. Keduanya harus mampu bertindak sebagai wakil dan kafil dari
Masing-masing pihak.
2. Shig}at (ijab dan qabul)
Ucapan s}ighat yaitu penawaran dan penerimaan (ijab dan qabul)
harus diucapkan oleh kedua pihak guna menunjukkan kemauan mereka
untuk menyempurnakan kontrak. S{ighat tersebut harus sesuai dengan
hal-hal berikut.
a. Secara eksplisit dan implisit menunjukkan tujuan kontrak.
b. S{ighat dianggap tidak sah jika salah satu pihak menolak syarat-syarat
yang diajukan dalam penawaran. Atau, salah satu pihak
meninggalkan tempat berlangsungnya negosiasi kontrak tersebut,
sebelum kesepakatan disempurnakan.
c. Kontrak boleh dilakukan secara lisan atau verbal, bisajuga secara
tertulis dan ditandatangani. Akademi Fiqih Islam dari organisasi
Konferensi Islam (OKI) membolehkan pula pelaksanaan kontrak
melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara
komunikasi modern seperti faksimili atau komputer. 24
31
3. Modal (ma>l)
Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyediadana
kepada pengelola untuk tujuan menginvestasikannya dalam aktivitas
mud}a>rabah. Untuk itu, modal harus memenuhi syarat-syarat berikut.
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (yaitu mata uang).
b. Modal harus tunai. Namun, beberapa ulama membolehkan modal
dharabah berbentuk aset perdagangan, misalnya inventory Pada
waktu akad, nilai aset tersebut serta biaya yang telah terkandung
di dalamnya (historical cost) harus dianggap sebagai modal
mud}ara>bah.
Madhab Hambali membolehkan penyediaan aset-aset
nonmoneter seperti pesawat, kapal, dan lain-lain untuk modal
mud}a>rabah. Pengelola memanfaatan aset-aset ini dalam suatu usaha
dan berbagai hasil usahanya dengan penyedia aset. Pengelola harus
mengembalikan aset-aset tersebut kepada penyedia aset pada masa
akhir kontrak.
4. Nisbah (keuntungan)
Keuntungan adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari
modal. Keuntungan adalah tujuan akhir mud}a>rabah. Namun,
keuntungan itu terikat oleh syarat berikut.
a. Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak. Salah satu pihak
tidak diperkenankan mengambil seluruh keuntungan tanpa
32
b. Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada
waktu berkontrak, dan proporsi tersebut harus dari keuntungan.
Misalnya, 60% dari keuntungan untuk pemodal dan 40% dari
keuntungan untuk pengelola.
c. Kalau jangka waktu akad mud}a>rabah relatif lama, tiga tahun
keatas, maka nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau
dari waktu ke waktu.
d. Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja
yang ditanggung pemodal dan biaya-biaya apa saja yang
ditanggung pengelola. Kesepakatan ini penting karena biaya akan
mempengaruhi nilai keuntungan.
Dalam akad mud}a>rabah, mud}a>rib menjadi pengawas untuk modal yang
dipercayakan kepadanya. mud}a>rib harus menggunakan dana dengan cara yang
telah disepakati dan kemudian mengembalikan kepada rab-al ma>l modal dan
bagian keuntungan yang telah disepakati sebelumnya. mud}a>rib menerima
untuk dirinya sendiri sisa dari keuntungan tersebut.25
Berikut ini beberapa segi- segi penting antara mud}a>rib dan rabb al-ma>l
yang juga menjadi syarat dalam transaksi mud}a>rabah.
a. Pembagian keuntungan di antara dua pihak tentu saja harus secara
proporsional dan tidak dapat memberikan keuntungan sekaligus atau
yang pasti kepada rabb al-ma>l sebagai pemilik modal.
33
b. Rabb al-ma>l tidak bertanggung jawab atas kerugian-kerugian di luar
modal yang telah diberikan.
c. Mud}a>rib mitra kerja/pengelola tidak turut menanggung kerugian kecuali
kerugian waktu dan tenaganya.
Mud}a>rabah merupakan kerja sama antara dua belah pihak. Jadi, bila
s}ah}ibul ma>l memberikan dananya, maka mud}a>rib mengkontribusikan kerja
dan keahliannya. Kontribusi mud}a>rib dapat berbentuk tugas manajerial.
marketing, atau enterpreneurship secara umum.
Untuk mengatur kontribusi mud}a>rib, para ulama lebih lanjut membuat
ketentuan sebagai berikut.
a. Pengelola adalah hak eksekutif mud}a>rib, dan shahibul mal tidak boleh
ikut campur operasional teknis usaha yang dikelolanya. Namun, madhab
Hambali mengizinkan partisipasi penyedia dana dalam pekerjaan itu.
b. Penyedia dana tidak boleh membatasi tindakan pengelola sedemikian
yang dapat mengganggu upaya mencapai tujuan mud}a>rabah, yaitu
keuntungan.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum shariah Islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mud}a>rabah, dan harus mematuhi kebiasaan
yang berlaku pada aktivitas tersebut.
d. Pengelola harus mematuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh penyedia
dana jika syarat-syarat itu tidak bertolak belakang dengan isi mud}a>rabah.
Hal lain yang diatur dalam konsep mudharabah adalah pembagian
34
a. Kerugian merupakan bagian modal yang hilang, karena kerugian akan
dibagi ke dalam bagian modal yang diinvestasikan dan akan ditanggung
oleh para pemilik modal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
seorang pun dari penyedia modal yang dapat menghindar dari tanggung
jawabnya terhadap kerugian pada seluruh bagian modalnya. Dan, bagi
pihak yang tidak menanamkan modalnya, tidak akan bertanggungjawab
terhadap kerugian apa pun.
b. Keuntungan akan dibagi di antara para mitra usaha dengan bagian yang
telah ditentukan oleh mereka. Pembagian keuntungan tersebut bagi setiap
mitra usaha harus ditentukan sesuai bagian tertentu atau persentase.
Tidak ada jumlah pasti yang dapat ditentukan bagi pihak mana pun.
c. Dalam suatu kerugian usaha yang berlangsung terus, akan menjadi baik
melalui keuntungan sampai usaha tersebut menjadi seimbang dan
akhirnya jumlah nilainya dapat ditentukan. Pada saat penentuan nilai
tersebut, modal awal disisihkan terlebih dahulu. Setelah itu jumlah yang
tersisa akan dianggap keuntungan atau kerugian.26
d. Pihak-pihak yang berhak atas pembagian keuntungan usaha boleh
meminta bagian mereka hanya jika para penanam modal awal telah
memperoleh kembali investasi mereka. Juga apabila sebagai pemilik
modal yang sebenarnya atau suatu transfer yang sah sebagai hadiah
mereka.
35
Sedangkan, perkara-perkara yang dapat membatalkan mud}a>rabah
menurut Zuhaili adalah (1) adanya fasakh (pembatalan kontrak, (2) matinya
salah satu pihak yang berkontrak, (3) gila dari salah satu pihak yang
berkontrak, (4) pemilik harta menjadi murtad, (5) kerusakan harta ditangan
mud}a>rib.
E. Konsep Bagi Hasil Dalam Mud{a>rabah
Mud}a>rabah dipahami sebagai kontrak antara paling sedikit dua pihak,
yaitu pemilik modal atau s}ah}ibul ma>l yang mepercayakan sejumlah dana
kepada pihak lain, pengusaha sebagai mud}a>rib, untuk menjalankan suatu
aktivitas atau usaha. Mud}a>rib menjadi pengawas untuk modal yang
dipercayakan kepadanya. Mud}a>rib harus menggunakan dana dengan cara
yang telah disepakati dan kemudian mengembalikan kepada rabb al-ma>l
modal dan bagian keuntungan yang telah disepakati. Mud}a>rib menerima
untuk dirinya sendiri sisa dari keuntungan tersebut. Berikut ini beberapa
poin penting tentang mud}a>rabah:27
1. Pembagian keuntungan antara dua belah pihak harus ditentukan secara
proporsional. Pemodal tidak secara otomatis mendapat keuntungan atau
bagian yang telah dipastikan sebelumnya.
2. Pemodal tidak bertanggung jawab atas kerugian diluar modal yang telah
diberikan.
36
3. Mud}a>rib tidak turut menanggung kerugian kecuali kerugian waktu dan
usaha.
Beberapa ketentuan hukum pembiayaan mud}a>rabah:
1. Mud}a>rabah boleh dibatasi pada periode tertentu
2. Kontrak tidak boleh (mu’alaq) dikaitkan dengan kejadian dimasa depan
yang belum tentu terjadi
3. Pada dasarnya dalam mud}a>rabah tidak ada ganti rugi, karena pada
dasarnya akad ini bersifat amanah, kecuali akibat dari kesalahan
disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaian nya
dilakukan di Badan Arbitrase Shar’iah setelah tidak tercapai
kesepakatan dalam musyawarah.28
Secara umum aplikasi pembiayaan mud}a>rabah dalam perbankan
syari’ah dapat kita lihat pada sekema dibawah ini:29
28 Ikit, Akutansi penghimpunan dana Bank Syari’ah, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2015), 102 – 103.
37
Gambar 2.1
Mekanisme Bagi Hasil Mud}a>rabah Secara Umum
Prinsip mudharabah dapat diterapkan dalam kondisi bank
membiayai secara penuh sebuah usaha, 100% dana dari bank, nasabah
memiliki profesionalisme dan business plan saja sebagai mana skema
pembiayaan mud}a>rabah berikut:30
30 Sunarto Zulkifli, Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), 79-80. PROYEK/USAHA
NASABAH BANK
MODAL PEMBAGIAN KEUNTUNGAN PERJANJIAN BAGI
38
Gambar 2.2
Mekanisme Bagi Hasil Mud}a>rabah Dengan Modal 100 %
F. Perkara yang Membatalkan Mud{ara>bah
Az-Zuhaili sebagaimana dikutip dalam Syakir Sula, ada beberapa
perkara yang dapat membatalkan mud}a>rabah :
1. Adanya Fasakh (pembatalan kontrak)
2. Matinya salah satu pihak yang berkontrak
3. Gila salah satu dari dua pihak yang berekontrak
4. Pemilik harta murtad
BANK NASABAH
MODAL 100% PROFESIONALISME
MODAL LABA/RUGI
39
5. Kerusakan harta di tangan mud}a>rib.31
Lamanya kerja sama dalam mudarabah tidak tentu dan tidak terbats,
tetapi semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja
sama dengan memberitahukan pihak lainnya. Namun akad mudrabah dapat
berakhir karena hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam hal mudarabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudarabah
berakhir pada waktu yang telah ditentukan.
2. salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha
untuk mencapai tujuan sebagaiman dituangkan dalam akad. sebagai
pihak yang mengemban amanah ia harus berigikad baik dan hati-hati.
5. Modal sudah tidak ada.
G. Hikmah Mud}a>rabah
Hikmah mud}a>rabah menurut syara' adalah untuk menghilangkan
hinanya kefakiran dan kesulitan dari orang fakir serta menciptakan rasa cinta
dan kasih sayang sesama manusia. yaitu, misalnya ketika ada seseorang yang
memiliki modal dan yang lain memiliki kemampuan untuk berdagang,
sedangkan keuntungannya dibagi di antara keduanya sesuai kesepakatan.
dalam praktik seperti itu, terdapat keuntungan ganda bagi pemilik modal:
1. Pahala yang besar dari Allah SWT, dimana ia ikut menyebabkan
hilangnya kehinaan rasa fakir dan kesulitan pada orang tersebut. namun,
40
apabila mitranya tersebut sudah kaya, juga masih ada keuntungannya,
yaitu tukar-menukar manfaat di antara keduanya.
2. Berkembangnya modal awal dan bertambah kekayaannya. Ke sulitan
orang fakir menjadi hilang, kemudian ia mampu menghasilkan
penghidupan sehingga tidak lagi meresahkan masyarakat.32
Keistimewaan dari sebuah mud}a>rabah adalah pada peran ganda dari
mud}a>rib, yakni sebagai wakil (agen) sekaligus mitra. Mud}a>rib adalah wakil
dari rabb al-ma>l dalam setiap transaksi yang ia lakukan pada harta
mud}a>rabah. Mud}a>rib kemudian menjadi mitra dari rabb al-ma>l ketika ada
keuntungan, karena mud}a>rabah adalah sebuah kemitraan dalam keuntungan,
dan seorang wakil tidak berhak mendapat keuntungan atas dasar kerja dia
setelah munculnya keuntungan. Tetapi ia menjadi seorang mitra dalam
situasi ini disebabkan oleh perjanjian kemitraan.33 Jadi Didalam mud}a>rabah
semua pembagian keuntungan harus dinyatakan sebagai rasio atau sebagai
bagian dari keuntungan total. Keuntungan tidak dapat dinyatakan sebagai
suatu prosentase dari modal yang di investasikan. Prinsip ini merupakan
syarat penting dari sebuah perjanjian yang sah. Penyimpangan apapun dari
prinsip tersebut atau dari kondisi yang menggiring kepada ketidakpastian
dalam persyaratan ini, akan membuat perjanjian tidak dapat dilaksanakan.
Dapat disimpulkan bahwa secara umum hikmah mud}a>rabah adalah
untuk menghilangkan dan mengangkat segala bentuk kemiskinan, kehinaan,
41
dan kefakiran dari masyarakat juga mewujudkan rasa cinta kasih dan saling
menyayangi di antara sesama manusia karena seorang yang berharta mau
bergabung dengan orang yang pandai dalam mengelola harta atau mahir
dalam perdagangan. Sehingga terjadi hubungan timbal balik antara orang
yang berharta dan orang yang hanya sekedar punya kemampuan untuk
BAB III
PENENTUAN BAGI HASIL SIJANGKA MUD{A<RABAH DI KJKS BEN IMAN LAMONGAN
A. Profil KJKS Ben Iman
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Ben Iman adalah koperasi yang
kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan dan simpanan dana dari dan
untuk angota, calon anggota, koperasi lain, dan atau angotanya yang perlu
dikelola secara professional sesuai dengan prinsip koperasi, prinsip
kehati-hatian dan prinsip shariah, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat
disekitarnya.1
Elemen yang terkandung dalam koperasi menurut International Labour
Organization (Sitio dan Tamba, 2001) adalah:
1. Perkumpulan orang-orang.
2. Penggabungan orang-orang tersebut berdasarkan kesukarelaan.
3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai.
4. Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisai bisnis yang diawasi dan
dikendalikan secara demokratis.
5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan.
6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang.
42
B. Letak lokasi KJKS Ben Iman
KJKS Ben Iman terletak di Jl. Veteran No. 80 Lamongan, atau lebih
jelasnya sebagaimana peta dibawah ini:2
Gambar 3.1
Denah Lokasi KJKS Ben Iman Lamongan
2 Anas, (Pelayanan dan Kasir), Wawancara, KJKS Ben Iman Lamongan, 16 Mei 2016.
Jl. Raya Lamongan Surabaya
Jl. R
aya V
eter
an
KJKS BEN IMAN
MAN 1 LAMONGAN
SMPN 2 LAMONGAN
SMKN 2 LAMONGAN
SMAN LAMONGAN
43
C. Sejarah Singkat
Melihat dari sebuah keprihatinan umat Islam, khususnya kaum
muslimin yang telah dengan tulus meramaikan masjid-masjid maupun
mushola-mushola dengan berbagai kegiatan atau aktifitas keagamaan,
kebanyakan dari mereka secara ekonomi kurang beruntung. Di sisi lain
kebutuhan hidup mereka juga kurang mendapat perhatian, baik dari
masyarakat komunitas mereka sendir maupun dari pemerintah. Bahkan,
mereka juga tidak tersentuh dari pendistribusian kekayaan secara adil. Kondisi
ini kiranya bertentangan dengan konsep ekonomi Islam yang berdasarkan
prinsip-prinip Shariah, yaitu terciptanya kesejahteraan soial bagi masyarakat.3
Berangkat dari realita diatas dan keinginan yang besar untuk
mewujudkan ekonomi yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam dengan
menggunakan system bagi hasil dan upaya akan adanya perubahan sikap
masyarakat terhadap keberadaan riba serta membangun semangat ukhuwah
Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan kualitas hidup dari rizki yang halal dan baik itulah, maka
sebagai alternatifnya adalah membentuk koperasi yang berdasarkan syariat
Islam, dengan nama Koperasi JK Shariah Ben Iman.
Sejak terbentuknya Koperasi JK Shariah Ben Iman, tepatnya 29 Oktober
2004 dengan Nomor Badan Hukum 518/BH/39/413.110/2004 yang pada saat
itu kantor pusatnya di jalan Veteran No. 114 dengan status masih menyewa.
Koperasi ini tumbuh dan berkembang berkat motivasi dari Bapak Drs. H.
44
Suirno, MM dan kawan-kawan. Anggota pada awal berdirinya koperasi ini
berjumlah 47 orang, tetapi dalam perjalanannya jumlah anggota tersebut
berkurang menjadi 28 orang tanpa alasan yang jelas. Namun bisa dimaklumi
karena baru berdiri apalagi pertama kali dengan menggunakan label shariah.4
Seiring dengan perjalanan waktu, Koperasi JK Shariah Ben Iman
tergolong cepat dikenal. Salah satu alasannya adalah tumbuhnya keyakinan
yang kuat di kalangan masyarakat muslim bahwa pola-pola konvensional
mengandung unsure riba. Hal ini sesuai dengan visi Koperasi JK Shariah Ben
Iman yaitu Sebagai Media Dakwah di bidang Ekonomi.
D. Dasar Hukum KJKS Ben Iman
1. Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian (lembaran
Negara republik Indonesia tahun 1992 nomor 116; tambahan lembaran
Negara republik Indonesia nomor 3502).
2. Peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan
usaha-usaha jasa keuangan shariah oleh koperasi (lembaran Negara
republik Indonesia tahun 1995 nomor 19. Tambahan lembaran Negara
republik Indonesia nomor 3501).
3. Peraturan presiden nomor 62 tahun 2005 tentang perubahan atas peraturan
presiden nomor 9 tahun 2005 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan
organisasi, dan tata kerja kementrian Negara republik Indonesia.
4. Instruksi presiden nomor 18 tahun 1998 tentang peningkatan pembinaan
dan pengembangan perkoperasian.
45
5. Keputusan menteri Negara urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah
nomor 91/Kep/M.KUKM/XI/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan
usaha koperasi jasa keuangan shariah.
6. Peraturan menteri Negara koperasi dan UKM nomor
19.5/Per/M>.KUKM/VIII/2006 tentang pedoman ilmu akutansi koperasi
Indonesia.
7. Peraturan menteri Negara koperasi dan usaha kecil dan menengah nomor:
33/Per/M.KUKM/VIII/2007 tentang organisasi dan tata kerja kementrian
Negara koperasi dan usaha kecil dan menengah republik Indonesia.
8. Keputusan menteri Negara urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah
nomor 518/BH/39/413.110/2004.5
E. Prinsip Ekonomi Islam dalam Koperasi Shariah
Prinsip ekonomi Islam dalam koperasi shariah:
1. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh
siapapun secara mutlak.
2. Manusia diberi kebebasan bermuamalah selama dengan ketentuan shariah.
3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur dimuka bumi.
4. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi dan
pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok
orang saja.