PENGARUH PERAN ORANG TUA TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI SEKOLAH PADA REMAJA DI DESA NGINGASREMBYONG KECAMATAN SOOKO
KABUPATEN MOJOKERTO
(Tinjauan Teori Fungsionalisme Struktural Robert K. Merton)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial (S.Sos) Dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
SOFIE DINA ROZALINA B05212041
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Sofie Dina Rozalina, 2016, Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Peningkatan Motivasi Sekolah Pada Remaja Di Desa Ngingasrembyong Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto
(Tinjauan Teori Fungsionalisme Struktural Robert K. Merton), Skripsi Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Orang Tua dan Motivasi
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu tentang pengaruh peran orang tua terhadap peningkatan motivasi sekolah pada remaja di desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Namun di dalam rumusan masalah tidak hanya tentang pengaruh orang tua saja tetapi juga bagaiamana orang tua dalam memotivasi sekolah pada remaja.
Metode yang digunakan adalah Mixed Methods (metode kombinasi) yaitu
penggabungan anatara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan teknik pengumpulan data melalui angket sedangkan kualitatif dilakukan dengan teknik pengumpula data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Fungsionalisme Struktural Robert K. Merton untuk melihat fungsi dari orang tua.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI .. vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan penulisan ... 5
D. Manfaaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 7
1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 7
2. Populasi, Sampel dan teknik sampling ... 11
3. Variabel dan Indikator penelitian ... 14
4. Definisi Operasional ... 15
5. Hipotesis Penelitian ... 17
6. Teknik Pengumpulan Data ... 18
BAB II: PERAN ORANG TUA DAN PENINGKATAN MOTIVASI
SEKOLAH PADA REMAJA ... 30
A. Peran Orang Tua ... 30
1. Pengertian Peran ... 30
2. Pengertian Orang Tua ... 30
3. Pengertian Peran Orang Tua ... 31
4. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua ... 32
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi pola asuh orang tua ... 39
6. Peranan-peranan Yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua ... 40
B. Peningkatan Motivasi... 43
1. Pengertian Motivasi ... 43
2. Tujuan Motivasi ... 47
3. Jenis-jenis Motivasi ... 48
4. Fungsi Motivasi ... 48
5. Remaja ... 50
6. Fase-fase Perkembangan Anak ... 51
C. Peran Orang Tua dan peningkatan Motivasi Sekolah dalam Tinjauan Teori Fungsionalisme Struktural ... 52
D. Penelitian Terdahulu ... 61
BAB III: PERAN ORANG TUA DAN PENINGKATAN MOTIVASI SEKOLAH PADA REMAJA DI DESA NGINGAS REMBYONG KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO ... 64
A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 64
BAB IV: PERAN ORANG TUA DAN PENINGKATAN MOTIVASI SEKOLAH PADA REMAJA DALAM ANALISIS TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL ROBERT K. MERTON ... 75
A. Analisis Deskriptif ... 75 B. Analisis Statistik Inferensial ... 90
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 103 B. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Angket dan Pedoman Wawancara
2. Jadwal Penelitian 3. Biodata Peneliti
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Batas Wilayah ... 65
Tabel 3.2 Orbitasi Desa... 65
Tabel 3.3 Luas Wilayah Desa ... 65
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pembagian Dusun ... 66
Tabel 3.5 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 66
Tabel 3.6 Jumlah kepala keluarga menurut jenis kelamin ... 66
Tabel 3.7 Jumlah penduduk berdasarkan agama ... 67
Tabel 3.8 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... 68
Tabel 3.9 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian ... 68
Tabel 3.10 Jumlah organisasi social ... 69
Tabel 3.11 Jumlah sarana ibadah yang ada di desaNgingasrembyong ... 70
Tabel 3.12 Jumlah sarana pendidikan ... 70
Table 3.13 Jenis kelamin responden ... 71
Tabel 3.14 Pendidikan terakhir responden... 71
Tabel 3.15 Tabel kerja Product Moment dan Regresi ... 72
Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Angket ... 75
Tabel 4.2 Interpretasi angka korelasi menurut Prof. Sugiyono ... 90
Tabel 4.3Worksheet untuk menghitung beberapa komponen untuk mencari variance ... 96
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat
secara keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun
dinamis. Sosiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sosiologi merupakan ilmu umum
artinya sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada setiap interaksi manusia, bukan
mempelajari ilmu dengan gejala khusus. Maka dari itu sosiologi mencakup segala aspek
dalam kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat
dan selalu melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam penelitian ini peneliti
melihat dari sudut pandang sosiologi pendidikan.
Menurut Dr. Ellwood, “sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan
orang yang lain”1
Manusia dalam kehidupannya selalu mengalami proses belajar dan mempelajari
sesuatu. Di dalam proses tersebut setiap orang mempelajari orang lain baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maka dari itu sosiologi pendidikan tidak lepas dari hubungan antara
individu sebagai aktor yang mempelajari lingkungan sosialnya.
seperti sekolah tetapi harus meliputi juga lembaga-lembaga yang lain misalnya keluarga, kelompok permainan, lembaga-lembaga agama dan media-media lain.2
Sasaran utama di dalam sosiologi pendidikan adalah peserta didik dan lingkungan
sosialnya. Lingkungan sosial tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam proses
belajar. Tidak hanya itu sosiologi pendidikan juga bersasaran pada lembaga-lembaga, baik
lembaga formal seperti sekolah atau lembaga non formal seperti keluarga dan lain-lain.
Sosiologi pendidikan lebih mengutamakan pembahasan pendidikan karakter dari sisi sosialisasi peserta didik sebagai individu (self) dalam hubungannya dengan masyarakat (society), termasuk nilai-nilai bersama yang dibangun dalam hubungan itu.3
Ahli-ahli pendidikan mengatakan bahwa sosiologi pendidikan tidak hanya berhubungan dengan tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum, metode dan pengukuran, tetapi juga berhubungan dengan sekolah dan seluruh masyarakat. Salah satu lingkungan sosial dari pada individu si anak ini berhubungan dengan sikap orang tuanya, berhubungan dengan keluarga perbedaan bahasa dan cita-cita. Misalnya orang tua mengingankan agar anaknya melebihi dari pada orang tuanya.4
Terdapat beberapa tujuan sosiologi pendidikan, salah satunya yaitu sosiologi
pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi. Di antara para ahli sosiologi pendidikan ada
yang beranggapan bahwa seluruh proses sosiologi anak-anak merupakan pusat perhatian
bidang studi ini. Mereka ini mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial
mempengaruhi kelakuan individu.
Pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga. Keluarga mempunyai fungsi utama dalam pembentukan pribadi seseorang, keluarga memiliki fungsi pengantar pada masyarakat besar. Sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar.5
2Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982), 16.
3 Akh. Muzakki, Instrumen Nilai Dalam Pembelajaran (Surabaya: Pustaka Idea, 2015),50 4Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982), 16.
Keluarga sebagai pengantar pada masyarakat besar berperan untuk mempersiapkan
anak agar siap hidup di lingkungan sosial bermasyarakat. Untuk itu setiap keluarga perlu
memberikan pendidikan baik pendidikan formal melalui sekolah maupun pendidikan agama.
Keluarga sebagai salah satu dari tri pusat pendidikan bertugas membentuk kebiasaan-kebiasaan (habit formations) yang positif sebagai fondasi yang kuat dalam pendidikan informal. Dengan pembiasaan tersebut anak-anak akan menngikuti/menyesuaikan diri bersama keteladanan orang tuanya. Orang tua yang tidak otoriter, akan dapat mentoleransi kemauan anak-anaknya. Dengan demikian akan terjadi sosialisasi yang positif dalam keluarga/rumah.6
Keluarga sebagai salah satu pusat pendidikan maka keluarga bertugas dalam
membentuk karakter yang baik bagi anak. Lingkungan keluarga yang baik maka akan
membentuk karakter anak yang baik pula, namun keluarga yang buruk maka akan
membentuk karakter yang buruk pula. Orang tua yang berprofesi sebagai pencuri maka tidak
menuntut kemungkinan anak tersebut akan menjadi pencuri, karena anak akan melihat segala
sesuatu yang dilakukan oleh orang tua. Sedangkan orang tua yang jujur dan peduli dengan
pendidikan maka akan mengajarkan kejujuran serta peduli terhadap pendidikan bagi anak.
Di dalam dunia pendidikan peran orang tua sangat penting untuk mendukung minat belajar dan sekolah setiap anak. Karena orang tua adalah agen sosialisasi pertama dan paling penting bagi seorang anak. Dan keluargalah sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan saudara-saudaranya serta keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama dimana anak mengadakan kontak dan yang pertama dimana anak-anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain.7
Orang tua memiliki peran sebagai orang yang membimbing dan mendidik anak ketika
dia berada dirumah. Ketika berada disekolah anak akan dididik oleh guru. Ketika berada
disekolah anak akan diajari dan dimotivasi bagaimana mendapat nilai bagus. Sedangkan
ketika berada di rumah maka orang tua selain mendidik dan membimbing mereka juga harus
memotivasi anak agar tetap semangat untuk sekolah. Pendidikan karakter akan terbentuk
didalam sebuah keluarga, cara mendidik orang tua akan berpengaruh kepada pola hidup dan
cara berfikir anak.
Secara umum factor yang mempengaruhi kurangnya minat untuk bersekolah adalah
karena masalah ekonomi keluarga yang kurang mampu. Namun disini peneliti bukan
menekankan pada segi ekonomi keluarga, namun dari segi pendidikan, pengetahuan dan
pengalaman orang tua tentang pendidikan dan sekolah, serta dorongan dari orang tua untuk
mendukung anaknya untuk terus sekolah. Penelitian dilakukan di desa Ngingasrembyong
karena jika diilihat dari segi pendidikan masyarakat desa Ngigasrembyong pada tahun 2015
yang tecatat sebagai sarjana ada 60 orang dari 3765 penduduk.8 Ini membuktikan bahwa
masyarakat kurang berminat untuk sekolah khususnya pada tingkat perguruan tinggi. Maka
dari sini perlu dilakukan penelitian terkait tentang peran orang tua dalam memberikan
motivasi sekolah pada remaja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan adanya latar belakang di atas, dapat digambarkan beberapa
permasalahan yang dapat ditemukan peneliti dan dianggap penting untuk dilakukan
penelitian yaitu:
1. Apakah peran orang tua berpengaruh terhadap peningkatan motivasi sekolah pada remaja
di desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto?
2. Bagaimana peran orang tua dalam memotivasi remaja untuk bersekolah di desa
Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibuat adalah untuk menjawab pertanyaan sebagaiman rumusan
masalah di atas sehingga nantinya dapat diketahui secara jelas dan terperinci tujuan
diadakannya penelitian ini. Adapun tujuan tersebut adalah:
1. Ingin mengetahui apakah peran orang tua berpengaruh terhadap peningkatan motivasi
sekolah pada remaja di desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto.
2. Ingin mengetahui bagaimana peran orang tua dalam memotivasi remaja untuk bersekolah
di desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti berharap hasil penelitian
yang dilakukan dapat bermanfaat, baik itu secara teoritis maupun secara bagi para
pembacanya.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan pengetahuan serta wawasan bagi peneliti lain khususnya tentang peran
orang tua dalam memotivasi sekolah anak di desa Ngingasrembyong kecamatan
Sooko kabupaten Mojokerto.
b. Sebagai sumber referensi bagi para mahasiswa khususnya tentang peran orang tua
dalam memotivasi anak untuk bersekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Agar masyarakat desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto
mengetahui pentingnya pendidikan formal bagi remaja.
b. Agar masyarakat desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto
E. Metode Penelitian
Metode penelitian teknik merupakan cara utama yang dipakai untuk mencapai tujuan
semisal menguji sebuah hipotesa dengan menggunakan atau alat tertentu.
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian mixed methode (penelitian
kombinasi). Menurut Sugiyono, “metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian
yang menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif”9
Menurut Creswell penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif.10
Fokus penggabungan dua metode (kualitatif dan kuantitatif) lebih pada teknik
pengumpulan data dan analisis data, sehingga peneliti dapat membandingkan seluruh data
temuan dari kedua metode tersebut, yang selanjutnya diperoleh kesimpulan dan saran
apakah kedua data saling memperkuat, memperlemah atau bertentangan.
Menurut Creswell, strategi-strategi dalam mixed methods, yaitu 11
a. Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods)
merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari satu
metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan dengan interview terlebih
dahulu untuk mendapatkan data kualitatif, lalu diikuti dengan data kuantitatif dalam
hal ini menggunakan survey. Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Strategi eksplanatoris sekuensial. Dalam strategi ini tahap pertama adalah
mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif kemudian diikuti oleh
9Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung, CV. Alfabeta, 2011), 397
10John W. Creswell, Research Design:Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif dan Mixed (Yogyakarta: Pusaka
Pelajar.2010), 5
11 John W. Creswell, Research Design:Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif dan Mixed (Yogyakarta: Pusaka
pengumpulan dan menganalisis data kualitatif yang dibangun berdasarkan hasil
awal kuantitatif. Bobot atau prioritas ini diberikan pada data kuantitatif.
2) Strategi eksploratoris sekuensial. Strategi ini kebalikan dari strategi eksplanatoris
sekuensial, pada tahap pertama peneliti mengumpulkan dan menganalisis data
kualitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif pada tahap
kedua yang didasarkan pada hasil dari tahap pertama.
3) Strategi transformative sekuensial. Pada strategi ini peneliti menggunakan
perspektif teori untuk membentuk prosedur-prosedur tertentu dalam penelitian.
Dalam model ini, peneliti boleh memilih untuk menggunakan salah satu dari dua
metode dalam tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikan pada salah satu dari
keduanya atau dibagikan secara merata pada masing-masing tahap penelitian.12
b. Strategi metode campuran konkuren/sewaktu waktu (concurren mixed method)
merupakan penelitian yang menggabungkan antara data kuantitatif dan data kualitatif
dalam satu waktu. Terdapat tiga strategi pada strategi metode campuran konkuren ini,
yaitu:
1) Strategi triangulasi konkuren. Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan data
kuantitatif dan data kualitatif dalam waktu bersamaan pada tahap penelitian,
kemudian membandingkan antara data kualitatif dengan data kuantitatif untuk
mengetahui perbedaan atau kombinasi.
2) Strategi embedded konkuren. Strategi ini hampir sama dengan model triangulasi
konkuren, karena sama-sama mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam
waktu bersamaan. Membedakannya adalah model ini memiliki metode primer
yang memadu proyek dan data sekunder yang memiliki peran pendukung dalam
setiap prosedur penelitian. Metode sekunder yang begitu dominan/berperan (baik
itu kualitatif atau kuantitatif) ditancapkan (embedded) kedalam metode yang lebih
dominan (kualitatif atau kuantitatif).
3) Strategi transformative konkuren. Seperti model transformative sequential yaitu
dapat diterapkan dengan mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif secara
bersamaan serta didasarkan pada perspektif teoritis tertentu.
c. Prosedur metode campuran transformative (transformative mixed methods)
merupakan prosedur penelitian dimana peneliti menggunakan kacamata teoritis
sebagai perspektif overaching yang didalamnya terdiri dari data kualitatif dan data
kuantitatif. Perspektif inilah yang nantinya akan memberikan kerangka kerja untuk
topic penelitian, teknik pengumpulan data, dan hasil yang diharapkan dari
penelitian.13
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi metode campuran
konkuren/sewaktu waktu (concurren mixed method). Khususnya menggunakan
strategi triangulasi konkuren. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data
kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan untuk menjawab rumusan masalah apakah
peran orang tua berpengaruh terhadap peningkatan motivasi sekolah pada remaja di
desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto serta menjawab
rumusan masalah bagaimana peran orang tua dalam memotivasi remaja untuk
bersekolah didesa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto.
13John W. Creswell, Research Design:Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed (Yogyakarta: Pusaka
Jenis desain penelitian pada penelitian mixed methods dibagi menjadi tiga
yaitu sequential explanatory design, sequential explaratory design dan concurrent
triangulation design.
1) Sequential explanatory designs, pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif
dilaksanakan dalam dua tahap, dengan penekanan utama pada metode kuantitatif.
2) Sequential exploratory design yaitu pengumpulan data kualitatif dilakukan
pertama kali dan dianalisis, kemudian data kuantitatif dikumpulkan dan dianalisis.
Jenis sequential exploratory lebih menekankan pada kualitatif.
3) Concurrent triangulation designs (juga disebut desain intergrantive atau
konvergen) di mana peneliti secara bersamaan mengumpulkan data kuantitatif dan
kualitataif, menggabungkan dalam analisis metode analisis data kuantitatif dan
kualitatif, dan kemudian menafsirkan hasilnya bersama-sama untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik dari fenomena yang menarik.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian concurrent triangulation
designs, karena pada penelitian ini penggalian data kuantitatif dan kualitatif dilakukan
secara bersamaan, kemudian di analisis dengan menggunakan teori yang sama.
2. Populasi, sampel dan teknik sampling
a. Populasi
Populasi penelitian merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan
sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.14
Populasi adalah “Keseluruhan subyek penelitian”15 atau “semua individu yang
yang terdiri atas objek, subjek, yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.17
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat desa
Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri keadaan
tertentu yang akan diteliti, atau sebagian anggota populasi yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi.18
Menurut Iskandar “sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara
representati atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang
diamati”19
Dengan kata lain sampel merupakan contoh atau cermin dari keseluruhan objek
yang diteliti. Dalam penelitian sosial, dikenal hukum kemungkinan hukum
probabilitas yaitu kesimpulan yang ditarik dari populasi dapat digeneralisasikan
kepada seluruh populasi. Kesimpulan ini dapat dilakukan karena pengambilan sampel
dimaksud adalah untuk mewakili seluruh populasi.20
Cara yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan pengambilan
sampel sistematis.
Rumus pengambilan sampel yaitu n = N
N.d2+1
15Suahrsimi arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 108 16Sutrisno Hadi, Statistik II (Yogyakarta: Ansdi Ofset, 1996), 220
17Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2006), 55
18Nanang Martono. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS (Yogyakarta: Gava Media.2010),15 19Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitati dan Kualitati) (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), 69
Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
d : Presisi yang di tetapkan
jika populasi sebanyak orang dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90 %
maka besar sampelnya adalah:
n = 3765 = 97,41
3765.(0,1)2 + 1
Dari hasil penghitungan sampel dibulatkan menjadi 97 sampel yang di ambil
oleh peneliti. Namun ditemukan 92 orang tua yang memiliki anak usia remaja. Maka
c. Teknik Sampling
Teknik Sampling merupakan sebuah teknik untuk pengambilan sampel. Teknik
sampling yang digunakan oleh peneliti yaitu non probability sampling yang
merupakan teknik sampling yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.21
Peneliti menggunakan proposive sampling, dimana penelitian ini tidak
dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target. Proposive sampling
artinya bahwa teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan
tertentu.22 Pada penelitian ini juga menggunakan teknik simple random sampling
yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak berdasarkan frekuensi
probabilitas semua anggota populasi. Sehingga sampel pada penelitian ini hanya
orang tua yang memiliki anak usia remaja, selain kategori tersebut tidak termasuk
sampel dalam penelitian ini.
3. Variabel dan indikator penelitian
Penelitian ini terdapat variabel yang menjadi pokok permasalahannya. Menurut
suharsimi variable adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian.23
Adapun variable penelitian kali ini adalah variable hubungan multifariat yang
artinya untuk mendapatkan jalur yang paling kuat mempengaruhi motivasi sekolah anak.
a. Variabel bebas (X) adalah variabel penyebab atau variable operasional yang
mempengaruhi variable lain. Adapun variable bebas pada penelitian ini adalah:
21 Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Jakarta: Alfabeta, 2005), 122
22 Awal Isgiyanto. Tehnik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non-Eksperimental (Jogjakarta: Mitra
Cendekia Press, 2009), 75
Variabel X Peran Orang Tua
Indikator Mendidik
Merawat atau Membesarkan
Sebagai pengawas
b. Variabel terikat (Y) adalah variabel akibat atau yang ditimbulkan variable bebas.
Adapun variable erikat pada penelitian ini adalah:
Variabel Y Peningkatan Motivasi
Indikator Fisik (membelikan perlengkapan sekolah seperti seragam, buku dll)
Non Fisik (memberi nasehat dan mengarahkan)
4. Definisi Operasional
a. Peran Orang Tua
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara
informal. Dapat juga diartikan bahwa peran merupakan aspek dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka orang tersebut menjalankan peranan.24
Peran orang tua adalah suatu upaya atau kegiatan yang harus dilakukan oleh
kedua orang tua (ayah dan ibu). Peran orang tua adalah suatu keharusan yang wajib
dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya demi keselamatan hidup
mereka, baik di dunia maupun di akhirat.
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama. 25
Ada dua jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain
(cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif
eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras
menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai baik.
Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin senang menghadapi
ujian karea dia senang dengan mata pelajaran yang akan diujiakan.26
Peningkatan berarti kemajuan, secara umum peningkatan merupakan upaya
untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga
dapat berarti penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik.
Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan
dan sebagainya.
Peningkatan motivasi berarti kemajuan untuk mencapai keinginan yang besar
yang tumbuh dalam diri seseorang untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya.
c. Remaja
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan
masa pencaharian jati diri (ego identity).27
5. Hipotesis Penelitian
Hipotesa berasal dari kata hypo yang berarti dibawah dan thesa berarti kebenaran.
Hipotesa akan ditolak jika datanya palsu dan penolakan dan penerimaan hipotesa dengan
begitu sangat tergantung pada fakta-fakta yang dikumpulkan.
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam
penelitian. Berdasarkan berbagai macam teori tentang hipotesis, maka hipotesis yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah:
a. Hipotesis Nihil (Ho)
Variabel peran orang tua tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
motivasi sekolah pada remaja di desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten
Mojokerto.
b. Hipotesis Alternatif ( Ha ) / (H1)
Variabel peran orang tua berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
motivasi sekolah pada remaja di desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten
Mojokerto.
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menentukan data yang dipelukan, maka peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data, agar bukti-bukti data fakta yang diperoleh sebagai data yang obyektif,
valid serta tidak teruju penyimpangan– penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya.
Dalam pengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:
Menurut Sutrisno Hadi observasi yaitu proses dimana peneliti turun
kelapangan untuk mengamati lingkungan yang akan ditelitinya. Dua diantara yang
paling penting adalah proses - proses pengamatan dan ingatan.28
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap obyek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Observasi dilakukan untuk memperoleh keterangan tentang masalah yang akan
diselidiki, dan mendapatkan petunjuk tentang cara mendapatkannya, jadi dengan
metode observasi ini hasil yang diperoleh akan jelas dan terarah.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan responden
atau orang yang diwawancarai.
Peneliti dalam hal ini berkedudukan sebagai interviewer, mengajukan
pertanyaan, menilai jawaban, meminta penjelasan, mencatatat dan menggali
pertanyaan lebih dalam. Di pihak lain, sumber informasi (informan) menjawab
pertanyaan, memberi penjelasan dan kadang-kadang juga membalas pertanyaan.29
c. Metode angket atau Kuesioner
Kuesioner pada dasarnya merupakan cara pengumpulan data keterangan
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang didistribusikan kepada seseorang atau
respon den untuk diisi atau dijawab tentang suatu fakta atau pendapat yang diketahui
oleh responden.
d. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis,
metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang benar
dengan mengambil dokumen-dokumen yang ada. Menurut Suharsimi Arikunto,
sebagai objek yang diperhatikan atau (di tatap) dalam memeperoleh informasi, kita
memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (list), dan kertas
atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan
ilmiah telah menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi juga berarti
cara mengumpulkan data dengan mencatatat data-data yang sudah ada.
Penilaian angket atau questioner dalam penelitian ini smenggunakan pedoman
skala likers, cara ini dengan menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yang
ditetapkan.
Cara pemberian nilai dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik angket
yang berpedoman skala likers, skala likers memiliki lima alternative jawaban, yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju
7. Teknik Analisa Data
Analisis merupakan bagian penelitian yang amat penting karena analisis dapat
menyampaikan dan membatasi penemuan-penemuan, sehingga suatu data yang diperoleh
dalam suatu penelitian akan terjadi teratur dan tersusun rapi. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua analisa yaitu analisa kualitatif dan kuantitatif.
a. Analisis Data Kuantitaif
Data kuantitatif diperoleh dari pengujian menggunakan kuesioner yang disebar
pada seluruh masyarakat untuk mengungkap permasalahan. Selanjutnya data hasil
kuesioner diolah dengan menggunakan penghitungan statistik.
Metode analisis data yang digunakan peneliti adalah:
1) Teknik Data Statistik
Yaitu suatu teknik analisis yang bertujuan untuk mencari kesimpulan dari
data-data yang berbentuk angka. Teknik yang digunakan adalah teknik analisa
regresi dan teknik analisa Variance.
Pada tahap pertama peneliti menggunakan produk momen untuk melihat
sejauh mana korelasi atau pengaruh variabel X (Peran Orang Tua) terhadap
variabel Y (Peningkatan Motivasi). rumus product moment yang umum
digunakan dalam analisis korelasi sederhana, yaitu:31
rxy= n . ∑XY – ∑X ∑Y
√[n. ∑X − ∑X ] [n. ∑Y − ∑Y ]
Keterangan :
rxy : Koefisien Korelasi Product Moment
n : jumlah individu dalam sampel
X : angka mentah untuk variabel X
Y : angka mentah untuk variabel Y
Setelah menganalisis dengan product momen peneliti menganalisis dengan
mengunakan analisa regresi, karena untuk melihat berapa % sumbangan variabel X
terhadap variabel Y, dengan rumus:
∑x.y = ∑ XY – (∑ X) (∑ Y)
n
∑x2 = ∑ X2 − (∑ X)2
n
∑y2 = ∑ Y2 − (∑ Y)2
n
α1 = ∑x.y
∑x2
αο = ∑ Y –α1 ∑ X
n
Y = αο+ α1 X
Y = subyek dalam variabel dependen yang dipredisikan (Variabel terikat)
αο= harga atau nilai konstanta
α1 = koefisien regresi
X = variabel independen
n = jumlah observasi
∑y2
JX= (∑y2) –α12 ∑x2
n
Sαο = √ �� ( ∑X2)
n. ∑x2
Sα1 = √ �x2) ( 1 )
∑x2
Dengan hipotesa
Hο (Hipotesa Nihil) = Variabel pengaruh peran orang tua tidak berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan motivasi sekolah pada remaja di desa
Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto.
Ha (Hipotesa Alternatif) = Variabel pengaruh peran orang tua berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan motivasi sekolah pada remaja di desa
Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto.
Uju Signifikan estimasi,
Hο= αο: 0 Ha = αο≠ 0
α1 : 0 α1 ≠ 0
Untuk αο: tο= αο
Sαο
Untuk α1 : tο= α1
Sα1
t1/2 ( 0.05) df = n − 2
Ha : diterima
tο > tt = Hο : ditolak
Ha : ditolak
Pada tahap kedua peneliti menggunakan Analisis variance untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan latar belakang pendidikan orang tua dalam memberi
motivasi remaja di desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto.
Pada dasarnya analisis Variance tidak lain dari teknik matematik untuk
memisahkan komponen-komponen variasi dalam suatu set hasil penelitian. Dalam
keterangan-keterangan lebih lanjut, analisa variance yang diterangkan dihubungkan
dengan desain percobaan yang dipilih. Dalam analisis variance, kita menggunakan uji
F = MSP
MSE
Di mana:
MSp = mean square antarperlakuan
MSE = mean square error (dalam perlakuan)
Untuk mencari mean square, diperlukan sumsquare. Dalam desain randomisasi
lengkap, sumsquare total (SST) dipecahkan atas 55 perlakuan (55p) dan sumsquare
error atau sumsquare dalam perlakuan (SSE).
Dalam analisis variance desain percobaan dengan randomisasi lengkap,
prosedurnya adalah sebagai di bawah ini:
1) Rumuskan Hipotesa:
Ho : tidak ada beda antara mean-mean dari populasi.
Ha : terdapat perbedaan antara populasi.
2) Tentukan jumlah pengamatan dari sampel, yaitu:
n1 = besar sampel 1
n2 = besar sampel 2
n3 = besar sampel j
n4 = total pengamatan
3) Tentukan level significance:
4) Buat table Analisa Variance (ANAVA): Untuk ini perlu dihitung.
a) Hitung correction factor:
CF = (∑Tj)2 n
CF = correction factor
∑Tj = total nilai pengamatan (nilai variabel)
n = total anggota sampel (besar sampel)
b) Hitung sumsquare total:
SST = ∑ (Xij)2– CF
Di mana:
SST = sumsquare total:
Xij = nilai pengamatan I dari sampel j
c) Hitung sumsquare antarperlakuan:
SSP = (T1)2 + (T2)2+ ….. (Tj)2+ ….. (Tk)2– CF n1 n2 nj nk
=
∑
(Tj)2– CF nj Tj = total nilai sampel jnj = besar sampel j
SSP = sumsquare antarperlakuan
d) Hitung sumsquare error:
SSE = SST −SSP
Di mana:
SSE = sumsquare error
SSP = sumsquare antarperlakuan
e) Tentukan degree of freedom:
DFp = k −
DFT = n −
DFE = DFT − DFp
Di mana:
DFp = degree of freedom antarperlakuan
DFT = degree of freedom total
DFE = degree of freedom error
n = jumlah anggota total sampel
k = jumlah perlakuan
f) Hitung Mean square:
MSP = SSP
DFP
MSE = SSE
DFE
Di mana:
MSP = Mean square antarperlakuan
MSE = Mean square error
DFP = degree of freedom antarperlakuan
DFE = degree of freedom error32
b. Analisis data Kualitatif
Menurut Miles dan Huberman data kualitaif diperoleh dari data relaction, data
display dan conclusion drawing/verification.33 Analisa data kualitatif ini
dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah bagaiamana peran orang tua dalam
memotivasi anak untuk bersekolah di desa Ngingasrembyong kecamatan Sooko
kabupaten Mojokerto. Setelah menganalisis data kuantitatif dengan metode
penghitungan statistik analisis regresi dan analisis variance (ANAVA) kemudian
dilanjutkan dengan analisis data kualitatif dari hasil wawancara.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan dalam memahami dan membahas isi yang dikehendaki,
maka sistematika penulisan penelitian ini disusun sebagai berikut:
BAB I: merupakan bab pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, kegunaan penelitian, deinisi operasional, metode
penelitian, sistematika pembahasan.
BAB II: merupakan bab kajian teoritik yang membahas tentang peran orang tua yang meliputi pengertian peran orang tua dan pola asuh orang, kemudian tentang pengertian
motivasi dan tujuan motivasi, serta membahas tentang teori Fungsionalisme Struktural.
BAB III: merupakan bab penyajian data meliputi deskripsi umum obyek penelitian dan table kerja product moment dan regresi.
BAB II
PERAN ORANG TUA DAN PENINGKATAN MOTIVASI SEKOLAH PADA REMAJA
A. Peran Orang Tua
1. Pengertian Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Dapat juga di artikan bahwa peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut menjalankan peranan.1
Setiap manusia memiliki peran masing-masing dalam menjalani sebuah
kehidupan. Peran setiap manusia tentu berbeda-beda namun juga memiliki kesamaan
tergantung kebutuhan dan kewajiban masing-masing. Ketika seseorang telah melakukan
hak dan kewajibannya maka seseorang tersebut telah menjalankan perannya dengan baik.
2. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah asasyah ibu kandung; orang yang dianggap tua (pandai, cerdik).2
Orang tua yaitu orang yang menjaga, merawat, mendidik, membimbing
seseorang, memiliki ikatan batin atau kekeluargaan dan dihormati oleh orang yang lebih
muda.
3. Pengertian Peran Orang Tua
Menurut A. Tafsir, dalam islam orang yang paling bertanggung jawab atas pendidikan adalah orang tua anak didik. Tanggung jawab itu sekurang-kurangnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena adanya kodrati. Kedua, karena adanya
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 212.
kepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya. Karena sukses anak adalah sukses orang tua.3
Peran orang tua adalah suatu upaya atau kegiatan yang harus dilakukan oleh ayah
dan ibu. Peran orang tua adalah suatu keharusan yang wajib dilakukan oleh orang tua
dalam mendidik anak-anaknya demi keselamatan hidup mereka, baik di dunia maupun
diakhirat.
Pada umumnya dalam sebuah kelurga terdapat dua orang yang memiliki peran
sebagai penanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan masalah rumah
tangga atau masalah anak. Seorang ayah yang berperan sebagai kepala rumah tangga dan
Ibu sebagai pendamping dan menjalankan peranannya dalam rumah atau sebagai
pelaksana dari segala delegasi yang ditinggalkan kepala rumah tangga. Peranan yang ada
tersebut biasanya di bagi misalnya, ayah berperan sebagai pencari nafkah sedangkan ibu
berperan sebagai pengasuh dan mendidik anak dan mengurus kebutuhan rumah tangga
Keluarga adalah tempat yang pertama kalinya seorang anak memperoleh
pendidikan dan mengenal niai-nilai maupun peraturan-peraturan yang harus diikutinya
yang mana mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial dengan lingkungan yang
lebih luas. Namun dengan adanya perbedaan latar belakang, pengalaman, pendidikan dan
kepentingan dari orang tua maka terjadilah cara yang berbeda pula mendidik anak.
Di dalam pendidikan anak keluarga perlu memperhatikan dalam pemberikan
kasih sayang, jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang. Oleh karena itu keluarga
harus pandai dan tepat dalam memberikan kasih sayang yang dibutuhkan oleh anaknya.
Pendidikan keluarga yang baik adalah: pendidikan yang memberikan dorongan kuat
kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan-pendidikan formal maupun agama.
Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh yang penting untuk mendidik anak.
Hal tersebut mempunyai pengaruh yang positif dimana lingkungan keluarga memberikan
dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan untuk menerima, memahami,
meyakini, serta mengamalkannya.
4. Macam-macam pola asuh orang tua
Pola asuh berasal dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Partono “pola”
adalah model, contoh, pedoman (rancangan), dasar kerja.4 Sedangkan menurut yasyin asuh” adalah menjaga dan memelihara anak kecil, membimbing agar bisa berdiri sendiri.5
Pola asuh berarti system, cara atau pola yang digunakan atau ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari terhadap anak. Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam keluarga atau rumah tangga. Dalam arti sempit, maka orang tua adalah ibu bapak yaitu yang memilki andil langsung atas keberadaan kelahiran sang anak.6
Setiap orang tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh anak. Cara tersebut
akan membentuk karakter anak, karena orang tua adalah orang yang pertama kali menjadi
contoh bagi seorang anak, sehingga kepribadian anak tergantung bagaimana cara orang
tua mendidik anak.
Pola asuh orang tua sangat berperan dalam proses pendidikan baik dalam keluarga maupun di sekolah, karena hal ini mencerminkan sejauh mana keterlibatan pendidik secara emosional terhadap anak didik. Orang tua selalu dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya, termasuk dalam pendidikan. Tetapi banyak orang tua yang kurang memahami betapa pentingnya aspek pendekatan dalam mengasuh dan membimbing anak-anaknya. Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak di wujudkan dengan cara tersendiri yang dimiliki orang tua dalam mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak yang disebut sebagai pola asuh.7
4 Pius A Partono, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), 605
5Sulchan Yasyin, Kamus Pintar Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1995), 26
Pola asuh atau cara didik orang tua tidak hanya mempengaruhi karakter dan
kepribadian anak didik di dalam keluarga, namun juga berpengaruh terhadap sekolah.
Ikatan emosional yang terjadi antara orang tua dan anak didik akan memberikan dampak
bagi perkembangan belajar anak didik. Orang tua yang kurang memahami aspek
pendekatan tersebut akan menjadikan perbedaan cara pandang dengan anak didik.
Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.8
Orang tua yang memahami pendekatan dalam membimbing dan mengasuh
anak-anaknya akan menggunakan cara yang paling baik dalam mendidik anak. Hal ini
bertujuan agar anak menjadi anak yang baik, sopan serta patuh terhadap orang tua. Setiap
orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam memberikan pola asuh, berikut ini
merupakan macam-macam pola asuh orang tua dalam mendidik dan mengembangkan
anaknya, antara lain:
a. Pola asuh otoriter
Menurut Barus, orang tua otoriter menuntut kepatuhan dan konformitas yang tinggi dari anak-anaknya. Mereka cenderung lebih suka menghukum, bersikap dictator, dan disiplin kaku. Tidak mengenal take and give, karena keyakinan mereka adalah bahwa anak harus menerima sesuatu tanpa mempersoalkan aturan-aturan dan standart yang dibangun oleh orang tua. Mereka cenderung tidak mendukung perilaku bebas anak dan melarang otonomi anak.9
Orang tua dengan pola asuh otoriter adalah orang tua yang selalu menuntut
anak untuk mengikuti keinginan orang tua. Orang tua tidak memberi kesempatan bagi
8Rani Razak Noeman, Amezing Paranting: Menjadi Orang tua Asyik Memebntuk Anak Hebat (Jakarta:
Noura Book, 2012),
9Gendon Barus, Memaknai Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Remaja, dalam Jurnal Intelektual (No 2,
anak untuk mengeluarkan pendapat atau mengatakan kemauannya. Orang tua dengan
pola asuh seprti ini mengakibatkan anak menjadi takut kepada orang tua.
Remaja dipaksa untuk mengikuti atau mentaati tuntutan-tuntutan dan
keputusan-keputusan yang dibuat oleh orang tua mereka tanpa
mempertanyakan dan tidak membiasakan remajanya untuk mencoba membuat keputusannya sendiri. Orang tua lebih banyak menekankan larangan-larangan, pembatasan-pembatasan, dan memaksa usaha keras sambil melakukan pengawasan yang sangat ketat.10
Orang tua tidak hanya menuntut anak namun juga tidak membiasakan anak
untuk membuat keputusan sendiri. Orang tua yang otoriter adalah orang tua yang
semaunya sendiri tanpa bertanya dan tanpa tau keinginan anak dengan sepihak
membuat keputusan yang belum tentu bisa diterima oleh anak.
Pola asuh ini cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi dikemudian hari, lebih fokus pada masa kini atau yang sedang dijalani. Dijalankan untuk kemudahan orang tua dalam pengasuhan, akan tetapi orang tua tidak memperhatikan apakah pengasuhan ini juga mudah untuk anaknya. Selain itu pola asuh ini bersifat menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orang tua.11
Ada beberapa akibat atau efek yang didapatkan dari pola asuh otoriter terhadap
perilaku belajar anak, antara lain:
1) Anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan, ragu-ragu dan pasif serta
masalah konsentrasi dalam belajar.
2) Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hbukuman.
3) Disekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif, impulsive dan
perilaku negatif lainnya.
4) Anak perempuan cenderung menjadi pendiam.
10Gendon Barus, Memaknai Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Remaja, dalam Jurnal Intelektual (No 2,
b. Pola Asuh Demokratis
Barus berpendapat bahwa orang tua yang demokratis berprilaku hangat tetapi tegas. Mereka mengenakan seperangkat standart untuk mengatur anak-anaknya tetapi membangun harapan-harapan yang disesuaikan dengan perkembangan kemampuan dan kebutuhan anak-anaknya. Mereka menunjukkan kasih sayang, mendengarkan dengan sabar pandangan anak-anaknya, dan mendukung keterlibatan anak dalam membuat keputusan keluarga.12
Berbeda dengan pola asuh otoriter, pola asuh demokratis lebih hangat dan lebih
tegas. Pola asuh otoriter cenderung menuntut anak didik, sedangkan pola asuh
demokratis memberi peluang bagi anak untuk mengungkapkan sesuatu. Terdapat take
and give antara orang tua dan anak.
Orang tua yang demokratis menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengendalian diri, tetapi bertanggung jawab penuh terhadap perilaku anak. Kualitas pengasuhan ini dapat lebih menstimulir keberanian, motivasi, dan kemandirian, mau bekerja sama, rasa remaja, serta mendorong tumbuhnya kemampuan social, meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab social pada remaja.13
Orang tua dengan pola asuh demokratis akan terbuka kepada anak. Orang tua
selalu menganggap keinginan anak sebagai bahan pertimbangan dalam membuat
keputusan sehingga anak menjadi nyaman dan terbuka kepada orang tua. Orang tua
akan bertanggung jawab atas apa yang menjadi pilihan atau keinginan anak hal ini
dilakukan agar anak menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Pola asuh demokratis menimbulkan perilaku anak yang bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri, bersikap sopan ingin tahunya tinggi, mempunyai tujuan/arah hidup yang jelas dan berorientasi terhadap prestasi.14
Anak dengan pola asuh demokratis akan memiliki sikap bersahabat kepada
orang tua. Anak tidak lagi menganggap orang tua sebagai orang yang di takuti namun
lebih pada di hormati. Anak akan merasa senang ketika orang tua mengerti,
memahami dan mendukung keinginan anak sehingga menjadikan anak lebih percaya
diri serta mempunyai tujuan hidup yang baik dan berprestasi.
Orang tua menerima anak dengan sepenuh hati, memilki wawasan kehidupan masa depan yang dipengaruhi oleh tindakan-tindakan masa kini. Orang tua memprioritaskan kepentingan anak tapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak. Membimbing anak ke arah kemandirian, lebih menghargai anak yang memiliki emosi dan pendapat atau pikirannya sendiri, membebaskan anak berkreasi dan orang tua terbuka dalam komunikasi.15
Efek atau akibat dari pola asuh demokratis terhadap perilaku belajar anak,
antara lain:
1) Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memilki kemampuan
intropeksi serta penegendalian diri.
2) Mudah bekerja sama dengan orang laindan kooperatif terhadap aturan.
3) Lebih percaya diri akan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas.
4) Mantab merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
5) Memilki keterampilan sosial yang baik dan terampil
menyelesaikanpermaslahanTanpak lebih kreatif dan memilki motivasi
berprestasi.16
c. Pola asuh permisif
Menurut Muryantinah, orang tua dengan pola asuh permisif ini menempatkan kebutuhan anak dan keinginan anak sebagai prioritas utama, orang tua jarang meminta anak untuk mengikuti apa yang harus dilakukan atau mengikuti aturan yang telah di buatnya.17
Orang tua dengan pola asuh permisif adalah orang tua yang cenderung
memanjakan anak. Keinginan anak menjadi prioritas utama bagi orang tua, orang tua
tidak memaksa anak untuk mengikuti aturan yang telah dibuat oleh orang tua.
Berbeda dengan pola asuh demokratis orang tua lebih terbuka dan memberi
kesempatan anak untuk melakukakan sesuatu yang anak inginkan namun tidak
menghilangkan aturan-aturan yang dilarang oleh orang tua.
Pola asuh ini berpendapat bahwa segala sesuatu berpusat dalam kepentingan anak dan orang tua tidak berani menegur takut menangis dan takut anak kecewa.18
Orang tua sangat menyayangi anaknya sehingga orang tua takut untuk
membuat anak kecewa sehingga ketika anak melakukan sesuatu yang orang tua
sesungguhnya tidak menyukai hal tersebut orang tua cenderung diam dan tidak
memarahi anak. Akibat dari pola asuh anak ini terhadap perilaku anak belajar, antara
lain:
Anak memang menjadi tampak reponsive dalam belajar, akan tetapi masih
tampak kurang matang atau manja masih impulsive, dan mementingkan diri sendiri,
kurang percaya diri, cengeng dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau
kesulitan dalam tugas-tugasnya. Dan perilaku anak disekolah menjadi agresif.
5. Factor - faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi pola asuh orang tua diantaranya
sebagai berikut:
a. Pengalaman masa lalu
Orang tua pasti memiliki pengalaman di masa lalu, dari pengalaman tersebut
akan berpengaruh terhadap pola asuh kepada anak. Hal ini berhubungan erat dengan
pola asuh ataupun sikap orang tua mereka. Biasanya dalam mendidik anaknya, orang
tua cenderung untuk mengulangi sikap atau pola asuh orang tua mereka dahulu
apabila hal tersebut dirasakan manfaatnya, sebaliknya mereka cenderung pula untuk
tidak mengulangi sikap atau pola asuh orang tua mereka bila tidak dirasakan
manfaatnya.
b. Nilai-nilai yang dianut oleh orang tua, misalnya, orang tua yang mengutamakan segi
intelektual dalam kehidupan mereka, atau segi rohani dan lain-lain. Hal ini tentunya
akan berpengaruh pula dalam usaha mendidik anak-anaknya.
c. Tipe kepribadian dari orang tua, misalnya, orang tua yang selalu cemas dapat
mengakibatkan sikap yang terlalu melindungi terhadap anak.
d. Kehidupan perkawinan orang tua.
e. Alasan orang tua mempunyai anak.19
6. Peranan-peranan yang harus dilakukan oleh orang tua
Orang tua mempunyai peranan penuh terhadap semua kebutuhan keluarganya,
baik berupa kebutuhan jasmani maupun rohani. Peranan-peranan yang harus dilakukan
orang tua adalah:
a. Sebagai orang tua
Mereka membesarkan, merawat, memlihara dan memberikan anak kesempatan
berkembang. Peranan ini adalah bentuk yang paling sederhana karena merupakan
dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
Anak adalah rahmat dan karunia dari Allah SWT, dan juga merupakan amanat
kepada kedua orang tuanya supaya anak mereka dipelihara, diasuh dan dididik
sebaik-baiknya.
b. Sebagai Guru
1) Mengajarkan ketangkasan motorik.
Dalam kehidupan sekarang ini, perhatian terhadap kesehatan dan
kebugaran tubuh semakin menjadi perhatian. Adapun tujuan mengajarkan
ketangkasan motorik adalah:
a) Untuk membangun dan membina manusia yang kuat, sehat dan mampu
melaksanakan tugasnya.
b) Agar anak dari awal kehidupannya mendapatkan pengalaman yang
bermacam-macam, yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang sehat,
seperti olah raga lari, lompat jauh, renang naik kuda dan sebagainya.
2) Mengajarkan anak tentang akhlak
Akhlak merupakan perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang
berasal dari hati nurani, pikiran, perasaan dan kebiasaan seseorang. Dengan
mengajarkan akhlak kepada anak diharapkan anak akan mempunyai etika dan
Selain etika dan sopan santun, mengajarkan akhlak juga berguna dalam
kehidupan sehari-hari karena anak dapat membedakanantara akhlak yang baik dan
akhlak yang buruk sehingga diharapkan anak tidak salah dalam melangkah.
3) Menanamkan pedoman hidup bermasyarakat
Karena kita hidup didunia ini sebagai makhluk social, yaitu makhluk yang
tidak bias hidup sendiri. Dengan menanamkan pedoman hidup bermasyarakat
diharapkan dapat menghilangkan sifat egoisme dalam diri anak, jadi anak tidak
hanya mementingkan dirinya sendiri tetapi juga bias memperhatikan dan
menghargai orang lain.
Orang yang hidup menyendiri, jauh dari orang lain akan tenggelam dalam
khayal dan angan-angan yang tidak ada habisnya. Akibatnya ia mungkin akan
mengalami penderitaan batin dan penyakt atau gangguan kejiwaan.
4) Sebagai tokoh teladan
Orang tua menjadi tokoh yang ditiru pola tingkah lakuknya, cara
berekspresi, cara berbicara dan sebagainya. Oleh karena itu maka orang tua harus
berprilaku yang baik, jangan memberi contoh yang buruk kepada anak.
Keteladanan orang tua lebih dikenal istilah “uswatun hasanah”. Cara orang
tua baik dalam bersikap, berbicara, maupun dalam berbuat untuk anak-anaknya
akan menjadi teladan bagi anak-anaknya, karena itu uswatun hasanah orang tua
harus mencontoh hasanah Rasulullah.
Bentuk dan cara belajarnya adalah dengan cara mencontoh dari segala
perilaku orang tuanya melalui pendengaran, pengamatan, dan kebiasaan yang
akan memasuki masa lembaga formal, sikap meniru orang tua masih tetap
berjalan. Hal ini terjadi karena waktu anak di lingkungan keluarga lebih panjang
dan lebih lama di bandingkan waktu anak ketika berada disekolah atau di
lingkungan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Prof. H. Mahmud Yunus yang mengatakan
“Sifat kanak-kanak suka mencontoh dan meniru, ditirunya apa yang
dilihat, contohnya kelakuan orang tuanya atau teman sejawatnya.”20
5) Sebagai pengawas
Orang tua memperhatikan, mengamati kelakuan dan tingkah laku anak,
orang tua harus mengawasi agar anak tidak melanggar peraturan-peraturan
dirumah maupun diluar rumah. Orang tua harus lebih sering mengawasi
perkembangan anak mereka.
Zakiyah Darajat mengatakan, “bahwa pengawasan harus dilakukan serentak oleh orang yang berwenang, masyarakat, sekolah, orang tua”.21
B. Peningkatan Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi bisa diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang dimotivasi tersebut dapat bergerak.22
Motivasi sama dengan memberi dukungan kepada orang lain. Hal ini biasanya
berupa pemberian semangat dan memberikan nasihat kepada orang yang akan dimotivasi
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. 23
Dukungan yang diberikan seseorang dengan niat memotivasi biasanya memiliki
tujuan tertentu. Tujuan tersebut yang bersifat positif dan baik bagi orang yang dimotivasi.
Motivasi merupakan perilaku konatif sebagai sumber dinamika yang menentukan kualitas kekuatan perilaku. Sebagai makhluk hidup, kelahiran manusia ke alam dunia membawa amanat untuk senantiasa mempertahankan kelangsungan hidup. Untuk itu, semua makhluk hidup (termasuk manusia) dibekali satu sumber dinamika hidup yang berupa prinsip mekanisme homoestatis yaitu prinsip
21 Zakiyah Darajat, Membina nilai-nilai moral di Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), 97
menjaga keseimbangan. Prinsip ini merupakan sumber terjadinya satu dinamika yang mendorong individu berprilaku.24
Motivasi berhubungan dengan perubahan perilaku seseorang. Orang yang
termotivasi dengan baik maka akan mempengaruhi pola perilakunya.
Untuk memberikan pemahaman yang jelas mengenai motivasi, berikut ini
dikemukakan beberapa pendapat para ahli.
Menurut Atkinson, “motivasi dijelaskan sebagai suatu tendensi seseorang untuk berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih pengaruh”.25
Menurut Atkinson motivasi adalah ketika seseorang berbuat sesuatu yang
perbuatan tersebut memiliki guna untuk menghasilkan atau mencapai sesuatu. Perbuatan
tersebut memiliki pengaruh terhadap orang yang termotivasi.
Menurut A.W Bernard memberikan pengertian, “motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi merupakan usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk mencapai tujuan tertentu”.26
Menurut Bernard motivasi merupakan suatu bentuk fenomena. Motivasi memiliki
tujuan-tujuan tertentu yang tujuan tersebut semula tidak ada kemudian menjadi ada.
Menurut James O. Whittaker, “motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut”.27
Sedangkan menurut James motivasi adalah suatu keadaan dimana keadaan
tersebut dapat memberi dorongan kepada seseorang untuk bertingkah laku dalam
mencapai tujuan.
24 Mohammad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2014), 50
25 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),
319
26 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),
319
Menurut Abraham Maslow mendefinisikan, “motivasi adalah sesuatu yang bersifat konstan (tetap), tidak pernah berakhir, berfluktuasi dan bersifat kompleks, dan hal itu kebanyakan merupakan karakteristik universal pada setiap kegiatan
organism”.28
Berbeda dengan Bernard, Atkinson dan James yang mendefinisikan motivasi
sebagai pencapaian sebuah tujuan. Sedangkan Abraham Maslow mendefinisika motivasi
sebagai sesuatu yang terus terjadi di dalam diri manusia, karena motivasi bersifat konstan
(tetap).
McDonald memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan
tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi ini berisi tiga hal:
a. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang. Kita
berasumsi, bahwa setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan
tenaga di dalam system neurofisiologis dari pada organisme manusia.
b. Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif. Banyak istilah yang dipakai untuk
menerangkan keadaan “perasaan” ini. Secara subjektif keadaan ini dapat dicirikan
sebagai “emosi”.
c. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan, orang yang termotivasi,
membaut reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan,
untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan tenaga di dalam
dirinya. Dengan kata lain motivasi memimpin kea rah reaksi-reaksi mencapai tujuan,
misalnya untuk dapat di hargai dan di akui oleh orang lain.29
Dari beberapa pengertian motivasi seperti telah dikemukakan tersebut, secara
lebih ringkas dapat dikemukakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah suatu usaha
untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk
didalamnya kegiatan belajar.
Motivasi dapat timbul dari luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri.
Motivasi yang berasal dari luar diri individu diberikan oleh motivator seperti orang
tuanya, guru, konselor, ustadz/ustadzah, orang dekat/teman dekat, dan lain-lain.
Sedangkan motivasi yang berasal atau timbul dalam diri seseorang dapat disebabkan
seseorang mempunyai keinginan untuk dapat menggapai sesuatu (cita-cita) dan lain
sebagainya.30
2. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang
guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu siswanya agar timbul
keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan
pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
Contoh, seorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke
depan kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian
itu, dalam diri anak tersebut timbul rasa percaya pada diri sendiri, di samping itu timbul
keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika diuruh maju ke depan kelas.
Dari contoh tersebut diatas, jelas bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai
tujuan. Maka jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula