DIREKTORAT PENGUNDANGAN, PENERJEMAHAN, DAN PUBLIKASI DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
adalah
pembuatan Peraturan Perundang-undangan
yang mencakup tahapan perencanaan,
penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau
penetapan, dan
pengundangan
.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
Negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
1. • PERENCANAAN
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UU No. 12 Tahun 2011
Perpres No. 87 Th 2014
Tahapan pembentukan tsb dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan atau kondisi serta jenis
dan hierarki PUU yang pembentukannya tidak diatur
dalam UUP3.
JENIS & HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
( Pasal 7 UU No. 12 Tahun 2011)
UUD
NRI TH 1945
TAP MPR RI UU/PERPPU
PERATURAN PEMERINTAH PERATURAN PRESIDEN
PERDA PROVINSI PERDA KAB/KOTA
JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
LAIN
(Ps. 8)
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang-Undang-Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan
Perencanaan Pembentukan PUU
• merupakan kewenangan &
disesuaikan dgn kebutuhan
lembaga,
komisi, instansi masing-masing .
Pemrakarsa
Dasar Penyusunan
• ditetapkan dengan
keputusan
PERENCANAAN PENYUSUNAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA
Psl 8 UUP3disusun berdasarkan perintah PUU yang
lebih tinggi atau
Pengharmonisasian, Pembulatan, dan Pemantapan
Konsepsi Rancangan PUU
- Menyampaikan permohonan pengharmonisasian kpd Menteri atau Pejabat yg ditunjuk
- Rapat pengharmonisasian
-
- Paraf persetujuan o/ Pimpinan instansi terkait
– Pemrakarsa menyampaikan ke Presiden
Rapat PAK dan/atau antarnonkementerian
- Menitikberatkan pembahasan pada permasalahan yang bersifat prinsipil
- Meliputi penyiapan, pengolahan, dan perumusan
- Anggota PAK memberi masukan sesuai dengan lingkup tugas masing-masing
- Melaporkan perkembangan
Pembentukan Panitia Antarkementerian dan/atau
Antarnonkementerian
Dalam penyusunan RUU, RPP, dan Rperpres,
Pemrakarsa membentuk PAK - Pemrakarsa mengajukan surat permintaan + Konsepsi Rancangan/ Gambaran umum substansi
2. PENYUSUNAN
Kesepakatan
Substansi Penyelarasan
TUJUAN PENGHARMONISASIAN
Catatan:
TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Penyusunan Rancangan PUU disesuaikan dengan
teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan Ketentuan mengenai teknik penyusunan PUU
tercantum dalam Lampiran II UU12/2011
KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
Judul
Pembukaan
Batang Tubuh
Penutup
Penjelasan (Jika diperlukan)
Lampiran (Jika diperlukan)
Berdasarkan Lampiran II angka 284 UU 12 Tahun 2011, Naskah PUU diketik dengan: jenis huruf Bookman Old Style, dengan ukuran huruf 12, diatas kertas F4.KEADAAN TERTENTU:
jenis huruf Bookman Old Style
ukuran huruf 12 di atas kertas F4.
UU 12/2011 tidak ada mengatur mengenai FORMAT -- tata letak, margin (tepi/batas), spasi (jarak huruf cetak atau
antara baris tulisan) dalam Naskah Rancangan ataupun Naskah asli PUU.
Format Naskah Asli diatur dalam Peraturan Menteri Hukum
dan HAM No. 16 Tahun 2015. 12
•RUU yg tlh
A. PENGESAHAN RUU
4. TAHAP PENGESAHAN ATAU PENETAPAN
Naskah RUU disahkan Presiden
• Presiden
menetapkan RPerppu, RPP/ RPerpres
PENETAPAN
• Mensesneg atau
Seskab
B. PENETAPAN PP, PERPPU, & PERPRES
• Raperda
• Ditetapkan oleh Gub/Bup/Wal dlm
Naskah disiapkan Sekda (menggunakan lambang negara pd hlm pertama
Jika tidak ditandatangani dalam waktu 30, Raperda sah menjadi Perda dan wajib diundangkan “Peraturan Daerah ini dinyatakan sah”
3
PENGESAHAN
DASAR HUKUM
Pasal 72 UU No. 12 Tahun 2011
(1)RUU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden disampaikan oleh Pimpinan DPR
kepada Presiden untuk disahkan menjadi UU (2) Penyampaian RUU sebagaimana dimaksud
Pasal 73
(1) RUU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72
disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak RUU tersebut disetujui bersama oleh DPR dan Presiden
(3) Dalam hal sahnya RUU sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kalimat pengesahannya berbunyi: Undang-Undang ini dinyatakan sah berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (5) UUD 1945
PENETAPAN
DASAR HUKUM PENETAPAN PP, PERPPU PERPRES Pasal 74
(1) Dalam setiap UU harus dicantumkan batas waktu penetapan Peraturan Pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pelaksanaan Undang-Undang tersebut
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Pasal 78
(1)
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang
telah disetujui bersama oleh DPRD Provinsi
dan
Gubernur
disampaikan oleh pimpinan
DPRD Provinsi kepada Gubernur untuk
ditetapkan
menjadi
Peraturan
Daerah
Provinsi.
Pasal 79
(1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ditetapkan oleh Gubernur dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama oleh DPRD Provinsi dan Gubernur.
(2)Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditandatangani oleh Gubernur dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib diundangkan.
(3) Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kalimat pengesahannya berbunyi: Peraturan Daerah ini dinyatakan sah.
Pasal 80
Ketentuan mengenai penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 dan Pasal 79 berlaku secara mutatis mutandis terhadap penetapan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
“agar
setiap orang mengetahuinya
” –
(berdasarkan Ps. 81 UU 12/2011)“ mulai berlaku dan mempunyai kekuatan
mengikat” pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. (berdasarkan Ps. 81 UU 12/2011)
“
saat mulai berlaku
”
Perda mulai berlaku setelah diundangkan dalam LD (Pasal 135 ayat (5) UU No, 32 / 2004)
FUNGSI
Esensi perlunya pengundangan
adalah untuk memenuhi asas
publisitas agar setiap orang
dianggap mengetahui peraturan
perundang-undangan atau
ketidaktahuan seseorang terhadap
peraturan perundang-undangan
FUNGSI PENGUNDANGAN
• Apabila tidak diundangkan, Peraturan perundang-undangan akan kehilangan kekuatan mengikat terhadap publik, maka instrumen pengundangan merupakan salah satu penguatan yang ditentukan oleh undang-undang;
• Masyarakat tidak terikat dengan peraturan perundang-undangan sebelum peraturan perundang-undangan tersebut diundangkan;
• Pengundangan dapat membantu upaya penataan administrasi peraturan perundang-undangan
• Pengundangan dapat menghemat biaya penyebarluasan produk legislasi yang seharusnya dibebankan kepada menteri pemrakarsa
PENGUNDANGAN DAN DAYA IKAT
• Dengan diundangkannya peraturan perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, maka peraturan perundang-undangan tersebut dianggap mempunyai daya laku dan daya ikat bagi setiap orang.
Dalam praktek dapat kita jumpai ada 3 (tiga) variasi masalah pengundangan dan daya ikat suatu peraturan perundang-undangan, yaitu:
Peraturan tersebut dinyatakan berlaku pada tanggal diundangkan. Artinya bahwa peraturan
tersebut mempunyai daya ikat dan daya laku pada tanggal yang sama dengan tanggal pengundangan.
Contoh:
Lanjutan...
Peraturan tersebut dinyatakan berlaku beberapa waktu setelah diundangkan. Artinya bahwa peraturan tersebut mempunyai daya laku pada tanggal diundangkan, tetapi daya ikatnya setelah tanggal yang ditentukan.
Contoh:
Lanjutan
Peraturan tersebut dinyatakan berlaku pada tanggal diundangkan, tetapi dinyatakan berlaku surut sampai tanggal yang ditentukan.
Contoh:
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013.
A B C D E
GAMBAR : PENGUNDANGAN DAN
BERLAKUNYA PENGUNDANGAN
A B C D E
30 hari
A B C D E
a. Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI)
b. Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI)
c. Berita Negara Republik Indonesia (BNRI)
d. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
e. Lembaran Daerah
f. Tambahan Lembaran Daerah
a. Undang-Undang / PERPU
b. Peraturan Pemerintah
c. Peraturan Presiden
d. Peraturan Perundang-undangan lain yang
menurut PUU yang berlaku harus diundangkan dalam LNRI
a. surat pengajuan permohonan Pengundangan yang
dibubuhi tanda tangan basah serta diterakan cap dinas jabatan;
b. 2 (dua) naskah asli PUU -- yang diketik dgn:
@ jenis huruf bookman old style;
@ ukuran huruf 12 (dua belas); dan @ di atas kertas F4.
c. 1 (satu) soft copy Nasakah Asli (sesuai dengan Format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran)
Dokumen Permohonan
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN
PENGUNDANGAN dalam LNRI/TLNRI
(Permenkumhham No. 16 Th 2015)
Ditujukan kpd Menkumham melalui Dirjen PP
Pemeriksaan oleh Dirjen PP
- kelengkapan dokumen; dan - kesesuaian antara naskah asli dengan soft copy naskah asli.
Permohonan diajukan secara tertulis
oleh Mensesneg atau Pimp. Lembaga Permohonan yg lengkap
di REGISTER
dan diberikan tanda bukti pengajuan permohonan
disampaikan secara langsung oleh Petugas yg ditunjuk
Pemeriksaan kelengkapan pada
UU 12 Th 2011 tidak merinci mengenai jenis PUU yang harus diundangkan dalam BNRI
Pasal 149 ayat (1) Perpres 87/2014:
Menteri mengundangkan PUU yang ditetapkan oleh MPR, DPR, DPD, MA, MK, KY, menteri, badan,
lembaga atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan UU atau Pemerintah atas perintah UU,
ataupun berdasarkan kewenangan
a. surat pengajuan permohonan Pengundangan yang
dibubuhi tanda tangan basah dan diterakan cap
dinas jabatan; serta memuat keterangan yang
menyatakan PUU tsb tidak terdapat permasalahan baik secara substansi dan/atau prosedur.
b. 2 (dua) naskah asli PUU -- yang diketik dgn:
- jenis huruf bookman old style;
- ukuran huruf 12 (dua belas); dan - di atas kertas F4.
c. 1 (satu) soft copy Naskah Asli (sesuai dengan Format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran)
Dokumen Permohonan
Tata CARA PENGAJUAN PERMOHONAN
PENGUNDANGAN dalam BNRI/TBNRI
(Permenkumhham No. 16 Th 2015)
Ditujukan kpd Menkumham melalui Dirjen PP
Pemeriksaan oleh Dirjen PP
- kelengkapan dokumen; dan - kesesuaian antara naskah asli dengan soft copy naskah asli.
Permohonan diajukan secara tertulis
oleh Pejabat yg
berewenang dr instansi ybs (Sekjen/ Es I tusi PUU)
Jika terdapat perbedaan Naskah asli dan Softcopy, Dirjen PP
berkoordinasi Permohonan yg lengkap
di REGISTER
dan diberikan tanda bukti pengajuan permohonan
isampaikan seccara langsung oleh Petugasyg ditunjuk
Pemeriksaan kelengkapan pada
diundangkan dengan memberi
nomor dan
tahun
Lembaran Negara Republik Indonesia
dan Berita Negara Republik Indonesia.
diundangkan dengan memberi
nomor
Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia dan Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia.
Pemrakarsa belum melaksanakan pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai dengan tahapan yang diatur dalam Undang-Undang 12 Tahun 2011.
Penyusunan PUU tidak sesuai dengan teknik penyusunan PUU sebagaimana diatur dalam Lampiran II UU 12/2011; Dalam banyak hal Lampiran II U 12/2011 sudah mengatur format baku (membakukan) baik untuk penggunaan kata, istilah, frasa, namun sering menuangkan dalam cara yang berbeda. Misalnya butir terakhir untuk konsiderans, istilah
“membentuk” dan “menetapkan”, termasuk rumusan
perintah pengundangan.
43
RUMUSAN PERINTAH
PENGUNDANGAN
1. Pengundangan dan Penempatan Per-uu dalam Lembaran Negara:
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan (jenis peraturan perundang-undangan) ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia”
2. Pengundangan dan penempatan per-uu dalam Berita Negara:
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan … (jenis per-uu) ini dengan
Lanjutan...
Bagian penutup dari format peraturan perundang-undangan merupakan bagian akhir peraturan perundang-undangan dan memuat:
a. Rumusan perintah pengundangan dan penempatan
peraturan perundangan-undangan dalam
Lembaran Negara RI, Berita Negara RI, Lembaran
Daerah Provinsi, Lembaran Daerah
Kabupaten/Kota, Berita Daerah Provinsi atau Berita Daerah Kabupaten/Kota;
b. Penandatangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang-undangan;
Penandatanganan Pengesahan
atau penetapan
Penandatangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang-undangan mamuat:
a. Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan
b. Nama jabatan
c. Tanda tangan pejabat
d. Nama lengkap pejabat yang
Contoh
Ketentuan Penuntup dan Penutup
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
Contoh
Ketentuan Penuntup dan Penutup
Peraturan Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
naskah asli Peraturan Perundang-undangan yang telah diundangkan dalam LNRI dan TLNRI disampaikan
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesekretariatan negara atau pimpinan lembaga yang berwenang.
1 (satu) naskah asli Peraturan Perundang-undangan
yang telah diundangkan dalam BNRI dan TBNRI
disampaikan kepada Pemrakarsa
Note:
Dirjen PP wajib menyimpan 1 Naskah Asli yg telah diundangkan sebagai arsip
PENYAMPAIAN
NASKAH ASLI oleh
Penerbitan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal Peraturan Perundang-undangan
tersebut diundangkan.
Dirjen PP menerbitkan LNRI, TLNRI, BNRI, dan TBNRI
dlm bentuk lembaran lepas sebagai dokumen resmi
negara
PERMOHONAN PENGUNDANGAN
YANG DIAJUKAN TAHUN 2015
Lembaran Negara : 417 peraturan
Tambahan Lembaran Negara : 178 peraturan
Berita Negara : 2104 peraturan
PERMASALAHAN
berkas pengundangan peraturan perundang-undangan dalam bentuk hard copy dan soft copy yang diajukan tidak sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 7 ayat (3) dan Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2015 yang merupakan delegasi ketentuan Pasal 155 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2015 tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Lanjutan....
surat permohonan pengundangan yang tidak dibubuhi tanda tangan basah serta diterakan cap dinas jabatan sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2015.
Lanjutan...
surat permohonan pengundangan peraturan perundang-undangan yang ditempatkan dalam Berita Negara Republik Indonesiadan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia tidak memuat keterangan yang menyatakan peraturan perundang-undangan tersebut tidak terdapat permasalahan baik secara substansi dan/atau prosedur sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2015.
Lanjutan...
terjadinya perubahan substansi pada
peraturan perundang-undangan yang
sudah diundangkan dalam Lembaran
Negara
Republik
Indonesia,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia,Berita
Negara
Republik
Indonesia
dan
Tambahan
Berita
SISTEM INFORMASI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
LNRI, TLNRI, BNRI, TBNRI dalam bentuk lembaran
lepas dimuat dalam Sisinfo PUU
Sisinfo dikelola oleh Ditjen PP Kemenkumham
web:
Kesimpulan
1. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun
2015 diharapkan menjadi pedoman bagi
kementerian/lembaga dalam mengajukan permohonan pengundangan.
2. Dengan format soft copy naskah asli dalam Lampiran
Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2015 diharapkan terciptanya keseragaman dalam bentuk peraturan perundang-undangan pada setiap K/L.
3. Kewenangan Direktur Jenderal Peraturan