DIALOG ATAU KONFRONTASI? Assalamu’alaikum wr wb,
Pembaca yang terhormat, sesungguhnya umat Islam di seluruh dunia lebih menyukai dan dan lebih memilih dialog ketimbang konfrontasi. Sebab dialog yang kemudian diperkaya dengan negosiasi yang produktif akan menghasilkan pemenang dan pemenang. Pihak-pihak yang berhadapan dalam dialog memiliki posisi yang setara, saling menghargai martabat masing-masing dan saling mempercayai. Dengan dialog tidak ada yang terluka harga dirinya.
Berbeda dengan konfrontasi, apalagi konfrontasi fisik yang seringkali terjadi karena tiadanya konsep posisi dan martabat yang setara. Yang muncul adalah pemaksaan
kehendak, pemaksaan citra lawan, pemaksaan agenda dan pemaksaan solusi. Ini namanya hukum rimba, siapa pun pelakuya. Termasuk jika pelakunya adalah negara adidaya yang sering dipimpin oleh orang yang gila perang. Umat Islam sungguh tak suka konfrontasi. Akan tetapi jika didzalimi terus-menerus dan diinjak-injak martabatnya, umat Islam akan bangkit melawan dan mengimbangi agar keadilan dapat ditegakkan dan kebenaran dapat dikibarkan.
Demikianlah, kalau semangat Kartini adalah semangat kesetaraan, maka kesetaraan yang universal tanpa diskriminasi itulah yang sedang kita dambakan. Sekian dulu, sampai jumpa edisi mendatang. Wassalamu’alaikum wr wb. (Redaksi).
SAJIAN UTAMA.Bak pisang goreng, kacang goreng atau ayam goreng, sekarang ini yang namanya Islam Liberal sedang dipasarkan di mana-mana. Ada yang pro (terutama yang anti penerapan syariat) dan ada yang kontra Islam Liberal (terutama yang ingin bersilam secara kaffah). Bagaimana kita dengan cermat dan kritis harus mencermati dan mensikapi gejala ini?
Sumber: