TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN
HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI
KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG
KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK
SKRIPSI
Oleh:
DEWI FIRDAUS NIM. C02212007
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul ‚Tinjauan
Hukum Islam terhadap Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur Studi Kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk‛. Skripsi ini merupakan penelitian untuk menjawab pertanyaan, 1) bagaimana pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk. 2) bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Maksudnya pembahasan dimulai dengan mengumpulkan data yang telah diperoleh dari lapangan tentang pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur, kemudian dianalisis dengan hukum Islam yakni qard} dan ija>rah terhadap praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
Dari hasil penelitian, diperoleh informasi mengenai praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur, yakni debitur yang tidak mampu membayar hutangnya, maka mereka akan bekerja kepada kreditur. Upah dari pekerjaan tersebut akan digunakan untuk membayar cicilan kepada kreditur, tanpa diketahui pihak penerima hutang berapa gaji yang diterimanya setiap bulannya. Dengan adanya praktik tersebut penulis menyimpulkan bahwa pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur ditinjau dari hukum Islam praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ini diperbolehkan karena kita wajib membayar hutang walaupun kita harus bekerja kepada pihak pemberi hutang, namun harus diperbaharui akadnya karena pada praktik ini tidak dijelaskan mengenai berapa gaji atau upah yang diberikan pihak pemberi hutang kepada pihak yang menerima hutang, karena apabila tidak disebutkan berapa upah yang diberikan dan sampai kapan harus bekerja maka itu merupakan akad yang rusak.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Kajian Pustaka ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Kegunaan Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional ... 10
H. Metode Penelitian ... 11
I. Sistematika Pembahasan ... 14
BAB II PEMBAHASAN ... 16
A. Akad Qard} ... 16
1. Pengertian Qard} ... 16
2. Landasan Hukum Qard} ... 17
3. Rukun dan Syarat Qard} ... 20
4. Hikmah dan Manfaat Disyariatkan Qard} ... 22
6. Objek Qard} ... .... 23
7. Tempat dan Waktu Pengembalian Qard} ... ... 25
B. Akad Ija>rah ... 26
1. Pengertian Ija>rah ... 26
2. Landasan Hukum Ija>rah ... 27
3. Rukun dan Syarat Ija>rah ... 31
4. Macam-macam Ija>rah ... 34
5. Pembatalan dan Berakhirnya Ija>rah ... 35
BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK ... 37
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37
1. Sejarah Desa Mabung ... 37
2. Letak dan Kondisi Geografis ... 37
3. Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi ... 39
4. Sarana Pendidikan dan Tingkat Pendidikan Penduduk . 41
5. Struktur Kepemerintahan Desa ... 42
B. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk………... ... 43
1. Latar Belakang Terjadinya Hutang Piutang ... . 43
2. Proses Terjadinya Hutang Piutang ... .. 48
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK ... ... 53
A. Analisis Akad Qard} di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ... 53
B. Analisis Akad Ija>rah di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ... 55
BAB V PENUTUP ... 62
B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yakni makhluk yang tidak
dapat hidup sendiri, melainkan hidup saling ketergantungan satu sama lain.
Dalam bermasyarakat manusia mempunyai tujuan untuk memenuhi
kehidupannya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan
tolong menolong. Kegiatan tolong menolong dapat diimplikasikan dengan
berbagai cara yakni dengan cara pinjam meminjam, zakat, infaq, shodaqoh
dan lain sebagainya. Islam telah mengajarkan bahwa manusia hendaknya
saling tolong menolong saat sesamanya sedang membutuhkan, hal ini telah
dijelaskan dalam al-Quran surat al-Maaa’idah ayat 2 yang berbunyi :
....
لعا نو عتو
قَت او
و
ا نو عت
لع
ااو ع او
ََ قَتاو
َا َن
قع ا
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.1
Islam agama yang sempurna telah meletakkan kaidah-kaidah dasar
dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia, baik dalam ibadah maupun
mu’a>malah. Mu’a>malah berbeda dengan ibadah, dalam ibadah perbuatan
dilarang kecuali diperintahkan. Oleh karena itu, semua perbuatan yang
2
dikerjakan harus sesuai dengan tuntutan yang diajarkan Rasulullah, ibadah
dalam Islam adalah pelaksanaan segala macam perbuatan yang diperintahkan
oleh agama untuk mengatur hubungan dengan Allah serta sebagai ujian
terhadap kebenaran dan kekuatan imannya dalam praktik kehidupan
sehari-hari.2 Sedangkan mu’a>malah adalah kegiatan yang berhubungan antar
manusia dengan manusia yang sesuai dengan Islam.
Islam telah menjelaskan bahwasannya setiap apa yang kita lakukan
kelak akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT, maka kita
sebagai manusia hendaklah berhati-hati dalam melakukan perbuatan baik
melakukan mu’a>malah atau yang lainnya. Kaitannya dengan kegiatan
mu’a>malah Allah SWT telah memerintahkan kepada hambanya untuk saling
tolong menolong, salah satu bentuk tolong menolong dalam masyarakat
adalah dengan memberikan pinjaman atau hutang. Tolong menolong dalam
bentuk pinjaman disebut juga dengan qard}. Secara bahasa qard} berarti al-qat}’
yang artinya harta yang diberikan kepada orang yang meminjam (debitur).3
Secara terminologis qard} berarti memberikan harta kepada orang yang
akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya dikemudian hari.4
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, qard} adalah penyediaan dana
atau tagihan antar lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau
2M. Noor Matdawam, Pengantar Ibadah Praktis , (Yogyakarta: Kota Kembang ,1980), 5. 3 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 373.
4 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
3
cicilan dalam jangka waktu tertentu.5 Definisi menurut Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah ini diaplikasikan dalam akad pinjam meminjam dalam
lembaga keuangan Syariah.
Pembahasan hutang pihutang dalam kajian fiqh mu’a>malah sangat
detail mengenai rukun, syaratnya, antara lain :
Rukun qard} dalam fiqh mu’a>malah ada tiga yaitu :6
1. Ija>b qabu>l
Tidak ada perbedaan diantara fukaha bahwa ija>b qabu>l itu sah
dengan lafaz yang menunjukkan maknanya.
2. Dua pihak yang melakukan transaksi
Syarat bagi penghutang adalah merdeka, balig, berakal sehat, dan
pandai (dapat membedakan baik buruk).
3. Harta yang dihutangkan
Rukun harta yang dihutangkan adalah sebagai berikut:
a. Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu
sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang
mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang
dapat di takar, ditimbang, ditanam, dan dihitung.
b. Harta yang dihutangkan disyaratkan berupa benda.
c. Harta yang dihutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan
diketahui sifatnya.
4
Menurut Hanafiyah qard} adalah harta yang memiliki kesepadanan
yang anda berikan untuk anda tagih kembali. Sedangkan definisi qard}
menurut mazhab-mazhab yang lain adalah bentuk pemberian harta dari
seorang (kreditur) kepada orang lain (debitur) dengan ganti harta yang
sepadan yang menjadi tanggungan debitur yang sama dengan harta yang di
ambil, yang artinya suatu barang yang di pinjamkan harus di kembalikan
sesuai takaran, sehingga tidak ada kelebihan atau kekurangan dari takaran
harta yang di pinjam.7
Adapun dalam hal pembayaran hutang dilakukan dengan cara
mempekerjakan debitur, maka pihak kreditur yang dalam hal ini juga di
sebut sebagai majikan harus memberikan upah atau dalam Islam disebut
ija>rah dalam pekerjaannya.8
Secara etimologis ija>rah berasal dari kata ajru yang berarti
al-‘Iwad atau penggantian, dari sebab itulah ats-Tsawa>bu dalam konteks pahala
dinamakan al-ajru atau upah.9
Secara terminologis menurut Amir Syarifuddin al-ija>rah dapat
diartikan dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan
tertentu. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari
suatu benda disebut ija>rah al’ain, bila yang menjadi objek transaksi manfaat
atau jasa dari tenaga seseorang disebut ija>rah ad-dzimmah atau upah
mengupah.
7 Ibid., 374.
8 Abdul Rahman Ghazaly, et. al, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2010),
277.
5
Seperti halnya masyarakat yang lain tidak pernah terlepas dari
problematika kehidupan terutama dalam sektor perekonomian, seorang yang
kurang mampu meminjam uang kepada orang yang lebih kaya (hutang
pihutang atau qard}), di Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk
terdapat penerapan qard} yang berbeda. Kesepakatan diawal yang terjadi pada
warga Dusun Mabung antara kreditur dan debitur bahwa pihak debitur
membayar hutangnya dengan cara bekerja kepada kreditur sampai hutangnya
lunas. Dalam praktik ini tidak diketahui berapa upah yang diberikan oleh
kreditur setiap bulannya sehingga tidak diketahui pula masa kerja pihak
debitur.
Oleh karena itu penulis ingin mengangkat dan meneliti sebagai karya
ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur Studi Kasus di Dusun
Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk‛.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari Permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Hutang pihutang dengan akad qard}
2. Pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur
3. Konsekuensi yang didapatkan pihak debitur karena tidak dapat membayar
6
4. Tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan
mempekerjakan debitur
5. Konsep ija>rah terhadap pekerjaan debitur.
Agar pokok permasalahan diatas lebih terarah mengenai pembayaran
hutang dengan mempekerjakan debitur, maka batasan masalah yang akan di
bahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur
2. Tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan
mempekerjakan debitur.
C. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan pada penelitian ini agar lebih fokus dan
operasional, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan
debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk ?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan
mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga
7
pengulangana atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.10 Dari
hasil pencarian penulis, masih sedikit penelitian yang mengangkat tema
pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur. Berikut penelitian
sebelumnya yang peneliti dapatkan:
1. Muhammad Mukhlis dalam skripsinya yang berjudul ‚Analisis Hukum
Islam Terhadap Hutang Pihutang Petani Tambak Kepada Tengkulak Di
Dusun Putat Desa Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan‛.
Penelitian tersebut membahas tentang hutang pihutang petani tambak
kepada tengkulak, dan hutang tersebut merupakan hutang bersyarat yang
mana petani tambak harus menjual hasil panennya kepada tengkulak yang
memberikan hutang dan tengkulak tersebut memberikan harga yang
cukup murah dan petani tambak secara diam-diam menjual sedikit hasil
panennya kepada tengkulak lain, hal ini merupakan pencideraan akad
namun hal ini tetap diperbolehkan karena mendapat izin secara tidak
langsung dari tengkulak dan selama masih dalam batasan tertentu. Hasil
penelitian mengemukakan menurut Hukum Islam hal semacam ini
diperbolehkan, akan tetapi dipandang perlu dihindari karena dapat
mendatangkan kemudharatan.11
2. Yuni Eti Jayanti dalam skripsinya yang berjudul ‚Tinjauan Mas}lah}ah
Mursalah terhadap Hutang Pihutang Padi pada Lumbung Desa Tenggiring
Sambeng Lamongan‛. Penelitian tersebut membahas tentang mas}lah}ah
10Tim Penyusun, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, 8. 11 Muhammad Mukhlis, ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Hutang Pihutang Petani Tambak Kepada Tengkulak Di Dusun Putat Desa Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan‛
8
mursalah hutang pihutang padi pada lumbung desa, disini ada syarat
untuk pengembalian hutangnya harus ada tambahan, namun tambahan
tersebut tidak untuk diberikan pada perorangan namun untuk kas desa.
Dan hutang pihutang semacam ini tetap berjalan karena menurut
warganya hutang pihutang ini sangat membantu perekonomian warga.
Hasil dari penelitian ini menurut Hukum Islam tidak diperbolehkan
karena tidak sesuai dengan teori qard}, karena dalam qard} tidak
diperbolehkan memberikan hutang dengan syarat tambahan saat
mengembalikannya.12
3. Adi Wibowo dalam skripsinya yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam
terhadap Praktek Pinjam-Meminjam Uang di Desa Nglong Kecamatan
Sragen Kabupaten Sragen‛. Penelitian tersebut membahas tentang
bagaimana praktek pinjam meminjam atau pihutang dan bagaimana
tinjauan hukum Islam terhadap tambahan dalam transaksi pinjam
meminjam uang di Desa Nglong Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen,
hasil penelitian mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan hutang
pihutang di Desa Ngelong ini rukun dan syarat al- qard} telah dipenuhi,
maka praktek hutang pihutang ini sudah sah menurut hukum Islam.13
Perbedaan yang terletak pada penelitian sebelumnya yakni, peneliti
pertama membahas tentang hutang bersyarat, peneliti kedua membahas
tentang penambahan dalam pengembalian hutang, dan peneliti ketiga
12 Yuni Eti Jayanti, ‚Tinjauan maṣlaḥah Mursalah Terhadap Hutang Pihutang Padi Pada Lumbung Desa Tenggiring Sambeng Lamongan‛ (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).
9
membahas tentang tidak adanya kesepakatan tambahan harta dalam
pengembalian hutang. Sedangkan dalam skripsi penulis membahas tentang
bentuk pembayaran hutang dengan cara pihak debitur bekerja pada pihak
kreditur, maka pembahasan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembayaran hutang dengan
mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
2. Untuk mengetahui hukum pembayaran hutang dengan mempekerjakan
debitur dari sisi tinjauan hukum Islam.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoritis
a. Hasil pengetahuan ini dapat memberikan wawasan pengetahuan
mu’a>malah khususnya tentang hutang.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi yang
10
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi atau masukan
yang penting bagi pembaca dan khususnya bagi pelaku hutang dengan
akad qard}.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pelengkap dan
penyempurnaan bagi peneliti selanjutnya.
G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah dan menghindari kesalah pahaman dan
perbedaan persepsi pembaca dalam memahami arti dan judul ini, maka
penulis memandang perlu untuk menjabarkan secara jelas tentang maksud
dari istilah-istilah yang berkenaan dengan judul di atas, maksud dari judul
tersebut diantaranya :
1. Hukum Islam
Yakni peraturan atau ketentuan yang dijadikan pedoman dalam
penyelesaian skripsi ini yang meliputi al-Qur’an, dan Hadis serta
pendapat Fuqaha’ tentang ija>rah dan qard}.
2. Pembayaran hutang
Yaitu proses pengembalian uang oleh debitur yang telah dipinjam
dari Bapak Arifin di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron
11
3. Mempekerjakan debitur
Yaitu kreditur (bapak arifin) mempekerjakan debitur (Bapak Mat
Halim, Ibu Mardiyah, Ibu Rusmini, Bapak Ali Maksum) sebagaimana
pekerjaan yang diperintahkan.
H. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan
deskriptif kualitatif.
1. Data Yang Dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah yang yang telah disebutkan, maka
yang akan dikumpulkan meliputi :
a. Data tentang praktek pembayaran hutang dengan memperkerjakan
debitur,
b. Data yang bersumber dari hukum Islam yang berkaitan dengan
praktek pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur.
2. Sumber Data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data,
yaitu :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah suatu data yang diperoleh langsung
dari lapangan termasuk laboratorium.14 Yaitu pihak-pihak yang
terkait dengan praktek ini (Bapak Arifin, Bapak Mat Halim, Ibu
Mardiyah, Ibu Rusmini, Bapak Ali Maksum ).
12
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang
berkaitan dengan objek penelitian.15 Adapun sumber data sekunder
dalam penelitian ini adalah :
1) Tokoh Masyarakat,
2) Data dari kantor Desa Mabung.
3. Teknik Pengumpulan Data
Merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian.16 Pengumpulan data ini umumnya
menggunakan teknik :
a. Interview (Wawancara).
Peneliti telah melakukan wawancara kepada bapak Arifin,
Bapak Mat Halim, Ibu Mardiyah, Ibu Rusmini, Bapak Ali Maksum
mengenai pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di
Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten
Nganjuk.
b. Dokumentasi
Peneliti telah melakukan dokumentasi untuk mengumpulkan
data mengenai pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di
Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten
Nganjuk.
15Ibid.
13
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian,
termasuk alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam
penelitian.17 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif.
Hasil analisis disampaikan dengan menggunakan pola pikir
induktif yaitu metode yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta
atau kenyataan dari hasil penelitian yang bersifat khusus tentang praktek
pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun
Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
Kemudian dianalisis menggunakan tinjauan hukum Islam sehingga pada
akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
14
I. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini diatur dalam sistematika pembahasan yang sesuai
dengan petunjuk teknis penulisan skripsi yang sistematikannya terbagi
menjadi lima bab pembahasan.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan landasan teori yang berisi tentang pengertian
qard}, landasan hukum qard}, rukun dan syarat qard}, hikmah dan manfaat qard},
objek qard}, tempat dan waktu qard}, pengertian ija>rah, landasan hukum ija>rah,
rukun dan syarat ija>rah, macam-macam ija>rah, pembatalan dan berakhirnya
ija>rah.
Bab ketiga merupakan pembahasan hasil penelitian yang berisi
tentang gambaran umum desa yang meliputi letak geografs, keadaan sosial
ekonomi, keadaan sosial pendidikan, keadaan sosial keagamaan, dan
pelaksanaan hutang piutang yang memuat latar belakang terjadinya
pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur, pelaksanaan pembayaran
hutang dengan mempekerjakan debitur, dan dampak yang ditimbulkan.
Bab ke empat merupakan tinjauan hukum Islam terhadap pembayaran
hutang dengan mempekerjakan debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
15
Bab ke lima merupakan penutup yang memuat
kesimpulan-kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan dan dilengkapi
dengan saran-saran, selain itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad Qard}
1. Pengertian Qard}
Secara bahasa qard} berarti al-qat}’ yang artinya potongan karena
harta orang yang memberikan pinjaman (kreditur) diberikan kepada orang
yang meminjam (debitur).1
Secara istilah, menurut Hanafiah qard} adalah harta yang memiliki
kesepadanan yang diberikan untuk ditagih kembali atau dengan kata lain,
suatu transaksi yang dimaksudkan untuk memberikan harta yang
memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang
sepadan dengan itu.2
Secara terminologis qard} adalah memberikan harta kepada orang
yang akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya di kemudian
hari.3
Mazhab-mazhab yang lain mendefinisikan qard} sebagai bentuk
pemberian harta dari seseorang (kreditur) kepada orang lain (debitur)
dengan ganti harta yang sepadan yang menjadi tanggungannya (debitur),
1 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 373. 2 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 374.
3 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
17
yang sama dengan harta yang di ambil, dimaksudkan sebagai bantuan
kepada orang yang diberi saja.4
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah qard} adalah
penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan Syari’ah dengan
pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan
pembayaran secara tunai atau cicilan dalam waktu tertentu.5 Definisi
yang dikemukakan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah di atas
bersifat aplikatif dalam akad pinjam-meminjam antara nasabah dan
Lembaga Keuangan Syari’ah.6
Dari beberapa definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan
pengertian qard}, adalah memberikan harta kepada peminjam untuk
dimanfaatkan dan dikembalikan sesuai kesepakatan di lain waktu.
2. Landasan Hukum Qard}
Dasar disyariatkannya qard} adalah al-Qur’an, hadis, ijma’.
a. Dalil al-Qur’an adalah firman Allah surat Al-Baqarah ayat 245 yang
berbunyi: Artinya :
Barang siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.7
4 Ibid.
5 Pasal 20 ayat 36, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Bandung: Fokusmedia, 2010), 18. 6 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah..., 334.
18
Ayat ini menjelaskan bahwa siapa yang memberikan pinjaman
untuk sesuatu yang baik maka Allah akan membalas dengan kebaikan
yang berlipat ganda.
b. Dalil hadis adalah
1) Riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Abu Rafi’ r.a yang
berbunyi :
ثُيح
بأ
ُطا
ي ْحأ
ْب
ْ
ْب
ْ
ن ْ أ
ْب
ْ
ْ
ا
ْب
نأ
ْ
يْ ز
ْب
ْ أ
ْ
ء ط
ْب
ْ
يبأ
ف
ى
ىا ت
ْ
ُ أ
ُى ُ ا
ىُ ص
ُ
ْ
ُ
ْ
ْ
ْكب
ْ يقف
ْ
بإ
ْ
بإ
ة يُلا
ف
بأ
ف
ْ أ
ي ْق
ُ ا
ه ْكب
ا قف
ي أ
ُ إ
ب
ا قف
طْ أ
ه ُ إ
ُ ف
ا ُ ا
ْ ه ْحأ
ء
Artinya :"Dari Abu Rafi’i (katanya): Sesungguhnya Nabi Saw mengutang dari seseorang anak sapi. Setelah datang pada beliau unta dari unta-unta sedeqah (zakat), lalu beliau menyuruh Abu
Rafi’ untuk melunasi utangnya kepada lelaki itu berupa anak unta
tersebut. Kata Abu Rafi’ : tidak saya dapati selain unta yang baik
yang berumur enam tahun masuk tujuh tahun (Raba’iyyah). Lalu
beliau bersabda : Berilah dia unta yang baik dan besar itu, karena sesungguhnya sebaik-baiknya orang adalah orang yang paling baik cara melunasi utangnya. " (HR.MUSLIM - 3002)8
Hadis ini menjelaskan bahwasannya orang yang paling
baik adalah seseorang yang ketika memberikan kelebihan saat
membayar utang, dan tanpa ada kesepakatan di awal.
8 Al-Hafizh Zaki al-Din ‘Abd al-‘Azhim al-Mundziri, Mukhtaṣar Ṣahih Muslim, (Beirut: Dar al
19
2) Riwayat Ibn Majah dan Ibn Hibban yang berbunyi
ْب
ُ د ْ ْ
ُي ُ ا
ص
.
.
ا
:
ْ
ْ
ْق
ْ
ْ
ْ ت ُ
ُ
ُ ة يل
(.
ه
ْب
ْب
ُ ح
)
Artinya :‚Dari Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah Saw bersabda, ‚Tidak
ada seorang muslim yang menukarkan kepada seorang muslim qard} dua kali, maka seperti sedekah sekali‛ . (HR. Ibn Majah dan Ibn Hibban)9
Hadis ini menjelaskan bahwa qard} lebih baik daripada
sedekah.
Hadis ini menjelaskan bahwasannya qard} lebih diutamakan
dari sedekah karena orang yang berutang adalah orang yang
benar-benar membutuhkan.
3) Riwayat Imam Bukhari ia berkata,
ْ
يبأ
ْ
ي
ُ
ْ
ْ
ِي ُ ا
ىُ ص
ُ
ْ
ُ
ا
ْ
أ
ا ْ أ
ا ُ ا
ي
ء دأ
ىُدأ
ُ
ْ
ْ
أ
ي
هفَْتإ
ْتأ
ُ
Artinya :Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang mengambil harta manusia (berutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu". 10
Dalam hadis ini Allah memeberikan peringatan kepada
orang yang berutang, hendaknya ia meluasi utangnya dengan baik
9 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Jilid II, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), 502.
10 Imam al-Bukhari dan Abu Hasan al-Sindi, S}hahih al-Bukhari bih}asiyat al-Imam al-Sindi, juz II,
20
dan melarangnya untuk mengambil harta orang lain (tidak
membayar utang).
c. Ijma’
Umat Islam telah sepakat tentang bolehnya qard}. Dari
landasan hukum qard} di atas, kita bisa simpulkan bahwa qard}
hukumnya sunnah (dianjurkan) bagi orang yang meminjamkan dan
boleh bagi orang yang meminjam.11
3. Rukun dan Syarat Qard}
Rukun dan syarat qard} dalam fiqh mu’a>malah ada tiga yaitu :12
a. Shighat}
Yang dimaksud dengan shighat} adalah ija>b qabu>l. Tidak ada
perbedaan diantara fuqaha bahwa ija>b qabu>l itu sah dengan lafaz
utang dan dengan semua lafaz yang menunjukkan maknanya, seperti
kata, ‚aku memberimu utang‛, atau ‚aku mengutangimu‛. Demikian
pula qabu>l sah dengan semua lafaz yang menunjukkan kerelaan,
seperti ‚aku berutang‛ atau ‚aku menerima‛, atau ‚aku ridha‛ dan
lain sebagainya.
21
b. ‘Aqidain
Yang dimaksud dengan ‘aqidain (dua pihak yang melakukan
transaksi) adalah pemberi utang dan pengutang. Adapun syarat bagi
pengutang adalah merdeka, balig, berakal sehat, dan pandai (rasyid,
dapat membedakan baik buruk).
c. Harta yang diutangkan
Rukun harta yang diutangkan adalah sebagai berikut:
1) Harta berupa harta yang ada padannya, maksudnya harta yang
satu sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang
mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang
dapat di takar, ditimbang, ditanam, dan dihitung.
2) Harta yang diutangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah
mengutangkan manfaat (jasa).
3) Harta yang diutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan
diketahui sifatnya.
Sedangkan syarat qard} dalam fiqh Islam ada empat yaitu :13
1) Akad qard} dilakukan dengan shighat} ija>b qabu>l atau bentuk
lainnya yang bisa menggantikannya, seperti cara mu’athah
(melakukan akad tanpa ija>b qabu>l) dalam pandangan jumhur
ulama, meskipun menurut Syafi’iyah cara mu’athah tidaklah
cukup sebagaimana dalam akad-akad lainnya.
22
2) Adanya kapabilitas dalam melakukan akad. Artinya, baik pemberi
maupun penerima pinjaman adalah orang baligh, berakal, bisa
berlaku dewasa, berkehendak tanpa paksaan, dan boleh untuk
melakukan tabarru’ (berderma), karena qard} adalah bentuk akad
tabarru’, oleh karena itu, tidak boleh dilakukan oleh anak kecil,
orang gila, orang bodoh, orang yang dibatasi tindakannya dalam
membelanjakan harta, orang yang dipaksa, dan seorang wali yang
tidak sangat terpaksa atau ada kebutuhan. Hal itu karena mereka
semua bukanlah orang yang diperbolehkan melakukan akad
tabarru’.
3) Menurut Hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta mitsli.
Sedangkan dalam pandangan jumhur ulama boleh dengan harta
apa saja yang bisa dijadikan tanggungan, seperti uang, biji-bijian,
dan harta qimiy seperti hewan, barang tak bergerak dan lainnya.
4) Harta yang dipinjamkan jelas ukurannya, baik dalam takaran,
timbangan, bilangan, maupun ukuran panjang supaya mudah
dikembalikan, dan dari jenis yang belum tercampur dengan jenis
lainnya seperti gandum yang bercampur dengan jelai (sejenis
padi-padian) karena sukar mengembalikan gantinya.
4. Hikmah dan Manfaat Disyariatkan Qard}
Hikmah disyariatkannya qard} yaitu :
a. Melaksanakan kehendak Allah agar kaum muslimin saling menolong
23
b. Menguatkan ikatan persaudaraan dengan cara mengulurkan bantuan
kepada orang yang membutuhkan dan mengalami kesulitan serta
meringankan beban orang yang tengah dilanda kesulitan.14
5. Syarat Yang Sah Dan Yang Tidak Sah (Fasid)15
Adanya kesepakatan yang dibuat untuk mempertegas hak milik
dalam akad qard} diperbolehkan, seperti persyaratan adanya barang
jaminan, penanggung pinjaman, saksi, bukti tertulis, atau pengakuhan di
hadapan hakim.
Mengenai batasan waktu, jumhur ulama mengatakan syarat itu
tidak sah, dan Malikiyah mengatakan sah. Tidak sah syarat yang tidak
sesuai dengan akad qard}, seperti syarat tambahan dalam pengembalian,
pengembalian harta yang bagus sebagai ganti yang cacat.
Adapun syarat yang fasid (rusak) diantaranya adalah syarat
tambahan atau hadiah bagi si pemberi pinjaman. Syarat ini dianggap batal
namun tidak merusak akad apabila tidak ada kepentingan siapapun,
seperti syarat pengembalian barang cacat sebagai ganti yang sempurna
atau yang jelek sebagai ganti yang bagus atau syarat memberikan
pinjaman kepada orang lain.
6. Objek Qard}
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa akad qard} dibenarkan pada
harta mitsli yaitu harta yang satuan barangnya tidak berbeda yang
mengakibatkan perbedaan nilainya, seperti barang-barang yang ditakar,
24
ditimbang, dijual satuan dengan ukuran yang tidak jauh berbeda antara
yang satu dengan yang lain (seperti kelapa, telur, dan kertas satu ukuran)
dan yang di ukur seperti kain.16
Menurut ijtihad Imam Muhammad dan Madzhab selain Hanafiyah
berpendapat, boleh juga qard} pada roti, baik di jual secara timbangan atau
satuan, karena roti merupakan kebutuhan.17 Berdalil pada hadis, Aisyah
yang mengatakan, ‚Wahai Rasulullah sesungguhnya para tetanggga
mengqirad}hkan roti dan khamiir dan mereka mengembalikannya lebih dan
kurang. ‚Rasulullah menjawab: ‚tidak mengapa. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk dalam (etika) berteman sesama manusia yang
bukan dimaksudkan riba fadhal‛.18
Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa
diperbolehkan melakukan qard} atas semua benda yang bisa dijadikan
objek akad salam, baik itu barang yang ditakar dan ditimbang seperti
emas, perak dan makanan, maupun dari harta qimiyyat (harta yang
dihitung berdasarkan nilainya) seperti barang-barang dagangan, binatang,
dan juga barang-barang yang dijual satuan.
Dari sini, menurut jumhur ulama, akad qard} sah dilangsungkan
pada setiap benda yang boleh diperjualbelikan kecuali budak wanita
karena akan mengakibatkan adanya pinjam-meminjam kehormatan.
Mereka juga melarang qard} manfaat, seperti seorang pada hari ini
16 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 376-377. 17 Ibid, 377.
25
mendiami rumah temannya dan besoknya teman tersebut mendiami
rumahnya, tetapi Ibn Taimiyah membolehkannya.19
7. Tempat dan Waktu Pengembalian Qard}
Ulama Fiqih sepakat bahwa qard} harus dibayar di tempat
terjadinya akad secara sempurna. Namun demikian, boleh membayarnya
di tempat lain apabila tidak ada keharusan untuk membawanya atau
memindahkannya, juga tidak ada halangan di jalan. Sebaliknya, jika
terdapat halangan apabila membayar di tempat lain, muqrid tidak perlu
menyerahkannya.20
Sedangkan waktu pengembalian qard} menurut jumhur ulama,
selain Malikiyah mengatakan bahwa waktu pengembalian harta pengganti
adalah kapan saja terserah kehendak si pemberi pinjaman, setelah
peminjam menerima pinjamannya, karena qard} merupakan akad yang
tidak mengenal waktu. Sedangkan menurut Malikiyah, waktu
pengembalian itu adalah ketika sampai pada batas waktu pembayaran
yang sudah ditentukan di awal, karena mereka berpendapat bahwa qard}
bisa dibatasi dengan waktu.21
19Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah..., 155. 20 Ibid, 156.
26
B. Akad Ija>rah
1. Pengertian Ija>rah
Lafal al-ija>rah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa, jasa, atau
imbalan. Secara terminologi, ada beberapa definisi al-ija>rah yang
dikemukakan para ulama fiqh, antara lain :22
a. Ulama Hanafiyah mendefinisikan ija>rah dengan :
ى يْق
ف
ب
Yang artinya transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan.
b. Ulama Syafi’iyah mendefinisikan ija>rah dengan :
يْق
ى
ة ْ
د ْ لْق
ة ْ ْ
ةح
ْ ْ اة ب
ا
ةح با
ب
ْ ْ
Yang artinya transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.
c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikan ija>rah dengan :
ْ ْ ت
ف
ْ
ُي ةح
ْ ْ
ب
Yang artinya pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan.
Ismail Nawawi mengatakan ija>rah dalam bahasa berarti sesuatu
yang diberikan kepada seseorang karena sesuatu yang dikerjakan.23
Jumhur ulama’ fiqih berpendapat bahwa ija>rah adalah menjual
manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya.
Jadi, dalam hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan
perkataan lain terjadinya ija>rah ini yang berpindah hanyalah manfaat
22 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 228.
23 Ismail Nawawi, Fiqh Mu’amalah Klasik dan Kontemporer, (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya,
27
obyek yang disewakan.24 Oleh karena itu, mereka melarang menyewakan
pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diambil susunya, sumur
untuk diambil airnya, dan lain-lain, sebab semua itu bukan manfaatnya,
tetapi bendanya. Namun sebagian ulama memperbolehkan mengambil
upah mengajar Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan yang bersangkutan
dengan agama, sekedar untuk memenuhi keperluan hidup, karena
mengajar itu telah memakai waktu yang seharusnya dapat mereka
gunakan untuk pekerjaan mereka yang lain.25
Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan tentang ija>rah,
yakni suatu yang diberikan atas dasar suatu pekerjaan yang telah di
lakukan.
2. Landasan Hukum Ija>rah
Para ulama fiqh mengatakan bahwa yang menjadi dasar
dibolehkannya akad ija>rah adalah :26
a. Dalam firman Allah surat az-Zukhruf, 43: 32 yang berbunyi:
Artinya :
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat,
24 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafik, 1994), 52.
25 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensido, 1994),
304.
28
agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.27
b. Dalam firman Allah surat ath-Thalaq, 65: 6 yang berbunyi:
Artinya :
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.28
c. Dalam firman Allah surat al- Qashash, 28:26
Artinya :
Dan salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".29
d. Dalam firman Allah surat al-Baqarah, 2:233
27
Kementrian Agama, Al-Qur’an &Tafsirnya jilid 9..., 104.
28
Ibid.
29
29 Artinya :
Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian, apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.30
e. Dalam hadis Nabi Saw yang mengatakan :
ْب
ا
هْ
ا
:
ا
ا
ُ
ىُ ص
ُ
ْ
ُ
طْ أ
ْا
ه ْ أ
ْ
ْ أ
ُ
.
(
ه
بإ
)
Artinya :Dari Ibnu Umar r.a beliau berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya‛.HR. Ibnu Majah31
30
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 1..., 343.
31
30
Maksud hadis di atas adalah berikanlah upah kepada pekerja
setelah mereka selesai mengerjakan pekerjaannya, dan janganlah
ditunda-tunda.
f. Dalam riwayat Abu Sa’id al-Khudri Rasulullah Saw bersabda :
ْ
ىب
يْ
ى ْيلا
ى
ْ
ُ
ُى ُ ا
ىُ ص
ُ
ْ
ُ
ا
ْ ْ
ْ
ِ ْ ف
ا
ت ْ
(.
ه
ي
ق ِز ِ ا
ف
ع ط ن
ص
,
ىقه ا
ط
ب
ة ح
)
Artinya :
‚Dari Abu Sa’id r.a (katanya): Sesungguhnya Nabi Saw
bersabda: Barang siapa mengupah seorang buruh/pekerja, maka hendaklah dia menyebut/tetapkan upahnya kepadanya. Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, tetapi dalam sanadnya ada yang terputus. Al-Baihaqi menyambung sanadnya dari Abu Hanifah.32
Maksud hadis di atas adalah sebelum menyewa atau menyuruh
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan hendaknya memberikan
kejelasan upah yang akan diterimanya.
g. Dalam hadis :
ْب
ا ُ
ى
هْ
ا
:
ْح
ا
ُ
ىُ ص
ُ
ْ
ُ
ىطْ أ
ْى ُا
ْح
ه ْ
ْ ا
ح
ْ ا
طْ
.
(
ى ل ا
)
Artinya :Dari Ibnu Abbas r.a beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berbekam dan beliau memberikan upah kepada orang yang membekan itu. Seandainya pembekaman itu haram niscaya beliau tidak memberinya upah." (HR. Bukhari)33
32
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Juz II, 464.
33
31
Maksud hadis di atas adalah apabila seseorang menyuruh
seorang lainnya untuk dimanfaatkan jasanya maka hendaklah ia
memberikan upah kepadanya.
3. Rukun dan Syarat Ija>rah
Rukun ija>rah menurut Hanafiyah adalah ija>b dan qabu>l.34
Mayoritas ulama ada 4 yaitu :35
a. ‘Aqidain
Adalah dua pelaku kontrak ija>rah yang meliputi mu’jir dan
musta’jir. Mu’jir adalah pemilik jasa atau manfaat, sedangkan
musta’jir adalah penyewa atau pengguna jasa atau manfaat barang
sewaan.
b. Mauqut ‘alaih
Adalah jasa atau manfaat barang yang menjadi objek akad
ija>rah.
c. Ujrah
Adalah upah atas jasa atau manfaat barang yang disewa.
d. Shighah
Dalam akad ija>rah adalah bahasa transaksi berupa ija>b dan
qabu>l yang memuat perjanjian kontrak pemberi kepemilikan jasa atau
manfaat dari pihak mu’jir kepada musta’jir dengan ganti berupa upah
tertentu, baik secara eksplisit atau implisit, atau bahkan secara
simbolis.
34 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 387.
32
Sedangkan syarat ija>rah sebagai sebuah transaksi umum, ija>rah
baru di anggap sah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya,
sebagaimana yang berlaku secara umum dalam transaksi lainnya, antara
lain :
a. Syarat untuk ‘aqidain menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah
adalah balig dan berakal, oleh sebab itu apabila orang yang belum
atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang gila menyewakan
harta mereka atau diri mereka (sebagai buruh), menurut mereka tidak
sah. Namun ulama Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa
kedua orang yang berakad itu tidak harus mencapai usia balig, tetapi
anak yang telah mumayyis pun boleh melakukan akad ija>rah apabila
disetujui oleh walinya.36
b. Syarat manfaat, secara umum syarat suatu manfaat suatu barang yang
diija>rahkan adalah setiap barang yang secara syar’i legal
dimanfaatkan, memiliki nilai ekonomis, tanpa mengurangi fisik
barang, diketahui, dan bisa diserah-terimakan. Sedangkan secara
detail syarat jasa atau manfaat yang sah diija>rahkan adalah
mutaqawwim (memiliki kriteria yang berharga), berupa nilai
kegunaan, mampu diserah-terimakan, manfaat kembali kepada
musta’jir.37
36 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah.., 232.
33
c. Syarat ujrah dalam ija>rah adalah upah harus jelas, berapa yang akan
diberikan sesuai dengan transaksi yang telah dilakukan.38 Upah harus
sejelas-jelasnya untuk menafikan kekaburan dan permusuhan
sebagaimana maksud dibuatnya kontrak kerja. Sebelum memulai
bekerja, di antara pekerja dan pengontrak kerja harus sudah terjadi
kesepakatan tentang upah kerja, karena makruh mempekerjakan
seseorang pekerja sebelum terjadi kesepakatan tentang upah dengan
orang yang bersangkutan.39
d. Syarat shighah adalah kalimat itu harus mengandung arti izin kepada
orang yang akan bekerja.
4. Macam-Macam Ija>rah
Ija>rah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:40
a. Ija>rah yang bersifat manfaat, umpamanya adalah sewa-menyewa
rumah, toko, kendaraan, pakaian, dan perhiasan. Apabila manfaat itu
merupakan manfaat yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan,
maka para ulama sepakat menyatakan boleh dijadikan objek
sewa-menyewa, jadi penyewaan barang-barang tersebut tergantung pada
kemanfaatannya.
b. Ija>rah yang bersifat pekerjaan (jasa) ialah dengan cara mempekerjakan
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut para ulama
ija>rah ini hukumnya boleh apabila pekerjaan itu jelas, seperti buruh
38 Ismail Nawawi, Fiqh Mu’amalah Klasik dan Kontemporer..., 189. 39
M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Bogor: Al-Azhar Press, 2009), 198.
34
bangunan, tukang jahit, buruh pabrik, tukang sepatu dan lain-lain.
Ija>rah ini ada yang bersifat pribadi seperti menggaji pembantu rumah
tangga, dan ada yang bersifat serikat, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang menjual jasanya untuk kepentingan orang
banyak, seperti tukang sepatu, tukang jahit dan lain-lain. Kedua
35
5. Pembatalan dan Berakhirnya Ija>rah
Ulama fiqh menyatakan bahwa akad ija>rah akan berakhir
apabila:41
a. Objek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yang
dijahitkan hilang.
b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ija>rah telah berakhir.
Apabila yang disewakan adalah rumah, maka rumah itu di kembalikan
kepada pemiliknya, dan apabila yang disewakan adalah jasa
seseorang, maka ia berhak menerima upahnya.
c. Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad,
karena akad ija>rah, menurut mereka tidak boleh diwariskan.
Sedangkan menutut jumhur ulama, akad al-ija>rah tidak batal dengan
wafatnya salah seorang yang berakad, karena manfaat, merurut
mereka boleh diwariskan dan al-ija>rah sama dengan jual-beli, yaitu
mengikat kedua belah pihak yang berakad.
d. Menurut ulama Hanafiyah, apabila ada halangan dari salah satu pihak,
seperti rumah yang disewakan disita negara, maka akad al-ija>rah
batal. Halangan yang menbatalkan akad ija>rah menurut ulama
Hanafiyah adalah salah satu pihak jatuh muflis, dan berpindah
tempatnya penyewa, misalnya seorang digaji untuk menggali sumur di
suatu desa, sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke
desa lain. Akan tetapi, menurut jumhur ulama, halangan yang boleh
36
membatalkan akad ija>rah itu hanyalah apabila objeknya mengandung
cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti
BAB III
PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG
KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Desa
Desa Mabung terletak di Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk.
mayoritas berpehasilan bertani dan mempunyai sampingan beternak sapi
dan kambing, Desa Mabung masih memegang teguh istiadat, contohnya
setiap tahun masih mengadakan acara nyadranan (bersih desa) dan ada
hiburanya tayub yang tidak bisa tergantikan, konon ada kabar kalau pas
nyadranan hiburanya diganti bisa marah yang nunggu desa Mabung. Desa
Mabung di bagi menjadi 4 dusun. 1. dusun mabung 2. dusun jeruk lor 3.
dusun jeruk kidul 4. dusun boto dan dipimpin oleh kami tuwo (kepala
dusun) desa mabung sendiri dipimpin oleh pak lurah (kepala desa).
2. Letak dan Kondisi Geografis
Dusun Jeruk Kidul terletak di Desa Mabung berada di Kecamatan
Baron Kabupaten Nganjuk dengan batasan-batasan wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Katerban Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Katerban Kecamatan Baron
38
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kedungrejo Kecamatan
Tanjung Anom Kabupaten Nganjuk
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jambi Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk.
Kondisi geografis Desa Mabung terdiri dari hamparan dataran
tanah darat dan sebagian tanah sawah pertanian dengan luas wilayah
keseluruhan adalah 436,81 ha.
Tabel 3.1
Luas Wilayah Desa Mabung
No. Uraian Luas (ha)
1. 2. 3.
Luas persawahan Luas pemukiman
Luas prasarana umum dan lainnya
350 49,81
37 Luas wilayah keseluruhan 436,81 Sumber Data: Sekretariat Desa Mabung Tahun 2016
Desa Mabung terdiri dari 4 dusun, 7 RW, dan 22 RT yang terinci
sebagai berikut:
a. Dusun Mabung terdiri dari RW 1 mencakup RT 1 - RT 4, RW 2
mencakup RT 5 – RT 7
b. Dusun Jeruk Lor terdiri dari RW 3 mencakup RT 8 – RT 10, RW 4
mencakup RT 11 – RT 14
c. Dusun Jeruk Kidul terdiri dari RW 5 mencakup RT 15 – RT 17, RW 6
mencakup RT 18 – RT 20
d. Dusun Boto terdiri dari RW 7 mencakup RT 21 – RT 22.
Jarak Desa Mabung ke ibu kota kecamatan ±4 Km yang dapat
ditempuh dengan kendaraan ±15 menit, untuk jarak menuju ke ibu kota
[image:47.595.139.512.272.627.2]
39
sedangkan jarak ke ibu kota provinsi ±150 Km yang ditempuh dengan
kendaraan dalam waktu ±2 jam.
3. Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi
Dari segi kependudukan Desa Mabung memiliki jumlah penduduk
[image:48.595.138.526.236.699.2]±9235 orang dengan rincian sebagaimana keterangan berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin
No. Dusun Jumlah
Penduduk
Laki-laki Perempuan
1. 2. 3. 4. Mabung Jeruk Lor Jeruk Kidul Boto 2788 2415 2176 1856 1363 1187 1280 946 1425 1228 896 910
Jumlah 9235 4776 4459
Sumber Data: Sekretariat Desa Mabung Tahun 2016
Berdasarkan data diatas telah jelas bahwa di Desa Mabung
penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
Mata pencaharian penduduk Desa Mabung berbagai macam
dengan rincian keterangan sebagai berikut:
Table 3.3
Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Mabung
No. Profesi Laki-laki Perempuan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Petani Buruh tani
Pegawai negeri sipil
Pengrajin industri rumah tangga Pedagang keliling
Peternak Dokter swasta Bidan swasta Perawat swasta
Karyawan perusahaan swasta
1047 1430 7 63 55 276 - -\ 19 795 984 935 13 78 45 429 9 10 27 1039
Jumlah 3692 3569
40
Berdasarkan tabel diatas maka mayoritas profesi penduduk Desa
Mabung adalah sebagai petani, dan memang di desa ini lebih banyak
orang yang menjadi petani di sawah milik orang lain dari pada yang
menjadi petani di sawahnya sendiri. Tanaman yang ditanam di desa ini
hampir keseluruhan adalah padi, melon, jagung karena memang itulah
tanaman yang menjadi harapan para petani desa berdasarkan letak
geografisnya yang berada di dataran rendah. Disini penulis meneliti
tentang pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur,
yang mana pihak kreditur memberikan keringanan cara membayar hutang
kepada pihak debitur dengan cara mempekerjakan mereka sampai
hutangnya lunas.
Dilihat dari segi ekonomi masyarakat Desa Mabung adalah masuk
dalam kategori menengah kebawah, karena mayoritas penduduknya yang
berprofesi sebagai petani, buruh tani, dan karyawan perusahaan swasta.
Sementara di zaman kehidupan sekarang ini sangat bergantung pada
uang, karena dengan adanya uang segala biaya hidup diantaranya
kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya dapat terpenuhi
olehnya. Namun dengan kondisi masyarakat Desa Mabung yang sebagian
besar adalah bertani maka dalam sisi ekonomi desa ini lemah, karena
dengan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk mengelolah lahan
pertanian terkadang hasil dan harga tidak sesuai dengan harapan petani
41
4. Sarana Pendidikan dan Tingkat Pendidikan Penduduk
Sarana pendidikan merupakan sarana yang terpenting dalam setiap
daerah, karena dengan memiliki sarana pendidikan, penduduk dapat
mengasah ilmu pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui. Adanya
sarana pendidikan mampu untuk merubah rendahnya pola pikir di dalam
sebuah masyarakatleh karena itu, sarana pendidikan dapat meninggikan
taraf kehidupan masyarakat untuk lebih baik lagi.
Desa Mabung memiliki sarana pendidikan formal dan non formal
mulai dari tingkat Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), Taman
Kanak-kanak (TKK) sederajat, Sekolah Dasar (SD) sederajat, sampai Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sederajat. Adapun rincian sarana pendidikan di
[image:50.595.136.513.267.576.2]desa ini adala sebagai berikut ini :
Table 3.4
Sarana Pendidikan Desa Becirongengor
No. Sarana Pendidikan Jumlah
1. 2. 3. 4. 5.
Taman Pendidikan Al-qur’an TK/RA (sederajat)
PAUD
SD/MI (sederajat) SMP/MTs (sederajat)
9 lembaga 3 lembaga 3 lembaga 3 lembaga 1 lembaga Jumlah 19 lembaga Sumber Data: Sekretariat Desa Mabung Tahun 2016
Dari data diatas dengan jumlah penduduk ±9235, maka penulis
menarik kesimpulan bahwa sarana pendidikan di Desa Mabung tidak
seimbang dengan kebutuhan pendidikan masyarakat Desa Mabung. Selain
itu Desa Mabung tidak memiliki sarana pendidikan yang jenjangnya lebih
tinggi seperti Sekolah Lanjutan Tengah Atas (SLTA) sederajat bahkan
42
lebih tinggi lagi harus mencari sarana pendidikan di daerah-daerah lain
yang menyediakannya.
Penduduk Desa Mabung memiliki beberapa tingkat pendidikan,
[image:51.595.133.510.229.557.2]beberapa rincian penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah:
Tabel 3.5
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Mabung
No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1.
2. 3. 4. 5.
Tidak Lulus SD Lulus SD SMP (sederajat) SMA (sederajat) Sarjana
986 2724 1253 1324 974 Jumlah 7261 Sumber Data: Sekretariat Desa MabungTahun 2016
5. Struktur Kepemerintahan Desa
Desa Mabung memiliki pemerintahan yang sudah terstruktur yang
43
Gambar 3.2
SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK
B. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
Setelah penulis melakukan penelitian di lokasi yang dituju, maka
dapat dipaparkan beberapa hasil wawancara sebagai berikut.
1. Latar Belakang Terjadinya Hutang Piutang
Menurut Bapak Arifin sebagai kreditur menjelaskaan awal mula
terjadinya praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur
adalah ketika ada warga yang meminjam dana dan tidak mampu
membayar hutangnya, sehingga mereka menawarkan jasa untuk bekerja
kepada Bapak Arifin dan Bapak Arifin memberikan pekerjaan sebagai Kepala Desa
Sekretaris Desa
Kaur pemeri ntahan
Kasun Mabung
Kasun Jeruk Lor Kasun Jeruk
Kidul BPD (Badan
Permusyawaratan Desa
LPM
Kaur pemb angun an
Kaur keuan
gan
Kaur kesra
Kaur umum
Kasun Boto
[image:52.595.126.558.133.567.2]
44
buruh tani dan pegawai mebel di usaha miliknya. Untuk masalah
pembayaran hutangnya, Bapak Arifin mengambil langsung dari upah yang
Bapak Arifin berikan atas pekerjaan yang mereka lakukan dan itu
langsung masuk dalam angsuran mereka setiap bulannya. Untuk upah
yang mereka terima setiap bulannya itu sudah mereka serahkan kepada
Bapak Arifin karena unsur saling percaya 1
Menurut debitur yaitu Bapak Mat Halim memaparkan alasan
berhutang kepada Bapak Arifin yakni karena terdesak kebutuhan untuk
menikahkan anaknya. Namun sejak awal ketika akad Bapak Mat Halim
sudah menyampaikan bahwasanya beliau tidak dapat membayar
hutangnya menggunakan uang sehingga Bapak Mat Halim menawarkan
jasa tambahan sebagai buruh tani karna sebelumnya Bapak Mat Halim
merupakan buruh mebel Bapak Arifin. Ketika awal akad Bapak Mat
Halim sudah menyampaikan bahwasannya upah dari buruh mabel bisa
dipotong sebagai angsuran pembayaran hutang sebesar Rp. 200.000 dan
Bapak Arifin menambahkan cicilan Bapak Mat Halim yakni upah dari
buruh tani masuk juga dalam angsuran hutangnya, dan Bapak Mat Halim
mensetujuinya. Namun untuk masalah berapa upah saya untuk buruh tani
itu sudah saya percayakan kepada Bapak Arifin. . Dengan adanya praktik
ini Bapak Mat Halim merasa tertolong karena ada bantuan dana meski
45
Bapak Mat Halim tidak mengetahui dengan pasti berapa upah yang
diterima dalam pekerjaan buruh tani. 2
Sedangkan menurut Ibu Mardiyah sebagai pihak debitur
memberikan penjelasan alasan berhutang kepada Bapak Arifin yakni
untuk biaya menyekolahkan anaknya sama halnya dengan Bapak Mat
Halim sejak awal ketika akad Ibu Mardiyah sudah menyampaikan
bahwasannya beliau tidak dapat membayar hutangnya menggunakan uang
sehingga Ibu Mardiyah menawarkan jasa untuk bekerja kepada Bapak
Arifin. Untuk masalah pembayaran hutang diambil dari upah saya bekerja
sebagai pembantu