• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN

HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI

KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG

KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

SKRIPSI

Oleh:

DEWI FIRDAUS NIM. C02212007

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul ‚Tinjauan

Hukum Islam terhadap Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur Studi Kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk‛. Skripsi ini merupakan penelitian untuk menjawab pertanyaan, 1) bagaimana pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk. 2) bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Maksudnya pembahasan dimulai dengan mengumpulkan data yang telah diperoleh dari lapangan tentang pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur, kemudian dianalisis dengan hukum Islam yakni qard} dan ija>rah terhadap praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.

Dari hasil penelitian, diperoleh informasi mengenai praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur, yakni debitur yang tidak mampu membayar hutangnya, maka mereka akan bekerja kepada kreditur. Upah dari pekerjaan tersebut akan digunakan untuk membayar cicilan kepada kreditur, tanpa diketahui pihak penerima hutang berapa gaji yang diterimanya setiap bulannya. Dengan adanya praktik tersebut penulis menyimpulkan bahwa pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur ditinjau dari hukum Islam praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ini diperbolehkan karena kita wajib membayar hutang walaupun kita harus bekerja kepada pihak pemberi hutang, namun harus diperbaharui akadnya karena pada praktik ini tidak dijelaskan mengenai berapa gaji atau upah yang diberikan pihak pemberi hutang kepada pihak yang menerima hutang, karena apabila tidak disebutkan berapa upah yang diberikan dan sampai kapan harus bekerja maka itu merupakan akad yang rusak.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 10

H. Metode Penelitian ... 11

I. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II PEMBAHASAN ... 16

A. Akad Qard} ... 16

1. Pengertian Qard} ... 16

2. Landasan Hukum Qard} ... 17

3. Rukun dan Syarat Qard} ... 20

4. Hikmah dan Manfaat Disyariatkan Qard} ... 22

(8)

6. Objek Qard} ... .... 23

7. Tempat dan Waktu Pengembalian Qard} ... ... 25

B. Akad Ija>rah ... 26

1. Pengertian Ija>rah ... 26

2. Landasan Hukum Ija>rah ... 27

3. Rukun dan Syarat Ija>rah ... 31

4. Macam-macam Ija>rah ... 34

5. Pembatalan dan Berakhirnya Ija>rah ... 35

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK ... 37

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

1. Sejarah Desa Mabung ... 37

2. Letak dan Kondisi Geografis ... 37

3. Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi ... 39

4. Sarana Pendidikan dan Tingkat Pendidikan Penduduk . 41

5. Struktur Kepemerintahan Desa ... 42

B. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk………... ... 43

1. Latar Belakang Terjadinya Hutang Piutang ... . 43

2. Proses Terjadinya Hutang Piutang ... .. 48

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK ... ... 53

A. Analisis Akad Qard} di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ... 53

B. Analisis Akad Ija>rah di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ... 55

BAB V PENUTUP ... 62

(9)

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yakni makhluk yang tidak

dapat hidup sendiri, melainkan hidup saling ketergantungan satu sama lain.

Dalam bermasyarakat manusia mempunyai tujuan untuk memenuhi

kehidupannya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

tolong menolong. Kegiatan tolong menolong dapat diimplikasikan dengan

berbagai cara yakni dengan cara pinjam meminjam, zakat, infaq, shodaqoh

dan lain sebagainya. Islam telah mengajarkan bahwa manusia hendaknya

saling tolong menolong saat sesamanya sedang membutuhkan, hal ini telah

dijelaskan dalam al-Quran surat al-Maaa’idah ayat 2 yang berbunyi :

....

لعا نو عتو

قَت او

و

ا نو عت

لع

ااو ع او

ََ قَتاو

َا َن

قع ا

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.1

Islam agama yang sempurna telah meletakkan kaidah-kaidah dasar

dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia, baik dalam ibadah maupun

mu’a>malah. Mu’a>malah berbeda dengan ibadah, dalam ibadah perbuatan

dilarang kecuali diperintahkan. Oleh karena itu, semua perbuatan yang

(11)

2

dikerjakan harus sesuai dengan tuntutan yang diajarkan Rasulullah, ibadah

dalam Islam adalah pelaksanaan segala macam perbuatan yang diperintahkan

oleh agama untuk mengatur hubungan dengan Allah serta sebagai ujian

terhadap kebenaran dan kekuatan imannya dalam praktik kehidupan

sehari-hari.2 Sedangkan mu’a>malah adalah kegiatan yang berhubungan antar

manusia dengan manusia yang sesuai dengan Islam.

Islam telah menjelaskan bahwasannya setiap apa yang kita lakukan

kelak akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT, maka kita

sebagai manusia hendaklah berhati-hati dalam melakukan perbuatan baik

melakukan mu’a>malah atau yang lainnya. Kaitannya dengan kegiatan

mu’a>malah Allah SWT telah memerintahkan kepada hambanya untuk saling

tolong menolong, salah satu bentuk tolong menolong dalam masyarakat

adalah dengan memberikan pinjaman atau hutang. Tolong menolong dalam

bentuk pinjaman disebut juga dengan qard}. Secara bahasa qard} berarti al-qat}’

yang artinya harta yang diberikan kepada orang yang meminjam (debitur).3

Secara terminologis qard} berarti memberikan harta kepada orang yang

akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya dikemudian hari.4

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, qard} adalah penyediaan dana

atau tagihan antar lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau

2M. Noor Matdawam, Pengantar Ibadah Praktis , (Yogyakarta: Kota Kembang ,1980), 5. 3 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 373.

4 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,

(12)

3

cicilan dalam jangka waktu tertentu.5 Definisi menurut Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah ini diaplikasikan dalam akad pinjam meminjam dalam

lembaga keuangan Syariah.

Pembahasan hutang pihutang dalam kajian fiqh mu’a>malah sangat

detail mengenai rukun, syaratnya, antara lain :

Rukun qard} dalam fiqh mu’a>malah ada tiga yaitu :6

1. Ija>b qabu>l

Tidak ada perbedaan diantara fukaha bahwa ija>b qabu>l itu sah

dengan lafaz yang menunjukkan maknanya.

2. Dua pihak yang melakukan transaksi

Syarat bagi penghutang adalah merdeka, balig, berakal sehat, dan

pandai (dapat membedakan baik buruk).

3. Harta yang dihutangkan

Rukun harta yang dihutangkan adalah sebagai berikut:

a. Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu

sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang

mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang

dapat di takar, ditimbang, ditanam, dan dihitung.

b. Harta yang dihutangkan disyaratkan berupa benda.

c. Harta yang dihutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan

diketahui sifatnya.

(13)

4

Menurut Hanafiyah qard} adalah harta yang memiliki kesepadanan

yang anda berikan untuk anda tagih kembali. Sedangkan definisi qard}

menurut mazhab-mazhab yang lain adalah bentuk pemberian harta dari

seorang (kreditur) kepada orang lain (debitur) dengan ganti harta yang

sepadan yang menjadi tanggungan debitur yang sama dengan harta yang di

ambil, yang artinya suatu barang yang di pinjamkan harus di kembalikan

sesuai takaran, sehingga tidak ada kelebihan atau kekurangan dari takaran

harta yang di pinjam.7

Adapun dalam hal pembayaran hutang dilakukan dengan cara

mempekerjakan debitur, maka pihak kreditur yang dalam hal ini juga di

sebut sebagai majikan harus memberikan upah atau dalam Islam disebut

ija>rah dalam pekerjaannya.8

Secara etimologis ija>rah berasal dari kata ajru yang berarti

al-‘Iwad atau penggantian, dari sebab itulah ats-Tsawa>bu dalam konteks pahala

dinamakan al-ajru atau upah.9

Secara terminologis menurut Amir Syarifuddin al-ija>rah dapat

diartikan dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan

tertentu. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari

suatu benda disebut ija>rah al’ain, bila yang menjadi objek transaksi manfaat

atau jasa dari tenaga seseorang disebut ija>rah ad-dzimmah atau upah

mengupah.

7 Ibid., 374.

8 Abdul Rahman Ghazaly, et. al, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2010),

277.

(14)

5

Seperti halnya masyarakat yang lain tidak pernah terlepas dari

problematika kehidupan terutama dalam sektor perekonomian, seorang yang

kurang mampu meminjam uang kepada orang yang lebih kaya (hutang

pihutang atau qard}), di Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk

terdapat penerapan qard} yang berbeda. Kesepakatan diawal yang terjadi pada

warga Dusun Mabung antara kreditur dan debitur bahwa pihak debitur

membayar hutangnya dengan cara bekerja kepada kreditur sampai hutangnya

lunas. Dalam praktik ini tidak diketahui berapa upah yang diberikan oleh

kreditur setiap bulannya sehingga tidak diketahui pula masa kerja pihak

debitur.

Oleh karena itu penulis ingin mengangkat dan meneliti sebagai karya

ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur Studi Kasus di Dusun

Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari Permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Hutang pihutang dengan akad qard}

2. Pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur

3. Konsekuensi yang didapatkan pihak debitur karena tidak dapat membayar

(15)

6

4. Tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan

mempekerjakan debitur

5. Konsep ija>rah terhadap pekerjaan debitur.

Agar pokok permasalahan diatas lebih terarah mengenai pembayaran

hutang dengan mempekerjakan debitur, maka batasan masalah yang akan di

bahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur

2. Tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan

mempekerjakan debitur.

C. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan pada penelitian ini agar lebih fokus dan

operasional, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan

debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron

Kabupaten Nganjuk ?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan

mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung

Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian

yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga

(16)

7

pengulangana atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.10 Dari

hasil pencarian penulis, masih sedikit penelitian yang mengangkat tema

pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur. Berikut penelitian

sebelumnya yang peneliti dapatkan:

1. Muhammad Mukhlis dalam skripsinya yang berjudul ‚Analisis Hukum

Islam Terhadap Hutang Pihutang Petani Tambak Kepada Tengkulak Di

Dusun Putat Desa Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan‛.

Penelitian tersebut membahas tentang hutang pihutang petani tambak

kepada tengkulak, dan hutang tersebut merupakan hutang bersyarat yang

mana petani tambak harus menjual hasil panennya kepada tengkulak yang

memberikan hutang dan tengkulak tersebut memberikan harga yang

cukup murah dan petani tambak secara diam-diam menjual sedikit hasil

panennya kepada tengkulak lain, hal ini merupakan pencideraan akad

namun hal ini tetap diperbolehkan karena mendapat izin secara tidak

langsung dari tengkulak dan selama masih dalam batasan tertentu. Hasil

penelitian mengemukakan menurut Hukum Islam hal semacam ini

diperbolehkan, akan tetapi dipandang perlu dihindari karena dapat

mendatangkan kemudharatan.11

2. Yuni Eti Jayanti dalam skripsinya yang berjudul ‚Tinjauan Mas}lah}ah

Mursalah terhadap Hutang Pihutang Padi pada Lumbung Desa Tenggiring

Sambeng Lamongan‛. Penelitian tersebut membahas tentang mas}lah}ah

10Tim Penyusun, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, 8. 11 Muhammad Mukhlis, ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Hutang Pihutang Petani Tambak Kepada Tengkulak Di Dusun Putat Desa Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan‛

(17)

8

mursalah hutang pihutang padi pada lumbung desa, disini ada syarat

untuk pengembalian hutangnya harus ada tambahan, namun tambahan

tersebut tidak untuk diberikan pada perorangan namun untuk kas desa.

Dan hutang pihutang semacam ini tetap berjalan karena menurut

warganya hutang pihutang ini sangat membantu perekonomian warga.

Hasil dari penelitian ini menurut Hukum Islam tidak diperbolehkan

karena tidak sesuai dengan teori qard}, karena dalam qard} tidak

diperbolehkan memberikan hutang dengan syarat tambahan saat

mengembalikannya.12

3. Adi Wibowo dalam skripsinya yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam

terhadap Praktek Pinjam-Meminjam Uang di Desa Nglong Kecamatan

Sragen Kabupaten Sragen‛. Penelitian tersebut membahas tentang

bagaimana praktek pinjam meminjam atau pihutang dan bagaimana

tinjauan hukum Islam terhadap tambahan dalam transaksi pinjam

meminjam uang di Desa Nglong Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen,

hasil penelitian mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan hutang

pihutang di Desa Ngelong ini rukun dan syarat al- qard} telah dipenuhi,

maka praktek hutang pihutang ini sudah sah menurut hukum Islam.13

Perbedaan yang terletak pada penelitian sebelumnya yakni, peneliti

pertama membahas tentang hutang bersyarat, peneliti kedua membahas

tentang penambahan dalam pengembalian hutang, dan peneliti ketiga

12 Yuni Eti Jayanti, ‚Tinjauan malaah Mursalah Terhadap Hutang Pihutang Padi Pada Lumbung Desa Tenggiring Sambeng Lamongan‛ (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).

(18)

9

membahas tentang tidak adanya kesepakatan tambahan harta dalam

pengembalian hutang. Sedangkan dalam skripsi penulis membahas tentang

bentuk pembayaran hutang dengan cara pihak debitur bekerja pada pihak

kreditur, maka pembahasan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian

sebelumnya.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembayaran hutang dengan

mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung

Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.

2. Untuk mengetahui hukum pembayaran hutang dengan mempekerjakan

debitur dari sisi tinjauan hukum Islam.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik secara

teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

a. Hasil pengetahuan ini dapat memberikan wawasan pengetahuan

mu’a>malah khususnya tentang hutang.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi yang

(19)

10

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi atau masukan

yang penting bagi pembaca dan khususnya bagi pelaku hutang dengan

akad qard}.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pelengkap dan

penyempurnaan bagi peneliti selanjutnya.

G. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dan menghindari kesalah pahaman dan

perbedaan persepsi pembaca dalam memahami arti dan judul ini, maka

penulis memandang perlu untuk menjabarkan secara jelas tentang maksud

dari istilah-istilah yang berkenaan dengan judul di atas, maksud dari judul

tersebut diantaranya :

1. Hukum Islam

Yakni peraturan atau ketentuan yang dijadikan pedoman dalam

penyelesaian skripsi ini yang meliputi al-Qur’an, dan Hadis serta

pendapat Fuqaha’ tentang ija>rah dan qard}.

2. Pembayaran hutang

Yaitu proses pengembalian uang oleh debitur yang telah dipinjam

dari Bapak Arifin di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron

(20)

11

3. Mempekerjakan debitur

Yaitu kreditur (bapak arifin) mempekerjakan debitur (Bapak Mat

Halim, Ibu Mardiyah, Ibu Rusmini, Bapak Ali Maksum) sebagaimana

pekerjaan yang diperintahkan.

H. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan

deskriptif kualitatif.

1. Data Yang Dikumpulkan

Berdasarkan rumusan masalah yang yang telah disebutkan, maka

yang akan dikumpulkan meliputi :

a. Data tentang praktek pembayaran hutang dengan memperkerjakan

debitur,

b. Data yang bersumber dari hukum Islam yang berkaitan dengan

praktek pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur.

2. Sumber Data.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data,

yaitu :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah suatu data yang diperoleh langsung

dari lapangan termasuk laboratorium.14 Yaitu pihak-pihak yang

terkait dengan praktek ini (Bapak Arifin, Bapak Mat Halim, Ibu

Mardiyah, Ibu Rusmini, Bapak Ali Maksum ).

(21)

12

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang

berkaitan dengan objek penelitian.15 Adapun sumber data sekunder

dalam penelitian ini adalah :

1) Tokoh Masyarakat,

2) Data dari kantor Desa Mabung.

3. Teknik Pengumpulan Data

Merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian.16 Pengumpulan data ini umumnya

menggunakan teknik :

a. Interview (Wawancara).

Peneliti telah melakukan wawancara kepada bapak Arifin,

Bapak Mat Halim, Ibu Mardiyah, Ibu Rusmini, Bapak Ali Maksum

mengenai pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di

Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten

Nganjuk.

b. Dokumentasi

Peneliti telah melakukan dokumentasi untuk mengumpulkan

data mengenai pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di

Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten

Nganjuk.

15Ibid.

(22)

13

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian,

termasuk alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam

penelitian.17 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskriptif.

Hasil analisis disampaikan dengan menggunakan pola pikir

induktif yaitu metode yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta

atau kenyataan dari hasil penelitian yang bersifat khusus tentang praktek

pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun

Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.

Kemudian dianalisis menggunakan tinjauan hukum Islam sehingga pada

akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

(23)

14

I. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini diatur dalam sistematika pembahasan yang sesuai

dengan petunjuk teknis penulisan skripsi yang sistematikannya terbagi

menjadi lima bab pembahasan.

Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian

pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,

metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan landasan teori yang berisi tentang pengertian

qard}, landasan hukum qard}, rukun dan syarat qard}, hikmah dan manfaat qard},

objek qard}, tempat dan waktu qard}, pengertian ija>rah, landasan hukum ija>rah,

rukun dan syarat ija>rah, macam-macam ija>rah, pembatalan dan berakhirnya

ija>rah.

Bab ketiga merupakan pembahasan hasil penelitian yang berisi

tentang gambaran umum desa yang meliputi letak geografs, keadaan sosial

ekonomi, keadaan sosial pendidikan, keadaan sosial keagamaan, dan

pelaksanaan hutang piutang yang memuat latar belakang terjadinya

pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur, pelaksanaan pembayaran

hutang dengan mempekerjakan debitur, dan dampak yang ditimbulkan.

Bab ke empat merupakan tinjauan hukum Islam terhadap pembayaran

hutang dengan mempekerjakan debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung

(24)

15

Bab ke lima merupakan penutup yang memuat

kesimpulan-kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan dan dilengkapi

dengan saran-saran, selain itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan

(25)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Akad Qard}

1. Pengertian Qard}

Secara bahasa qard} berarti al-qat}’ yang artinya potongan karena

harta orang yang memberikan pinjaman (kreditur) diberikan kepada orang

yang meminjam (debitur).1

Secara istilah, menurut Hanafiah qard} adalah harta yang memiliki

kesepadanan yang diberikan untuk ditagih kembali atau dengan kata lain,

suatu transaksi yang dimaksudkan untuk memberikan harta yang

memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang

sepadan dengan itu.2

Secara terminologis qard} adalah memberikan harta kepada orang

yang akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya di kemudian

hari.3

Mazhab-mazhab yang lain mendefinisikan qard} sebagai bentuk

pemberian harta dari seseorang (kreditur) kepada orang lain (debitur)

dengan ganti harta yang sepadan yang menjadi tanggungannya (debitur),

1 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 373. 2 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 374.

3 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,

(26)

17

yang sama dengan harta yang di ambil, dimaksudkan sebagai bantuan

kepada orang yang diberi saja.4

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah qard} adalah

penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan Syari’ah dengan

pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan

pembayaran secara tunai atau cicilan dalam waktu tertentu.5 Definisi

yang dikemukakan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah di atas

bersifat aplikatif dalam akad pinjam-meminjam antara nasabah dan

Lembaga Keuangan Syari’ah.6

Dari beberapa definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan

pengertian qard}, adalah memberikan harta kepada peminjam untuk

dimanfaatkan dan dikembalikan sesuai kesepakatan di lain waktu.

2. Landasan Hukum Qard}

Dasar disyariatkannya qard} adalah al-Qur’an, hadis, ijma’.

a. Dalil al-Qur’an adalah firman Allah surat Al-Baqarah ayat 245 yang

berbunyi:                         Artinya :

Barang siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.7

4 Ibid.

5 Pasal 20 ayat 36, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Bandung: Fokusmedia, 2010), 18. 6 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah..., 334.

(27)

18

Ayat ini menjelaskan bahwa siapa yang memberikan pinjaman

untuk sesuatu yang baik maka Allah akan membalas dengan kebaikan

yang berlipat ganda.

b. Dalil hadis adalah

1) Riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Abu Rafi’ r.a yang

berbunyi :

ثُيح

بأ

ُطا

ي ْحأ

ْب

ْ

ْب

ْ

ن ْ أ

ْب

ْ

ْ

ا

ْب

نأ

ْ

يْ ز

ْب

ْ أ

ْ

ء ط

ْب

ْ

يبأ

ف

ى

ىا ت

ْ

ُ أ

ُى ُ ا

ىُ ص

ُ

ْ

ُ

ْ

ْ

ْكب

ْ يقف

ْ

بإ

ْ

بإ

ة يُلا

ف

بأ

ف

ْ أ

ي ْق

ُ ا

ه ْكب

ا قف

ي أ

ُ إ

ب

ا قف

طْ أ

ه ُ إ

ُ ف

ا ُ ا

ْ ه ْحأ

ء

Artinya :

"Dari Abu Rafi’i (katanya): Sesungguhnya Nabi Saw mengutang dari seseorang anak sapi. Setelah datang pada beliau unta dari unta-unta sedeqah (zakat), lalu beliau menyuruh Abu

Rafi’ untuk melunasi utangnya kepada lelaki itu berupa anak unta

tersebut. Kata Abu Rafi’ : tidak saya dapati selain unta yang baik

yang berumur enam tahun masuk tujuh tahun (Raba’iyyah). Lalu

beliau bersabda : Berilah dia unta yang baik dan besar itu, karena sesungguhnya sebaik-baiknya orang adalah orang yang paling baik cara melunasi utangnya. " (HR.MUSLIM - 3002)8

Hadis ini menjelaskan bahwasannya orang yang paling

baik adalah seseorang yang ketika memberikan kelebihan saat

membayar utang, dan tanpa ada kesepakatan di awal.

8 Al-Hafizh Zaki al-Din ‘Abd al-‘Azhim al-Mundziri, Mukhtaṣar Ṣahih Muslim, (Beirut: Dar al

(28)

19

2) Riwayat Ibn Majah dan Ibn Hibban yang berbunyi

ْب

ُ د ْ ْ

ُي ُ ا

ص

.

.

ا

:

ْ

ْ

ْق

ْ

ْ

ْ ت ُ

ُ

ُ ة يل

(.

ه

ْب

ْب

ُ ح

)

Artinya :

‚Dari Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah Saw bersabda, ‚Tidak

ada seorang muslim yang menukarkan kepada seorang muslim qard} dua kali, maka seperti sedekah sekali‛ . (HR. Ibn Majah dan Ibn Hibban)9

Hadis ini menjelaskan bahwa qard} lebih baik daripada

sedekah.

Hadis ini menjelaskan bahwasannya qard} lebih diutamakan

dari sedekah karena orang yang berutang adalah orang yang

benar-benar membutuhkan.

3) Riwayat Imam Bukhari ia berkata,

ْ

يبأ

ْ

ي

ُ

ْ

ْ

ِي ُ ا

ىُ ص

ُ

ْ

ُ

ا

ْ

أ

ا ْ أ

ا ُ ا

ي

ء دأ

ىُدأ

ُ

ْ

ْ

أ

ي

هفَْتإ

ْتأ

ُ

Artinya :

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang mengambil harta manusia (berutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu". 10

Dalam hadis ini Allah memeberikan peringatan kepada

orang yang berutang, hendaknya ia meluasi utangnya dengan baik

9 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Jilid II, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), 502.

10 Imam al-Bukhari dan Abu Hasan al-Sindi, S}hahih al-Bukhari bih}asiyat al-Imam al-Sindi, juz II,

(29)

20

dan melarangnya untuk mengambil harta orang lain (tidak

membayar utang).

c. Ijma’

Umat Islam telah sepakat tentang bolehnya qard}. Dari

landasan hukum qard} di atas, kita bisa simpulkan bahwa qard}

hukumnya sunnah (dianjurkan) bagi orang yang meminjamkan dan

boleh bagi orang yang meminjam.11

3. Rukun dan Syarat Qard}

Rukun dan syarat qard} dalam fiqh mu’a>malah ada tiga yaitu :12

a. Shighat}

Yang dimaksud dengan shighat} adalah ija>b qabu>l. Tidak ada

perbedaan diantara fuqaha bahwa ija>b qabu>l itu sah dengan lafaz

utang dan dengan semua lafaz yang menunjukkan maknanya, seperti

kata, ‚aku memberimu utang‛, atau ‚aku mengutangimu‛. Demikian

pula qabu>l sah dengan semua lafaz yang menunjukkan kerelaan,

seperti ‚aku berutang‛ atau ‚aku menerima‛, atau ‚aku ridha‛ dan

lain sebagainya.

(30)

21

b. ‘Aqidain

Yang dimaksud dengan ‘aqidain (dua pihak yang melakukan

transaksi) adalah pemberi utang dan pengutang. Adapun syarat bagi

pengutang adalah merdeka, balig, berakal sehat, dan pandai (rasyid,

dapat membedakan baik buruk).

c. Harta yang diutangkan

Rukun harta yang diutangkan adalah sebagai berikut:

1) Harta berupa harta yang ada padannya, maksudnya harta yang

satu sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang

mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang

dapat di takar, ditimbang, ditanam, dan dihitung.

2) Harta yang diutangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah

mengutangkan manfaat (jasa).

3) Harta yang diutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan

diketahui sifatnya.

Sedangkan syarat qard} dalam fiqh Islam ada empat yaitu :13

1) Akad qard} dilakukan dengan shighat} ija>b qabu>l atau bentuk

lainnya yang bisa menggantikannya, seperti cara mu’athah

(melakukan akad tanpa ija>b qabu>l) dalam pandangan jumhur

ulama, meskipun menurut Syafi’iyah cara mu’athah tidaklah

cukup sebagaimana dalam akad-akad lainnya.

(31)

22

2) Adanya kapabilitas dalam melakukan akad. Artinya, baik pemberi

maupun penerima pinjaman adalah orang baligh, berakal, bisa

berlaku dewasa, berkehendak tanpa paksaan, dan boleh untuk

melakukan tabarru’ (berderma), karena qard} adalah bentuk akad

tabarru’, oleh karena itu, tidak boleh dilakukan oleh anak kecil,

orang gila, orang bodoh, orang yang dibatasi tindakannya dalam

membelanjakan harta, orang yang dipaksa, dan seorang wali yang

tidak sangat terpaksa atau ada kebutuhan. Hal itu karena mereka

semua bukanlah orang yang diperbolehkan melakukan akad

tabarru’.

3) Menurut Hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta mitsli.

Sedangkan dalam pandangan jumhur ulama boleh dengan harta

apa saja yang bisa dijadikan tanggungan, seperti uang, biji-bijian,

dan harta qimiy seperti hewan, barang tak bergerak dan lainnya.

4) Harta yang dipinjamkan jelas ukurannya, baik dalam takaran,

timbangan, bilangan, maupun ukuran panjang supaya mudah

dikembalikan, dan dari jenis yang belum tercampur dengan jenis

lainnya seperti gandum yang bercampur dengan jelai (sejenis

padi-padian) karena sukar mengembalikan gantinya.

4. Hikmah dan Manfaat Disyariatkan Qard}

Hikmah disyariatkannya qard} yaitu :

a. Melaksanakan kehendak Allah agar kaum muslimin saling menolong

(32)

23

b. Menguatkan ikatan persaudaraan dengan cara mengulurkan bantuan

kepada orang yang membutuhkan dan mengalami kesulitan serta

meringankan beban orang yang tengah dilanda kesulitan.14

5. Syarat Yang Sah Dan Yang Tidak Sah (Fasid)15

Adanya kesepakatan yang dibuat untuk mempertegas hak milik

dalam akad qard} diperbolehkan, seperti persyaratan adanya barang

jaminan, penanggung pinjaman, saksi, bukti tertulis, atau pengakuhan di

hadapan hakim.

Mengenai batasan waktu, jumhur ulama mengatakan syarat itu

tidak sah, dan Malikiyah mengatakan sah. Tidak sah syarat yang tidak

sesuai dengan akad qard}, seperti syarat tambahan dalam pengembalian,

pengembalian harta yang bagus sebagai ganti yang cacat.

Adapun syarat yang fasid (rusak) diantaranya adalah syarat

tambahan atau hadiah bagi si pemberi pinjaman. Syarat ini dianggap batal

namun tidak merusak akad apabila tidak ada kepentingan siapapun,

seperti syarat pengembalian barang cacat sebagai ganti yang sempurna

atau yang jelek sebagai ganti yang bagus atau syarat memberikan

pinjaman kepada orang lain.

6. Objek Qard}

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa akad qard} dibenarkan pada

harta mitsli yaitu harta yang satuan barangnya tidak berbeda yang

mengakibatkan perbedaan nilainya, seperti barang-barang yang ditakar,

(33)

24

ditimbang, dijual satuan dengan ukuran yang tidak jauh berbeda antara

yang satu dengan yang lain (seperti kelapa, telur, dan kertas satu ukuran)

dan yang di ukur seperti kain.16

Menurut ijtihad Imam Muhammad dan Madzhab selain Hanafiyah

berpendapat, boleh juga qard} pada roti, baik di jual secara timbangan atau

satuan, karena roti merupakan kebutuhan.17 Berdalil pada hadis, Aisyah

yang mengatakan, ‚Wahai Rasulullah sesungguhnya para tetanggga

mengqirad}hkan roti dan khamiir dan mereka mengembalikannya lebih dan

kurang. ‚Rasulullah menjawab: ‚tidak mengapa. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk dalam (etika) berteman sesama manusia yang

bukan dimaksudkan riba fadhal‛.18

Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa

diperbolehkan melakukan qard} atas semua benda yang bisa dijadikan

objek akad salam, baik itu barang yang ditakar dan ditimbang seperti

emas, perak dan makanan, maupun dari harta qimiyyat (harta yang

dihitung berdasarkan nilainya) seperti barang-barang dagangan, binatang,

dan juga barang-barang yang dijual satuan.

Dari sini, menurut jumhur ulama, akad qard} sah dilangsungkan

pada setiap benda yang boleh diperjualbelikan kecuali budak wanita

karena akan mengakibatkan adanya pinjam-meminjam kehormatan.

Mereka juga melarang qard} manfaat, seperti seorang pada hari ini

16 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 376-377. 17 Ibid, 377.

(34)

25

mendiami rumah temannya dan besoknya teman tersebut mendiami

rumahnya, tetapi Ibn Taimiyah membolehkannya.19

7. Tempat dan Waktu Pengembalian Qard}

Ulama Fiqih sepakat bahwa qard} harus dibayar di tempat

terjadinya akad secara sempurna. Namun demikian, boleh membayarnya

di tempat lain apabila tidak ada keharusan untuk membawanya atau

memindahkannya, juga tidak ada halangan di jalan. Sebaliknya, jika

terdapat halangan apabila membayar di tempat lain, muqrid tidak perlu

menyerahkannya.20

Sedangkan waktu pengembalian qard} menurut jumhur ulama,

selain Malikiyah mengatakan bahwa waktu pengembalian harta pengganti

adalah kapan saja terserah kehendak si pemberi pinjaman, setelah

peminjam menerima pinjamannya, karena qard} merupakan akad yang

tidak mengenal waktu. Sedangkan menurut Malikiyah, waktu

pengembalian itu adalah ketika sampai pada batas waktu pembayaran

yang sudah ditentukan di awal, karena mereka berpendapat bahwa qard}

bisa dibatasi dengan waktu.21

19Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah..., 155. 20 Ibid, 156.

(35)

26

B. Akad Ija>rah

1. Pengertian Ija>rah

Lafal al-ija>rah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa, jasa, atau

imbalan. Secara terminologi, ada beberapa definisi al-ija>rah yang

dikemukakan para ulama fiqh, antara lain :22

a. Ulama Hanafiyah mendefinisikan ija>rah dengan :

ى يْق

ف

ب

Yang artinya transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan.

b. Ulama Syafi’iyah mendefinisikan ija>rah dengan :

يْق

ى

ة ْ

د ْ لْق

ة ْ ْ

ةح

ْ ْ اة ب

ا

ةح با

ب

ْ ْ

Yang artinya transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.

c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikan ija>rah dengan :

ْ ْ ت

ف

ْ

ُي ةح

ْ ْ

ب

Yang artinya pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan.

Ismail Nawawi mengatakan ija>rah dalam bahasa berarti sesuatu

yang diberikan kepada seseorang karena sesuatu yang dikerjakan.23

Jumhur ulama’ fiqih berpendapat bahwa ija>rah adalah menjual

manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya.

Jadi, dalam hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan

perkataan lain terjadinya ija>rah ini yang berpindah hanyalah manfaat

22 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 228.

23 Ismail Nawawi, Fiqh Mu’amalah Klasik dan Kontemporer, (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya,

(36)

27

obyek yang disewakan.24 Oleh karena itu, mereka melarang menyewakan

pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diambil susunya, sumur

untuk diambil airnya, dan lain-lain, sebab semua itu bukan manfaatnya,

tetapi bendanya. Namun sebagian ulama memperbolehkan mengambil

upah mengajar Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan yang bersangkutan

dengan agama, sekedar untuk memenuhi keperluan hidup, karena

mengajar itu telah memakai waktu yang seharusnya dapat mereka

gunakan untuk pekerjaan mereka yang lain.25

Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan tentang ija>rah,

yakni suatu yang diberikan atas dasar suatu pekerjaan yang telah di

lakukan.

2. Landasan Hukum Ija>rah

Para ulama fiqh mengatakan bahwa yang menjadi dasar

dibolehkannya akad ija>rah adalah :26

a. Dalam firman Allah surat az-Zukhruf, 43: 32 yang berbunyi:

                                      Artinya :

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat,

24 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafik, 1994), 52.

25 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensido, 1994),

304.

(37)

28

agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.27

b. Dalam firman Allah surat ath-Thalaq, 65: 6 yang berbunyi:

                                                        Artinya :

Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.28

c. Dalam firman Allah surat al- Qashash, 28:26

                   Artinya :

Dan salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".29

d. Dalam firman Allah surat al-Baqarah, 2:233

27

Kementrian Agama, Al-Qur’an &Tafsirnya jilid 9..., 104.

28

Ibid.

29

(38)

29                                                                                                      Artinya :

Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian, apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.30

e. Dalam hadis Nabi Saw yang mengatakan :

ْب

ا

هْ

ا

:

ا

ا

ُ

ىُ ص

ُ

ْ

ُ

طْ أ

ْا

ه ْ أ

ْ

ْ أ

ُ

.

(

ه

بإ

)

Artinya :

Dari Ibnu Umar r.a beliau berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya‛.HR. Ibnu Majah31

30

Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 1..., 343.

31

(39)

30

Maksud hadis di atas adalah berikanlah upah kepada pekerja

setelah mereka selesai mengerjakan pekerjaannya, dan janganlah

ditunda-tunda.

f. Dalam riwayat Abu Sa’id al-Khudri Rasulullah Saw bersabda :

ْ

ىب

يْ

ى ْيلا

ى

ْ

ُ

ُى ُ ا

ىُ ص

ُ

ْ

ُ

ا

ْ ْ

ْ

ِ ْ ف

ا

ت ْ

(.

ه

ي

ق ِز ِ ا

ف

ع ط ن

ص

,

ىقه ا

ط

ب

ة ح

)

Artinya :

‚Dari Abu Sa’id r.a (katanya): Sesungguhnya Nabi Saw

bersabda: Barang siapa mengupah seorang buruh/pekerja, maka hendaklah dia menyebut/tetapkan upahnya kepadanya. Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, tetapi dalam sanadnya ada yang terputus. Al-Baihaqi menyambung sanadnya dari Abu Hanifah.32

Maksud hadis di atas adalah sebelum menyewa atau menyuruh

seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan hendaknya memberikan

kejelasan upah yang akan diterimanya.

g. Dalam hadis :

ْب

ا ُ

ى

هْ

ا

:

ْح

ا

ُ

ىُ ص

ُ

ْ

ُ

ىطْ أ

ْى ُا

ْح

ه ْ

ْ ا

ح

ْ ا

طْ

.

(

ى ل ا

)

Artinya :

Dari Ibnu Abbas r.a beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berbekam dan beliau memberikan upah kepada orang yang membekan itu. Seandainya pembekaman itu haram niscaya beliau tidak memberinya upah." (HR. Bukhari)33

32

Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Juz II, 464.

33

(40)

31

Maksud hadis di atas adalah apabila seseorang menyuruh

seorang lainnya untuk dimanfaatkan jasanya maka hendaklah ia

memberikan upah kepadanya.

3. Rukun dan Syarat Ija>rah

Rukun ija>rah menurut Hanafiyah adalah ija>b dan qabu>l.34

Mayoritas ulama ada 4 yaitu :35

a. ‘Aqidain

Adalah dua pelaku kontrak ija>rah yang meliputi mu’jir dan

musta’jir. Mu’jir adalah pemilik jasa atau manfaat, sedangkan

musta’jir adalah penyewa atau pengguna jasa atau manfaat barang

sewaan.

b. Mauqut ‘alaih

Adalah jasa atau manfaat barang yang menjadi objek akad

ija>rah.

c. Ujrah

Adalah upah atas jasa atau manfaat barang yang disewa.

d. Shighah

Dalam akad ija>rah adalah bahasa transaksi berupa ija>b dan

qabu>l yang memuat perjanjian kontrak pemberi kepemilikan jasa atau

manfaat dari pihak mu’jir kepada musta’jir dengan ganti berupa upah

tertentu, baik secara eksplisit atau implisit, atau bahkan secara

simbolis.

34 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 387.

(41)

32

Sedangkan syarat ija>rah sebagai sebuah transaksi umum, ija>rah

baru di anggap sah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya,

sebagaimana yang berlaku secara umum dalam transaksi lainnya, antara

lain :

a. Syarat untuk ‘aqidain menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah

adalah balig dan berakal, oleh sebab itu apabila orang yang belum

atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang gila menyewakan

harta mereka atau diri mereka (sebagai buruh), menurut mereka tidak

sah. Namun ulama Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa

kedua orang yang berakad itu tidak harus mencapai usia balig, tetapi

anak yang telah mumayyis pun boleh melakukan akad ija>rah apabila

disetujui oleh walinya.36

b. Syarat manfaat, secara umum syarat suatu manfaat suatu barang yang

diija>rahkan adalah setiap barang yang secara syar’i legal

dimanfaatkan, memiliki nilai ekonomis, tanpa mengurangi fisik

barang, diketahui, dan bisa diserah-terimakan. Sedangkan secara

detail syarat jasa atau manfaat yang sah diija>rahkan adalah

mutaqawwim (memiliki kriteria yang berharga), berupa nilai

kegunaan, mampu diserah-terimakan, manfaat kembali kepada

musta’jir.37

36 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah.., 232.

(42)

33

c. Syarat ujrah dalam ija>rah adalah upah harus jelas, berapa yang akan

diberikan sesuai dengan transaksi yang telah dilakukan.38 Upah harus

sejelas-jelasnya untuk menafikan kekaburan dan permusuhan

sebagaimana maksud dibuatnya kontrak kerja. Sebelum memulai

bekerja, di antara pekerja dan pengontrak kerja harus sudah terjadi

kesepakatan tentang upah kerja, karena makruh mempekerjakan

seseorang pekerja sebelum terjadi kesepakatan tentang upah dengan

orang yang bersangkutan.39

d. Syarat shighah adalah kalimat itu harus mengandung arti izin kepada

orang yang akan bekerja.

4. Macam-Macam Ija>rah

Ija>rah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:40

a. Ija>rah yang bersifat manfaat, umpamanya adalah sewa-menyewa

rumah, toko, kendaraan, pakaian, dan perhiasan. Apabila manfaat itu

merupakan manfaat yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan,

maka para ulama sepakat menyatakan boleh dijadikan objek

sewa-menyewa, jadi penyewaan barang-barang tersebut tergantung pada

kemanfaatannya.

b. Ija>rah yang bersifat pekerjaan (jasa) ialah dengan cara mempekerjakan

seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut para ulama

ija>rah ini hukumnya boleh apabila pekerjaan itu jelas, seperti buruh

38 Ismail Nawawi, Fiqh Mu’amalah Klasik dan Kontemporer..., 189. 39

M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Bogor: Al-Azhar Press, 2009), 198.

(43)

34

bangunan, tukang jahit, buruh pabrik, tukang sepatu dan lain-lain.

Ija>rah ini ada yang bersifat pribadi seperti menggaji pembantu rumah

tangga, dan ada yang bersifat serikat, yaitu seseorang atau

sekelompok orang yang menjual jasanya untuk kepentingan orang

banyak, seperti tukang sepatu, tukang jahit dan lain-lain. Kedua

(44)

35

5. Pembatalan dan Berakhirnya Ija>rah

Ulama fiqh menyatakan bahwa akad ija>rah akan berakhir

apabila:41

a. Objek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yang

dijahitkan hilang.

b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ija>rah telah berakhir.

Apabila yang disewakan adalah rumah, maka rumah itu di kembalikan

kepada pemiliknya, dan apabila yang disewakan adalah jasa

seseorang, maka ia berhak menerima upahnya.

c. Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad,

karena akad ija>rah, menurut mereka tidak boleh diwariskan.

Sedangkan menutut jumhur ulama, akad al-ija>rah tidak batal dengan

wafatnya salah seorang yang berakad, karena manfaat, merurut

mereka boleh diwariskan dan al-ija>rah sama dengan jual-beli, yaitu

mengikat kedua belah pihak yang berakad.

d. Menurut ulama Hanafiyah, apabila ada halangan dari salah satu pihak,

seperti rumah yang disewakan disita negara, maka akad al-ija>rah

batal. Halangan yang menbatalkan akad ija>rah menurut ulama

Hanafiyah adalah salah satu pihak jatuh muflis, dan berpindah

tempatnya penyewa, misalnya seorang digaji untuk menggali sumur di

suatu desa, sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke

desa lain. Akan tetapi, menurut jumhur ulama, halangan yang boleh

(45)

36

membatalkan akad ija>rah itu hanyalah apabila objeknya mengandung

cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti

(46)

BAB III

PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG

KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa

Desa Mabung terletak di Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk.

mayoritas berpehasilan bertani dan mempunyai sampingan beternak sapi

dan kambing, Desa Mabung masih memegang teguh istiadat, contohnya

setiap tahun masih mengadakan acara nyadranan (bersih desa) dan ada

hiburanya tayub yang tidak bisa tergantikan, konon ada kabar kalau pas

nyadranan hiburanya diganti bisa marah yang nunggu desa Mabung. Desa

Mabung di bagi menjadi 4 dusun. 1. dusun mabung 2. dusun jeruk lor 3.

dusun jeruk kidul 4. dusun boto dan dipimpin oleh kami tuwo (kepala

dusun) desa mabung sendiri dipimpin oleh pak lurah (kepala desa).

2. Letak dan Kondisi Geografis

Dusun Jeruk Kidul terletak di Desa Mabung berada di Kecamatan

Baron Kabupaten Nganjuk dengan batasan-batasan wilayah sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Katerban Kecamatan Baron

Kabupaten Nganjuk

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Katerban Kecamatan Baron

(47)

38

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kedungrejo Kecamatan

Tanjung Anom Kabupaten Nganjuk

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jambi Kecamatan Baron

Kabupaten Nganjuk.

Kondisi geografis Desa Mabung terdiri dari hamparan dataran

tanah darat dan sebagian tanah sawah pertanian dengan luas wilayah

keseluruhan adalah 436,81 ha.

Tabel 3.1

Luas Wilayah Desa Mabung

No. Uraian Luas (ha)

1. 2. 3.

Luas persawahan Luas pemukiman

Luas prasarana umum dan lainnya

350 49,81

37 Luas wilayah keseluruhan 436,81 Sumber Data: Sekretariat Desa Mabung Tahun 2016

Desa Mabung terdiri dari 4 dusun, 7 RW, dan 22 RT yang terinci

sebagai berikut:

a. Dusun Mabung terdiri dari RW 1 mencakup RT 1 - RT 4, RW 2

mencakup RT 5 – RT 7

b. Dusun Jeruk Lor terdiri dari RW 3 mencakup RT 8 – RT 10, RW 4

mencakup RT 11 – RT 14

c. Dusun Jeruk Kidul terdiri dari RW 5 mencakup RT 15 – RT 17, RW 6

mencakup RT 18 – RT 20

d. Dusun Boto terdiri dari RW 7 mencakup RT 21 – RT 22.

Jarak Desa Mabung ke ibu kota kecamatan ±4 Km yang dapat

ditempuh dengan kendaraan ±15 menit, untuk jarak menuju ke ibu kota

[image:47.595.139.512.272.627.2]
(48)

39

sedangkan jarak ke ibu kota provinsi ±150 Km yang ditempuh dengan

kendaraan dalam waktu ±2 jam.

3. Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi

Dari segi kependudukan Desa Mabung memiliki jumlah penduduk

[image:48.595.138.526.236.699.2]

±9235 orang dengan rincian sebagaimana keterangan berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin

No. Dusun Jumlah

Penduduk

Laki-laki Perempuan

1. 2. 3. 4. Mabung Jeruk Lor Jeruk Kidul Boto 2788 2415 2176 1856 1363 1187 1280 946 1425 1228 896 910

Jumlah 9235 4776 4459

Sumber Data: Sekretariat Desa Mabung Tahun 2016

Berdasarkan data diatas telah jelas bahwa di Desa Mabung

penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

Mata pencaharian penduduk Desa Mabung berbagai macam

dengan rincian keterangan sebagai berikut:

Table 3.3

Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Mabung

No. Profesi Laki-laki Perempuan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Petani Buruh tani

Pegawai negeri sipil

Pengrajin industri rumah tangga Pedagang keliling

Peternak Dokter swasta Bidan swasta Perawat swasta

Karyawan perusahaan swasta

1047 1430 7 63 55 276 - -\ 19 795 984 935 13 78 45 429 9 10 27 1039

Jumlah 3692 3569

(49)

40

Berdasarkan tabel diatas maka mayoritas profesi penduduk Desa

Mabung adalah sebagai petani, dan memang di desa ini lebih banyak

orang yang menjadi petani di sawah milik orang lain dari pada yang

menjadi petani di sawahnya sendiri. Tanaman yang ditanam di desa ini

hampir keseluruhan adalah padi, melon, jagung karena memang itulah

tanaman yang menjadi harapan para petani desa berdasarkan letak

geografisnya yang berada di dataran rendah. Disini penulis meneliti

tentang pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur,

yang mana pihak kreditur memberikan keringanan cara membayar hutang

kepada pihak debitur dengan cara mempekerjakan mereka sampai

hutangnya lunas.

Dilihat dari segi ekonomi masyarakat Desa Mabung adalah masuk

dalam kategori menengah kebawah, karena mayoritas penduduknya yang

berprofesi sebagai petani, buruh tani, dan karyawan perusahaan swasta.

Sementara di zaman kehidupan sekarang ini sangat bergantung pada

uang, karena dengan adanya uang segala biaya hidup diantaranya

kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya dapat terpenuhi

olehnya. Namun dengan kondisi masyarakat Desa Mabung yang sebagian

besar adalah bertani maka dalam sisi ekonomi desa ini lemah, karena

dengan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk mengelolah lahan

pertanian terkadang hasil dan harga tidak sesuai dengan harapan petani

(50)

41

4. Sarana Pendidikan dan Tingkat Pendidikan Penduduk

Sarana pendidikan merupakan sarana yang terpenting dalam setiap

daerah, karena dengan memiliki sarana pendidikan, penduduk dapat

mengasah ilmu pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui. Adanya

sarana pendidikan mampu untuk merubah rendahnya pola pikir di dalam

sebuah masyarakatleh karena itu, sarana pendidikan dapat meninggikan

taraf kehidupan masyarakat untuk lebih baik lagi.

Desa Mabung memiliki sarana pendidikan formal dan non formal

mulai dari tingkat Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), Taman

Kanak-kanak (TKK) sederajat, Sekolah Dasar (SD) sederajat, sampai Sekolah

Menengah Pertama (SMP) sederajat. Adapun rincian sarana pendidikan di

[image:50.595.136.513.267.576.2]

desa ini adala sebagai berikut ini :

Table 3.4

Sarana Pendidikan Desa Becirongengor

No. Sarana Pendidikan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5.

Taman Pendidikan Al-qur’an TK/RA (sederajat)

PAUD

SD/MI (sederajat) SMP/MTs (sederajat)

9 lembaga 3 lembaga 3 lembaga 3 lembaga 1 lembaga Jumlah 19 lembaga Sumber Data: Sekretariat Desa Mabung Tahun 2016

Dari data diatas dengan jumlah penduduk ±9235, maka penulis

menarik kesimpulan bahwa sarana pendidikan di Desa Mabung tidak

seimbang dengan kebutuhan pendidikan masyarakat Desa Mabung. Selain

itu Desa Mabung tidak memiliki sarana pendidikan yang jenjangnya lebih

tinggi seperti Sekolah Lanjutan Tengah Atas (SLTA) sederajat bahkan

(51)

42

lebih tinggi lagi harus mencari sarana pendidikan di daerah-daerah lain

yang menyediakannya.

Penduduk Desa Mabung memiliki beberapa tingkat pendidikan,

[image:51.595.133.510.229.557.2]

beberapa rincian penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah:

Tabel 3.5

Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Mabung

No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1.

2. 3. 4. 5.

Tidak Lulus SD Lulus SD SMP (sederajat) SMA (sederajat) Sarjana

986 2724 1253 1324 974 Jumlah 7261 Sumber Data: Sekretariat Desa MabungTahun 2016

5. Struktur Kepemerintahan Desa

Desa Mabung memiliki pemerintahan yang sudah terstruktur yang

(52)

43

Gambar 3.2

SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

B. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.

Setelah penulis melakukan penelitian di lokasi yang dituju, maka

dapat dipaparkan beberapa hasil wawancara sebagai berikut.

1. Latar Belakang Terjadinya Hutang Piutang

Menurut Bapak Arifin sebagai kreditur menjelaskaan awal mula

terjadinya praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur

adalah ketika ada warga yang meminjam dana dan tidak mampu

membayar hutangnya, sehingga mereka menawarkan jasa untuk bekerja

kepada Bapak Arifin dan Bapak Arifin memberikan pekerjaan sebagai Kepala Desa

Sekretaris Desa

Kaur pemeri ntahan

Kasun Mabung

Kasun Jeruk Lor Kasun Jeruk

Kidul BPD (Badan

Permusyawaratan Desa

LPM

Kaur pemb angun an

Kaur keuan

gan

Kaur kesra

Kaur umum

Kasun Boto

[image:52.595.126.558.133.567.2]
(53)

44

buruh tani dan pegawai mebel di usaha miliknya. Untuk masalah

pembayaran hutangnya, Bapak Arifin mengambil langsung dari upah yang

Bapak Arifin berikan atas pekerjaan yang mereka lakukan dan itu

langsung masuk dalam angsuran mereka setiap bulannya. Untuk upah

yang mereka terima setiap bulannya itu sudah mereka serahkan kepada

Bapak Arifin karena unsur saling percaya 1

Menurut debitur yaitu Bapak Mat Halim memaparkan alasan

berhutang kepada Bapak Arifin yakni karena terdesak kebutuhan untuk

menikahkan anaknya. Namun sejak awal ketika akad Bapak Mat Halim

sudah menyampaikan bahwasanya beliau tidak dapat membayar

hutangnya menggunakan uang sehingga Bapak Mat Halim menawarkan

jasa tambahan sebagai buruh tani karna sebelumnya Bapak Mat Halim

merupakan buruh mebel Bapak Arifin. Ketika awal akad Bapak Mat

Halim sudah menyampaikan bahwasannya upah dari buruh mabel bisa

dipotong sebagai angsuran pembayaran hutang sebesar Rp. 200.000 dan

Bapak Arifin menambahkan cicilan Bapak Mat Halim yakni upah dari

buruh tani masuk juga dalam angsuran hutangnya, dan Bapak Mat Halim

mensetujuinya. Namun untuk masalah berapa upah saya untuk buruh tani

itu sudah saya percayakan kepada Bapak Arifin. . Dengan adanya praktik

ini Bapak Mat Halim merasa tertolong karena ada bantuan dana meski

(54)

45

Bapak Mat Halim tidak mengetahui dengan pasti berapa upah yang

diterima dalam pekerjaan buruh tani. 2

Sedangkan menurut Ibu Mardiyah sebagai pihak debitur

memberikan penjelasan alasan berhutang kepada Bapak Arifin yakni

untuk biaya menyekolahkan anaknya sama halnya dengan Bapak Mat

Halim sejak awal ketika akad Ibu Mardiyah sudah menyampaikan

bahwasannya beliau tidak dapat membayar hutangnya menggunakan uang

sehingga Ibu Mardiyah menawarkan jasa untuk bekerja kepada Bapak

Arifin. Untuk masalah pembayaran hutang diambil dari upah saya bekerja

sebagai pembantu

Gambar

  Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa Mabung
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin
Table 3.4  Sarana Pendidikan Desa Becirongengor
Tabel 3.5  Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Mabung
+2

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi space-time diversity dengan modulasi QPSK melalui kanal AWGN Dari gambar 8 diperlihatkan bahwa untuk mencapai BER 10 −3 , sistem transmisi tanpa coding

OBAT OBAT YANG SERING DISEBUT DALAM ISU Keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja ( misalmya kalium klorida 2 meq/ml atau yang

Yang dimaksud besarnya Retribusi IUJK karena penggantian adalah biaya penggantian bagi pemegang IUJK berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 14 Tahun 2002

Keragaman sumber pendapatan petani di hulu DAS Sekampung yang berasal dari berbagai vegetasi tanaman penting dalam menjaga tutupan lahan sebagai wilayah tangkapan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh penulis dan satu orang guru sebagai teman sejawat atau kolaborator, yaitu Ibu Ade Irma Suryani Pada

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data perbandingan olahraga sore dan olahraga malam terhadap penurunan kadar glukosa darah dengan menggunakan

Kun tarkastellaan niiden kuntien arvioita, jotka ovat saaneet tukea, on vastaanoton käynnistämiseen tai paikkojen lisäämiseen ollut bonusrahalla suurempi merkitys kunnille

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan bentuk-bentuk perilaku agresif pada anak sekolah dasar dan juga faktor yang menyebabkan