STRATEGI DAKWAH UKM IQMA
(UNIT KEGIATAN MAHASISWA IKATAN QORI’ QORI’AH MAHASISWA)
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
DALAM MEMPERSIAPKAN MAHASISWA SEBAGAI KADER DA’I SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Sebagai Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Srata Satu (S1) Komunikasi Penyiaran Islam (S.Sos)
Oleh : Mariatul Qibtiyah
NIM : B01213013
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Mariatul Qibtiyah, NIM. B01213013, 2016. Strategi Dakwah UKM IQMA (Unit
Kegiatan Mahasiswa Ikatan Qori’ Qori’ah Mahasiswa dalam Mempersiapkan
Mahasiswa Sebagai Kader Da’i, Skripsi Program Studi Komunikasi Penyiaran
Islam Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Strategi Dakwah, Kader Da’i.
Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah: (1) bagaimana strategi dakwah
UKM IQMA (Unit Kegiatan Mahasiswa Ikatan Qori’ Qori’ah Mahasiswa) UIN
Sunan Ampel Surabaya dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai kader da’i (2) apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah UKM IQMA (Unit Kegiatan Mahasiswa Ikatan Qori’ Qori’ah Mahasiswa) UIN Sunan Ampel Surabaya dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai kader da’i.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif model Miles dan Huberman.
Adapun hasil dari penelitian, peneliti menemukan bahwa strategi dakwah
UKM IQMA (Unit Kegiatan Mahasiswa Ikatan Qori’ Qori’ah Mahasiswa) UIN
Sunan Ampel Surabaya dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai kader da’i adalah: (1) Strategi sentimentil, yakni dengan melakukan pendekatan kepada setiap individu (para kader da’i), sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya, (2) Strategi rasional, Penerapan strategi ini yakni dengan Membekali para kader da’i dengan wawasan dan pola pikir yang luas, dan (3) Strategi indriawi, Penerapan strategi ini yakni Menentukan program-program yang mendukung kesuksesan pengkaderan dai.
Faktor pendukung strategi dakwah UKM IQMA (Unit Kegiatan
Mahasiswa Ikatan Qori’ Qori’ah Mahasiswa) UIN Sunan Ampel Surabaya dalam
mempersiapkan mahasiswa sebagai kader da’i adalah: Motivasi dari berbagai pihak, Mengayomi para anggota secara menyeluruh, Adanya alokasi waktu
bimbingan da’i diluar jam kuliah (hari libur), Komunikasi melaui media sosial,
sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah: Faktor Kinerja pengurus yang, faktor perekonomian, faktor idealis yang berbeda, faktor kesibukan, Lokasi kegiatan yang kurang kondusif, dan Kurangnya praktek dilapangan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 9
C.Tujuan Penelitian... 9
D.Manfaat Penelitian... 10
E. Definisi Konsep ... 11
1. Strategi Dakwah ... 11
2. Kader Da’i ... 12
F. Sistematika Pembahasan ... 12
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik ... 15
1. Tinjauan Mengenai Strategi Dakwah ... 15
a) Pengertian Strategi Dakwah ... 15
b) Tahapan Strategi ... 18
c) Bentuk-bentuk Strategi Dakwah ... 23
d) Azas-Azas Strategi Dakwah... 24
f) Dasar Strategi Dakwah... 24
2. Tinjauan Tentang Kader ... 25
a) Pengertian Tentang Kader ... 25
b) Unsur-unsur Pengkaderan ... 26
3. Tinjauan Tentang Da’i ... 29
a) Pengertian Da’i ... 29
b) Syarat Menjadi Seorang Penda’i ... 30
c) Dasar Kader Da’i ... 32
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 33
BAB III: METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 46
B.Kehadiran Penelitian ... 47
C.Setting Penelitian ... 48
D.Jenis dan Sumber Data ... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ... 51
F. Teknik Analisis Data ... 53
G.Tehnik Pengecekan Keabsahan Data ... 54
H.Tahapan Penelitian ... 56
BAB IV : PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN A.Setting Penelitian 1. Sejarah Berdirinya IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya ... 62
2. Tujuan Berdirinya IQMA ... 65
3. Visi dan Misi IQMA ... 66
4. Struktur Organisasi IQMA 2016 ... 66
5. Program Kerja IQMA ... 79
6. IQMA dan Kader Da’i ... 83
7. Persyaratan Menjadi Anggota IQMA ... 85
1. Strategi Dakwah UKM IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya
dalam Mempersiapkan Mahasiswa sebagai Kader Da’i ... 85
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Mempersiapkan Kader Da’i ... 98
a. Faktor Pendukung ... 98
b. Faktor Penghambat ... 99
C. Temuan Penelitian ... 102
1. Analisis Strategi Dakwah UKM IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya dalam Mempersiapkan Mahasiswa sebagai Kader Da’i ... 102
2. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Dakwah UKM IQMA dalam Mempersiapkan Mahasiswa Sebagai Kader Da’i ... 105
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah, oleh karena itu harus disebarkan kepada
seluruh umat manusia. Dengan demikian agama islam bagi umat islam bukan
hanya untuk diamalkan sebagai kewajiban melaksanakan semua ajaran islam
dalam kehidupan sehari-hari, melainkan mereka juga harus menyampaikan semua
ajaran agama islam atau mendakwahkan kebenaran ajaran agama islam terhadap
orang lain. Islam dan dakwah adalah dua hal yang tak terpisahkan. Islam tidak
akan mungkin maju dan berkembang bersyi‟ar dan bersinar tanpa adanya upaya
dakwah. Semakin gencar upaya dakwah dilaksanakan semakin bersyi‟arlah agama
Islam, semakin kendor upaya dakwah semakin reduplah cahaya Islam dalam
masyarakat. Laisa al-Islam illa bi al-da‟wah, demikianlah sebuah kata bijak
mengungkapkan.1
Pengertian dakwah dilihat dari segi etimologi atau asal kata (bahasa)
dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti “panggilan, ajakan, seruan.”2 Dan
dalam segi epistimologi (istilah) menurut Quraisy Shihab mendefinisikan sebagai
seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau mengubah situasi yang tidak baik
menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap diri pribadi maupun
masyarakat.3 Orang yang melakukannya disebut da‟i. secara integral dakwah
1 Sunarto AS, Retorika Dakwah : Petunjuk Menuju Peningkatan Kemampuan Berpidato, (Surabaya: Jaudar Press, 2014),, h.88
2
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Dakwah Islam, (Surabaya, Al-Ikhlas, 2001), h.20
3
2
merupakan suatu proses untuk mendorong orang lain agar memahami dan
mengamalkan suatu keyakinan.4
Dakwah Islam meliputi wilayah yang luas dalam semua aspek kehidupan.
Dakwah memiliki ragam bentuk, metode, media, pesan, pelaku, dan mitra
dakwah. Kita sendiri tidak terlepas dari kegiatan dakwah, baik sebagai pendakwah
maupun mitra dakwah. Dakwah adalah denyut nadi Islam. Islam dapat bergerak
dan hidup karena dakwah. Oleh sebab itu sangat wajar jika Islam
memerintahkan umatnya untuk menjadi pengingat dan pengajak kearah
kebaikan dan pencegah kemungkaran. Sehingga Islam harus tersebar luas dan
penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab umat Islam
secara keseluruhan, sesuai dengan misi sebagai “Rahmatan Lil Alamin”
membawa kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupan sekaligus sebagai
pengantar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Ali Imron ayat 104:
Artinya : “Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.
Dan merek itulah orang-orang yang beruntung.”5
Dalam ayat tersebut telah jelas bahwa, merupakan suatu kewajiban bagi
umat islam suatu untuk memanifestasikan dakwah sebagai pengembangan agama
4
Sunarto, Retorika Dakwah, h. 88
3
Allah, agar umat islam meraih kehidupan yang layak baik di dunia maupun di
akhirat dan setiap muslim sadar akan kewajibannya untuk berdakwah sebagai duta
dalam berjuang dan menggerakkan amar ma‟ruf nahi munkar. Namun dalam
berdakwah agar dakwah tersampaikan dengan baik dan mengena di hadapan
mad‟u dibutuhkan sebuah strategi dalam melakukannya.
Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah organisasi,
tatanan strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada suatu
pencapaian tujuan yang diinginkan. Pada hakikatnya strategi adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (manajemen) untuk mencapai suatu tujuan. Akan
tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.6 Jika dikaitkan dengan proses dakwah, strategi
mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan dakwah, jika
strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik maka aktivitas dakwah akan
tersusun secara sistematis dan teratur, strategi tersebut disebut dengan stategi
dakwah.
Sejak zaman Rasulullah SAW, dakwah memang ditetapkan sebagai suatu
metode khas islami dalam penyebaran agama Islam bagi seluruh umat manusia.
Karena saat ini manusia sudah semakin maju dan problematika hidupnya makin
bertambah kompleks sementara dakwah harus tetap berjalan dan terus berlaku,
tetap berfungsi dan terus berperan, tetap berlangsung dan terus berkelanjutan
6
4
melangkah untuk memberikan intensif-intensif bagi tingkah laku manusia,
memberikan respon kuratif dan respek preventif, dalam rangka menyelamatkan
manusia dari degradasi sosial dan kemanusiaan dari penyakit dehuminisme yang
semakin dan semakin berkembang dan sedang menuju krisis identitas, legalitas
krisis penetrasi, pertisipasi dan krisis distribusi. Akan tetapi dalam menghadapi
berbagai masalah yang semakin kompleks, sebagai akibat tuntutan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, globalisasi, dan tuntutan kebutuhan hidup, maka
kiranya tidak memadai lagi dakwah yang hanya dengan pendidikan islam namun
pendidikan umum juga harus dikuasai.7
Berbicara masalah dakwah dan pendidikan islam yang berbasis umum, di
Indonesia semakin banyak Universitas atau Perguruan tinggi yang mendirikan
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, membentuk jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam (KPI) yang didalamnya Mahasiswa diajarkan tentang dakwah, baik dari segi
teori maupun praktek. salah satunya adalah UIN Sunan Ampel Surabaya
metamorphosis perubahan dari institut Agama Islam Negeri (IAIN)Sunan Ampel
Surabaya yang proyeksi lulusannya sebagian besar sebagai pendakwah.
Sebagai pendukung proses penyebaran agama Islam di Indonesia sesuai
dengan definisi dan tujuan dakwah. Mengingat UIN Sunan Ampel Surabaya yang
tidak hanya Mendirikan fakultas Dakwah Dan Komunikasi saja, namun
mempunyai sembilan fakultas yang tidak semua mereka di tempa tentang mata
kuliah yang berhubungan dengan dakwah. Sehingga butuh pengajaran diluar jam
mata kuliah untuk mengasah mahasiswa UIN Sunan Ampel dalam bidang dakwah
7
5
agar ilmu yang mereka dapat dituangkan dimasyarakat dengan baik. Oleh karena
itu dalam pelaksanaan dakwah memerlukan berbagai bahan dan persiapan yang
cukup banyak sebagai wasilah, dan dapat mengantarkan perjuangan umat kepada
tujuannya. Adapun faktor wasilah perjuangan yang harus dipersiapkan oleh umat
islam dalam melaksanakan tugasnya, salah satunya adalah organisasi yang real
dan kompak.
Organisasi ialah kekuatan umat yang disusun dalam satu kesatuan, dan
berbentuk persatuan mental spiritual dan fisik-material di bawah satu komando
pimpinan, sehingga akan dapat melaksanakan tugas dengan lebih terarah dan
tertib, jelas motivasinya, jelas arah targetnya, serta jelas tahap-tahap kegiatannya.
Organisasi merupakan alat perjuanganyang paling tepat untuk mencapai maksud
dan tujuan bersama, sebab organisasi pada dasarnya berupaya menghimpun
kekuatan dan mengatur pembagian pekerjaan, sehingga dapat mencapai hasil
maksimal dengan cara kerja yang lebih efisien, baik dalam penggunaan tenaga
maupun dana dengan hasil yang optimal.8
Bercermin berdasarkan asumsi diatas, berkaitan kegiatan dakwah di luar
mata kuliah yang dikemas dalam sebuah organisasi UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa), Salah satu UKM di UIN Sunan Ampel Surabaya yakni IQMA
singkatan dari Ikatan Qori‟ Qori‟ah Mahasiswa, yang mana IQMA ini didirikan
pada tanggal 3 Maret 1989 oleh KH.Chisnullah (Alm). UKM ini didirikan dengan
tujuan untuk mensyiarkan agama Islam.
6
Pada awal didirikan, IQMA berorientasi pada pengembangan skill
anggota di bidang seni baca Al-Quran (tilawah) saja. Namun, Mengingat
kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, maka diadakan penambahan
aktivitas pembinaannya yakni bidang sholawat, MC (Master Of Ceremony),
kaligrafi dan salah satunya adalah bidang Dakwah.
Dalam menjalankan kegiatan dakwah maka diperlukan suatu wadah
tersendiri dalam pembinaan calon-calon kader da‟i, sehingga pengkaderan calon
-calon pendai akan berjalan dengan baik. Pada tujuan IQMA yakni mensyiarkan
agama Islam pada akhirnya pendiri IQMA dengan beberapa para asatidz, dan
pada akhirnya mereka mempunyai inisiatif untuk membuat wadah khusus yakni
bidang dakwah bidang dakwah agar kegiatan dakwah dapat berjalan secara
maksimal dan satu tujuan serta IQMA mempuyai kader-kader pendakwah,
Bidang dakwah adalah salah satu bidang yang ada di UKM IQMA UIN
Sunan Ampel Surabaya, dimana fokus pada bidang ini adalah membantu para
anggota untuk belajar melatih mental dan menjadikan calon pendakwah (pidato,
ceramah, khutbah) yang profesional serta handal. Pada bidang dakwah ini para
anggota yang mengikuti kegiatan tersebut bukan hanya yang sudah mampu saja
atau mahir, melainkan yang mempunyai keinginan kuat.
Disamping itu, pembina pada kegiatan bidang dakwah berasal dari para
penda‟i dan pembicara yang telah berpengalaman, yang merupakan senior dari
bidang dakwah itu sendiri. Diantaranya Nur Cita Qomaria yang saat ini menjadi
7
lainnya, di bidang dakwah beliau mengajari para anggota tentang retorika (Seni
berbicara), Ustad Nur Fauzi yang saat ini menjadi sekertaris Komisi Dakwah MUI
JATIM yang juga disela-sela mengisi pengajian umum di berbagai tempat salah
satunya di Negara Malaysia dalam hal ini beliau mengajari para anggota bidang
dakwah dari segi kerohaniannya, Ustad Syaifullah penceramah asal Sidoarjo yang
merupakan senior dalam bidang dakwah IQMA, yang dalam hal ini beliau
memotivasi para anggota dalam berdakwah.
Strategi dakwah pada UKM IQMA ini berbeda dengan strategi dakwah
organisasi pada umumnya, dimana proses pembinaan kader da‟i pada anggota
disini, lebih mengedepankan melalui berbagai tahap serta cara, baik secara
internal maupun eksternal yang dalam hal ini bidang dakwah IQMA selalu
memberikan inovasi dalam pembinaannya sesuai dengan situasi dan kondisi dari
anggota dan juga kebutuhan yang ada, karena pada dasarnya strategi yang
dirancang bidang dakwah dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai kader da‟i
menjadi hal yang sangat penting untuk terciptanya calon para da‟i da‟iyah yang
diharapkan, serta teraplikasi dengan baik.
Pengkaderan da‟i ini tidak hanya dilakukan pada anggota yang telah
mampu berdakwah saja, melainkan mulai dari nol mereka belum mengenal apa itu
dakwah, dan bagaimana cara berdakwah. pembinaan kader dakwah IQMA
dilakukan sampai mereka benar-benar bisa memahami dakwah dan
mengaplikasikan dakwah (praktek lapangan). Selain itu, pada bidang dakwah ini
pula mahasiswa ditempa selain dengan berbagai materi-materi, mereka juga
8
umum, yang dimulai dari lingkup kalangan sendiri hingga meluas ke masyarakat,
dengan begitu para anggota bidang Dakwah IQMA menjadi terlatih dan terbiasa
untuk berdakwah dimuka umum.
Berbicara tentang prestasi bidang dakwah IQMA, pada bidang ini telah
meraih Juara Harapan II dalam lomba MSQ(Musabaqoh Syarhil Quran) Nasional
di Masjid Fatahillah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang meraih juara
harapan II pada tahun 2014, Juara I dalam lomba MSQ antar mahasiswa se- Jatim
di UM malang , Juara I dan II dalam lomba MSQ tingkat kabupaten, yang
diadakan oleh LPTQ pemkab Sidoarjo. Dan Juara II dalam lomba Da‟i Muda
Jawa Timur di Jombang pada tahun 2015.9 Selain dari pada itu bidang dakwahpun juga selalu mengadakan kompetisi perlombaan Da‟i setiap tahunnya baik tingkat
se-Jawa maupun Se-Jatim , dimana tujuan diadakannya disamping untuk melatih
mental para anggota bidang dakwah untuk berkompetisi dengan penda‟i dari
berbagai daerah, dan menambah wawasan dalam hal materi maupun pengalaman.
Berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
tentang “Strategi Dakwah UKM IQMA (Unit kegiatan Mahasiswa Ikatan Qori‟
Qori‟ah Mahasiswa) UIN Sunan Ampel Surabaya dalam Mempersiapkan
Mahasiswa Sebagai Kader Da‟i.”
9
9
B. Rumusan Masalah
Berhubungan dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi dakwah UKM IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya
dalam mempersiapkan Mahasiswa sebagai kader da‟i ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah UKM
IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya dalam mempersiapkan mahasiswa
sebagai kader da‟i ?
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak pada fokus permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Strategi dakwah UKM IQMA UIN Sunan Ampel
Surabaya dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai kader da‟i ?
2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi
dakwah yang dilakukan UKM IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya
10
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pembaca maupun bagi pihak yang bersangkutan, diantarnya:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan keilmuan dalam bidang dakwah.
b. Bagi Fakultas Dakwah khususnya KPI (Komunikasipenyiaranislam)
sebagai sumbangsih kepustakaan dalam rangka pengembangan
pelaksanaan penyiaran agama islam dan dapat dijadikan input atau
masukan dalam mengambildan melaksanakan kebijakanak ademikn
yayang diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi tempat penelitian, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
pengembangan da‟i.
b. Bagi para da‟i maupun lembaga da‟i, maupun lembaga organisasi, dapat
dijadikan bahan masukan.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khazanah
keilmuan serta pengalaman dalam hal pembinaan anggota dalam
11
E.Definisi Konsep
Konsep-konsep yang diangkat dalam penelitian ini tidak terlepas dari
judul penelitian, hal ini bertujuan untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam
memahami judul atau fokus penelitian. Dari judul telah penelitian peneliti, maka
di bawah ini terdapat penjelasan makna kata kunci dengan menjelaskan
istilah-istilah dalam judul. Adapun istilah-istilah-istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Strategi Dakwah
Strategi adalah metode yang digunakan oleh organisasi untuk bergerak
dari satu posisi ke posisi yang lain, dimana Strategi adalah peta jalannya.10
Sedangkan, dakwah adalah usaha mendorong umat manusia melakukan kebaikan
dan megikuti petunjuk (agama), menyeru mereka berbuat ma‟ruf dan mencegah
mereka dari perbuatan yang munkar, agar mereka mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat.11
Strategi dakwah berarti sebagai metode, siasat, taktik, atau maniuvers
yang dipergunakan dalam aktifitas atau kegiatan dakwah.12 Disamping itu sebagaimana yang dikutip Ali Aziz dalam bukunya “Ilmu Dakwah”, Al
Bayanuni mengatakan bahwa strategi dakwah adalah ketentuan-ketentuan
dakwah dan rencan-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.13
Berdasarkan pengertian strategi dakwah di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa strategi dakwah bagi lembaga atau organisasi dakwah
10 Wirawan, Budaya Dan Iklim Organisas : Teori dan Penelitian, ( Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal.95
11
Sunarto AS, Retorika Dakwah : Petunjuk Menuju Peningkatan Kemampuan Berpidato, (Surabaya: Jaudar Press, 2014),Hal.93
12
Asmuni, Syukir,. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 32
13Moh Ali Aziz, “
12
merupakan sebuah aplikasi taktik ataupun siasat yang matang agar
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dakwah tercapai sehingga
tujuan dakwah dapat tercapai dengan baik. Pada fokus penelitian ini,
strategi dakwah yang dimaksud adalah strategi dakwah yang dilakukan UKM
IQMA bidang dakwah dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai kader da‟i,
dimana dalam prosesnya tidak lepas berpedoman dari Al-Qur‟an dan Hadits.
2. Kader Da‟i
Kader adalah sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus
dan menjadi tulang punggung bagi suatu kesatuan yang lebih besar.
Sedangkan da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara
lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok
atau bentuk organisasi atau lembaga.14
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengambil kesimpulan
bahwa kader da‟i adalah sekelompok orang yang terorganisir dalam
melaksankan dakwah baik secara lisan, tulisan, ataupun perbuatan. Pada
fokus penelitian ini, kader da‟i yang dimaksud adalah anggota bidang dakwah
UKM IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya yang mendalami teori maupun
teknik berdakwah.
F.Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mudah dan jelas serta dapat
dimengerti maka dalam skripsi ini secara garis besar akan penulis uraikan
pembahasan pada masing-masing bab berikut ini :
14
13
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang maslah, rumusan
masalah, tujuan, manfaat penelitian, definisi konseptual yang merupakan
penegasan dari judul, dan sistematika pembahasan agar penelitian lebih sistematis.
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang kajian pustaka, kajian teoritik
Dalam bab kedua dibahas tentang teori yang menjadi pondasi dari latar belakang
di atas yaitu teori organisasi yang kemudian digabungkan dengan teori
pembinaan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab metode penelitian, memuat uraian secara rinci tentang
metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis
penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis, tahapan penelitian, teknik
pengumpulan, teknik analisis data, beberapa informan penelitian serta tehnik
keabsahan data.
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini memamparkan tentang hasil yang didapat selama
penelitian. Penyajian data dari diskripsi data yang didalamnya terdapat gambar
umum obyek penelitian yang menguraikan sejarah berdirinya IQMA, visi dan
misi IQMA, strutur organisasi, keadaan pembina, keadaan anggota bidang
dakwah, keaadaan sarana dan prasarana. Kedua penyajian data dan analisis data
14
BAB V : PENUTUP
Berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban langsung dari
permasalahan dan rekomendasi serta saran-saran.
Setelah pembahasan dari kelima bab tersebut maka pada bagian akhir dari
penelitian ini disertakan beberapa lampiran yang dianggap perlu. Hal ini
dimaksudkan untuk memperjelas dan menjadi rujukan dari inti pembahasan dalam
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik
1. Tinjauan Mengenai Strategi Dakwah a. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘strategos’. Strategos terbentuk dari kata stratos yang berarti militer dan kata –ag yang berarti
memimpin. Dengan demikian, strategi berarti memimpin dalam (dunia)
militer.1 Jadi strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni
perang para jendral (The Art of General), atau suatu rancangan yang terbaik
untuk memenangkan peperangan. Dalam strategi ada prinsip yang harus
dicamkan, yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya kecuali
mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh musush, sebelum mereka
mengerjakannya.2
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan
tertentu dalam perang.3 Atau bisa juga diartikan sebagai rencana yang
cerdas mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu. Rencana ini
lebih berarti mengenai kiat–kiat dalam menghadapi ancaman dari musuh
serta hal yang harus dipersiapkan dalam melaksanakan perang. Sejarah
1Diah Tuhfat Yoshida, ARSITEKTUR STRATEGIK: Sebuah Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), hal.20 2 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013), hal.61
16
awalnya, dikutip dalam buku milik Setiawan Hari Purnomo (1998) bahwa
strategi diartikan sebagai generalship.4 Jika diartikan dalam Bahasa
Indonesia generalship berarti keahlia militer atau kepemimpinan. Disini
dipahami sebagai segala upaya yang dilakukan oleh para pemimpin, pejuang
atau leader dalam pasukan dengan membuat rencana untuk menghadapi
musuh dalam peperangan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
pengertian strategi, penulis mengedepankan pengertian strategi yang
dikemukakan beberapa pakar diantaranya:
1) Menurut Marthin-Anderson (1968), strategi adalah seni dimana
melibatkan kemampuan intelegensi/pikiran untuk membawa semua
sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan dengan memperoleh
keuntungan yang maksimal dan efisien.5
2) Menurut Anwar Arifin (1984), strategi dinyatakan sebagai keseluruhan
keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna
mencapai tujuan.6 Definisi tersebut penulis pahami bahwa strategi yang
akan dijalankan harus dirumuskan tujuannya dengan jelas terutama
langkah-langkah apa yang akan diambil untuk mencapai tujuan.
3) Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan,
penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan
internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai
4 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkifrimansyah, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1998), hal.8
5 Cangara, Perencanaan dan ..., hal. 61
6
17
sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan
dan sasaran utama organisai akan tercapai.7
4) Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukristono (1995),
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai.8
5) Menurut Sondang P. Siagin, strategi adalah cara terbaik untuk
mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntutan
perubahan lingkungan.9
Berdasarkan penjabaran di atas, penulis memahami bahwa strategi
merupakan sebuah statemen atau cara yang digunakan suatu organisasi atau
individu untuk mencapai suatu tujuan yang dituju.
Pengertian dakwah menurut Syekh Ali Mahfudh yang dikutip
Ahmad Sunarto dalam bukunya “Retorika Dakwah” mengatakan bahwa
kata dakwah Secara etimologis adalah usaha mendorong umat manusia
melakukan kebaikan dan megikuti petunjuk (agama), menyeru mereka berbuat
ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, agar mereka dari perbuatan
yang munkar, agar mereka mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. 10
7
George Stteinner dan John Minner, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 20 8 Husein Umar, Strategic Management in Action, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal.31
9 Sondang P. Siagin, Analisys serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi,
(Jakarta: PT. Gunung agung, 1986), hal.17
10
18
Strategi dakwah berarti sebagai metode, siasat, taktik, atau
maniuvers yang dipergunakan dalam aktifitas atau kegiatan dakwah.11 Sebagaimana dikutip Ahmad Sunarto dalam bukunya “Retorika Dakwah”
Wina Jaya mengatakan bahwa strategi dakwah adalah perencanaan yang
berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah
tertentu.12 Disamping itu, Menurut Al Bayanuni yang dikutip dalam bukunya Ali Aziz “Ilmu Dakwah” mengatakan bahwa strategi dakwah
adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencan-rencana yang dirumuskan
untuk kegiatan dakwah.13
Berdasarkan pengertian strategi dakwah di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa strategi dakwah bagi lembaga atau organisasi dakwah
merupakan sebuah aplikasi taktik ataupun siasat yang matang agar
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dakwah tercapai sehingga
tujuan dakwah dapat tercapai dengan baik. Pada pada fokus penelitian
ini, strategi dakwah yang dimaksud adalah strategi dakwah yang
dilakukan UKM IQMA bidang dakwah dalam menyebarkan ajaran-ajaran
Rasulullah serta mencetak generasi penerus-Nya, dimana dalam prosesnya
tidak lepas berpedoman dari Al-Qur’an dan Hadits.
b. Tahapan Strategi
Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang
dinamis, agar terjadinya keberlangsungan dalam organisasi. Tahapan
tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:
11
Asmuni, Syukir,. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas. 1983), hal 32
12
A.Sunarto, Retorika Dakwah,... Hal.98
13Moh Ali Aziz, “
19
1) Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan merupakan proses awal menetapkan strategi
yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai yang mempengaruhi
kinerja lingkungan atau organisasi mencakup dua komponen pokok
yaitu analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan internal.
Adapun proses ini dikenal dengan analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Thearts). Berikut dijelaskan akan analisis SWOT:
a) Strenght (kekuatan), adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh
organisasi. Dengan adanya kekuatan ini organisasi akan dapat
mengetahui cara (bagaimana) yang tepat dalam menyusun rencana
global.14
b) Weakness (kelemahan), adalah keterbatasan atau kekurangan dalam
hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang
serius bagi penampilan kinerja organisai yang memuaskan.15
c) Opportunity (Peluang), situasi yang menguntungkan organisaai.
Dengan mengetahui peluang, organisai diharapkan dapat
memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengantarkan pada
tujuan organisasi.
d) Threats (Ancaman), suatu keadaan yang tidak menguntungkan
organisasi. Ancaman ini perlu diketahui oleh organisasi secara baik.
dengan mengetahui ancaman, organisasi diharapkan dapat
14
Sondang P. Siagin, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Bumi Aksara:1995), h. 172
15
20
mengambil langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak
menjadi kenyataan.16
Hasil analisis SWOT akan menggambarkan kualitas dan
kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian memberikan
rokomendasi berupa pilihan strategi generik serta kebutuhan atau
modifikasi sumber daya organisasi. Proses dari analisis lingkungan
eksternal organisasi akan memberikan gambaran tentang, peluang
dan ancaman, sedangkan analisis internal organisasi akan
mengetahui keunggulan dan kelemahan organisasi. Langkah ini
memberikan dampak terhadap pengkaderan yang meupakan
regenerasi organisasi.
Berasumsi dari penjabaran diatas, strategi dakwah
membutuhkan penyesuaian yang tepat, yakni dengan memperkecil
kelemahan dan ancaman serta memperbesar keunggulan dan
peluang. Pola penyesuaian ini disebut oleh M.Natsir sebagai
dakwah bi al-hikmah (dakwah dengan bijaksana) antara lain:
a) Bijak dalam mengenal golongan.
b) Bijak dalam memilih saat harus bicara dan saat harus diam.
c) Bijak dalam mengadakan kontak pemikiran dan mencari titik
pertemuan sebagai tempat bertolak untuk maju secara
sistematis.
d) Bijak tidak melepaskan shibghah.
16
21
e) Bijak memilih dan menyusun kata yang tepat.
f) Bijak dalam cara perpisahan.
g) Bijak dengan arti keteladanan yang baik (usah hasanah dan
lisan al hal )17
2) Penetepan Misi dan Tujuan
Setiap organisasi umumnya pasti memiliki misi dan tujuan
dari organisasi tersebut. Misi dan tujuan ini menentukan arah mana
yang akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya
adalah suatu maksud dan kegiatan utama yang membuat
organisasimemiliki jati diri yang khas sekaligus membedaknnya
dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang
sejenis.18 Tujuan adalah landasan utama untuk menggariskan
kebijakan yang ditempuh dan arah tindakan untuk mencapai tujuan
perusahaan.19 Dengan demikian misi suatu organisasi berfungsi
sebagai raison d’etre, yaitu menjelaskan mengapa organisasi
tersebut ada, sedangkan tujuan organisasi berfungsi untuk
merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi.20
Disamping itu pula strategi dakwah juga harus memperhatikan
tujuan dakwah.Diantaranya tujuan dakwah dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu :
17Moh Ali, “
Ilmu Dakwah”, hal.357 18
Siagin, Manajemen Stratejik..., hal. 43
19
22
a) Tujuan utama (umum), merupakan pokok yang menjadi arah
semua kegiatan dakwah, yaitu perubahan sikap dan perilkau
mitra dakwah sesyau dengan ajaran islam. Tujuan umum ini
tidak bisa dicapai sekaligus karena mengubah sikap dan perilaku
seseorang bukan pekerjaan sederhana.
b) Tujuan khusus (perantara), merupakan tahap-tahap pencapaian
serta tujuan yang menjadi ukuran, Dalam hal ini tujuan harus
realistis, konkret, jelas, dan bisa diukur. Selain itu tujuan khusus
juga berisi beberapa tahapan.21
3) Implementasi Strategi
Setelah memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah
berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah ditetapkan
tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat
membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat,
dan anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerja sama
dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisi
strategi sulit untuk dikembangkan.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam
mengimplementasikan strategi dalam suatu organisai, adalah
sebagai dalam organisasi, adalah sebagai berikut:
a) Sajikan citra yang baru
b) Kurang konflik dan tangani secara terbuka.
21
23
c) Bentuk persekutuan dengan berbagai pihak.
d) Mulai secara kecil-kecilan (Memulai dari hal yang terkecil).22
c. Bentuk – Bentuk Strategi Dakwah
1) Strategi sentimentil (al-manhaj al-athifi), adalah dakwah yang
memfokuskan aspek hati dan menggerakkan persaan dan bathin mitra
dakwah.
2) Strategi rasional (al-manhaj al-‘aqli), adalah dakwah dengan beberapa
metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran.
3) Strategi indriawi (al-manhaj al-hissi), adalah sistem dakwah atau
kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca indra dan
berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan.23
d. Azas-Azas Strategi Dakwah
1) Azas filosofis. Azas ini terutama membicarakan masalah yang erat
hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam
proses atau dalam aktifitas dakwah.
2) Azas kemampuan dan keahlian Da’i ( Achievement and Profesional).
3) Azas sosiologis, azas ini membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik
pemerintahan setempat, mayoritas agama di daerah setempat,
filosofis sasaran dakwah, sosiokultural, sasaran dakwah dan sebagainya.
4) Azas psikologis, azas ini membahas masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia,
22
Sondang P.Siagin, Teory Pengembangan Organisasi, (Jakarta:Bumi Aksara, 2002) 23
24
begitupun manusia sasaran dakwahnya yang memiliki karakter
(kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah
agama, yang merupakan masalah ideologi atau kepercayaan (rohaniah)
tidak luput dari masalah-masalah psikologis sebagai azas (dasar)
dakwahnya.
5) Azas efektifitas dan efisien, maksudnya adalah di dalam aktifitas dakwah
harus berusaha menyeimbangkan antara biaya, waktu maupun tenaga
yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Bahkan kalau bisa
waktu biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang
semaksimal mungkin. 24
e. Unsur-Unsur Strategi Dakwah
1. Kepribadian Seorang Da’i.
2. Tujuan-tujuan dakwah.
3. Materi dakwah.
4. Masyarakat sebagai obyek dakwah.
5. Metodologi dakwah, dan.
6. Media Dakwah.25
f. Dasar Strategi Dakwah
Dalam berdakwah serta mencetak genrasi penerus dakwah dibutuhkan beberapa strategi agar dakwah dapat tercapai secara maksimal, sebagaimana
dalam Al-Qur’an QS.Al-Baqarah ayat 129, yang berbunyi :
24
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi, hal. 32
25
25
Artinya: ”Ya Tuhan Kami, utuslah di tengah mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sungguh, Engkaulah yang Maha Perkasa Maha
Bijaksana.26
Berdasarkan ayat diatas menunjukkan bahwa perlunya
menggunakan strategi dakwah dalam menyebarkan ajaran-ajaran agama
islam, begitu pula dalam mencetak generasi-generasi penerus, karena dakwah
dakwah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya strategi-straegi dalam
pelaksanaannya.
2. Tinjauan Tentang Kader a. Pengertian Tentang kader
Kader adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimponan suatu
organisasi, partai dan sebagainya.27 Kader diartikan sebagai sekelompok
orang yang terorganisir secara terus menerus dan menjadi tulang punggung
bagi suatu kesatuan yang lebih besar.28 Menurut Hanri Fayol pembentukan
kader disebut juga sebagai pendidikan dan pengembangan tenaga-
tenaga yang akan diserahi tugas kepemimpinan dikemudian hari.29
26
Departemen Agama RI, AL-Hikmah AL-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2015), hal.20
27 Zainal Bahry, Kamus Umum: Khususnya Bidang Hukum dan politik, (Bandung: Angkasa, 1996), hal.45
28
Berliana Kartakusuma, Pemimpin Adiluhung Genealogi Kepemimpinan kontemporer,
(Jakarta: PT Mizan Publika), hal.
26
Berdasarkan tatanan bahasa Indonesia, kaderisasi merupakan
bentukan kata yang terdiri dari kata benda kader dengan akhiran -isasi,
imbuhan akhiran tersebut seperti halnya dengan imbuhan -isme dan
-is pada kata organisasi dan modernisasi yang merupakan imbuhan
serapan dari imbuhan asing. Akan tetapi, lambat laun akhiran tersebut
menjadi produktif.30
b. Unsur – Unsur pengkaderan
1) Input (masukan)
a) Subyek pengkaderan
Pada poin ini yang menjadi subyek pengkaderan
penulis sebut dengan pengkader (ustadz) yaitu orang yang
berstatus sebagai pendidik atau yang menyampaikan materi
pendidik (pelajaran).
Dalam proses pengkaderan para pengkader atau
pendidik sangat menentukan keberhasilan pengkaderan.
Betapapun baiknya pengkader atau pendidik, apabila
dikerjakan oleh orang yang bukan ahlinya dalam bidang yang
bersangkutan maka hasilnya tidak berkualitas. Oleh karenanya
sudah semestinya diketahui apa yang menjadi sifat dan syarat
bagi seorang pengkader atau pendidik. Dalam hal ini Muhammad
Ghozali menyatakan sifat-sifat dasar yang harus dimiliki oleh
seseorang yang menyeru kepada jalan Allah SWT adalah setia
30
27
Kepada kebenaran, menegakkan perintah kebenaran dan
menghadapi semua jenis manusia berlandaskan kebenaran hakiki
Ketiga sifat diatas mutlak harus di miliki setiap pengkader
atau pendidik karena hal itu merupakan sikap hidup yang utama
sekali.
Dengan adanya karakteristik pendidik atau pengkader yang
merupakan dasar berpijak maka syarat untuk menjadi seorang
subyek pengkaderan adalah sebagai berikut :
a) Tafaqquh fiddin dan tafaqquh finnas.
b) Mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan dengan obyek
pengkaderan.
c) Mengetahui serta memahami bahasa al-Qur’an.
d) Mengetahui dan memahami bahasa pengantar.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan,
bahwa setiap manusia pada dasarnya dapat menjadi subyek
pengkaderan yaitu pengkader atau pendidik dengan melalui
salurannya masing-masing.
b) Obyek Pengkaderan
Obyek pengkaderan adalah mereka yang menjadi sasaran
pengkaderan yang dalam hal ini ideal adalah generasi muda Islam
atau pemuda Islam. Menurut asal kata kita dapat menganggap
28
orang berumur 0-24 tahun akan tetapi dalam kaitan pendidikan
kader atas generasi muda berumur 15-40 tahun.
c) Kurikulum Pengkaderan
Kurikulum pengkaderan adalah seperangkat program
penunjang pendidikan yang meliputi materi, metode dan evaluasi
dalam rangka mencapai tujuan. Kurikulum pengkaderan ini
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai sehingga nantinya
dalam pelaksanaannya tidak melenceng dari tujuan awal didalam
pengkaderan muballigh ini.
d) Materi Pengkaderan
Materi pengkaderan dapat diklasifikasikan kedalam
tiga jenis kategori materi yang merupakan satu kesatuan yaitu:
materi dasar (pokok), materi pengembangan, dan materi proses.
(1) Materi dasar adalah materi yang isinya sengaja disusun
sebagai paket materi yang sudah ditetapkan materi ini meliputi:
materi keislamaan yaitu tentang aqidah, ibadah, akhlak dan
syariah.
(2) Materi pengembangan adalah materi yang isinya disusun
sesuai dengan tujuan kurikulum dan instruksional materinya
meliputi: psikologi, sosiologi, manajemen, metodologi.
2) Proses
Proses adalah tuntunan perubahan dalam perkembangan sesuatu.
29
di tengah-tengah obyek pengkaderan. Jika demikian berarti akan terjadi
suatu proses pengkaderan, sehingga antara pendidik atau pengkader
dengan yang dikader akan timbul interaksi yang akan mendukung terhadap
proses pengkaderan.31
3. Tinjauan tentang Da’i
a. Pengertian Da’i
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan
maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
bentuk organisasi atau lembaga.32 Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim No. 3544 dari tsauban, Nabi SAW bersabda :
اوُلاَق ٍديِعَس ُنْب ُةَبْ يَ تُ قَو يِكَتَعْلا ِعيِبرلا وُبَأَو ٍروُصْنَم ُنْب ُديِعَس اَنَ ثدَح
ْنَع َءاََْْأ َِِأ ْنَع َةَب ََِق َِِأ ْنَع َبويَأ ْنَع ٍدْيَز ُنْبا َوَُو ٌدا ََ اَنَ ثدَح
ىلَص َِا ُلوُسَر َلاَق َلاَق َنََْوَ ث
ْنِم ٌةَفِئاَط ُلاَزَ ت ََ َملَسَو ِهْيَلَع َُا
ْمَُو َِا ُرْمَأ َ ََِِْ ََح ْمَََُذَخ ْنَم ْمُرُضَي ََ ِّقَْْا ىَلَع َنيِرِاَظ ِِمُأ
َكِلَذَك ْمَُو َةَبْ يَ تُ ق ِثيِدَح ِِ َسْيَلَو َكِلَذَك
.
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur dan Abu Ar Rabi' Al 'Ataki dan Qutaibah bin Sa'id mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad -yaitu Ibnu Zaid- dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Abu Asma' dari Tsauban dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Senantiasa ada sekelompok ummatku yang dimenangkan atas kebenaran, tidak akan membahayakannya orang yang
31Pengurus Besar PMII.. Petunjuk dan Pelaksanaan Kader, ( Jakarta:Kabag Pengkaderan,1998), hal.15
32
30
memusuhinya hingga hari Kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu." (Hadits Shohih Muslim No.3544)33
Berdasarkan hadits diatas telah menjelaskan bahwa diamanpun,
kapanpun, dan bagaimana pun pendakwah selalu hadir untuk mempelajari
ajaran islam sekaligus memperkenalkannya kepada masyarakat luas. Secara
ideal pendakwah adalah orang mukmin yang menjadikan Islam sebagai
agamanya, Al-Quran sebagai pedomannay, Nabi Muhammad Rasulullah
SAW sebagai pemimpin teladan baginya, dimana ia benar-benar
mengamalkannya dalam tingkah laku dan perjalanan hidupnya kemudian ia
menyampaikan islam yang meliputi Akidah, syariah, dan akhlak kepada
seluruh manusia.34
b. Syarat Menjadi Seorang Penda’i
1) Memiliki keyakinan yang mendalam terhadap apa yang akan
didakwahkan.
2) Menjalin hubungan yang erat dengan mitra dakwah.
3) Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang apa yang didakwahkan.
4) Ilmunya sesuai dengan perbuatannya dan konsisten (Istiqomah) dalam
Pelaksanaannya.
5) Memiliki kepekaan yang tajam.
6) Bijak dalam mengambil metode.
7) Perilakunya terpuji.
8) Berbaik sangka dengan umat islam.
33
Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qushairi al-Naysaburi, Sahih Muslim, Bab.Kepemimpinan No. 3544(Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, tth).
34Moh Ali, “
31
9) Menutupi cela orang lain.
10) Berbaur dengan masyarakat jika dipandang baik untuk dakwah dan
menjauh jika justru tidak menguntungkan.
11) Menempatkn orang lain sesuai dengan kedudukannya dan mengetahui
masing-masing individu.
12) Saling membantu, saling bermusyawarah, dan saling menasihati dengan
sesama pendakwah. 35
Disamping itu seorang da’i merupakan unsur penting dalam
berdakwah, dan untuk bisa menjadi da’i yang profesional harus memiliki
kriteria dan sifat- sifat mahmudah, seperti yang dikutip oleh Ali Azis dalam
bukunya “Ilmu Dakwah” Abul A’la al-Maududi membagi kriteria da’i
profesional diantaranya sebagai berikut:
1) Sanggup memerangi musuh dalam dirinya sendiri yaitu hawa nafsu
demi kataatan kepada Allah SWT, dan Rasul-Nya.
2) Sanggup berhijrah dari hal-hal yang maksiat yang dapat merendahkan
dirinya dihadapan Allah SWT. Dan dihadapan masyarakat.
3) Mampu menjadi Uswatun Hasanah dengan budi dan akhlaqnya bagi
mitra dakwahnya.
4) Memiliki persiapan mental :
a) Sabar yang meliputi di dalamnya sifat-sifat teliti, tekat yang kuat,
tidak bersifat pesimis dan putus asa, kuat pendirian serta selalu
memelihara keseimbangan antara akal dan emosi.
35Moh Ali, “
32
b) Senang memberi pertolongan kepada orang dan bersedia
berkorban, mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta serta
kepentingan lain.
c) Menyediakan diri untuk berkorban dan bekerja terus-menerus
secara teratur dan berkesinambungan.36
4. Dasar Kader Da’i
Tugas dakwah dibebankan pada setiap individu muslim sesuai keadaan
kemampuan yang ada padanya. Dilakukan secara dinamis demi terciptanya
suatu kesinambungan. Usaha ini dapat mencapai hasil yang memuaskan jika
pemberdayaan generasi penerus sebagai kader da’i dilakukan secara intensif
melalui lembaga yang ada. Sebagaimana terdapat pada hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori yang berbunyi :
ُةَناَمَْْا ْتَعِّيُض اَذِإَف
َدِّسُو اَذِإ َلاَق اَهُ تَعاَضِإ َفْيَك َلاَق َةَعاسلا ْرِظَتْ ناَف
َةَعاسلا ْرِظَتْ ناَف ِهِلَْأ َِْْغ ََِإ ُرْمَْْا
Artinya : "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat". Orang itu bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Jika urusan diserahkan bukan
kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat". (Hadits Bukhori
Muslim No.57)37
Adapun ayat Al-Quran yang menjadi dasar dari pelaksanaan
pengkaderan da’i, sebagaimana firman Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran
surat Ali Imron yang berbunyi:
36
Moh Ali, Ilmu Dakwah, ...hal. 219
37
33
Artinya : Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar. dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.38
Ayat tersebut diatas menunjukkan perlunya segolongan umat islam
harus ada yang menjadi seorang yang menjadi seorang pendakwah, sehingga
hal tersebut mendorong kepada uuntuk mencetak dan melahirkan kader-kader
baru yang siap pakai (berkualitas). Dan ini berarti perlu adanya usaha-usaha
pengkaderan, yaitu dalam rangka menumbuhkan kader-kader da’i yang
berkualitas dibidangnya.
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan Ummi Zahroh jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, tahun 2013 dengan
judul “STRATEGI DAKWAH DALAM MEMPERSIAPKAN KADER
MUBALLIGH DI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH JEKULO
KUDUS”, Penelitian ini menghasilkan :
Langkah – langkah strategi yang dilakukan Pondok pesantren Daarul
Hikmah dalam pengkaderan da’i yakni :
a. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mendukung kesuksesan
pengkaderan muballigh antara lain muhadharah ( latihan pidato)
34
b. Membekali para kader muballigh dengan wawasan dan pola pikir
yang luas. Dengan mendalami berbagai macam ilmu Islam lewat
kitab-kitab kuning dan membuka diri terhadap kemajuan zaman
dengaan belajar teknologi modern, sehingga bisa lebih luas dalam
berdakwah, lebih riil dan bisa di terima setiap kalangan.
c. Pendekatan terhadap tiap individu para kader muballigh, dapat
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki para
kader dakwah.
Berbeda dengan penelitian yang penulis ambil yakni memfokuskan
pada strategi dakwah UKM IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya dalam
pembinaan Mahasiswa sebagai kader Da’i.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rochmah Inayah Jurusan Komunikasi
penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri Wali songo, tahun 2011)
yang berjudul “PERANAN PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH
KEC.CIASEM DALAM MEMBINA KADER DA’I”. Penelitian ini
menghasilkan :
a. Pelaksanaan muhadharah sebagai metode pengkaderan dakwah bagi
kader da’i di pondok pesantren Assalafiyah kec. Ciasem memilikik
kelaykan sebuah pelatihan dakwah dipndang dari sudut unsur-unsur
yang terlibat di dalamnya yaitu pelaku (santri), pengarah (pengasuh
pondok dan pengurus), sarana (ruang yang memadai), sumber materi
(buku-buku dan media lisan). Demikian itu karena sebuah pelatihan
35
keberhasilan dalam pengkaderan seorang da’i. kurangnya salah satu
unsur dalam pelatihan tersebut dapat mengakibatkan kurang
sempurnanya proses pelatiahan yang dilaksanakan.
b. Metode pengkaderan sebagai metode pelataiahan dakwah dalam
penerapannya berfungsi menciptakan suatu kebiasaan santri dalam
menjalankan aktivitas dakwah khususnya dakwah yang menggunakan
metode ceramah. Dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan akan
membentuk mental santri sebagai kader dakwah untuk menjadi
seorang da’i yang tertata baik kemampuan dalam berceramah juga
tertata psikologis atau kejiwaan sebagai seorang da’i.
c. Metode pendidikan formal dan non formal merupakan latar
belakang intelektual pendidikan tinggi. Karena dengan
berpendidikan tinggi maka materi yang dibahas akan lebih sempurna.
Pendidikan merupakan modal dan penunjang dalam berdakwah
tetapi bukan hanya ilmu agama yang dimiliki melainkan
pengetahuan umum maka kegiatan berdakwah akan lebih baik.
d. Pendidikan yang tinggi sangat penting untuk menjadi seorang da’i
karena dalam berdakwah dituntut untuk mempunyai wawasan yang
luas yang berkaitan debngan ajaran Islam itu sendiri maupun wawasan
kekinian, baik ilmu pengetahuan agama maupun pengetahuan
umum yang luas, serta wawasan kepemimpinan dalam membangun
masyarakat. Sehingga seorang da’i dalam membangun keadaan
36
dalam dirinya. Tentunya untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup yang diridhoi oleh Allh SWT.
Berbeda dengan penelitian yang penulis ambil yakni
memfokuskan pada strategi dakwah UKM IQMA UIN Sunan Ampel
Surabaya dalam pembinaan Mahasiswa sebagai kader Da’i.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sisworo Dwi Hendarsyah Jurusan
Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
tahun 2011 yang berjudul “STRATEGI PENGKADERAN DA’I
PONDOK PESANTREN DAARUL HIKMAH DESA PEKAYON
SUKADIRI TANGERANG”
Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan
metode deskriptif yang mengangkat permasalahan strategi
pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah Desa Pekayon
Sukadiri Tangerang. Penelitian ini menghasilkan :
Langkah – langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren
Daarul Hikmah dalam pengkaderan da’i yakni :
a. Menentukan program Pondok Pesantren Daarul Hikmah, yang
mana menentukan program adalah salah satu langkah dalam
meningkatkan bakat para santri di bidang masing-masing
ketrampilannya.
b. Membuat jadwal kegiatan atas program yang dibuat oleh Pondok
Pesantren Daarul Hikmah.
37
Implementasi strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam
Pengkaderan Da’i untuk mencapai tujuannya mengandung
empat proses penting yaitu :
a. Need Assessment kader ditempat masing-masing
b. Sosialisasi dan Rekrutment
c. Proses pelatihan
d. Follow Up
Berbeda dengan penelitian yang penulis ambil yakni
memfokuskan pada strategi dakwah UKM IQMA UIN Sunan Ampel
Surabaya dalam pembinaan Mahasiswa sebagai kader Da’i.
4. Penelitian yang dilakukan Khoirul Akhsan jurusan Manajemen
Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, tahun 2016 yang berjudul
“MANAJEMEN ORGANISASI KEMAHASISWAAN, STUDI
TENTANG MANAJEMEN PEMBINAAN ANGGOTA IKATAN
QORI’QORIAH MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA”
Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan
metode deskriptif yang mengangkat permasalahan Manajemen
Organisasi Kemahasiswaan, Studi tentang manajemen pembinaan
anggota Ikatan Qori’qoriah Mahasswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Penelitian ini menghasilkan Proses manajemen pembinaan anggota
dalam organisasi IQMA yang dilakukan dengan beberapa tahap,
38
a. Tahap pertama adalah perencanaan, dalam tahapan ini pengurus
merencanakan program-program terkait pembinaan, yang
dilakukan pada saat awal kepengurusan.
b. Tahapan kedua pengorganisasian, pengurus membagi lima bidang
pembinaan, setiap bidang terdapat masing- masing pengurus.
Tahapan ketiga penggerakan, dalam tahapan ini dilakukan oleh
pemimpin IQMA dimana jabatan tertingginya adalah Ketua Umum
IQMA.
c. Tahapan terakhir adalah pengawasan, pengawasan dilakukan sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Yang biasa dilakukan pengurus
selama tiga bulan satu kali. Terlepas dari pada itu pengurus juga
melakukan pengawasan langsung pada saat kegiatan dengan waktu
yang tidak ditentukan.
Berbeda dengan penelitian yang penulis ambil yakni
memfokuskan pada strategi dakwah UKM IQMA UIN Sunan Ampel
Surabaya dalam pembinaan Mahasiswa sebagai kader Da’i.
5. Penelitian yang dilakukan Dian Safitri jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, tahun 2013 yang
berjudul “METODE NUR CITA QOMARIYAH MEMBINA SKILL
MAHASISWA DI IQMA IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
(PRESPEKTIF KONSELING KARIER”
Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan
39
Cita Qomariyah Membina Skill Mahasiswa Di IQMA IAIN
Sunan Ampel Surabaya (Prespektif Konseling Karier). Penelitian
ini menghasilkan:
a. Nur Cita Qomariyah adalah sosok pribadi yang ramah, hangat,
inspiratif, serta sangat berempati dengan orang lain yang
mempunyai charisma dihadapan masyrakat serta mempunyai
kepribadian dan skill yang sangat mendukung sebagai seorang yang
membina skill mahasiswa perspektif konseling karier.
b. Dalam proses pembinaan skill perspektif konseling karier
metode-metode yang beliau lakukan pun sama halnya dengan
bimbingan konseling islam yang fokus pada bimbingan karier
serta beliau dalam melakukan proses konseling karier
berlandaskan dalil-dalil Al-Qur’an dan Al- Sunnah.
c. Dalam proses konseling beliau menggunakan teori-teori
karier, serta pelatihan secara langsung dan keterampilan hidup
yang telah beliau kembangkan menjadi sebuah prosionalitas.
Berbeda dengan penelitian yang penulis ambil yakni
memfokuskan pada strategi dakwah UKM IQMA UIN Sunan Ampel
Surabaya dalam pembinaan Mahasiswa sebagai kader Da’i.
6. Penelitian yang dilakukan Richa Diana Yanti Prodi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel
Surabaya, tahun 2016 yang berjudul “PENGARUH PEMBELAJARAN
40
ANGGOTA IQMA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA. SKRIPSI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.”
Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan,
dengan metode statistik yang mengangkat permasalahan yakni
Pengaruh Pembelajaran Salawat Al-Banjari Terhadap Spiritualitas
Mahasiswa Anggota IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsi
Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Uin Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini menghasilkan:
a. Pembelajaran Salawat Al-Banjari IQMA UIN Sunan Ampel
Surabaya adalah tergolong “Baik”. Hal ini terbukti dari data
angket yang sudah dianalisa peneliti dengan hasil prosentase
81,43%, yakni berada di antara
76% - 100%. Selain itu, baiknya Pembelajaran Salawat
Al-Banjari di IQMA juga dibuktikan dengan kegiatan Salawat yang
mencakup rutinitas, bimsus, lailatul salawat dan aktif dalam ajang
Festival Salawat Al-Banjari baik tingkat kota, regional, maupun
nasional.
b. Bahwa Spiritualitas Mahasiswa di IQMA UIN Sunan Ampel
Surabaya tergolong “Baik”. Hal ini terbukti dari data angket yang
telah dianalisa peneliti dengan hasil prosentase 82,9% yang berada
di antara 76% - 100%. Demikian juga dari hasil observasi dan
41
pembelajaran salawat al-banjari cenderung memiliki spiritualitas
yang baik.
c. Antara pembelajaran salawat dengan spiritualitas mahasiswa di
IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya adalah terdapat pengaruh. Hal
ini terbukti berdasarkan analisa data yang dilakukan peneliti
dengan menggunakan rumus korelasi