• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Koperasi Wanita Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Koperasi Wanita Indonesia"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

!

!

"#

"

#

$

$

%

%

&

&

'(

'

(#

#!

!)

)"

"*

*

+%

+

%

'

'

,*

,

*

-

-

%.

%

.*

*'

''

'

%

%

-

-

/#

/

#

-

-

)

)

+

+

%

%

*

*

'

'

OLEH

Dr RIANA PANGGABEAN

(

(

)

)

0

0

)

)

-

-

.

.

)

)

"

"

%

%

*

*

-

-

'

'

-

-

)

)

1

1

*

*

"

"

*

*

'

'

(

(

#

#

!

!

)

)

"

"

*

*

+

+

%

%

'

'

/

/

*-

*

-'

'

2+

2

+*

*

3*

3

*

'

'

()

(

)4

4%

%'

'0

0)

)-

-)

)1

1*

*

3'

3

'

5

(2)

KATA SAMBUTAN

Koperasi wanita di Indonesia memiliki peranan yang cukup berarti dilihat dari beberapa hasil studi kasus tentang koperasi yang menunjukkan bahwa keberadaan koperasi tidak saja menguntungkan pada anggota koperasi tetapi juga telah berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik untuk komunitas dimana koperasi tersebut berada. Keberadaan dan perkembangan koperasi khususnya koperasi yang dikelola wanita di Indonesia cukup menarik perhatian Pemerintah maupun para pembina karena koperasi-koperasi tersebut menunjukkan perkembangan kinerja yang baik. Hal ini dapat dilihat dari sisi organisasi maupun usaha. Koperasi wanita yang berkembang adalah koperasi yang konsisten dalam menjalankan prinsip dan nilai-nilai koperasi.

Koperasi wanita pada umumnya memiliki kegiatan yang diorietasikan kepada pemenuhan kebutuhan dan pemecahan persoalan wanita baik yang bersifat konsumtif, produktif maupun kesehatan reproduksi.

Hasil kajian ini penting bagi pengambil kebijakan dan bagi koperasi dan para wanita yang ingin mengembangkan koperasi . Karena koperasi ternyata mampu untuk membantu kaum wanita mengaktualisasikan diri, koperasi sebagai wadah pembelajaran bagi kaum ibu yang lain dan mampu memerangi kemiskinnan dengan tujuan Keberadaan koperasi wanita sangat menarik untuk dikaji karena terdapat beberapa kopwan yang cukup berkembang. Hal ini dapat dilihat secara kuantitas seperti peningkatan jumlah anggota, volume usaha dan peningkatan SHU sedangkan jika dilihat dari kualitas pengelolaan, koperasi wanita lebih .konsisten dan memberikan dampak positip untuk peningkatan kesejahteraan keluarga.

Dengan terbitnya hasil kajian ini merupakan langkah maju bagi peneliti dan bagi koperasi wanita untuk melihat keberadaan koperasi wanita di Indonesia dan menambah referensi dan minat bagi para peneliti untuk mengembangkan dan memperluas wawasan tentang Koperasi wanita . Selain itu buku ini dapat digunakan sebagai panduan bagi wanita yang ingin mengembangkan koperasi

Kami sebagai Asisten Deputi Urusan Pengembangan Perkaderan UKM pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya Usaha Koperasi Menengah dan Usaha Kecil yang bertugas melaksanakan kegiatan kajian merekomendasikan kajian ini untuk dipakai sebagai acuan dan penyempurnaan pengembangan Koperasi wanita lebih lanjut

Jakarta 2007-04-09

(3)

KATA PENGANTAR

Hasil kajian ini berjudul “ Profil Koperasi Wanita di Indonesia “ menekankan kepada bagaimana wanita menjalankan organisasi dan usaha. Bagaimana wanita memimpin organisasi masyarakat di pedesaan yang mengedepankan pada disiplin dan mengajak anggota koperasi dan masyarakat di sekitarnya memerangi kemiskinan melalui usaha-saha yang dikelola oleh mereka.

Mengetahui profil koperasi wanita secara nasional dan beberapa kasus koperasi wanita yang mempunyai kiat tersendiri untuk mengembangkan koperasi sangat penting artinya bagi (1) pengambil kebijakan untuk kebutuhan pengembangan koperasi wanita lebih lanjut., (2) bagi koperasi dan kelompok-kelompok wanita yang ingin mengembangkan koperasi.

Secara nasional perkembangan koperasi wanita dapat dikatakan belum terlalu pesat namun bila dilihat proses dan manfaatnya ternyata koperasi wanita memiliki ciri dan kekuatan tersendiri bagi anggota dalam upaya (1) memberdayakan kaum ibu khususnya untuk meningkatkan ekonomi keluarga, (2) membantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya, (3) membantu kaum ibu pengusaha kecil dalam permodalan, (4) membantu kaum ibu di wilayah lain untuk berkoperasi.. Selain itu koperasi bagi anggota sudah merupakan wadah belajar dan wadah mengaktualisasikan diri sehingga ibu-ibu yang bekerja sebagai pengurus maupun manajer boleh berbangga sebagai pengurus dan manajer koperasi. Dalam contoh kasus yang dijelaskan hasil kajian ini ternyata masing-masing koperasi mempunyai pola-pola simpan pinjam yang menjadi andalan usahaya. Misalnya Koperasi wanita Setia Bakhti di Surabaya sangat berhasil menerapkan pola simpan pinjam tanggung renteng . Koperasi ini sangat piawi menterjemahkan konsep dinamika kelompok dalam organisasi koperasi. Dalam koperasi dikembangkan saling percaya , solidaritas , kebersamaan dan berjuang mengembangkan koperasi untuk tujuan memenuhi kebutuhan masing-masing anggota . Oleh sebab itu hasil kajian ini sangat menarik untuk dipelajari kaum ibu kaum wanita yang ingin mengembangkan koperasi .

(4)

mengucapkan terima kasih kepada Ir Wayan Suarja MM sebagai Deputi Pengkajian pada Kementerian Koperasi dan UKM . Kedua kepada Asisten Deputi Perkaderan Jamil Auza SH, MM, yang memberikan kesempatan mengadakan pengkajian dan penulisan buku ini. Ketiga kepada tim peneliti dari Universitas Indonesia : (1) Prof Dr Robet MZ. Lawang, (2) Erna Ermawati Msi , (3) Dr Fu Xie, (4) Miftahuddin Msi dan (5) Fuad Msi yang telah memberikan wawasan yang lebih luas untuk penulisan buku ini

Kiranya hasil kajian ini dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah untuk mnyempurnakan kebijakan dalam mengembangkan peran wanita berkoperasi dan bermanfaat bagi para wanita yang ingin mengembangkan koperasi

Jakarta April 2007

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Persentasi Jumlah Anggota Koperasi... 14.

2. Jenis koperasi Wanita... 15

3. Pelaksanaan RAT... 16

4. Kepemilikan Modal sendiri... 18

5. Kepemilikan Modal Luar... 19

6. Volume Usaha koperasi Wanita... 20

7. Jumlah SHU... 22

8. Uumur Koperasi Wanita... 24

9. Jumlah Manajer Koperasi Wanita... 26

10. Jumlah Karyawan Koperasi Wanita...27

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA SAMUTAN... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR TABEL... iv

I. PENDAHULUAN... 1

1. Latar Belakang... 1

2. Tujuan Kajian... 4

II. KERANGKA BERPIKIR... 5

III.METODE KAJIAN... 7

IV. HASIL KAJIAN 1. PROFIL KOPERASI WANITA SECARA NASIONAL 12

(1). Jumlah Koperasi Wanita... 12

(2). Jenis Usaha Koperasi Wanita.. ... 14

(3). Penyelenggaraan RAT... 16

(4). Modal Koperasi Wanita... 17

(5). Volume Usaha Koperasi... 19

(6). Sisa Hasil Usaha Koperasi... 21

(7). Umur Koperasi Wanita... 24

(8). Jumlah Manajer Koperasi Wanita... 25

(9). Jumlah Karyawan... 27

(10). Gambara Tentang Keuangan... 28

2. PROFIL KOPERASI WANITA (KASUS) (1) Koperasi Wanita Industri Kerajinan Sulaman dan - Konveksi... 30

(2) Koperasi Wanita BK3I... 33

(3) Koperasi Wanita Kartini... 36

(4) Koperasi Wanita Setya Bhakti ... 40

(5) Koperasi Wanita Aninisa... ... 46

(6) Koperasi Wanita Panggayo Maju... 49

IV.KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... ... 51

1. Kesimpulan... 51

2. Saran-saran... 55

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Goldberg Carli. E Larson. 1985. Komunikasi Kelompok Proses-Proses Diskusi dan Penerapannya. Penerbit Universitas Indonesia (UI- Press)

Hanel Alfred, 2005. Organisasi Koperasi. Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan Kebijakan Pengembangan di Negara-Negara Berkembang . Graha Ilmu Yogyakarta.

Menteri Negara koperasi dan UKM RI. Kumpulan Kebijakan Bantuan Perkuatan dan Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Konvensional.

Lawang Robert M.Z. 1985. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Universitas Terbuka.

Lexy. J Moleong, 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif . Penerbit PT Remaja Rosdakarya- Bandung

Roy, Ewel, Paul, 1989. Cooperatives Today And Tomorow. The Interstate Printers & Publishers, Inc Dovelle Illionis

Robert J Kilber Kittie W Watson. Katty J Whalers Larry, L Barker , 1993. Groups in Process An Introduction to Small Group Comunication.Prentice-Hall,I nc.Engewood Clitfs.New. Jersev.

Syahriman Syamsu. M.Yusril. FX Suwarto. 1990. Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan . Universitas Atmajaya Yogyakarta

Singarimbun. Masri dan Efendi Sofyan , 1998. Metode Penelitian Survey . LP3ES. Jakarta.

Toha Miftah, 1989. Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi . Rajawali Pers Jakarta.

(8)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam sejarah perkembangan perekonomian di Indonesia, koperasi memiliki peranan yang cukup berarti. Dari beberapa hasil studi kasus tentang koperasi memperlihatkan bahwa keberadaan koperasi tidak saja menguntungkan pada anggota koperasi tetapi juga telah berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik untuk komunitas dimana koperasi tersebut berada. Keberadaan dan perkembangan koperasi khususnya koperasi yang dikelola wanita di Indonesia cukup menarik perhatian pemerintah maupun para pembina karena koperasi-koperasi tersebut menunjukkan perkembangan kinerja yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari sisi organisasi maupun usaha. Koperasi wanita yang berkembang dan konsisten dalam menjalankan prinsip dan nilai-nilai koperasi.

Kajian ini difokuskan kepada keberadaan koperasi secara nasional dan bagaimana beberapa koperasi wanita sukses menjalankan organisasi dan usaha Koperasi Wanita dengan asumsi pada umumnya memiliki kegiatan yang diorientasikan kepada pemenuhan kebutuhan dan pemecahan persoalan wanita baik yang bersifat konsumtif, produktif maupun kesehatan reproduksi.

Keberadaan Kopwan sangat menarik untuk dikaji karena terdapat beberapa kopwan yang cukup berkembang. Hal ini dapat dilihat secara kuantitas seperti peningkatan jumlah anggota, volume usaha dan peningkatan SHU sedangkan jika dilihat dari kualitas pengelolaan, Koperasi Wanita lebih konsisten dan memberikan dampak positif untuk peningkatan kesejahteraan keluarga. Beberapa contoh : Koperasi Wanita yang berusaha di bidang simpan pinjam di Jogyakarta, Jawa Timur dan DKI Jakarta.

(9)

dapat berperan lebih besar di luar posisinya sebagai ibu rumah tangga (kesimpulan dari panel diskusi tanggal 4 April 2006 yang diselenggarakan oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK).

Dalam kaitan dengan pemberdayaan dan peningkatan peranan wanita dalam koperasi, Pemerintah khususnya Kementerian Negara Koperasi dan UKM sejak tahun 1980 sampai dengan sekarang telah melaksanakan berbagai program. Salah satunya adalah Program Peningkatan Peran Perempuan melalui Koperasi dan UKM. Program lainnya adalah pada tahun 2004/2005 pemerintah telah melaksanakan Program Rintisan Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil yang Responsif Gender melalui perguliran dana perkuatan modal usaha kepada kelompok usaha mikro dan kecil khususnya wanita yang memiliki usaha produktif seperti KSP/USP dengan pola tanggung renteng. Program tersebut dijalankan secara meluas mencakup 30 propinsi yaitu NAD, Sumut, Riau, Jambi, Sumbar, Bengkulu, Sumsel, Babel, Lampung, Jabar, Banten, DKI Jakarta, Jateng, D.I.Yogyakarta, Jatim, Bali, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Kalbar, NTB, NIT, Sulsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulut, Maluku, dan Maluku Utara.

Berdasar pada alasan-alasan di atas dan kaitan dengan implementasi program-program pemerintah seperti juga disebutkan di atas, maka mutlak dibutuhkan profil Koperasi Wanita yang valid dan akurat untuk dapat menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan Kopwan. Dengan tersedianya profil tersebut diharapkan dapat diperoleh gambaran yang baik tentang Kopwan baik dalam aspek organisasi maupun dalam pelaksanaan usaha. Ketersediaan profil tersebut sangat dibutuhkan sebagai dasar dalam menentukan atau membuat kebijakan pengembangan Koperasi Wanita ke depan. Profil mengenai Kopwan juga sangat penting artinya karena tanpa profil atau data yang cukup baik sulit untuk melihat secara mendetail persoalan yang dihadapi maupun solusi yang ditawarkan dari pihak pengambil kebijakan.

Mengapa Kopwan?

(10)

mendorong, Kementerian Negara Koperasi dan UKM mereplikasikan sistem tanggung renteng kepada 30 kelompok di 30 propinsi di Indonesia dengan menyediakan dana bergulir sebesar Rp. 225 juta atau Rp. 7,5 juta per kelompok. Pengelolaan dan besarnya omset. Indikator keberhasilannya dapat dilihat dari melalui pendapat anggota tentang koperasi itu sendiri dan kepemilikan supermarket, kenaikan simpan pinjam, kepemilikan pertokoan, persewaan dan sebagainya yang dicapai antara tahun 2003-2004 lalu.

Dalam konteks kasus tersebut nampak bahwa wanita memiliki keunggulan khususnya dalam pengelolaan koperasi. Keunggulan tersebut mewujud dalam keuletan, kejujuran dan ketelitian dalam menangani berbagai dinamika persoalan Kopwan. Kasus keberhasilan di atas memperkuat alasan untuk melakukan penelitian atau pendataan mengenai Kopwan. Melalui proses penelitian ini diharapkan dapat dipetik pembelajaran dari keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai Kopwan. Pembelajaran tersebut diharapkan berguna untuk pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dan pihak-pihak lain yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam mendorong perkembangan Kopwan di masa mendatang.

(11)

khususnya untuk wanita yang mempunyai usaha produktif seperti KSP/USP yang ditangani wanita dengan pola tanggung renteng pada 30 propinsi. Sebagai tindak lanjut dari program yang telah dijalankan, maka diperlukan kegiatan pendataan Koperasi Wanita yang ada di Indonesia.

Berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab pada kajian ini yaitu belum diketahui profil Koperasi Wanita secara aktual di lapangan baik nasional maupun kasus per kasus, maka melalui kajian ini telah (1) diperoleh (profil) terbaru mengenai keberadaan Koperasi Wanita di Indonesia, (2) diperoleh profil koperasi wanita pada 6 kasus, (3) digali berbagai potensi yang dimiliki Koperasi Wanita, (4) diperoleh berbagai persoalan yang dihadapi dan mencoba memberikan informasi untuk pemberdayaan koperasi wanita berikutnya.

2.

Rumusan Masalah

(1) Belum diketahui profil Koperasi Wanita pada skala nasional.

(2) Belum diketahui profil atau kiat Koperasi Wanita mengembangkan koperasi.

3.

Tujuan dan Manfaat Kajian

Kegiatan bertujuan :

(1) Mengetahui profil Koperasi Wanita di Indonesia

(2) Mengetahui profil atau kiat Koperasi Wanita mengembangkan koperasi .

4.

Sasaran dan Output

(12)

II. KERANGKA BERPIKIR

Keberadaan dan keberhasilan koperasi tidak dapat dilepaskan dari konsep kepercayaan (trust) dari anggota kepada Pengurus dan sebaliknya. Dalam hal ini ada prinsip hubungan timbal balik dalam arti materi atau immateri, juga menunjuk pada hubungan pertukaran yang sebetulnya terbentang mulai dari yang paling tidak jelas pengukurannya sampai dengan jelas pengukurannya, mulai dari yang langsung sampai ke yang tidak langsung (Lawang; 2005;234). Dalam hal ini kepercayaan antara koperasi dengan anggotanya terbangun jika kedua belah pihak saling memenuhi ekspektasi dari keduanya. Anggota akan percaya terhadap koperasi, jika koperasi mampu memenuhi ekspektasi kebutuhan anggotanya melalui mekanisme yang memenuhi prinsip-prinsip perkoperasian yang menjadi telah menjadi kesepakatan. Dengan kata lain bahwa koperasi akan dipercaya oleh anggotanya jika harapan-harapan anggotanya dapat dipenuhi tanpa membedakan apapun, termasuk perbedaan jenis kelamin. Sebaliknya koperasi ada, bertahan dan berkembang jika anggotanya memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dalam konsep koperasi sesuai dengan yang dinyatakan Hanel (2005:39). Koperasi adalah organisasi yang otonom yang berada dalam lingkungan sosial ekonomi yang memungkinkan setiap individu dan setiap kelompok orang merumuskan tujuannnya secara otonom dan mewujudkan tujuan-tujuan itu melalui aktivitas-aktivitas ekonomi yang dilakukan bersama. Melalui aktivitas ekonomi yang diwujudkan tersebut di dalamnya terjadi proses saling berinteraksi dalam kelompok. Antara kelompok dengan kelompok lainnya berhimpun mewujudkan kebutuhan bersama atau kepentingan bersama. Pada kenyataannya koperasi wanita mampu mengimplementasikan konsep kelompok dalam organisasi koperasi yang dimanajemen secara tekun (Suwarto FX, Yusril. M Syamsu Syahrimin ,1990)

(13)

memungkinkan berjalannya kegiatan kopwan. Kedua, permasalahan dalam pengertian masalah (problem) yang dihadapi Kopwan.

Sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini maka (1) kondisi makro atau keberadaan koperasi secara nasional dilakukan dengan pengumpulan data sekunder di tingkat Propinsi, (2) sedangkan kiat sukses koperasi yang berhasil dilakukan dengan wawancara mendalam dengan pengurus koperasi dan anggota.

Peubah yang diamati untuk mengetahui mengetahui profil koperasi secara nasional meliputi: (1) Jumlah koperasi wanita berdasarkan jenis/identitas, (2) Jenis usaha koperasi, (3) Penyelenggaraan RAT, (4) Modal Koperasi Wanita, (5) Volume Usaha, (6) Sisa Hasil Usaha (SHU), (7) Umur koperasi Wanita, (8) Jumlah Manajer (9) Jumlah karyawan dan (10) Keuangan/Solvabilitas. Selanjutnya peubah untuk menjelaskan profil koperasi wanita secara kasus meliputi (1) Kemampuan Pengurus Mengelola Organisasi, (2) Kemampuan Pengurus/Manajer Mengelola Usaha, (3) Kemampuan Koperasi Bekerjasama dengan Pihak lain dan (4) Dampak Koperasi Terhadap Lingkungan.

Keberadaan dan keberhasilan koperasi tidak dapat dilepaskan dari konsep kepercayaan (trust) dari anggotanya. Dalam hal ini ada prinsip kebersamaan pada hubungan timbal balik mulai dari yang paling tidak jelas pengukurannya sampai dengan yang jelas pengukurannya, mulai dari yang langsung sampai ke yang tidak langsung (Lawang; 2005;234).

Dalam konteks koperasi, kepercayaan antara koperasi dengan anggotanya terbangun jika kedua belah pihak saling memberi dan dapat memenuhi ekspektasi dari keduanya. Dengan kata lain bahwa anggota akan percaya terhadap koperasi jika koperasi mampu memenuhi ekspektasi kebutuhannya sebagai anggota melalui mekanisme yang ada dalam koperasi yang memenuhi prinsip-prinsip good governance1 yang menjadi basis kesepakatan dalam koperasi. Artinya bahwa koperasi akan dipercaya oleh anggotanya jika harapan-harapan anggotanya terhadap pemenuhan kebutuhan/kesejahteraan dapat dipenuhi tanpa membedakan berbagai status (sosial, jenis kelamin, dll).

Sebaliknya koperasi ada, bertahan dan berkembang jika anggotanya memenuhi kewajiban-kewajibannya. Hubungan timbal balik tersebut yang pada akhirnya akan menentukan kinerja koperasi yang terwujud dalam pengkategorian koperasi sesuai yang ditetapkan dalam pengkategorian kelompok kinerja A, B, C atau D.

(14)

IV. METODE PENELITIAN 1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui surat dan email. Data primer diliput melalui seperangkat pertanyaan yang diajukan kepada responden.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan (1) Kuesioner yang telah disiapkan (2) Observasi, teknik ini dilakukan untuk mengadakan pengamatan agar diketahui lebih jelas seperti apa keberhasilan koperasi itu dan (3) Wawancara mendalam.

3. Teknik Pengambilan Sampling

Dalam penelitian ini teknik penarikan sampling dilakukan dengan metode purposive. Ciri Koperasi berhasil adalah Koperasi yang mampu : (1) mengelola organisasi koperasi dengan baik, (2) mengelola usaha dengan baik, (3) memupuk dan mengelola modal, (4) mampu bermitra antar Koperasi, anggota dan pihak ketiga.

4. Jenis Responden dan Jumlah Responden

Jenis responden dalam penelitian ini adalah (1) Staf/ karyawan Kantor kepala Dinas di tingkat Propinsi, (2) Staf/karyawan Kantor Kepala Dinas Kabupaten/Kodya, (3) Pengurus Koperasi Wanita dan (4) Anggota Koperasi Wanita.

(15)

5. Peubah atau Variabel :

(1) Peubah Untuk Profil Koperasi Nasional

1. Jumlah Koperasi Wanita 2. Jenis usaha koperasi 3. Penyelenggaraan RAT 4. Modal Koperasi Wanita 5. Volume Usaha

6. Sisa Hasil Usaha (SHU) 7. Umur koperasi Wanita 8. Jumlah Manajer 9. Jumlah karyawan 10. Keuangan/Solvabilitas

(2) Peubah Profil Koperasi Berhasil

1. Kemampuan Pengurus Mengelola Organisasi 2. Kemampuan Pengurus/Manajer Mengelola Usaha 3. Kemampuan Koperasi Bekerjasama dengan Pihak lain 4. Dampak Koperasi Lerhadap Lingkungan

6. Metode Analisis

Data sekunder yang berhasil diinventarisir dikelompokkan sesuai pengelompokkan tabulasi data, untuk kemudian diolah dengan menggunakan statistik. Setelah data diolah kemudian dianalisis dengan dua metode, kuantitatif dan kualitatif. Pada analisa kuantitatif data diolah dengan batuan software Microsoft Access dan Microsoft Excel.

Data primer di analisis secara kualitatif untuk melihat profil koperasi wanita yang berhasil.

7. Definisi Operasional

(16)

berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas-asas kekeluargaan.

(2) Koperasi wanita adalah koperasi (primer maupun sekunder)2 dan berbadan hukum yang pengurus atau anggotanya adalah wanita dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan atau dikembangkan berdasar pada kebutuhan dan persoalan perempuan.

Berdasarkan jenis koperasi, dibagi dalam 5 (lima)

1. Koperasi konsumsi

2. Koperasi kredit (koperasi simpan pinjam) 3. Koperasi produksi

4. Koperasi jasa

5. Koperasi serba usaha

(3) Koperasi aktif dan Koperasi tidak aktif;

Koperasi dimana kepengurusan, keanggotaan maupun kegiatannya berjalan secara rutin.

1. Melaksanakan RAT 3 tahun berturut-turut.

2. Melayani kebutuhan anggota sesuai jenis koperasi (penyediaan modal untuk

anggota, penyediaan bahan baku produksi, kebutuhan harian, dll).

(4) Jenis Koperasi: berdasarkan kondisi emperis di Indonesia,jenis koperasi di kelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu:

1. Koperasi Produsen adalah koperasi yang anggotanya para produsen

barang/jasa.Contoh koperasi susu.

2. Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya konsumen akhir atau

pemakai barang /jasa. Contoh koperasi waserda.

3. Koperasi jasa adalah koperasi yang anggotanya pemakai jasa yang diberikan

oleh koperasi; dan

4. Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menyelenggarakan berbagai

(17)

(5) Koperasi Primer adalah koperasi yang anggotanya orang-orang yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usaha yang langsung melayani langsung para anggotanya.

(6) Koperasi Sekunder adalah yang beranggotkan badan-badan hukum koperasi karena kesamaan kepentingan ekonomi mereka berfederasi (bergabung) untuk tujuan efisiensi dan kelayakan ekonomi dalam rangka melayani para anggotanya.

(7) Volume usaha adalah total nilai penjualan/pendapatan barang dan jasa pada tahun buku yang bersangkutan.

(8) Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku bersangkutan.

(9) Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

1. Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko (modal equity) atau

merupakan kumulatif dari simpanan pokok,simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.

2. Modal pinjaman adalah modal yang dipinjam koperasi berasal dari anggota,

koperasi lainnya, bank/lembaga, penerbitan obligasi/surat berharga dan sumber-sumber lainnya.

(10) Kemitraan koperasi adalah kerjasama usaha koperasi dengan sesama koperasi dan atau badan usaha lainnya:

1. Kemitraan horizontal adalah kerjasama usaha dalam jenjang wilayah kerja

yang sama.

2. Kemitraam vertikal adalah kerjasama usaha dalam jenjang wilayah kerja

yang lebih tinggi.

(11) Partisipasi anggota adalah keterlibatan anggota dalam kegiatan koperasi yang dapat berbentuk:

1. melakukan transaksi dengan koperasi (membeli barang/jasa dari koperasi). 2. ikut serta dalam pengambilan keputusan (hadir dalam RAT).

3. ikut serta dalam pemupukan modal (simpanan pokok, wajib dan sukarela) 4. ikut serta dalam pengawasan; dan

(18)

(12) Aset koperasi adalah semua harta yang dimiliki secara sah oleh koperasi yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap.

(13) Tenaga kerja koperasi adalah orang yang bekerja secara penuh waktu untuk koperasi dan mendapatkan imbalan tetap berupa gaji atau honor.

(14) Pengurus koperasi terdiri dari ketua,sekertaris,bendahara dan pengawas yang diangkat berdasarkan rapat anggota.

(15) Pendidikan Pengurus adalah latar belakang tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh pengurus koperasi mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama (SLP), Sekolah Lanjutan Atas (SLA) dan Perguruan Tinggi. (16) Masalah Koperasi adalah disparitas antara kondisi yang diharapkan untuk

(19)

IV. HASIL KAJIAN DAN ANALISIS

Hasil kajian dan analisis sesuai dengan tujuan dijelaskan sebagai berikut:

1. Profil Koperasi Wanita Secara Nasional

Sebagaimana dijelaskan pada metodologi kajian ini maka profil Koperasi

[image:19.612.159.475.221.583.2]

Wanita secara nasional dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Profil Koperasi Wanita Secara Nasional

No. Peubah Satuan Nilai

1. Jumlah Koperasi Wanita Unit 1.517 2. Jumlah Anggota Orang 220.740

Rata-rata per koperasi Orang 205 3. Jenis Usaha

(1) Simpan Pinjam (2) Serba Usaha (3) Produksi (4) TAD Unit % % % % 65 22 1 22 4. Penyelenggaraan RAT

(1) Sudah (2) Belum (3) TAD % % 54 5 41 5. Modal Koperasi

(1) Modal sendiri (2) Belum Rp. % % 831 51.24 48.76 6. Volume Usaha

Rata-rata per koperasi

Rp. (Trilyun) Rp. (Juta)

1.401 1.856 7. Jumlah manajer

(1) Tdk memiliki manajer (2) Memiliki

% %

70 23.95 8. Usia Kopwan

(1) Terbanyak (2) Sedikit

Tahun Tahun Tahun

1 sampai 24 8 14 9. Jumlah Karyawan

(1) Perempuan (2) Laki-laki Orang Orang Orang 1.774 253 10. Volume Usaha

Rata-rata volume usaha

Rp. (Trilyun) Rp. (Ribu)

1.4001 1.856 11. SHU

Rata-rata

Rp. (Milyar) Rp. (Juta)

118 172 12. Jumlah Kabupaten Kab/Kodya 15 Sumber: Dinas Propinsi (diolah)

(1). Jumlah Kopwan di Indonesia

Hasil pendataan terhadap koperasi di 31 Propinsi di Indonesia

menunjukkan bahwa total jumlah Koperasi Wanita (Kopwan) per tanggal 26

Desember 2006 berjumlah 1.517 unit dijelaskan pada Tabel 1. menjelaskan

(20)

Jumlah Kopwan paling sedikit terdapat di Maluku Utara yaitu hanya 10 buah.

Dari sisi jumlah Kopwan di masing-masing propinsi menggambarkan adanya

kesenjangan antara jumlah Kopwan yang ada di Jawa dan luar Jawa. Untuk Jawa

secara umum menunjukkan jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan jumlah

Kopwan di propinsi-propinsi lain. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah

Kopwan di Jateng yaitu 96 Kopwan dan Jabar 191 Kopwan. Keadaan ini diduga

karena jumlah penduduk yang ada di Jawa lebih besar dibandingkan dengan

propinsi-propinsi lain sehingga kebutuhan terhadap keberadaan Kopwan juga jauh

lebih tinggi di Jawa dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainnya. Realitas

tersebut juga dapat dipengaruhi oleh faktor intensitas pembinaan dari lembaga

yang berkompeten untuk mendorong pembangunan koperasi di Jawa dibandingkan

dengan propinsi-propinsi lainnya.

(2). Jumlah Anggota Kopwan Indonesia

Total jumlah anggota koperasi di 31 Propinsi di Indonesia adalah: 220.740

orang. Rata-rata anggota per koperasi sebanyak 205 orang. Rincian

kecenderungan jumlah anggota Kopwan dalam dilihat dalam Gambar 3.1. berikut

ini:

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0%

20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 >480 J u m la h A n g g o

[image:20.612.160.465.439.651.2]

Sumber: Data Primer

(21)

Dari Gambar 1. tersebut diketahui bahwa jumlah anggota Kopwan

terbesar antara 40 – 160 orang yaitu kurang lebih sekitar 71 persen. Terdapat

kecenderungan bahwa Kopwan yang berjumlah anggota besar (lebih di atas 180

anggota Kopwan) persentasenya kecil. Artinya jika skala Kopwan ditentukan

berdasarkan jumlah anggotanya maka jumlah Kopwan dengan skala yang besar

persentasenya kecil. Hal ini sesuai dengan keadaan lapangan bahwa jumlah

anggota Kopwan memang relatif sedikit dibanding dengan koperasi biasa. Namun

walaupun jumlahnya sedikit pelayanan koperasi terhadap anggota konsisten dan

berkelanjutan. Ini menunjukkan bahwa ukuran jumlah anggota yang besar bukan

merupakan indikator keberhasilan koperasi yang memadai. Dengan kata lain

jumlah Kopwan yang berhasil menjadi besar (dari sisi jumlah anggotanya) di

Indonesia jumlahnya masih kecil.

(3). Jenis Usaha Kopwan di Indonesia

Hasil penelitian ini menunjukkan keragaman Kopwan dilihat dari sisi jenis

usaha yang digelutinya dijelaskan pada Gambar 2. berikut ini :

Jenis Usaha Koperasi

DK/NA 8%

KONSUMSI 4% PRODUKSI

1%

SERBA USAHA 22% Simpan Pinjam

65%

[image:21.612.150.474.421.635.2]

Sumber: Data Primer

(22)

Gambar 2. di atas menunjukkan bahwa dari total jumlah Kopwan yang ada,

jenis usaha Kopwan yang terbanyak atau dominan adalah jenis kegiatan simpan

pinjam sebanyak 65 persen, serba usaha 22 persen dan konsumsi 4 persen,

produksi 1 persen dan 8 persen usaha lainnya tidak memberikan data. Pengamatan

lapang menunjukkan bahwa pada umumnya Kopwan mengawali kegiatannya

dengan unit simpan pinjam. Kemudian mengembangkan usahanya ke serba usaha

dengan berbagai kegiatan seperti : pengadaan berbagai kebutuhan pokok dalam

waserda, usaha produksi (misalnya batik) dan kredit konsumsi (kredit yang lebih

khusus untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, kebutuhan anak sekolah,

sakit), kegiatan jasa (pendidikan; pendirian TK/Taman Kanak-Kanak).

Kecenderungan jenis usaha tersebut menunjukkan tidak saja jenis usaha simpan

pinjam secara ekonomi menguntungkan tetapi juga sekaligus menggambarkan

kebutuhan riil dari sebagian besar perempuan anggota koperasi.

Niat pemerintah untuk mengembangkan dan memperkuat Kopwan melalui

usaha simpan pinjam sangat tepat dalam rangka mengerakkan ekonomi di tingkat

paling bawah. Namun niat itu harus betul-betul diwujudkan dan mengikuti

perkembangan Kopwan. Karena keberhasilan tidak boleh mendadak jika Kopwan

selama ini tumbuh secara alami dan tahan terpaan krisis. Pemerintah juga harus

mengikuti dengan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan

yang lebih berakar dan kuat.

(4). Penyelenggaraan RAT Kopwan di Indonesia

Penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dalam penelitian ini

merupakan salah satu indikator status aktif tidaknya Koperasi Wanita. Temuan

menunjukkan bahwa hanya 54 persen Kopwan melaksanakan RAT secara teratur,

5 persen belum dan sebanyak 41 persen tidak diketahui apakah Kopwan

(23)

Sudah menyelenggarakan RAT

DK/NA 41%

Sudah 54%

Belum 5%

[image:23.612.179.446.87.253.2]

Sumber: Data Primer

Gambar 3. Persentasi Jumlah Kopwan Melaksanakan RAT

Penyebab masih banyaknya Kopwan belum melaksanakan RAT, hasil

temuan lapangan menunjukkan bahwa masih banyak Kopwan belum mampu

melaksanakan RAT karena skala usahanya masih kecil. Sebagaimana diketahui

penyelenggaraan RAT membutuhkan biaya yang cukup besar. Namun sebagian

Kopwan juga kurang disiplin untuk mentaati aturan RAT tersebut. RAT

merupakan petunjuk berjalannya roda organisasi itulah sebabnya indikator ini

menjadi status keaktifan koperasi sebagaimana halnya koperasi lain. Bagi yang

belum melaksankan RAT perlu di ketahui dan dibina agar melakukan RAT.

(5). Modal Kopwan di Indonesia

Secara umum, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal luar.

Berdasarkan hasil pendataan ini memperlihatkan bahwa total modal Kopwan di 31

propinsi berjumlah Rp. 831 milyar (modal sendiri dan modal luar). Jumlah tersebut

terdiri dari total modal sendiri berjumlah Rp. 426.056.204.000,- atau (51,24

persen). Dan total modal luar berjumlah Rp 405.507.288.000,- atau sebesar

(48,76 persen), (lihat Gambar 4. dan Gambar 5.)

Struktur permodalan Kopwan yang ada saat ini menunjukkan kondisi yang

cukup baik karena perbandingan modal sendiri masih relatif lebih besar

dibandingkan dengan modal luar, meskipun persentase perbedaannya kecil. Hal

(24)

memiliki unsur kehati-hatian. Data per propinsi menunjukkan bahwa jumlah

modal sendiri terbesar terdapat di Kopwan Kartika Chandra (Jawa Timur) yaitu

sebesar Rp 20.448.731.000,- sementara modal sendiri terkecil terdapat di Kopwan

PKK Mekar Ayu, Aceh Tengah yang jumlahnya hanya mencapai Rp. 108.000,-.

Kecilnya jumlah modal di Propinsi NAD bahwa Kopwan di Aceh baru berusia 2,4

tahun. Diduga Kopwan ini baru berdiri pasca tsunami sehingga pemupukan modal

yang dimiliki masih sangat kecil karena kemampuan ekonomi anggota Kopwannya

masih belum kuat.

Informasi lain yang dapat menjelaskan jumlah modal yang saat ini dimiliki

Kopwan ternyata relatif kecil dan berputar sangat lambat. Mengapa demikian?

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa variasi simpanan pokok dan

simpanan wajib pada Kopwan jumlahnya rendah. Dari hasil penelitian kualitatif

ditemukan bahwa variasi simpanan pokok Kopwan secara rata-rata rendah berkisar

Rp 1.000,- s/d Rp 20.000,-. Pada Kopwan yang besar seperti di Jawa Timur, DKI

dan Ambon Maluku ada yang jumlah simpanan pokoknya relatif besar berkisar

antara Rp 500.000,- s/d Rp. 1 juta.

Sementara untuk posisi modal luar terbesar dimiliki oleh Koperasi Teratai,

yang terletak di Propinsi Sulawesi Selatan yang berjumlah Rp. 4.460 milyar.

Sedangkan jumlah modal luar terkecil dimiliki oleh Koperasi Mawar, Bondowoso

(Jatim) yaitu sebesar Rp. 192.000,-. Pada umumnya sumber modal luar diperoleh

dari bank, dana bergulir (bantuan pemerintah) diantaranya dari program

agribisnis dan dana subsidi BBM. Detail gambaran tentang modal sendiri dan

(25)

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 10

20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 >280

M

o

d

a

l

S

en

d

ir

i

(j

u

ta

[image:25.612.154.471.88.355.2]

Sumber: Data Primer

(26)

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% 35.0% 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 >140 M o d a l L u a r (j u ta

[image:26.612.159.468.106.354.2]

Sumber: Data Primer

Gambar 5. Persentasi Modal Luar

(6). Volume Usaha Kopwan di Indonesia

Hasil penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai besar volume

usaha dari Kopwan di Indonesia. Detail gambaran mengenai besaran volume usaha

(27)

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 >560 V o lu m e U sa h a ( ju t

[image:27.612.166.459.112.342.2]

Sumber: Data Primer

Gambar 6. Persentasi Volume Usaha

Total volume usaha dari seluruh Kopwan di 31 propinsi sebesar Rp 1.401

trilyun. Volume usaha rata-rata per koperasi Rp 1,856 juta. Gambar 6 di atas

menunjukkan bahwa persentase tertinggi (kurang lebih 21 persen) adalah Kopwan

dengan besaran volume usaha Rp. 20 juta, Rp. 40 juta (sekitar 14 persen) dan

volume usaha lebih dari Rp. 560 jutaan sebesar (12 persen). Sementara persentase

volume usaha Kopwan lainnya sangat variatif berkisar antara Rp. 60 jutaan-Rp.

560 jutaan. Dengan gambaran besaran volume usaha yang dimiliki Kopwan

tersebut maka Kopwan sebagian besar dapat digolongkan adalah pengusaha

mikro

Hasil penelitian di lapangan memperlihatkan bahwa volume usaha

terbesar ada di Kopwan Kartika Chandra – Jatim sebesar Rp. 110 milyar.

Sementara volume usaha terkecil dimiliki oleh Kopwan Mawar – Jabar, sebesar

Rp. 208 ribu.

Kopwan dengan volume usaha terkecil ada pada Kopwan beranggotakan

(28)

sebagian besar Kopwan tergolong pengusaha mikro. Hal ini sekaligus

menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan yang mendasar yang dimiliki

Kopwan dalam pengelolaan usaha sehingga dengan jumlah usia koperasi yang

relatif tidak muda namun volume usaha yang dimilikinya masih sangat kecil.

(7). Sisa Hasil Usaha (SHU) Kopwan di Indonesia

Salah satu indikator keberhasilan dari sebuah koperasi dapat dilihat dari

besaran SHU-nya. Besaran SHU tidak saja menunjukkan aktivitas koperasi,

partisipasi dan kontribusi anggota koperasi terhadap kegiatan koperasi tetapi juga

keuntungan koperasi yang dapat dibagikan dan dinikmati anggota Kopwan. Total

SHU KKopwan yang ada di 31 propinsi sebesar Rp. 118 milyar dengan rata-rata

SHU per koperasi sebesar Rp. 172 juta atau kira-kira 11 persen. Gambaran detail

mengenai besaran SHU Kopwan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.7.

(29)

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% 35.0% 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 >56 S H U ( ju ta a

[image:29.612.149.478.113.391.2]

Sumber: Data Primer

Gambar 7. Persentasi Jumlah SHU

Berdasarkan Gambar 7. di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar

Kopwan (33 persen) memiliki SHU sebanyak Rp. 2 juta, 15 persen memiliki

SHU sebesar Rp. 4 juta, 6 persen Rp. 11 juta. Sisanya tesebar dan bervariasi

antara Rp. 8 juta sampai dengan Rp. 56 juta.

Jika dilihat prosentase terbesar SHU Kopwan yang hanya berkisar antara

Rp. 2-6 juta menunjukkan bahwa nilai SHU Kopwan masih sangat kecil. Artinya

bahwa nilai balik yang dapat dinikmati oleh anggota Kopwan juga relatif masih

rendah. Hasil studi kualitatif memperlihatkan ada kecenderungan jumlah SHU

yang rendah disebabkan karena sebagian besar kegiatan koperasi khususnya

simpan pinjam belum dikelola secara professional dengan orientasi keuntungan

ekonomi yang tinggi bagi Kopwan dan anggotanya. Sebagian besar kegiatan

simpan pinjam menetapkan tingkat suku bunga yang lebih rendah dibandingkan

(30)

konteks ini kecenderungan pengurus Kopwan berpandangan bahwa koperasi harus

lebih dapat memberikan keuntungan kepada anggota yang membutuhkan

dibandingkan dengan mengakumulasi keuntungan dalam jumlah yang besar dan

dalam waktu yang cepat. Hal ini terbukti dari hasil studi kualitatif yang

menunjukkan bahwa pada sebagian besar studi kasus yang diambil menunjukkan

kecenderungan kegiatan Kopwan, lebih berorientasi pada kegiatan-kegiatan social.

Seperti pemberian bunga rendah pada anggota Kopwan yang melahirkan, bunga

nol persen untuk anggota yang mengalami musibah seperti kematian. Menurut

hasil konfirmasi dari anggota Kopwan menunjukkan bahwa usaha seperti ini

merupakan kebutuhan riil anggota Kopwan dan kebijakan yang ditetapkan

demikian dianggap sangat membantu kepada kebutuhan riil perempuan.

(8). Umur Kopwan di Indonesia

Hasil penelitian lain yang menarik adalah gambaran tentang rentang umur

Kopwan yang ada di Indonesia. Detail rentang umur Kopwan di Indonesia dapat

dilihat pada Gambar 8. berikut ini:

(31)

0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 12.0% 14.0% 16.0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 >24 U m u r K o p er a se ( ta

[image:31.612.160.465.89.375.2]

Sumber: Data Primer

Gambar 8 . Persentasi Usia Koperasi Wanita

Gambar 8. di atas memperlihatkan bahwa usia Kopwan antara 1 sampai 24

tahun. Jumlah Kopwan yang berusia 24 tahun sebanyak 9 persen. Diantara

rentang usia itu jumlah Kopwan terbanyak berusia 8 tahun dan jumlah Kopwan

terkecil terdapat pada usia 14 tahun. Jika dikelompokkan maka sebagian besar

Kopwan yang ada sekarang berusia antara 1 sampai 12 tahun. Artinya Kopwan

yang ada sekarang masih relatif muda. Pada usia antara 13 sampai 23 tahun jumlah

Kopwan relatif kecil. Kemudian tahun 1982 sampai sekarang terjadi pertumbuhan

Kopwan yang cukup tinggi. Kondisi ini merupakan siklus kehidupan Kopwan

yang bergelombang kecil tapi stabil.

Siklus ini menimbulkan pertanyaan yang perlu dicermati antara lain : (1).

Apakah usia 14 tahun merupakan titik rawan bagi Kopwan dimana tidak banyak

Kopwan yang mampu bertahan pada usia tersebut? atau (2) pada tahun tersebut

(32)

ini menjadi catatan khusus bagi pemerintah maupun lembaga-lembaga lain yang

memiliki concern pada perkembangan Kopwan di Indonesia. Dalam konteks

tersebut mungkin dibutuhkan upaya pendampingan secara khusus pada usia-usia

Kopwan tertentu.

(9). Jumlah Manager Kopwan di Indonesia

Temuan lain dari penelitian ini mengenai keberadaan manager di Kopwan.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 70 persen lebih Kopwan

tidak memiliki manager, sementara 23,95 persen memiliki 1 (satu) orang manajer

dan 1,9 persen memiliki 2 orang manajer. Dengan kata lain hanya 334 Kopwan

dari total Kopwan yang berjumlah 1496 yang memiliki manajer. Dari gambaran

tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar Kopwan saat ini tidak atau belum

memiliki manager yang direkrut secara khusus. Namun bukan berarti bahwa

Kopwan yang ada di Indonesia tidak menjalankan satu manajemen tertentu.

Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa manajemen Kopwan saat

ini umumnya dijalankan oleh pengurus baik secara full time maupun part time. Manajemen Kopwan saat ini dijalankan melalui jam kerja pengurus dan sebagian

anggota (khususnya ketua kelompok pada koperasi yang mengembangkan strategi

kelompok). Sejauh ini dengan mekanisme yang dikembangkan manajemen

koperasi (khususnya pada Kopwan yang dijadikan studi kasus) dapat berjalan

dengan baik.

Keberadaan manajer yang direkrut secara khusus umumnya ada pada

koperasi yang skala usaha dan anggotanya cukup besar. Berdasarkan hasil

penelitian kualitatif menunjukkan bahwa manajer pada sebuah koperasi yang

sudah mapan diorientasikan untuk mengembangkan unit-unit usaha lain atau

intensifikasi produk agar berjalan lebih professional dan menguntungkan.

Gambaran tentang persentase Kopwan dan jumlah menajer dapat dilihat pada

(33)

34.4% 23.9%

38.3% 0.5%

1.7% 0.7% 0.2%

0.2% 0.0% 0.0%

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 0

1 2 3 >3

J

u

m

la

h

M

a

n

a

g

Perempuan Laki-laki

[image:33.612.127.470.86.432.2]

Sumber: Data Primer

Gambar 9. Jumlah Manajer Koperasi Wanita

(10). Jumlah Karyawan Kopwan di Indonesia

Gambaran jumlah karyawan perempuan dan laki-laki yang terserap di

(34)

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 >12

J

u

m

la

h

K

a

ry

a

w

Perempuan Laki-laki

[image:34.612.144.482.87.371.2]

Sumber: Data Primer

Gambar 10 : Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelaminr

Berdasarkan Gambar 10. di atas menunjukkan beberapa temuan yang

menarik. Pertama, jumlah total tenaga kerja/karyawan yang bekerja di Kopwan

sebanyak 1.760 orang. Artinya Kopwan memiliki peranan tidak saja memberikan

keuntungan kepada anggotanya tetapi juga dalam hal penyerapan tenaga kerja.

Kedua, meskipun statusnya sebagai Kopwan, namun tenaga kerja/karyawan yang

bekerja di Kopwan juga menyerap tenaga kerja/karyawan laki-laki. Perbandingan

jumlah karyawan perempuan sebesar 1.576 karyawan atau 89,5 persen, sementara

jumlah total karyawan laki-laki yaitu 184 orang atau sebesar 10 persen. Dukungan

dari studi kualitiatif menunjukkan bahwa pada umumnya tenaga kerja/karyawan

laki-laki dipekerjakan sebagai petugas lapangan atau debt collector. Sementara tenaga kerja/karyawan perempuan sebagian besar bekerja di bagian administrasi

pembukuan atau keuangan. Pada umumnya karyawan memperoleh pendapatan

(35)

Hasil penelitian kualitatif juga menunjukkan bahwa selain menyerap

tenaga kerja/karyawan tetap, Kopwan juga mempekerjakan petugas/karyawan

tidak tetap. Mereka biasanya difungsikan sebagai petugas lapangan part

time/pendamping. Pada beberapa koperasi tenaga kerja/karyawan tidak tetap

memperoleh uang transport pada saat melakukan kunjungan ke per kelompok (Rp

40.000–Rp 75.000) per kali datang/kelompok. Sayangnya, tidak ada data yang

sistematis yang menunjukkan jumlah tenaga kerja/karyawan tidak tetap. Dari hasil

pengamatan selama studi kualitaitf memperlihatkan kecenderungan bahwa jumlah

tenaga kerja/karyawan tidak tetap lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga

kerja/karyawan tetap. Artinya bahwa keberadaan Kopwan cukup berarti dalam hal

penyerapan tenaga kerja khususnya tenaga kerja/karyawan lokal.

(11). Gambaran Tentang Keuangan Kopwan di Indonesia

Secara kuantitatif, penelitian ini juga berusaha untuk mengolah data yang

berkaitan dengan keuangan koperasi yang terdiri dari rentabilitas, solvabilitas dan

likuiditas. Data tersebut merupakan hasil dari cross beberapa variabel. Sayangnya

dari yang terkumpul, hanya data mengenai rentabilitas yang dapat dikeluarkan.

Data yang dihasilkanpun nampaknya tidak dapat menggambarkan kondisi riil

yang sebenarnya karena kondisi beberapa data yang tidak baik. Ada banyak

kekosongan data (yang tidak diisi oleh koperasi maupun dinas koperasi di tingkat

Propinsi dan Kabupaten) yang tidak memungkinkannya data mengenai solvabilitas

dan likuiditas untuk dapat ditampilkan. Data rentabilitas yang berhasil diolah dapat

dilihat pada Gambar 11. di bawah ini :

(36)

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% 35.0% 5

10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 >85

R

en

ta

b

il

it

a

[image:36.612.159.465.90.312.2]

Sumber: Data Primer

Gambar 11. Persentasi Rentabilitas Kopwan

Rentabilitas idealnya dapat menunjukkan kemampuan Kopwan untuk dapat

menghasilkan keuntungan. Berdasarkan gambar di atas, bahwa sebagian besar

Kopwan menunjukkan rentabilitas sebesar 5-10 persen (60%). Hal tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan Kopwan untuk dapat menghasilkan keuntungan

masih sangat rendah. Kondisi Kopwan yang ada saat ini cenderung berjalan

namun tidak memberikan akumulasi keuntungan yang besar bagi Kopwan. Dalam

jangka panjang hal ini penting menjadi perhatian, tidak saja secara internal untuk

Kopwan tetapi juga untuk pembina koperasi dan lembaga yang berkompeten

membinanya. Perlu dilakukan pelatihan-pelatihan pengembangan usaha sehingga

kemampuan Kopwan untuk mengembangkan usaha dapat ditingkatkan dari

kondisi saat ini.

(37)
[image:37.612.146.458.131.639.2]

Lampiran 1

Tabel 1 Jumlah Koperasi Wanita di Indonesia

No Propinsi Jumlah

1 Aceh 94

2 Ambon 10

3 Bali 17

4 Bangka Belitung 21

5 Banten 25

6 Bengkulu 39

7 DKI Jaya 49

8 Gorontalo 20

9 Jambi 46

10 Jawa Barat 195

11 Jawa Tengah 96

12 Jawa Timur 213

13 Kalimantan Barat 20

14 Kalimantan Selatan 46

15 Kalimantan Tengah 22

16 Kalimantan Timur 42

17 Lampung 60

18 Maluku Utara 8

19 NTB 57

20 NTT 30

21 Papua 36

22 Riau 63

23 Sulawesi Barat 8

24 Sulawesi Selatan 38

25 Sulawesi Tengah 31

26 Sulawesi Tenggara 11

27 Sulawesi Utara 58

28 Sumatera Barat 40

29 Sumatera Selatan 50

30 Sumatera Utara 45

31 Yogyakarta 28

Total 1.517

(38)

2. Profil Koperasi Wanita (Kasus)

Pada bagian ini dijelaskan 6 koperasi yang menjadi responden dan sebagai

profil/model bagi koperasi wanita dalam menumbuhkan dan mengembangkan koperasi wanita.

PROFIL KOPERASI INDUSTRI KERAJINAN

(KOPINKRA)

SULAMAN DAN KONVEKSI

Berdiri Tahun 1985

Badan Hukum : N0.1702/XVII Tgl 2-1-1988

Alamat: Jln. Panorama No 9 Bukittinggi

Sumatera Barat

Telp. 0752-22976

Koperasi Industri Kerajinan (Kopinkra) Sulaman dan Konveksi berdiri pada tahun

1985 atas inisiatif para pengusaha/pengrajin bordir, sulaman dan konveksi yang ada di

Bukittinggi. Pada Tahun 1986 diadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) pertama dan

memperoleh Badan Hukum pada tahun 1988. RAT dilaksanakan setiap tahun dan pada tahun

buku 2005 telah memasuki RAT yang ke 20.

Perkembangan Kopinkra sejak berdiri sampai saat ini banyak mengalami pasang naik

dan surut. Usaha yang dijalankan pada mulanya adalah unit simpan pinajam, unit pertokoan

untuk penyaluran bahan baku kepada anggota dan unit produksi. Sampai tahun 1997 semua

unit usaha tersebut berkembang dengan baik. Pada periode tersebut atas kerja keras

pengurus dan anggota nama Kopinkra telah mampu terangkat ke permukaan sampai ke

tingkat nasional antara lain: (1) temu wicara dengan Bpk. Presiden, (2) Mandapat Bantuan

donasi dari berbagai pihak sampai berjumlah Rp 26.555.000, yang antara lain berasal dari

Bpk. Menteri Koperasi, Bpk. Gubernur Sumatera Barat, Bpk. Ketua Pengendalian Mutu

Nasional, (3) Unit produksi Kopinkra pernah mendapat kuota ekspor ke Kanada bekerjasama

dengan PT Maimun Bali, (4) Mendapat pinjaman lunak dari Bank Bukopin sebesar Rp.

200.000.000, (5) Mendapat pinjaman KKPA dari Bank Indonesia sebesar Rp. 400.000.000, (6)

Membuka Toko di Seremban Malaysia.

Pada Tahun 1977 terjadi kebakaran di Pasar Atas Bukittinggi yang ikut

menghanguskan unit perkotaan Kopinkra dan beberapa unit pertokoan anggota. Dan

(39)

Kopinkra. Atas kesediaan anggota yang tetap mau dan berupaya membayar hutangnya,

pelan-pelan Kopinra bangkit kembali walupun usaha Koperasi hanya usaha simpan pinjam,

tapi usaha inilah yang dibutuhkan anggota dan sampai sekarang keadaan koperasi mulai

membaik dan berkembang cukup pesat. Hal ini tidak terlepas dari kerja keras, kebersamaan,

kedisiplinan semua unsur yang ada dalam Kopinkra yakni pengurus, pengawas, anggota dan

karyawan.

Pengelolaan Kelembagaan

Jumlah anggota per Oktober 2006 sebanyak 143 orang terdiri dari para pengusaha/

pengrajin bordir, sulaman dan konveksi. Perkembangan jumlah anggota dari tahun 1987

sampai tahun 2006 sebesar 17 % rata-rata per tahun hanya 1,7%. Jumlah Kepengurusan 8

orang terdiri dari Pengurus 5 orang dan 3 orang pengawas. Pengurus meliputi Ketua, Wakil

ketua, sekertaris, wakil sekertaris dan Bendahara sedangkan pengawas terdiri dari satu orang

ketua dan 3 orang karyawan. Kekhususan Koperasi ini terletak pada jumlah karyawan hanya

satu orang. Mengapa hanya satu orang karena Pengurus dan Pengawas sama-sama bekerja

secara bergotong royong. Pelaksanaan manajemen pembukuan organisasi dan keuangan

secara harian dilaksanakan oleh karyawan dengan kontrol oleh Pengurus dan Pengawas.

Pengelolaan Usaha

Kegiatan usaha dikelola KSP ini adalah Usaha Simpan Pinjam (USP). USP ini

dikelola per sub unit menurut sumber permodalan sebagai berikut: (1) USP yang berasal dari

koperasi (anggota) kegiatannya diselenggarakan setiap tanggal 21 setiap bulan. Semua

anggota telah memanfaatkan dana ini dengan jumlah maksimal pinjaman kepada anggota

sebesar Rp. 35.000.000,- (tiga kali jumlah simpanan yang dipinjam). Sampai tahun 2005

koperasi ini telah merealisasi pinjaman sebesar Rp. 3.392.000.000,- kepada 162 orang, (2)

USP berasal dari dana bergulir BBM, kegiatannya diselenggarakan tanggal 9 setiap bulan.

Realisasi pinjaman ini kepada 72 orang dengan jumlah Rp. 348.000.000.- Karena dana ini

bernama dana bergulir maka sistem penyalurannya dilakukan secara bergulir yaitu : tahap

pertama disalurkan kepada anggota yang meminta (membutuhkan) pinjaman, kemudian

setelah pinjaman pertama diterima pokok dan bunga maka pinjaman berikutnya dicairkan

kepada peminjam berikutnya, demikian sistem penyaluran dana bergulir di KSP ini (3) USP

yang berasal dari dana bergulit ABT APBD TK I Sumatera Barat, kegiatannya

diselenggarakan tanggal 9 setiap bulan. Realisasi kredit kepada 17 orang anggota dengan

jumlah Rp. 85.000.000.-. Laba usaha dari tiga kegiatan tersebut sebesar Rp. 157.705.196.-

(40)

dengan perincian (1) bagian anggota berdasarkan simpanan sebesar 25 %, (2) bagian anggota

berdasarkan jasa sebesar 25 %, (3) dana pengurus 10 %, (4) kesejahteraan karyawan 5 %, (5)

dana pendidikan 2,5 %, (5) dana sosial sebesar 2,5 %.

Pelayanan simpan pinjam pada Kopinkra ini dilaksanakan sebagai berikut: (1)

pelayanan dilaksanakan setiap tanggal 1 dan tanggal 21 setiap bulan, (2) setiap pertemuan

dibuka mulai jam 9 sampai jam 15 WIB, (3) ketentuan pemberian pinjaman kepada anggota

adalah sebagai berikut (a) pinjaman diberikan sebesar 3 kali jumlah simpanan. Dalam hal ini

tidak semua anggota diberi 3 kali simpanan dilihat kondite anggota. Kondite anggota dilihat

dari dari pembayaran kewajiban tepat waktu, pembayaran kewajiban lalai dan harus ditelepon

lebih dahulu dan pembayaran tidak pada waktunya dan pernah menunggak, (b) maksimal

pinjaman sebesar Rp. 40.000.000.- (empat puluh juta rupiah) tidak semua anggota dapat

walaupun simpanan mencukupi (realisasi pinjaman tergantung keputusan Pengurus), (c) jasa

pinjaman dipungut 0,5% tiap bulan dan dibayar dimuka sekaligus untuk jangka waktu

pinjaman, (d) jangka waktu pengembalian pinjaman minimal 10 bulan, (e) setiap pinjaman

dikenakan biaya administrasi 1% dari jumlah pinjaman, (f) tunggakkan pembayaran pinjaman

dikenakan denda sebesar 5% pokok pinjaman setiap bulan pinjaman.

Dampak Koperasi terhadap Anggota dan Lingkungan

Sejak koperasi ini menangani usaha simpan pinjam, dampak usaha simpan pinjam

bagi anggota sangat nyata antara lain (1) anggota dapat mengembangkan usaha melalui modal

yang diterima dari koperasi, (2) anggota dapat menyekolahkan anak –anak nya sampai ke

Perguruan Tinggi bahkan sekarang ada beberapa keluaga yang anaknya telah lulus dan

mereka sudah bekerja, (3) pengusaha berkembang dari usaha keliling menjadi pengusaha

yang mempunyai toko bahkan ada yang sudah kerjasama dengan pasar Tanah Abang di

Jakarta.

Kerjasama Dengan Pihak Lain

Sebagaimana disebut diatas kopinkra ini bekerjasama dengan anggota dan pihak

ketiga seperti dengan (1) Pemerintah setempat dengan Bpk. Gubernur Sumatera Barat, (2)

Pengendalian Mutu Nasional, (3) dengan Kanada bekerjasama dengan PT Maimun Bali

melaksanakan ekspor, (4) mendapat pinjaman lunak dari Bank Bukopin, (5) mendapat

(41)

KOPERASI KESEJAHTERAAN KAUM IBU (KT3I)

JAKARTA PUSAT

Berdiri : Tgl 22 Desember 1950

BH :134/BH/PAD/KWK.9/VIII/1995

Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat

Koperasi kesejahteraan kaum ibu telah mengalami pasang surut sejak berdiri tahun

1929. Koperasi ini dibentuk oleh ibu-ibu kelompok masak dan arisan kemudian Kopwan ini

berkembang menjadi kelompok simpan pinjam dengan nama (Credit Cooperative Kaum Ibu

Bendungan Jago). Kemudian pada tanggal 22 Desember bertepatan pada hari ibu atas

inisiatif pengurus dibentuk kepengurusan baru. Kepengurusan yang baru terdiri dari 7 orang

semuanya perempuan . Sturktur pengurus terdiri dari Ketua I, Ketua II, Sekertaris, Bendahara,

dan Badan Pengawas. Kemudian tahun 1954 karena alasan-alasan tertentu CCKIB berubah

dengan Koperasi, Kredit Kaum Ibu (KKKI). Pada tahun 1965 koperasi ini kembali

mengalami perubahan karena adanya kevakuman karena peristiwa G.30 S. Pada peristiwa ini

ada beberapa pengurus yang terlibat dalam kegiatan Gerwani sehingga pengurus hanya

tinggal 2 orang untuk meneruskan kegiatan perkoperasian. Kedua pengurus ini membentuk

kepengurusan baru yang bebas dari Gerwani. Kepengurusan baru dengan anggota baru

yang diseleksi secara ketat merubah anggaran dasar terakhir dengan nomor 979/12/67.

Tahun 1982 koperasi berubah lagi menjadi Koperasi Kesejahteraan Kaum Ibu (K3I) dengan

BH seperti pada box tulisan ini.

Pengelolaan Organisasi

Struktur organisasi kepengurusan dengan Badan Hukum terakhir terdiri dari 2 orang

penasehat, 4 orang pengurus (KetuaI, Ketua II, Sekertaris dan Bendahara). Badan Pengawas

tiga orang terdiri dari Ketua, Sekertaris dan Anggota. Jumlah anggota 892 orang

Pembinaan Anggota dilakukan melalui kelompok 892 anggota dikelompokkan kepada 22

kelompok. Anggota kelompok antara 20 sampai 45 orang Tugas ketua kelompok menarik

kewajiban simpanan wajib dan cicilan anggota. Untuk mendapatkan pinjaman diproses

melalui kelompok dan bisa langsung kepengurus. Ketua kelompok pada koperasi ini cukup

kuat perannya dalam membina anggota dan membesarkan. Ketua kelompok rata-rata berperan

(42)

tahun 1982 dilaksanakan setiap tahun. Proses RAT dilakukan melalui kelompok kemudian

dilanjutkan ke rapat RAT paripurna.

Pengelolaan Usaha

Usaha Koperasi wanita ini adalah usaha simpan pinjam dikelompokkan dalam dua

bentuk. Kelompok pertama adalah usaha simpan pinjam konsumtif dan kelompok kedua

usaha produktif. Usaha konsumtif adalah usaha yang diperuntukkan untuk kebutuhan

keluarga,pendidikan,kesehatan dan pembelian barang-barang konsuntif. Besarnya pinjaman

yang dapat dinikmati anggota adalah 1 kali besarnya kekayaan anggota di dalam koperasi.

Kekayaan anggota yang dimaksud disini adalah : simpanan pokok, wajib dan sukarela yang

disimpan anggota di dalam koperasi. Tingkat bunga yang dikenakan sebesar 1,5 % per bulan

menurun. Pinjaman ini dikembalikan selama 10 kali mencicil. Mekanisme penyetoran

cicilan dapat dilakukan melalui ketua kelompok atau langsung ke koperasi. Tidak ada jasa

tambahan yang diberikan anggota koperasi walupun harus menyetorkan cicilan melalui ketua

kelompok. Jika anggota menyelesaikan pinjaman tahap pertama dengan lancar tanpa

tunggakan maka selanjutnya anggota dapat meminjam sebesar 2 kali kekayaan yang dimiliki

di koperasi.

USP produktif adalah pinjaman anggota yang diperuntukkan bagi penambahan modal

usaha. Sumber dana untuk pinjaman berasal dari koperasi sendiri dan bantuan pemerintah

seperti bantuan dana subsidi BBM. Jasa administrasi sebesar 2 % flat. Ketentuan tersebut

disepakati dalam RAT. Jasa administrasi lebih besar dari jasa administrasi usaha konsumtif

karena asumsinya jika digunakan untuk usaha dana tersebut produktif dan menghasilkan

keuntungan. Pinjaman produktif dikembalikan 10 kali cicilan. Besarnya jasa adminsitrasi

yang ditetapkan pengurus dibawah bunga bank. Selain itu, pinjaman dana produktif dari

koperasi cepat dicairkan antara 1 sampai 2 hari dari usulan pinjaman dan tanpa agunan.

Besarnya pinjaman berkisar antara Rp.10 – Rp. 15 juta.

Sistem penyaluran danpengembalian pinjaman dalam koperasi in dilaksanakan denga

dua cara. Cara yang pertama dengan sistem konvensional dan sistem tanggung renteng.

Untuk kelompok yang sudah saling mengenal dan saling bersama mengadobsi cara sistem

tanggung renteng sedangkan bagi kelompok yang interaksinya kurang dan kekompakannya

kurang pada umumnya melaksanakan cara konvensional. Bagi kelompok yang menganut

sistem tanggung renteng pinjaman diberikan sama besar dan dicairkan serentak. Aturan

(43)

menyelesaikan tunggakan tersebut. Sedangkan bagi kelompok konvensional peminjam bisa

individu dan yang bertanggung jawab adalah individu. Keuntungan sistem tanggung renteng

adalah membantu pengurus dalam tugas pengawasan dan memberikan tanggung jawab pada

kelompok. Keuntungan lain adalah anggota dalam kelompok bertanggung jawab penuh dalam

urusan pengembalian pinjaman.

Dampak Terhadap Anggota Lingkungan

Koperasi wanita ini telah memberikan dampak posistif bagi anggota. Selain

memberikan kontribusi terhadap pengembangan modal, volume usaha juga berdampak

posistif bagi sumber daya manusia: baik pengurus, karyawan maupun anggotanya. Selain itu

koperasi wanita ini juga berdampak sebagai wadah pembelajaran dan lahirnya pemimpin non

formal dari koperasi ini.

PROFIL KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) KARTINI

Berdiri tanggal 20 Februari Tahun 1982 Ketua : Ibu CR Sujunah

Alamat : Jalan Kesehatan 107 Kaliurang Hargobinangun Pakem

Kabupaten: Sleman, DI Yogyakarta

KSP KARTINI berdiri tanggal 20 Februari 1982 atau 22 tahun yang lalu, semula

bernama Koperasi Kredit Kartini dan baru dapat pengesahan badan hukum Nomor :

1741/BH/XI tanggal 26 Juli 1994, kemudian dalam perkembangannya telah dilakukan

perubahan Anggaran Dasar. Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan

Pengusaha Kecil Republik Indonesia Nomor : 180/BH/PAD/KWK/12/IV/1997 tanggal 30

April 1997 tentang pengesahan perubahan anggaran dasar koperasi kredit Kartini. Pada tahun

2004, koperasi kredit Kartini telah berubah nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam Kartini

disingkat KSP Kartini.

Proses terjadinya KSP Kartini pada tahun 1982 tidak terlepas dari peranan Foster

Parent Plan yang aktif melakukan kegiatan di kecamatan Pakem telah memberikan

pendidikan dasar koperasi. Kepada ibu-ibu PKK. Menindaklanjuti kegiatan tersebut, maka

disepakati oleh semua anggota PKK yang terdiri dari 115 orang ibu diketuai oleh ibu CR

Sujinah untuk membentuk satu wadah koperasi yang diberi nama koperasi kredit “KARTINI”.

(44)

KARTINI disamping nama tersebut adalah nama yang tidak asing lagi bagi orang Indonesia,

dibalik nama Kartini terkandung bahwa pada suatu saat lembaga koperasi yang pengurusnya

semuanya wanita ini akan menjadi wadah kaum perempuan yang mampu mengambil peranan

aktif dalam masyarakat luas dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Tujuan pembentukan

KSP ini adalah untuk dapat memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat yang pada akhirnya

diharapkan upaya pengentasan kemiskinan untuk menuju kesejahteraan lahir batin suatu saat

akan terwujud.

Keberadaan Kaliurang sebagai kawasan wisata ternyata dapat memberikan

keuntungan dan peluang bagi ibu-ibu, untuk melakukan upaya tersebut, berbagai usaha

dagang kecil-kecilan seperti bakul jadah tempe, bakul buah, warung, dan sebagainya banyak

diusahakan oleh mereka. Namun faktor permodalan menjadi hambatan yang sangat tidak

menguntungkan bagi usaha mereka, karena kebutuhan akan modal usaha mereka telah

dimanfaatkan oleh para pelepas uang yang banyak beroperasi untuk mengambil keuntungan

sampai 20% perbulan. Hal ini dapat terjadi karena di satu pihak belum ada lembaga keuangan

yang dapat melayani masyarakat dan di lain pihak sebagian besar masyarakat belum

mengetahui akan fungsi lembaga keuangan seperti bank. Akibatnya kerja keras ibu-ibu

menjadi percuma karena keuntungan yang didapat akan jatuh pada para rentenir, maka

dibentuklah sebuah wadah koperasi, yaitu koperasi KARTINI

Berangkat dari kenyataan ekonomi yang memprihatinkan tersebut, mendorong

pengurus perkumpulan wanita ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) berjuang

dengan kerja keras untuk menjadikan KSP Kartini menjadi Bank untuk melepaskan

masyarakat dari jepitan pelepas uang dan ternyata usaha tersebut telah dirasakan oleh anggota

dan masyarakat setempat saat ini. Ibu CR Sujinah yang tidak mengenal lelah dan selalu

konsisten membantu para ibu.

Keberadaan Kaliurang sebagai kawasan wisata ternyata juga dapat memberikan

keuntungan dan peluang bagi ibu-ibu, untuk melakukan upaya tersebut sehingga berbagai

usaha dagang kecil-kecilan seperti bakul jadah tempe, bakul buah, warung, dan sebagainya

banyak diusahakan oleh mereka. Tujuan pembentukan KSP Kartini sangat jelas yaitu

memperbaiki tingkat kehidupan anggota dan masyarakat yang pada akhirnya diharapkan

terjadi pengentasan kemiskinan untuk menuju kesejahteraan lahir batin para anngotanya

dapat terwujud.

Modal pertama untuk operasional koperasi dikumpulkan sebesar Rp 225.000 dengan

(45)

kemampuan sebagian besar anggota pada waktu itu. Namun, sejalan dengan meningkatnya

ekonomi masyarakat, maka simpanan wajib dan simpanan pokok sudah disesuaikan dengan

kemampuan anggota. Daerah pelayanan pada waktu itu masih dalam lingkup daerah

Kaliurang Selatan, Timur, dan Barat.

Setelah koperasi berumur 4 tahun, tahun 1986 KSP Kartini mulai membuat kantor

sederhana di atas tanah milik pemerintah desa, dan kini kantor tersebut sudah dilengkapi

dengan sarana dan prasarana yang cukup repr

Gambar

Tabel 1.  Profil Koperasi Wanita Secara Nasional
Gambar  1. Jumlah Anggota Koperasi Wanita Indonesia
Gambar 2. Koperasi Wanita menurut Jenis Usaha
Gambar 3. Persentasi Jumlah Kopwan Melaksanakan RAT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja keuangan Koperasi Wanita kota Malang akan diamati dari. beberapa aspek yaitu likuiditas, solvabilitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rasio likuiditas Koperasi Wanita Hemat Probolinggo dilihat dari Cash Ratio sangat baik karena nilai Cash Ratio pada

ANALISIS KECUKUPAN MODAL KERJA GUNA MENINGKATKAN PROFITABILITAS DENGAN PENERAPAN SISTEM TANGGUNG RENTENG (Studi Kasus Pada Koperasi Serba Usaha Setia Budi

Berikut merupakan entitas bisnis yang dihasilkan dari perancangan desain sistem pada Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita, yang dapat dilihat pada gambar 7.. Gambar 7

Berikut merupakan entitas bisnis yang dihasilkan dari perancangan desain sistem pada Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita, yang dapat dilihat pada gambar 7.. Gambar 7

Peran koperasi wanita dalam upaya pemberdayaan perempuan dapat dilihat dari diresmikannya Kabupaten Gianyar sebagai proyek percontohan untuk program PERKASSA (Perempuan

Dampak secara khusus berdirinya Koperasi Wanita Potre Koneng terhadap lingkungan sekitar masih dapat dikatakan belum optimal di beberapa aspek, yaitu pada lokasi

Peluang bagi koperasi wanita untuk menjadi penyalur kredit mikro dapat dilihat dari kekuatan yang dimiliki antara lain yaitu, (a) bentuk kelembagaan koperasi