• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERILAKU FANATISME PENGGEMAR BOYBAND KOREA (STUDI PADA KOMUNITAS SAFEL DANCE CLUB).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERILAKU FANATISME PENGGEMAR BOYBAND KOREA (STUDI PADA KOMUNITAS SAFEL DANCE CLUB)."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Universitas

JURUSAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh: Arfina Rafsanjani

10413241012

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“ N ev er gi v e u p on w ha t y ou r ea l l y w a n t t o d o”

A n on i m

-“ W r i t i n g com es m or e ea si l y

i f y ou h a v e som et h i n g t o sa y ”

St ol en A sch

-“ Ev er y bod y i s a gen i u s

bu t i f y ou j u d ge a f i sh by i t s a bi l i t y t o cl i m b a t r ee,

i t w i l l l i v e i t s w h ol e l i f e bel i ev i n g t h a t i t s st u p i d ”

(6)

-vi

U n t u k m er ek a y a n g sel a l u h a d i r d i set i a p l a n gk a h k u

B a p a k d a n I bu

P r a y i t n o d a n Sr i M u l y a n i

U n t u k d i a y a n g m en j a d i sa t u d a l a m i k a t a n p er sa u d a r a a n

K a k a k k u

F i t r i a K a d a r w a t i

U n t u k sebu a h p er j u a n ga n y a n g t a k k en a l ba t a s

(7)

vii

hidayahNya, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku Fanatisme Penggemar Boyband Korea (Studi pada komunitas Safel Dance Club) ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, karya tulis ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan penuh rasa terimakasih penulis ucapkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 4. Bapak Grendi Hendrastomo, MM. MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Sosiologi.

5. Ibu V. Indah Sri Pinasti, M.Si yang telah memberikan bimbingan dan arahannya.

6. Ibu Puji Lestari, M. Hum yang telah bersedia menjadi narasumber penulis. 7. Ayah dan Ibu, my big motivation… terimakasih untuk cinta kasih yang

senantiasa diberikan

(8)

viii scholarship.

11. Mas Slamet, admin jurusan yang punya kesabaran extra menghadapi kami mahasiswa tingkat akhir.

12. Lely, Ana, Eka Y, Nina, EviI really miss our friendship, Ulya, Okti, Mbak Wul dan Iis terimakasih semua.

13. UKM Bahasa Asing SAFEL, khususnya departemen CCU LM dengan segenap kenangan yang menyertai.

14. SDC.. 1st generations, 2nd generation, 3rd generation …My sweet home.. I do love you all…

15. Perpus FISIPOL, UGM dan teman-teman JPP. Terimakasih untuk kesempatan mengenal kalian.

16. Perpus FIS, Jurusan, UPT dan Lab sosiologi.I always being there,thanks a lot.

17. Segenap fotocopy depan fakultas, khususnya fotocopy sahabat yang sering ngasih diskon.

18. Kost alamanda CTX 24 yang tak pernah kulupakan. “Mbaak akhirnya aku nyusul kalian”.

(9)

ix

kebersamaan kita selama hampir 4 tahun ini.. I’ll never forget our memories.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan karya ini selanjutnya. Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Magelang, 27 Maret 2014

(10)

x

ABSTRAK ...ii

PENGESAHAN ...iii

PERNYATAAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Batasan Masalah...7

D. Rumusan Masalah ...8

E. Tujuan ...8

F. Manfaat ...8

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. KajianTeori ...10

1. Kajian Perilaku ...10

2. Fanatisme Penggemar ...16

3. Fenomenologi ...18

4. Interaksionisme Simbolik ...20

B. Penelitian yang Relevan ...21

(11)

xi

D. Sumber Data Penelitian ...28

E. Teknik Pengumpulan Data...29

F. Instrumen Penelitian ...30

G. Teknik Sampling ...31

H. Validitas Data...31

I. Teknik Analisis Data ...33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ...36

1. Profil Komunitas SDC (Safel Dance Club)...36

2. Data Informan ...41

B. Pembahasan dan Analisis ...42

1. Aktivitas-aktivitas Penggemar BoybandKorea...42

2. Analisis Perilaku Fanatisme ...53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...65

B. Saran...67

DAFTAR PUSTAKA ...68

(12)

Arfina Rafsanjani 10413241012

ABSTRAK

Ketenaran boyband korea di tingkat dunia diikuti dengan semakin bertambahnya penggemar boybandkorea yang cenderung fanatik. Antusiasme dan kecintaan terhadap boyband korea menimbulkan perilaku fanatisme bagi para penggemarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku penggemar mengekspresikan fanatisme terhadap boyband Korea dan untuk menganalisis perilaku fanatisme penggemar boybandKorea di komunitas Safel Dance Club.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive samplingdan snowball sampling. Teknik validitas data dilakukan dengan teknik trianggulasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif Miles dan Huberman.

Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku fanatisme penggemar meliputi mengikuti perkembangan boyband idola melalui internet, mengoleksi pernak-pernik dan merchandise, dance cover, bergabung dalam komunitas penggemar, dan mengunduh music video, lagu, konser serta variety show. Ekspresi sebagai penggemar juga dilakukan dengan cara mendukung boyband idola, menabung untuk konser, menjadikan idola mereka sebagai motivasi dalam berkarya, imitasi serta identifikasi dalam berfashion. Pengalaman mengenai boyband Korea membentuk suatu kesadaran dan pemahaman sehingga dapat diterima di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Boyband Korea diartikan sebagai simbol yang mengarahkan tindakan penggemar ke arah perilaku fanatik. Makna yang dimiliki bersama semakin mempertegas pemaknaan individu. Tindakan fanatik para penggemar boyband Korea dikategorikan tindakan afektual menurut tipe ideal Weber. Tindakan yang dilakukan ditentukan oleh keadaan emosional sang aktor. Perilaku fanatisme penggemar dapat dianalisis menggunakan tahapan tindakan Mead yaitu tahap impuls, persepsi, manipulasi dan penyelesaian (konsumsi). Penggemar boyband Korea cenderung mengagung-agungkan kebudayaan Korea dibandingkan kebudayaan Indonesia yang biasa disebut Korean Sentris. Penggemar boyband Korea dipandang sebagai sekelompok penggemar fanatik, alay, tidak rasional dan norak. Asumsi ini berdasarkan perilaku penggemar yang dianggap terlalu mendewakan grup boyband idola mereka. Bagi sebagian besar masyarakat pada umumnya, menggemari boyband Korea merupakan suatu hal yang aneh dan tidak umum. Apa yang ditampilkan oleh boyband Korea dianggap tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pemerintah Korea Selatan dalam penyebaran budaya

Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat

global, yang biasa disebut

Korean wave

.

Korean wave

atau

hallyu

mengacu pada globalisasi budaya Korea di tingkat dunia. Dalam waktu

singkat, popularitas

hallyu

mempengaruhi keadaan masyarakat dunia, tak

terkecuali Indonesia. Pengaruh

hallyu

merambah di setiap aspek

kehidupan, mulai dari bahasa, musik, film,

fashion

dan

lifestyle

.

Korean

pop, biasa disebut dengan

K-Pop

, merupakan salah satu produk

hallyu

yang sangat digemari saat ini. Istilah

K-Pop

secara luas digunakan untuk

mendeskripsikan berbagai jenis aliran musik yaitu antara lain, pop, rock,

R&B, hiphop atau gabungan dari

genre-genre

musik yang ada.

K-Pop

selalu identik dengan

boyband

atau

girlband

, yang terdiri dari sekelompok

perempuan atau laki-laki yang berada di bawah naungan suatu manajemen.

2NE1, JYJ, EXO, B2ST, Girl’s Generations, Bigba

ng, Miss A, Shinee,

f(x) adalah beberapa nama

boyband

dan

girlband

Korea yang terkenal di

Asia maupun Eropa.

Gelombang

Korean wave

mendorong penggemar musik

K-Pop

menggunakan budaya

K-Pop

sebagai perilaku meniru idola mereka,

menyukai secara berlebihan sebagai penggemar, membeli bermacam

(14)

cover

. Menjamurnya

fans

K-Pop

di seluruh belahan dunia memunculkan

berbagai macam komunitas

fans

. Musik pop Korea memiliki banyak

penggemar setia yang terbagi dalam fandom-fandom sesuai dengan

boyband

atau

girlband

idola. Fandom adalah istilah yang digunakan untuk

merujuk pada subkultur, pelbagai hal dan pelbagai kegiatan yang

berkenaan dengan penggemar dan kegemarannya (Hollows, 2000: 209).

Beberapa nama fandom seperti ELF (

Ever Lasting Friends

) merupakan

sebutan bagi penggemar Super Junior, Sone untuk penggemar Girls

Generations dan Shawol bagi penggemar Shinee.

Penggemar tidak dapat dilepaskan dari kesuksesan seorang artis

idola. Sebuah

boyband

tidak akan maju dan terkenal tanpa dukungan dari

para penggemarnya. Penggemar

boyband

Korea cenderung memiliki

tingkat kefanatikan yang relatif tinggi. Fanatisme mereka sebagai

penggemar tercermin dalam perilaku fanatik mereka. Fanatisme

merupakan ekspresi berlebihan yang disadari atau tidak, menggambarkan

kecintaan segolongan manusia terhadap suatu hal tertentu yang telah

dianggap dan diyakini sebagai suatu hal yang terbaik bagi diri manusia

tersebut (Nataliawaty, 2002: 27).

Para penggemar

boyband

Korea memiliki kebiasaan mengakses

internet. Mereka biasa meng-

update

berita baru dari

boyband

idola,

stalking

akun

member

idola, mengunduh lagu maupun

movie video

serta

(15)

komunitas regional di seluruh Indonesia. Melalui komunitas tersebut para

penggemar saling bertukar informasi mengenai

boyband

idola.

Fenomena fanatisme penggemar

boyband

Korea dapat dilihat dari

aktivitas-aktivitas yang dilakukannya sebagai penggemar. Salah satu

bentuk fanatisme penggemar

boyband

Korea adalah kegiatan konsumsi.

Seorang penggemar tidak bisa dilepaskan dari kegiatan konsumsi.

Konsumsi mengisyaratkan ketidaklengkapan; sesuatu yang hilang

(Storey, 2010: 145). Penggemar

boyband

Korea dikenal sangat konsumtif.

Kegiatan konsumsi di sini bukan berarti hanya membeli sebuah barang

tetapi juga mengikuti perkembangan idola melalui media internet.

Penggemar

boyband

Korea selalu loyal terhadap idolanya. Kecintaan

mereka terhadap

boyband

Korea dianggap berlebihan dan tidak rasional.

Perilaku fanatik mereka diperlihatkan dalam kesehariannya mengikuti

perkembangan

boyband

idola mereka melalui akun

twitter

,

blog

,

instagram

dan jejaring sosial lainnya. Mereka mengunduh

video

, baik

video

klip, iklan maupun

variety show

. Dalam konsumsi barang, mereka

membeli bermacam-macam

merchandise

seperti CD

(Compact Disc)

,

kaos, gantungan kunci, stiker dan semua yang berhubungan dengan

boyband

idola. Konsumsi

merchandise

maupun pernak-pernik dibeli

dengan harga yang cukup tinggi.

Menonton konser menjadi aktivitas yang ditunggu-tunggu para

penggemar. Demi memuaskan hasrat menonton

boyband

idola, tak jarang

(16)

member

di bandara dan mengutit aktivitas

boyband

Korea. Mereka bahkan

rela mengantri dan jauh-jauh pergi ke Jakarta untuk melihat penampilan

boyband

idola mereka.

Bentuk kecintaan penggemar

boyband

Korea tidak hanya

diwujudkan dalam aktivitas konsumsi saja, akan tetapi juga dituangkan

dalam

dance cover

. Aktivitas

dance cover

dilakukan sebagai perwujudan

kecintaan terhadap

boyband

idola.

Dance cover

adalah salahsatu jenis

dance

yang meniru dan mengidentifikasi

dance boyband

atau

girlband

Korea. Identifikasi

dance

meliputi detail gerakan, kostum dan ekspresi.

Semakin mirip dengan

boyband

atau

girlband

idola, grup

dance cover

tersebut dianggap mencapai tingkat kesempurnaan. Masing-masing

anggota

dance cover

akan meng

cover

anggota

boyband

sesuai dengan bias

masing-masing. Bias disini diartikan sebagai kecenderungan atau

kesukaan terhadap salahsatu anggota

boyband

Korea. Beberapa

penggemar

boyband

Korea membentuk kelompok

dance cover

dan

mengidentifikasi

boyband

idola mereka. Berbagai macam lomba

K-Pop

dance cover

dari lokal hingga internasional diadakan untuk memfasilitasi

minat dan bakat mereka di bidang

dance cover

.

Fanatisme penggemar

boyband

Korea juga ditunjukkan dengan

bergabung dalam komunitas penggemar

.

Bagi para penggemar

boyband

Korea, bergabung dalam suatu komunitas penggemar semakin

(17)

Melalui komunitas penggemar

,

para penggemar dapat mengekspresikan

dirinya, berdiskusi dan saling bertukar informasi. Komunikasi dan

interaksi antar penggemar dilakukan melalui jejaring sosial seperti

facebook

,

blog

dan

twitter

. Sesekali komunitas

boyband

Korea

mengadakan

gathering

yang diperuntukkan bagi para anggotanya.

Tingkah laku penggemar yang berlebihan dalam menyikapi

boyband

Korea menimbulkan sebuah pandangan negatif bagi masyarakat

awam yang melihatnya. Penggemar

boyband

Korea dianggap sebagai

sekumpulan

penggemar

fanatik.

Kelompok

penggemar

K-Pop

diasumsikan sebagai sebuah kelompok penggemar yang berlebihan.

Kecintaan pada

boyband

idola dianggap tidak rasional, fanatik,

alay

dan

tidak nasionalis. Asumsi tersebut diperkuat dengan perilaku para

penggemar

K-Pop

yang cenderung mengagung-agungkan budaya Korea

atau lebih dikenal dengan sebutan

Korean

sentris. Bagi penggemar fanatik

K-Pop

, budaya Korea dianggap lebih unggul dari budaya lain, bahkan

budaya Indonesia sendiri. Mereka lebih suka menonton drama Korea,

musik Korea, makan makanan Korea dan berbagai hal yang berbau Korea.

Bagi mereka, kemunculan

boyband

dan

girlband

di Indonesia dipandang

sebagai sebuah bentuk plagiarisme terhadap budaya Korea.

Penggemar

boyband

Korea di kota Yogyakarta tidak berbeda

dengan penggemar

boyband

Korea di kota-kota lain di Indonesia.

Penggemar

boyband

Korea di kota pelajar ini memiliki aktivitas- aktivitas

(18)

tersebut meliputi mengunduh MV (

music video)

, lagu maupun

variety

show

, mengikuti perkembangan

boyband

idola, membeli

merchandise

dan

pernak-pernik,

dance cover

dan bergabung dalam komunitas penggemar.

Aktivitas-aktivas tersebut menunjukkan fanatisme mereka terhadap

boyband

Korea.

Salah satu komunitas

dance cover

di Yogyakarta adalah SDC

(

Safel Dance Club

). Komunitas ini berada di bawah naungan UKM (Unit

Kegiatan Mahasiswa) bahasa asing SAFEL

(Student Activity Foreign

Language Forum)

, Universitas Negeri Yogyakarta. Komunitas SDC

memiliki karakteristik yang berbeda dengan komunitas

dance cover

lainnya. Komunitas ini tidak mengkhususkan diri pada penggemar

salahsatu

boyband

atau

girlband

Korea, namun kumpulan dari berbagai

macam penggemar

K-Pop

yang ada di Universitas Negeri Yogyakarta.

Sesuai dengan namanya, SDC (

Safel Dance Club

) merupakan komunitas

penggemar

K-Pop

yang bergerak dalam bidang

dance

. Fanatisme sebagai

penggemar diekspresikan dengan cara melakukan

dance cover

. Mereka

melakukan identifikasi setiap detail gerakan, ekspresi dan penampilan

dance

salahsatu

boyband

maupun

girlband

Korea. Kegiatan komunitas

SDC tidak hanya terbatas pada

dance cover

, mereka sering tampil

diberbagai acara di lingkup UNY, mengikuti berbagai macam acara yang

berkaitan dengan

K-Pop

, bertukar MV maupun informasi

boyband

atau

(19)

Dari fenomena di atas penulis tertarik untuk mengetahui

bagaimana penggemar

boyband

Korea mengekspresikan fanatisme sebagai

penggemar dan bagaimana perilaku fanatisme penggemar

boyband

Korea,

khususnya di komunitas

Safel Dance Club

. Peneliti ingin melakukan

penelitian analisis perilaku fanatisme penggemar

boyband

Korea (studi

pada komunitas

Safel Dance Club

).

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah, maka diperoleh

beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, antara lain:

1.

Masuknya budaya populer Korea (

Hallyu

) menimbulkan fenomena

demam Korea.

2.

Penggemar

K-Pop

cenderung

Korean

sentris dan terkesan tidak

nasionalis.

3.

Stereotip masyarakat terhadap penggemar

K-Pop

masih negatif.

Penggemar

K-Pop

dipandang sebagai sekelompok penggemar fanatik.

4.

K-Pop

melahirkan fanatisme bagi penggemarnya.

C.

Batasan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada “Analisis

perilaku fanatisme penggemar

boyband

Korea (studi pada komunitas

Safel

(20)

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat disusun

rumusan masalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana penggemar

boyband

Korea mengekspresikan fanatisme

sebagai penggemar?

2.

Bagaimana perilaku fanatisme penggemar

boyband

Korea di

komunitas

Safel Dance Club

?

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.

Mengetahui perilaku penggemar mengekspresikan fanatisme terhadap

boyband

Korea.

2.

Untuk menganalisis perilaku fanatisme penggemar

boyband

Korea di

komunitas

Safel Dance Club

.

F.

Manfaat Penelitian

Kajian mengenai Analisis Perilaku Fanatisme Penggemar

Boyband

Korea

(Studi pada komunitas

Safel Dance Club

), membawa manfaat bagi

beberapa pihak, adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut

1.

Manfaat Teoritis

a.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan khususnya pada bidang sosiologi yang berkaitan

(21)

b.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian

yang relevan di masa yang akan datang.

2.

Manfaat Praktis

a.

Bagi Universitas Negeri Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sarana acuan dalam

meningkatkan dan menambah wawasan mengenai analisis perilaku

fanatisme penggemar

boyband

Korea.

b.

Bagi Peneliti

1)

Sebagai tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan.

2)

Menambah

pengetahuan

dan

pengalaman

peneliti

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama

perkuliahan kedalam karya nyata.

c.

Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan

informasi yang luas mengenai analisis perilaku fanatisme

(22)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori 1. Kajian Perilaku

Dalam mengungkapkan mengenai teori tindakan, Weber menfokuskan pada para individu, pola-pola dan regularitas-regularitas tindakan dan bukan pada kolektivitas. Tindakan di dalam arti orientasi perilaku seseorang atau lebih manusia individual. Sosiologi tindakan pada akhirnya memperhatikan para individu, bukan kolektivitas-kolektivitas (Ritzer, 2012: 215).

Weber mengungkapkan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan dengan memperkenalkan empat tipe dasar tindakan.

a. Rasionalitas alat-tujuan

(23)

b. Rasionalitas nilai

Tindakan yang ditentukan oleh kepercayaan yang sadar akan nilai tersendiri suatu bentuk perilaku yang etis, estetis, religius, atau bentuk lainnya, terlepas dari prospek-prospek keberhasilannya.

c. Tindakan afektual

Tindakan yang ditentukan oleh keadaan emosional sang aktor. d. Tindakan tradisional

Tindakan yang ditentukan oleh cara-cara berperilaku sang aktor yang biasa dan lazim.

Meskipun Weber membedakan empat bentuk tindakan yang khas-ideal, Weber sepenuhnya sadar bahwa setiap tindakan tertentu biasanya memuat kombinasi keempat tipe-tipe ideal tindakan (Ritzer, 2012: 216). Setelah menganalisis tipe tindakan Weber, selanjutnya kita dapat menganalisisnya menggunakan tahapan tindakan Mead. Mead mengidentifikasi empat tahap dasar dan saling berhubungan di dalam tindakan. Empat tahap itu menggambarkan suatu keseluruhan organik. Keempat tahapan tersebut adalah:

a. Impuls

(24)

b. Persepsi

Tahap kedua yaitu persepsi, yaitu sang aktor mencari dan bereaksi terhadap stimuli yang berhubungan dengan impuls. Persepsi melibatkan stimuli yang datang, dan juga citra-citra mental yang diciptakannya. Orang tidak hanya berespron seketika terhadap stimuli eksternal, tetapi lebih tepatnya memikirkan, menaksirnya melalui penggambaran mental. c. Manipulasi

Tahap ketiga adalah manipulasi. Ketika manipulasi telah mewujudkan diri dan objek telah dirasakan, langkah selanjutnya adalah memanipulasi objek atau secara lebih umum mengambil tindakan berkenaan dengannya.

d. Penyelesaian

Fase terakhir tindakan adalah penyelesaian(consummation) atau lebih umum mengambil tindakan yang memuaskan impuls.

(25)

dengan pribadi orang lain atau dengan golongan lain (Giddens, 2009: 180).

Perilaku sosial mungkin berorientasi pada masa lalu, dewasa ini, atau perilaku masa mendatang dari orang-orang lain. Weber menyatakan tidak setiap jenis perilaku merupakan perilaku sosial. (Soekanto, 2011: 37). Sikap-sikap subjektif hanya merupakan perilaku sosial apabila berorientasi ke perilaku pihak-pihak lain. Tidak setiap tipe hubungan antara manusia mempunyai ciri sosial, namun hanya apabila perilaku individual tersebut secara berarti berorientasi pada perilaku pihak-pihak lain. Perilaku seseorang mungkin terpengaruh karena keanggotaannya pada suatu kerumunan dan kesadaran akan keanggotaannya tersebut.

Weber menyatakan bahwa perilaku sosial dapat diterapkan dengan pelbagai cara. Oleh karena itu, Weber mengemukakan bentuk-bentuk perilaku sosial, yaitu:

a. Perilaku sosial berorientasi pada tujuan

(26)

b. Perilaku sosial yang terkait dengan nilai

Perilaku sosial ini dapat diklasifikasikan oleh kepercayaan secara sadar pada arti mutlak perilaku, sedemikian rupa, sehingga tidak tergantung pada suatu motif tertentu dan diukur dengan patokan-patokan tertentu, seperti estetika atau agama. c. Perilaku yang diklasifikasikan sebagai sesuatu yang bersifat

afektif atau emosional, yang merupakan hasil konfigurasi khusus dari perasaan pribadi.

d. Perilaku sosial yang diklasifikasikan sebagai tradisional, yang telah menjadi adat istiadat.

(27)

Motivasi manusia mungkin akan tepat dipahami sebagai sesuatu yang tertata secara hierarkhis, baik dalam pengertian perkembangan maupun dalam hubungannya dengan distribusi keinginan di setiap waktu tertentu dalam kehidupan seseorang ( Giddens, 2010: 161).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori-teori yang dikemukakan di atas. Peneliti meyakini semua yang dikemukakan oleh tokoh saling berkaitan dan berkesinambungan satu sama lain. Teori-teori tersebut peneliti gunakan untuk menjadi acuan dalam menganalisis perilaku fanatisme penggemar boyband Korea (studi pada komunitas Safel Dance Club).

2. Fanatisme Penggemar

Fanatisme menurut Kamus Sosiologi menyebutkan bahwa Fanatism (Fanatisme) adalah antusiasme yang berlebihan dan tidak rasional untuk, atau pengabdian kepada, suatu teori, keyakinan, atau garis tindakan, yang menentukan sikap yang sangat emosional, dan kefanatikan misi, dan praktis tidak mengenal batas-batas (Ahmadi, 1990: 108). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 388), fanatik adalah keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama dan sebagainya).

(28)

Fanatisme merupakan ekspresi berlebihan yang disadari atau tidak, menggambarkan kecintaan segolongan manusia terhadap suatu hal tertentu yang telah dianggap dan diyakini sebagai suatu hal yang terbaik bagi diri manusia tersebut. Sementara fanatik adalah perwujudan dari sikap fanatisme, biasanya berupa perbuatan dan tingkah laku, orang yang telah fanatik pada suatu hal tertentu biasanya akan melakukan apa saja untuk memuaskan keinginannya. Efek dari fanatisme tersebut dapat dilihat dari perilaku para penggemar musik tersebut, yang biasanya memuja pada vokalisnya, yang biasanya dilakukan oleh para penggemar ini adalah mengoleksi kaset, CD (compact disc), ataupun VCD (Video Compact Disc)nya, menonton konser bintang idolanya di berbagai tempat, hingga menata dekorasi kamarnya dengan berbagai gambar dan pernak-pernik bintang idolanya (Nataliawaty, 2002: 27).

Fandom merupakan sebutan lain dari sekelompok penggemar atau fans. Fandom berasal dari kata bahasa Inggris Fan (penggemar) dan akhiran- dom. Fandom adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada subkultur, pelbagai hal dan pelbagai kegiatan yang berkenaan dengan penggemar dan kegemarannya ( Hollows, 2000: 209).

(29)

Menurut Joli Jenson (dalam Storey, 2010: 157) literatur mengenai kelompok penggemar selalu dicirikan (mengacu pada asal usul istilahnya) sebagai suatu kefanatikan yang potensial. Hal ini berarti bahwa kelompok penggemar dilihat sebagai perilaku yang berlebihan dan berdekatan dengan kegilaan. Jenson menunjukan dua tipe khas patologi penggemar individu yang terobsesi (biasanya laki-laki) dan kerumunan histeris (biasanya perempuan). Ia berpendapat bahwa kedua figur itu lahir dari pembacaan tertentu dan kritik atas modernitas yang tidak diakui dimana para penggemar dipandang sebagai simpton psikologis dari dugaan disfungsi sosial. Para penggemar ditampilkan sebagai salah satu dari ‘liyan’ yang berbahaya dalam kehidupan modern. ‘Kita’ ini waras dan terhormat; ‘mereka’ itu terobsesi dan histeris.

(30)

3. Fenomenologi

Dalam bahasa umum, fenomenal artinya luar biasa, tidak masuk akal, sangat tidak umum; ingatan samar minat modern awal pada banyak keajaiban, keanehan, dan keganjilan yang berada di perbatasan tatanan imanen alam dan bertentangan dengannya. (Daston dan Park dalam Ritzer dan Smart, 2012: 460). Tanpa alasan atau tanpa tujuan, fenomenal itu terjadi begitu saja. Dunia fenomenal serta merta naik menjadi martabat being -sesuatu yang kita yakini keberadaannya-eksklusif dan otonom bersamaan dengan hilangnya diri dunia itu sendiri dalam kelimpahannya yang berlebihan, dan menjadi penampakan (appearance) yang berlawanan dengan realitas (reality). Fenomenologi bermaksud menjelaskan apa yang sudah tertentu (what is given), yang tampak bagi kesadaran, tanpa berusaha menjelaskannya dengan cara apapun dan tanpa menghubungkan signifikasi dan makna tempat tidak ada sesuatupun (Ritzer dan Smart, 2012: 446).

(31)

dunia yang kita dialami diciptakan oleh kesadaran-kesadaran yang ada di kepala kita masing-masing. Tentu saja tidak masuk akal untuk menolak bahwa dunia yang eksternal itu ada, tetapi alasannya adalah bahwa dunia luar hanya dapat dimengerti melalui kesadaran kita tentang dunia itu (Ian, 1992: 127).

Alferd Schutz, seorang murid Husserl mengatakan bahwa sebutan fenomenologis berarti studi tentang cara dimana fenomena, hal-hal yang kita sadari muncul kepada kita dan cara yang paling mendasar dari permunculannya adalah sebagai suatu aliran pengalaman-pengalaman inderawi yang berkesinambungan yang kita terima melalui panca indra kita (Ian, 1992:128). Secara keseluruhan Schurtz memusatkan perhatian pada hubungan dialektika antara cara-cara individu membangun realitas kultural yang mereka warisi dari para pendahulu mereka dalam dunia sosial (Ritzer dan Goodman 2004: 95).

(32)

4. Interaksionisme simbolik

Interaksionisme simbolik memandang manusia bukan dilihat sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau situasi obyektif, tetapi paling tidak sebagian, merupakan aktor-aktor bebas. Menurut Blumer, interaksionisme simbolis bertumpu pada tiga premis (Poloma, 2010: 258).

a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna–makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

b. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain.

c. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung

(33)

orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu.

Kaitannya dengan penelitian ini adalah, penggemar boyband Korea memaknai boyband Korea sebagai sesuatu yang menarik sehingga membuat mereka melakukan tindakan fanatik. Pemaknaan yang berbeda terhadap suatu simbol akan mengarahkan presepsi dan tindakan yag berbeda. Boyband Korea diartikan sebagai simbol yang mengarahkan tindakan penggemar kearah perilaku fanatik. Fanatisme penggemar boyband Korea tidak sebatas menyukai musik boyband Korea saja, akan tetapi turut mengkonsumsi produk-produk yang berkaitan dengan boybandKorea.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:

(34)

Hasil penelitian menyatakan bahwa gelombang hallyu yang masuk ke Indonesia menimbulkan demam Korea tidak terkecuali di Kota Yogyakarta. Hallyukemudian menimbulkan fenomena baru yakni perilaku fanatik remaja terhadap budaya populer Korea. Perilaku fanatik remaja timbul sebagai akibat dari adanya proses interaksi dengan budaya populer Korea yang merujuk pada komunikasi budaya. Komunikasi budaya terjadi antara penggemar dengan budaya populer Korea menjadikan kelompok penggemar mengembangkan pola perilaku tertentu sebagai wujud kecintaan mereka terhadap budaya populer Korea. Perilaku fanatik remaja penggemar budaya pop Korea di Yogyakarta dapat dilihat dari terbentuknya komunitas-komunitas penggemar, budaya konsumsi penggemar, upaya adopsi identitas nilai-nilai budaya Korea yang dilakukan oleh penggemar dan perilaku penggemar yang cenderung Korean Sentris.

(35)

2. Rizkie Dwie Nataliawaty (2002), mahasiswa dari Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, yang berjudul “ Penggemar Setia Sheila On 7 (Studi tentang Fanatisme dan pengidolaan Public Figure)”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuan penelitian adalah untuk memahami public figure memaknai serta menilai para pengemarnya dan memaknai serta menilai berbagai tindakan yang dilakukan oleh para penggemar terhadap dirinya. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami bagaimana proses seseorang menjadi penggemar dari seorang public figure, dan juga untuk melihat bagaimana cara para penggemar menilai dan memaknai idolanya, serta tanggapan penggemar sendiri terhadap pengidolaan yang dilakukan secara berlebihan.

Hasil penelitian menyatakan bahwa untuk menjadi penggemar public figure ada prosesnya. Para remaja melihat citra yang melekat pada Sheila On 7 sebagai public figure yang mampu menarik perhatian mereka. Citra public figure menarik perhatian para remaja sehingga mereka mengkonsumsi berbagai produk budaya pop yang ditampilkan oleh media massa.

(36)

Sheila On 7, sedangkan penelitian penulis memfokuskan pada penggemar boybandKorea dalam komunitas Safel Dance Club.

C. Kerangka Pikir

(37)

Bagan 1. Kerangka Pikir

K-Pop

Penggemar

Mengoleksi pernak-pernik dan merchandise

Fanatisme

Bergabung dalam komunitas penggemar

Dance cover

Perilaku

Mengikuti perkembangan boyband

idola melalui internet

Boyband

Korea

Mengunduh Music Video, lagu, konser dan variety

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Perilaku Fanatisme Penggemar Boyband Korea (Studi pada Komunitas Safel Dance Club )” mengambil lokasi penelitian di kota Yogyakarta khususnya di Universitas Negeri Yogyakarta. Peneliti memilih Kota Yogyakarta melihat dari banyaknya penggemar boybandKorea di Kota Yogyakarta.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2013.

C. Bentuk Penelitian

(39)

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Moleong, dalam pendekatan kualitatif deskriptif data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumentasi pribadi, catatan atau memo dan dokumentasi lainnya. Hasil penelitian berupa kutipan dari transkrip hasil wawancara yang telah diolah dan kemudian disajikan secara deskriptif.

Data-data tertulis dalam penelitian ini diperoleh dari penggemar boyband Korea pada komunitas Safel Dance Club. Pengambilan data dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan pengurus Safel Dance Club dan para penggemar boyband Korea yang tergabung dalam komunitas Safel Dance Club. Peneliti juga melakukan observasi serta mendokumentasikan seluruh kegiatan penelitian.

D. Sumber Data Penelitian

(40)

a. Sumber Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumber secara langsung melalui responden. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto dan film (Moleong, 2007: 157). Data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Sumber data primer pada penelitian ini adalah wawancara dan pengamatan langsung para penggemar boybandKorea yang tergabung dalam komunitas Safel Dance Club.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber tidak langsung yang mampu memberikan tambahan serta penguatan terhadap data penelitian. Sumber data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan dokumentasi dari kegiatan obyek penelitian yang sedang dilaksanakan dalam kegiatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiono, 2012: 224).

(41)

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data, dimana peneliti mencatat hasil informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Observasi melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi atau observer, dan obyek yang diobservasi atau observe (Gulo, 2004: 116). Peneliti akan menggunakan observasi non partisipan, yaitu peneliti hanya mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti tidak aktif dan ikut terlibat langsung.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(42)

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, namun pada pelaksanaannya akan disesuaikan dengan keadaan responden.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2002: 135). Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumentasi pendukung data-data penelitian yang dibutuhkan.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi yang sesuai dengan topik yang diteliti. Studi pustaka digunakan sebagai penunjang dari kelengkapan data yang telah diambil dari sumber-sumber lain yang relevan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument). Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisi, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2007: 168).

(43)

G. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini, teknik yang akan digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling, tujuannya adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya (Moleong, 2007: 224). Selain menggunakan purposive sampling, penelitian ini menggunakan snowball sampling. Beberapa responden merekomendasikan teman mereka untuk dijadikan sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah beberapa penggemar boybandKorea yang tergabung dalam komunitas Safel Dance Club.

H. Validitas Data

Validitas data dilakukan agar data yang diperoleh di lapangan pada saat penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam pemeriksaan keabsahan data ini penulis menggunakan trianggulasi data.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2007: 330). Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.

(44)

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan dikatakannya sepanjang waktu d. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

Trianggulasi sumber dilakukan dengan membandingkan informasi yang diperoleh peneliti dari masing-masing informan. Informasi yang diperoleh dari penggemar boyband Korea kemudian dibandingkan dengan informasi dari penggemar boybandKorea yang lain. Perbandingan tersebut untuk mengetahui adanya persamaan maupun alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan.

Pada trianggulasi dengan metode, menurut Patton terdapat dua strategi, yaitu:

(45)

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber dengan metode yang sama

Trianggulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan hasil observasi. Perbandingan tersebut menghasilkan informasi akhir yang menuju suatu kesimpulan. I. Teknik Analisis Data

Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2012: 244).

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif model interaktif yang ditujukan oleh Miles dan Huberman (1997: 16-20).

1. Pengumpulan Data

(46)

melengkapi data-data hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Peneliti menyeleksi data-data yang penting dan membuang data-data yang kurang penting untuk memperoleh gambaran fokus tentang pokok penelitian.

3. Penyajian Data

Alur terpenting dari kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Peneliti menyusun sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

4. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.

(47)

Bagan 2. Model Interaksi Analisis Miles dan Huberman Pengumpulan Data Penyajian Data

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Profil Komunitas Safel Dance Club

(49)

Berbeda dengan komunitas dance cover lainnya yang memfokuskan diri pada penggemar salahsatu girlbandmaupun boyband Korea, komunitas ini merupakan kumpulan dari berbagai penggemar K-Pop yang ada di Universitas Negeri Yogyakarta. Di setiap penampilannya, para penggemar saling berkolaborasi menyuguhkan sebuah konsep perpaduan tarian dari berbagai penggemar K-Pop. “SDC itu keluarga dan tempat berbagi cerita”, kata AN, Ketua SDC. Nuansa kekeluargaan kental terasa dalam setiap pertemuan. Mereka tak segan saling bercanda, membaur satu sama lain, hangout, curhat dan beragam aktivitas lainnya. Berbagai macam latar belakang penggemar tak lantas membuat mereka terpecah menjadi kubu-kubu berdasarkan fans idola. Keragaman penggemar tersebut justru semakin mempererat rasa kekeluargaan antar fans. Mereka saling bertukar koleksi video, mulai dari drama Korea, variety show dan music video.

(50)

UKM bahasa Asing Safel yang diselenggarakan setiap akhir tahun”, ungkap AN.

Seiring dengan perkembangannya, kenggotaan SDC mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tercatat sekitar 20an anggota SDC aktif dari tahun 2011-2013. “Hingga detik ini SDC telah mempunyai 3 generasi, generasi pertama yaitu generasi Reza, Apin, Fina dkk (2011-2012), generasi kedua adalah generasi kami Anis, Erza, Gani dkk (2012-2013), generasi ketiga ya generasi sekarang mbak. Generasinya anak-anak baru,” jelas AN. Diantara para anggota SDC terdapat pengurus. Pengurus bertugas mengurusi kegiatan SDC mulai dari hubungan SDC dengan UKM SAFEL dan instansi lain, anggaran SDC, performances dan sebagainya. Pengurus SDC terdiri dari Ketua, sekertaris merangkap bendahara, SPK (Sie Penenggak Kedisiplinan), makeup, humas dan penasihat atau MPO (Majelis Pertimbangan Organisasi). Pengurus dipilih setiap tahunnya berdasarkan rapat anggota.

(51)

Dalam kesehariannya dapat kita lihat anggota SDC saling bertukar MV, mendiskusikan dancemaupun artis idola, hangout,latihan dan beragam kegiatan lainnya yang memperkuat solidaritas antar anggota.

Komunitas ini tidak mempunyai basecamp, biasanya mereka berkumpul di balkon Student Center(SC) setiap hari sabtu pukul 09.00. Kegiatan-kegiatan seperti latihan maupun rapat dilakukan di balkon SC maupun tempat lain yang telah disepakati. Frekuensi latihan dance coverditentukan berdasarkan hasil musyawarah. Latihan rutin biasanya dilakukan seminggu sekali, setiap hari sabtu. Frekuensi latihan akan ditambah saat mendekati hari-H sebuah acara. Sesekali mereka latihan mengggunakan ruang kaca studio tari di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) untuk memantapkan penampilan mereka.

(52)

lama karena proses identifikasi dalam dance cover perlu latihanintens agar tercipta dance coveryang sempurna.

Komunitas SDC sering tampil diberbagai acara dilingkup UNY. Sebut saja acara Display UKM, DPM award FE, Musyang, dan sebagainya. Setiap penampilannya, komunitas SDC tidak mematok harga khusus. Penampilan mereka di setiap acara UKM SAFEL menjadi suatu kewajiban tersendiri tanpa adanya sejumlah uang bayaran. Sedangkan untuk pihak lain di luar SAFEL biasanya mereka terlebih dahulu melakukan bargaining dengan pihak penyelenggara. Pengalaman tampil tanpa bayaran di acara-acara tertentu sering mereka dapatkan. Namun hal tersebut tak menyurutkan semangat mereka dalam mengembangkan dance coverhingga detik ini.

2. Data Informan

Informan pada penelitian ini adalah pengurus dan anggota komunitas Safel Dance Club. Berikut beberapa informan yang diwawancarai peneliti selama observasi berlangsung:

a. AN

(53)

b. AS

AS bergabung di komunitas SDC sejak tahun 2011. Mahasiswa jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini adalah penggemar Bigbang.

c. WL

WL adalah anggota komunitas SDC sejak tahun 2011. Mahasiswa Jurusan Tata Boga, Fakultas Teknik ini adalah penggemar DBSK. d. EZ

EZ bergabung di komunitas SDC sejak tahun 2012. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni ini adalah Penggemar EXO dan Boyfriend.

e. KR

KR bergabung di komunitas SDC sejak tahun 2012. Mahasiswa Jurusan Sastra asing, Fakultas Bahasa dan Seni ini adalah penggemar EXO.

f. GN

GN bergabung di komunitas SDC sejak tahun 2012, Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi ini adalah penggemar EXO. g. AM

(54)

h. IC

IC atau yang lebih dikenal sebagai Hyuna SDC merupakan anggota SDC yang bergabung di tahun 2013. Mahasiswa jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta ini penggemar Bigbang, Beast dan B.A.P.

i. RS

RS bergabung di komunitas SDC sejak tahun 2011. Mahasiswa Jurusan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni ini merupakan salahsatu penggemar 2 PM.

j. UM

UM tergabung di Komunitas SDC sejak tahun 2012. Mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini merupakan salahsatu penggemar EXO.

B. Pembahasan dan Analisis

1. Aktivitas-aktivitas penggemar boybandKorea

(55)

a. Mengikuti perkembangan boybandidola melalui internet

Mengikuti perkembangan boyband idola menjadi suatu kewajiban bagi setiap penggemar. Seorang penggemar dituntut selalu up to date tentang perkembangan boyband idolanya. Seperti yang diungkapkan oleh IC, “Kalau update almost everyday mbak. Biasanya pada ngepost di official FB agensinya masing-masing”. Pernyataan IC diperkuat oleh AM, salahsatu anggota SDC, “Hampir tiap hari update lewat fanbasedi FB”.

Berita-berita tentang artis idola tersedia di grup maupun fanpage boyband idola masing-masing. Beberapa website seperti KoreanIndo, All-Kpop menyediakan berita-berita terbaru tentang K-Pop. Setiap harinya, para penggemar mengikuti perkembangan boyband idola, mulai dari jadwal konser, MV terbaru, keseharian mereka dan sebagainya. Kecintaan mereka terhadap boyband idola membuat mereka selalu ingin tahu tentang kehidupan boybandidola mereka.

(56)

Kebutuhan afeksi dan emosional akan terpenuhi setelah proses konsumsi teks dilakukan. Tidak sekedar melakukan konsumsi saja, penggemar melakukan pemaknaan terhadap teks media yang mengarahkan perilaku mereka sebagai penggemar.

Pemaknaan ini dapat kita telaah melalui teori interaksionisme simbolik Herbert Blumer. Boyband Korea dimaknai secara berlebihan, seperti zat adiktif yang menimbulkan kecanduan bagi para penggemarnya. Pemaknaan ini berujung pada obsesi untuk selalu tahu segala hal tentang idola. Obsesi yang berlebihan ini menimbulkan perilaku stalking. Perilaku stalking sering dikaitkan dengan memonitoring atau mengikuti kabar berita mengenai seseorang atau kelompok. Stalking menjadi suatu kebutuhan untuk memenuhi rasa keingintahuan tentang boyband Korea. Media internet seperti twitter, facebook, fanbase, akun pribadi, website dan beragam media lainnya menjadi perantara pemenuhan kebutuhan stalking. Selain stalking, penggemar senantiasa mendukung dan mengomentari berita perkembangan boybandidola mereka melalui internet.

(57)

mewarnai percakapan para anggota komunitas SDC. Mereka tidak pernah ketinggalan informasi terbaru tentang boyband idola mereka. Informasi didapat melalui internet dan dibagikan kepada sesama penggemar K-Pop.

Popularitas K-pop telah menjadi magnet bagi para penggemarnya. Penggemar memiliki rasa kecintaan teramat tinggi dan mulai menggilai boyband. Antusisme terhadap boybandmendorong penggemar melakukan berbagai kebiasaan seperti mengikuti perkembangan boyband.

b. Mengoleksi pernak-pernik dan merchandise

(58)

Pernak-pernik dan merchandise merupakan simbol bagi para penggemar boyband Korea dalam memaknai kecintaan mereka kepada sang idola. Kecintaan mereka terhadap boyband Korea mendorong mereka mengkonsumsi barang-barang yang berkaitan dengan idola mereka. Perilaku fanatisme ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan afeksi dan emosi mereka. Istilah motivasi mengacu pada keinginan-keinginan yang mungkin disadari oleh aktor, atau mungkin disadari atau tidak disadari oleh aktor, atau mungkin hanya disadarinya beberapa saat setelah melakukan tindakan yang dihubungkan pada motif tertentu (Giddens, 2010:161). Perilaku konsumsi penggemar boyband Korea didasari motif kepuasan. Kepuasan mengenai suatu pelampiasan akan cinta yang teramat dalam kepada boyband Korea. Konsumsi ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan emosi dan afeksi penggemar.

c. Dance cover

(59)

yang meliputi dance, kostum, ekspresi dan lipsync. Beberapa penggemar membentuk grup dance cover untuk meng-cover idolanya. Salah satunya komunitas dance cover adalah komunitas SDC. Di komunitas ini para penggemar dapat meng-cover boyband idola mereka. Beberapa kali komunitas SDC meng-coverSuper Junior, Bigbang, Shinee, EXO dan boyband Korea lainnya. Kegiatan dance cover tidak sebatas dilakukan pada komunitas dance cover. Namun, kegiatan dance cover juga dilakukan secara individu oleh para penggemar. Seperti yang diungkapkan oleh RS, seorang penggemar boyband2 PM, “Pernah dance cover, tapi cuma dikit. Kalau dance suka ke Wooyong. Ya di Youtube banyak, video-video tutorial gitu, didownload aja. Latihan sendiri di rumah. Pakai laptop, disetel”.

(60)

Seperti yang dilakukan GN, anggota SDC yang mengaku selalu maksimal dalam dance cover. “Lihatvideonya terus latihan. All out dance covernya. Lipsync kalau ngedance, penampilannya yang bagus”, kata GN.

Perilaku dance cover didorong oleh perasaan kagum dan cinta pada boyband Korea. Perilaku yang diklasifikasikan sebagai sesuatu yang bersifat afektif atau emosional, yang merupakan hasil konfigurasi khusus dari perasaan pribadi (Giddens, 2010: 161). Perilaku adopsi identitas, khususnya dalam dance cover mengekspresikan kecintaan dan obsesi. Ketika konsumsi penggemar tidak lagi dapat memuaskan kebutuhan emosional mereka, dance cover menjadi salahsatu sarana pemenuhan kebutuhan afeksi penggemar boyband Korea.

(61)

dalam dance covermenjadi bukti ekspresi cinta mereka kepada boybandKorea.

d. Bergabung dalam komunitas penggemar

Setiap boyband Korea mempunyai komunitas penggemar tersendiri. Komunitas penggemar boyband Korea dikenal sebagai komunitas penggemar yang fanatik. Komunitas-komunitas tersebut mempunyai nama sesuai boyband idola masing-masing. Pengemar Superjunior dikenal dengan sebutan ELF (Ever Lasting Friends) dengan identitas warna saphire blue, penggemar Shinee dikenal dengan sebutan Shawol, Bigbang dengan sebutan VIP dan lain sebagainya. Komunitas penggemar tersebut merupakan komunitas virtual yang dipertemukan melalui jejaring sosial seperti FB atau twitter. Tidak hanya cukup puas dengan rutinitas di dunia maya, komunitas penggemar boyband Korea memiliki agenda rutin seperti gathering.“Iya ikut ELF dan ikut gatheringjuga”, kata AN yang mennggaku anggota dalam komunitas ELF Jogja. Kalau ada Korean Day kadang-kadang dateng, ikutan lomba edit foto pas ulang tahun Suju”, ungkap AM, seorang penggemar Super Junior.

(62)

grup maupun fanpage boyband idola masing-masing. Seperti yang diungkapkan KR, yang mennggaku kesulitan menemukan komunitas penggemar EXO di Yogyakarta, Nggak tahu, daftarnya nggak ngerti. Kalau terdaftar sebagai member sih nggak, cuma Fanpage aja sih.”

(63)

e. Mengunduh music video, lagu, konser dan variety show

Mengunduh music video (MV), lagu, konser dan variety show menjadi rutinitas wajib bagi para penggemar boyband Korea. Kemunculan sebuah MV baru menimbulkan rasa penasaran bagi para penggemarnya. Berbagai cara dapat ditempuh untuk mendapatkan video dengan kualitas jernih dan bagus. Video biasanya di downloadlewat youtube maupun link downloadyang terdapat di fanbaseidola masing-masing. Video yang di download meliputi MV, Live concert, variety show, iklan, selfie, drama dan video lain. Seperti diungkapkan oleh EZ, “Sering, berapa kali yaa, bukan berapa kali sih. Seminggu 3 X. Video, iklan, video self camera, videogaje.”

(64)

terpenuhi kebutuhan afeksinya setelah melakukan konsumsi berupa video.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan merupakan bentuk perilaku fanatisme penggemar boyband Korea. Mereka mengekspresikan kecintaan terhadap boyband Korea dengan mengikuti perkembangan boyband Korea melalui internet, mengoleksi pernak-pernik dan merchandise, dance cover, bergabung dalam komunitas penggemar, serta mengunduh music video, lagu, live concert dan variety show. Tak cukup sampai disitu, ekspresi sebagai penggemar dilakukan dengan cara mendukung boyband idola dalam ajang penghargaan seperti MNet, MAMA dan acara lainnya.

(65)

Tidak hanya melakukan aktivitas-aktivitas seperti yang dikemukakan di atas, beberapa penggemar mengekspresikan fanatisme mereka dengan caranya sendiri. Ketenaran boyband Korea menjadi dambaan setiap orang yang melihatnya. Beberapa penggemar menjadikan idola mereka sebagai motivasi dalam berkarya. Seperti yang diungkapkan AM, pemenang sebuah lomba editfoto dalam rangka ulang tahun Super Junior, “Aku pernah ikutan lomba edit foto waktu ulangtahun Suju, dapat juara 1. Dapet mug bergambar Suju”, ungkapnya.

2. Analisis perilaku penggemar pada komunitas SDC

Boyband Korea menjadi sebuah fenomena yang mencuri perhatian masyarakat dunia. Daya tarik boyband Korea membuat banyak orang terobsesi, bahkan menggilainya. Fenomena, hal-hal yang kita sadari muncul kepada kita dan cara yang paling mendasar dari pemunculannya adalah sebagai suatu aliran pengalaman-pengalaman inderawi yang berkesinambungan yang kita terima melalui panca indra kita (Ian, 1992: 128). Pengalaman mengenai boyband Korea membentuk suatu kesadaran dan pemahaman. Masyarakat mulai paham dan menerima fenomena ini di tengah-tengah kehidupan mereka.

(66)

konser dan variety show. Menurut Blumer (Poloma, 2010: 258), manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. Setiap orang memiliki pemaknaan yang berbeda mengenai boyband Korea. Bagi masyarakat pada umumnya, menggemari sebuah boyband merupakan hal yang fanatik dan tidak rasional. Bagi para penggemar boyband menggemari sebuah boyband Korea merupakan hal yang wajar. Boyband Korea dianggap sesuatu yang menarik, bahkan sesuatu yang menyangkut hidup mereka. “ Aku suka Super Junior. Apapun yang terjadi, pokoknya mereka. Pokoknya Super Junior. Super Junior udah kaya obat buat aku”, ungkap AN, salahsatu penggemar boyband Super Junior. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa penggemar boyband Korea memaknai boyband Korea dengan makna yang berbeda daripada orang kebanyakan. Boyband Korea diartikan sebagai simbol yang mengarahkan tindakan penggemar kearah perilaku fanatik.

(67)

berdiskusi tentang boyband Korea. Interaksi antar penggemar semakin memantapkan pemakanaan yang telah didapat. Makna yang dimiliki bersama semakin mempertegas pemaknaan individu terhadap boyband Korea.

Berdasarkan metodologi tipe idealnya Weber dalam menjelaskan makna tindakan, tindakan fanatik para penggemar boyband Korea dikategorikan tindakan afektual. Tindakan yang dilakukan ditentukan oleh keadaan emosional sang aktor. Seperti yang diungkapkan oleh KR, penggemar EXO, “Kaya inspirasi aja sih mbak, suka sama hidup mereka”. Keadaan emosional ini mencakup kecintaan dan antusiasme tinggi terhadap boyband Korea. Kebutuhan afeksi dan emsional penggemar mendorong perilaku konsumsi. Rasa cinta dan antusiasme yang berlebihan membuat para penggemar melakukan tindakan seperti dance cover, membeli pernak-pernik dan merchandise serta tindakan-tindakan lainnya untuk mengeskpresikannya.

(68)

Informasi tentang boybandKorea didapat melalui majalah, internet maupun media lainnya. Reaksi menjadi seorang penggemar tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. “Kalau drama Korea pasti ada original soundtracknya mbak. Pertama tauku Shinee di BBF, habis itu nyari-nyari di internet. Kok lagunya bagus yaa, masuk di SMnya terus kenal banyak”, ungkap UM, penggemar EXO. Dari pernyataan tersebut dapat kita lihat bahwa dari pengaruh berbagai media, penggemar menanggapi rangsangan tersebut. Rangsangan dari luar individu mendorong individu menjadi seorang penggemar yang mengarah pada penggemar fanatik.

(69)

penggemar boyband Korea melakukan aktivitas-aktivitas yang mengarah ke perilaku fanatisme.

Tahapan ketiga manipulasi. Setelah melalui tahapan presepsi, penggemar boyband Korea mengambil tindakan sesuai dengan motivasi-motivasi yang telah didapat. Motivasi menjadi dasar perilaku fanatik mereka. Tindakan-tindakan seperti menabung untuk membeli koleksi merchandise boyband Korea, menonton konser dan berbagai macam tindakan lainnya didasari motivasi pemenuhan kebutuhan afeksi mereka. Secara tidak sadar, para penggemar memuaskan kebutuhan afeksi mereka dengan melakukan tindakan-tindakan fanatik.

“Pernah pengen kaya Chagmin. Pernah potong rambut kaya dia, ngurusin badan biar kaya Chagmin. Itu pas aku SMA. Penampilannya dimirip-miripin”, kata WL, penggemar DBSK. Hal serupa juga diungkapkan GN, seorang fans EXO , “Bias aku di EXO tuh Suho, rambut ku mirip-miripin kaya Suho. Kalau foto juga dimirip-miripin, kalau dance cover juga dimirip-miripin”. Tindakan yang dilakukan didasarkan atas motivasi yang telah dia dapat, yaitu motivasi menjadi sama persis seperti boyband Korea. Tindakan seperti melakukan dance coverdilatarbelakangi keinginan untuk meniru boyband Korea. Imitasi dan identifikasi dilakukan untuk menjadi sama seperti boybandidola.

(70)

barang. Konsumsi teks dilakukan dengan cara mengikuti perkembangan boyband Korea, baik melalui media cetak, elektronik dan internet. Sedangkan konsumsi barang dalam bentuk pernak-pernik dan merchandise.

Mencari tahu motif seseorang untuk bertindak ketika dia melakukannya kemungkinan adalah mencari elemen-elemen dalam perilakunya yang barangkali tidak sepenuhnya disadari aktor sendiri (Giddens, 2010: 161). Fanatisme bisa digambarkan melalui perilaku penggemar boyband Korea. Cara-cara berperilaku penggemar dianggap tidak biasa dan tidak lazim bagi masyarakat awam.

Motif kepuasaan menjadi alasan berperilaku fanatik. Kepuasan berhubungan dengan emosional pelaku. Perasaan, kecintaan, obsesi, ketertarikan dan antusiasme adalah kombinasi kebutuhan afeksi yang menuntut untuk dipenuhi.

(71)

Kepuasaan diutamakan demi memenuhi kebutuhan afeksi dan emosional.

Perilaku fanatisme penggemar boyband Korea yang sangat jelas terlihat di komunitas SDC adalah dance cover. Konsep tarian dari K-pop yang energik dan menarik menimbulkan ketertarikan bagi segenap penggemar boyband di komunitas ini. Dance covermerupakan sebuah aliran dance yang meng-cover (mengidentifikasi) salah satu grup boyband atau girlband Korea. Identifikasi meliputi gerak tari, lipsync, mimik dan kostum.

Dance cover yang dilakukan dilatarbelakangi atas ketertarikan dan kekaguman terhadap boybandKorea. Boyband Korea memiliki pesona yang memikat banyak penggemar untuk melakukan imitasi dan identifikasi. Imitasi biasanya dilakukan dengan meniru style dan fashion boyband Korea. Upaya yang dilakukan untuk menjadi sama atau identik biasa disebut dengan identifikasi. Identifikasi adalah kecenderungan seseorang untuk menjadi identik dengan seseorang. Identifikasi terbentuk melalui serangkaian pola perilaku dan proses emosi kejiwaan yang teramat dalam.

(72)

salahsatu boybandKorea. BoybandKorea dianggap sebagai role model, mereka ingin beraksi seperti idola mereka, meniru apa yang mereka pakai dan lain sebagainya. Peniruan ini menjadi salahsatu cara penggemar menunjukkan eksistensi diri mereka sebagai penggemar.

Ketenaran boybandKorea menginspirasi penggemar untuk menjadi sosok seperti idolanya. Berbagai upaya dilakukan untuk menjadi terkenal seperti mereka. “Pernah sih pengen jadi populer kaya mereka. Sempet saking pengennya aku daftar JKT48. Tetapi apa ya aku mikir lagi, udah 19 tahun. Sudah nggak jamannya lagi”, kata RS, penggemar 2 PM.

Kesempurnaan penampilan fisik personil boyband Korea merupakan daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang melihatnya. Banyak penggemar yang terobsesi penampilan boyband Korea. Obsesi ini menimbulkan keinginan berlebihan yang dibarengi usaha peniruan (imitasi) maupun identifikasi. Seperti yang diungkapkan oleh WL, “Pernah pengen kaya Chagmin. Pernah potong rambut kaya dia, ngurusin badan biar kaya Chagmin. Itu pas aku SMA. Penampilannya dimirip-miripin. Tapi lama-lama ya nggak bisa ngerawat terus melar kaya gini haahaaa..”

(73)

boyband Korea. Trend fashion ala boyband Korea menarik minat mereka melakukan imitasi dalam hal berfashion. Meskipun mayoritas penggemar boyband Korea adalah perempuan, perbedaan gender tak menghalangi keinginan mereka untuk tampil seperti sang idola. Seperti diungkapkan oleh EZ , “Buat berfashionjuga ada panutan mereka, ada juga pake aku sendiri, jadi digabungin.. ya gimana yaa,, kaya Boyfriend sering pake cardigan gitu, jadi aku pengen aja. Dimodif sendiri, yang rompi-rompi itu. Ini kaya gini rompinya.. hehe”. Hal serupa juga diungkapkan oleh IC, “Kalau penampilan agak menginspirasi gitu, kalau misalnya mix and match baju, terus keinget siapa. Eh keren yaa, dipaduin sama ini. Yaa kalau aku sendiri, basicly style agak tomboy, paling nginspirasinya jaket”.

(74)

sulit dan patut dapat standing applause”, jelas IC. Proses latihan yang keras, masa trainingyang relatif lama dan perjuangan boyband Korea hingga mencapai posisi puncak menjadi salahsatu alasan banyak penggemar boybandKorea mengagumi boybandidola mereka.

Di komunitas SDC, mayoritas penggemar K-pop adalah penggemar boyband Korea. Pembicaraan seputar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menemukan bahwa anggota komunitas penggemar musik mengonstruksikan makna grup musik yang digemarinya didasarkan pada aspek- aspek lagu, syair lagu, musik,

WCC Korea Lovers Salatiga merupakan salah satu komunitas penggemar segala hal yang berhubungan dengan Korea seperti boyband, drama Korea, fashion, sampai

Sesuai dengan teori Emilie Durkheim Tentang solidaritas sosial, (mekanik dan organik) yang lebih digunakan di komunitas adalah solidaritas organik yang lebih peduli sesama

Jadi tidak hanya fandom sebagai komunitas penggemar, dukungan dari lingkungan terdekat seperti orang tua dan sahabat juga dapat memberikan pengaruh besar bagi

144 PENGARUH PERILAKU MODELING PADA TAYANGAN DRAMA KOREA TERHADAP CITRA DIRI REMAJA PENGGEMAR DRAMA KOREA EFFECT OF MODELING BEHAVIOR FOR KOREAN DRAMA SHOWS ON SELF-IMAGE OF

Berdasarkan hasil dari penelitian, dapat digambarkan bahwa para penggemar Boyband Korea Selatan Bangtan Sonyeondan yang biasa disebut ARMY, sejalan dengan teori interaksionisme

Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian dan teori menunjukkan bahwa ternyata penggunaan media sosial twitter berpengaruh terhadap sikap fanatisme penggemar BTOB di

139 4.1.4.3 Pengaruh Fanatisme X1 dan Perilaku Konsumtif X2 terhadap Keputusan Pembelian Merchandise Y pada Penggemar NCT di Kecamatan Pangandaran 146 4.2 Pembahasan .... 156 4.2.1