• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Makalah Sosiolinguistik Register Adat Tingkeban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Makalah Sosiolinguistik Register Adat Tingkeban"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Keberagaman bahasa yang ada pada masyarakat pada suatu tempat mempunyai banyak variasi sehingga antara tempat satu dengan tempat yang lain memiliki keberagaman yang berbeda-beda. Terjadinya keberagaman atau variasi bahasa ini bukan saja disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, tetapi karena juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan begitu beragam ( Chaer dan Agustina : 1990 : 5 ).

Penggunaan bahasa dalam upacara adat tingkepan di Desa Banjaragung merupakan salah satu dari beberapa variasi bahasa yang ada dalam masyarakat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu peneliti menganalisis dari penggunaan register dalam upacara ini, karena menurut asumsi peneliti bahasa yang digunakan oleh pemimpin upacara ini memiliki gaya dan tingkat keformalan yang berbeda dalam penggunaan bahasa yang berbentuk bahasa jawa ini.

1.2. Masalah

(2)

modern yang jarang dan hampir tidak pernah berkomunikasi dengan bahasa yang di gunakan dalam upacara adat ini. Bagi pemimpin upacara ( ki dukun ) dan orang-orang tertentu saja yang notabenya masih seangkatan usia, dan juga dukun-dukun yang ada di Wilayah Kecamatan Bareng, begitu mudah dalam menggunakan registerter ini. Tetapi masyarakat luar sulit untuk langsung bisa menangkap makna bahasa yang digunakan dalam upacara itu. Oleh karena itu sesuai dengan latar belakang dari penelitian ini, penulis merumuskan permasalahan :

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Bahasa

Bahasa memang bukan sesuatu yang langka untuk didengar. Namun, bukan berarti semua orang memahami tentang pengertian bahasa tersebut. Umumnya orang mengetahui bahwa bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Namun, untuk lebih jelasnya disampaikan beberapa pendapat tentang pengertian bahasa.

Chaer (2004:1) berpendapat bahwa bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Maksud dari pendapat tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang hanya dimiliki mahluk hidup yang disebut manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahluk hidup yang lain tidak memiliki bahasa sebagai alat komunikasinya.

Sumarsono (2007:18) berpendapat bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Pada hakikatnya pendapat yang disampaikan oleh Sumarsono tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, hanya saja pendapat yang disampaikan oleh Sumarsono lebih menekankan bahwa bahasa merupakan alat untuk melakukan hubungan antara manusia satu dengan yang lain.

(4)

mengidentiflkasikan diri. Berdasarkari beberapa pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat diambil sebuah kcsimpulan tentang penegcrtian bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, yang berwujucl lambang bunyi, yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentiflkasikan diri.

2.2. Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa secara tradisional dapat dikatakan scbagai alat komunikasi verbal yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi. Akan tetapi, fungsi bahasa tidak hanya semata-mata sebagai alat komunikasi. Bagi Sosiolinguistik konsep bahasa adalah alat yang fungsinya menyampaikan pikiran saja dianggap terlalu sempit.

Chaer (2004:15) berpendapat bahwa fungsi yang menjadi persoalan Sosiolingustik adalah dari segi penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan. Maksud dari pernyataan tersebut pada intinya bahwa fungsi bahasa akan berbeda apabila ditinjau dari sudut pandang yang berbeda sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Adapun penjelasan tentang fungsi-fungsi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Segi Penutur

(5)

2. Segi pendengar

Dilihat dari segi pendengar maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Dalam hal ini, bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan hal sesuai dengan keinginan si pembieara.

3. Segi topik

Dilihat dari segi topik maka bahasa itu berfungsi referensial. Dalam hal ini bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.

4. Segi kode

Dilihat dari segi kode maka bahasa itu berfungsi metalingual atau metalinguistik, yaitu bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri, seperti pada saat mengajarkan tentang kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa yang dijelaskan dengan menggunakan bahasa.

5. Segi amanat

Dilihat dari segi amanat yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imaginatif, yakni bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (baik sebenarnya maupun khayalan/rekaan). Fungsi imagi ini biasanya berbentuk karya-karya sastra.

(6)

2.3. Sosiolinguistik

Sosiolinguistik jika ditinjau dari segi bahasa maka ilmu antardisiplin, yaitu sosiologi dan linguistik yang merupakan dua bidang ilmu yang berkaitan erat. Oleh karena itu, untuk memahami tentang Sosiolinguistik, perlu terlebih dahulu disampaikan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan linguistik itu. Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.

Sumarsono (2007:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu. Maksud dari penjelasan tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa para pcmakai bahasa tenlulah mempunyai perbedaan dari berbagai aspck. seperti jumlah, sikap, adat istiadat, dan budayanya.

(7)

Wijana (2006:7) berpendapat bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa itu di dalam masyarakat. Pendapat tersebut pada intinya berpegang pada satu kenyalaan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan pengertian tentang sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para pengguna bahasa dengan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa.

2.4. Register

Register merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu sesuai dengan profesi

(8)

Register adalah satu ragam bahasa yang dipergunakan untuk maksud tertentu, sebagai kebalikan dari dialek sosial atau regional (yang bervariasi karena

penuturnya). Register ini dapat dibatasi lebih sempit dengan acuan pada pokok ujaran, pada media atau pada tingkat keformalan. (Hartman dan Stork dalam Alwasillah 1993: 53).

Register menurut Halliday (1994:53) merupakan konsep semantik, yang dapat didefinisikan sebagai suatu susunan makna yang dihubungkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu dari medan, pelibat dan sarana. Tetapi karena ungkapan susunan makna,register termasuk juga ungkapan, yaitu ciri leksiko gramatis dan fonologis yang secara khusus menyertai atau menyatakan makna-makna ini.

Register merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya, yaitu bahasa yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses sosial yang merupakan macam-macam kegiatan sosial yang biasanya melibatkan orang. Register merupakan bentuk makna yang khususnya dihubungkan dengan konteks sosial tertentu.

(9)

corak-corak makna yang berhubungan dengan register. Register yang digunakan dalam register yang lebih terbuka adalah bahasa tidak resmi atau percakapan spontan. Namun, register ini tidak ada situasi maknanya pada tingkat tertentu tidak ditunjukkan secara langsung selalu ada ciri yang dijelaskan (Halliday 1994: 53-55). Register dipahami sebagai konsep semantik yaitu sebagai susunan makna yang dikaitkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu. Konsep situasi menurut Halliday mengacu pada tiga hal, yaitu (1) medan (field), (2) pelibat (tenor) dan (3) sarana (mode). Medan mengacu pada hal yang sedang terjadi atau

pada saat tindakan sosial berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disibukkan

oleh para pelibat (bahasa termasuk sebagai unsur pokok tertentu). Pelibat menunjuk pada orang yang turut mengambil bagian, sifat para pelibat, kedudukan

dan peranan mereka. Sarana menunjuk pada peranan yang diambil bahasa dalam

situasi tertentu, seperti bersifat membujuk, menjelaskan, mendidik dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kebanyakan para sosiolinguis menjelaskan

konsep register secara lebih sempit, yakni hanya mengacu pada pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan kelompok pekerja yang berbeda. Dengan

(10)

bahwa variasi bahasa akan berkaitan dengan fungsi pemakaiannya, dalam arti setiap bahasa yang digunakan untuk keperluan tertentu disebut fungsiolek, ragam

atau register .

Ferguson (dalam Purnanto 2002:21) berpendapat mengenai register, Yaitu situasi komunikasi yang terjadi berulang secara teratur dalam suatu masyarakat (yang berkenaan dengan partisipan, tempat, fungsi-fungsi komunikatif, dan seterusnya) sepanjang waktu cenderung akan berkembang menandai struktur bahasa dan pemakaian bahasa yang berbeda dari pemakaian bahasa pada situasi- situasi komunikasi lainnya. Dijelaskan oleh Ferguson bahwa

orang yang terlibat dalam situasi komunikasi secara langsung cenderung mengembangkan kosa kata, ciri-ciri intonasi yang sama, dan potongan-potongan ciri-ciri kalimat dan fonologi yang mereka gunakan dalam situasi itu. Lebih lanjut

(11)

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Bentuk Register Dalam Upacara Adat Tingkepan Di Desa Banjaragung Dalam register dalam analisis ini berbahasa jawa ada beberapa istilah yang masih jarang dimengerti oleh orang, dan data dibawah ini merupakan hasil teranskripsi dari beberapa ujaran yang dilakukan ketika pelaksanaan upacara adat tingkepan di Desa banjaragung Kecamatan Bareng.

1. Register bahasa Arab

a. Ki dukun : ” Tedanan kabeh ngelujengi kang kamil enggeh puniko : Kamil kang kaping sepisan sirollah , kamil kaping pindu dhatullah, kamil kaping tigo sipatullah, kamil kaping papat wujutullah.”

Artinya ” semua makanan ditujukan kepada yang hamil yaitu : hamil bulan pertama bayi yang dikandung masih dalam rahasia Allah, hamil bulan kedua berupa dituapkan ruh Allah, hamil pada bulan ke tiga diberikan ruh Allah, hamil yang ke empat wujud Allah atau sudah sempurna.”

b. Ki dukun ketika berdoa akhir dari sebuah acara

(12)

birrizki birokatan koblal maut bakdal maut birokatan sikoratil maut mina datan minannari wakfuandal kitab birahmatikayaarharohimin. Alpatikah” . Dalam data ini ki dukun mensyadur antara bahasa jawa denganbahasa arab didalam do’a.

2. Register bahasa jawa.

a) Bubur abrit chaos dahar cikal bakal desa banjaragung jaler kang mewah astri, sepuh kang mewah anem, enggeh semonten ugi di pun asum dahar bantuwo kawilujengan asalipun kamil kang kaping sepindah , diwilujenggi dinten puniko selameto sak ngejengipun lan sak wingkingepun .”

Dalam data diatas terdapat keberagaman bahasa jawa kromo ingggil dan dan kawi. Contoh : kromo inggil : bubur abrit chaos dahar ” bubur merah dibuat makan ”

Jawa ngoko : cikal bakal ” calon ”

(13)

Dalam data diatas ada variasi bahasa ngoko, jawa kromo inggil dan jawa kawi

Contoh ; jawa ngoko : selameto kang diemong lan selameto kang momong Kromo inggil : kaaturaken maleh dere’epun kang tebih tamto wangenan kang celek tamto senggolan.

Jawa kawi : nini among kaki among.

c) Setunggal wanci bubur sengkolo niat kajatipun ngruwat sengkolo kang sampun dumawah lan kang dereng dumawah, kang sampun dumawah ngandapo dateng siti klawan tuyo lan kang dereng dumawah wangsulo mareng kayanganipun temurun sak mergo eno kang mangsulono sawepibi gusti allah kang wonten cubo rencana ngajeng lan burinenipun . lan cengkal blahi dohno rejeki idekno.

d) Sekol golong dipun asum dahar dek sunan kali jogo, sunan giri, sunan ngampel kali luko jaya, semonten iki dipun asum dahar jaga rumosoho asalipun mandut saking gusti allah kang wonten cubo rencana ngajeng wingkingepun.

(14)

f) Setunggal rujak legi, kluntung waluh, ketepeng reges, projot, pasung, kupat lepet semanten ugi di chaosi dahar kanjeng nabi muhammad sak guwo sak putro sekabat sedoyo semanten ugi dipun aturi bantu kawilujengan asalipun mandut saking gusti Allah kang wonteng coba rencana wonten ngajeng lan wingkingipun.

g) Takir plontang nek ngalihiraken sampun plongko sageto nek ngelahirake isteri manunggal tiyang sempah isteri nek ngalihirake jaler manunggal tiyang sepahipun jaler. Semoten ugi dipun asum dahar bentu kawilujengan mandut kepastiane Allah sakeng allah sampun wonten coba rencanangajeng wingkingepun. Nek Manuane jaler arjuno nek istri manuani sembrodo. Geh semonten ugidipun asum dahar bantuwo kawilujengan aslaipun mandut saking kepastiayani alalh sakang gusti allha wonten cobarencana ngajeng wingkingepun.

h) Rujak legi dipun asum dahar roso sejati sejatine roso nini sejati dukun sejati semanten ugi dipun asum dahar bantuwo kawilujengan olehe mandut kepastiane allah saking allahsampun wonten coba rencana wonten ngajeng lan wingkingipun.

i) Jenang blowok jenang ombak nek ngelahirake procot dipun gombak kaleh dukun sejati nini sejati sejatine rasa semanten ugui dipun asum dahar bantuwo kawilujengan olehe mandut sakeng gusti allah kepastiane allah saking wonten coba rencanane.

(15)

Sedanten tedannan dijamak dadi setunggal sagunge poro wali poro nabi poro mukmin auliya sembodo sedoyo dipun santuni dinten pitu gangsal pekenan sak naptuninipun kepanggeh wekasan somo wilujeng selamet. k) Doa .alohumma solli ala muhammad allohumma sulur pandan waringin

pinulake ponjoboyo tuntunan dino pasar limo pitung boyo pitung peristiwo oleh berkate poro nabi oleh berkate poro wali oleh berkati poro sohabat bumi andut sarekat malaikat andum zakat allohumma sangkurat aluhumma ajmain allohumma salaman biddin birokatan bilmi bikatan birrizki birokatan koblal maut birokatan bakdal maut birokatan sikoratil maut minadatan minannari wakfuandal kitab birahmatikayaarharohimin. Alpatikah.

Dalam semua data yang saya sajikan mengandung kata dan kalimat yang berbentuk jawa ngoko, jawa madya dan jawa kromo inggil serta jawa kawi. Sehingga dalam penuturan dalam berubah-ubah variasi bahasa itu menimbulkan sulit untukdipahami dan penelitian ini semoga memberikan sumbangan kekayaan bahasa yang ada dimsyarakat.

Dalam semua data dalam bentuk jawa ini begitu formal dan mengandung sugesti tertentu bagi pendengar dalam upacara itu.

Dalam transkripsi diatas saya terjemahkan maksud dan tujuan dari istilah-istilah makanan yang ada dalam upacara itu. Sebagai berikut :

(16)

Kehidupan itu di awali dengan warna merah dan orang yang memanggil bayi itu biasanya dengan panggilan “ abang “ ( merah ).

2. Jenang Menir ( bubur menir ) warna bubur ini adalah putih tanpa di campuri apa-apa dengan tujuan jika nanti bayi itu lahir dimulai dengan kehidupan yang suci putih bersih dan bubur ini ditujukan kepada danyang kaki among , nini among,( ada empat saudara yang menjaga si jabang bayi ketika bayi itu lahir yaitu aluwamah ( lauwamah ), amarah, matmuinah( mutmainah ),dan supiyah ( sufiyah ).

3. Jenang Sengkolo, bubur ini warnanya merah yang diatasnya dikasih warna putih kemudian di kasih warna merah lagi. Bubur ini melambangkan supaya terhindar dari mara bahaya baik yang sudah diturunkan ke bumi maupun yang belum diturunkan ke bumi.

4. Sego Golong( nasi golong ), yaitu nasi yang di bentuk bulat-bulat seperti bola yang dibuat dengan jumlah empat yang di tujukan kepada para wali empat yaitu sunan kali jogo, sunan giri, sunan ampel dan sunan kali luko joyo. Nasi ini agar mendapat berkah para wali itu dan rezekinya itu berlimpah ruah atau dalam bahasa jawa “ rezekine gemolong”.

5. Tumpeng, yaitu nasi tumpeng dujukan kepada dere’e kang lahir kang sak uwat. Kang manjeng ing jeru gua garbo. Dulur papat kang manggun ing

jeruni siti kang jawine siti. Kang ono jeruni banyu kang ono jerune banyu

lan kang onoi jawine banyu.( saudara yang bersamaan lahir dengan satu

(17)

6. sekul gureh ( Nasi Gureh ) nasi ini memasaknya dengan dikasih santan dan daun pandan biar rasanya gurih, nasi ini di tujukan kepada Dewi Fatimah. 7. sekul kabuli ( Nasi Kabuli ), nasi ini warnanya kuning nasi ini dimaksudkan

supaya semua hajat kebutuhan si jabang bayi dan keluarganya di penuhi. 8. Takir plontang, takir ini terbuat dari janur ( daun kelapa yang masih muda )

dalam takir ini dimaksudkan agar nanti kalau anak yang lahir itu sesuai dengan jenisnya tidak berpenyakit belang dan jika laki-laki anak itu mirip dengan ayahnya dan jika perempuan mirip dengan ibunya. Dan juga diibaratkan jika laki-laki supaya seperti arjuna dan jika permpuan supaya seperti dewi sembrodo.

9. Jarum dan Benang, jarum dan benang ini di tusukkan ke takir plontang agar anak nanti jika lahir mempunyai pikiran yang tajam dan mempunyai nalar yang bagus dan tidak bundeli ( jawa) maksudnya tidak gampang putus asa. 10. Polo Pendem yaitu semua makanan yang ada di dalam tanah yang

dikumpulkan jadi satu yang sudah dimasak dan disuguhkan dalam upacara itu. Polo pendem ini ditujukan ke danyang semurupe bumi ( yang menguasai dalamnya bumi ).

(18)

perempuan, jika memang membelahnya itu persis ditengah-tengah maka biasanya anaknya itu lahir perempuan dan jiak membelahnya itu tidak persis ditengah-tengah biasanya anaknya itu lahir laki-laki.

12. Arang-Arang Kambang, yaitu makanan yang terbuat dari nasi kering kemudian digoreng dicampur dengan gulali gula, makanan ini ditujukan kepada ( nini begendong kiler kang jogo sak lebeti tuyo, kaki begendong ilyas kang jogo sak jabane tuyo, kaki cemani nini cemani kang jagi ing

gegodongan ing jagat raya dipun aturake dahar ) artinya nini begendong

kiler yang menjaga dalamnya air dan kaki begendong ilyas yang menjaga luarnya air dan kaki cemani nini cemani yang menjaga dedaunan dalam dunia ini untuk disilahkan makan. Yang tujuannya agar mereka semua tidak mengganggu sijabang bayi.

13. Procot ,terbuat dari tepung yang didalamnya dikasih gula merah dan dibentuk segitiga lancip, yang ditujukan kepada danyang nini pewengkang sari, yang dengan tujuan agar nanti bayi lahir dengan mudah.

14. Jajan Pasar, ( makanan ringan ) yang dibeli dari pasar yang ditujukan kepada danyang kaki sriwet, nini sriwet, kaki klenguk, nini kelenguk agar mereka tidak mengganggu.

(19)

BAB IV PENUTUP

4.1. Simpulan

Dalam upacara adat tingkepan yang ada di Desa Banjaragung merupakan kegiatan upacara yang berbentuk formal yang memakai bahasa jawa yang bervariasi baik jawa kromo ngoko, kromo madya dan kromo inggil serta jawa kawi.

Dalam bahasa itu juga terdapat juga jawa dan bahasa arab. 4.2. Saran

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

yang mengandung berbagai informasi serta bentuk bahasa graffiti berbeda.. Bentuk – bentuk graffiti tembok tidak hanya

Benda yang diwakafkan harus milik wakif yang sah dan bukan benda yang hanya hak pakai saja, tetapi berbeda dengan kenyataan penulis temukan di masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara dengan Stan Puhun Muda, hakikatnya tidak berbeda jauh pengertian kewarisan adat Lampung Pepadun dengan syariat Islam, dimana tidak

Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Beliau tidak hanya terjadi dalam acara pelepasan bupati saja, dan seolah menjadi kebiasaan, beliau mencampurkan kode-kode

Selain itu penulis juga membaca artikel dan laporan sebelumnya dimana alat yang dibuat hanya dapat mendeteksi api dan notifikasi saja, untuk kali bukan hanya itu akan tetapi pada

Tidak hanya fenomena kritik sosial terhadap pemerintah yang hendak disampaikan oleh Okky Madasari dalam novel 86 , tetapi terdapat juga fenomena yang mengungkapkan

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri tidak hanya satu kompetensi saja, melainkan gabungan (kolaborasi) dari

Selain itu, persepsi bahwajumlah honor yang diterima oleh perawat senior dan junior tidak jauh berbeda nilainya.Hal ini dianggap sebagai pemicu bahwa perawat